Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN AKHIR PROJECT BASED LEARNING

FORMULASI LIP BALM EKSTRAK TEH HIJAU


(Camelllia sinensis (L.) Kuntze)

Disusun oleh :

Ary Setyowati 0050917298


Indriana Salsabilla Aprilia 0053847471
Nur Angelita 0041293214
Putri Adelia Cahya Indriyanti 0060174297
Tengku Muhammad Al Rizky Putra 0050831654

FARMASI INDUSTRI
SMKN 9 TANGERANG
Jl. Villa Tangerang Regency, Kel. Gebang Raya, Kec. Periuk, Kota Tangerang, Banten
Telp./Fax. (021) 5587475
Website : https://www.smkn9tangerang.sch.id

i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PROJECT BASED
LEARNING FORMULASI LIP BALM EKSTRAK TEH HIJAU
(Camelllia sinensis (L.) Kuntze)

Disusun oleh :

Ary Setyowati 0050917298


Indriana Salsabilla Aprilia 0053847471
Nur Angelita 0041293214
Putri Adelia Cahya Indriyanti 0060174297
Tengku Muhammad Al Rizky Putra 0050831654

Diterima dan disahkan oleh guru pembimbing pada :

Hari/Tanggal :

Tempat :

Dengan Hasil : BAIK/CUKUP/KURANG

Pembimbing

Apt. Dewi Komalasari, S.Si,


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan akhir Project Based
Learning formulasi lip balm ekstrak teh hijau ini dengan tepat waktu.
Penyusun menyadari bahwa tanpa adanya petunjuk, bimbingan, serta
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, laporan akhir ini tidak dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Drs. Asep Riskanda, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMKN 9 Tangerang.
2. Apt. Dewi Komalasari, S.Si, selaku Kaprodi Farmasi Industri dan selaku
pembimbing
3. Vera Juliana, S.Farm, selaku guru farmasi yang telah banyak memberikan
masukan tentang sediaan lip balm pada laporan ini.
4. Endang Sukarman, S.Farm, selaku guru farmasi yang telah banyak
memberikan masukan tentang sediaan lip balm pada laporan ini.
5. Fenny Maita Sari, S.Farm, selaku guru farmasi yang telah banyak memberikan
masukan tentang sediaan lip balm pada laporan ini.
6. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa mendukung dan memberi motivasi.
Mengingat kurangnya pengetahuan dan penyusunan laporan akhir, penyusun
sadar bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Maka dengan ini, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan dalam penyusunan
laporan akhir dalam pembuatan laporan akhir selanjutnya.

Tangerang, 14 September 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................

BAB I [PENDAHULUAN] ...................................................................................................

A. Latar belakang ..................................................................................................................

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................

C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................................

BAB 2 [KERANGKA TEORI] .............................................................................................

A. Kosmetik ..........................................................................................................................

B. Semi Padat ........................................................................................................................

C. Lip Balm ...........................................................................................................................

D. Preformulasi Bahan Aktif ................................................................................................

E. Preformulasi Bahan Tambahan ........................................................................................

BAB 3 [METODE PENELITIAN] ......................................................................................

A. Formulasi Standar Lip Balm ............................................................................................

B. Formulasi Lip Balm Ekstrak Teh Hijau ...........................................................................

C. Perhitungan Bahan Aktif ..................................................................................................

D. Prosedur Pembuatan .........................................................................................................

E. Desain Kemasan ...............................................................................................................

F. Pengujian Sediaan Lip Balm Ekstrak Teh Hijau ..............................................................

G. Rencana Modal .................................................................................................................

BAB 4 [HASIL DAN PEMBAHASAN] ...............................................................................

2
A. Hasil Pengujian Produk ............................................................................................
B. Pembahasan ...............................................................................................................

BAB 5 [PENUTUP] ...............................................................................................................

A. Kesimpulan ...............................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................

LAMPIRAN ...........................................................................................................................

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecantikan merupakan anugerah terindah yang dimiliki setiap manusia.


Manusia pada dasarnya sudah di ciptakan dengan porsi kecantiknya sendiri.
Namun pada saat ini masyarkat ingin terlihat lebih menarik untuk mendapatkan
popularitas. Mengubah penampilan lebih menarik dapat dilakukan dengan
melakukan perawatan diri dan merias diri menggunakan kosmetik.

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.


Kosmetik sudah dikenal orang sejak zaman dahulu kala. Menurut Peraturan
Kepala Badan POM RI Nomor 19 Tahun 2015, pengertian kosmetik adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, terutama untuk membersihkan,
mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau
melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik). Salah satu kosmetik
yang menjadi perhatian masyarakat saat ini adalah kosmetik yang digunakan
pada bibir.

Bibir merupakan salah satu bagian pada wajah yang penampilannya sangat
mempengaruhi wajah. Bibir sangat sensitif pada produk perawatan kesehatan,
kosmetik dan produk perawatan kulit lainnya yang dapat menyebabkan
kerusakan kulit seperti bibir menjadi kering, pecah - pecah, dan warna yang
kusam. Selain tidak enak dipandang, bibir yang pecah - pecah juga dapat
menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman.

Lip balm merupakan salah satu kosmetik yang digunakan untuk perawatan
bibir dan memperindah bibir. Manfaat dari menggunakan lip balm yaitu untuk
mengatur kelembaban bibir, mengatasi masalah pada bibir kering dan bibir
pecah – pecah yang disebabkan oleh kekurangan air atau pemakaian kosmetik

4
pada bibir yang mengandung bahan kimia sehingga dapat merusak permukaan
bibir. Dalam formulasi lip balm dibutuhkan kandungan yang memiliki
efektivitas melembabkan, mengatasi bibir pecah – pecah, dan bibir kering.
Salah satu bahan yang memiliki efektifitas tersebut adalah teh hijau atau
Camellia sinensis (L.) Kuntze.

