2019 (COVID-19) yang sedang berlangsung di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan
oleh koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2). Kasus positif COVID-19 di
Indonesia pertama kali dideteksi pada 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari
seorang warga negara Jepang.[2][3] Pada 9 April, pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi
dengan Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Sulawesi Selatan sebagai provinsi paling terpapar.X
Sampai tanggal 18 Juli 2020, Indonesia telah melaporkan 84.882 kasus positif, terbanyak di Asia
Tenggara melampaui Filipina. Dalam hal angka kematian, Indonesia menempati peringkat
keenam terbanyak di Asia dengan 4.016 kematian.[4] Namun, angka kematian diperkirakan jauh
lebih tinggi dari data yang dilaporkan lantaran tidak dihitungnya kasus kematian dengan gejala
COVID-19 akut yang belum dikonfirmasi atau dites.[5][6] Sementara itu, diumumkan 43.268 orang
telah sembuh, menyisakan 37.598 kasus yang sedang dirawat.[1]X
Istilah Kriteria
Namun, sejak 13 Juli 2020, pemerintah tak lagi menggunakan istilah orang dalam pemantauan
(ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), dan orang tanpa gejala (OTG) untuk
mengelompokkan pasien yang berpotensi atau terjangkit covid-19. Sejumlah istilah baru
diperkenalkan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19,
ketiga istilah itu diganti dengan sejumlah istilah baru. Keputusan ini ditandatangani oleh Menteri
Kesehatan Terawan Agus Putranto pada Senin, 13 Juli 2020.[12]X
Berikut istilah-istilah baru pengganti ODP, PDP, dan OTG beserta penjelasannya:
Istilah Kriteria
Istilah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) saat ini dikenal kembali dengan istilah
kasus suspek. Sedangkan kasus suspek ialah seseorang yang memiliki salah satu
dari tiga kriteria.
Pertama, orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pada 14
hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal.
Kasus Kedua, orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA dan pada 14 hari terakhir
Suspek sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi/probable covid-19.
Ketiga, orang dengan ISPA berat atau pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran
klinis yang meyakinkan.
ISPA sendiri merupakan mengalami kondisi demam (≥38 derajat celsius) atau
riwayat demam, disertai salah satu gejala atau tanda penyakit pernapasan seperti
batuk/sesak napas/sakit tenggorokan/pilek/pneumonia baik yang ringan hingga
berat.[13]
Kasus Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS/meninggal dengan gambaran klinis yang
Probable meyakinkan covid-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus covid-19 yang dibuktikan
Kasus dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dibagi menjadi dua,
Konfirmasi yakni kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) dan kasus konfirmasi tanpa
gejala (asimptomatik).
Kontak Erat Adalah orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi covid-19. Riwayat kontak yang dimaksud dibagi menjadi empat kriteria.
Dengan dihapusnya istilah ODP-PDP-OTG ini pemerintah berharap akan ada banyak perubahan
dalam sistem pelaporan yang nantinya akan dilakukan di hari-hari berikutnya.
1. ^ Orang-orang yang mendapat hasil positif dari uji PCR dihitung sebagai kasus terkonfirmasi. Angka sebenarnya
mungkin saja lebih tinggi karena hasil uji cepat tidak dimasukkan akibat ketepatannya yang rendah.
2. ^ Termasuk kasus repatriasi
3. ^ Kasus terkonfirmasi yang masih dalam proses verifikasi untuk menentukan provinsi yang terdampak.
iputan6.com, Jakarta- Pandemi virus corona covid-19 masih belum mampu diredam
di Indonesia. Jumlah korban positif Covid-19 di tanah air bertambah 347 orang pada hari
terakhir di bulan April 2020. Kini korban positif sudah lebih dari 10.000 orang.X
Adapun korban meninggal dunia bertambah delapan orang. Total 792 orang meninggal
dunia akibat virus corona Covid-19 di Indonesia.
Data pasien virus corona covid-19 ini tercatat sejak Rabu 29 April 2020 pukul 12.00 WIB
hingga hari ini pukul 12.00 WIB.X
Jumlah kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta saat ini sudah sebanyak 1.232 pasien, dengan
angka kematian mencapai 99 jiwa dan kesembuhan dialami 65 orang.
