Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN HASIL AKHIR SEVEN JUMP

PAPER

Di ajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen pembimbing Dewi Srinatania
Disusun oleh:
Abdul Mustopa (117001) Noviyanti Octaviyani (117)
Anggi Sully P S (117003) Nurul Dynyyah (117)
Ati Febrianti (117005) Reni Desriyani (117)
Desi Damayanti (117) Riki Rohaedin (117)
Fina Fianti (117) Fauzia Ramadhan (117)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT
BANDUNG
2019
Kelompok 3

Leader : Riki Rohaedin


Skyber I : Fina Fianti
Skyber II : Anggi Sully P S
Anggota : Abdul Mustopa
Ati Febrianti
Desi Damayanti
Jovaldi Krisrialdi
Noviyanti Octaviyani
Nurul Dynyyah
Reni Desriyani
Fauzia Ramadhan
Step 1:
1. Abdul : Paritas dan meneran?
Posisi Litotomi?
39-40 minggu, termasuk fase apa?
2. Anggi Sully : Porsio teraba lunak?
3. Noviyanti : Kala II?
4. Ati Febrianti : Peregangan tali pusat?
5. Fauzia : Lahir plasenta 500 gr?
6. Reni D : Pembukaan lengkap?
7. Riki R : G1P0AO?
8. Jovaldi : Pembukaan servik?
9. Nurul : Pembukaan servik 3 dan 5cm?
10. Fina Fianti : Apgar score?

Step 2:
1. Reni D : Posisi litotomi; kedua kaki diangkat keatas seperti aan
dipasang KB IUD.
Ati Febrianti : 39-40 minggu termasuk kedalam trimester III.
3. Riki R : Kala II; posisi bayi
5. Anggi Sully : Lahir plasenta 500gr; plasenta yang dilahirkan setelah
bayi lahir.
6. Fina Fianti : Pembukaan lengkap; kepala bayi sudah dibawah panggul,
sudah siap untuk dilahirkan.
7. Anggi Sully : G1P0A0; Gravidarum (kehamilan), Partus (kelahiran),
Abortus (keguguran).
8. Anggi Sully : Pembukaan servik; untuk mengetahui pasien sudah
pembukaan keberapa.
9. Desi Dama : Pembukaan servik 3-5 cm; kepala bayi sudah didaerah
serviks.
10. Noviyanti : Apgar score; tangisan bayi baru lahir.

Step 3:
1. Abdul : Mengapa bisa merasa sakit dari perut menjalar ke paha?
Kenapa bisa terjadi rembesan lender dari vagina?
2. Noviyanti : Penolong membantu peregangan tali pusat, tujuannya
apa?
3. Nurul : Posisi bayi saat kala II?
4. Ati Febrianti : Cara menentukan Apgar Score?
5. Jovaldi : Kenapa berat plasenta harus ditentukan dalam kelahiran?
6. Fina Fianti : Posisi bayi sudah dimana ketika trimester III?
7. Fauzia : Cara menghitung presentasi kepala saat sudah ada
dibawah?
8. Desi Dama : Cara melihat pembukaan 1 dan selanjutnya?

Step 4:
1. Jovaldi : Sakit dari perut menjalar ke paha; karena ada kontraksi,
Sehingga terjadi peregangan otot di daerah sekitar paha.
2. Riki R : Tujuan peregangan tali pusat; agar memudahkan plasenta
untuk keluar.
4. Desi Dama : Apgar score; dengan cara menghitung tangisa pertama
bayi selama 1 menit.
5. Anggi Sully : Plasenta harus dilahirkan; karena jika ada plasenta yang
tertinggal di rahim ibu maka ibu akan mengalami
pendarahan.
6. Ati Febrianti : Posisi bayi trimester III; kepala yang sudah masuk ke
PAP.
7. Anggi Sully : Presentasi kepala bayi; bagian apa yang terendah yang
ada di rahim ibu, dengan cara melakukan pemeriksaan
leopold IV.