Camellia sinensis (L.) Kuntze. adalah tanaman yang memiliki kandungan


antioksidan yang dapat digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat
paparan sinar matahari (Soraya, 2007). Selain itu teh hijau juga memiliki
kandungan Kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa yang berperan dalam
mengatasi kerusakan kulit karena kulit memiliki aktivitas antioksidan kuat
untuk melindungi tubuh terhadap radikal bebas (Shah et al.,2016). Kandungan
Antioksidan pada teh hijau yaitu, IC50 sebesar 21,44-28,03 µg/ml (Kusmiyati
dkk., 2015).

Pengambilan judul Formulasi Lip Balm Ekstrak teh hijau (Camelllia


sinensis (L.) Kuntze) sebagai pelembab bibir untuk mengatasi bibir kering dan
pecah – pecah, karena pada saat ini masyarakat gemar dengan kosmetik
berbahan alami terutama pada pelembab bibir. Banyak masyarakat yang
perlahan sadar akan bahaya akibat penggunaan bahan kimia. Sehingga banyak
dari mereka yang mulai beralih mengonsumsi bahan organik khususnya untuk
kosmetik yang digunakan untuk pelembab bibir. Pada formulasi lip balm ini
menggunakan teh hijau sebagai bahan aktif yang memiliki efektifitas untuk
mengatasi bibir kering dan bibir pecah – pecah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan yaitu :
1. Apakah Ekstrak teh hijau dapat diformulasikan dalam sediaan lipbalm?
2. Apa saja manfaat Ekstrak teh hijau jika diformulasikan dalam sediaan
lipbalm?
3. Bagaimana cara pembuatan yang baik pada sediaan semi padat berupa
lipbalm?

5
4. Bagaimana cara uji mutu fisik sediaan lipbalm dari Ekstrak teh hijau yang
baik?
C. Tujuan
Tujuan dilakukannya Project based learning pembuatan sediaan lipbalm
ekstrak teh hijau yaitu :
1. Dapat mengetahui dan mempelajari formulasi sediaan semi padat berupa
lipbalm.
2. Siswa dapat menghasilkan produk semipadat berupa lipbalm.
3. Dapat mengetahui mutu fisik sediaan lipbalm dari Ekstrak teh hijau yang
baik sesuai dengan kriteria.
4. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang lipbalm yang
dapat digunakan untuk melembabkan kulit bibir.

BAB 2

KERANGKA TEORI

A. Kosmetik
1. Definisi Kosmetik

6
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam Peraturan
Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011 tentang
Metode Analisis Kosmetik menyebutkan bahwa kosmetik adalah bahan atau
sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan
membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, dan
mengubah penampilan, dan memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik.
2. Kosmetik menurut kegunaannya
Menurut Tranggono (1996), berdasarkan kegunaannya kosmetik dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kosmetik riasan (make-up) adalah kosmetik
yang diperlukan untuk merias atau memperindah penampilan kulit dan
kosmetik perawatan kulit atau skin care adalah kosmetik yang diutamakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan kulit, bahkan kadang-kadang
untuk menghilangkan kelainan-kelainan pada kulit.
3. Kosmetik yang Aman Menurut Tranggono (1996)
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk membuat kosmetik
yang aman, yaitu:
a) Tujuan pemakaian kosmetik, sesuai iklim lingkungan pemakainya, dan
bagaimana jenis kulit pemakainya.
b) Pemilihan bahan baku yang berkualitas tinggi dan tidak berbahaya untuk
kulit dan tubuh.
c) Pemilihan zat pewarna dan zat pewangi yang tidak menimbulkan reaksi
jika terkena sinar matahari.
d) Cara pengolahan yang ilmiah, modern, dan higienis.
e) Harus dibuat pH seimbang (pH-balanced).
f) Pengujian klinis hasil produk sebelum diedarkan ke masyarakat.
g) Pemilihan kemasan yang baik, yang tidak merusak produk dan kulit
pemakainya.
B. Semi Padat
1. Definisi Semi Padat

7
Sediaan farmasi semi solid (semi padat) merupakan produk topikal yaitu
untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa untuk memberikan
efek lokal dan kadang kadang sistemik. Sediaan semi solid (setengah padat)
ditujukan pada pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Sediaan
Semi solid pada dasarnya dibagi berdasarkan konsistensi dari sediaan salep,
krim, pasta dan gel.
2. Sediaan semi solid dilihat dari efek kerja obat
a) Efek lokal, zat aktif keluar dari pembawa dan meminimalkan proses
penyerapan oleh darah, ditujukan untuk pemakaian pada kulit atau
permukaan mukosa tertentu untuk kerja lokal atau penetrasi perkutan dari
bahan obat.
b) Efek sistemik, ditujukan untuk sistem pengobatan melalui kulit.

3. Keuntungan dan kekurangan sediaan semi solid


a) Bentuk sediaan semi solid memiliki konsistensi dan wujud antara solid
dan liquid.
b) Bentuk sediaan semi solid jika dibandingkan dengan bentuk sediaan solid
dan liquid, dalam pemakaian topical. "memiliki keunggulan dalam hal
adhesivitas sediaan sehingga memberi waktu tinggal yang relatif lebih
sama". Selain itu fungsi perlindungan terhadap kulit lebih terlihat pada
sediaan semi solid.

4. Kelebihannya
a) Praktis, mudah dibawa, mudah dipakai.
b) Mudah menyerap pada kulit bibir.

5. Kekurangan sediaan semi solid berdasarkan basis:


a) Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta
suli tercuci dan sulit dibersihkan pada permukaan kulit.
b) Kekurangan basis absorpsi

8
Kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotic
dan bahan-bahan kurang stabil dengan adanya air mempuyai sifat hidrofil
atau dapat mengikat air.