Adapun 9 provinsi lain yang masuk daftar 10 besar daerah dengan jumlah kasus terbanyak
adalah:
Baca selengkapnya di artikel "Update Corona 6 April 2020 Indonesia & Data Covid-19 Dunia
Terbaru", https://tirto.id/eLk5
Data yang dikumpulkan Worldometers menunjukkan hingga pukul 15.30 WIB, 6 April 2020,
total angka kasus positif Covid-19 di dunia telah mencapai 1.276.732 pasien. Setidaknya
208 negara telah terpapar pandemi.
Baca selengkapnya di artikel "Update Corona 6 April 2020 Indonesia & Data Covid-19 Dunia
Terbaru", https://tirto.id/eLk5
Dari 1,2 juta kasus positif corona tersebut, 69.527 pasien Covid-19 telah meninggal dan
264.048 orang berhasil sembuh. Angka kasus positif Covid-19 tertinggi di dunia terdapat di
Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Jerman dan Perancis. Sedangkan kematian terbanyak
terjadi di Italia, Spanyol dan Perancis.
Baca selengkapnya di artikel "Update Corona 6 April 2020 Indonesia & Data Covid-19 Dunia
Terbaru", https://tirto.id/eLk5
Terdapat ketentuan umum yang harus dipenuhi pengelola dan pengunjung serta pelaku
usaha dalam uji coba pembukaan destinasi wisata, di antaranya memenuhi protokol
kesehatan pencegahan Covid-19.
Karena jumlah pasien terifeksi corona covid-19 terus bertambah. Di DKI Jakarta saja,
pasien positif terinfeksi virus corona atau Covid-19 mencapai 440 orang. Data itu sesuai
website corona.jakarta.co.id pada pukul 11.00 WIB, Rabu (25/3/2020). Nah, dikutip dari
"Pedoman Penanganan Cepat Medis dan kesehatan masyarkaat Covid-19 di Indonesia"
web resmi covid19.co.id oleh Liputan6.com, Rabu (25/3/2020) berikut ini 5 cara
pencegahan Covid-19 di level masyarakat.
Mengurangi interaksi di luar rumah menjadi salah satu langkah yang diambil oleh
pemerintah. Berikut ini beberapa cara sebagai pencegahan Covid-19.
b. Tidak melakukan perjalanan ke luar kota atau keluar negeri serta tidak mengunjungi
tempat wisata. Selain itu mengurangi menerima kunjungan orang lain datang ke rumah.
c. Usahakan tidak terlalu sering berbelanja ke pusat perbelanjaan. Atur waktu untuk
berbelanja, usahakan bukan di jam ramai.
d. Menerapkan belajar, beribadah dan bekerja dari rumah atau Work from Home.
e. Jaga jarak dengan orang lain setidaknya satu meter. Terapkan saat mengantri
ditempat umum.
f. Usahakan anak tidak bermain di luar rumah untuk sementara waktu hingga kondisi
kembali kondusif.
Jika memiliki agenda yang memaksa harus ke luar rumah, ada cara atau etika ketika
berada di rumah publik. Salah satunya saat batuk dan bersin.
a. Saat batuk atau bersin usahakan menggunakan tisu yang lanhsung dibuang ke
tempat sampah dan segera cuci tangan dengan sabun.
b. Jika tidak ada tisu, saat batuk dan bersin tutupi dengan lengan atas dan ketiak.
3. Karantina Kesehatan.
Pembatasan sosial berskala besar paling tidak meliputi meliburkan sekolah dan tempat
kerja, pembatasan kegiatankeagamaan dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum. Selain itu, pembatasan sosial juga dilakukan masyarkaat untuk
mengurangi interaksi sosialnya untuk tetap berada tinggal di rumah.
a. Dilarang berdekatan atau kontak fisik dengan orang mengatur jarak terdekat sekitar 1-
2 meter, tidak bersalaman, tidak berpelukan dan berciuman.
b. Hindari penggunaan transportasi publik atau sebisa mungkin hindari jam sibuk ketika
berpergian.
f. Gunakan telepon atau layanan online untuk menghubungi dokter atau fasilitas lainnya.
g. Jika Anda sakit, dilarang mengunjungi orang tua atau orang yang lanjut usia. Jika
tinggal satu rumah dengan mereka, maka hindari interaksi langsung dengan mereka.
5. Orang yang Rawan Terinfeksi Virus
Semua aturan tersebut berlaku bagi semua kalangan, baik anak muda maupun orang
dewasa. Usahakan membatasi interaksi tatap muka dengan teman atau keluarga,
khususnya pada:
c. Ibu hamil