Step 5:
LO: Tahapan Persalinan, 58 Langkah APN, Asuhan persalinan perkala.
1) Tahapan Persalinan
Ibu dan anak mengalami perubahan khusus pada setiap kala persalinan yang
mendahului kelahiran normal. Kala-kala persalinan bervariasi dalam durasi
tergantung apakah ini persalinan pertama bagi wanita (primigravida) atau
persalinan kedua atau selanjutnya (multigravida/multipara).
a. Kala I dimulai dengan pembukaan persalinan dan memiliki 3 fase:
1) Fase laten:
a) Pembukaan serviks 0 cm (awal) sampai 5 cm (akhir)
b) Kontraksi tidak teratur dan kemajuan dari teratur menjadi ringan ke
sedang, durasi 5-30 menit terpisah, 30-45 detik.
c) Pembukaan dan penipisan serviks sebagian.
d) Pecahnya membrane/ketuban secara spontan (SROM) atau
pecahnya membrane/ketuban buatan (AROM).
e) Ibu banyak berbicara dan semangat.
2) Fase aktif:
Tahap 1 berakhir 8-20 jam (primigravida) atau 2-14 jam (multigravida)
setelah mencapai fase ini.
a) Pembukaan serviks 4 cm sampai 7 cm.
b) Kontraksi tidak teratur, sedang menjadi kuat, durasi 3-5 menit
terpisah, 40-70 detik.
c) Serviks membuka 7 cm dengan penipisan serviks yang tepat.
d) Dimulainya penurunan janin.
e) Ibu menjadi sangat cemas dan gelisah seiring dengan kontraksi
yang intensif, perasaan ketidakberdayaan mungkin dilaporkan.
3) Fase transisi:
Berakhir saat pembukaan lengkap pada 10 cm
a) Pembukaan serviks 8 cm sampai 10 cm.
b) Kontraksi teratur, kuat menjadi sangat kuat, durasi 2-3 menit
terpisah, 45-90 detik.
c) Ibu lelah, marah, gelisah dan merasa tidak berdaya dan tidak
mampu menangani persalinan (ini adalah fase tersulit dalam
persalinan).
d) Mual dan muntah dan sensai kebutuhan untuk memiliki gerakan
usus yang mungkin terjadi.
e) Desakan untuk mengejan terjadi.
f) Blood show/pengeluaran lendir darah meningkat seiring dengan
pengeluaran ketuban.

b. Kala II
Durasi 30 menit sampai 3 jam untuk primigravida dan 5-30 menit untuk
multigravida, dimulai dengan pembukaan penuh dan diakhiri dengan
pelepasan plasenta.
1) Mengejan berhenti saat kelahiran janin (atau jika terjadi komplikasi
dan diperlukan alternatif kelahiran).
2) Fleksi kepala
Selama kelahiran normal, kepala janin mendorong berlawanan dengan
servik, dasar panggul atau dinding panggul dan kepala melengkung
menghadap dada untuk menempatkan diameter terkecil untuk jalan
lintas memasuki panggul.
3) Rotasi internal
Tengkuk janin berotasi secara lateral dan kedepan dalam gerakan
memutar balik melewati tulang ischial menuju panggul.
4) Ekstensi
Tengkuk janin keluar dibawah simfisi pubis (pintu bawah
panggul/PBP) kemudian membelok kedepan. Kepala “lahir” saat
keluar dari vagina dengan perpanjangan dagu dan menjauh dari dada
janin.
5) Restitusi dan rotasi eksternal
Setelah kepala keluar dari vagina, kepala berotasi sejajar dengan tubuh
janin dan berputar ¼ putaran ketika pundak keluar di bawah simfisis
pubis ibu (pintu bawah panggul/PBP) dan keluar dari vagina.
6) Ekspulsi/ Pengeluaran
Dengan kepala dan pundak yang keluar dari vagina, tubuh bayi sisanya
melengkung pada simfisis pubis ibu dan terlahir.
c. Kala III
Durasi 3-30 menit untuk primigravida: dimulai dengan lahirnya sendiri
dan diakhiri dengan pelepasan plasenta. Plasenta terpisah dan dikeluarkan
salah satu dari dua permukaan munul lebih dulu:
1) Schulze: sisi plasenta janin yang licin muncul terlebih dulu.
2) Duncan: sisi plasenta janin yang lembab muncul lebih dulu.