C. Lip Balm
1. Definisi Lip balm
Lip balm adalah bahan dari lilin yang diaplikasikan secara topikal pada
bibir untuk mengurangi bibir kering. Cuaca kering, suhu dingin, dan angin
mempunyai efek kering pada kulit karena menghilangkan kelembapan kulit.
Efek kekeringan ini karena kulit bibir sangat tipis sehingga bibir
memperlihatkan tanda kekeringan. Bahan pelindung seperti waxes dan
petroleum jelly mencegah hilangnya kelembapan. Bahan tambahan lain
seperti perasa, pewarna dan, sunscreen masing - masing mempunyai
keunggulan spesifik sehingga dapat meningkatkan fungsi lip balm.
Ada dua jenis lip balm, berbentuk stik padat seperti lipstick dan berupa
krim dalam pot kecil. Fungsi dari lip balm adalah untuk melindungi bibir
dari kekeringan akibat sinar matahari dan menjaga kelembapannya. Lip
balm melapisi permukaan bibir sehingga mencegah bakteri dan kuman
penyebab penyakit menempel pada bibir. Cara memakai lip balm dengan
cara mengoleskan langsung lip balm stik pada bibir dan menggunakan jari
atau cotton bud untuk lip balm krim dalam pot. Oleskan dua atau tiga kali
sehari. Sebagian orang menambahkan lip gloss di atas lip balm untuk
menghindari kesan seperti lilin pada bibir. Sebelum memakai lipstick,
sebaiknya bibir diolesi dengan lip balm yang berfungsi untuk melembabkan
dan membantu mencegah bibir pecah-pecah serta terkelupas.

2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui tingkat
tercampurnya suatu sediaan, dengan mengamati apakah terdapat butiran
yang tidak larut dalam sediaan atau tidak. Pengujian homogenitas pada

9
sediaan dilakukan dengan cara mengamati secara visual apakah terdapat
partikel kasar atau tidak pada sediaan.
3. Uji Iritasi
Uji iritasi terhadap kulit dilakukan terhadap 10 orang penguji dengan
cara mengoleskan sediaan lip balm pada kulit lengan bawah.
4. Uji Efek Kelembaban
Kandungan air sangat menentukan elastisitas bagian atas kulit sehingga
kulit akan tampak lembab dan halus. Kurangnya kadar minyak pada
permukaan kulit mengakibatkan kandungan air yang berada pada
permukaan lapisan bawah keratin lebih cepat menguap, sehingga
menyebabkan kekeringan pada kulit.
5. Uji PH
Uji pH bertujuan untuk mengetahui sediaan pewarna bibir apakah telah
sesuai dengan pH fisiologis kulit bibir dan lipstik yang baik.
6. Karakteristik Lip Balm
Karakteristik kualitas kosmetik dan obat OTC bibir dari perspektif
konsumen, menurut Baki pada tahun 2015 adalah sebagai berikut.
Karakteristik kualitas make up bibir secara teknis dapat disimpulkan
menjadi sebagai berikut :
a) Warna yang menarik
b) Warna merata saat penggunaan
c) Melapisi dengan baik
d) Efek tahan lama
e) Rasa dan Bau yang sedap
f) Mudah digunakan
g) Memiliki UV Protectiom
h) Tidak meninggalkan noda disekitar bibir
i) Lip gloss (Memberikan tampilan basah dan kilau)
j) Lip liner (Harus sangat memberikan pigmen pada bibir, cukup keras
untuk digunakan membuat garis di sekitar bibir)
k) Lip Balm: melembabkan bibir dan mencegah pecah-pecah.

10
Karakteristik kualitas make up bibir secara teknis dapat disimpulkan
menjadi sebagai berikut :
a) Memiliki stabilitas yang bertahan lama
b) Aman secara dermatologis
c) Dapat dioleskan dengan mudah tanpa ada sensasi berminyak
d) Tahan lama di bibir tanpa menjadi menggumpal dan lengket
e) Intensitas warna yang tetap tanpa adanya perubahan warna
f) Memiliki kekerasan dan kekakuan yang sesuai.
g) Tahan pada suhu 4-40℃ tanpa terjadi pengerasan atau pelelehan.
7. Kelebihan sediaan Lip Balm
Kelebihan sediaan lip balm menurut (Kadu dkk, 2014) menjelaskan
bahwa lip balm dapat menjaga kesehatan dan keindahan alami bibir. Sun
block yang terkandung dalam lip balm yang terbukti untuk mencegah bibir
dari bahaya sinar ultraviolet matahari. Lip balm juga membantu untuk
melindungi bibir dari pengaruh luka karena dingin, pecah-pecah dan
kekeringan. Kontak lip balm dengan kulit tidak akan menimbulkan sensasi
gesekan atau kekeringa, dan harus memungkinkan pembentukan lapisan
homogen pada permukaan bibir untuk melindungi labial mukosa yang
rentan terhadap faktor lingkungan seperti radiasi UV, kekeringan dan polusi.
Adapun dalam hal pengguna, pengguna lip balm tidak membedakan gender
baik laki-laki atau perempuan dapat menggunakannya. Penggunaan lip balm
dapat menyegarkan, dan juga mengatasi gejala yang berhubungan dengan
bibir akibat pilek, flu dan alergi. Penggunaan lip balm dapat untuk
memperbaiki penampilan wajah dan kondisi kulit bibir (Kadu et al., 2014).

