Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Laparatomi
1. Definisi laparatomi
Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian
abdomen laparatomi terbentuk dari dua kata Yunani, “Lapara” dan “tome” kata ,
“Lapara” berarti bagian lunak dari tubuh yang terletak dianatara tulang rusuk dan
pinggul sedangkan “tome” berarti pemotongan, jadi laparatoni merupakan salah
satu pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan
dinding Abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah
seperti hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi (ANA, 2016).
Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada selaput abdomen,
membuka selaput yang membuat irisan vertical besar pada dinding perut ke dalam
rongga peut operasi yang dilakukan pada daerah abdomen. Prosedur ini
memungkinkan dokter melihat dan meraskan organ didalam membuat diagnosis
apa yang salah. Bedah dilakukan di daerah abdomen, bedah laparatomi
merupakan Teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan perkemihan (Lakamana, 2013).
Laparatomi merupakan suatu potingan pada dinding abdomen sampai
membuka selaput perut dan yang telah didiagnosa oleh dokter, laparatomi
merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding
abdomen hingga ke cativas abdomen ditambahkan pula bahwa lapartomi
merupakan Teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat
dilakukan pada bedah digestif dan obgyn Adapun Tindakan bedah digestif yang
sering dilakukan dengan Teknik insisi laparatomi ini adalah herniotomy,
gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi, splenoktomi, apendektomi,
kolostomi, hemoroidektomi, dan fistuloktomi dengan Teknik bedah perkemihan
dengan Teknik laparatomi adalah nefrektomi dan ureterostomy (Syamsuhidayat &
Win De Jong, 2014).

2. Teknik sayatan laparatomi


Ada 4 (empat) cara menurut (Syamsuhidayat & Wim De Jong, 2008), yaitu:
a. Middline Insision: yaitu insisi pada daerah tangan abdomen atau pada
daerah yang sejajar dengan umbilicus
b. Paramedian, yaitu: Panjang (12,5 cm) ± sedikit ke tepi dari garis tengah.
c. Transverse upper abdomen incision, yaitu: sisi dibagian atas, misalnya
pembedahan colesistotomy dan splenectomy.
d. Transverse lower abdomen incision, yaitu: $ cm di atas anterior spinal
iliaka ± insisi melintang dibagian bawah misalnya: pada operasi
appendectomy.
3. Indikasi Laparatomi
Indikasi seseorang untuk dilakukan tindakan laparatomi antara lain:
a. Section Sesaria
Section sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dingding perut dan dingidng Rahim dengan syarat
Rahim dalam keadaan utuh serta berat badan janin diatas 500 gram. Jenis-
jenis section sesaria yaitu section sesaria klasik dan section sesaria ismika.
Section sesaria klasik yaitu dengan syarat memanjang pada korpus uteri ± 10-
12 cm. sedangkan section sesaria ismika yaitu dengan sayatan melintang
konkaf pada segmen bawah Rahim ± 10-12 cm. (Syamsuhidajat & Win De
Jong, 2008).
b. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritonium, suatu lapisan endothelial tipis
yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limfa. Penyebab peritonitis ialah
infeksi mikroorganisme yang berasal dari gastrointestinal, appendossitis yang
meradang typoid, tukuk pada tumor. Secara langsung dari luar misalnya
operasi yang tidak steril. Trauma pada kecelakaan seperti rupture hati.
c. Koletiasis, kolesistitis
Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones, biliary calculus. Istilh
kolelitiasis dimaksudkan untuk membentuk batu didalam kandung empedu.
Batu empedu adalah timbunan kristal didalam kandung empedu atau di dalam
saluran empedu. Batu yang ditemukan didalam kandung empedu disebut
kolelitiasis, sedangkan batu dalam saluran empedu disebut koledokolotiasis
( Nucleus Precies Newsletter, edisi 72, 2011).
d. Kehamilan ektropik (kehamilan di luar uterus)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implamasi terjadi diluar
rongga uterus, tuba falopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implamasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi
dituba, jarang terjadi implamasi pada ovarium, rongga perut, kahalis servikalis
uterus, tanduk uterus yang rudimenter dan diventrikel pada usus (Sarwono
Prawiroharjo, 2005).
e. Devirtikulitis ( inflamasi kantong usus).
f. Adhesi (perlengketan jaringan pada abdomen).
g. Trauma abdomen.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Sujono (2011) tanda klinis yang muncul yaitu :
a. Nyeri tekan.
b. Perubahan tekanan darah, nadi, dan perubahan.
c. Kelemahan
d. Gangguan integument dan jaringan subkutan.
e. Konstipasi.
f. Mual dan muntah, anoreksia.
5. Komplikasi
(Jitowiyono, 2010), menyatakan bahwa Tindakan laparatomi dapat terjadi :
a. Ventilasi paru tidak efektif
b. Gangguan Kardiovaskuler : Hipertensi, Aritmia jantung
c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
B. Konsep Dasar Kecemasan
1. Definisi kecemasan
Kecemasan adalah kebingungan atau kekhawatiran pada sesuatu yang terjadi
dengan penyebab tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu sebagai
hasil penelitian terhadap suatu obyek (Struat, 2016). Kecemasan adalah suatu perasaan
yang tidak menyenangkan dan timbul karena adanya rasa tidak aman pada diri individu
yaitu kesukaran-kesukaran, kekhawatiran, pertentangan batin, ketidak puasan dan
ancaman lainnya yang dianggap membahayakan dirinya yang bersumber dalam dirinya
ataupun dari hasil hubungan interpersonal. Pendapat lain mengemukakan bahwa
kecemasan merupakan sebuah emosi dan pengalaman subjektif yang dimiliki oleh
seseorang (Wati, 2015:67).
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respon otonom (sumber tidak diketahui oleh individu) sehingga individu akan
meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi (Nanda, 2015).