d. Kala IV
Durasi 1-4 jam untuk primigravida. Dimulai dengan pelepasan plasenta
dan diakhiri dengan pertanda stabilisasi organ vital ibu.
1) Tanda vital ibu stabil.
2) Lochia scant mengalami kemajuan menjadi sedang ke lochia rubra.

2) 58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan
ampul dan memasukkan alat suntik sekali pakai 2 ½ ml ke dalam wadah
partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan dari
vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5% dan membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ
dalam batas normal (120-160 x/menit).
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk
meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok dan mengambil posisi nyaman,
jika ibu merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15. Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
17. Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, memasang
handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan lembut
gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk melakukan
bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah
bokong dandan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah
(selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara lutut janin).
25. Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat.
b. Apakah bayi bernafas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak aktif?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang kering dan membiarkan bayi di atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi)
dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala
bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokranial.
Jika plasenta t idak lahir setelah 30-40 detik, hentikan peregangan tali pusat
dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan
hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua
tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir
lengkap, dan masukkan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri
anterolateral.
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
di paha kanan anterolateral.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua
pascapersalinan.
50. Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5%.
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Melengkapi partograf.

3) Asuhan Keperawatan Persalinan Normal (perKala)


a. Definisi
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Prawihardjo, 2006).

b. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormon
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progresteron pada 1-2
minggu sebelum partus dimulai. Progresteron bekerja sebagai penenang
otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh
darah sehingga timbul his bila kadar progresteron menurun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Hal tersebut akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progresteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini
akan menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia
otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus
frankerhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh
kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