8. Kekurangan sediaan lip balm


Kekurangan sediaan lip balm tergantung pada kualitas bahan lip balm.
Lip balm yang dibuat dari bahan-bahan berkualitas rendah dapat
membahayakan bibir yaitu dapat membuat bibir menjadi kering, bukan

11
melembabkannya. Dibandingkan dengan lip balm komersial, lip balm
buatan sendiri cenderung memiliki kelengketan dengan durasi waktu yang
lebih singkat pada bibir pengguna. Oleh karena itu, perlu pengaplikasian
ulang. Penggunaan pewarna dan perasa alami lebih sulit untuk digunakan
dan dapat mempengaruhi kestabilan sediaan. Minyak alami memiliki
kelemahan lain seperti terasa lebih berminyak (greasy), Komedogenik, dan
kurang dalam hal daya sebarnya. Adapun dari segi pengguna, kecanduan
pada lip balm adalah kelemahan lain biasanya terlihat dengan seberapa
sering penggunaan lip balm oleh mereka.

D. Preformulasi Bahan Aktif


1. Uraian Tanaman :
Menurut Depkes (2001), Sistematika tanaman teh hijau yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobinta

Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Tehales Famili : Tehaceae

Genus : Camellia Spesies :


Camellia sinensis (L)

Tanaman (daun) teh (Camellia sinensis) adalah spesies tanaman yang daun
dan pucuk daunnya digunakan untuk membuat teh. Teh adalah bahan
minuman yang secara universal dikonsumsi di banyak negara serta berbagai
lapisan masyarakat (Tuminah, 2004). Teh hijau memiliki nama ilmiah
Camellia sinensis dan telah dianggap memiliki anti-kanker, anti-obesitas,
anti-aterosklerosis, antidiabetes dan efek antimikroba (Ahmad et al, 2014).

Selain itu teh hijau juga memiliki kanndungan antioksidan, mineral, dan
polifenol yang dapat berguna untuk mengurangi peradangan pada bibir pecah

12
- pecah. Oleh karena itu peneliti menggunakan ekstrak teh hijau untuk
membuat lip balm dengan efektifitas mengatasi bibir kering.

2. Ekstrak dan Ekstraksi :


Estrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan mencari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh
cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi
serbuk.
Ekstraksi adalah Penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut menggunakan pelarut cair yang
dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung dalam simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut (Sudjadi, 1998). Metode ekstraksi dibagi
menjadi :
1. Cara Dingin :
a) Maserasi adalah proses penyarian sederhana yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk mencari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam penyari
(Sudjadi, 1998). Kelebihan ekstraksi ini adalah alat dan cara yang
digunakan sangat sederhana, dapat digunakan untuk analit baik yang
tahan terhadap pemanasan maupun yang tidak tahan panas (Leba,
2017).
b) Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan,
tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh
ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Depkes, 2010).

2. Cara Panas :

13
a) Dekoktasi adalah proses penyarian secara dekoktasi hampir sama
dengan infundasi, perbedaannya hanya terletak pada lamanya waktu
pemanasan yaitu waktu pemanasan pada dekoktasi lebih lama sekitar
30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90 °C (Depkes, 2010).
b) Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut baru yang dilakukan
dengan alat soxhlet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes, 2010).
c) Digesti adalah maserasi yang dilakukan dengan cara pengadukan
secara terus-menerus pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50 °C (Depkes, 2010).
d) Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,
temperatur terukur 96-98 °C) selama waktu tertentu (15 - 20 menit)
(Depkes, 2010).
e) Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama 3 - 5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi cukup sempurna (Depkes, 2010).
E. Preformulasi Bahan Tambahan
1. Buthylis Hydroxy Toluenum (BHT)

Butylated Hydroxy Toluena adalah senyawa organik lipofilik (larut

dalam lemak) dan senyawa kimia turunan dari fenol yang berguna untuk

antioksidan (Praja, 2015). Pemeriannya yaitu hablur padat, putih, bau khas

lemah. Kelarutannya tidak larut dalam air dan propilen glikol, mudah larut

dalam etanol, dalam kloroform, dan eter (Ditjen POM, 1995). Konsentrasi

BHT yang dapat digunakan dalam sediaan kosmetik adalah sebesar 0,0075 -

0,1% (Rowe et al., 2009).

14
2. Cera Alba

Cera alba atau lilin putih adalah hasil pemurnian malam dari sarang

madu lebah Apis mellifera Linne. Pemeriannya yaitu padatan berwarna

putih atau putih kekuningan, bau lemah khas madu, agak rapuh bila dingin

dan patah membentuk granul, patahan tak hablur, menjadi lunak oleh suhu

tangan (Ditjen POM, 1995). Cera alba umumnya digunakan pada sediaan

kosmetik khususnya untuk bibir adalah sebesar 0,5 - 5% sebagai bahan

pengeras, dianggap sebagai bahan yang tidak toksik dan tidak mengiritasi

baik pada sediaan topikal maupun sediaan oral (Mercado, 1991).

3. Gliserin

Gliserin Pemeriannya yaitu cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna,

rasa manis, berbau khas lemah (tajam atau tidak enak), higroskopis dan

netral terhadap lakmus. Kelarutannya yaitu dapat bercampur dengan air dan

etanol (Ditjen POM, 1995). Gliserin digunakan secara luas pada formulasi

farmasetikal meliputi sediaan oral, telinga, mata, topikal dan parenteral.

Pada sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai humektan

dan emolien. Konsentrasi gliserin yang dapat digunakan adalah ≤ 30%

(Rowe et al., 2009).

4. Lanolin

Lanolin atau lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang

dimurnikan, diperoleh dari bulu domba Ovis aries Linne yang dibersihkan

dan dihilangkan warna dan baunya. Pemeriannya yaitu massa seperti lemak,

lengket, warna kuning dan bau khas (Ditjen POM, 1995). Pada sediaan

15
topikal dan kosmetik, lanolin digunakan sebagai emolien. Konsentrasi

lanolin yang biasa digunakan dalam sediaan kosmetik khususnya untuk bibir

adalah sebesar 7 - 20% (Mercado, 1991).

5. Minyak Jarak

Minyak jarak tidak lebih kental dibandingkan minyak nabati lainnya.

Komponen terbesar minyak jarak adalah trigliserida yang mengandung

asam ricinoleat (Gome, 2016). Konsentrasi minyak jarak yang biasa

digunakan dalam sediaan kosmetik khususnya untuk kosmetik bibir dan

kulit adalah sebesar 6 - 20% (Mercado, 1991).

6. Nipagin

Nipagin atau metil paraben memiliki pemerian yaitu hablur kecil, tidak

berwarna, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa

terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut

dalam etanol dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol dan dalam

gliserol. Suhu leburnya antara 125 - 128 °C (Ditjen POM, 1979). Metil

paraben digunakan sebagai pengawet dalam sediaan topikal dalam jumlah

0,02 - 0,3% (Rowe et al., 2009).

7. Cocoa butter

Cocoa butter atau lemak coklat merupakan lemak alami yang diperoleh

dari biji kakao. Lemak kakao selain digunakan dalam industri pangan juga

digunakan dalam industri kosmetik karena mengandung senyawa-senyawa

fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan kulit (Sampebarra, 2016).

8. Oleum camellia

16
Ol. camellia adalah derivat minyak yang terbuat dari daun Camellia

sinensis yang digunakan sebagai emolien, antioksidan, dan pewangi

pada sediaan kosmetik (Michael dan Ash, 2004).

BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Formulasi Standar Lip Balm


R/ Cera Alba 2%
Lanolin 10%
Gliserin 5%

17
Nipagin 0,1%
BHT 0,05%
Cocoa butter ad 100
B. Formulasi Lip Balm Ekstrak Teh Hijau
R/ Ekstrak Teh Hijau 1,5%
Minyak Jarak 8%
Cera Alba 2%
Lanolin 10%
Gliserin 5%
Nipagin 0,1%
BHT 0,05%
Ol. Camellia 0,1%
Cocoa butter ad 100
C. Perhitungan Bahan Aktif

Ekstrak Teh Hijau 1,5% 1,5


x 100=1,5 gram
100

Minyak Jarak 8% 8
x 100=8 gram
100

Cera Alba 2% 2
x 100=2 gram
100

Lanolin 10% 10
x 100=10 gram
100

Gliserin 5% 5
x 100=5 gram
100

Nipagin 0,1% 0,1


x 100=0,1 gram
100

BHT 0,05% 0,05


x 100=0,05 gram
100

Ol. Camellia 0,1% 0,1


x 100=0,1 gram
100

Cocoa butter ad 100 Ad 100

18
D. Prosedur Pembutan
Timbang semua bahan, larutkan nipagin dalam gliserin, lalu tambahkan
ekstrak teh hijau kemudian di aduk hingga homogen (Massa A). BHT
dilarutkan dalam minyak jarak (Massa B), di campurkan Massa A dan Massa
B hingga di peroleh (campuran 1). Masukkan Cera Alba ke dalam cawan
penguap, dan di lebur di atas penangas air. Setelah Cera Alba melebur,
masukan lanolin dan cocoa butter, lalu di lebur hingga semua bahan melebur
(campuran 2). Campurkan Campuran 1 dan 2 perlahan sambil di aduk,
tambahkan Ol. Camellia dan dimasukkan ke dalam wadah (Adliana
dkk,.2012)
E. Desain Kemasan
Kemasan produk secara umum adalah suatu wadah ataupun pembungkus
yang memiliki fungsi untuk mencegah ataupun meminimalisir terjadinya
kerusakan pada produk yang dikemas. Kemasan adalah suatu desain kreatif
yang memiliki beberapa unsur, seperti : bentuk, struktur, material (bahan),
warna, citra, tipografi beserta elemen desain lainnya yang membentuk
informasi dari suatu produk, agar produk dapat dipasarkan atau diedarkan.
Kemasan terdiri dari 3 yaitu :
1. Kemasan Primer
Kemasan Primer merupakan kemasan yang melindungi produk secara
langsung atau bersentuhan langsung dengan produk, kemas primer
relative berukuran kecil atau sesuai porsi eceran.

Gambar 3.1 : Kemasan Primer

2. Kemasan Sekunder

19
Kemasan Sekunder merupakan kemasan yang melindungi kemasan
primer, biasanya berukuran lebih besar dari kemasan primer, kemasan
sekunder tidak bersentuhan langsung dengan produk.

Gambar 3.2 : Kemasan Sekunder

3. Kemasan Tersier
Kemasan Tersier merupakan kemasan yang digunakan untuk
mengemas dan melindungi kemasan sekunder dalam pengiriman produk
yang berjarak jauh.

F. Pengujian Sediaan Lip Balm Ekstrak Teh Hijau


Pemeriksaan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap variasi sediaan lip
balm. Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi :
1. Organoleptik
Pengamatan organoleptik sediaan lip balm dilakukan dengan cara
mengamati warna, bentuk, aroma, dan tekstur pada sediaan yang telah
dibuat menggunakan panca indera.

2. Titik lebur
Masukkan lip balm ke dalam oven dengan suhu awal 50 oC
selama 15 menit, diamati apakah melebur atau tidak, setelah itu

20
dinaikkan 1oC setiap 15 menit dan diamati pada suhu berapa lip balm
mulai meleleh (Aprillia et al., 2013).
3. Uji pH
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter
dengan cara alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan
larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar asam (pH 4,01)
hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci
dengan aquadest lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam
konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g sediaan dilarutkan dalam aquadest
sampai dengan 100 ml, lalu dipanaskan. Setelah suhu larutan
normal, elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat
menunjukkan harga pH sampai konstan angka yang ditunjukkan pH
meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
4. Homogenitas
Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas

dengan cara: sejumlah tertentu sediaan jika di oleskan pada sekeping kaca

atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan

susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen

POM, 1979).

5. Uji Stabilitas
Sediaan lip balm dievaluasi selama 12 minggu (3 bulan) yang meliputi

pengamatan warna, bau, bentuk, pH apakah terjadi perubahan selama

penyimpanan pada suhu kamar (25oC) (Butler, 2000).

6. Uji Iritasi Sediaan


Uji iritasi sediaan dilakukan terhadap sediaan lip balm yang
mengandung ekstrak teh hijau dengan tujuan untuk mengetahui bahwa lip
balm yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada bibir atau tidak. Iritasi
dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu iritasi primer yang akan segera

21
timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit dan
iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah
penyentuhan atau pelekatan pada kulit.

G. Rencana Modal :
Modal yang dibutuhkan untuk kebutuhan Rnd dengan jumlah sampel 10
tube (50 gram ) yaitu :

No Uraian Satuan Harga


1. Teh Hijau 1,5 g Rp 12.750
2. Minyak Jarak 8 ml Rp 1.400
3. Cera Alba 2g Rp 980
4. Lanolin 10 g Rp 7.875
5. Gliserin 5 ml Rp 332,5
6. Nipagin 0,1 g Rp 101
7. BHT 0,05 g Rp 14,4
8. Ol. Camellia 0,1 g Rp 787,5
9. Cocoa Butter 74 g Rp 41.020
10. Tube Lipbalm 10 pcs Rp 52.500
Total Rp 117.760

Modal Untuk 1x skala produksi 50 tube (250 gram) yaitu :


No Uraian Satuan Harga
1. Teh Hijau 7,5 g Rp 63.750
2. Minyak Jarak 40 ml Rp 7.000
3. Cera Alba 10 g Rp 4.900
4. Lanolin 50 g Rp 39.375
5. Gliserin 25 ml Rp 1.663
6. Nipagin 0,5 g Rp 505
7. BHT 0,25 g Rp 72

22
8. Ol. Camellia 0,5 g Rp 3.938
9. Cocoa Butter 370 g Rp 205.100
10. Tube Lipbalm 50 pcs Rp 262.500
Total Rp 588.803

23
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Formula

No Nama Bahan Standar F0 F1

1 Ekstrak Teh Hijau - 1,5 % 1,5%

2 Minyak Jarak - 8% 8%

3 Cera Alba 2% 2% 3%

4 Lanolin 0,1% 10% 10%

5 Gliserin 5% 5% 5%

6 Nipagin 0,1% 0,1% 0,1%

7 Ol.Camellia - 0,1% 0,1%

8 BHT 0,05% 0,05% 0,05%

9 Cocoa Butter Ad 100 Ad 100 Ad 100

Tabel 4.1 : Formula Sediaan Lip Balm

2. Pengujian Produk
1. Organoleptik
A. Cara Kerja
Uji Organoleptik dilakukan dengan menggunakan panca indera
manusia. Pengujian ini dilakukan dengan cara :
a. Amati warna, bentuk, bau, dan rasa pada sediaan lip balm
b. Catat hasil dari pengamatan tersebut

24
B. Hasil Pengujian Organoleptik

Pengujian Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

Warna

Bentuk

Bau

Rasa

Tabel 4.2 : Uji Organoleptik

Gambar 4.1 : Uji Organoleptik

2. Uji pH
A. Cara Kerja
Uji pH dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman atau
kebasaan suatu produk. Pengujian ini dilakukan dengan cara :
a. Siapkan kertas pH
b. Kertas pH dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi
sediaan lip balm
c. Tunggu selama 1 menit, setelah itu bersihkan kertas pH
menggunakan tissue
d. Catat hasil pembacaan dari kertas pH sediaan lip balm

25
B. Hasil Uji pH

Sampel pH Keterangan

Tabel 4.3 : Uji pH

Gambar 4.2 Uji pH

3. Homogenitas
a. Cara Kerja :
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogen tidaknya
suatu sediaan. Pengujian ini dilakukan dengan cara :
a. Ambil sejumlah tertentu sediaan lipbalm.
b. Oleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok.
c. Lalu amati sediaan tersebut, apakah ada partikel kasar atau tidak
d. Jika terdapat partikel kasar artinya sediaan lipbalm tersebut tidak
homogen, tetapi jika tidak ada partikel kasar artinya sediaan
lipbalm tersebut homogen,

26
b. Hasil Uji Homogenitas

Sampel Keterangan

Tabel 4.4 : Uji Homogenitas

4. Uji Keseragaman Bobot


a. Cara kerja :
Uji ini dilakukan untuk melihat keseragaman bobot jenis sediaan.
Pengujian ini dilakukan dengan cara :
a. Timbang wadah kosong lip balm yaitu 23,48 gram dan wadah
yang sudah berisi sediaan lip balm dengan menggunakan
timbangan analitik.
b. Catat masing-masing berat sediaan lip balm dan dikurangi
dengan berat wadah kosong.
c. Kemudian catat hasil dari berat masing-masing
sediaan lip balm
b. Hasil Uji Keseragaman Bobot :

5. Uji Iritasi
Uji iritasi sediaan dilakukan untuk mengetahui bahwa sediaan lip balm
saat digunakan menimbulkan iritasi atau tidak. Pengujian ini dilakukan
dengan cara:
a. Oleskan sedian lip balm pada bibir
b. Gunakan lip balm 3 kali sehari selama 2 hari berturut-turut.

27
c. Kemudian amati apakah setelah pemakaian selama 2 hari. berturut-
turut menimbulkan iritasi atau tidak pada bibir.

6. Uji Kesukaan
a) Cara kerja
Uji kesukaan dilakukan untuk mencari tau tanggapan secara pribadi
tentang kesukaan pada suatu produk. Pengujian ini dilakukan dengan
cara :
a) Mencari 6 orang panelis yang akan dijadikan percobaan lip balm.
b)Masing-masing panelis mengisi kertas kuisioner yang telah
diberikan.
c)Tunggu hingga para panelis selesai mengisi kertas kuisioner.
d)Setelah para panelis selesai mengisi kertas kuisioner, kemudian
bandingkan hasil kertas kuisioner dari masing masing panelis.
Dilihat dari angka 1 sampai 9 mana yang lebih banyak dipilih.

B. PEMBAHASAN

Lip Balm merupakan salah satu kosmetik yang digunakan untuk mengatur
kelembaban bibir. Bahan aktif yang digunakan pada lipbalm adalah Camelllia
sinensis (L.) Kuntze atau ekstrak dari teh hijau. Camelllia sinensis (L.)
Kuntze dapat digunakan sebagai bahan aktif pembuatan kosmetik karena
memiliki memiliki kandungan antioksidan, mineral, dan polifenol yang
berfungsi untuk melembabkan bibir kering, dan mengurangi peradangan pada
bibir pecah – pecah. selain menggunakan bahan aktif ekstrak teh hijau
sediaan lipbalm juga menggunakan bahan tambahan yaitu minyak jarak, cera
alba, lanolin, gliserin, propilen glikol, nipagin, Ol. Camellia, BHT, dan cocoa
butter.

Pada formula (F0) yang digunakan untuk sediaan lipbalm ekstrak teh hijau
di dapatkan ekstrak teh hijau yang masih mengendap pada bagian lip balm,
sediaan yang tidak padat pada kemasan stick. Oleh karena itu, mengubah

28
formula awal (F0) dengan menambahkan konsenterasi pada cera alba dari 2%
menjadi 3% serta mengganti kemasan lipbalm dengan menggunakan pot
lipbalam. Dari formula yang telah dibuat tersebut (F1) di dapatkan lipbalm
ekstrak teh hijau yang memiliki sediaan yang padat serta tidak ada ekstrak teh
hijau yang mengendap pada bagian lipbalm. Maka formula (F1) ini menjadi
formula (F1) menjadi formula yang digunakan.
Hasil uji organoleptik yang dilakukan terhadap sediaan lip balm (FO)
memiliki warna hijau tua seperti lumut, aroma coklat dan teh hijau yang kuat
serta tekstur lipbalm yang kurang padat. Maka konsentrasi pada cera alba dari
2% menjadi 3%. Setelah dirubah sediaan lip balm (F1) yang dihasilkan
memiliki, warna hijau tua seperti lumut, aroma coklat dan teh hijau yang kuat
serta tekstur lipbalm yang padat. Dari hasil uji organoleptik diatas sediaan lip
balm (F1) memiliki tekstur yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan lip
balm (FO).

Hasil uji pH menunjukkan bahwa sediaan lip balm tanpa ekstrak daun teh
hijau (FO) dengan konsentrasi 1% adalah 4. Sedangkan sediaan lip balm yang
dibuat menggunakan ekstrak daun teh hijau (F1) dengan konsentrasi 1,5%
adalah 5. Perbedaan pH dari (FO) dan (F1) disebabkan oleh perbedaan
ekstrak bunga rosella yang digunakan. Dari hasil pengujian pH tersebut dapat
diperoleh bahwa nilai pH yang dihasilkan sediaan (F1) telah memenuhi
persyaratan pH fisiologi kulit 4,5-6,5%

Hasil uji homogenitas yang dilakukan terhadap sediaan lip balm yang dibuat
menggunakan ekstrak daun teh hijau (FO) dengan konsentrasi 1% tidak
homogen karena ekstrak bunga rosella tidak tercampur pada basis. Sedangkan
sediaan lip balm yang dibuat menggunakan ekstrak daun teh hijau dengan
konsentrasi 1,5% menunjukkan bahwa sediaan lip balm mempunyai susunan
yang homogen karena ekstrak bunga rosella sudah tercampur dengan basis.
Hal ini ditandai dengan tidak adanya butiran-butiran kasar pada sediaan lip
balm.

29
Hasil uji keseragaman bobot sediaan lip balm dilakukan dengan cara
menimbang wadah kosong lip balm dan wadah yang sudah berisi sediaan lip
balm. Lalu berat wadah kosong dikurangi dengan berat wadah yang sudah
berisi sediaan lip balm dan didapatkan bobot masing-masing sediaan lip balm.
Dari hasil uji keseragaman bobot yang dilakukan masing-masing sediaan lip
balm menunjukkan bahwa masing-masing bobot lip balm belum memenuhi
persyaratan disebabkan bobot dari masing-masing sediaan belum mencapai
10 gram.

Hasil uji iritasi dilakukan terhadap 6 panelis yang dilakukan dengan cara
mengoleskan sediaan lip balm pada bibir sebanyak 3 kali sehari selama 2 hari
berturut-turut. Hasil menunjukkan bahwa semua panelis tidak memberikan
reaksi iritasi yaitu tidak adanya kulit mengelupas dan gatal-gatal. Dari uji
iritasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan lip balm dari ekstrak daun
teh hijau yang telah dibuat aman digunakan.

30
BAB 5

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini yaitu :

a) Dibuat sediaan lip balm dengan bahan ekstrak teh hijau


b) Lip balm stik yang dibuat memiliki warna kecoklatan sedikit bewarna
kuning, bau khas oleum rosae bercampur dengan teh hijau, berbentuk
padat dengan tekstur padat tetapi jika diaplikasikan pada bagian tubuh
bertekstur lembut
c) Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan lip balm memiliki pH
yaitu 5 yang berarti sudah memenuhi syarat
d) Lip balm tersebut menunjukkan bahwa sediaan homogen, karena setelah di
uji tidak terdapat partikel kasar
e) Penggunaan lip balm ekstrak the hijau ini pada bibir memiliki fungsi untuk
melindungi bibir dari kekeringan akibat sinar matahari serta membantu
mencegah bibir yang mengalami bibir kering, bibir pecah-pecah serta
terkelupas

B. SARAN

a) Untuk mendapatkan hasil produk yang sesuai dan akurat maka diperlukan
kehati-hatian dalam menjalankan praktikum agar tidak terjadi kesalahan.
b) Praktikum selanjutnya, praktikan harus lebih teliti dalam menghitung dan
menambahkan jumlah atau ukuran bahan baku yang akan digunakan
karena itu akan berpengaruh pada hasil akhir produk.

31
c) Perubahan suhu terus-menerus dan produksi yang dilakukan pada jangka
waktu yang terlalu lama dapat membuat ekstrak teh hijau menjadi tidak
stabil dan berpengaruh terhadap kesesuaian pada hasil akhir produk
tersebut.

32
DAFTAR PUSTAKA

Adliana, N., Nazliniwaty, dan Purba, D. 2012. Formulasi Lipstik


Menggunakan Zat Warna Dari Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera
elatior (Jack) R.M.Sm). Journal of Pharmaceutics and Pharmacology.
1(2) : 89-90.

Ahmad et al, 2014, Identification of drug-related problems of elderly atients


discharged from hospital, Correspondence: Jacqueline G Hugtenburg
Department of Clinical Pharmacology and Pharmacy, EMGO Institute for
Health and Care Research,VU University Medical Center, Amsterdam, teh
Netehrlands. Patient Preference and Adherence 2014:8 155–165
Aprillia, A.D., Hatimah, I.H., dan Yulianti, R. 2013. Beeswax increases
moisture in lipstick formulation. International Conference on
Pharmaceutical Research and Practice. Halaman 5-7.

Butler, H. 2000. Poucher,s Perfumes, Cosmetics and Soaps. Tenth Edition.


Netehrlands: Kluwer Academic Publishers. Halaman 210 dan 707.

Depkes. 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia I. Jilid II. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 57-58.
Depkes. 2010. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 10-15.

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 7, 891 - 898, 1035.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 33.
Gome, J.D.J. 2016. Petunjuk Praktis Budidaya Jarak dan Proses Pengolahan
Minyak. Malang : Universitas Brawijaya Press. Halaman 46. Halaman
21.

Kadu, M., Suruchi, V., Sonia, S. 2014. Review on Natural Lip


Balm. International Journal of Research in Cosmetic Science. 1(1): 1-
2.

Kusmiyati, M., Sudaryat, Y., Lutifah, I.A., Rutamsyah, A. 2015. Aktivitas


Antioksidan, Kadar Total Fenol dan Flavonoid dalam Teh Hijau

33
(Camellia sinensis (L.) O. Kuntze). Jurnal Penelitian Teh dan Kina.
18(2): 101-106.

Mercado, C.G. 1991. United States Patent. NewYork: Revlon Inc. Halaman 7
dan 8.

Noni Soraya. 2007. Sehat dan Cantik Berkat Teh Hijau. Jakarta: Penebar Plus.
hal 5-11
Osari, Syafira. 2019. Formulasi dan Uji Efektivitas Sediaan Lip Balm Ekstrak Teh
Hijau (Camellia sinensis (L.) Kuntze). dalam skripsi, Medan : Universitas
Sumatera Utara

Peraturam Kepala BPOM RI No. 19 Tahun 2015 : Persyaratan Teknis Kosmetika


Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011
Praja, I.D. 2015. Zat Aditif: Manfaat dan Bahayanya. Yogyakarta: Garudhawaca.

Rawlins, E.A. 2003. Bentley’s Text Book of Pharmaceutics. 18th Edition.


London Baillerre Tindall. Halaman 355.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quin. 2009. Handbook of Pharmaceutical


Excipient. Edisi VI. London: Pharmaceutical Press and American
Pharmacist Association.

Sampebarra, A.L. 2016. Mempelajari Kestabilan dan Efek Iritasi Sediaan


Lipstik yang Diformulasi dengan Lemak Kakao. Jurnal Industri Hasil
Perkebunan. 11(2): 98.
Shah, M.P., Vishnu, P.V., dan Gayathri, R. 2016. Quercetin-A Flavonoid: A
Systematic Review. Journal of Pharmaceutical Sciences. 8(8): 879.
Sudjadi, 1988, Metode Pemisahan, hal 167-177, Fakultas Farmasi, Universitas
Gadjah Mada.
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik.

Jakarta: Gramedia Pusaka Utama. Halaman 11-32, 167.

Tuminah, S., 2004., Teh Sebagai Salah Satu Sumber Antioksidan. Cermin Dunia
Kedokteran. No 144 tahun 2004. pp: 52-54.

34
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Bahan Ekstrak Teh Hijau

Lampiran 2. Gambar Bahan Sediaan Lip Balm

Lampiran 3. Gambar Proses Penimbangan Bahan Baku

35
Lampiran 4. Gambar Pembuatan Ekstrak Teh Hijau

Lampiran 5. Gambar Hasil Pelarutan dan Peleburan Bahan Baku

36
Lampiran 6. Gambar Proses Mixing Bahan

Lampiran 7. Gambar Hasil Evaluasi Sediaan Lip Balm Ekstrak Teh Hijau

1. Uji Organoleptik

2. Uji pH

3. Uji Homogenitas

4. Uji Keseragaman Bobot

37
5. Uji Iritasi

6. Uji Kesukaan

38

Anda mungkin juga menyukai