Kecemasan merupakan kondisi emosi yang dirasakan secara subyektif dan obyek
tidak jelas dan spesipik, akibat antisipasi bahaya yang dilakukan individu untuk
menghadapi ancaman (PPNI, 2016). Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar disertai respon otonom (sumber tidak diketahui oleh individu)
sehingga individu akan meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi (NANDA,
2015).
2. Etiologi Kecemasan
Penyebab kecemasan dibagi menjadi dua factor, yaitu factor prediposisi dan
faktor presipitasi (Stuart, 2016).
1. Faktor predisposisi
Penyebab kecemasan yang terjadi pada individu antara lain :
a. Faktor biologis
Faktor yang berkaitan dengan otak dan saraf manusia yang akan
menentukan perilaku. Otak manusia mengandung reseptor khusus
untuk benzodiazepine yang membantu mengantur ansietas.
Penghambat GABA (asam gama-amino butriat) juga berperan utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas, sebagaimana
halnya dengan endofrin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan
fisik dan selanjutnya menurunkan kapasistas seseorang untuk
mengatasi stressor (Purwanto, 2015).
b. Faktor psikologis
Faktor yang mempercayai bahwa seseorang yang telah terpapar
kekhawatiran yang intens akan cenderung mengalami kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Pengalaman cemas setiap individu berbeda-beda, tergantung pada situasi dan
hubungan internasioal. Ada dua factor presipitasi yang mempengaruhi
kecemasan (Stuart, 2016).
1. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi, pontensial catat fisik atau
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap system diri meliputi, hal yang dapat mengancam
identitas, harga diri, dan fungsi social pada individu.
3. Dampak Kecemasan
Adapun dampak dari kecemasan dalam beberapa simton antara lain yaitu :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman
hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak
diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan
demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Sistem kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan kepribadian pada individu
mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu
tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu
tidak sering bekerja atau belajar secara efektif dan akhirnya dia akan menjadi
merasa cemas.
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,
kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jrai-jari kaki mengetuk-
ngetuk dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom
motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan
merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasakannya
mengancam. Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada
tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa (Manurung, 2016).
4. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan diklasifikasikan menjadi 4 yaitu (Stuart, 2016):
a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan adalah suatu perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak
beres dan memerlukan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat yang dapat
membantu individu menjadi lebih fokus, berfikir, bertindak untuk menyelasaikan
masalah, mencapai tujuan, atau melindungi diri atau oranglain. Kecemasan ringan
dapat mendorong memotivasi orang untuk melakukan perubahan atau melakukan
kegiatan untuk mencapai tujuan (Baradero, Dayrit, & Maratning, 2015).
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketergangtungan dalam kehidupan
sehari-hari seperti cemas yang menyebabkan individu menjadi waspada,
menajamkan indera dan meningkatkan lapang persepsinya (Stuart, 2016).
b. Kecemasan sedang
Kecemasam sedang adalah suatu perasaan yang menganggu karena ada
sesuatu yang pasti salah, individu gugup dan tidak dapat tenang (Baradero, Dayrit,
& Maratning, 2015). Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang
persepsi individu dengan demikian individu mengalami tidak perhatian yang
selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya (Stuart, 2016).
c. Kecemasan berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang rinci dan spesifik serta tidak
berfikir tentang hal lain (Stuart, 2016). Seseorang dengan kecemasan berat sulit
untuk berpikir realistis dan membutuhkan pengarahan untuk memusatkan
perhatian. Respon fisiologis yang dialami seperti napas pendel, nadi dan tekanan
darah naik, banyak berkeringkat, sakit kepala, penglihatan kabur, dan mengalami
ketengangan (Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011).
d. Panik
Pada kondisi ini berhubungan dengan terpengaruh, kekuatan dan keperincian
terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali. Individu tidak
mampu untuk melakukan sesatu walaupun dengan pengarahan, panik melibatkan
disorganisasian, kepribadian yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan
motoric (Stuart, 2016). Dan pada tahap panik tersebut secara tidak sadar individu
memakai mekanisme pertahanan diri. Otot-otot menjadi tegang dan tanda-tanda
vital meningkat, gelisah, tidak tenang, tidak sabar, dan cepat marah (Baradero,
Dayrit, & Maratning, 2015).
Rentang Respon Kecemasan

Respon adaptif Respon maladaptive

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

5. Tanda dan Gejala kecemasan


Tanda dan gejala kecemasan (PPNI, 2016) meliputi :
a. Binggung.
b. Gelisah.
c. Berbicara cepat.
d. Anoreksia.
e. Tremor.
f. Khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi.
g. Tidak mampu berkonsentrasi atau tidak memahami penjelasan.
6. Alat Ukur Kecemasan
a. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
HARS merupakan salah satu kuesioner yang mengukur skala kecemasan
yang pertama kali digunakan pada tahun 1959 dan diperkenalkan oleh Max
Hamilton. Kuesioner terdiri atas atas14 item. Masing-masing item terdiri atas
0 (tidak terdapat) sampai 4 skor (terdapat). Apabila jumlah skor <17 tingkat
kecemasan ringan, 18-24 tingkat kecemasan sedang, dan 25-30 tingkat
kecemasan berat (Nursalam, 2013).
b. Taylor Manifest Anxiety Scale (T-MAS)
T-MAS merupakan kuesioner yang dirancang oleh Janet A. Taylor pada
tahun 1958 untuk mengukur skala ansietas pada individu. T-MAS terdiri dari
20 pertanyaan yang terdiri atas kebiasaan dan emosi yang dialami. Masing-
masing item terdiri atas “ya” dan “tidak” (Hajidin, 2014).
c. Zung Self-Anxiety Rating Scale (Z-SARS)
Kuesioner Z-SARS terdiri dari 20 pertanyaan terkait gejala kecemasan.
Masing-masing pertanyaan terdapat 4 penilaian yang terdiri dari 1 (tidak
pernah), 2 (jarang), 3 (kadang-kadang), 4 (sering). Klasifikasi tingkat
kecemasan berdasarkan skor 20-44 : tidak cemas/normal, skor 45-59 :
kecemasan ringan, skor 60-74 : kecemasan sedang, dan skor 75-80 :
kecemasan berat (Aspuah, 2013 dalam Sohat 2014).
d. State Anxiety inventory (SAI)
State Anxiety inventory (SAI) merupakan kuesioner dengan metode
evaluasi diri yang dikemukakan oleh Spielberger. Kuesioner State Anxiety
inventory (SAI) ini terdiri dari 20 pertanyaan yang berkenaan dengan kondisi
atau perasaan pasien terhadap rekasi stress akut yang dialami pasien saat
menghadapi suatu stressor tertentu. Dalam pelaksanaan, pasien dimana minta
untuk membaca 20 pertanyaan dan mengisi pertanyaan pada nomor (1-4) yang
terdapat pada kolom atas dengan cara memberi tanda ceklis pada jawwban
yang sesuai dengan perasaan yang sedang dirasakannya saat itu. Skor minimal
atau terendal adalah 20. Skor total antara 20-35 menunjukan hasil tidak
cemas, skor 36-50 menunjukan kecemasan ringan, skor total antara 51-65
menunjukan hasil kecemasan sedang, dan skor total antara 66-80 menunjukan
hasil kecemasan berat (Imandiri, 2017).
e. Visual Analog Scale For Anxiety (VAS-A)
Berivik H, Borchgrevink P.C, Allen S cit. Hassyati (2018), mengemukakan
VAS sebagai salah satu skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur
intensitas kecemasan pasien yang biasa digunakan. Terdapat 11 titik, mulai
dari tidak ada rasa cemas (nilai 0) hingga rasa cemas terburuk yang bisa
dibayangkan (10). VAS merupakan pengukuran tingkat kecemasan yang
cukup sensitif dan unggul karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik
pada rangkaian, daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.
Pengukuran dengan VAS pada nilai 0 dikatakan tidak ada kecemasan, nilai 1-
3 dikatakan sebagai cemas ringan, nilai 4-6 dikatakan sebagai cemas sedang,
diantara nilai 7-9 cemas berat, dan 10 dianggap panik atau kecamasan luar
biasa.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10cm

Tidak cemas Cemas ringan Cemas sedang Cemas berat Panik

Gambar 1. Visual Analogue Scale

C. Konsep Dasar Terapi


1. Terapi Farmakologi

Obat-obatan yang biasanya diberikan pada penderita kecemasan adalah


benzodiazepine dan yang lazim digunakan adalah Derivat diazepam, alprazolam,
propranolol, Amitriptilin

a. Diazepam adalah obat penenang dikelas benzodiazepine dan diperkenalkan


pada tahun 1963. Diazepam termasuk dalam golongan psikotropika, nama
dagangnya antara lain Valium. Indikasinya sebagai obat anti-anisetas,
sedative-hiponotic, dan obat anti-kejang
Efek samping : menimbulkan rasa kantuk, berkurangnya daya konsetrasi dan
waktu reaksi. Diazepam mempunyai waktu paruh yang Panjang (24 s/d 200
jam).
b. Alprazolam adalag sekelompok obat yang disebut benzodiazepines yang
bekerja memperlambat pergerakan zat kimia otak yang menjadi tidak
seimbang. Akibat ketidakseimbangan ini adalah kecemasan.
Efek samping : Gatal dengan bitnik merah, sulit, bernapas, pembengakakan
pada wajah, bibir, lidah atau tenggorokan. Hentikan penggunaan alprazolam
dan hubungi dokter and ajika anda memiliki efek samping serius berikut tidak
memiliki rasa takut, depresi, ingin menyakiti diri sendiri atau bunuh diri,
hiperaktif, mudah marah, berhalusinasi, kepala terasa ringan, pingsan, kejang,
kulit dan mata menguning.
Efek samping lain : mengantuk pusing, mudah marah, amnesia atau pelupa,
sulit berkonsentrasi, sulit tidur, otot lemah, hilang keseimbangan atau
kordinasi, bocara ngawur, pandangan kabur, mual, muntah, konstipasi,
perubahan berat badan atau nafsu makan, mulut kering atau basah, berkeringet
banyak, hilang minat pada aktifitas seksual.
c. Propranolol adalah tipe beta-blocker non-selektif yang umunya digunakan
dalam pengobatan tekanan darah tinggi. Obat ini adalah beta-blocker pertama
yang suskes dikembangakan.
Indikasi : digunakan untuk mengobati atau mecegah gangguan yang meliputi
migrain, arrhythmias, angina, pectoris, hipertensi, menopause, dan gangguan
kecemasan.
Efek samping : efek CNS (kelelahan, depresi, pusing, kebinggungan,
gangguan tidur), efek CV (gagal jantung, sumbatan jantung, kedinginan,
impotensi pada laki-laki), efek berturut-turut (brochospasma pada pasien yang
rentan & obat-obatan dengan beta 1 harus digunakan secara selektif pada
pasien ini), efek GI (N/V, diare konstipasi), efek metabolic (bisa
memproduksi hiper atau hipoglikemia, perubahan dalam serum kolestrol &
trigliserid.
d. Amitriptilin merupakan anti depresi trisiklik. Amitriptilin bekerja dengan
menghambat pengembalian Kembali neurotransmitter diotak. Amitriptilin
mempunyai gugus metal, termasuk amin tersier sehingga lebih resposif
terhadap depresi akibat kekurangan serotonin. Senyawa ini juga mempunyai
aktivitas sedative dan antikilonergik yang cukup kuat. Dengan indikasi gejala-
gejala utama dpresi teutama bila berkiatan dengan kecemasan, tegang, atau
kegelisahan.
Efek samping : efek antikolinegrik seperti mulut kering, retensi urinaria,
konstipasi, palpitasi, takikardi, gingivitis, berat badan turun atau bertambah,
tinnitus (telinga berdenging), mengantuk, cemas, insomnia, hipotensi, pusing,
gangguan kulit, bingung, aritmia, mania, gangguan pencernaan, efek endokrin
seperti perubahan libido, impotensi, gynecomastia, galactirrhea.

2. Terapi Non Farmakologi


3. Ditraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan keemas an dengan cara
mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap
cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan
pelepasan endorphin yang bisa menghambat stimulus cemas yang
mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potte
& Perry, 2005)
Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan
spiritual (membacakan doa sesuai agama dan keyakinan), sehingga dapat
menurunkan hormone-hormon stressor, mengaktifan hormone endorphin
alami, menimgkatkan perasaan rileks, dan megalihkan perhatian rasa takut,
cemas dan tegang, memperbaiki system kimia tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah serta memperlambat pernafasan, setak jantung, denyut nadi, dan
aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat
tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang
lebih dlam dan metabolism yang lebih baik.
4. Relaksasi
Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi, meditasi, relaksasi
imajinasi dn visualisasi serta relaksasi progresif (Isaacs, 2005).

D. Konsep Dasar Teknik Lima Jari


1. Definisi Teknik Lima Jari
Teknik relaksasi lima jari merupakan terapi generalis yang dapat menimbulkan
efek relaksasi dan menenangkan dengan cara mengingat kembali pengalaman-
pengalaman yang menyenangkan yang penuh dialami, Teknik relaksasi ini dikembangkan
oleh Davis, M (Nugroho, 2016). Kegiatan ini merupakan upaya pengalihan perhatian
yang dapat menurunkan nadi, tekanan darah, pernafasan, adanya oenurunan ketegangan
otot dan kecepatan metabolism serta adanya perasaan damai, sejahtera dan santai.
Stimulus ini yang menyenangkan dari luar nuga merangsang sekresi endropin, sehingga
stimulus kecemassn yang dirasakan oleh klien berkurang. Individu dengan kadar
endropin yang banyak didalan tubuhnya, makan akan lebih sedikit merasakan kecemasan
(Dossey, 2011).
Hipnotis Teknik lima jari adalah sebuah Teknik pengalihan pemikiran seseorang
dengan cara menyetuh pada jari-jari tangan sambal membanyakan hal-hal yang disukai.
(Keliat 2010 dalam Astuti, Amin, & Purborini, 2017). Hipnotis Teknik lima jari salah
satu bentuk self hypnosis yang dapat menimbulkan efek relaksasi,sehingga akan
mengurangi ketegangan dan stress dari pikiran seseorang. Hipnotis Teknik lima jari
mempengaruhi system limbik seseorang sehingga akan sehingga berpengaruh pada
pengeluaran hormon-hormon yang dapat memacu timbulnya stress (Hastuti & Arumsari,
2015).

2. Tujuan Teknik Lima Jari


Adapun tujuan dari relaksasi lima jari (Nugroho, 2016) meliputi :
a. Mengurangi anxiety
b. Memberikan relaksasi
c. Melancarkan sirkulasi darah
d. Merelaksasikan otot-otot tubuh
e. Menciptakan perasaan tenang dan nyaman.
3. Indikasi Teknik Lima Jari
Indikasi dari terapi ini adalah bagi klien dengan cemas, nyeri ataupun ketegangan
yang membutuhkan relaks (Nugroho, 2016).
4. Kontra Indikasi Teknik Lima Jari
Kontra indikasi dari terapi ini yaitu klien dengam depresi berat, klien dengan
gangguan jiwa (Nugroho, 2016).

E. Penatalaksanaan
1. Data Demografi
Petunjuk : Jawaban akan diisi oleh peneliti berdasarkan wawancara dengan
responden dan dituliskan pada tempat yang disediakan.
a. Tanggal/waktu penelitian
b. Nama responden :
c. Usia :
d. Jenis kelamin :
Pemeriksaan umum :
a. Tekanan Darah :
b. Nadi :
c. Respirasi :
2. Skala tingkat kecemasan Sebelum Intervensi Dilakukan
Petunjuk :
Diisi oleh peneliti
Pada skala ini diisi oleh penelitian setelah responden menunjukan angka
berapa tingkat kecemasan yang dirasakan dengan menggunakan Hamilton
Rating Scale For Anxiety (HARS) yaitu :
Skor
a. 0 = Tidak Ada
b. 1 = Ringan
c. 2 = Sedang
d. 3 = Berat
e. 4 = Berat Sekali
Total Skor
a. ≤ 14 = tidak ada kecemasan
b. 14-20 = kecemasan ringan
c. 21-27 = kecemasan sedang
d. 28-41 = kecemasan berat
e. 42-56 = kecemasan berat sekali
Tanyakan pada kepada responden pada angka berapa tingkat
kecemasan yang dirasakannya dengan menunjukan posisi garis yang
sesuai untuk mengambarkan cemas yang dirasakan oleh responden
sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda (X) pada skala

yang telah disediakan.


Sebelum dilakukan Tindakan (intervensi)

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar
Konsentrasi - Daya
Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Skor Total =

3. Skala tingkat kecemasan Sesudah Intervensi Dilakukan

Petunjuk :
Diisi oleh peneliti
Pada skala ini diisi oleh penelitian setelah responden menunjukan angka
berapa tingkat kecemasan yang dirasakan dengan menggunakan Hamilton
Rating Scale For Anxiety (HARS) yaitu :
Skor
f. 0 = Tidak Ada
g. 1 = Ringan
h. 2 = Sedang
i. 3 = Berat
j. 4 = Berat Sekali
Total Skor
f. ≤ 14 = tidak ada kecemasan
g. 14-20 = kecemasan ringan
h. 21-27 = kecemasan sedang
i. 28-41 = kecemasan berat
j. 42-56 = kecemasan berat sekali
Tanyakan pada kepada responden pada angka berapa tingkat
kecemasan yang dirasakannya dengan menunjukan posisi garis yang
sesuai untuk mengambarkan cemas yang dirasakan oleh responden
sebelum intervensi dilakukan dengan membuat tanda (X) pada skala
yang telah disediakan.
Setelah dilakukan Tindakan (intervensi)

No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar
Konsentrasi - Daya
Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Skor Total =

4. Lembar Standar Operasional Prosedur Teknik Lima Jari


a. Pengertian
Relaksasi lima jari adalah salah satu Teknik relaksasi dengan metode
pembayangan atau imajinasi yang menggunkan lima jari sebagai alat
bantu.
b. Tujuan
1) Mengurangi cemas
2) Memberikan relaksasi
3) Melancarkan sirkulasi darah
4) Merelaksasikan otot-otot tubuh
c. Indikasi
Terapi ini diindikasikan bagi klien dengan cemas, nyeri ataupun
ketegangan yang membutuhkan rileks.
d. Kontraindikasi
1) Klien dengan depresi berat
2) Klien dengan gangguan jiwa
e. Persiapan pasien
1) Kontrak waktu, topik, dan tempat dengan klien.
2) Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan.
3) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
f. Tahap persiapan
1) Menyiapkan SOP Teknik Lima Jari.
2) Persiapkan alat tape recorder atau secamacanya yang bisa
digunakan untuk memutar music relaksasi.
3) Modifikasi lingkungan senyaman mungkin bagi klien termasuk
4) pengontrolan suasana ruangan agar jauh terhindar dari
kebisingan saat mempraktekan.
g. Cara kerja
1) Atur posisi klien senyaman mungkin.
2) Instruksikan kepada klien untuk memejamkan mata
3) Tarik nafas hembuskan nafas lambat-lambat lakukan sebanyak
3 kali
4) Tautkan ibu jari kepada jari telunjuk, instruksikan kepada klien
untuk membayangkan tubuh milikmu begitu sehat.
5) Tautkan ibu jari kepada jari tengah, intsruksikan kepada klien
untuk membayangkan orang yang disayang.
6) Tautkan ibu jari kepada jari manis, instruksikan kepada klien
untuk membayangkan kompilasi milikmu dapatkan
penghargaan.
7) Tautkan ibu jari ke kelingking, insruksikan untuk
membayangkan kompilasi anda akan segera sembuh.
8) Instruksikan kepada klien untuk Tarik nafas, hembuskan
perlahan dan lakukan selama 3 kali.
9) Instruksikan klien untuj dibuka mata secara perlahan-lahan.

Anda mungkin juga menyukai