c. Jenis-jenis persalinan
Menurut Manuaba ,2009 jenis persalinan dibedakan menjadi dua
diantaranya:
1. Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan:
a) Persalinan Normal
Persalinan normal (persalinan spontan) adalah bayi lahir melalui
vagina dengan letak belakang kepala/ubun-ubun kecil, tanpa memakai
alat bantu, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi)
sejak awal hingga akhir hanya dengan tenaga ibu serta melalui jalan
lahir ke dunia luar. Proses persalinan normal biasanya berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam.
b) Persalinan Buatan
Persalinan Buatan adalah persalinan yang berakhir dengan
bantuan tenaga dari luar dan diakhiri dengan suatu tindakan. Misalnya
terjadinya obstruksi dengan melakukan tindakan forceps atau dengan
tindakan bedah sectio caesaria, vakum ektraksi.
c) Persalinan Anjuran
Persalinan Anjuran adalah persalinan yang baru dapat
berlangsung setelah permulaannya dianjurkan dengan suatu perbuatan
atau tindakan. Misalnya : dengan pemecahan ketuban atau dengan
memberi suntikan pitocin, sintosinon.
2. Jenis persalinan berdasarkan usia kehamilan:
a) Persalinan Abortus (Keguguran)
Persalinan Abortus atau tindakannya disebut aborsi. Adalah
persalinan dimana pengeluaran buah kehamilan sebelum janin dapat
hidup yaitu pada umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat
badan janin kurang dari 500 gram.
b) Persalinan Imatur/ Immaturus
Persalinan immaturus, adalah persalinan dimana usia kehamilan 22
minggu sampai dengan 28 minggu, dimana berat badan janin 500 gram
sampai dengan 1000 gram (janin mungkin bisa hidup dan mungkin
juga tidak bisa hidup).
c) Persalinan Prematur (kurang bulan)
Persalinan prematurus, adalah persalinan saat umur atau usia
kehamilan 28 minggu sampai 37 minggu, dimana berat badan janin
1000 gram sampai dengan 2500 gram dan janin bisa hidup di dunia
luar.
d) Persalinan Matur/ Maturus (cukup bulan)
Persalinan maturus (aterm) adalah persalinan dengan usia
kehamilan sudah cukup bulan, dimana usia kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat badan janin lebih dari 2500 gram.
e) Persalinan Post Matur (lebih bulan)
Persalinan post maturus (serotinus), adalah persalinan dengan usia
kehamilan lebih dari 42 minggu. Kondisi janin dengan persalinan post
matur (serotinus) kurang baik karena plasenta sudah tidak berfungsi
sehingga berakibat IUFD (intra uterine fetal defect: kerusakan atau
gangguan pada janin dalam rahim).
Sumber : Nuraisah Ai, dkk. 2012.Asuhan Persalinan Normal Bagi
Bidan. Bandung:PT. Refika Aditama.
d. Factor yang mempengaruhi persalinan :
1) Passage ( jalan lahir )
Jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri rongga panggul ,
dasar panggul , serviks dan vagina syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tersebut harus normal.Passage terdiri dari :
a) Bagian-bagian keras tulang panggul ( rongga panggul )
b) Bagian lunak otot-otot , jaringan ,dan ligament-ligamen pintu panggul
dan bidang hadge I – IV .
2) Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri
dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu . Power
merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh
adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim .Kekuatan yang mendorong
janin keluar terdiri dari :
a) His ( kontraksi otot uterus )
b) Kontraksi dinding-dinding perut
c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
3) Passanger
Terdiri dari janin dan plasenta . Janin merupakan passanger utama
dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang
paling besar dan keras . Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi
jalan persalinan .
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hidrosecphalus ,
kelainan letak seperti letak muka ataupun letak dahi , kelainan kedudukan
seperti kedudukan lintang atau sungsang .
4) Psikologis
Melibatkan psikologis ibu , emosi , dan persiapan intelektual ,
pengalaman bayi sebelumnya , kebiasaan adat , dan dukungan dari orang
terdekat pada kehidupan ibu .
5) Penolong
Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong
dalam menghadapi proses persalinan.

e. Tanda permulaan persalinan


1) Kepala turun masuk PAP, terutama pada primigravida
2) Perut terlihat melebar , fundus uteri menurun
3) Perasaan sering/susah BAK karna tertekan oleh bagian bawah janin
4) Perasaan sakit diperut dan pinggang , olehadanya kontraksi-kontraksi
yang lemah dari uterus kadang-kadang disebut fase labor pains
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah

f. Tanda – tanda in partu


1) Rasa sakit adanya his yang adatang lebih kuat , sering dan teratur
2) Keluar lendir dan bercampur darah yang banyak , robekan kecil pada
bagian serviks
3) Kadang – kadang ketuban pecah
4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar

g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Utrasonografi (USG) : mengidentifikasi kehamilan ganda, anomaly
janin, atau melokalisasi kantong amnion pada amniosintesis.
2) Amniosintesis : cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk
evaluasi kematangan paru janin.
3) Pemantauan janin : membantu dalam mengevaluasi janin.
4) Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah (Hb dan Ht)

h. Penatalaksanaan Medis
1) Kaji kondisi fisik klien
2) Anjurkan klien untuk tidak coitus
3) Anjurkan klien istirahat
4) Observasi perdarahan
5) Memeriksa TTV
6) Memeriksa kadar HB
7) Berikan cairan pengganti RL
8) Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature

i. Asuhan Keperawatan perKala


1) KALA I
a) Pengkajian
 Integritas ego: klien tampak cemas, klien tampak serius dan
tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang kemampuan
mengendalikan pernapasan.
 Nyeri/ketidaknyamanan: kontraksi regular ke sedang, terjadi 2. 5-5
menit dan berakhir 30-40 detik, terjadi peningkatan frekuensi
durasi atau keparahan.
 Seksualitas: dilatasi servik 0-4 cm atau mungkin 4-8 cm, mungkin
ada lender merah muda kecoklatan/flek.
 Aktivitas/istirahat: klien tampak kelelahan.
 Keamanan: irama jantung janin terdeteksi agak dibawah pusat,
pada posisi vertex.
b) Diagnosa Keperawatan
 Ansietas berhubungan dengan krisis situasi kebutuhan tidak
terpenuhi.
 Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan berhubungan
dengan kurangnya informasi yang diberikan.
 Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian
presentasi.
c) Intervensi

No Diagnosa Noc Nic


1. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan informasi tentang
dengan krisis situasi keperawatan selama 1x24 perubahan psikologis dan
kebutuhan tidak jam, diharapkan ansietas fisiologis pada persalinan.
terpenuhi berkurang dengan kriteria 2. Kaji tingkat dan penyebab
hasil: ansietas.
a. TTV normal 3. Pantau tekanan darah dan
b. Klien dapat nadi nadi sesuai indikasi.
mengungkapkan 4. Anjurkan klien
perasaan cemasnya. mengungkapkan
c. Lingkungan sekitar perasaannya.
pasien tenang dan 5. Berikan lingkungan yang
kondusif. nyaman dan tenang untuk
klien.
2. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji persiapan, tingkat
tentang kemajuan keperawatan selama 1x24 pengetahuan dan harapan
persalinan jam, pengetahuan klien klien.
berhubungan dengan tentang kemajuan persalinan 2. Berikan informasi dan
kurangnya informasi meningkat dengan kriteria kemajuan persalinan
yang diberikan. hasil: normal.
a. Klien dapat 3. Demonstrasikan teknik
mendemonstrasikan pernapasan atau relaksasi
teknik pernapasan dan dengan tepat untuk stiap
posisi yang tepat untuk fase persalinan.
fase persalinan.
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji derajat
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 ketidaknyamanan secara
tekanan mekanik dari jam, diharapkan nyeri dapat verbal dan nonverbal.
bagian presentasi terkontrol dengan kriteria 2. Pantau dilatasi serviks.
hasil: 3. Pantau tanda vital dan DJJ.
a. TTV dalam batas 4. Bantu penggunaan teknik
normal. pernapasan dan relaksasi.
b. Klien dapat 5. Kolaborasi pemberian
mendemonstrasikan analgesic.
control nyeri.

2) KALA II
a) Pengkajian
 Aktivitas/istirahat: klien tampak kelelahan, ketidakmampuan
melakukan dorongan sendiri/teknik relaksasi, lingkaran hitam
dibawah mata.
 Sirkulasi: tekanan darah meningkat 5-10 mmHg.
 Integritas ego: klien merasakan kehilangan kontrol.
 Eliminasi: keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi
kandung kemih.
 Nyeri/ketidaknyamanan: merintih selama kontaksi, rasa
terbakar/meregang pada perineum, kontraksi uterus kuat terjadi
1,5-2 menit.
 Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.
 Seksualitas: servik dilatasi penuh (10 cm), peningkatan perdarahan
pervaginam, membran rupture, peningkatan pengeluaran cairan
amnion selama kontraksi.
b) Diagnosa Keperawatan
 Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi aliran
balik vena.
 Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interaksi
hipertonik.
c) Intervensi

No Diagnosa Noc Nic


1. Perubahan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tekanan darah
jantung berhubungan keperawatan selama 1x24 jam, dan nadi tiap 5-15 menit.
dengan fluktuasi diharapkan kondisi 2. Anjurkan pasien untuk
aliran balik vena. kardiovaskuler pasien onhalasi dan ekshalasi
membaik dengan kriteria hasil: selama upaya mengejan.
a. Tekanan darah dan nadi 3. Anjurkan klien untuk
dalam batas normal. memilih posisi
b. Supply O2 tersedia. persalinan yang
mengoptimalkan
sirkulasi.
2. Risiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Kolaborasi episotomi
integritas kulit keperawatan selama 1x24 jam, garis tengah atau medic
berhubungan dengan diharapkan integritas kulit lateral.
interaksi hipertonik. terkontrol dengan kriteria 2. Kolaborasi terhadap
hasil: pemantuan kandung
a. Luka perineum terutup kemih dan kateterisasi.
(episotomi)

3) KALA III
a) Pengkajian
 Aktivitas/istirahat : klien tampak tenang dan keletihan.
 Sirkulasi : TD meningkat, hipotensi akibat analgetik dan anastesi, nadi
melambat.
 Makan dan cairan : kehilangan darah normal 250-300 ml.
 Nyeri/ketidaknyamanan : dapat mengeluh termor kaki dan menggigil.
 Seksualitas : darah berwarna dan vagina terjadi saat plasenta lepas, tali
pusat memanjang pada muara vagina.
b) Diagnosa keperawatan
 Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan setelah melahirkan.
 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan oral.
c) Intervensi

No Diagnosa Noc Nic


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu penggunaan
dengan trauma jaringan keperawatan selama 2x24 jam, teknik pernafasan.
setelah melahirkan. diharapkan nyeri pasien 2. Berikan kompres es
terkontrol dengan kriteria hasil: pada perineum setelah
a. Pasien dapat mengontrol melahirkan.
nyeri. 3. Kolaborasi perbaikan
episiotomi.
2. Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ttv setelah
volume cairan keperawatan selama 2x24 jam, pemberian oksitosin.
berhubungan dengan diharapkan cairan seimbang 2. Kaji tanda dan gejala
asupan oral. dengan kriteria hasil: shock.
a. Ttv normal. 3. Massase uterus dengan
b. Darah yang keluar ± 200- perlahan setelah
300 cc. pengeluaran plasenta.
4. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral.

4) KALA IV
a) Pengkajian
 Aktivitas/istirahat: klien tampak kelelahan.
 Sirkulasi: nadi lambat, tekanan darah menurun terhadap respion
analgetik/meningkat karena pemberian oksitosin, kehilangan darah
selama persalinan 400-500 ml
 Integritas ego: kecewa/rasa takut terhadap kondisi bayi, bahagia.
 Eliminasi: haemoroid, kandung kemih teraba diatas simfisis pubis.
 Makanan/cairan: mengeluh haus, lapar/mual.
 Nyeri/ketidaknyamanan: melaporkan nyeri.
 Seksualitas: fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak
setinggi umbilicus, perineum kemerahan, edema, ekimoskis, striae
pada abdomen, paha dan payudara.
b) Diagnosa Keperawatan
 Nyeri akut berhubungan dengan efek hormon, trauma, edema
jaringan, kelelahan fisik.
 Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi/
peningkatan anggota keluarga.
c) Intervensi
No Diagnosa Noc Nic
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji sifat dan derajat
dengan efek hormon, keperawatan selama 2x24 jam, nyeri.
trauma, edema jaringan, diharapkan nyeri pasien dapat 2. Beri informasi yang
kelelahan fisik. terkontrol dengan kriteria hasil: tepat tentang
a. Pasien dapat mengontrol perawatan selama post
nyeri. partum.
3. Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi.
4. Kolaborasi pemberian
analgesik.
2. Perubahan ikatan proses Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien untuk
keluarga berhubungan keperawatan selama 2x24 jam, menggendong,
dengan transisi/ diharapkan proses keluarga baik menyentuh bayi.
peningkatan anggota dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan dan bantu
keluarga a. Ada kedekatan antara ibu pemberian ASI,
dan bayi tergantung pada
pilihan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Reeder, Sharon J. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi &


Keluarga, Ed. 18, Vol. 1. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai