Anda di halaman 1dari 237

Representasi Seksualitas dalam novel Summuwul Amiroh karya Jean

P.Sasson dan Nayla karya Djenar Mahesa Ayu

TESIS

Oleh:

Mentari Faradiba

(21160222000005)

PROGRAM MAGISTER BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA
Representasi Seksualitas dalam novel Summuwul Amiroh karya Jean
P.Sasson dan Nayla karya Djenar Mahesa Ayu

TESIS

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister dalam
Bidang Bahasa dan Sastra Arab

Oleh:
Mentari Faradiba
NIM. 21160222000005

Pembimbing :
Dr. Siti Amsariah, M.Ag

PROGRAM MAGISTER BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii
KATA PENGANTAR

‫بسمميحرلا نمحرلا هللا‬

Segala puji hanyalah milik Allāh SWT karena hanya dengan


limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan Tesis
ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW panutan semua umat yang telah membawa umat manusia dari gulita
kebodohan dan kesesatan kepada pelita cahaya bertabur ilmu dan iman.
Atas rahmat-Nya pula Tesis ini dapat disusun dan diselesaikan, meski
penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini.
Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar
Magister Humaniora pada program Magister Bahasa dan Sastra Arab
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tanpa ada
orang-orang hebat tesis ini tentunya tidak akan pernah selesai disusun, maka
dari itu penulis mengucapkan terimakasih yang pertama kepada kedua orang
tua penulis bapak Nasrun dan ibu Linda Yani yang telah memberikan
warisan terbesar dan termewah di dunia yaitu berupa kasih sayang dan
keberhasilan mendidik penulis sampai di jenjang perguruan tinggi.
Terimakasih juga penulis haturkan kepada beberapa orang yang terlibat
dalam penyusunan tesis ini, secara khusus penulis haturkan kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Sebagai rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
2. Dr. Saeful Umam, Ph.D. sebagai dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis untuk menuntaskan karya ilmiah ini dengan
kebijakan-kebijakannya yang sangat membantu,

iii
3. Dr. Abdullah, M.Ag dan Dr. Adib Misbahul Islam, M.Hum
sebagai ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Arab yang selalu
memperjuangkan peningkatan mutu kualitas akademik ke arah
yang lebih baik,
4. Dr. Siti Amsariah, M.Ag sebagai pembimbing akademik yang
selalu sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan Tesis ini,
5. Ibu Yeni Ratna Yuningsih, MA, Ph.D. dan Dr. Ulil Abshar,
M.Hum sebagai dosen penguji dalam sidang Tesis penulis yang
tidak henti memberikan masukan-masukan kepada penulis agar
Tesis ini menjadi lebih bagus
6. Seluruh Dosen di lingkungan program Magister Bahasa dan
Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan wawasan penulis sehingga dapat melahirkan magister muda
ini,
7. Kepada kedua orang tua penulis bapak Nasrun bin Abu Bakar dan
ibu Linda Yani Binti Yusuf Arifin yang selalu mendoakan dalam
setiap proses pertumbuhan penulis menuju anak yang sholehah
dan selalu mendoakan orangtuanya dan bercita-cita tinggi untuk
memakaikan mahkota di surga nanti.
8. Kepada kedua adik tersayang penulis Salsa Faradina dan Haikal
Kamil yang selalu mencurahkan kasih dan sayangnya untuk
penulis sehingga membuat penulis termotivasi dan memiliki
semangat tiggi untuk membuat mereka bangga dengan
menyelesaikan Tesis ini.
9. Kepada sahabat-sahabat terbaik dan terdekatku Syarifaeni
Fahdiah, Farhani Sultiani, Putri Rizkia Sinaga, Ina Sakinah,
Chaeroniza, Ayu Siti Fatimah, Furba Indah, Mawaddah, Risa

iv
Nurfrastiwi dan Resty Aulia yang selalu menjadi pendengar setia
saat berbagai keluh kesah dan turut prihatin merasakan manis,
asam, asin proses pembuatan tesis ini. Kepada para sahabatku
―semoga tesis ini selalu menjadi saksi bisu persahabatan kita
selamanya‖.
10. Serta teman-teman Magister Program Studi Bahasa dan Sastra
Arab angkatan 2016 khususnya kepada Hani, Feni, ka Kaula, ka
Muttaki, ka Nawawi, ka Pajri, Ka Baykuni dan Ka Saupi yang tak
lelah memberikan dukungan dan semangatnya dalam pembuatan
tesis ini.

Sepenuhnya penulis menyadari banyak kekurangan dalam


penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis meminta maaf atas kesalahan
dan kekurangan yang terjadi pada tesis ini, baik secara teknis penulisan atau
pun kata-kata. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amiin.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Ciputat, Agustus 2020

Penulis

v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Mentari Faradiba
NIM : 21160222000005
No. Kontak : 0813-6210-9104
Menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Representasi Seksualitas dalam
Novel Summuwul Amiroh Karya Jean P. Sasson dan Nayla Karya Djenar
Maesa Ayu”adalah hasil karya saya sendiri. Ide/ gagasan orang lain yang ada
dalam karya ini saya sebutkan sumber pengambilannya. Apabila di kemudian
hari terdapat hasil plagiarisme maka saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan dan sanggup mengembalikan gelar dan ijazah yang saya peroleh
sebagaimana peraturan yang berlaku.

Jakarta, 23 Juli 2020


Yang Menyatakan,

Mentari Faradiba

vi
LEMBARAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Representasi Seksualitas dalam Novel Summuwul Amiroh Karya Jean P.


Sasson dan Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

Tesis ini diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi
syarat-syarat mencapai gelar sarjana Magister Humaniora (M.Hum)

Oleh:
Mentari Faradiba
Nim. 21160222000005

Di bawah bimbingan
Dosen pembimbing,

Dr. Siti Amsariah, M.Ag.


NIP. 196108071993032001

PROGRAM MAGISTER BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAN DAN HUMANIORA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

1441 H / 2020 M

vii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis dengan judul ―Representasi Seksualitas dalam Novel Summuwul
Amiroh Karya Jean P. Sasson dan Nayla Karya Djenar Maesa Ayu‖ yang
ditulis oleh Mentari Faradiba dengan NIM 21160222000005 telah diajukan
pada sidang promosi tesis oleh Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 3 juli 2020 dan telah diperbaiki sesuai
saran-saran penguji sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Humaniora (M.Hum) pada Program Magister S2 Bahasa dan Sastra
Arab.
Jakarta, Juli 2020
Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. M Adib Misbachul Islam, M. Hum Alih Hasan Al Bahar, Lc., M.A.
NIP. 197302242008011009 NIP. 197606152003121002

Penguji I Penguji II

Dr. Ulil Abshar, M. Hum Yeni Ratna Yuningsih, Ph.D.


NIP. 198204042009011018 NIP. 197204101996032002

Pembimbing

Dr. Siti Amsariah, M.Ag.


NIP. 196108071993032001

viii
ABSTRAK

Novel Summuwul Amiroh dan Nayla merupakan dua novel yang


bertema seks dan sarat akan makna kehidupan. Kedua novel ini dikarang
oleh penulis perempuan yang mempunyai latar belakang kehidupan, tempat
dan budaya yang berbeda, sehingga isu seksual yang digambarkan memiliki
representasi yang berbeda. Peneliti ingin mengetahui "Bagaimana
representasi seksualitas digambarkan dalam novel Summuwul Amiroh dan
Nayla di mata pengarangnya yang merupakan seorang perempuan" melalui
tokohnya Sultana dan Nayla. Dalam menganalisa seksualitas dalam kedua
novel ini, peneliti menggunakan teori representasi Stuart Hall dan melalui
pendekatan seksualitas Sigmund Freud. Ada tiga hal yang menjadi
karakteristiknya, yaitu teks, konteks sosial dan kognisi sosial.

Berdasarkan seluruh uraian analisis dan interpretasi data, peneliti


menemukan beberapa representasi seksualitas yang digambarkan dalam
novel ―Summuwul Amiroh‖, yaitu pernikahan secara paksa, pemikiran
patriarkhi, terobsesi akan keperawanan, hasrat seksual, fantasi seksual,
kekerasan dan pelecehan seksual, keputusasaan, ketidakadilan, erotisme
pernikahan dan budak seks. Konteks sosial dalam novel ini terlihat dari
agama, adat-istiadat, budaya dan kepercayaan Arab Saudi akan aturan yang
melekat pada negaranya. Arab Saudi dalam novel ini sarat akan
ketidakadilan. Perempuan tidak diizinkan berpendapat untuk membela diri,
laki-laki lebih diutamakan. Kesalahan akan perbuatan tak senonoh akan
dibebankan kepada perempuan, laki-laki Saudi sangat dipercaya
perkataannya walaupun ia sedang berbuat dosa.

Sedangkan beberapa teks yang menggambarkan seksualitas dalam


novel nayla berupa kekerasan dan pelecehan seksual, penyuka sesama jenis
ix
(lesbian), pelampiasan seskual, penikmat seksual, kebencian terhadap laki-
laki dan mitos laki-laki yang menyesatkan perempuan. Sedangkan konteks
sosial dilihat dari kurangnya perhatian Indonesia terhadap ketentraman
perempuan. Indonesia sarat akan keadilan seksualitas bagi perempuan.
Perubahan pola piker akan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan masih
sangat sulit dibangun di negeri ini sehinga Djenar, sang penulis ingin
mendobrak pemikiran tabu yang selama ini diciptakan oleh masyarakat.

x
‫ملخص‬

‫رواية ظبو األمَتة وانيال‪ ،‬إن ىاتُت الروايتُت موضوعهما اعبنس ومليئتان‬
‫دبعٌت اغبياة‪ .‬ىااتن الروايتان كتبتهما كاتبة لديها خلفية اغبياة واؼبكان والثقافة‬
‫اؼبختلفة‪ ،‬حبيث يكون للقضااي اعبنسية اؼبصورة سبثيالت ـبتلفة‪ .‬وأردا الباحث أن‬
‫يعرف "كيف مت تصوير اعبنس يف رواية ظبو األمَتة ونيال يف عُت الكاتبة وىي امرأة‬
‫من خالل شخصيتُت سلتنا ونيال‪ .‬يف ربليل النشاط اعبنسي يف ىاتُت الروايتُت‪ ،‬قام‬
‫الباحث ابستخدام نظرية التمثيل لستيوارت ىول ومن خالل هنج سيغموند فرويد‬
‫للجنس‪ .‬ىناك ثالثة أشياء تصبح خصائصها‪ ،‬وىي النص والسياق االجتماعي‬
‫واإلدراك االجتماعي‪.‬‬

‫واستنادا إىل صبيع أوصاف ربليل البياانت وتفسَتىا‪ ،‬وجد الباحث عدة‬
‫سبثيالت للجنس موصوفة يف رواية "ظبو األمَتة"‪ ،‬وىي الزواج القسري‪ ،‬واألفكار‬
‫األبوية‪ ،‬واؽبوس ابلعذرية‪ ،‬والرغبة اعبنسية‪ ،‬والتخيالت اعبنسية‪ ،‬والعنف واالعتداء‬
‫اعبنسيُت‪ ،‬واليأس‪ ،‬والظلم‪ ،‬واإلاثرة اعبنسية‪ .‬عبيد الزواج واعبنس‪ .‬يبكن رؤية‬
‫السياق االجتماعي يف ىذه الرواية من الدين والعادات والثقافة واؼبعتقدات يف‬
‫اؼبملكة العربية السعودية يف القواعد اؼبتأصلة يف البالد‪ .‬السعودية يف ىذه الرواية‬
‫مليئة ابلعدالة‪ .‬ال هبوز للمرأة أن تتجادل دفاعا عن نفسها‪ ،‬والرجل ؽبا األسبقية‪.‬‬
‫ستتحمل النساء ذنب األفعال الفاضحة‪ ،‬والرجال السعوديون موثوق هبم للغاية يف‬
‫كلماهتم على الرغم من أهنم ىبطئون‪.‬‬

‫‪xi‬‬
‫ويف حُت‪ ،‬فإن العديد من النصوص اليت تصف اعبنس يف رواية نيال ىي‬
‫العنف والتحرش اعبنسي‪ ،‬عشاق اؼبثليُت (السحاقيات)‪ ،‬اإلقصاء اعبنسي‪،‬‬
‫االستمتاع اعبنسي‪ ،‬كراىية الرجال‪ ،‬وأسطورة الرجال اليت تضلل النساء‪ .‬ويف الوقت‬
‫نفسو‪ ،‬يُنظر إىل السياق االجتماعي من خالل عدم االىتمام اإلندونيسي بسالم‬
‫اؼبرأة‪ .‬إندونيسيا مليئة ابلعدالة اعبنسية للمرأة‪ .‬وال تزال التغيَتات يف مبط التفكَت يف‬
‫اؼبساواة بُت الرجل واؼبرأة صعبة التطور واالزدىار يف ىذه الدولة‪ ،‬لذا‪ ،‬أراد الكاتب‬
‫كسر التفكَت احملظور الذي أوجده اجملتمع‪.‬‬

‫‪xii‬‬
ABSTRACT

The Summuwul Amiroh and Nayla are two novels with sexual themes and
full of the meaning of life. Both novels are written by women writers with
different backgrounds, places, and different cultures, so that the sexual issues
which were described had different representations. The researchers want to
examine ―How the representation of sexuality being described is in
Summuwul Amiroh and Nayla novels on the authors point of view as a
woman‖ through the characters of Sultana and Nayla. To analyze the
sexuality in both novels, the researcher uses Stuart Hall‘s theory of
representation and through the Sigmund Freud sexuality approach . There are
three characteristics, text, social context, and social cognition.
Based on every analysis description and data interpretation, the
researcher found some of sexuality representation which had been described
in ―Summuwul Amiroh‖ novel, there were forced marriage, patriarchal ideas,
virginity obsessions, sexual desires, sexual fantasies, sexual violence and
sexual abuse, desperation, inequality, marriage eroticism and sexual slavery.
The social context of this novel were shown by the religions, traditions,
cultures, and Saudi Arabia faith of the regulations of its state. Saudi Arabia
in this novel were full of inequality and injustice. Women are not permitted
to argue to defend themselves, Saudian Men were prioritized. The fault of
sexual harassment will be charged to women, Saudian men were very
trustworthy even they did big sins.

While some text that described sexuality in Nayla novel were sexual
harassment and sexual abuse, homosexuality (lesbian), sexual outlet, sexual
connoisseur, hatred of men and myths of men who pervert women. And
social context were shown by the less of Indonesia attention towards women
peacefulness. Indonesia was full of sexual inequality for women. The change

xiii
of mindset for the equality of men and women were still difficult to build up
in this country, so that Djenar, the author of Nayla want to break the taboos
in this long time which had been constructed by the society.

xiv
TRANSLITRASI ARAB-LATIN

Pedoman Ttranslitrasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan


bersama (SKB) Mentri Agama dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.
Nomor: 185 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan

Daftar huruf bahasa arab dan translitrasinya ke dalam huruf Latin


dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama


Tidak Tidak
‫ا‬ Alif
dilambangkan dilambangkan
‫ب‬ Ba B Be
‫ت‬ Ta T Te
Es (dengan titik
‫ث‬ Ṡa Ṡ
diatas)
‫ج‬ Jim J Je
Ha (dengan titik
‫ح‬ Ḥa Ḥ
dibawah)
‫خ‬ Kha Kh Ka dan Ha
‫د‬ Dal D De
Zet (dengan titik
‫ذ‬ Żal Ż
diatas)
‫ر‬ Ra R Er
‫ز‬ Zai Z Zet
‫ش‬ Sin S Es
‫ش‬ Syin Sy Es dan Ye
‫ص‬ Ṣad Ṣ Es (dengan titik

xv
dibawah)
De (dengan titik
‫ض‬ Ḍad Ḍ
dibawah)
Te (dengan titik
‫ط‬ Ṭa Ṭ
dibawah)
Zet (dengan titik
‫ظ‬ Ẓa Ẓ
dibawah)
Apostrof
‫ع‬ ‗Ain ‗—
terbalik
‫غ‬ Gain G Ge
‫ف‬ Fa F Ef
‫ق‬ Qaf Q Qi
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L El
‫و‬ Mim M Em
ٌ Nun N En
‫و‬ Wau W We
ِ Ha H Ha
‫ء‬ Hamzah —‘ Apostrof
‫ي‬ Ya Y Ye

Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa


diberi apa pun. Jika ia terletak ditengah atau diakhir, maka ditulis
dengan tanda ( ‘ ).

xvi
2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas


vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal
tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harkat,
translitrasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama


َ‫ ا‬Fatḥah A A
َ‫ ا‬Kasrah I I
َ‫ ا‬Ḍammah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan


antara harkat dan huruf, translitrasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama


ًَ‫ ى‬Fatḥah dan ya Ai A dan I
َ‫ ىو‬Fatḥah dan wau Au A dan U

Contoh:
َ‫كٍف‬ : kaifa َ‫هول‬ : Haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan


huruf, translitrasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Nama Huruf dan Tanda Nama


Huruf
Fatḥah dan alif a dengan garis
‫َي‬...َ|َ‫َا‬... Ā
atau ya diatas
‫َِىى‬ Kasrah dan ya Ī i dengan garis

xvii
diatas
Ḍammah dan u dengan garis
‫ىو‬ Ū
wau diatas
Contoh:
َ‫ يات‬: māta
‫ ريى‬: ramā
َ‫ لٍم‬: qīla
َ‫ ًٌوت‬: yamūtu

4. Ta Marbūṭah

Translitrasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu ta marbūṭah yang


hidup atau mendapat harkat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, translitrasinya
adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat
sukun, translitrasinya adalah [h].

Kalau kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata


yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu
terpisah, maka ta marbūṭah itu ditranslitrasikan dengan ha (h). Contoh:

َ‫ روضةَاألطفال‬: rauḍah al-aṭfāl


َ‫ انًدٌُةَانفاضهة‬: al-madīnah al-fāḍilah
َ‫ انحكًة‬: al-ḥikmah
َ

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab


dilambangkan dengan sebuah tanda tasydīd (ّ), dalam transliterasi ini
dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi
tanda syaddah.

xviii
Contoh:
‫ ربَُّا‬: rabbanā
‫ َ َّجٍُا‬: najjainā
َ‫ انحك‬: al-haqq
َ‫ انحاج‬: al-ḥajj
َ‫ َعِّى‬: nu“ima
َ‫ عدو‬: „aduwwun

Jika huruf ‫ ى‬ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh


huruf kasrah ( ‫) اِ ا ى‬, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (ī).

Contoh:
ًَ‫ عه‬: „Alī (bukan „Aliyy atau „Aly)
ًَ‫ عرب‬: „Arabī (bukan „Arabiyy atau „Araby)

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan


huruf ‫( ال‬alif lam ma„arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata
sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf
syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi
huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contohnya:

َ‫ ان َّشًص‬: al-Syamsu (bukan asy-syamsu )


ََّ
َ‫انسنسنة‬ : al-zalzalah (bukan az-zalzalah)
َ‫ انفهسفة‬: al-falsafah
َ‫ انبَلد‬: al-bilādu

xix
7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (‘) hanya


berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila
hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam
tulisan Arab ia berupa alif. Contohnya:

ٌَ‫ تأيرو‬: ta‟murūna


َ‫ انَُّوء‬: al-nau‟
َ‫ شًء‬: syai‟un
َ‫ أيرت‬: umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang lazim digunakan dalam Bahasa


Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata,


istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia.
Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari
pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam
tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di
atas. Misalnya kata Al-Qur‘an (dari al-Qur‘ān), Sunnah, khusus dan
umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu
rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.
Contoh:

Fī Ẓilāl al-Qurān
Al-Sunnah qabl al-tadwīn
Al-„Ibārāt bi „umūm al-lafẓ lā bi khusṣūṣ al-sabab

9. Lafẓ al-Jalālah (ِ‫)للا‬

xx
Kata ―Allāh‖ yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf
lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal),
ditransli-terasi tanpa huruf hamzah. Contoh:

َ‫دٌٍَللا‬ : diīnullāh َ‫بالل‬ :


billāh

Adapun ta marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ


al-jalālah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

َ‫ هىَفًَرحًةَللا‬: hum fī
raḥmatillāh
10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All


Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan
tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa
Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan
untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf
pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata
sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal
nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada
awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan
huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal
dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia
ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan
DR). Contoh:

Wa mā Muḥammadun illā rasūl


Inna awwala baitin wuḍi„a linnāsi lallażī bi Bakkata mubārakan
Syahru ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur‟ān
Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī

xxi
Abū Naṣr al-Farābī
Al-Gazālī
Al-munqiż min al-Ḍalāl

xxii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARSME...............................................vi

LEMBARAN PENGESAHAN PEMBIMBING...........................................vii

LEMBAR PENGESAHAN TESIS..............................................................viii

ABSTRAK......................................................................................................ix

TRANSLITRASI ARAB-LATIN.................................. ...............................xv

DAFTAR ISI................................... ..........................................................xxiii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................1

1.2 Pembatasan Masalah......................................................................9

1.3 Rumusan Masalah..........................................................................10

1.4 Tujuan Masalah…...………….......................................................10

1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................10

1.6 Penelitian Terdahulu.......................................................................11

1.7 Metodel Penelitian..........................................................................16

1.8 Sistematika Penulisan.....................................................................18

BAB II : KERANGKA TEORI DAN KONSEPTUAL................................20

xxiii
2.1 Teori Representasi Stuart Hall……...............................................20

2.2 Konsep Seksualitas Sigmund Freud...............................................31

2.2.1 Seks, Gender dan Seksulitas.....................................................46

2.3 Kajian Sastra Bandingan................................................................50

BAB III : SETTING SOSIAL PEREMPUAN SAUDI DAN INDONESIA


ERA 20

3.1 Posisi Perempuan Saudi di Era 20an..............................................58

3.2 Posisi Perempuan Indonesia di Era 20an.......................................72

3.3 Latar Belakang Jean P. Sasson Dalam Novel Summuwul


Amiroh...........................................................................................................91

3.4 Latar Belakang Djenar Maesa Ayu Dalam Novel


Nayla..............................................................................................................98

BAB IV : REPRESENTASI SEKSUALITAS DALAM NOVEL


SUMMUWUL AMIROH KAYA JEAN P. SASSON DAN NAYLA KARYA
DJENAR MAESA AYU.............................................................................106

4.1 Analisis Teks Yang Merepresentasikan Seksualitas dalam Novel


Summuwul Amiroh....................................................................106

4.1.1 Sultana dan Laki-Laki Saudi...................................................107

4.1.2 Sultana dan Sara......................................................................117

4.1.3 Sultana dan Ali........................................................................120

4.1.4 Sultana dan Hadi.....................................................................134

xxiv
4.1.5 Sultana dan Randa................................................................1137

4.1.6 Sultana dan Teman-Temannya...............................................140

4.1.7 Sultana dan Nura.....................................................................149

4.1.8 Sultana dan Karim..................................................................155

4.1.9 Sultana dan Perempuan Asing................................................158

4.1.10 Sultana dan Samira...............................................................173

4.1.11 Sultana dan Jean....................................................................178

4.2 Analisis Teks Yang Merepresentasikan Seksualitas dalam Novel


Nayla.........................................................................................179

4.3 Perbedaan Ungkapan Teks Seksual dalam Novel Summuwul


Amiroh dan Novel Nayla..........................................................198

4.3.1 Teks dan Konteks Seksual Novel Summuwul


Amiroh.........................................................................................................198

4.3.2 Teks dan Konteks Seksual Novel Nayla.................................200

BAB V :
KESIMPULAN............................................................................................202

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................205

xxv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seksualitas dalam karya para pengarang perempuan sangat banyak


dibicarakan oleh para penikmat sastra sejak dahulu. Kontroversi mengenai
seks atau gambaran tentang hal-hal yang bersifat erotis dalam karya sastra
menjadi perhatian yang menarik, terlebih lagi pembahasan mengenai
seksualitas tersebut ditulis oleh perempuan dalam karya sastranya yang
selama ini sosok perempuan justru hanya menjadi objek, sebagai subordinat
dalam pembicaraan sastra yang dikuasai oleh kaum lelaki atau diidentikkan
sebagai suara patriarki, Seorang penulis perempuan hendaknya dapat
berbicara sebagai perempuan. Perempuan harus menulis dirinya sendiri,
menulis mengenai perempuan, dan membawa perempuan ke dalam tulisan,
dengan kata lain perempuan harus membawa dirinya pada teks, sehingga
diharapkan dapat mendekonstruksi konsep subjektivitas individu sebagai
sesuatu yang utuh, stabil dan mapan.1

Kehebohan yang berkaitan dengan representasi seksualitas oleh


pengarang perempuan dalam jagad sastra Arab bermula dari munculnya
novel pertama karangan Nawal El Saadawi yang berjudul Women and Sex
(1972), The Hidden Face of Eve (1980) dan yang paling kontroversi adalah
novelnya yang berjudul Women at Point Zero atau Perempuan di Titik Nol
(1983) yang didasarkan pada perempuan terpidana mati yang dihukum
karena membunuh suaminya dan Nawal bertemu perempuan tersebut ketika
ia melakukan penelitian itu. Kehadiran novel karya Nawal El Saadawi

1
Ita Rodiah, Kuasa dalam Kajian Ecriture Feminine; Sebuah Pendekatan Budaya,
Buletin al-Turas; Mimbar Sejarah, Sstra, Budaya, dan Agama, Vol.XXII, No.1, Januari
2016, h.132

1
agaknya menjadi pencetus bagi kemunculan karya-karya senada yang
dihasilkan oleh pengerang perempuan lainnya, seperti Banat al-Riyadh
(2005) karya Raja al-Sanea, Ikhtilas (2007) karya Hani Naqshbandi dan
masih banyak lagi.

Cerita-cerita yang bertema seksual dan perempuan di Arab sangat


menarik untuk diungkap lewat tulisan, bukan hanya sastrawan yang berasal
dari Timur tengah saja yang menulis cerita tentang itu. Jean P. Sasson yang
merupakan seorang penulis Amerika bahkan memusatkan karyanya pada
perempuan di Timur tengah, diantaranya yang paling populer dan masuk
dalam daftar best seller New York Times selama 13 minggu pada tahun
penerbitannya adalah Trilogy The Princess (Kisah Tragis Putri Kerajaan
Arab Saudi (2001), Putri Puteri Sultana (2002), dan Lingkaran Puteri
Sultana (2004).

Dalam hal ini, karya-karya sastra kontroversial yang ditulis oleh


pengarang perempuan Indonesia juga marak dibicarakan.Karya-karya
mereka mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat atas munculnya
pengarang perempuan dengan karya-karya bertemakan seks yang menjadi
polemik dalam diskusi dan tulisan di media massa. Bermula dari Ayu Utami
yang merupakan sastrawan Indonesia yang menulis novel pertamanya yang
berjudul Saman (1998) dan dilanjutkan dengan novel Larung (2001) yang
mendapat sambutan hangat oleh kritikus dan dinilai sangat kontroversi
karena seorang perempuan membicarakan tentang seks yang dianggap
melanggar tabu dan merusak moral. Kemudian muncul nama Dee (Dewi
Lestari) dengan novel berjudul Supernova yang menjadi best seler dan trend
di kalangan anak-anak muda. Garis Tepi Seorang Lesbian karya Herliniatien
(2003), Mahadewa Mahadewi (2003) dan Berkat novel Nayla (2005) nama
Djenar Mahesa Ayu juga melejit dan banyak diperbincangkan. Dari segi

2
tema,2 Djenar membawa warna baru dalam sastra Indonesia. Meskipun
sama-sama bertemakan seks, tulisan Djenar memiliki arah yang khas, yaitu
mengangkat tema trauma masa kecil, hubungan problematis seorang gadis
dengan orang tuanya, pelecehan seksual, masalah seksualitas, moralitas,
gender, perselingkuhan, dan dunia pelacuran kelas atas.

Sebuah karya sastra memiliki peranan penting dalam penyampaian


pengalaman yang berasal dari pikiran, emosi, kejadian penting dan sarana
dalam membangun budaya, karena sastra juga dapat membangkitkan
perasaan yang sangat kuat yang disandarkan pada realitas kehidupan,
kemudian membangkitkan kesadaran akal dan pertumbuhan imajinasi. 3
Namun, ketika sastra dan perempuan terdapat dalam novel, keduanya
seringkali berada pada kadar relasi dan oposisi yang tidak seimbang baik
pada tataran esensial bahkan eksistensial. Keberadaan sastra terutama novel
seringkali melahirkan permasalahan serius ketika yang menulisnya adalah
seorang perempuan.4

Seks dalam karya sastra selama ini cenderung dianggap sebagai


wilayah penulisan pengarang laki-laki. Ketika perempuan berbicara
seksualitas dalam karya sastra, mereka dinilai telah memasuki wilayah yang
dianggap sebagai fenomena yang mengumbar erotisme demi kepopuleran
dan ketenaran belaka. Ketika perempuan mencoba untuk memanifestasikan
pengalaman khasnya, merespon dunia dalam bentuk tulisan imajinatif,
seringkali terbentur dengan batasan-batasan dalam dunia non-imajinatif.
Permasalahan menjadi serius ketika perempuan menulis tentang dunia yang
dipahami khalayak sebagai dunia tabu seperti mengangkat permasalahan
2
Katrin Bandol, Sastra, Perempuan, Seks, ( Yogyakarta: Jalasutra, 2006), h. 143
3
Ahmad Muzakki, Kesussastraan Arab: Pengantar Teori dan Terapan,
(Yogyakarta: al-Ruzz Media, 2006), h.85
4
Linda Martin Alcoff, Visible Identities: Race, Gender, and the self, (New York:
Oxford University Press, 2006), h.133

3
tubuh dan seksualitas dalam karyanya, 5 terlebih ketika hal itu terjadi dalam
lingkungan budaya yang masih erat tradisi. Selain itu, pemikiran yang
demikian melahirkan berbagai polemik dan kontroversi dalam penerimaan
dan perhatian khalayak sastra kita.

Namun seiring berjalannya waktu kritik dan kontroversi mengenai


pengarang perempuan berbuah manis. Para penikmat sastra kini menganggap
novel-novel seks oleh karya perempuan menghadirkan nuansa lain dan baru
dalam dunia sastra dengan keberanian menabrak tabu, khususnya dalam
mengeksplorasi hal-hal yang menyangkut seksualitas karena selama ini
masalah seks dalam sebagian besar masyarakat kita masih masuk wilayah
yang cukup tabu apalagi untuk dibicarakan secara ‗telanjang‘.

Terlepas dari benar atau tidaknya asumsi mengenai hal itu, tulisan ini
melihat pengungkapan atau representasi seksual dalam karya sastra Arab dan
sastra Indonesia dari kacamata seorang perempuan. Selain itu, tulisan ini
memperlihatkan seperti apa sesungguhnya seksualitas dipresentasikan oleh
penulis perempuan khususnya di Arab dan Indonesia. Tulisan ini mengkaji
dua novel dari dua Negara berbeda (Arab dan Indonesia) dan dari dua orang
pengarang yang dianggap signifikan sehubungan dengan isu seksualitas
dalam karya pengarang perempuan. Karya tersebut adalah Summuwul
Amiroh (2007) karya Jean P.Sasson dan Nayla (2005) karya Djenar Mahesa
Ayu .

Novel Summuwul Amiroh merupakan novel yang ditulis oleh


sastrawan wanita asal Amerika, Jean.P Sasson yang diterbitkan pada tahun
2001 berbahasa Inggris dengan judul The Princess, kemudian Jean merilis

5
Valassopoulos mengatakan the experience of gender, the body and sexuality is
not, in fiction, an experience that can always be easily explained. Lihat Anastasia
Valassopoulos, Cotemporary Arab Women Writers: Culture Expression in Context,
(London: Routledge, 2007), h.33

4
cetakan pertama berbahasa Arab di tahun 2007. Dan dalam penelitian ini,
penulis hanya meneliti novel Jean P. Sasson yang berbahasa Arab.
Summuwal Amiroh bercerita tentang bagaimana seorang wanita, berdarah
bangsawan, tepatnya bergaris kerajaan Arab Saudi, memandang kaum pria
berdasarkan akumulatif pengalaman pahit hidupnya. Novel ini sangat sexist
dan terasa sekali aura pemikiran feminis pada tiap lembarnya. Tumbuh di
sebuah kota kecil, Jean.P Sasson menemukan petualangan di antara
halaman-halaman buku. Keinginannya yang kuat untuk berkelana dan
meninggalkan lingkungan pedesaan membuatnya berkesempatan untuk
bekerja dan bepergian ke luar negeri. Pada tahun 1978, dia pergi ke Arab
Saudi untuk bekerja di Rumah Sakit Spesialis Raja Faisal di Riyadh sebagai
koordinator administrasi kesehatan, di mana dia bertemu dengan Peter
Sasson, calon suaminya. Mereka menikah pada tahun 1982 dan Jean.P
Sasson meninggalkan rumah sakit setelah empat tahun bertugas, namun
pasangan tersebut tetap tinggal di Arab Saudi sampai tahun 1990.

Selama mereka di Timur Tengah, Jean.P Sasson mempunyai banyak


teman, termasuk anggota keluarga kerajaan Al-Saud, yang mengunjungi
rumah sakit tersebut. Yang paling menarik adalah ia bertemu dengan ―Putri
Sultana‖ dan menjalin persahabatan erat sehingga pada suatu hari Putri
Sultana pun menceritakan tentang kehidupannya didalam kerajaan yang tidak
ada satupun orang mengetahuinya sehingga lahirlah novel Summuwul
Amiroh. Dan untuk pertama kalinya melalui novel ini, perempuan Saudi dari
keluarga kerajaan membeberkan kisah nyata yang ada dalam sebuah
masyarakat yang tertutup. "Putri Sultana" membuka tabir yang mengejutkan,
tentang kawin paksa, perbudakan seks, dan kebiadaban laki-laki terhadap
kaum hawa. Melalui novel ini, dapat dijelaskan bahwa inilah sebuah kisah
nyata yang tak pernah anda lupakan.

5
Putri Sultana merupakan seorang putri dari keluarga kerajaan Saudi
bernama Sultana Al-Saud. Sultana masih keturunan langsung dari pemimpin
besar Raja Abdul Aziz. Pada tahun 1901, Raja Abdul Aziz kembali ke
kampung halaman setelah mengalami kekalahan dan terpaksa meninggalkan
Nadj. Setelah perjuangan berbulan-bulan, pada tahun 1902, ia dan anak
buahnya mengalahkan lawannya, bani Rasyid. Pada tahun-tahun selanjutnya
untuk menjamin kesetiaan suku-suku padang pasir, Abdul Aziz menikahi
lebih dari 300 perempuan yang lambat laun menurunkan lebih dari 50 anak
laki-laki dari istri yang paling disukainya mendapat kehormatan dengan
perlakuan istimewa yang berlebihan, dan kelak bila dewasa menjadi
pemegang kekuasaan di negeri Saudi.

Kehidupan Sultana yang gemilang dan penuh dengan fasilitas serba


ada tak membuatnya menjadi perempuan yang bahagia. Ia hanyalah seorang
perempuan di negeri Arab yang tidak mempunyai kebebasan atas dirinya.
Tidak ada perbedaan yang signifikan jika ia lahir menjadi seorang
perempuan di Saudi. Ia dan perempuan-perempuan Saudi lainnya hanya
seorang tawanan, yang berbeda adalah Sultana menjadi tawanan dalam
sangkar emas. Ia hidup bergantung pada belas kasihan ayah dan saudara laki-
lakinya. Walaupun berasal dari keluarga kerajaan, Ia tidak bisa mengubah
apapun di dunia Arab yang berasal dari pemikirannya. Karena perempuan
tidak mempunyai hak berpendapat dan menentukan segala sesuatu, bahkan
yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Untuk pertama kalinya, Putri
kerajaan Saudi membeberkan kisah dibalik tembok kerajaan yang tertutup. Ia
membuka tabir yang mengejutkan tentang kesenjangan dan kebiadaban laki-
laki terhadap kaum perempuan yang membuat perempuan tidak ingin hidup
di Negara tersebut.

6
Di Arab Saudi, kedudukan perempuan sangatlah rendah. Tidak heran
jika perempuan sering mendapatkan pelecehan. Perempuan selalu diabaikan
oleh ayah mereka, dipandang rendah oleh saudara laki-laki mereka dan
dilecehkan oleh suami mereka. Lingkaran ini sulit dihancurkan selama laki-
laki memaksakan kehidupan seperti ini terhadap perempuan. Hanya sedikit
laki-laki yang tahu bahwa kebahagian mereka bisa ditemukan di rumah
mereka sendiri, dengan seorang perempuan yang sama kedudukannya.
Dengan memperlakukan perempuan seperti budak, sebagai properti, laki-laki
hanya membuat dirinya tidak bahagia sama seperti perempuan yang ia
kuasai, membuat cinta dan persahabatan sejati tidak akan pernah dicapai oleh
keduanya.

Sultana sendiri mempunyai saudara laki-laki yang bernama Ali. Ali


harus dihormati dan segala keinginannya harus dipenuhi. Bahkan Ayah
Sultana membelikan 4 buah mobil Porschase merah yang sama untuk Ali.
Sultana menikah dengan salah satu sepupu kerajaan bernama Karim.
Pernikahan mereka berlangsung meriah. Mereka berbulan madu di sejumlah
kota diantaranya Kairo, Paris, New York, Los Angeles, dan Hawaii selama 8
minggu. Anak pertama Sultana seorang laki-laki bernama Abdullah. Seorang
anak laki-laki merupakan harta berharga sebagai sebuah ikatan perkawinan.
Anak laki-laki adalah kunci kepuasan hati suami. Selanjutnya Sultana
memiliki 2 orang putri.

Suatu ketika Sultana didiagnosa mengidap sakit kanker payudara.


Sebagai tindakan pencegahan medis agar tidak berhasrat memiliki anak lagi
maka dilakukan operasi sterilisasi. Tetapi ternyata inilah alasan Karim,
suami Sultana meminta izin untuk menikah lagi. Dengan alasan ingin
memiliki banyak keturunan. Betapa terguncangnya Sultana. Tetapi niat itu
urung dilakukan karena Sultana melakukan perlawanan. Setelah kejadian

7
tersebut, hubungan Karim dan Sultana tidak pernah pulih sepenuhnya. Lalu,
cobaan datang lagi menghampiri Sultana. Sultana dinyatakan terkena
penyakit kelamin dan Karim mengaku telah berpartisipasi dalam
pertualangan seks mingguan dengan orang asing.

Berbeda dengan karya Jean P.Sasson yang bersifat non fiksi, karya-
karya Djenar berupa novel fiksi yang banyak membicarakan permasalahan
seksualitas yang dianggap menyimpang seperti hubungan seks diluar nikah
atau yang dikenal dengan seks bebas, masturbasi, kasus pemerkosaan,
homoseksual, lesbian atau pecinta sesama jenis, cumbuan, ciuman dan lain
sebagainya.

Dalam novel Nayla, Djenar menceritakan kehidupan seorang remaja


bernama Nayla yang mengalami masa kecil kurang bahagia, bukan sangat
keras, ibunya bahkan kejam dalam mendidik ananya. Nayla kecil mengalami
pelecehan seksual yang dilakukan oleh pacar ibunya. Pada umur 13 tahun
Nayla kabur dari rumah ibunya, tinggal bersama ayah dan ibu tirinya untuk
masa yang singkat, lalu hidup sendiri setelah ayahnya meninggal. Hubungan
cinta dua orang kekasih diceritakan, yaitu dengan seorang perempuan yang
bernama Juli yang dipacari semasa remaja, dan seorang lelaki bernama Ben
yang menjadi pacar pada saat Nayla dewasa. Di samping itu, karir Nayla
yang gemar menulis cerpen akhirnya menjadi pengarang terkenal yang juga
diceritakan dalam novel tersebut.

Djenar Maesa Ayu mencoba memberi pemahaman kepada para


pembaca bahwa ia adalah seorang penulis yang kerap menulis dengan tema-
tema berbau erotis dengan sangat detail dan mendalam. Ia mencoba
membangun imagenya dengan kesan seksualitas. Dalam setiap novelnya,
Djenar seolah memceritakan relita kehidupan manusia yang tak bisa lepas
dari keinginan untuk memenuhi hasrat seksual dan hal-hal yang berbau

8
porno lainnya. Salah satunya novel Nayla, yang identik dengan persetubuhan
dan menjadi sangat menarik untuk diteliti lebih dalam. Karena bahasa bukan
hanya sebagai alat konunikasi semata, tetapi juga bisa memperoleh amanat
dalam sebuah karya sastra dan dijadikan contoh untuk kehidupan sehari-hari.

Mengenai erotisme, Djenar Maesa Ayu menggunakan gaya bahasa


yang khas dan jujur tentang manusia dan kehidupannya. Mutu atau daya
pikat karya Djenar adalah akibat kejutan seksual(itas), birahi seksual-(itas)-
lah yang mendapat tempat istimewa sebagai suara yang dianggap berani
sehingga menjadikan novel yang berjudul Nayla ini memiliki nilai estetika
yang tinggi. Hal ini yang menjadi dasar utama penelitian ini dilakukan dan
disandingkan dengan novel yang tidak kalah menarik dan tetap pada tema
yang berbau erotis yaitu Summuwul Amiroh karya Jean.P.Sasson, yang
keduanya memiliki latar cerita yang berbeda, latar tempat yang berbeda, latar
suasana yang berbeda, karena ini semua yang mempengaruhi para pengarang
untuk membuat suatu karya sastra.

1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah


1.2.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dalam
hal ini penulis akan membatasi masalah dengan fokus pada kajian seksualitas
dalam novel Summuwul Amiroh dan Nayla, teori yang digunakan untuk
membedah karya sastra tersebut menggunakan teori representasi Stuart Hall.
Untuk mendukung analisis penelitian, penelitian ini menggunakan konsep
seksualitas Sigmund Freud dan kajian sastra bandingan. Tentu saja kajian
toritik mengenai novel juga akan dibahas, karena penulis juga akan melihat
sudut pandang seorang pengarang dari kedua novel tersebut yang merupakan
seorang perempuan.

9
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
permasalahan utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana representasi seksualitas digambarkan dalam novel Summuwul
Amiroh karya Jean P.Sasson dan Nayla karya Djenar Mahesa Ayu di mata
pengarangnya yang merupakan seorang perempuan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan utama diatas, maka penelitian ini
bertujuan mengungkapkan bagaimana representasi seksualitas dalam novel
Summuwul Amiroh karya Jean P.Sasson dan Nayla karya Djenar Mahesa
Ayu menurut pandangan pengarang dari novel tersebut yang merupakan
seorang perempuan. Analisis ini juga diharapkan dapat membandingkan
kedua novel tersebut dari sudut pandang bahasa para pengarang yang
mempunyai latar tempat dan budaya yang berbeda.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah studi sastra
dalam mengkaji novel dan membuka wawasan baru bagi pembaca
dalam melihat dan menilai pemikiran pengarang novel Summuwul
Amiroh karya Jean P.Sasson dan Nayla karya Djenar Mahesa
Ayu .
b. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menarik peneliti yang
lain untuk bisa lebih mendalam dalam menganalisi kedua novel
ini dengan menggunakan teori dan pendekatan yang lain.
c. Memotivasi para pembaca untuk menggunakan karya sastra
dalam penelitiannya, terutama karya sastra yang ditulis oleh

10
perempuan yang masih belum diketahui oleh banyak peminat
sastra.
1.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini bukan satu-satunya penelitian yang menggunakan
korpus novel Summuwul Amiroh karya Jean P.Sasson dan Nayla karya
Djenar Mahesa Ayu . Beberapa peneliti terdahulu juga pernah
menggunakan novel Summuwul Amiroh karya Jean P.Sasson dan Nayla
karya Djenar Mahesa Ayu sebagai korpus dalam penelitiannya. Sejauh
ini sudah banyak penelitian sebelumnya yang relevan untuk mendukung
penelitian ini seperti penelitian dari beberapa peneliti yang penulis
temukan meneliti novel Summuwul Amiroh karya Jean P.Sasson dan
Nayla karya Djenar Mahesa Ayu baik berupa skripsi, tesis, dan jurnal.
1. Annisa Nabilah Luthfiyah dalam tesisnya The Representation
of Feminist Ideology in Jean P.Sasson‟s Princess from the
Character of Sultana, pada tahun 2003 di Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati. Penelitian ini menganalisis tentang
karakter Sultana dan representasi dari ideologi feminis yang
terdapat dalam karakteristik Sultana. Annisa menggunakan
pendekatan feminis untuk menganalisa masalah wanita. Annisa
menemukan data tentang karakteristik Sultana berdasarkan
pernyataan yang ada dalam cerita, perilaku, dan percakapannya
dengan karakter lain. Annisa menggunakan metode kritik sastra
feminis dalam menganalisa karakteristik Sultana didalam novel
Princess karya
Jean P.Sasson. Annisa mmenemukan Sultana sebagai karakter
yang mempresentasikan ideology feminis menjadi seorang yang
pemberani, terpelajar, tegas, sabar, merdeka dan wanita yang
penuh kasih sayang.

11
Penelitian Annisa berbeda dengan penelitian yang penulis
lakukan, terutama dalam hal teori. Annisa menggunakan teori
kritik sastra feminis untuk membedah novel The Princess,
sedangkan penulis menggunakan konsep seksualitas Freud dan
teori representasi Stuart Hall.

2. Ribut Surjowati dalam jurnalnya Pemberontakan Wanita


Dalam Novel Princess Karya Jean P.Sasson, pada tahun 2014
(Parafrase vol.14 No.01) . Penelitiannya mengungkapkan
perjuangan melawan ketidaksetaraan gender seperti yang
digambarkan oleh J.P Sasson dalam The Princess, yang
merupakan sebuah novel yang mengungkapkan semangat
feminisme. Penilitian ini meneliti pmberontakan seorang putri
Arab yang bernama Sultana, yang memiliki keberanian untuk
melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh ayahnya, suaminya
dan sebagian besar pria yang berada di Negara tersebut juga
melakukan ketidakadilan terhadap wanita. Peneliti berfokus pada
analisis tentang alasan pemberontakan Sultana dan tuntutannya
terhadap laki-laki di keluarganya. Dalam penelitian ini,
menunjukkan bahwa alasan pemberontakan Sultana adalah
kekerasan yang dilakukan terhadapnya oleh anggota keluarganya,
begitu juga dengan perempuan-perempuan lain pada masa itu
yang dilakukan dengan tidak adil memicu pemberontakan
Sultana. Selain itu, marginalisasi perempuan dan subordinasi
perempuan juga membuat Sultana memberontak pada saaat itu.
Penelitian ini juga menyinggung tuntutan kesetaraan termasuk
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam hak dan
pendidikan. Ribut Surjowati mengkaji novel the Princess

12
menggunakan teori feminism, sebuah gerakan perempuan yang
menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak pria.
Pemicu gerakan ini adalah ketidak puasan perempuan atas
keadilan gender.
Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang akan
penulis lakukan, terutama terhadap pendekatan teori yang
digunakan. Ribut Surjowati menggunakan pendekatan feminism,
sedangkan penulis menggunakan teori representasi dan
seksualitas dalam melihat representasi seksualitas yang
dihadirkan dalam novel Summuwul Amiroh dan Nayla.

3. Siska Dewi dalam tesisnya The Resistance of Arabic Women


Toward Patriarchal Dominations As Found In The Novel
Princess: A true Story of Life Behind The Veil In Saudi Arabia,
pada tahun 2003 di Universitas Bung Hatta Sumatera Barat .
Tesis ini adalah studi feminis terhadap dominasi patriarki di Arab
Saudi sebagaimana yang digambarkan dalam novel The Princess:
A true Story of Life Behind The Veil In Saudi Arabia yang ditulis
oleh Jean P. Sasson. Dalam penelitian ini, Siska memiliki dua
tujuan utama, yang pertama untuk menjelaskan tentang aspek
kehidupan yang didominasi oleh budaya patriarki dan yang kedua
untuk menganalisis bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan
oleh wanita Arab terhadap budaya patriarki yang mendominasi
kehidupan mereka. Untuk mengkaji penelitian ini, Siska
menggunakan teori feminism Kate Millet yang mana
penekanannya pada ayah sebagai kepala Putri Sultana sebagai
kepala keluarga yang juga melakukan tindak patriarki dalam
keluarganya. Selanjutnya, Siska melakukan teknik membaca jarak

13
dekat yang mengharuskannya membaca seluruh novel beberapa
kali untuk memahami isi novel. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa ada dua aspek penting yang didominasi oleh busaya
patriarki yaitu pendidikan dan budaya. Dalam aspek pendidikan,
pria dan wanita memiliki hak yang berbeda untuk memilih
pengaturan dan subjek sekolah.Dalam budaya, perbedaannya
adalah dalam menerapkan aturan perkawinan, huku, dan
kebiasaan Arab. Karena itu, wanita di Arab Saudi menentang
budaya ptriarki dalam bentuk bergabung dengan sekolah formal,
mengambil mata pelajaran filsafat dan mengabaikan otoritas
seorang ayah.
Penelitian Siska berbeda dengan penelitian yang penulis teliti,
terutama terhadap pendekatan teori yang digunakan. Siska
menggunakan teori Feminis Kate Millet untuk membedah
penelitiannya, sedangkan penulis menggunakan Teori
Representasi dalam peneltiannya pada novel Summuwul Amiroh
dan Nayla.

4. Agung Pramujiono dalam jurnalnya Feminisme


Representation In Djenar Maesa Ayu‟s Novel, Nayla, pada tahun
2013 di Universitas Adi Buana Surabaya. Jurnal ini bertujuan
mendeskripsikan secara objektif representasi feminisme dalam
novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Data penelitian Agung
berupa perkataan, perbuatan, dan peristiwa yang dialami oleh
tokoh utama. Agung mengumpulkan data melalui teknik
dokumentasi dan analisi secara deskriptif. Dalam penelitian ini,
Agung menggunakan pendekatan feminism radikal yang dirintis
oleh Charlotte Perkins Gilma, Emma Goldman dan Margaret

14
Sanger. Agung menyebutkan bahwa feminism radikal didasarkan
atas dua keyakinan sentral, yaitu bahwa perempuan mempunyai
nilai positif mutlak sebagai perempuan dan dimanapun
perempuan selalu ditindas dengan keras oleh sistem patriarki.

5. Pada penelitian yang terbaru, Ajeng Tina Mulyana dalam


jurnalnya juga membahas novel yang sama, yaitu novel Nayla.
Penelitiannya berjudul Segmentasi Gender dalam Novel Nayla
karya Djenar Maesa Ayu, 2018 di Universitas MH. Thamrin.
(Jurnal Metamorfosa Volume 6 Nomor 1) Penelitian Ajeng
berfokus pada segmentasi gender yang ditemukan dalam novel
Nayla. Ia menggunakan teori sastra feminis dan studi gender
dalam penelitiannya. Fokus utama kajian sastra feminis adalah
mengkaji dan menggali serta menilai karya penulis-penulis
perempuan dari masa ke masa serta mengkaji karya-karya
tersebut dengan pendekatan feminis.
Fokus kedua penelitian tersebut berbeda dengan penelitian
yang akan penulis lakukan. Seperti yang sudah disebutkan,
penelitian Agung Pramujiono lebih melihat novel nayla dari
pendekatan feminisme radikal, begitu juga dengan penelitian
Ajeng. Ajeng fokus pada pendekatan sastra feminis dan studi
gender. Berbeda sekali dengan penelitian ini, terutama
pendekatan yang digunakan. Penulis menggunakan teori
representasi dan identitas untuk mengupas novel the Princess,
untuk melihat bagaimana representasi seksualitas dalam novel
tersebut dan disandingkan dengan novel Nayla sebagai
pembanding kajian novel tersebut.

15
1.6 Metode Penelitian

Dalam metode pnelitian ini terdapat beberapa tahap, yaitu metode


dan teori penelitian, sumber data, dan analisis data.

1.6.1 Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang


digunakan adalah metode deskriptif-analisis. Metode deskriptif analisis
dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul
dengan analisis. Secara etimologi deskripsi dan analisis berarti
menguraikan.Selain itu, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan tekstual
untuk melihat representasi seksualitas dalam novel Summuwul Amiroh karya
Jean P.Sasson dan Nayla karya Djenar Mahesa Ayu .

1.6.2 Sumber Data

Penelitian ini adalah studi pustaka (library research), yaitu penelitian


yang memperoleh data dan informasi tentang objek penelitian lewat buku-
buku atau alat audio lainnya. 6 Maka langkah awal dalam penelitian ini adalah
membaca sumber premier, yaitu novel Summuwul Amiroh karya Jean
P.Sasson dan Nayla karya Djenar Mahesa Ayu dan sumber sekunder dari
bahan-bahan yang terkait dengan objek ini, seperti dari penelitian, buku,
majalah, jurnal dan surat kabar. Selanjutnya semua dokumen yang terkait
dengan objek penelitian dikelompokkan berdasarkan objek atau fokus
penelitian.

6
M. Atar Semi, Metode Penelitian Sastra, (Bandung: Angkasa, 2012), h.10

16
1.6.3 Analisis Data

Untuk mengetahui representasi seksualitas yang terdapat dalam novel


Summuwul Amiroh karya Jean P.Sasson dan Nayla karya Djenar Mahesa
Ayu, maka langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis novel
adalah sebagai berikut: (1) membaca dengan cermat novel Summuwul
Amiroh karya Jean P.Sasson dan Nayla karya Djenar Mahesa Ayu (2)
Pengumpulan data utama (primer), berupa aspek-aspek intrinsik dari novel
Summuwul Amiroh dan Nayla, yang kemudian aspek intrinsik tersebut akan
dianalisis dan dijadikan sumber data utama (3) Pengumpulan data sekunder
berupa teks-teks yang terkait dengan novel Summuwul Amiroh dan Nayla ,
pengarangnya, dan konteks novel tersebut, (4) analisis dilakukan dengan
menelaah data primer dan sekunder yang difokuskan kepada bagaimana
representasi seksualitas dalam novel Summuwul Amiroh karya Jean P.Sasson
dan Nayla karya Djenar Mahesa Ayu, (5) dan melakukan telaah atas seluruh
data yang dimiliki untuk mendapatkan pemaparan dan kesimpulan yang
komprehensif tentang bagaimana representasi seksualitas dalam novel
Summuwul Amiroh dan Nayla sehingga nantinya diperoleh kesimpulan
mengenai representasi seksualitas yang dihadirkan dlam novel.

Penelitian ini lebih melihat bagaimana seorang pengarang menulis


novel tersebut sehingga kajian tentang kesastrawanan pengarang perlu juga
dilihat. Bahkan pengarang adalah sebagai penentu tentang apa dan
bagaimana aspek kebudayaan yang dimanfaatkan. Selain dari itu, pada
penelitian selanjutnya akan menjadi mudah jika mengetahui latar belakang
kepengarangan.7

7
Atar Semi, Metode Penelitian Sastra, h. 95

17
1.7 Sistematika Penulisan

Tesis ini terdiri dari lima bab. Dari masing-masing bab pun terdapat
sub bab dalam rangka memperjelas fokus dari judul besar pada bab tersebut.

Bab I adalah pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah,


pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penelitian terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
diharapkan dapat mengantarkan pembaca dalam mmahami penelitian ini.

Pada bab II membahas tentang landasan teori. Untuk mendukung


analisis penelitian ini, peneliti membagi kepada tiga sub bab mengenai teori
yang digunakan. Pertama, membahas tentang Teori representasi Stuart Hall.
Kedua, pembahasan mengenai Konsep Seksualitas Sigmund Freud sebagai
penguat teori representasi terhadap penelitian ini.. Ketiga, pembahasan
mengenai Sastra Bandingan sebagai teori pembanding.

Pada bab III akan menguraikan tentang setting sosial perempuan


Saudi dan Indonesia kemudian penulis juga menjabarkan tentang biografi
Jean P.Sasson dan Djenar Mahesa Ayu . Pada bab ini penulis membagi
kedalam tiga sub bab, yaitu posisi pengarang sebagai seorang perempuan
pada saat novel ini digarap, latarbelakang kedua penulis dalam kedua novel
ini serta sinopsis novel.

Pada bab IV merupakan bab analisis mengenai Representasi


Seksualitas Dalam Novel Summuwul Amiroh Karya Jean P.Sasson dan Nayla
Karya Djenar Mahesa Ayu. Pada bagian ini penulis membagi menjadi tiga
sub bab, yaitu analisis teks yang mempresentasikan seksualitas dalam novel
Summuwul Amiroh dan Nayla, kemudian menganalisis perbedaan ungkapan
teks seksual dari kedua novel tersebut.

18
Pada bab V merupakan penutup pada penelitian ini yang
mengcangkup kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan.

19
BAB II

LANDASAN TEORI

Teori dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini


merupakan landasan yang berhubungan dengan objek yang akan peneliti
bahas. Penjelasan mengenai konsep teori dan pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan suatu hal penting untuk dijabarkan agar
pembaca dapat memahami dan mengerti mengenai konsep-konsep tersebut.
Untuk menganalisis data penelitian ini, peneliti menggunakan teori
representasi Stuart Hall dengan Konsep Seksualitas Sigmund Freud sebagai
teori penguat dalam penelitian ini dengan bantuan pendekatan sastra
bandingan.

2.1 Teori Representasi Stuart Hall

Menurut Hall representasi adalah sebuah produksi konsep makna


dalam pikiran melalui bahasa. Ini adalah hubungan antara konsep dan bahasa
yang menggambarkan objek, orang, atau bahkan peristiwa yang nyata ke
dalam objek, orang, maupun peristiwa fiksi. Representasi berarti
menggunakan bahasa untuk mengatakan sesuatu yang penuh arti, atau
menggambarkan dunia yang penuh arti kepada orang lain.8

Giles dalam buku Studying Culture: A Pratical Introduction, terdapat


tiga definisi dari kata ‗representasi‘, yakni: 9

To stand in for. Dalam hal ini dapat dicontohkan terhadap suatu bendera
sebuah Negara, yang jika dikibarkan dalam suatu event antar Negara, maka

8
Stuart Hall, Representation: Cultural Representation and Signifying Practices,
(London: Sage Publication Ltd, 1997), h. 15
9
Giles dan Middleton, Studying Culture: A Practical Introduction, (Oxford:
Blackwell Publishers, 1999), h. 56-57

20
bendera tersebut menandakan keberadaan Negara yang bersangkutan dalam
event tersebut.

To speak or act on behalf of. Contoh kasusnya adalah presiden/perdana


menteri menjadi orang yang berbicara dan bertindak atas nama sebuah
Negara.

To re-present. Misalnya tulisan sejarah atau biografi yang dapat


menghadirkan kembali kejadian-kejadian di masa lalu.

Dalam prakteknya, ketiga makna dari representasi ini dapat saling


tumpang tindih. Oleh karena itu, untuk mendapat pemahaman lebih lanjut
mengenai apa makna dari representasi dan bagaimana caranya beroperasi
dalam masyarakat berbudaya, teori Hall akan sangat membantu.

Menurut Hall sendiri dalam bukunya : Cultural Representation and


signifying Practices, “ Representation connects meaning and language to
culture, representation is an essential part of the process by which meaning
is produces and exchanged between members of culture‖.10 Melalui
representasi, suatu makna diproduksi dan dipertukarkan antar anggota
masyarakat. Jadi dapat dikatakan bahwa, representasi secara singkat adalah
salah satu cara untuk memproduksi makna. Representasi memproduksi
makna dari konsep-konsep yang ada di dalam pikiran kita melalui bahasa
yang mempunyai dua prinsip, yaitu untuk mengartikan sesuatu dalam
pengertian untuk menjelaskan atau menggambarkannya dalam pikiran
dengan sebuah imajinasi untuk menempatkan persamaan ini sebelumnya
dalam pikiran atau perasaan kita. Sedangkan prinsip kedua adalah
representasi yang digunakan untuk menjelaskan (konstruksi) makna sebuah
simbol. Jadi, kita dapat mengkomunikasikan makna objek melalui bahasa

10
Hall, Representation: Cultural Representation …, h. 1

21
kepada orang lain yang bisa mengerti dan memahami konvensi bahasa yang
sama.11 Oleh karena itu, proses representasi tidak bisa lepas dari istilah
realitas, bahasa, dan makna.

Representasi juga merupakan produksi makna mengenai konsep dan


pemikiran kita yang disampaikan melalui bahasa.12 Yang dimaksud dengan
bahasa bukan saja merupakan bahasa tulis dan lisan, tetapi juga tanda,
simbol (foto, lukisan, dll) serta musik yang mempresentasikan pemikiran
terhadap orang lain. Bahasa adalah media melalui makna pikiran, ide-ide,
dan perasaan dipresentasikan dalam sebuah budaya. Representasi melalui
bahasa menjadi sentral bagi proses-proses ketika makna diproduksi. Sistem
representasi ini meliputi objek (object) orang (people), dan kejadian atau
peristiwa (event) yang berhubungan dengan seperangkat konsep-konsep atau
mental representasions yang kita bawa dalam benak kepala kita.
Representasi yakni bagaimana dunia pada umumnya dikonstruksi dan
dipresentasikan untuk dan oleh kita.13

Makna tidak lain adalah suatu konstruksi. Manusia membangun suatu


pemahaman bahasa untuk menamakan sebuah objek dengan makna tertentu
dan dinilai sesuai dan tidak dapat diubah. Makna sebuah objek dikonstruksi
melalui sistem representasi dan difikasi melalui kode yang telah disepakati
secara sosial untuk membuat kelompok masyarakat dengan budaya tertentu
memahami dan menggunakan kode yang sama untuk merepresentasikan
objek tersebut. Kita mencontohkan kata ―Kulkas‖. Ketika kita memikirkan
kata “kulkas” yang terlintas dibenak kita adalah sebuah benda yang
berfungsi untuk mendinginkan bahan makanan. Kemudian kata ―kulkas‖ kita

11
Hall, Representation: Cultural Representation …, h. 16
12
Hall, Representation: The Work of Representation, h. 17
13
Chris Barker, Curtural Studies: Practice and Theory, (London: Sage
Publications,2000), h.8-12

22
gunakan sebagai kode untuk mengkomunikasikan benda tersebut kepada
orang lain dan konsep ―kulkas‖ tersebut telah disepakati oleh masyarakat
Indonesia dan memiliki pemahaman yang sama dengan masyarakat lain
tentang konsep ―kulkas‖ itu. Sehingga membentuk sebuah kolerasi antara
sistem konseptual yang ada dalam pikiran kita dengan sistem bahasa yang
kita gunakan.

Representasi ini bisa berbentuk kata-kata atau tulisan bahkan bisa


juga dilihat dalam gambar bergerak atau film. Representasi merujuk kepada
konstruksi segala bentuk media (terutama media massa) terhadap segala
aspek realitas atau kenyataan, seperti masyarakat, objek, peristiwa, hingga
identitas budaya. Representasi tidak hanya melibatkan bagaimana identitas
budaya disajikan dalam sebuah teks, tapi juga dikonstruksikan di dalam
proses produksi dan resepsi masyarakat yang memiliki nilai-nilai budaya
yang dipresentasikan tadi. Hal yang paling utama dalam presentasi adalah
bagaimana realitas atau objek tersebut ditampilkan. Oleh karena itu, yang
terpenting dalam sistem representasi ini pun adalah bahwa kelompok yang
dapat berproduksi dan bertukar makna dengan baik adalah kelompok tertentu
yang memiliki suatu latar belakang pengetahuan yang sama sehingga dapat
menciptakan suatu pemahaman yang (hampir) sama.

Menurut Hall ‗Member of the same culture must share concepts,


images, and ideas which enable them to think and feel about the world in
roughly similar ways. They must share, broadly speaking, the same „cultural
codes‟. In this sense, thinking and feeling are themselves „system of
representations‟.14

14
Giles dan Middleton, Studying Culture: A Practical Introduction, h. 68

23
Berpikir dan merasa menurut Hall juga merupakan sistem
representasi. Sebagai sistem representasi berarti berpikir dan merasa juga
berfungsi untuk memaknai sesuatu. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan
hal tersebut, diperlukan latar belakang pemahaman yang sama terhadap
konsep, gambar, dan ide (cultural codes). Pemaknaan terhadap sesuatu dapat
sangat berbeda dalam budaya atau kelompok masyarakat yang berlainan
karena pada masing-masing budaya atau kelompok masyarakat tersebut ada
cara-cara tersendiri dalam memaknai sesuatu. Kelompok masyarakat yang
memiliki latar belakang pemahaman yang tidak sama terhadap kode-kode
budaya tertentu tidak akan dapat memahami makna yang diproduksi oleh
kelompok masyarakat lain.

Melalui bukunya, Stuart Hall menjelaskan bahwa penelitian yang


mempertanyakan tentang representasi dari kehidupan sosial yang
memproduksi budaya dan ―peristiwa‖ atau kejadian disebut dengan sirkuit
budaya (circuit of culture). Sirkuit budaya menggambarkan hubungan atau
koneksi antara representasi dengan identitas, regulasi, konsumsi dan
produksi. Kesatuan ini berkaitan dengan bagaimana makna diproduksi
melalui penggambaran identitas diri dan peristiwa yang berhubungan dengan
regulasi, konsumsi, proses produksi makna dan representasi yang ada di
media massa. Semuanya saling mempengaruhi dan memiliki peranannnya
masing-masing.

Secara sederhana, Stuart Hall menyatakan bahwa budaya adalah


tentang ―shared meaning‖. Hal ini berkaitan dengan adanya bahasa yang
digunakan sebagai medium yang memungkinkan terjadinya produksi makna
dan saling dipertukarkan. Bahasa dapat melakukan ini karena adanya sistem
representasi. Dalam bahasa, kita menggunakan simbol dan tanda untuk
mempresentasikan apa yang ingin kita sampaikan kepada orang lain tentang

24
konsep, ide, dan perasaan. Bahasa menjadi salah satu media yang digunakan
untuk mempresentasikan pikiran, ide, dan perasaan dalam sebuah budaya. 15

Dalam sirkuit budaya, makna diproduksi di beberapa tempat yang


berbeda dan disirkulasikan melalui beberapa proses yang berbeda pula.
Makna memberikan arti pada identitas kita, mengenai siapa kita dan dengan
siapa kita pada saat ini. ―Meaning is what give us sense of our own identity,
of who we are and with whom we „belong‟ – so it tied up with question of
how culture is used to mark out and maintain identity within and difference
group.‖16

Makna akan diproduksi dan dipertukarkan melalui setiap orang dan


interaksi sosial, begitu juga di dalam media. Bahasa dalam konsep budaya
menjadi penting karena bahasalah yang membuat budaya menjadi bermakna
(make sense of things), dan bahasalah yang akhirnya memproduksi makna,
serta mempertukarkan makna dari satu agen ke agen lain dalam masyarakat.
Dengan kata lain, bahasa mampu mengkonstruksi makna karena bahasa
beroperasi dalam sistem representasional. Menurut Hall, representasi juga
produksi pemaknaan atas konsep di dalam pikiran manusia dengan
menggunakan bahasa sebagai media. Representasi dapat merujuk pada dunia
nyata atau dunia rekaan atas objek, manusia, dan kejadian.17

Makna dikonstruksi oleh sistem representasi dan maknanya


diproduksi melalui sistem bahasa yang fenomenanya tidak hanya terjadi
melalui ungkapan verbal, namun juga visual. Sistem representasi tersusun
bukan atas konsep individual, melainkan melalui cara-cara pengorganisasian,
penyusupan, dan pengklasifikasian konsep serta berbagai kompleksitas

15
Hall, Representation: Cultural Representation …, h. 3-4
16
Hall, Representation: Cultural Representation …, h. 5
17
Hall, Representation: Cultural Representation …, h. 16-29

25
hubungan. Memahami hal diatas, maka bisa dikatakan bahwa representasi itu
sendiri memiliki dua proses utama. Pertama, representasi mental, yaitu
konsep tentang sesuatu yang ada di kepala kita masing-masing (peta
konseptual). Bentuknya masih merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua,
representasi bahasa, dimana proses ini berperan penting dalam produksi
makna. Konsep abstrak yang ada di kepala kita kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa yang sering digunakan, sehingga kita dapat menghubungkan
konsep dan ide-ide tentang sesuatu dengan tanda atau simbol, tertentu.
Jalinan hubungan inilah yang disebut dengan representasi.18

Representasi yang pada akhirnya menghubungkan antara makna dan


bahasa terhadap budaya. Hall mendefinisikan bahwa representasi disini
berarti menggunakan bahasa untuk berkata tentang sesuatu yang bermakna
kepada orang lain. Representasi adalah bagian esensial dari proses di mana
makna diproduksi dan dipertukarkan diantara anggota-anggota dari sebuah
budaya. Dalam semiotika, representasi disini melibatkan bahasa, tanda dan
gambar yang mewakili atau mempresentasikan sesuatu. Representasi melalui
kebudayaan juga dapat mengkontruksi makna dan mendefinisikan identitas.
Hal ini dapat juga dilihat dalam kebudayaan popular, misalnya seorang
musisi rock kan berpakaian serba hitam, memakai rantai di pinggangnya, dan
memanjangkan rambutnya agar terlihat berbeda dengan musisi pop yang
lebih santun dalam berpakaian.

Semua hal yang memiliki atau menyampaikan tanda dapat memproduksi


makna. Namun demikian, tidak ada makna yang bersifat tetap. Ia akan
berubah dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya, dari satu periode ke

18
Hall, Representation: Cultural Representation …, h. 23

26
periode lainnya.19 Hall menjelaskan, dalam sistem representasi terdapat tiga
pendekatan yang berbeda, yakni:

1. Reflective/mimetic approach
Dalam pendekatan ini disebutkan bahwa bahasa bekerja secara
sederhana merefleksikan atau meniru kebenaran yang sudah ada
sebelumnya dan berfungsi sebagai makna tetap.
2. Intentional approach
Pendekatan yang menyampaikan makna yang sebenarnya adalah
makna yang disampaikan oleh si pembicara atau penulis.
3. Constructionist approach
Makna yang dihasilkan adalah makna yang didasarkan interpretasi
atau penafsiran si pembaca atau pendengar.

Teori representasi seperti memakai pendekatan konstruksionis, yang


berpendapat bahwa makna dikonstruksi melalui bahasa. Stuart Hall dalam
artikelnya, ―things don‟t” mean : we construct meaning, using
representasional system-concept and signs.20 Oleh karena itu konsep dalam
pikiran dan tanda (bahasa) menjadi bagian penting yang digunakan dalam
proses konstruksi atau produksi makna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
representasi adalah suatu proses untuk memproduksi makna dari konsep
yang ada dipikiran kita melalui bahasa. Proses produksi makna tersebut
dimungkinkan dengan hadirnya sistem representasi. Namun, proses
pemaknaan tersebut tergantung pada latar belakang pengetahuan dan
pemahaman suatu kelompok sosial terhadap suatu tanda. Suatu kelompok

19
Hall, Representation: The Work of Representation, h. 61
20
Hall, Representation: The Work of Representation, h. 17

27
harus memiliki pengalaman yang sama untuk dapat memaknai sesuatu
dengan cara yang nyaris sama.

Dalam pendekatan konstruksionis, teori yang umumnya digunakan


adalah semiotika dari Saussure. Teori ini digunakan untuk menggali makna
tentang tanda yang terdapat dalam bahasa, Ilmu ini kemudian dikembangkan
oleh Barthes untuk mengkaji tanda dalam kebudayaan popular. Dalam
cultural studies, pendekatan Barthes banyak digunakan terutama untuk
melihat mitos yang berkembang pada masyarakat tertentu.

Konstruksi sosial dibangun melalui aktor-aktor sosial yang memakai


sistem konsep kultur bahasa dan dikombinasikan oleh sistem representasi
yang lain.21 Dalam konstruksionis ini, terdapat dua pendekatan menurut
Stuart Hall, yaitu pendekatan diskursif dan pendekatan semiotika. Dalam
pendekatan diskursif , makna dibentuk bukan melalui bahasa, tetapi melalui
wacana. Kedudukan wacana jauh lebih luas dari bahasa atau juga bisa
disebut topik. Jadi produksi makna yang ada pada suatu kultur dihasilkan
oleh wacana yang diangkat oleh individu-individu yang berinteraksi dalam
masyarakat dan diidentifikasikan atas kultur yang ditentukan oleh wacana-
wacana yang diangkat. Sedangkan pada pendekatan semiotik akan
dijabarkan tentang pembentukan tanda dan makna melalui medium bahasa.22

Pendekatan semiotik dalam teori konstruksionis inilah yang akan


digunakan untuk melihat fenomena representasi yang ada. Representasi
terlihat di dalam bahasa yang mampu mengkonstruksi sebuah makna.
Pembangunan makna pada sebuah tanda dibentuk melalui bahasa dan
bersifat dialektis karena sifat konstruksi juga ditentukan oleh faktor
lingkungan, konvensi, dan hal-hal yang bekerja di luar produsen yang ikut

21
Hall, Representation: The Work of Representation, h.35
22
Hall, Representation: The Work of Representation,, h.25

28
menentukan prosesnya. Dalam hal ini, proses pemaknaan ini akan
dipengaruhi berbagai kepentingan dan budaya dimana aktor sosial itu berada.

Selain pendekatan semiotika milik Saussure dan Barthes, pendekatan


konstruksionis lainnya adalah teori Micheal Foucault yang melihat bahwa
pengetahuan dapat diproduksi melalui sebuah sistem representasi. Konsep
yang dikembangkan olehnya disebut diskursus wacana. 23 Foucault
menambahkan bahwa manusia memahami dirinya dalam relasinya dengan
dunia sosial yang sifatnya tidak tetap ataupun serupa, tetapi pengetahuan
tersebut diproduksi secara berbeda pada periode sejarah yang berbeda pula.
Menurutnya dibalik pengetahuan tersebut terdapat kekuasaan yang
beroperasi. Memproduksi ‗kebenaran‘ adalah hal utama dalam
mengkonstruksi, menjaga, dan mempertahankan kekuasaan.

Representasi, biasanya dipahami sebagai gambaran sesuatu yang


akurat atau realita yang terdistorsi. Representasi tidak hanya berarti ―to
present‖, ―to image‖, atau ―to depict‖. Representasi‖ adalah sebuah cara
dimana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan.
Konsep lama mengenai representasi ini didasarkan pada premis bahwa ada
sebuah gap representasi yang menjelaskan perbedaan antara makna yang
diberikan oleh representasi dan arti benda yang sebenarnya digambarkan.
Hal ini terjadi antara representasi dan benda yang digambarkan. Berlawanan
dengan pemahaman standar itu, Stuart Hall berargumentasi bahwa
representasi harus dipahami dari peran aktif dan kreatif orang memaknai
dunia.

―so the representation is the way in which meaning is somehow given


to the things which are depicted through the images or whatever it is, on

23
Hall, Representation: The Work of Representation, h. 44

29
screens or the words on a page which stand for what we‟re talking about‖
Hall menunjukkan bahwa sebuah imaji akan mempunyai makna yang
berbeda dan tidak ada garansi bahwa imaji akan berfungsi atau bekerja
sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta. Hall menyebutkan ―Representasi
sebagai konstitutif‖. Representasi tidak hadir sampai setelah selesai
direpresentasikan, representasi tidak terjadi setelah sebuah kejadian.
Representasi adalah konstitutif dari sebuah kejadian. Representasi adalah
bagian dari objek itu sendiri, ia adalah konstitutif darinya. 24

Representasi bekerja melalui sistem representasi. Sistem representasi


ini terdiri dari dua komponen penting, yakni konsep dalam pikiran dan
bahasa. Kedua komponen ini saling berelasi. Konsep dari sesuatu hal yang
kita miliki dalam pikiran kita, membuat kita mengetahui makna dari hal
tersebut. Namun, makna tidak akan dapat dikomunikasikan tanpa bahasa.
Sebagai contoh sederhana, kita mengenal konsep ‗piring‘ dan mengetahui
maknanya. Kita tidak akan dapat mengkomunikasikan makna dari ‗piring‘
(misalnya, sebagai wadah untuk menaruk makanan) jika kita tidak dapat
mengungkapkannya dalam bahasa yang dapat dimengerti orang lain.25

Jadi representasi merupakan proses di mana para anggota sebuah


budaya menggunakan bahasa untuk memproduksi makna. Bahasa dalam hal
ini didefinisikan secara lebih luas, yaitu sebagai sistem apapun yang
menggunakan tanda-tanda yang bisa berbentuk verbal maupun non verbal.
Pengertian tentang representasi tersebut memiliki makna asli atau tetap (the
true meanings) yang melekat pada dirinya.

Representasi bekerja pada hubungan tanda dan makna. Konsep


representasi sendiri bisa berubah-ubah, selalu ada pemaknaan baru.

24
Chris Barker, Curtural Studies: Practice and Theory, h. 87
25
Giles dan Middleton, Studying Culture: A Practical Introduction, h. 77

30
Representasi berubah-ubah, akibat makna yang juga berubah-ubah. Setiap
waktu terjadi proses negosiasi dalam pemaknaan. Jadi representasi bukanlah
suatu kegiatan atau proses statis tapi merupakan proses dinamis yang terus
berkembang seiring dengan kemampuan intelektual dan kebutuhan para
pengguna tanda yaitu manusia sendiri yang juga terus bergerak dan berubah.
Representasi merupakan suatu proses usaha konstruksi. Karena pandangan-
pandangan baru yang menghasilkan pemaknaan baru, juga merupakan hasil
pertumbuhan konstruksi pemikiran manusia, melalui representasi makna
diproduksi ini menjadi proses penandaan, praktik yang membuat suatu hal
bermakna sesuatu.

Dalam memahami representasi, hendaknya kita mengingat hakikat


sebuah karya sastra. Karya sastra tercipta atas faktor imajinasi pengarang,
imajinasi pengarang umumnya mengacu pada kehidupan nyata, baik itu yang
dialami oleh si pengarang sendiri, maupun dari fenomena sosial apa yang
terjadi di sekitarnya. Hal itulah yang akan memberikan gambaran dari karya
sastra, baik fenomena alam, budaya, maupun sosial dintara masyarakat.

2.2 Konsep Seksualitas Sigmund Freud

Dapatkah orang mengatakan bahwa hasrat adalah hasrat terhadap


tubuh ? Dalam satu hal, memang tidak bisa dipungkiri. Tetapi, kita harus
memahami yang dimaksudkan dengan tubuh itu. Tentu saja, tubuh yang
menggoda kita: suatu tatapan sekilas pada lengan, payudara, atau barangkali
kaki. Tetapi, pertama-tama harus kita amati bahwa kita tidak pernah
menghasratkan lengan atau payudara yang kita tatap secara sekilas, kecuali
dalam kehadiran seluruh tubuh sebagai suatu keseluruhan organis. Tubuh itu

31
sendiri sebagai keseluruhan, mungkin saja ditutupi; kita hanya bisa melihat
lengan yang terbuka.26

Akan tetapi, kendati benar bahwa hasrat merupakan suatu kesadaran


yang dijadikan tubuh supaya menyesuaikan dengan tubuh orang lain, yang
dipahami sebagai suatu totalitas organik dalam suatu situasi degan kesadaran
pada horizon tersebut, apakah arti hasrat; artinya mengapa kesadaran
menjadi,atau mencoba dengan sia-sia menjadi tubuh , dan apa yang
diharapkannya dari objek hasratnya ? pertanyaan ini akan dengan mudah
dijawab kalau orang memperhitungkan bahwa, dalam berhasrat, aku
membuat diriku sendiri menjadi tubuh dalam kehadiran yang lain untuk
mencocokkan tubuh orang lain tadi. Ini berarti bahwa hal itu bukan hanya
menyangkut merengkuh bahu, merangkul pinggang, atau menempelkan
tubuh ke tubuh yang lain; diharuskan untuk merengkuhnya dengan sarana
khusus, yaitu tubuh, dalam pengertian bahwa tubuh tersebut menyumbat
kesadaran. Karena itu, ketika seseorang merengkuh bahu-bahu tadi, orang
mungkin tidak hanya mengatakan bahwa tubuhnya merupakan sarana untuk
menyentuh bahu-bahu tersebut, melainkan juga bahwa bahu-bahu orang lain
merupakan sarana bagiku untuk menemukan tubuhku sebagai suatu
penyingkapan yang memesona dari sebuah kenyataan, yakni sebagai tubuh-
fisik (flesh)/ Oleh karena itu, hasrat adalah hasrat untuk menyesuaikan tubuh
sampai taraf tertentu hingga penyesuain ini menyingkapkan tubuhnya sendiri
pada seseorang tersebut.27

Gairah yang mengacu pada hasrat seksual, adalah hal yang tidak
dapat dilepaskan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan dewasa.
Maka O‟Reilly menggunakan kuncup mawar berwarna putih-krem dengan

26
Jean Paul Sartre, Seks dan Revolusi, (Yogyakarta: Narasi dan Pustaka Promethea,
2016), h. 11
27
Jean Paul , Seks dan Revolusi, h. 21

32
semburat merah pada ujung kelopaknya untuk menyatakan cintanya. Ia
percaya bahwa cinta yang termurni dan termanis sekalipun tetap
mengandung gairah didalamnya. 28

Salah satu premis utama Freud yang mendasari teori-teorinya adalah


bahwa semua perilaku manusia dimotivasi terutama oleh libido atau
dorongan-dorongan seksual. Id yang merupakan aspek asli kepribadian
dianggap tersusun terutama dari insting seksual dan insting agresif/perusak.
Insting-insting seksual yang beragam tersebut kemudian diklasifikasikan ke
dalam eros, sedangkan insting-insting perusak diklasifikasikan ke dalam
thanatos. Di dalam diri manusia, eros dan thanatos dapat bekerja bersamaan
dalam situasi yang berbeda yang kemudian mempengaruhi perilaku.29 Dalam
konsep Freud, libido, sumber energi dasar yang terkandung di dalam id
yang menggerakkan perilaku, terdiri dari dorongan-dorongan seksual. Dalam
konsep Fromm, libido dianggap sebagai proses energi-kehidupan yang lebih
umum yang terdiri dari insting-insting seksual dan insting pelestarian diri.30
Dalam ranah psikologi seksual, istilah sublimasi dipakai untuk menyatakan
bahwa dorongan seksual secara fisik, atau libido dalam makna sempitnya,
dapat ditransformasikan ke dalam dorongan untuk melakukan aktivitas psikis
yang lebih tinggi sehingga dorongan tersebut tidak lagi menjadi dorongan
fisik mendesak.31

Dalam teori seksnya, Freud memperkenalkan istilah objek seksual


dan tujuan seksual. Objek seksual adalah pribadi yang menjadi daya tarik

28
Laurence Perrine, Sound and Sense: An Introduction to Poetry, ( New York:
Harcourt Brace Javanovich, 1974), h. 84
29
Richard Ryckman, Theories of Personality, (New York: D. Van Nostrand
Company, 1978), h.30
30
Ryckman, Theories of Personality, h.51
31
Havelock Ellis, Psychology of Sex, (New York: Harcourt Brace Jovanovich, 1996),
h. 363.

33
seksual sedangkan tujuan seksual adalah tujuan yang hendak dicapai insting
seksual.32 Freud menjadi sorotan banyak kalangan ketika dia menguraikan
seluk beluk seksualitas manusia. Freud menyebutkan bahwa seksualitas
dalam diri manusia telah ada sejak manusia bayi. Dan seksualpun menjadi
penggerak dalam keseharian manusia. Konsep seksualitas disini tentu saja
bukan seperti yang disarankan secara umum terhadap istilah seksualitas
berupa hubungan kelamin. Seksualitas masa kanak-kanak mengalami
beberapa tahap perkembangan yang kemudian berubah ketika mereka
memasuki masa pubertas. Masa pubertas membawa perubahan yang
mengubah kehidupan seksual kanak-kanak ke dalam bentuknya yang normal
dan pasti. Masa pubertas menemukan objek seksualnya. Objek seksualnya
kini adalah lawan jenis (kecuali pada kasus penyimpangan) dan tujuan
seksualnya adalah pelepasan produk-produk seksual. Insting seksual kini
berada pada pemenuhan fungsi perkembangbiakan.33

Hal ini kemudian menjadi trendsetter corak terapi dan tafsiran


kepribadian dalam fenomena kehidupan. Tak ayal kemudian dengan cepat
banyak para psikiater yang bergabung dalam mazhab psikodinamika Freud.
Nama-nama seperti Carl Gustave Jung dari Zurich, A.A Brill dari New York,
Sandor Verenzci dari Budapest, Karl Abraham dari Berlin, dan Alfred Adler
dari Wina yang coba memperkuat bukti itu.34 Perbincangan mengenai
seksualitas ialah titik sentral dalam melihat kepribadian futurutif manusia.
Dalam mendiskusikan kepribadian, pada dasarnya manusia adalah makhluk
biologis. Badan atau tubuh bekerja melalui insting-insting ketubuhan, yaitu
gairah meraih kenikmatan dan menghindari ketidaksenangan. Jatidiri riil ini
tentulah bersifat keduniawian. Makanan lezat dan bersenang-senang menjadi
32
Sigmund Freud, Teori Seks, (Yogyakarta: Jendela,2003), h.2
33
Freud, Teori Seks, h.20
34
Calvin S.Hall dan Gardner Lindzey, Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Penerjemah
Yustinus (Yogyakarta:Kanisius, 1993), h. 62

34
prioritas ketimbang kesahajaan. Kesempurnaan lawan jenis adalah keinginan
pasti ketimbang keburukrupaan. Secara garis besar, Freud akan mengatakan
bahwa kehidupan psikis digerakkan oleh insting biologis atau insting
seksual.

Seksualitas, menurut Weeks, kebanyakan mengenai kata-kata, imaji-


imaji, ritual dan fantasi menyangkut tubuh: cara manusia berpikir mengenai
model-model/gaya-gaya seks, cara manusia hidup dengannya.35 Giddens,
mengutip Foucault, mendefinisikan seksualitas sebagai konstruksi sosial
yang beroperasi dalam wilayah-wilayah kekuasaan. Ia bukan sekedar
sekumpulan dorongan biologis yang menemukan -atau tidak menemukan-
pelepasannya.36 Seksualitas sendiri merupakan ungkapan yang muncul
pertama kali pada abad ke-19. Kata tersebut muncul dalam istilah teknis ilmu
biologi dan ilmu hewan pada permulaan tahun 1800. Tetapi baru akhir abad
ke-19 kata tersebut mulai digunakan secara luas dalam sebuah pemaknaan
terbuka, seperti dikandungnya sekarang ini, yakni kualitas menjadi seksual
atau melakukan seks, seperti yang ditunjukkan The Oxford English
Dictionary.

Sebelumnya, dalam tradisi seksologi, para seksolog memperlakukan


seksualitas sebagai suatu fenomena psikologis dan biologis, sering kali
ditarik pada sebuah model medis yang menganggap segala perbedaan dari
norma heteroseksual yang didefinisikan secara sempit sebagai bersifat
patologis.37 Tetapi kemudian Foucault memperlihatkan bahwa seksualitas
bukanlah dorongan dari dalam atau bersifat biologis, tetapi merupakan

35
Jeffery Weeks, Sexuality And Its Discontents, (London & New York: Routledge &
Kegan Paul, 1985), h. 3
36
Anthony Giddens, Transformation of Intimacy: Seksualitas, Cinta dan Erotisisme
dalam Masyarakat Modern, (Jakarta: Fresh Book, 2004), h.30
37
Stevi Jackson & Sue Scott, Feminism and Sexuality: A Reader, (New York:
Columbia University Press, 1996), h. 2

35
bentuk perilaku dan pikiran yang ditundukkan atau ditempa oleh relasi-relasi
kekuasaan, yang dijalankan untuk tujuan-tujuan yang lain di luar
kepentingan seksualitas itu sendiri.

Menurut Foucault, pada masa Yunani dan Romawi klasik sampai


pada awal abad ke -17, seksualitas tidak ditutup-tutupi. Kata-kata bernada
seks dilontarkan tanpa keraguan, dan berbagai hal menyangkut seks tidak
disamarkan. Ukuran untuk tingkah laku jorok, vulgar, santun dan sebagainya
sangat longgar, dibandingkan dengan abad ke-19. Pada masa-masa ini
wacana tentang seks selalu dibicarakan secara parrhesia.38 Melalui kajiannya
yang menumental tentang sejarah seks dan kekuasaan, Foucault menemukan
bahwa seks pada abad ke-18 menjadi urusan polisi. Polisi seks artinya bukan
sekedar pengetatan tabu, melainkan kebutuhan untuk mengatur seks melalui
berbagai wacana yang dipandang efektif dan produktif. Salah satu strategi
kekuasaan pada abad ke-18 adalah bagaimana mendayagunakan ―penduduk‖
untuk kepentingan ekonomi dan politik. Hal ini kemudian dilakukan dengan
cara mengubah tingkah laku seksual warga menjadi perilaku seksual yang
terencana agar menguntungkan secara ekonomis dan konservatif secara
politis (menjamin pertambahan penduduk, mereproduksi tenaga kerja, dan
pada saat yang sama memelihara struktur sosial). 39

Seksualitas merupakan salah satu tema besar yang paling banyak


didiskusikan Foucault. Pandangannya yang brilian tentang seksualitas dalam
trilogi volume sejarah seksualitas yang terkenal, yakni Historie de la
Sexualite I: La Volonte de Savior (1976), Historie de la Sexualite II:
L‟Usage des Plaisirs (1984), Historie de la Sexualite: Le Souci de Soi

38
Ampy Kali, Diskursus Seksualitas Michel Foucault, (Yogyakarta: LEDALERO,
2013), h. 4
39
Micheal Foucault, Seks dan Kekuasaan: Sejarah Seksualitas, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2000), h. 27-29

36
(1984). Dalam karya-karyanya ini, Foucault menegaskan bahwa feminitas,
maskulinitas dan seksualitas adalah akibat praktik disiplin, efek wacana atau
buah dari relasi kekuasaan-pengetahuan. Foucault membongkar dan
menembus kebekuan fondasi rezim heteroseksualitas yang univocal, yang
dalam wacana-wacana dominan dianggap sebagai norma baku, sebuah logos
atau mathesis universalis. Ia juga menjelaskan bahwa seksualitas seharusnya
tidak dipandang sebagai sesuatu yang terbentuk secara alamiah, atau suatu
wilayah rahasia yang harus diungkap dan ditemukan pengetahuannya secara
bertahap,. Seksualitas menurutnya adalah nama yang terbentuk secara
historis, bukan realitas alamiah yang susah dipahami, melainkan sebuah
jaringan besar yang didalamnya terdapat stimulasi tubuh, intensifikasi
kenikmatan, perubahan ke diskursus, formasi pengetahuan tertentu,
pengetahuan kontrol dan resistensi yang saling berkaitan.40

Gagasan yang dikembangkan kemudian adalah bagaimana


menyempitkan seluruh seks hingga sebatas fungsi reproduksinya
(heteroseksual) dalam perkawinan yang sah dan hanya bagi orang dewasa.
Untuk itu, digunakan beragam strategi (pewacanaan), yang sering kali tidak
memperhitungkan keberagaman sasaran (dampaknya). Alih-alih untuk
mengetatkan seksualitas warga, yang terjadi, menurut Foucault, justru
intensifikasi dan penyebaran aneka ragam wacana dan praktik seksualitas.
Dua di antara empat strategi wacana besar yang dikembangkan adalah
mengenai histerisasi tubuh perempuan. Tubuh perempuan telah dianalisis –
baik untuk dikualifikasi ataupun didiskualifikasi- sebagai tubuh yang secara
menyeluruh penuh seksualitas. Tubuh tersebut dimasukkan ke dalam wilayah
praktik medis melalui suatu patologi, yang konon katanya bersifat intrinsik.
Tubuh perempuan telah dikaitkan secara organis dengan masyarakat ( ia

40
Ampy Kali, Diskursus Seksualitas Michel Foucault, h. 3

37
harus menjamin kesuburan), ruang keluarga (harus fungsional), dan
kehidupan anak-anak (harus dipelihara melalui suatu tanggung jawab
biologis moral). Selanjutnya adalah mengenai sosialisasi perilaku prokreatif.
Seluruh wacana diarahkan pada seksualitas heteroseksual yang prokreatif.
Relasi- relasi seksual di luar ini dianggap sia-sia dan karenanya
menyimpang. Di bidang ekonomi, hal ini dilakukan melalui pengereman
atau perangsangan dalam kesuburan pasangan. Di bidang politik, melalui
tanggung jawab pasangan terhadap masyarakat. Sedangkan di bidang
kedokteran , melalui nilai pathogen bagi praktik anti kehamilan.41

Micheal Foucault kemudian membedakan seks dari seksualitas. Bagi


Foucault seksualitas tidak bisa dipahami dalam arti biologis yang mengarah
kepada reproduksi spesies. Seksualitas bukan merupakan pemberi
kenikmatan, atau bukan tubuh dalam relasi antar manusia. Secara sederhana
Foucault memahami seksualitas sebagai cara orang menggunakan energi
manusiawi dan kenikmatan manusiawinya demi menghasilkan kebenaran.
Foucault juga memahami seksualitas dalam kolerasi antara kekuasaan dan
42
seks. Senada dengan Foucault yang memahami seksualitas sebagai
penggunaan energi manusiawi, Pamela Kribbe juga memahami seksualitas
dalam arti rohani, yakni tarian bersama antara energi pria dan wanita.
Seksualitas, karena itu, lebih dari sekedar tindakan fisik. Dalam seni tari ini
seluruh aspek kepriaan dan kewanitaan terlibat secara penuh. Keterlibatan itu
dilukiskan Kribbe dalam empat level atau aspek yang berperan dalam tarian
seksualitas manusia. 43

41
Foucault, Seks dan Kekuasaan, h. 130-131
42
Michel Foucault, An Introduction to the Study of His Thought, (New York and
Toronto: The Edwin Melen Press, 1982), h. 125
43
Ampy K., Diskursus Seksualitas Michel Foucault, h. 25

38
Pertama, level fisik (the physical level). Level fisik berhubungan
dengan keinginan seksualitas yang dialami oleh tubuh fisik. Tubuh manusia
bukanlah sesuatu yang negatif, ia hanya mengikuti alur keinginan tubuh
untuk memenuhi hasrat seksual. Nafsu badani akan mencari pemenuhan atas
keinginan seksualitas. Hal-hal seperti bersentuhan, ciuman akan menaikkan
gairah seksual fisik secara spontan karena aktifitas tersebut menimbulkan
penyatuan dua fisik. Untuk mencapai kepuasan seksual sebenarnya bukan
hanya bergantung pada fisik saja, tetapi melibatkan manusia sebagai
makhluk yang sadar dan mengerti apa yang ia lakukan, karena tubuh seolah
meminta bimbingan dan arahan dari manusia itu sendiri. Sebenarnya pada
level fisik pun, hasrat seksual melibatkan mental seseorang yang juga
merasakan dan sadar akan kebutuhan yang diinginkan oleh tubuh. Ketika
hasrat seksual telah terpenuhi, kebahagiaan, kegembiraan dan kenikmatan
akan diarasakan oleh tubuh.

Kedua, level emosional (the emotional level). Penyatuan seksual


sesungguhnya merupakan sebuah tindakan emosional yang amat dalam.
Tindakan seksual hadir dengan emosional kuat diantara pasangan-pasangan
yang saling mencinta. Emosional menggerakkan hasrat dan keinginan
seksual yang lebih besar, kenikmatan seksual dalam suatu hubungan atas
dasar cinta akan membentuk kepuasaan dan kebahagiaan yang besar.
Semakin dalam kepuasaan, semakin besar pula tangung jawab dari tindakan
seksual itu.

Ketiga, level hati (the level of the heat). Berfokus pada perasaan,
level ini menjadi wilayah kesadaran batin dan intuisi. Berbeda dengan level
emosional, perasaan berdialog dengan diri manusia melalui kasih sayang,
ketenangan, penuh kebijakan dan dengan suara hati yang lemah lembut dan
halus. Aspek hati menghasilkan keterbukaan, kedamaian dan kejujuran

39
dalam diri manusia dikarenakan cinta. Ketika perasaan hadir dalam ranah
seksualitas seseorang, ia akan mengizinkan intuisinya untuk tanggap
memahami keinginan fisik memperoleh keintiman seksual. Keempat, level
pikiran (the aspect of the mind). Level ini mempengaruhi mental seserang
ketika didatangkan hasrat seksual. Pikiran cenderung dipengaruhi oleh moral
atau kepercayaan spiritual yang ditugaskan untuk mengimbangi gairah
seksual yang hadir pada fisik yang dipengaruhi oleh emosi dan perasaan.
Pikiran seolah membuat pertimbangan akan segala sesuatu yang ingin
dilakukan, ia bisa saja menolak untuk melakukan keintiman karena segala
konsekuensi dan tanggung jawab yang dihadapi setelahnya. Level ini
bersikap negatif terhadap seksualitas namun jika dilakukan sesuai dengan
nilai moral, aspek pikiran bisa menjadi pedoman dalam menikmati daya
seksualitas.44

Dalam kajiannya, Foucault juga menekankan bahwa bukannya seks


biologis yang memproduksi wacana, tetapi justru wacanalah yang
memproduksi seksualitas. Wacana kuasa-pengetahuanlah yang
mengkrontuksi realitas tentang seksualitas. Intinya, seksualitas adalah hasil
konstruksi pengetahuannya/kekuasaan (social). Inilah kemudian yang
menjadi landasan pendekatan konstruksionisme terhadap seksualitas.
Pendekatan terakhir ini mendekonstruksi pandangan bahwa seksualitas
adalah semata-mata dipengaruhi oleh faktor biologis dan karenanya bersifat
alamiah dan kodrati (esensialisme), sebagaimana yang dipertahankan oleh
seksolog-seksolog sebelumnya.

Tahun 1905, Freud kembali menggemparkan dunia dengan


mencetuskan apa yang disebut dengan psikoseksual. Temuan ini terus
berlanjut dan menjadi ruang kritik bagi pengikut Freud. Tahapan

44
Ampy K., Diskursus Seksualitas Michel Foucault, h.27

40
perkembangan seksual tersebut meliputi tahap oral, anal, falik, laten, dan
genital. Salah satu fase dari psikoseksualnya itu adalah fase phalik, fase
dimana kenikmatan seksual berada pada alat kelamin dan berlangsung ketika
anak berumur sekitar tiga sampai lima tahun. Alat kelamin menjadi lebih
peka terhadap stimulasi, sehingga memberikan sensasi-sensasi yang nikmat
bila dirangsang. Perlu diketahui bahwa anak di fase phalik yang melakukan
masturbasi, bukanlah dorongan oleh suatu pikiran porno ataupun moralitas
yang rendah. Mereka melakukan itu semata-mata, sebagai reaksi alamiah,
karena alat kelamin menjadi peka (gatal) dan ingin disentuh. Oleh karena itu,
karakter masturbasi di fase ini bersifat Innocent.45

Seksualitas meliputi berbagai fase yang dialami individu dari kecil


hingga dewasa. Tahapan ini mempunyai zona kenikmatan masing-masing
yang menjadi pusat erotisme pada tubuh dan kesemua itu memiliki
perbedaan dari satu fase ke fase lainnya. Secara singkat, tahapan
perkembangan seksualitas meliputi; tahapan oral, anal, phalik, laten, dan
genital.

(a) Fase oral berlangsung pada bayi berumur 0 sampai 1,5 tahun.46
Zona kenikmatan pada fase ini terletak di mulut, salah satu
ativitasnya adalah makan. Lalu setelah gigi tumbuh digunakan
untuk mengunyah dan menggigit. Fase oral ini masih dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu early oral yang berlangsung dari
umur 0-5 bulan dan late oral yang terjadi dari umur 5-18 bulan.
Obyek yang menyapa bayi dan menjalin relasi dengannya
pertama kali adalah seorang ibu. Peristiwa menyusui bayi oleh
seorang ibu adalah relasi kali pertama bayi dengan dunia luar

45
Imam Setiadi Arif, M.si Psi, Dinamika Kepribadian, Gangguan dan Terapinya
(Understanding The Unconsious), (Bandung: Refika Aditama, 2006), h.58
46
Setiadi Arif, Dinamika Kepribadian, (Understanding The Unconsious), h. 48-53

41
melalui mulut, sehingga zona seksual pada seorang bayi seperti
disebutkan diatas adalah mulut.
(b) Fase anal berlangsung sekitar umur 1 sampai 3 tahun. Zona
kenikmatan beralih dari mulut ke dubur. Aktivitasnya berupa
pengeluaran feses untuk menghilangkan sumber
ketidaknyamanan dan menimbulkan perasaan lega. Dalam
perkembangannya, karena pengeluaran feses dianggap penting
oleh orang tua., maka muncullah aktivitas toilet traning, yaitu
pembiasaan orang tua kepada anaknya untuk menjaga kebersihan
diri, agar anak mempunyai kendali diri didalam membuang
kekotoran. Disini anak harus mengikuti sebuah aturan akan
instingnya oleh pihak orang tua. Akan tetapi jika ibu mempunyai
karakter positif untuk terus mengajarkan si anak dengan sabar dan
penuh pujian , maka si anak akan paham tentang konsep
pembuangan kotoran dengan baik dan bertanggung jawab.47
(c) Kemudian akan hadir fase phalik dimana zona kenikmatan beralih
ke alat kelamin ketika anak berumur sekitar 3 sampai 6 tahun.
Kenikmatan masturbasi serta kehidupan fantasi anak membuka
jalan bagi terciptanya komlek Ocdipus berupa perasaan cinta anak
terhadap orangtua lain jenis dan menyingkirkan orang tua sesama
jenis kelamin. Itulah disebut anak laki-laki cencerung lebih dekat
dengan ibu dan begitupun sebaliknya.
(d) Fase laten berlangsung pada umur 6 hingga 12 tahun dimana usia
anak menjalani sekolah dasar. Pada masa itu anak menekan
semua minat terhadap seks, karena pada kenyataannya anak lebih
tertarik untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
intelektualnya pada kegiatan pendidikan formal untuk kompetensi

47
Setiadi Arif, Dinamika Kepribadian, (Understanding The Unconsious), h. 57

42
teknis. Tentu kegiatan ini menyalurkan banyak energi ke berbagai
bidang yang aman secara emosional dan menolong anak
melupakan konflik pada fase phalik.48
(e) Fase terakhir adalah fase genital, dimulai pada masa pubertas.
Pubertas mengisyaratkan kembali terbangunnya tujuan seksual
dan awal dari tahap genital. Pada masa pubertas kehidupan
seksual anak memasuki tahap selanjutnya yang berbeda sekali
dari tahap infantil. Pertama, anak remaja menghentikan
autoerotisme dan lebih mengarahkan energi seksual kepada orang
lain. Kedua, reproduksi sekarang menjadi sesuatu kemungkinan.
Ketiga, meskipun iri terhadap penis tetap ada, namun vagina anak
perempuan akhirnya memperoleh status sama dengan organ
perempuan sebagai objek yang dicari, bukan sebagai ancaman
traumatik. Keempat, seluruh insting seksual menjadi lebih
mendalam dan lengkap dan bagian-bagian insting seksual telah
beroprasi secara sempurna.49

Banyak orang menggunakan kata ‗cinta‘ sebagai eufemisme untuk


menyebut segala manifestasi dari dorongan seksual. Padahal nafsu, atau
dorongan seksual secara fisik, haruslah dibedakan dengan cinta, yaitu
dorongan-dorongan yang terkait dengan dorongan-dorongan yang lain.
Dorongan seksual tidak hanya terdapat pada manusia namun juga pada
binatang. Yang membedakannya adalah binatang melakukan hubungan
seksual hanya pada periode singkat, yaitu ketika si betina sedang dalam masa
birahi yang membuatnya mengeluarkan aroma menarik si jantan. Pada
manusia, hubungan seksual juga terjadi pada waktu-waktu lain. Hubungan

48
Patricia H. Miller, Theories of Development Psychology, (New York: WH
Freeman, 1993), h. 126
49
Semiun, Teori Kepribadian, h. 112

43
cinta antara laki-laki dan perempuan, yang disebut sebagai cinta erotik oleh
Fromm, melibatkan dorongan seksual. Perilaku seksual adalah salah satu
pengalaman sensoris yang sangat kuat dan memuaskan, ia juga merupakan
pengalaman yang dirasakan bersama. Oleh karena itu hubungan seksual
merupakan hal yang penting untuk mempertahankan ikatan antara sepasang
manusia.50

Banyak orang menganggap seks tidak lebih dari tindakan


memasukkan penis ke dalam vagina. Mereka mengabaikan komunikasi,
kelembutan dan cinta. Untuk dapat menikmati hubungan seks , orang harus
merasa nyaman. Masing-masing haruslah dapat bersikap spontan, tidak takut
akan kedekatan, bersedia memberikan yang terbaik, dan bersedia bercinta
dengan senang hati. Seksualitas yang sehat itu selaras dengan aktualisasi diri
manusia sampai seutuh-utuhnya tanpa adanya psikopatologi, tanpa gangguan
mental. Orang dapat memperlihatkan pertumbuhan dalam keutuhannya dan
memajukan kebahagiaan orang lain bukannya penekanan,kepicikan,
kemunduran, penyelewengan atau disintegrasi. Dorongan utama dalam seks
yang sehat ialah cinta tanpa patologi psikologis dan ketidakmatangan. Seks
yang sehat itu baik dan indah karena ia melahirkan penghargaan serta
pemeliharaan pribadi seutuhnya – yang fisik, fungsional, dan spiritual.51
Aktivitas seksual yang sehat mencakup adanya perpaduan (aktivitas) seksual
spiritual. Seksualitas berfokus pada wujud jasmaniah sedang spiritualitas
menekankan cinta kasih. Seks bisa menghidupkan, mengkronkretkan serta
menginkarnasikan cinta kasih, sedang cinta bisa memperdalam, meluhurkan
dan merohanikan seks.

50
Robert Franken, Human Motivation, (California: Brooks/Cole Publishing
Company,1982), h.148
51
P.Pius Killa, Dimensi – Dimensi Seksual, (Yogyakarta: Kanisius, 2013), h. 48

44
Distingsi kunci lainnya ialah seksualitas yang normal. Normalitas
artinya kita dapat mengurus diri sendiri dan bisa menghadapi kebutuhan-
kebutuhan riil sehari-hari. Dalam seksualitas yang normal kita dapat
menghadapi dan secara efektif memuaskan kebutuhan seksual kita. Dalam
meredakan ketegangan seksual, kita memelihara diri kita dengan tak usah
meningkatkan pertumbhan yang sehat. Seks abnormal mengacu kepada
eksploitasi dan manipulasi seks atas diri sendiri dan orang lain demi
keputusan sendiri. Seks yang abnormal tidak memiliki kepedulian,
penghargaan dan perhatian. Ada bentuk seks abnormal lazimnya tidak sehat
seperti penyimpangan-penyimpangan dan pelecehan seksual, dan ada tingkah
laku seksual lain yang normalnya abnormal meskipun tidak dianggap sama
sekali abnormal atau secara sosial bisa dihukum.

Seksualitas yang ada pada manusia merupakan bagian dari proses


perkembangan dan kesadaran dalam hidup. Seksualitas memasuki seluruh
lapisan kehidupan manusia. Adanya hubungan intim antara laki dan
perempuan, antara laki-laki dan laki-laki, antara perempuan dan perempuan,
saling menyentuh, menikmati tubuh satu sama lain merupakan sebagian kecil
dari seksualitas itu sendiri. Terkadang, seksualitas disebut sebagai bagian
dari sebuah spiritualitas dalam hidup, yang dimaksud berupa semangat yang
menjiwai kehidupan seksualitas. Spirituallitas disini berbeda dengan
keagamaan. Agama bertindak sebagai pengontrol setiap perbuatan manusia,
yang menyimpang dari doktrin moral yang diajarkan oleh sebuah agama atau
nilai-nilai universal. Sedangkan spiritulitas, tindakan atau kesadaran yang
hadir dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam kehidupan,
sehingga kita sebagai makkhluk seksual yang secara efektif melalui
perjalanan spiritualitas seksualitas tidak membatasi dan terfokus pada aspek

45
performance seperti persetubuhan atau orgasme untuk memenuhi hasrat
seksual .52

2.2.1 Seks, Gender dan Seksualitas

Para feminis, bertitik tolak dari pandangan konstruksionisme,


mendefinisikan seksualitas sebagai ―proses sosial yang menciptakan,
mengorganisasikan, mengekspresikan, serta mengarahkan hasrat.‖ Mereka
juga membedakan antara seks/seksual, gender dan seksualitas. Seks/seksual
bisa berarti dua: menunjuk para perbedaan fisik antara laki-laki-perempuan
atau aktivitas/hubungan erotis yang intim. Sedangkan istilah gender
digunakan untuk menunjuk semua aspek perbedaan sosial dan kultural antara
laki-laki dan perempuan, menekankan pembentukan sosial menyangkut
feminisme-maskulinitas serta pemahaman bahwa tubuh yang
diseksualitaskan itu sendiri adalah socially constructed.53

Namun, perbandingan seks dan gender tidak sama dengan


perbandingan antara alam dan konstruksi sosial budaya. Sebab, perbedaan
biologis itu sendiri (laki-laki/perempuan) yang dikotomis dan dianggap
―saling melengkapi‖ itu ternyata hasil konstruksi sosial budaya yang
mendukung bias ideologi heteroseksualitas. Ideologi ini jelas mengabaikan
bahkan merepresi adanya kelamin ganda, orientasi homoseksulitas,
transeksualitas, dan lain-lain. Jadi ideologi genderlah yang menghasilkan
konstruksi perbedaan jenis kelamin. Pemakaian istilah gender juga
menunjukkan kritik feminisme terhadap determinisme biologis. Artinya,

52
Ampy K., Diskursus Seksualitas Michel Foucault, h.29
53
Ratna Batara Munti, Demokrasi Keintiman: Seksualitas di Era Global,
(Yogyakarta: LKis, 2005), h. 121

46
dalam perspektif ini, perbedaan biologis tidak serta merta menentukan
perbedaan sikap, sifat dan perilaku.54

Secara teknis seks menunjukkan dimensi kemanusiaan yang kurang


lebih statis sifatnya yang membentuk kondisi-kondisi yang sanggup
mencirikan perbedaan-perbedaan jenis kelamin. Seks menunjuk kepada
pewarisan yang memberikan seseorang kemungkinan bertingkah laku
seksual. Alam, bagaimanapun, tidak ada artinya tanpa perawatan, bakat
bawaan tidak ada gunanya tanpa pembelajaran. Bagaimana seks
diaktualisasikan tidak terlepas dari pewarisan maupun lingkungan, dan
aktualisasi seks itu dinamakan seksualitas.55

Selanjutnya, istilah seksualitas secara umum memiliki makna luas,


meliputi hasrat-hasrat erotis, praktik-praktik dan identitas-indentitas erotis. Ia
tidak hanya terbatas pada sex act, tapi mencakup perasaan –perasaan dan
hubungan seksual, cara bagaimana individu manusia dirumuskan atau
ditentukan sebagai makhluk seksual oleh yang lainnya, maupun cara individu
mendefinisikan dirinya menyangkut seksualitasnya. Dari definisi di atas,
sedikitnya ada tiga dimensi dalam seksulitas: biologis (kegiatan seks sebagai
kenikmatan biologis, baik untuk tujuan prokreasi maupun rekreasi); sosial
(hubungan seksual baik yang disahkan atau yang dipandang menyimpang);
subjektif (kesadaran tentang identitas seksual diri sendiri ataupun
kelompok).56

Memang ―seks‖ parse tidak ada. Seks sejati haruslah seks yang hidup
atau seksualitas. Kita mengalami seks, memiliki seks, melakukan seks,
mengungkapkan seks, dan seksual. Diperbandingkan dengan seks,

54
Ratna B. Munti, Demokrasi Keintiman: Seksualitas di …, h. 99
55
P.Pius Killa, Dimensi – Dimensi Seksual, h. 80
56
Ratna B. Munti, Demokrasi Keintiman: Seksualitas di …, h. 67

47
seksualitas menunjuk pada aspek pribadi manusia yang lebih dinamis,
kepada interaksi antara seks dan jenis kelamin. Dengan demikian, seksualitas
atau bagaimana kita bertingkah seksual, tergantung dari seks dan tingkat
lebih kurangnya pada bagaimana kita belajar menjadi laki-laki dan
perempuan. Kewanitaan dan kepriaan merupakan bagian dari seksualitas,
coba pikirkan kewanitaan (feminitas) sebagai cara seorang wanita
memanifestasikan seksnya, atau bagaimana seorang wanita mempelajari
peran seks tertentu dalam budaya tertentu cara-cara hasil belajar serta
terbiasakan karena hakikat dengan seorang wanita.

Kaum perempuan di Abad Pertengahan bahkan sering dikaitkan


dengan kegilaan,keharaman, dan anomali. Ini berhubungan dengan konsep
bahwa Hawa adalah ciptaan sekunder, sumber kejahatan dan dosa.
Perempuan hanyalah ―sosok lain‖ bagi laki-laki, sang subjek. Ia diidentikkan
dengan alam, layaknya tanah/bumi atau air/samudra . Hasratnya adalah
menerima dan menjadi wadah. Seperti air yang secara pasif menerima
tindakan penyuburan dari sinar matahari, demikian pula tanah dirawat petani
dan secara pasif menerima benih di antara celahnya. Dalam naskah-naskah
Islam, perempuan disebut sebagai ―ladang kebun anggur‖.

Salah satu institusi yang paling bekerja dalam kontrol atas tubuh dan
seksualitas perempuan adalah agama, khususnya agama-agama monoteisme
melalui bentuk-bentuk pelanggaran ekspresi seksualitas, gairah seks, dan
hubungan seksual di luar perkawinan prokreasi. Masturbasi, homoseksual,
seks pranikah dan bentu-bentuk seksual lainnya di luar perkawinan prokreasi
dipandang sebagai perbuatan menjijikkan dan dikutuk.

Sementara seks laki-laki dirumuskan sebagai sesuatu yang secara


alamiah tiada kenyang-kenyangnya (superior), dan ―normal‖ yang
mendorong mereka untuk berkuasa, seks perempuan dimitoskan sebagai seks

48
yang pasif, suka berubah-ubah, dan aneh (patologis), sehingga seks
perempuan tak lebih dari objek hasrat seks laki-laki. Lebih jauh ditanamkan
pada perempuan dan menjadi keyakinan yang mendalam, bahwa kepuasan
seks mereka terletak dan tergantung pada bagaimana mereka ―menjadi
wadah‖ bagi kepuasan seks laki-laki. Laki-laki sebagai sang penakluk,
pemangsa, adalah hal yang normal, dan perempuan secara alamiah
merupakan pihak ynang ditundukkan (objek seksual). Logika berpasang-
pasangan ini dipandang alamiah, seperti langit dan bumi, siang dan malam.
Dalam logika ini, perbedaan satu sama lain dilihat sebagai norma. Mitos-
mitos ini diciptakan dalam rangka melayani kepentingan dan kebutuhan
seksual laki-laki dalam bangunan ideologi phallosentris.

Kalau seksualitas adalah tarian yang memungkinkan keterlibatan


energi kepriaan dan kewanitaan manusia dalam empat aspek dasariah
manusia, maka ia senantiasa merupakan seni yang mengantar manusia pada
pengungkapan eksistensi dirinya sebagai manusia . Sebagai sebuah seni yang
mengungkapkan eksistensi dirinya sebagai manusia. Sebagai sebuah seni
yang mengungkapkan eksistensi manusia, seksualitas tidak bisa dikurung
dalam berbagai ketakutan seperti tabu. Seksualitas dan energi yang
dihasilkan bukan juga sebatas pada energi erotis. Energi seksualitas adalah
energi itu sendiri. Sebagaimana juga ditegaskan oleh Stevi Jackson,
seksualitas tidak dapat diperlakukan dalam isolasi; ia tidak dapat dipahami
seolah-olah terpisah dari hal-hal seperti relasi antar jenis kelamin, ideal-ideal
budaya megenai ―cinta‖ atau institusi perkawinan. ‖Sexual behaviour is
social behaviour”. Ia bukan sekadar perwujudan dari beberapa turunan
biologis. Gender dan seksulitas saling bersinanggungan dengan pembagian
sosial lainnya, seperti yang didasarkan atas ras dan kelas sosial. Selanjutnya,
seksualitas sebagai konstruksi sosial tersebut, menurut Jackson, berarti: 1)
melihat seksulitas pada struktur-struktur patriarkal, mengupas relasi kuasa,

49
khususnya dominasi laki-laki dalam wilayah ini; 2) berkonsentrasi pada
konstruksi dari hasrat seksual pada tahap subjektivitas individual; bagaimana
individu menjadi seksual dalam cara-cara tertentu; 3) menampilkan
variabilitas dan kecairan (fluiditas) hasrat seksual manusia.57

Pada akhirnya, seksualitas merupakan fenomena sosial yang sangat


dipengaruhi oleh faktor gender. Intinya, perbedaan sosial dan hubungan
hierarkis antara laki-laki dan perempuan sangat mempengaruhi kehidupan
seksual atau seksualitas manusia. Ini berlaku tidak saja bagi mereka yang
heteroseksual, tapi juga di kalangan non-heteroseksual. Dengan penekanan
terhadap faktor gender ini, kelompok feminis menantang gagasan yang
menyatakan bahwa relasi-relasi antara perempuan dan laki-laki dibentuk oleh
alam.

2.3 Kajian Sastra Bandingan

Sastra banding (literary comparative) merupakan kajian untuk


membandingkan dua karya sastra. Untuk menganalisis suatu karya sastra
dengan menggunakan sastra bandingan, diperlukan setidaknya dua atau lebih
karya sastra yang memiliki perbedaan dalam bahasa, negara, budaya dan
pengaruh karya satu dengan karya sastra lainnya. Sastra banding juga
merupakan sebuah studi interdisipliner yang mengaitkan karya sastra dengan
bidang lain seperti politik, seni, agama dan sebagainya untuk memperjelas
informasi dalam sebuah karya sastra. Sastra bandingan tidak hanya terfokus

57
Ratna B. Munti, Demokrasi Keintiman: Seksualitas di …, h. 126

50
pada karya sastranya saja, tetapi juga pada aspek-aspek yang
mempengaruhinya.58

Berdasarkan sejarahnya, terdapat dua induk aliran sastra bandingan.


Pertama, aliran Perancis atau disebut juga aliran lama, dinamakan demikian
karena sastra bandingan lahir di negara Perancis dan dibidangi oleh para
pemikir Perancis. Pelopor sastra bandingan di Perancis, antara lain,
Ferdinand Baldensperger, Jean-Marie Carre, Paul van Tieghem, dan
Marius-Francois Guyard. Istilah sastra bandingan juga berasal dari Perancis.
Pada tahun 1816, Sebuah antologi terbit dengan judul Cours de Litterature
Comparee. Dalam versi Jerman istilahnya disebut Vergleichende
Literaturgeschichte yang muncul pada tahun 1854 dalam buku karangan
Moriz Carriere.59 Sedangkan kedua, aliran Amerika atau disebut juga aliran
baru, dinamakan aliran baru karena aliran ini mengembangkan aliran
Perancis. Secara garis besar kedua aliran ini memiliki wawasan yang
berbeda, namun tidak saling bertentangan. Perbedaan yang mencolok terlihat
pada objek kajiannya. Aliran Perancis cenderung membandingkan dua karya
sastra dari dua negara yang berbeda, sedangkan aliran Amerika atau aliran
baru cenderung lebih longgar dalam membandingkan karya sastra,
disamping sepaham dengan aliran Perancis dalam hal-hal tertentu, aliran
Amerika mempunyai pandangan lain mengenai konsep pembandingan.60

Pada tahun 1848, Matthew Arnold memperkenalkan istilah sastra


bandingan dalam bahasa Inggris. Aliran Amerika berpandangan bahwa sastra
bandingan bisa membandingkan karya sastra dengan karya bidang ilmu dan

58
Sayuti Kurnia, Sastra Bandingan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1996), h. 1-2
59
Susan Bassnett, Comparative: a Critical Introduction, (Oxford: Blackwell, 1993),
h. 92
60
Suripan Sadi Hutomo, Merambah Matahari: Sastra dalam Perbandingan,
(Surabaya: Gaya Masa,1993), h. 116

51
seni tertentu.61 Seperti sastra dan sejarah, sastra dan falsafah, sastra dan
politik, sastra dan ekonomi, sastra dan sosiologi, sastra dan agama, dan sastra
dan seni lukis. Bandingan seperti ini dapat memperluas peran sastra bagi
segmen kehidupan lain. Aliran Amerika juga menjelaskan tiga perihal utama
dalam sastra banding, yaitu hubungan bentuk dengan makna, pengaruh dan
sintesis.62 Hal itu dapat dilihat jika sebuah karya sastra seperti novel dikemas
dan dijadikan sebuah film.

Seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, banyak kritikan


yang muncul untuk kedua aliran sastra banding ini. Keduanya dinilai tidak
mewakili perbandingan yang bisa dilakukan secara luas. Terlebih di Negara
Asia yang mempunyai banyak bahasa dan beragam budaya dalam satu
Negara. Salah satunya Indonesia. Perbedaan bahasa dan budaya dari satu
suku dengan suku lainnya tidak masuk dalam kedua aliran tersbut. Padahal
jelas sekali, perbedaan bahasa merupakan faktor penentu dalam satra
bandingan. Jika berbeda bahasa dan budaya, sastra tersebut bisa dikaji
menggunakan sastra bandingan. Jika bahasa dan budaya nya sama. Hal
tersebut bukanlah sesuatu yang dapat dikaji dengan sastra bandingan. 63
Seperti halnya membandingkan sastrawan Mesir Abbas Mahmud Al-Aqqad
dengan penyair Arab Saudi Muhammad Abduh Ghanim bukanlah kajian
sastra banding karena keduanya menggunakan bahasa yang sama yaitu
bahasa Arab dan memiliki latar kebudayaan yang hampir sama.

Kajian sastra bandingan bisa dikatakan masih sangat muda


dibandingkan kajian sastra lainnya. Selain perbedaan kedua aliran ini,

61
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, (Jakarta:
Bukupop,2011) h. 25-28
62
Mari Gaither, “Sastera dan Seni” dalam Sastera Perbandingan: Kaedah dan
Perspektif, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1990), h. 71
63
Sapardi Djoko Damono, Pegangan Penelitian Sastra Bandingan, (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2005), h.12

52
terdapat pula perbedaan tradisi penelitian antara Barat dan Timur. Peneliti di
belahan dunia Timur cenderung lebih kepada sejarah dan ideologi,
sedangkan dunia Barat masih mengalir satu arah. Orang Eropa lebih
mementingkan soal sastra nasional, sedangkan orang Amerika cenderung
lebih praktis.64 Sastra bandingan hadir dizaman peralihan ketika Negara-
negara terjajah sedang merebut kemerdekaannya. Sembari mencari identitas,
Negara-negara tersebut mengkaji baerbagai macam sastra dan kemudian
sadar bahwa sastra itu beranekaragam, sehingga dibutuhkan suatu analisis
untuk membedakannya.65 Sastra bandingan bukanlah kajian yang mudah
namun juga tidak rumit, Kajian sastra bandingan bukanlah kajian yang hanya
sekedar membandingkan dua karya sastra atau lebih. Karya sastra yang
dibandingkan harus mempunyai alasan dan tujuan, sehingga kajian ini dapat
hadir diantara kajian-kajian lain.66

Sebagai suatu disiplin ilmu, sastra bandingan dapat dideskripsikan


menjadi empat hal . Pertama, sastra bandingan lama, yaitu sastra banding
yang hadir diawal-awal munculnya kajian ini. Sastra bandingan lama
berhubungan dengan kajian naskah atau yang disebut dengan ilmu filologi.
Kedua, Sastra bandingan lisan. Sastra ini berhubungan dengan karya-karya
sastra yang hadir melalui lisan dan kemudian dijadikan sebuah teks. Kajian
sastra bandingan lisan dipelajari karena cenderung mengalami perubahan
dari waktu ke waktu dengan menyesuaikan zaman. Ketiga, Sastra bandingan
modern, digunakan untuk mengkaji teks-teks modern seperti novel, puisi,
drama yang kemudian bisa melihat perbedaannya dari segi bahasa, latar
belakang masalah dan tempat. Keempat, Sastra Bandingan interdisipliner.

64
Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, h. 38
65
Budi Darma, Kuliah Kesusastraan Bandingan Mastera 2003: Anatomi Sastra
Bandingan, (Kuala Lumpur, Dewan Bahasa dan Pustaka, 2003), h. 54
66
Lutfi Abas, Kesusasteraan Bandingan Sebagai Suatu Disiplin Ilmu, (Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994), h. 8

53
Sastra bandingan ini merupakan kajian yang kompleks yang terdiri dari
ketiga hal diatas. Dalam hal ini, ketiganya dapat menjadi sebuah kajian yang
menarik dan teori yang lebih beragam. Sastra banding bukanlah kajian yang
terbatas pada satu ruang lingkup saja.67

Menurut kamus istilah sastra, sastra bandingan diartikan sebagai


telaah analisis terhadap kesamaan dan pertalian karya sastra sebagai bahasa
dan bangsa. Telaah bandingan sastra ini khususnya dalam sastra Indonesia
relatif baru.68 Perjalanan sejarah kajian sastra bandingan di Indonesia
terbilang lambat karena penelitian-penelitian dan buku referensi seputar
sastra bandingan masih sedikit.69 Pada dasarnya, awal mula kajian sastra
bandingan karena terdapat sastra lisan yang muncul dan dapat dibandingkan
satu dengan lainnya.

Sastra bandingan tidak dapat lepas dari hubungan antara sastra


nasional, sastra dunia, dan sastra umum. Mengutip penjelasan istilah tersebut
dari Paul van Tieghem, yaitu sastra nasional hadir dalam satu lingkungan
atau terbatas pada satu negara, sastra bandingan hadir di luar lingkungan
suatu negara atau melibatkan dua sastra yang berlainan, sastra umum hadir di
atas lingkungan sejumlah negara yang lebih luas yang dikelompokkan ke
dalam unit-unit.70 Sastra bandingan dapat meliputi dimensi apa pun selama
itu berkaitan satu sama lain. Adapun titik perhatian dalam penelitian sastra
bandingan yaitu: 1) tema dan motif; 2) genre dan bentuk; 3) aliran dan
angkatan; 4) hubungan dengan disiplin ilmu lain; dan 5) teori sastra, sejarah
sastra, dan kritik sastra.71 Fokus dan objek kajian sastra banding yang dapat

67
Hutomo, Merambah Matahari, h. 21
68
Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Hani’ah, Kamus Istilah Sastra,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 181
69
Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, h. 43
70
Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, h. 60
71
Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, h. 80

54
dipergunakan dalam penelitian sastra mencakup 9 aspek: 1) tema dan mitos
2) gerakan dan kecenderungan 3) genre dan bentuk 4) motif, tipe dan tema 5)
gerakan atau zaman 6) pengaruh dan analogi 7) latarbelakang masalah dan
tempat 8) budaya dan Negara 9) hubungan sastra dan ilmu-ilmu lain.72

Kajian sastra banding kerap digunakan untuk mengkaji dan


membandingkan dua sastra artistik yang berbeda atau lebih. Seperti sastra
yang berisi cerita rakyat, sastra lisan dan sastra-sastra lainnya. Seluruh sastra
mempunyai kesamaan dan perbedaan yang bisa dikaji dengan sastra
banding.73 Asumsi dasar sastra bandingan yang paling penting adalah: 1)
hadirnya unsur tambahan atau pengurangan dalam karya sastra, 2) terjadinya
persilangan kreativitas di otak pengarang, 3) pengarang adalah orang yang
gemar meramu bacaan-bacaan masa silam, dan 4) pengarang tidak selalu
suci, bersih, atau steril dari bacaan dan pengalaman masa lalu.74

Manfaat sastra bandingan tak dapat lepas dari pemahaman


sebelumnya, yaitu teks dan konteks.75 Epistemologi adalah filsafat ilmu
pengetahuan yang menelaah kebenaran sebuah fenomena. Epistemologi
sastra bandingan memungkinkan segala teknik perbandingan, pemilihan
subjek, dan ihwal yang harus dibandingkan. 76 Sastra bandingan secara
aksiologi juga dimaksudkan untuk melihat perkembangan buah pikiran
dalam kehidupan manusia. Bagaimana buah pikiran tersebut muncul dan
meluas ke berbagai tempat dan bangsa di dunia ini. Oleh karena itu, sastra
bandingan diperlukan agar dapat meluaskan perspektif seseorang mengenai

72
Robert J. Clemets, Comparative Literature as Academic Discipline, (New York:
The Modern Language of Amerca, 1978), h. 7
73
Rene Wellek & Austin Werren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia, 1989), h.
43
74
Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, h. 22
75
Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, h. 104-105
76
Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, h. 121-123

55
berbagai aspek kehidupan manusia. Hidup yang bervariasi ini akan terpotret
melalui sastra bandingan.77

Hakikat sastra bandingan merupakan suatu upaya untuk


meningkatkan pemahaman objek yang ditelaah. Untuk memahami karya
sastra pada suatu kurun waktu, perlu dibandingkan suatu karya dengan karya
yang lain sehingga ditemukan sifat-sifat yang sama atau berbeda antar karya
tersebut dalam kurun waktu tertentu. Atau untuk memahami karya sastra
pada kurun waktu yang berbeda diperlukan telaah sehingga ditemukan pula
persamaan atau perbedaan antar karya sastra tersebut pada kurun waktu yang
berbeda.78

Hal penting bagi pengamat sastra itu adalah bahwa perbedaan bahasa
merupakan salah satu syarat utama bagi sastra bandingan. Menurutnya,
kajian yang hanya menyangkut satu bahasa tidak dapat disebut sastra
bandingan. Dengan demikian, maka perbedaan antara bahasa adalah syarat
untuk membangun kajian sastra bandingan. 79 Menurut Sapardi Djoko
Damono, sastra bandingan merupakan pendekatan dalam ilmu sastra yang
tidak menghasilkan teori tersendiri. Dalam arti bahwa teori apapun dapat
digunakan dalam penelitian sastra bandingan. Dalam hal ini berkaitan
dengan pendapat pakar tersebut, maka teori yang digunakan sebagai alat
pembandingnya adalah teori struktural.80

Dalam kesusastraan bandingan, fenomena pengaruh-mempengaruhi


itu dapat dikaji dengan pendekatan genetik. Pendekatan genetik mengkaji
bagaimana sebuah karya mempengaruhi karya lain. Kelahiran suatu karya

77
Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, h. 153
78
Sarman, Tokoh Legendaris dalam Sastra Lisan Sulawesi Tengah. Multilingual
volume 1 tahun x edisi juni 2011, Palu: Balai Bahasa Sulawesi Tengah, h. 61
79
Damono, Pegangan Penelitian Sastra Bandingan, h. 4
80
Damono, Pegangan Penelitian Sastra Bandingan, h. 2

56
sastra tidak dapat dipisahkan dari karya-karya yang mendahuluinya. Pada
awalnya, sastrawan menciptakan karyanya setelah melihat, meresapi, dan
menyerap teks-teks lain yang menarik perhatiannya secara sadar atau pun
tidak. Sastrawan mengolah atau mengaduk-aduk konvensi sastra dan
konvensi estetik sebuah karya yang dibacanya, lalu mentransformasinya ke
dalam karyanya sendiri.81

81
Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1987), h. 228

57
BAB III

SETTING SOSIAL PEREMPUAN SAUDI DAN INDONESIA PADA


ABAD 20

3.1 Posisi Perempuan Saudi di Era 20an

Abad 20 memperlihatkan serangkaian aktivitas pembaharuan


di kalangan Negara muslim. Arab Saudi merupakan salah satu
Negara Islam yang sangat megalami kemunduran dalam
pekembangan menuju Negara modern. Mereka kerap berpikir
tradisional, sekular dan merelevansikannya dengan agama. Padahal
islam merupakan warisan yang dapat membawa kebanggaan,
identitas dan kekuatan bagi Negara Arab yang kekayaan minyaknya
seperti tak akan pernah habis. Tokoh-tokoh seperti Jamal al-Afghani
dan Muhammad „Abduh mencoba memulai perubahan dengan
menawarkan proses akulturasi Islam kepada dunia dengan
menekankan keselarasan antara ajaran Islam dengan akal, sains dan
tekhnologi. Banyak khalayak yang mendukung rencana pembaharuan
tersebut karena dinilai Islam sangat relevan untuk menjelaskan isu-
isu dan persoalaan baru yang terjadi di kehidupan modern.82

Arab Saudi kemudian membenarkan bahwa agama Islam


dapat menyatu dengan kemodernan, mereka menganjurkan
perubahan besar dalam hal keagamaan, pendidikan, sosial dan hukum
agar dapat merevitalisasi umat muslim. Arab Saudi diakui dunia
bahwa ia adalah Negara Islam yang mayoritas penduduknya
beragama muslim, tapi masih mengikuti orientasi elit barat menuju

82
John L. Esposito. Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan,
2002) h. 352

58
kemodernan, mereka ingin peran agam Islam diakui publik sebagai
agama pembaharu, sehingga yang terjadi adalah Arab Saudi
terjerumus kepada westernisasi dan sekularisasi yang progresif
sehingga membuatnya sulit untuk memperlihatkan identitas
keislaman.83

Para elit Saudi takjub melihat kemajuan pesat Barat di bidang


materi pada awal abad modern. Tokoh-tokoh Islam juga sangat
bersemangat membongkar syari‘ah dan moral bangsa Islam untuk
diubah mengikuti moral Barat seperti yang mereka inginkan. Karena
perubahan menuju modernisasi, timbul sedikit kekuatan bagi
perempuan-perempuan Islam yang menginginkan kebebasan . Namun
isu gender justru menyudutkan perempuan dalam posisi yang sangat
memprihatinkan.Berbagai ketimpangan sosial hadir dan melahirkan
kondisi marjinal kepada perempuan.84

Sebenarnya yang harus terjadi adalah modernisasi sebagai alat


yang bisa membawa perempuan-perempuan Saudi pada saat itu
menuju masa depan yang cerah. Modernisasi seharusnya membawa
angin segar bagi ketimpangan gender di Saudi. Citra negatif yang
dituduhkan kepada kaum perempuan juga harus dihilangkan melalui
pemikiran-pemikiran pembaharu. Namun dampaknya berbeda,
ketimpangan antara laki-laki dan perempuan terlihat memudar, yang
tampak adalah ketimpangan sosial antara perempuan di pedesaan dan
perempuan di perkotaan.85

83
L. Esposito. Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, h. 353
84
Perempuan dan Modernisasi Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No. 1
Tahun 2015
85
Perempuan dan Modernisasi Jurnal Masyarakat & Budaya

59
Perubahan yang dialami oleh Arab Saudi untuk menjadi
modern tidaklah sepenuhnya dapat dikuasai oleh Barat. Masyarakat
tradisional Saudi tetap pada tradisi dan kepercayaannya yang dianut ,
Saudi seolah-olah merasa negaranya adalah negara yang sangat
islami dengan menganut ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
oleh agama islam, padahal tidak sama sekali. Masyarakat Saudi,
khususnya perempuan masih terbelenggu oleh tradisi-tradisi dan
kebudayaan Arab yang mereka jalani selama ini, tradisi tersebut
sebenarnya jauh dari ajaran agama yang terdapat dalam alqur‘an dan
didakwahkan oleh nabi Muhammad. Perempuan-perempuan Saudi
tidak dibenarkan untuk menuntun ilmu terlalu tinggi sehingga banyak
dari mereka yang buta akan pengetahuan. Kebebasan, kemerdekaan
dan hak yang seharusnya diterima oleh perempuan untuk berkembang
dirampas dengan dalih melanggar ketentuan syari‘ah. Hal itu
membuat banyak perempuan-perempuan Saudi frustasi dan
mengikuti kebudayaan Barat dengan sembunyi-bunyi. Mereka tidak
memilih dan memilah apa yang bisa diikuti dan tidak dari kebiasaan
Barat, sehingga membuat perempuan-perempuan era 20 mudah untuk
dipengaruhi dan itu juga dapat menghancurkan moral mereka sebagai
perempuan.

Negara muslim yang merasa sudah modern dan mampu


menyetarakan mekanisme dan teknologi Barat malah membuat
perempuan-perempuan di negaranya menjadi lebih kesulitan.
Kebebasan wanita di beberapa Negara Timur Tengah dalam
bergerak, berpakaian, berpergian dan berkerja diawasi dengan ketat
dan dikontrol oleh polisi-polisi, yang mereka menyebutnya dengan
sebutan polisi ―moral‖ dan ―agama‖. Tugas utama polisi-polisi itu
adalah mengawasi gerak-gerik kaum perempuan dan dengan sigap

60
menghukum mereka apabila mereka melanggar-melanggar hukum-
hukum yang dibebani hanya kepada perempuan. Seperti berkendara,
mengenakan pakaian ketat dan berlengan pendek dan tidak
menggunakan hijab. Arab Saudi merupakan Negara di Timur Tengah
yang sangat ketat menegakkan hukum bagi kaum perempuan untuk
tunduk dan patuh kepada otoritas kaum laki-laki dan otomatis mereka
akan menjadi tawanan bagi pengawal, saudara laki-laki, ayah, suami
dan juga tawanan Negara.86

Sebagian Negara Islam yang berada di Timur Tengah memilih


untuk membebaskan kaum perempuan untuk bergerak dalam bagian-
bagian penting di negaranya. Seperti halnya Perempuan-perempuan
yang berada di Negara Libanon, Mesir dan Dubai. Mereka sudah
merasakan perubahan negaranya menuju Negara yang modern
dengan memberikan kesempatan kepada mereka (kaum perempuan)
dalam bidang pendidikan dan politik, para perempuan bebas untuk
menuntut ilmu setinggi mungkin dan memiliki akses untuk terjun di
dunia politik bersama dengan laki-laki. Pemenuhan hak asasi
manusia , status sosial dan status ekonomi dapat dirasakan oleh kaum
perempuan di Negara tersebut. Walaupun masih ada beberapa
kendala yang harus mereka hadapi untuk menyeterakan kedudukan
mereka dengan kaum laki-laki dalam bidang apapun.87

Kemajuan bagi kaum perempuan Saudi hanya bisa dicapai


ketika para perempuan-perempuan tersebut berani untuk
meninggalkan berbagai kebiasaan dan tradisi yang mengukungnnya
86
Leila Ahmad, Wanita dan Gender dalam Islam: Akar-Akar Historis Perdebatan
Modern, h. 315-316
87
Taghreed Mahmoud Abu Sarhan, Voicing the Voiceless: Feminism and
Contemporary Arab Muslim Women’s Autobiographies, (American: Bowling Green State
University, 2011)

61
selama ini. Sebenarnya hal tersebut sangat sulit dilakukan,
mendengar perempuan Saudi sangat tidak berdaya untuk melakukan
sesuatu yang dapat mengubah dirinya sendiri, karena mereka diatur
dan dikuasai oleh kaum lelaki. Namun demikian, keinginan yang
tinggi untuk terbebas dari kebiasaan dalam kebudayaan nya dan
ingin mengikut kebudayaan lain sebenarnya merupakan permualaan
menuju wacana kebebabasan itu sendiri.88

Namun sayang, sebagian dari perempuan di Timur Tengah


itu sendiri, khususnya Negara Arab Saudi merasa kesenjangan dalam
memperoleh hak antara kaum perempuan dan laki-laki dianggap
wajar dan bahkan mereka kerap menentang apabila terdapat kaum
perempuan yang berfikiran terbuka dan ingin terjun ke ranah publik.
Hal itu makin mempengaruhi kaum lelaki Saudi untuk
mendiskriminasi, mengintimidasi dan memarginalkan kaum
perempuan di negaranya sendiri. Konstruksi budaya patriarki
membuat Saudi mengatur aturan-aturan yang mengatasnamakan
agama dengan dalih al-qur‘an dan hadits membuat perempuan Saudi
menjadi korban dari dominasi kaum laki-laki. Mereka dianggap tidak
layak untuk ikut aktif di ranah publik, mengamalkan ilmu dan
mencari nafkah.

Banyaknya aturan yang berlaku bagi kaum perempuan Saudi


membuat mereka meneriakkan aspirasinya dengan membentuk
gerakan feminisme. Para perempuan ingin sekali keluar dari aturan-
aturan yang selalu membuat mereka harus bergantung pada laki-laki.
Mereka (kaum perempuan) tidak bisa beraktifitas diluar rumah tanpa

88
Leila Ahmad, Wanita dan Gender dalam Islam: Akar-Akar Historis Perdebatan
Modern, h. 329-333

62
disertai mahramnya. Seperti halnya larangan mengemudi, perempuan
harus mempunyai supir untuk menemaninya beraktivitas diluar.
Larangan berpergian keluar negeri juga membuat perempuan
membutuhkan lelaki untuk menemaninya berpergian atau
memberikan izin atas perjalanannya. Ketentuan-ketentuan tersebut
dipastikan oleh Mutaw‟a (polisi agama) sebagai ketentuan yang
didasari oleh al-qur‘an dan hadits , sehingga jika para Mutaw‟a
menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan, maka mereka akan
menentukan sebuah hukuman.

Kesadaran feminisme di dunia Arab berkembang sejak abad


ke-19. Kaum perempuan Saudi akhirnya menyadari bahwa ada
kesenjangan sosial antara laki-laki dan perempuan, sehingga mereka
harus membuat suatu pergerakan untuk memberantas hal tersebut,
karena jika mereka tidak melakukan apa-apa, maka hak dan
aspirasinya sebagai seorang perempuan akan terus terenggut oleh
tradisi dan budaya bangsa Arab. Kendati demikian, perlawanan para
perempuan Saudi yang menuntut haknya dinilai sebagai
pemberontakan yang mengarah kepada ajaran Barat. Feminisme
dianggap tidak sesuai dengan kondisi dan budaya masyarakat Arab
karena terdapat banyak perbedaan antara tradisi Arab dan Barat,
sehingga gerakan feminisme dianggap sebagai bagian dari
westernisasi belaka.89

Di era 20 merupakan awal masuknya pengaruh modernisasi


kepada masyarakat Timur Tengah, khususnya masyarakat di Negara
Arab Saudi. Abad modern ditandai dengan perkembangan di berbagai

89
Nawar Al-Hasan Golley, Is Feminism relevant to Arab Women ?, (United Arab
Emirates: The American University,2004), h. 529

63
sektor seperti teknologi, ilmu pengetahuan , informasi dan komukasi.
Perempuan-Perempuan Saudi di abad modern mulai bisa melihat
perkembangan dunia luar dari kecanggihan teknologi. Televisi
merupakan sebuah fenomena perkembangan teknologi yang bisa
dinikmati oleh perempuan-perempuan Saudi di era modern dengan
melihat apa yang terjadi dan biasa dilakukan oleh bangsa-bangsa
yang berbudaya dan berperadaban lain sehingga sedikit demi sedikit
keresahan atas perbedaan perlakuan yang selama ini mereka alami
dengan Negara lain mulai memperlihatkan perlawanan.

Perlawanan yang dimaksud adalah tindakan perempuan-


perempuan Saudi yang menginginkan kemajuan mulai meniru atas
apa yang dilihat dari layar kaca tanpa mempertimbangkan kesesuaian
norma-norma agama serta adat istiadat yang berlaku di Arab Saudi.
Mereka tidak lagi memikirkan akibat atas apa yang akan mereka
hadapi hari ini dan dikemudian hari. Akhirnya aturan-aturan yang
tadinya diagungkan dan djadikan untuk memarginalkan kaum
perempuan kini sudah mulai memudar. Perempuan-perempuan tidak
lagi terkungkung oleh tradisi dan budaya tradisional Arab. Banyak
perempuan-perempuan Saudi yang sudah terjun untuk bekerja
diruang publik. Mereka sudah membiasakan diri memakai pakaian
modis dengan berbagai warna, tidak hanya berwarna hitam seperti
yang selama ini diperintahkan. Mereka memanfaatkan kecanggihan
teknologi seperti handphone dan komputer yang sudah mempunyai
jaringan International Networking (Internet) yang sangat cepat,
sehingga mereka bisa mengikuti perkembangan zaman dengan
menggunakan fashion-fashion terbaru dan bisa bermain di taman dan
tempat-tempat umum lainnya dengan mengunduh foto eksis di media
sosial.

64
Perempuan Saudi di era 20 sudah keluar dari tradisi lokal
mereka, dimana tradisi tersebut dianggap tidak sesuai dijalankan di
masa modern. Perempuan Saudi ingin membuktikan bahwa di era
modern, mereka bisa mengubah perspektif ketergantungan
perempuan kepada laki-laki. Mereka memperlihatkan bahwa seorang
perempuan bisa hidup tanpa harus bergantung kepada laki-laki.
Pemikiran dan penampilan kaum perempuan di era modern sangat
berubah drastis, mereka seperti merasa terbebas dari penjara yang
selama ini menahannya. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan
telekomunikasi, perempuan setiap tahunnya mempunyai perubahan
dalam hal mode fashion, tata rias, bentuk rambut dan kesenangan
lainnya. Informasi tersebut sangat mudah didapati dengan
kecanggihan teknologi, mereka bisa melihat pekembangan dunia
hanya melalui handphone dan mulai mengikutinya. Banyak
masyarakat yang menggunakan kemajuan teknologi sebagai batu
loncatan untuk melakukan hal-hal positif, namun tidak sedikit
masyarakat yang menyimpang atau menyalahgunakan kemajuan
teknologi yang ada.

Arab Saudi, yang merupakan Negara Islam sebenarnya tidak


mempunyai hukum tertulis untuk mengatur syari‟ah (aturan-aturan
Islam). Hukuman-hukuman ketat yang diberlakukan kepada kaum
perempuan hanya berupa sebuah kebiasaan dan tradisi lokal. Seperti
halnya kewajiban mengenakan abaya berwarna hitam dengan
penutup muka (cadar). Namun di era 20, tradisi tersebut tidak
mempengaruhi kaum perempuan Saudi. Mereka mulai mengenakan
abaya berwarna-warni (warna yang berlawanan dengan tradisi lokal
bagi perempuan Arab) sesuai dengan keinginan mereka. Bahkan

65
mereka juga mengenakan atasan dengan rok panjang atau celana jins
sesuai dengan perkembangan fashion.90

Berbagai protes yang dilayangkan oleh sekolompok


perempuan Saudi yang menginginkan kemajuan atas dirinya
membuat pemerintah Arab Saudi melonggarkan ketetapan yang
selama ini mereka agungkan. Dengan berbagai lika-liku modernisasi
yang bersamaan dengan proses indutrialisasi yang penuh gerak dan
menawarkan perkembangan yang serba baru. Akhirnya di tahun
2005, jabatan-jabatan penting di pemerintahan sudah diambil alih
oleh kaum perempuan. Dunia perpolitikan akhirnya juga dapat
dirasakan oleh kaum perempuan. Begitu juga dengan hak perempuan
untuk kebebasan bekerja. Sehingga di tahun 2012, Raja Abdullah
menandatangani undang-undang yang berhubungan dengan hak
perempuan di ranah publik. Keinginan yang sealama ini perempuan
Saudi perjuangkan akhirnya didapat. Mereka diizinkan bekerja di
tempat-tempat yang sudah ditetapkan. Meski lapangan kerja yang
dierikan kepada perempuan Saudi masih tergolong sedikit, namun itu
tidak mematahkan semangat para perempuan Saudi untuk menimba
ilmu setinggi mungkin, Lapangan pekerjaan yang terbatas
memotivasi mereka untuk menuntun ilmu setinngi-tingginya.91

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju.


Perempuan-perempuan sudah mulai berfikiran luas dan terbuka.
Mereka menyadari bahwa selama ini keterbelakangan dan
keterpurukan yang dialami mereka selama ini bukanlah karena

90
Ali Mafrodi, Islam Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997), h. 135
91
Yufienda Novitasari, Seperti Apa Kehidupan Perempuan Saudi?, lihat:
http:/m.kumparan.com/yufiendanovitasari/Seperti-apa-kehidupan-perempuan-Saudi, di
akses pada tanggal 12 september 2017

66
kebodohan dan kemiskinan, tetapi bersifat struktural-sistematik.
Mereka memandang bahwa kesenjangan antara laki-laki dan
perempuan di Negara Arab dikarenakan pengaruh budaya patriarki
dengan dominasi laki-laki didalamnya yang sudah mengakar dan
tidak dapat dihentikan. Keterlibatan kaum perempuan di ranah publik
tidak secara otomatis mengangkat status perempuan. Pendidikan yang
tinggi dan pekerjaan yang bagus justru menambah beban dan
tanggung jawab perempuan. Pekerjaan yang mereka kerjaan tidak
sebanding dengan upah yang diberikan. Berbeda dengan kaum laki-
laki yang sangat dihargai kerja kerasnya. Belum lagi tindakan
eksploitasi dan pelecehan-pelecehan seksual yang dialami kaum
perempuan ketika di ranah publik.92

Jika kita berbicara tentang ajaran islam terhadap kaum


perempuan sangatlah menarik. Dalam ajaran islam, perempuan
diberikan suatu keuntungan dengan tidak mempunyai kewajiban
mencari nafkah untuk mebiayai keluarganya. Islam sangat
melindungi kaum perempuan dari segala kesulitan. Perempuan
dianjurkan untuk menjadi ibu rumah tangga yang bisa mencurahkan
kasih sayang dan menjaga keluarga dengan baik dari dalam rumah.
Walaupun demikian, islam tidak pernah memaksaan perempuan
untuk hidup dalam kebodohan. Perempuan boleh menuntut ilmu
setinggi mungkin dan bekerja diluar rumah sesuai keinginannya
dengan tidak meninggalkan tanggung jawab sebagai ibu rumah
tangga. Namun karena didukung media modern yang dikuasai Barat,

92
Siti Muslikhati, Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan
Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h.26-27

67
di era 20 pengaruh dunia barat masuk ke dunia Arab dan mengubah
status perempuan Islam dengan begitu cepat.93

Pengaruh dunia Barat membuat perempuan-perempuan Arab


berfikir bahwa perempuan yang dianggap modern, maju dan
terpelajar adalah perempuan yang dalam hal tata busana, selera, dan
gerak gerik memiliki kelincahan, kemanjaan dan kegenitan.
Walaupun tidak semua perempuan berfikir seperti itu, namun hal-hal
yang membuat daya tarik bagi perempuan modern adalah wujudnya.
Bagaimana wajahnya, potongan rambutnya, lekuk tubuhnya memiliki
daya tarik sehingga terlihat cantik dan menarik menjadi patokan
utama untuk menilai kelebihan seorang perempuan. Untuk memenuhi
kasta tersebut, para perempuan berlomba-lomba mempercantik diri
dengan merawat wajahnya, mearawat badannya, memilih pakaian
yang sesuai dengan masa modern yang semata-mata hanya untuk
memuaskan hasrat mereka.

Ketika zaman semakin maju, pengaruh-pengaruh Barat yang


hanya meningkatkan kualitas negaranya di bidang teknologi dan
industri tanpa melihat nilai-nilai moral telah membuat kaum
perempuan Saudi seakan lupa dengan dengan ajaran yang
berhubungan dengan moral. Di balik gemerlapnya kehidupan
modernisasi, sebenarnya perempuan-perempuan Saudi mengalami
pergeseran nilai-nilai dan moralitas kehidupan menjadi suram dan
mengalami kemerosotan. Laki-laki Saudi yang sedari dulu merasa
dirinya berada diatas kaum perempuan tetap pada pemikirannya
dengan menganggap kaum perempuan adalah makhluk yang lemah

93
Ibnu Musthafa, Wanita Islam Menjelang Tahun 2000, h.81

68
dan berbeda dengan mereka. Kaum perempuan dianggap sebagai
makhluk yang sudah sangat jauh dari ajaran-ajaran islam.

Namun, pada abad modern ini, perempuan Saudi tidak ingin


meninggalkan segala bentuk pembebasan yang telah ia perjuangkan
sepanjang hidupnya. Para perempuan Saudi ingin membuktikan
kemampuan mereka layak disejajarkan dengan laki-laki. Teknologi
informasi modern seolah berada dipihak perempuan, eksistensi kaum
perempuan seperti tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan
zaman modern. Telah terjadi perubahan dan pergeseran yang cukup
signifikan dalam bidang bisnis dan manajerial. Posisi pekerjaan
penting banyak didominasi kaum perempuan yang tadinya semuanya
adalah laki-laki. Hal ini terjadi juga di negar-negara Timur Tengah
lainnya. Mereka meramalkan abad ke-21 akan menjadi abad
perempuan dan keluarga, karena pada kurun zaman ini perempuan
akan berperang menjadi lakon.94

Dalam hal kesastraan, awal masa modern juga menjadi awal


bagi maraknya sastra-satra di Arab Saudi. Hal tersebut dikarenakan
banyaknya pembelajaran, penelitian ilmiah ke Eropa, penerjemahan,
percetakan, mengunjungi perpustakaan-perpustakaan, lembaga/balai
bahasa, kampus-kampus kebahasaan, orintalisme, mempelajari
naskah drama dan broadcasting. Ada dua hal yang menyebabkan
perkembangan sastra Arab di zaman modern. Pertama, merilis
kembali kitab-kitab klasik yang terdahulu sehingga menyebar dan
meningkatkan kinerja perpustakaan-perpustakaan dan kampus-
kampus bahasa. Kedua, adanya komunikasi dengan peradaban barat

94
Syakwan Lubis, Gerakan Feminisme dalam Era Postmodernisme Abad 21, jurnal
Demokrasi, Vol. V, No. 1, 2006, h. 73, Sutjipto Wirosardjono, Dialog dengan Kekuasaan:
Esai-esai tentang agama, negara dan rakyat, (Bandung: Mizan, 1995), h. 265

69
modern sehingga menyebabkan kerjasama antara dunia Arab dan
Barat dalam hal kesusastraaan. Dunia Arab meneliti penelitian-
penelitian ilmiah Eropa, seperti penerjemahan, orientalisme, dan
asimilasi dengan bahasa asing sehingga Arab mengetahui
perkembangan dan perbedaan dalam karya sastra.95

Perkembangan kesustraan Arab ditandai dengan beberapa hal.


Seperti dalam bidang prosa, para sastrawan mulai meninggalkan
tema-tema lama yakni surat dan pitutur. Kemudian muncul jenis-jenis
prosa baru, yakni cerita, naskah drama, dan makalah/laporan. Dalam
bidang puisi, banyak tema-tema lama ditinggalkan dan beralih ke
tema-tema baru seperti tema sosial, politik dan lain sebagainya. Cara
pengungkapan puisi juga berkembang dengan membuat drama puisi
dan puisi epos. Aliran-aliran sastra juga berkembang dan menjadi
lebih beragam. Perempuan kerap menjadi objek dalam sebuah sastra
dan hal itu berkembang pesat.96

Ketika sebuah karya sastra memfokuskan isinya dengan


membahas perempuan akan menimbulkan berbagai persepsi dan
pandangan. Karena karya sastra akan memainkan peran penting
dalam mengarahkan pemkiran pembaca untuk menciptakan ideologi
gender. Hal demikian yang terjadi dalam novel karya Jean P. Sasson.
Ia mengungkapkan realita seorang puteri kerajaan yang ada di Saudi,
tentang bagaimana seorang perempuan yang bertahan hidup di balik
kejamnya kemelut kaum lelaki. Karya seorang Jean P.Sasson banyak
di puji oleh kalangan sastrawan dan banyak yang mengagumi
indahnya kata-kata dalam tulisan Jean. Jean adalah seseorang yang

95
Joseph S. Szyliowicz, Education and Modernization in the Middle East, (New
York: Cornell University Press, 1973), h.1
96
Szyliowicz, Education and Modernization in the Middle East, h.1

70
percaya bahwa sebuah cerita dapat ditulis dengan aspek yang berbeda
untuk menjangkau ide dan memanifestasikannya menjadi sebuah
tulisan. Dalam novelnya, Jean ingin menceritakan banyaknya
kesenjangan sosial terhadap perempuan di Arab Saudi. Ia merasa
Arab Saudi, di abad ke-21 masih berpegang teguh kepada aturan dan
prinsip-prinsip dahulu kala.

Jean memberikan gambaran tentang kehidupan tempat ia


lahir, yaitu Amerika yang merupakan Negara bebas berpendapat, baik
laki-laki maupun perempuan. Tidak ada perbedaan dalam hal untuk
memperolah pendidikan antara laki-laki dan perempuan karena
perempuan sangat penting memperoleh pendidikan yang tinggi untuk
menunjang ia ketika membimbing anak dan menjadi seorang istri.
Seorang istri berhak menentukan pekerjaan yang ia ingin lakukan
dan menempuh pendidikan tinggi dengan berbagai fasilitas dan
sekolah modern yang lengkap tanpa mengabaikan keluarganya dan
tidak adanya adanya pembatasan. Jean sedang tidak memikirkan cara
untuk mengubah hukum pemerintah Saudi dan bukanlah mengkritik
syari‟ah Islam. Ia hanya ingin mencoba untuk mengubah dan
mempengaruhi paradigma atau cara pandang mayoritas masyarakat
Arab yang menilai perempuan Saudi hanya sebagai barang dan
produk sampingan dalam masyarakat. Ia yakin sebuah tradisi dapat
diubah.

71
3.2 Posisi Perempuan Indonesia di Era 20an
97
Dalam penelitian sejarah, Pembahasan tentang perempuan
selama ini sering terlupakan. Tidak banyak hal-hal yang berkaitan
dengan perempuan dibahas dalam karya sejarah sastra, sedikitnya
gambaran-gambaran mengenai perempuan, sehingga banyak orang
yang tidak mempelajari bahkan membicarakan perempuan.
Perempuan seolah tidak penting untuk dibahas dalam sebuah karya
sastra. Padahal kajian perempuan berkaitan dengan banyak tema
sejarah. Seperti kajian sosial, politik, ekonomi, maupun budaya.
Perempuan berhubungan dengan banyak hal tergantung bagaimana
permasalahan tersebut dilihat dan dikaitkan dengan perempuan.98
Sebenarnya, peran perempuan dalam kesusastraan merupakan
situasi yang sangat positif dalam dunia kepenulisan mengingat dunia
kepenulisan selama ini selalu didominasi kaum laki-laki. Besarnya
dominasi kaum laki-laki muncul karena pengaruh penulis-penulis
perempuan terlalu lemah sehingga warna ―keperempuanan‖ seolah
tak ada dalam khasanah susastra Indonesia. Baru pada kisaran 1970-
an, ketika gelombang persamaan gender dan feminisme memasuki
Indonesia, barulah penulis-penulis perempuan mulai bermunculan
satu-persatu.99
Sejak tahun 1930, sebenarnya terdapat beberapa penulis
perempuan yang muncul dalam jagad kesusasteraan namun dengan

97
Kata ―perempuan‖ digunakan dalam tulisan ini sesuai dengan sumber tertulis
yang ditemukan, terutama yang terdapat dalam berbagai tulisan di novel, majalah dan surat
kabar yang terbit di era 20-an, bukan wanita. Namun dalam bahasa Indonesia, kata
perempuan dan wanita sebenarnya memiliki makna yang sama. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 753
98
Kuntowijoyo, Metedologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), h. 97-109
Peter Burke, New Perspective on Historical Writing, (Cambridge: Polity Press, 2001), h. 7-
10
99
Th Prihatmi dan Sri Rahayu, Pengarang-Pengarang Wanita Indonesia: Sebuah
Pembicaraan, (Jakarta: Pustaka Jaya,1977), h.86

72
jumlah yang sangat terbatas. Adlin Affandi, Sa‘adah Alim, Hamidah,
dan Selasih adalah nama-nama perempuan hebat yang dahulu
merintis diawal-awal munculnya penulis perempuan. Mereka ingin
mendobrak budaya patriarki yang selama in membelenggu dan
menindas kaumnya. Mereka menulis karya dengan memperlihatkan
perjuangan tentang kesetaraan hak bagi perempuan dengan harapan
dunia akan merubah pola pikir mereka tentang perempuan. Namun
sayang, sebelum mereka menuntaskan cita-cita besar mereka, mereka
dihadapkan dengan proses kehidupan manusia yang berakhir dengan
―kematian‖. Dengan demikian, para pembaca justru melihat karya
mereka sebagai karya-karya dari perempuan-perempuan yang
tersingkirkan dan menjadi korban tradisi.100
Sedangkan pada angkatan 1960-1970an menjadi momen besar
kelahiran penulis perempuan dengan munculnya Toety Herati, Isma
S., Susy A. Aziz, Aryanti, Diah Hadaning, Farida Soemargono, La
Rose, Marrianne Katoppo, Mira W., N.H. Dini, Iskasiah Sumarto, Ike
Soepomo, Sri Rahayu Prihatmi, S. Mara G.D., Agnes Sri Hartini A.,
Waluyati, Asnelly Luthan, B.S. Oemaryati, Nana Ernawati, Toety
Herati Noerhadi, Poppy Donggo Hutagalung, S. Tjahjaningsih,
Farida Soemargono, Maria A. Sardjono, Rayani Sriwidodo, Suwarsih
Djajapuspito, V. Lestari, Ida Ayu Galuphetak, Marga T., Rita Oetoro,
Samiati Alisjahbana, Titie Said, Iskasiah Sumarto, Titis Basino, Isma
Sawitri, Titis Basino dan beberapa penulis lainnya.
Kesuksesan penulis perempuan tersebut terus berkembang
pesat seiring perkembangan isu persamaan gender dan feminisme
pada kisaran tahun 1970an. Perempuan-perempuan penulis yang

100
Barbara Hatley, Pascakolonialitas dan si Feminin dalam Sastra Indonesia
Modern, (Jakarta: Yayasan Obor, 2006), h. 212-213

73
eksis pada angkatan 1960-1970an tersebut terus berkarya hingga
Angkatan 1980-1990an. Bahkan, karya-karya mereka tidak dapat
ditandingi oleh penulis-penulis pria. Kesuksesan itu kemudian
beregenerasi pada angkatan 2000an, dengan munculnya penulis-
penulis perempuan seperti Justina Ayu Utami dengan karya Saman
(1998) dan Larung (2001),101 Dewi Lestari Simangunsong atau yang
akrab dipanggil Dee dengan karya Supernova (2001), dan Dwifira
Maharani Basuki atau dikenal Fira Basuki dengan karya Jendela-
jendela (2001) yang merupakan bagian pertama dari trilogi Pintu
(2002) dan Atap (2002), Djenar Maesa Ayu dengan karya Mereka
Bilang, Saya Monyet (2002) dan Jangan Main-main Dengan
Kelaminmu (2004).102
Penulis-penulis permpuan di tahun 1970an umumnya
menggambarkan sosok perempuan sebagai pemegang kesetiaan
dengan citra baik dan selalu menjaga komitmen untuk keutuhan dan
keharmonian dalam hubungan percintaan dengan pasangannya.
Berbeda dengan penulis perempuan di era 2000an yang sudah berani
mengekspresikan hasrat pribadinya dengan menggambarkan
perempuan yang erotis dan penuh keintiman.103 Dalam hal ini,
ekploitasi perempuan terlihat berjalan unik; yakni ekploitasi
perempuan dalam bidang susastra yang dilakukan oleh kaum
perempuan sendiri. Pada posisi ini, perempuan diletakkan sebagai
obyek eksploitasi sekaligus sebagai subyek eksploitasi dalam
susastra. Sebagai obyek ekspoiltasi, perempuan dimanfaatkan

101
Yulitin Sungkowati, Booming Perempuan Pengarang dalam Proceeding
Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia Sebels Maret, tahun 2010
102
Pamusuk Eneste, Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern, (Magelang: IKAPI,
1990), h. 164
103
Melani Budianta, Mereka Penulis Perempuan dalam Sejarah Kesusasteraan,
(Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2003), h. 104

74
sedemikian rupa untuk kepentingan alur cerita karya sastra.
Sedangkan sebagai subjek eksploitasi perempuan menjadi pelaku dari
eksploitasi terhadap kaum mereka sendiri.104
Seksualitas dan hubungan seks menjadi permasalahan yang
paling banyak diangkat. Potret perempuan yang berani dan bebas
dalam mengekspresikan hasrat seksualnya menggambarkan
melonggarnya nilai-nilai seksualitas perempuan dan menipisnya
hegemoni gender. Pada sisi ―keberanian mengekspos organ-organ
vital perempuan‖, para penulis perempuan tergolong sangat berani.
Mereka tidak segan-segan memunculkan istilah-istilah seperti
―vagina‖ dan ―payudara‖, bahkan mereka juga berani memunculkan
sisi-sisi keindahan sebuah hubungan seksual. Penulis-penulis
perempuan memiliki kedetailan yang luar biasa dalam
menggambarkan organ-organ genital manusia. Mereka berani
menunjukkan secara detail mengenai ukuran genital, warna genital,
bahkan sampai sistem kerja genital.105
Bila dilakukan penggalian secara lebih mendalam, bagian-
bagian tubuh perempuan yang paling banyak diekploitasi penulis
perempuan adalah ―payudara‖ dan ―vagina‖. Djenar Mahesa Ayu
merupakan salah satu pengarang perempuan yang hadir di era 20 dan
dalam novelnya cenderung fokus terhadap seksualitas perempuan,106
Novel ―Nayla‖ karya Djenar menjadi novel yang sangat pouler pada
saat itu. Kata-kata vagina, payudara dan bibir merupakan kata-kata

104
Jakob Sumardjo, Lintasan Sejarah Sastra Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1992),
h. 69
105
Endriani Dwi Siswanti, Perempuan di Titik Nol: Perlawanan Perempuan
Melawan Tatanan Konservatif dalam Perempuan dalam Seni Sastra. Jurnal Perempuan
untuk Pencerahan dan Kesetaraan
106
Umar Kayam, Pencabulan dalam Kesusatraan dalam Analogi Esai tentang
Persoalan-persoalan Sastra, (Jakarta:Sinar Kasih, 1996), h.

75
yang sangat familiar dalam novel-novel erotis karya Djenar Maesa
Ayu.
Pengarang perempuan Indonesia tahun 2000-an memiliki
kecenderungan yang kuat untuk mengambil alih persoalan-persoalan
yang selama ini dikuasai laki-laki dari diri mereka. Era 2000-an
menjadi fase awal reformasi penting bagi pergerakan perempuan
kearah gagasan memahami dunia berdasarkan gender. Perempuan
yang memiliki kompetensi dan integritas tinggi mulai menyuarakan
gagasan-gagasan mereka dari berbagai bidang. Pengarang perempuan
seperti Justina Ayu Utami, Dwifira Maharani Basuki, Ida Ayu Oka
Rusmini, dan Noriyu bisa mewakili menyuarakan aspirasi perempuan
yang berkaitan dengan masalah kesetaraan dan keadilan gender lewat
karya novelnya. Menurut mereka, Gerakan feminisme akan
mendukung perempuan-perempuan yang mempunyai keinginan
untuk menjadi perempuan yang berjiwa mandiri lahir dan batin.
Perempuan demikian adalah orang-orang yang memiliki kedudukan
lebih tinggi dari laki-laki baik di lingkungan keluarga maupun
masyarakat.107
Secara dinamis novel-novel karya pengarang perempuan
Indonesia di era 20 cenderung sering melakukan kritik dan
perlawanan terkait dengan aspek subordinasi perempuan baik dalam
ranah domestik maupun publik. Dengan adanya keadaan tersebut
maka lahirlah istilah emansipasi wanita. Gagasan emansipatif yang
mendasari lahirnya pemikiran feminis di Indonesia pada satu sisi
mengakui bahwa laki-laki yang menganggap dominan atas
perempuan adalah pemikiran patriarki, tetapi pada sisi lain,

107
Medy Loekito, Sastra di Wilayah Seks dan Feminisme, (Jakarta: Media
Indonesia, 2004), h. 8

76
perempuan mengharapkan laki-laki dengan patriarkinya mengijinkan
mereka kaum perempuan untuk bisa berkembang dan sejajar dengan
laki-laki khususnya di bidang pendidikan dan pekerjaan lain yang
tidak melanggar kodratnya sebagai perempuan.108
Mengenai rekam jejak penulis perempuan angkatan 2000-an
menunjukkan bahwa penulis-penulis perempuan yang banyak
melakukan eksploitasi terhadap perempuan rata-rata merupakan
penulis yang berusia muda atau masih dalam masa-masa produktif.
Ayu utami misalnya, dia lahir pada tanggal 21 November 1968 dan
menerbitkan Novel Saman pada tahun 1998. Artinya, pada saat
Saman muncul, usianya masih sekitar 20 tahun. Dee Lestari lahir
pada tanggal 20 Januari 1976 dan menerbitkan Supernova: Ksatria
dan Bintang Jatuh pada tahun 2000. Artinya, pada saat Supernova:
Ksatria dan Bintang Jatuh terbit, usianya baru menginjak 24 tahun.
Fira Basuki lahir tanggal 7 Juni 1972 dan menerbitkan Jendela-
jendela pada tahun 2001. Artinya, saat menerbitkan Jendela-jendela
Fira Basuki baru berusia 29 tahun. Sedangkan, Djenar Maesa Ayu
lahir pada tanggal 14 Januari 1973 dan menerbitkan Jangan Main-
main (Dengan Kelaminmu) pada tahun 2004. Artinya, saat kumpulan
cerpen itu terbit, dia baru berusia 31 tahun.
Di era 20, eksploitasi kemolekan tubuh perempuan bukan
hanya terjadi dalam sebuah karya novel, tapi hal itu juga marak
terjadi di dunia perfilman. Para produser dan sutrada berlomba-lomba
untuk membuat film dengan cerita yang penuh dengan adegan
persetubuhan antara laki-laki dan perempuan, mereka lebih
memfokuskan untuk menampakkan keerotisan tubuh perempuan

108
Melani Budianta, Mereka Penulis Perempuan dalam Sejarah Kesusasteraan, h.
94

77
yang akan menambah nilai jual sebuah film pada saat itu, terutama
dalam film horror. Padahal dalam seminar Kode Etik Produksi Film
Nasional tahun 1981 memutuskan untuk memelihara kesusilaan dan
martabat manusia.109
Mengapa di era 2000 an yang merupakan awal zaman modern
para penggiat film masih sangat tradisional dalam mempersentasikan
perempuan ? Banyak hal yang menjadi pertimbangan mereka,
diantaranya adalah Kontrol Penguasa. Pemeriksaan tema-tema yang
disuguhkan oleh para creator film sangat ketat pada saat itu. Jika
membuat sebuah cerita yang berbau ideologi kenegaraan akan ditolak
dan tidak diizinkan untuk tayang sehingga banyak dari mereka
memilih tema-tema yang tidak behubungan dengan yang
dipertentangkan oleh para penguasa. Yang kedua, alasan pasar
menjadi pertimbangan para creator film. Mereka akan membuat film
dengan cerita-cerita menarik yang banyak diminati oleh para
penikmat film pada waktu itu sehingga profit penjualan akan tinggi
dan menguntungkan mereka. Ketiga merupakan hal yang paling dasar
yaitu pola pikir para creator film yang masih berkutat dengan idologi
patriarki. Mereka masih melihat perempuan dari sisi yang kejam dan
membuat perempuan hanya sebagai objek.110 Studi kesadaran gender
mengungkapkan bahwa orang-orang yang bekeja di ranah media
seperti creator, jurnalis, produser dan pemilik media belum paham

109
Irawanto, Novi & Rahayu, Menguak Peta Perfilman Indonesia, (Jakarta:
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2004) h. 58
110
Suryandaru, Potret Kesadaran Gender Orang Media, Laporan Penelitian, Pusat
Studi Wanita Universitas Airlangga dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan, tahun 2002

78
gender sehingga banyak sekali film Indonesia yang masih bias gender
pada saat itu.111
Pada era Orde Baru kemunculan sutradara perempuan yang
diharapkan mampu menghasilkan karya yang berperspektif
perempuan masih sangat sedikit. Kondisi ini disebabkan karena
terbatasnya ruang gerak bagi perempuan (khususnya sutradara) dan
hal ini memaksa mereka untuk mengangkat sudut pandang
dominan/patriarkis agar bisa bertahan di industri film. Berkait dengan
representasi perempuan dalam film, Wood menyebutkan bahwa
dominasi ideologi patriarkhi terjadi juga dalam film-film Hollywood
seperti Fight Club, Armageddon, Gladiator, dengan penggambaran
laki-laki serius, percaya diri, mampu, dan berkuasa. Stereotip tentang
maskulinitas adalah keras, independen, agresif, berani, dan mampu
mengontrol emosi dengan baik. 112
Di sisi lain perempuan digambarkan sebagai penggoda,
bekerja di wilayah domestik, mengelola hubungan dengan baik, dan
stereotip tentang femininitas adalah setia, hormat, fokus pada rumah
dan keluarga, serta subordinat laki-laki.113 Di dalam film, perempuan
tidak hanya digambarkan dengan peran sebagai malaikat, putri,
penolong, tetapi juga sebagai korban yaitu kekerasan terhadap
perempuan dan pelecehan.114 Karya sastra menggambarkan
kehidupan manusia secara kompleks, baik persoalan kebahagiaan

111
Liestianingsih Dwi Dayanti, Wacana Kekerasan dan Resistensi Perempuan
dalam Film Karya Sutradara Perempuan, KAWISTARA VOL 1 NO.2, (Surabaya:
Airlangga, 2011), h. 104
112
Krishna Send dan David T. Hill, Media, Culture and Politics in Indonesia,
(Jakarta: ISAL, 2000), h. 89
113
Sunarto, Televisi, kekerasan & Perempuan, (Jakarta: Kompas Media Nusantara,
2009), h. 140
114
Julia T.Wood, Gendered Lives, Communication, Gender & Culture,
(Wadsworth:USA, 2005), h. 261

79
maupun kejahatan, namun karya sastra lebih sering mengungkapkan
hal-hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan sehingga
antara kehidupan manusia dan karya sastra seperti dua hal yang tidak
bisa dipisahkan.115
Sebagian besar isi media saat ini (termasuk film) masih pada
arus utama dalam mengkonstruksi peran dan nilai-nilai yang bias
gender dan hanya sedikit kreator yang mau memproduksi film di luar
arus utama. Film Mereka Bilang Saya Monyet merupakan satu dari
sedikit film yang mengungkap realitas di luar arus utama.116 Film ini
sangat popular di era 20, nama Djenar menjadi sangat
diperbincangkan oleh banyak khalayak karena film ini berdasarkan
novel yang ia tulis dan isinya fokus mengeksplor kekerasan terhadap
perempuan. Djenar merupakan salah satu penulis perempuan di era
20 yang sangat berani menggambarkan keerotisan kaum perempuan
dalam semua novelnya.Penelitian-penelitian mengenai perempuan di
Indonesia, sebagian besar berkutat pada beberapa persoalan pokok
yang bersifat klasikal. Beberapa persoalan pokok tersebut antara lain
masih rendahnya tingkat pendidikan perempuan di pedesaan,
banyaknya tindak kekerasan terhadap perempuan, merebaknya
perdagangan perempuan, serta semakin menjadinya eksploitasi-
ekploitasi terhadap perempuan. Berbagai masalah tersebut saling
berkait sehingga keberadaannya serupa ―benang kusut‖ yang sangat
sulit untuk diuraikan.
Terkait Kekerasan terhadap perempuan merupakan fenomena
yang banyak juga ditemui di masyarakat. Komisi Nasional Anti

115
Muhardi dan Hasanuddin, Prosedur Analisis Fiksi, (Padang: IKIP Padang Press,
1996), h. 10
116
Ghassani, Kekerasan Terhadap Perempuan : Analisis Semiotika Film Jamila
dan Sang Presiden, Tesis, (Semarang: UNDIP, 2010), h. 21

80
Kekerasan Terhadap Perempuan117 menyebutkan kasus kekerasan
terhadap perempuam di Indonesia pada tahun 2010 mencapai
105.103. Jumlah terbanyak adalah kekerasan di ranah personal
sisanya kekerasan di ranah publik dan kekerasan oleh Negara.
Kondisi ini sebuah ironi, karena Indonesia merupakan salah satu
negara yang menandatangi Deklarasi Penghapusan Kekerasaan
Terhadap Perempuan (CEDAW), Desember 1993 dan tahun 2004
Negara telah mensahkan Undang-undang No 24 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga . Kekerasan terhadap perempuan
sering disebut sebagai kekerasan berbasis gender karena kekerasan
yang terjadi akibat adanya relasi berdasar jenis kelamin (gender).
Relasi ini mendudukkan laki-laki sebagai pihak berkuasa atas yang
lain (perempuan), dan akibatnya perempuan berada pada posisi
dilemahkan, terkuasai dan tak memiliki kekuasaan untuk melawan.
Heise menyebutkan bahwa fenomena kekerasan terhadap perempuan
berakar dari persoalan ketimpangan hubungan antara laki-laki dan
perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini kekerasan
terhadap perempuan memilik basis secara kultural dan biologis. 118
Dampak kekerasan pada perempuan sangat kompleks selain
kesakitan fisik, dan gangguan mental, perempuan juga memiliki
dorongan untuk melakukan tindak bunuh diri. Kekerasan adalah
bentuk pemaksaan yang berujud dalam bentuk persuasif maupun fisik
atau keduanya. Pemaksaan adalah sesuatu yang dilakukan secara
sadar terhadap satu pihak tanpa persetujuan pihak tersebut. Seperti
halnya pelecahan dilakukan atas kemauan sang pelaku, sedangkan

117
KOMNAS Perempuan pada tahun 2011
118
S.R. Dzuhayatin dan Yuarsi, Kekerasan Terhadap Perempuan di Ruang Publik,
(Yogyakarta: PSKK UGM dan Ford Foundation, 2002), h.

81
korban merasa tidak menginginkan hal tersebut dilakukan.119
Kekerasan merupakan tindakan yang terjadi antara dua pihak, subjek
(pelaku) dan obyek (korban), di dalamnya ada unsur menguasai dan
dikuasai. Bentuk kekerasan dapat berupa kekerasan psikologis, fisik
dan gabungan dari keduanya. Dimensi kekerasan berada dalam
bentuk (1) kekerasan fisik, psikologis, ekonomi, seksual, spiritual dan
fungsional; (2) efek kekerasan (positif dan negatif); (3) partisipan
kekerasan (pelaku dan korban); (4) motif kekerasan; dan (5) sumber
kekerasan (personal atau struktural).120
Media menjadi suatu pusat informasi bagi masyarakat.
Bagaimana cara media memposisikan laki-laki dan perempuan dalam
beritanya akan mempengaruhi pola pikir masyarakat yang
melihatnya. Sudut pandang kebanyakan masyarakat banyak
dipengaruhi oleh tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, berita-berita yang
dilihatnya di media. Media yang menentukan dan membangun
ideologi seperti sistem kepercayaan atau pandangan dunia tertentu
dan secara tidak sadar menanamkam kebiasaan dan mitos tertentu
tentang gender.121 Pemahaman audience tentang hubungan antara
laki-laki dan perempuan juga bisa dipengaruhi oleh sajian-sajian film
anak-anak hingga film berbau pronografi. Secara historis, media
menghadirkan konsep laki-laki dan perempuan dalam stereotip
tradisional.122
Kemajukan dunia pendidikan juga dirasakan kaum perempuan
di era 20. Kemajuan ini terlihat dari banyaknya sekolah-sekolah

119
Sunarto, Televisi, kekerasan & Perempuan, h. 132
120
Sunarto, Televisi, kekerasan & Perempuan, h. 130
121
Idi Subandy Ibrahim, Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika
Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007),
h. 506
122
Julia T.Wood, Gendered Lives, Communication, Gender & Culture, h. 281

82
khusus untuk perempuan baik dari pemerintah maupun dari
organisasi tertentu. Dari sisi pendidikan, penulis-penulis muda yang
mulai berkarya di tahun 2000an juga cukup terpelajar. Ayu Utami
misalnya pernah menempuh pendidikan di Fakultas Sastra
Universitas Indonesia. Dewi Lestari pernah menempuh studi di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Parahyangan
Bandung. Fira Basuki pernah menempuh pendidikan S1 Pittsburg
University dan S2 di Wichita University. Sedangkan Djenar Maesa
Ayu pernah menempuh kuliah tapi tidak pernah menyebutkan di
mana dia pernah menempuh kuliah. Dia hanya menyebutkan pernah
kuliah, dan selepas kuliah sempat menjadi presenter televisi.
Di tahun 2000an, Indonesia bukan hanya membangunkan
banyak perempuan-perempuan cerdas yang akhirnya menulis dengan
karya sastra yang sangat apik, tetapi juga menonjolkan perubahan
status perempuan. Era globalisasi diawali dengan bangkitnya
perempuan di ranah publik. Bukan hanya menjadi seorang penulis,
banyak sekali perempuan-perempuan yang akhirnya terjun di dunia
politik dan menjadi partner bagi kaum laki-laki. Hampir di setiap
sektor pekerjaan terdapat perempuan yang memegang kedudukan
penting didalamnya. Perempuan-perempuan yang aktif bekerja duluar
rumah seolah disebut memiliki peran ganda. Ia mempunyai tanggung
jawab dirumah sebagai ibu dan istri, namun juga bertanggung jawab
sebagai seorang pekerja diluar rumah.
Peran ganda kemudian terjadi kepada perempuan bukan tanpa
alasan. Perjuangan dan kemauan kaum perempuan agar lepas dari
genggaman dan pemikiran budaya patriarki akhirnya bisa diraih. 123

123
Patriarki adalah suatu sistem masyarakat yang lebih memihak kaum laki-laki,
biasanya dikonstruk dengan ayah atau laki-laki sebagai kepala keluarga, kepala suku atau

83
Memiliki peran ganda bukanlah tanpa konsekuensi bagi para
perempuan. Mereka harus tetap tunduk kepada budaya masyarakat
yang selama ini mengatakan bahwa mengurusi seluruh pekerjaan di
rumah adalah tanggung jawab perempuan sebagai istri, bukan
tanggung jawab suami. Perempuan yang memutuskan hidupnya
sebagai wanita karir harus siap mengurusi dua kewajiban sekaligus
dengan baik. Karena apabila kedua hal tersebut ada yang
terbengakalai atau dilakukan tidak sempurna maka perempuan
tersebut akan dilabeli dengan sebutan tidak becus mengurus rumah
tangga.124
Peran ganda terlihat seperti ketidakadilan yang dibebankan
kepada kaum perempuan. Pekerjaan di rumah bukan sepenuhnya
tanggung jawab perempuan sebagai istri sehingga suami bebas
menolak untuk membantu sang istri. Padahal pekerjaan rumah bisa
dilakukan bersama sehingga perempuan juga bisa fokus kepada
pekerjaan diluar rumah. Anggapan laki-laki sebagai kepala keluarga
membuat semua pekerjaan yang bersifat domestik menjadi tanggung
jawab perempuan yang kemudian dikontruksikan sebagai pekerjaan
perempuan.125
Realitas pada masyarakat Indonesia di era 20an, perempuan
mampu mengambil semua peran dalam berbagai sektor kehidupan
yang dsebelumnya dikendalikan oleh laki-laki.126 Saat perempuan
akhirnya berhasil membuktikan kepada masyarakat bahwa ia benar-

masyarakat. Peter Salim, The Contemporary english Indonesian Dictionary (Jakarta:


Modern English Press, 1997), h. 1366
124
Nurul Hidayati, Beban Ganda Perempuan Bekerja (Antara Domestik Dan
Publik), Muwazah, Volume 7, Nomor 2, Desember 2015, 108.
125
Umi Sumbulah, Spektrum Gender: Kilasan Inklusi Gender di Perguruan Tinggi,
(Malang, UIN Malang Press, 2008), h. 15
126
Zaitunah Subhan, Perempuan dan Politik dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2004), h. 1

84
benar mampu mengerjakan dua tanggung jawab sekaligus membuat
masyarakat mulai berpikir bahwa perempuan bisa menyaingi bahkan
setara dengan laki-laki, walaupun paham patriarki tidak bisa
dihapuskan dari benak masyarakat, namun perempuan dengan
kemampuannya sudah membuktikan kualitas dirinya.127 Terdapat dua
tujuan golongan perempuan mulai masuk ke ranah publik yaitu
karena ingin membuktikan aktualisasi dirinya dihadapan publik dan
untuk memenuhi kebutuhan finansial.128
Di era modern ini, perempuan dihadapkan dengan dua
tantangan hidup. Pertama, dirinya sendiri. Seorang perempuan
dibebankan tanggung jawab penuh sebagai orang yang tinggal
dirumah untuk mengurusi rumah tangga. Pada kenyataannya tidak
semua perempuan merasa bahagia ketika hanya dirumah saja tanpa
melakukan hal lain diluar sana. Maka tidak bisa dikatakan bahwa
menjadi ibu rumah tangga merupakan kodrat alami bagi perempuan.
Kedua, ilmu dan teknologi yang berkembang pesat. Perempuan yang
berpendidikan tinggi mempunyai tanggung jawab dan beban yang
semakin besar. Keinginannya untuk berada diruang publik akan
semakin besar dengan ilmu yang ia miliki. Kesempatan untuk ia
berkarya juga terbuka lebar. Maka dari itu, perempuan yang
berpendidikan tinggi namun merelakan dirinya untuk mengabdi
kepada keluarganya dengan menjadi ibu yang mendidik anak-
anaknya dengan baik dan menjadi istri yang selalu mendukung suami

127
Faiqoh, Wanita dalam Kultur Islam Indonesia dalam buku Wanita dalam
Masyarakat Indonesia: Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan, (Yogyakarta: Sunan
Kalijaga Press, 2001), h. 258
128
Nurussakinah Daulay, Transformasi Perempuan Perspektif Islam dan Psikologi,
Al Tahrir Jurnal Pemikiran Islam, Vol 1, No. 2, November 2015, h. 272

85
itu tak ternilai harganya. Hal ini jauh lebih mulia jika dibandingkan
dengan materi.129
Berdasarkan rekam jejak pekerjaan, para penulis perempuan
yang banyak mengekploitasi kisah tentang keperempuanan ini
memiliki pekerjaan-pekerjaan yang bermunculan di sektor publik.
Ayu Utami misalnya, sebelum menulis Saman, dia memiliki profesi
sebagai seorang jurnalis dan berpindah-pindah dari media satu ke
media lainnya, serta aktif dalam komunitas seni. Tidak jauh berbeda
dengan Fira Basuki. Fira Basuki adalah seorang jurnalis, bahkan
profesi jurnalisnya telah mencapai titik puncak, yakni menjadi
Pemimpin Redaksi. Dewi Lestari sedikit berbeda, perempuan yang
dikenal dengan panggilan ―Dee‖ tersebut, memiliki pekerjaan sebagai
seorang penyanyi, sebelum akhirnya dia memutuskan menjadi
seorang penulis buku. Sedangkan Djenar Maesa Ayu sebelum
memutuskan menjadi seniman secara utuh, pernah pula mengenyam
pekerjaan sebagai presenter televisi. Fakta-fakta ini menunjukkan
bahwa sebenarnya para penulis perempuan tersebut merupakan
orang-orang yang memiliki wawasan luas serta memiliki jaringan
sosial yang sangat terbuka.
Peran perempuan dalam sebuah keluarga sangatlah penting. Ia
menjadi ujung tombak keberhasilan dan kesuksesan seorang suami.
Ia juga menjadi lambang kecerdasan dan kebaikan seorang anak.
Perannya sebagai seorang istri adalah mendampingi suami,
mendukung suami bahkan membantu suami dalam mencari nafkah.
Ketika sedang menjadi seorang ibu, ia harus mampu untuk
membimbing dan mendidik anak-anaknya agar menjadi orang yang

129
Zaitunah Subhan, Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir Al-Quran,
(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004), h. 73.

86
baik. Bahkan dalam urusan rumah tangga sekalipun, tanpa disadari
perempuan sudah menjalani peran ganda dalam kehidupannya sehari-
hari.130
Persoalan domestik dan peran ganda seorang perempuan
seringkali menjadi masalah dalam keluarganya terutama bagi
perempuan yang juga memiliki jabatan penting di ranah publik.
Prempuan seringkali dianggap tidak mampu mengemban kedua
amanah tersebut secara bersamaan. Dan benar sekali, dalam banyak
persoalan, perempuan-perempuan yang bekerja diluar rumahnya
sering kali mengabaikan urusan rumah tangganya. Ia tidak punya
waktu untuk membimbing dan mendidik anaknya sehingga seorang
anak seperti kehilangan kasih sayang dari sang ibu. Seorang istri
kembali dari pekerjaan dengan waktu yang hampir sama dengan sang
suami sehingga tidak bisa memberi pelayanan pada saat sang suami
kembali dari pekerjaannya. Kegagalan seperti ini harus dibayar
dengan sangat mahal yaitu kegagalan membentuk rumah tangga
sakinah. Permasalahan-permasalahan seprti ini perlu dicermati dan
dianalisis lebih dalam agar hal-hal yang menyangkut peran ganda
perempuan dalam keluarga mendapat relasi seimbang. 131
Pada persoalan hubungan keluarga, penulis seperti Ayu Utami
tergolong orang yang sangat keras dan cukup anti kemapanan
terhadap hubungan yang satu ini. Sebelum akhirnya menikah, Ayu
Utami sempat memutuskan untuk tidak menikah dan ingin menjalani
hidup sendiri. Dewi Lestari juga melihat hubungan pernikahan
sebagai sesuatu yang suram. Dewi sempat menikah dengan sesama
artis, Marchel Siahaan, sampai akhirnya merasakan badai perceraian

130
Zahra Zaini Arif, Peran Ganda Perempuan dalam Keluarga Perspektif Feminis
Muslim Indonesia, Indonesian Journal of Islamic Law, Vol. 1, No. 2, Juni 2019, h. 118
131
Zahra , Peran Ganda Perempuan dalam Keluarga …, h. 119

87
yang hebat. Kendati demikian, Dewi tidak gentar dan memutuskan
untuk menikah lagi. Tidak jauh berbeda dengan penulis lainnya,
Djenar Maesa Ayu juga pernah merasakan badai perceraian. Bahkan,
kehidupan bebas yang dijadikan nafas keluarganya juga
menghasilkan cucu lebih cepat saat usianya masih cukup muda.
Tidak berbeda jauh dengan Dewi Lestari dan Djenar Maesa Ayu, Fira
Basuki juga pernah merasakan badai perceraian, sempat pula
menikah lagi dan tiga bulan berikutnya sang suami meninggal dunia.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, para penulis perempuan yang banyak
mengeksploitasi kaum perempuan ternyata memiliki kehidupan yang
kurang baik dalam persoalan rumah tangga.
Berkait dengan minimnya kajian tentang perempuan, studi ini
masih bidang yang asing, dianggap sebagai masalah beberapa pihak
tertentu dan dibatasi sebagai bahasan mengenai representasi
perempuan dan belum pada tataran membedah bagaimana perempuan
dalam melawan dan resisten terhadap kemapanan. Pernyataan ini
menyiratkan bahwa studi tentang perempuan masih sebatas melihat
bagaimana menggambarkan konstruksi konvensional media,
perempuan di ranah domestik, lemah, tak berdaya, terdominasi dan di
seberangnya laki-laki dengan penggambaran di ranah publik, kuat,
mendominasi.132
Sehingga pembahasan-pembahasan dan kajian mendalam
mengenai perempuan dalam domestik dan publik menjadi perhatian
banyak organisasi-organisasi yang konsentrasi pada perempuan,
terutama kalangan feminis. Kaum feminis merupakan representasi
perjuangan perempuan. Organisasi muslim juga ikut andil dalam
memperdalam kajian terhadap konsep perempuan. Gerakan-gerakan

132
Jurnal Perempuan, No. 61, tahun 2008

88
keperempuanan secara umum lahir dan dipengaruhi oleh berbagai
kondisi historis sejarah perjuangan bangsa, era modern, globalisasi
serta reformasi dan kehidupan religious masyarakat.133
Sudah sejak lama gerakan feminis di Indonesia berjuang
untuk mewujudkan kesataraan antara laki-laki dan perempuan. Akan
tetapi di tahun 2000an keinginan mereka untuk mengubah pola pikir
patriarki belum sepenuhnya bisa terealisasi . Hal ini disebabkan oleh
pemahaman bias gender bukan hanya digaungkan oleh kebiasaan
budaya, namun diperkuat oleh agama.134 Perempuan-perempuan
muslim kemudian membuat konsep feminisme yang seusai dengan
ajaran islam karena mereka menganggap konsep feminisme Barat
sedikit bertentangan dengan pemahaman dan ajaran Islam,135 Seperti
tuntutan penyetaraan secara kesuluruhan antara laki-laki dan
perempuan menimbulkan banyak kekeliruan yang terjadi.
Banyak perempuan yang memegang konsep feminisme Barat
tidak ingin hamil, melahirkan dan menyusui anaknya. Mereka
menganggap hal tersebut tidak dilakukan oleh kaum lelaki sehingga
sebagian dari mereka menolak melalukan hal-hal yang hanya
dibebani kepada perempuan. Mereka juga enggan melakukan
pekerjaan rumah karena mereka merasa hal itu merupakan bentuk

133
Munculnya feminisme tidak dapat dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah
perjuangan kaum perempuan barat menuntut kebebasannya. Karena perempuan tidak
memiliki tempat di tengah masyarakat, mereka diabaikan, tidak memiliki sesuatu pun, dan
tidak boleh mengurus apapun. Sejarah barat ini dianggap tidak memihak kaum perempuan.
Dalam masyarakat feodalis (di Eropa hingga abad ke-18), dominasi mitologi filsafat dan
teologi gereja sarat dengan pelecehan feminitas; wanita diposisikan sebagai sesuatu yang
rendah, yaitu sebagai sumber godaan dan kejahatan. Lihat: Husein Muhammad, Islam
agama ramah perempuan (pembelaan kiai pesantren), (Yogyakarta: LKIS, 2004), h. 13.
134
Ema Marhumah, Konstruksi Sosial Gender Di Pesantren Studi Kuasa Kiai Atas
Wacana Perempuan, (Yogyakarta: LKiS, 2011), h.
135
Andri Rosadi, Feminisme Islam: Kontekstualisasi Prinsip-prinsip Ajaran Islam
Dalam Relasi Gender, Jurnal Ilmiah Kajian Gender, h. 2.

89
pejajahan laki-laki kepada perempuan.136 Konsep Feminisme Islam
menolak hal itu, mereka tidak memaksa perempuan yang ingin
bekerja diluar rumah dengan tetap bertanggung jawab kepada
keluarga. Mereka juga fokus memperjuangkan hak-hak perempuan di
ranah sosial. Menuntut adanya kesempatan yang sama dalam
mengaktualisasikan segenap potensi disegala bidang, mulai dari
pendidikan, ekonomi, sosial, hingga politik.137
Pernikahan dini dan monogami merupakan isu yang juga
sering muncul dalam pemberitaan di media massa maupun keputusan
kongres perempuan di era 20an. Perbincangan mengenai pernikahan
dini muncul dimasyarakat karena jumlah perempuan di Indonesia
yang menikah sebelum ―usia matang‖ pernikahan mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu. Usia matang pernikahan bagi
perempuan idealnya adalah delapan belas tahun. Ternyata, banyak
perempuan di Indonesia yang menikah pada usia-usia tiga belas
tahun. Pernikahan dini yang dimaksudkan disini adalah pernikahan
yang dilakukan pada saat pengantin berada dalam usia anak-anak.
Apabila diperbandingkan jumlah pernikahan dini yang
dilakukan perempuan dengan pernikahan dini yang dilakukan laki-
laki, presentasenya jauh lebih tinggi pada pernikahan dini perempuan.
Hal ini terjadi karena hak perempuan untuk menolak terjadinya
pernikahan sering tidak diperhatikan. Hak menerima atau menolak
sering disalahartikan sebagai hak orang tua yang menjadi wali.
Sehingga pernikahan dini menjadi isu penting dari hampir semua
organisasi sosial politik di awal tahun 2000.

136
Abdul Warits, Nilai-Nilai Pendidikan Pemberdayaan Perempuan dalam
Gerakan Feminis Islam, (Sumenep; STIKA Press, 2009), h. 34.
137
Faiqoh, Wanita dalam Kultur Islam Indonesia dalam buku……, h. 197

90
Berbicara mengenai kritik sastra, penulis perempuan juga
menjadi sasaran kritik oleh kritikus sastra di tahun 2000-an . Terdapat
dua macam kritik yang seringkali ditujukan kepada perempuan dalam
karya sastra. Yaitu,fokus kritik sastra yang melihat perempuan
sebagai pembaca yang fokus melihat isi cerita tentang konsep dan
setereotip perempuan. Fokus kritik sastra juga melihat perempuan
sebagai penulis dengan mengkritik sejarah sastra perempuan dan
kreativitas serta ide cerita yang dihasilkan penulis perempuan.138

3.3 Latar Belakang Jean P. Sasson Dalam Novel Summuwul Amiroh


Jean P. Sasson merupakan seorang penulis Amerika yang
karyanya berpusat di sekitar wanita Timur Tengah. Ia lahir di sebuah
desa bernama Troy, Alabama, Amerika Serikat pada tahun
1950.Tumbuh di sebuah kota kecil, Sasson menemukan petualangan
di antara halaman-halaman buku. Keinginannya yang kuat untuk
mencabut dirinya dari lingkungan pedesaannya membuatnya
melompat pada peluang untuk bekerja dan menempuh pengalaman ke
luar negeri. Pada tahun 1978 ia melakukan perjalanan ke Arab
Saudi untuk bekerja di Rumah Sakit dan Pusat Penelitian Khusus
Raja Faisal di Riyadh sebagai koordinator administrasi urusan medis,
ia bertemu banyak anggota keluarga kerajaan Saudi. Sasson sangat
sedih melihat kebanyakan dari mereka sangat manja dan
mementingksan diri sendiri. Sasson melihat sebagian besar dari
mereka hanya tahu tentang kerajaan dan kemilau isinya. 139

138
Tineke Hellwig, In The Shadow of Change: Citra Perempuan dalam Sastra
Indonesia, (Jakarta: Desantara, 2003), h. 11
139
Edwin McDowell, Catatan Buku , (Amerika: New York Times, 2009), h. 8

91
Namun hal berbeda dilihat dari seorang puteri kerajaan Al-
Saud bernama Sultana. Menurut Sasson, Sultana adalah sosok yang
menyenangkan dan ia memiliki daya tarik yang tidak bisa hilang dari
benak seorang Jean P Sasson. Sultana adalah sosok perempuan muda
dan cantik. Rambutnya yang gelap tergerai sebahu dan matanya
berbinar-binar penuh rasa ingin tahu. Bibirnya sering terbuka karena
tawa yang spontan. Dengan busana-busana mahal dan gemerlap
perhiasan yang memikat, Sultana menyita perhatian semua orang
yang berada di sekelilingnya.
Di balik kecantikan dan pesona Sultana, Sasson mengira putri
ini tidak ada bedanya dengan semua putri yang pernah ia temui.
Sasson sangat terkejut sekaligus senang ketika tahu bahwa Sultana
ternyata bepikiran bebas dan memiliki keinginan kuat untuk
membawa perubahan terhadap kehidupan kaum perempuan di Arab
Saudi. Meski dibesarkan dengan berbagai hak istimewa yang dimiliki
keluarga Kerajaan Saudi yang kaya raya, Sultana memeiliki
kepribadian dan pikiran yang berbeda. Di mana pun terdapat isu
mengenai perempuan, tanpa segan dia akan memberontak terhadap
berbagai tradisi dan adat istiadat negaranya sendiri.
Pertemanan antara Sasson dan Sultana lambat laun semakin
dekat, Sasson mengenal Sultana sebagai seorang perempuan dengan
kemauan dan karakter yang sangat kuat. Sultana sering terburu-buru
dalam berpikir dan bertindak yang kerap menimbulkan situasi
emosional yang tidak diharapkan. Meski demikian, kelakuan
semacam itu dengan mudah dilupakan oleh Sultana kalau sudah
berhubungan dengan nasib perempuan lain. Dia akan berubah
menjadi perempuan yang tidak egois, penyayang, dan sensitif. Kalau
ada perempuan yang diberlakukan tidak adil, dia akan akan langsung

92
bertindak. Dia bahkan tidak memperdulikan bahwa tindakannya akan
membahayakan dirinya sendiri.
Ketika Sultana mengaku kepada Sasson bahwa dia telah
memikirkan banyak rencana agar kisah-kisah tragis perempuan Saudi
diketahui oleh dunia – tetapi tidak pernah bebas melakukannya
karena bahaya yang akan dihadapi oleh dirinya dan keluarga intinya-.
Sasson setuju untuk membantunya mewujudkan harapan Sultana.
Bersama-sama, mereka akan membuat kisah nyata yang mengerikan
dan sulit dipercaya ini menjadi perhatian dunia. Maka, dengan
melindungi jati dirinya sebagai seorang putri, Sasson menjadi suara
bagi Sultana.140 Novel ini adalah buku berbahasa Arab pertama yang
ia tulis dari kisah Putri Sultana.
Dalam buku Summuwal Amiroh dunia lebih dulu mengetahui
tentang kehidupan Sultana sebagai seorang anak perempuan yang
tidak diinginkan. Dia anak dari seorang lelaki bengis di lingkungan
masyarakat yang kurang menghargai perempuan. Saudari yang paling
disayangi Sultana, Sara, dipaksa menikah dengan seorang laki-laki
yang berusia jauh lebih tua dan tidak dikenalnya apalagi dicintainya.
Selama menikah, Sara kerap dianiaya secara seksual oleh suaminya.
Baru setelah Sara mencoba bunuh diri, ayahnya mengizinkan Sara
bercerai dan pulang ke rumah.
Masa kanak-kanak Sultana sendiri tidak membahagiakan.
Pengalamannya itu membuat tumbuh menjadi seorang remaja yang
sering memberontak. Namun, melalui sebuah cara yang paling
mengerikan, ketika salah seorang temannya dieksekusi oleh ayahnya
sendiri atas kejahatan seksual, Sultana sadar bahwa pemberontakan

140
Jean P.Sasson, The Princess Sultana’s Circle, (Jakarta:Ramala Books, 2008), h. vii

93
terhadap sistem negaranya yang keras hanya akan menimbulkan
bencana.
Ketika berusia enam belas tahun, Sultana dijodohkan oleh
ayahnya dengan seorang sepupu bernama Karim. Pertunangan
Sultana dan Karim tidak seperti umumnya pertunangan orang Saudi
karena Karim meminta dipertemukan dengan calon pengantinnya.
Permintaan Karim dikabulkan. Pada pertemuan pertama mereka,
Karim dan Sultana saling tertarik. Mereka langsung jatuh cinta pada
pandangan pertama dan menikmati sebuah ikatan cinta yang special,
tidak seperti kebanyakan perkawinan Saudi.
Di awal-awal tahun perkawinannnya, Sultana mendapatkan
ketenangan yang selalu dia idamkan. Dia dan suaminya Karim
dikaruniai seorang anak laki-laki, Abdullah, dan menyusul dua orang
anak perempuan, Maha dan Amani. Sultana dan keluarganya tetap
tinggal di Riyadh selama perang teluk pada tahun 1991. Sang putri
merasa sedih karena perang ini. Alih-alih membantu status
perempuan di Arab Saudi sebagaimana yang diharapkannya, malah
membuat kehidupan mereka semakin sulit. Setelah perang berakhir,
Sultana semakin sedih karena cadar yang tipis semakin tebal,
pergelangan kaki yang telanjang ditutupi, dan rantai yang longgar
dikencangkan.
Selain bertemu Sultana dan keluarga kerajaan Saudi, rumah
sakit dan pusat penelitian khusus King Faisal juga menjadi tempat
dimana Jean Sasson bertemu dengan Peter Sasson, calon suaminya
dan mereka menikah pada tahun 1982. Sasson saat ini tinggal di
daerah Atlanta, Georgia. Ia dibesarkan oleh keluarganya di sebuah
kota kecil di sebelah selatan, guru sekolah Sasson di Sam Jackson
melaporkan bahwa Sasson merupakan siswa yang sangat cerdas dan

94
rajin. Ia telah membaca semua buku-buku yang ada di perpustakaan.
Sasson juga dikenal sebagai pencinta hewan dan ia memiliki berbagai
hewan peliharaan, seperti ayam, burung, kucing dan anjing. Tahun
1978 ia bepergian ke Arab Saudi untuk bekerja di Rumah Sakit King
Faisal dan Pusat Penelitian di Riyadh sebagai koordinator
administrasi urusan medis. Ia bekerja di rumah sakit selama 4 tahun,
kemudian menikah dan tinggal di Arab Saudi hingga 1991, kemudian
dia melanjutkan perjalanan keliling dunia dan mengunjungi 66
negara.141

Jean yang merupakan orang Amerika berpikir bahwa adanya


benturan peradaban yang mewarnai dan mendominasi kaum Saudi.
Garis tradisi dan budaya yang kuat memisahkan satu peradaban
dengan yang lain. Menurutnya terdapat empat ciri dari bentuk
hubungan antara Negara Islam dan Barat yaitu: Pertama, munculnya
struktur kekuasaan multipolar di samping pusat bipolar yang telah
ada sejak perang dingin; Kedua, sebuah tingkat pembagian dan
perselisihan ideologi yang lebih kecil; Ketiga, kecenderungan
dominasi internasional dari kelompok negara-negara kapitalis yang
menaruh perhatian degan masalah keamanan dan perubahan; Sebuah
konsolidasi dari kekuatan masyarakat sipil internasional. Prubahan-
perubahan yang terjadi di pusat (negara-negara industri) akan
memiliki dampak langsung maupun tidak langsung terhadap
keamanan politik, militer, ekonomi, sosial dari pinggiran (negara-
negara non industri). Akibat-akibat inilah yang disebut sebagai

141
wikipedia

95
benturan dari identitas peradaban yang sangat mencolok antara Barat
dan Negara-negara Islam.142

Negara-negara Barat cenderung memiliki prasangka negarif


terhadap Negara Islam, khusunya Arab Saudi yang terkenal dengan
kekayaan minyaknya. Studi ketimuran dianggap provokatif secara
material dan intelektual terkait dengan ambisi politik dan ekonomi
Eropa. Orientalisme telah menghasilkan gaya pemikirang yang
dilandaskan pada distingsi teologis dan epistimologis antara Timur
dan Barat dalam banyak hal. Orintalisme Barat menggembangkan
cara-cara pembahasan tentang Islam (khususnya Arab) sehingga
memapankan dan menyempurnakan rasa superioritas budaya Barat
atas budaya lain. Tulisan-tulisan para sejarawan kolonial, misionaris
dan sarjana Barat mengungkapkan proyeksi media tentang Arab saat
ini sebagai masyarakat yang terbelakang, irrasional dan penuh nafsu
birahi.143 Citra negative yang dibangun Barat dalam menilai Timur
itu sudah sedemikian kuatnya, sehingga Barat dikonotasikan sebagai
kemajuan, desentralisasi dan stabil. Sementara Timur identik dengan
stagnasi, sentralisasi dan kacau, apalagi jika berhubungan dengan
hukum-hukum bagi kaum perempuan yang tak ada perubahan.144

Hegemoni pandangan dunia Barat terhadap perubahan


peradaban di dunia membuat Arab Saudi juga memaksakan
negaranya mengikuti peradaban Barat jika tidak ingin disebut negara
tertinggal. Arab Saudi tidak bisa menahan nilai-nilai Barat yang

142
John L. Esposito, Dialektika Peradaban: Modernisme Politik dan Budaya di Akhir
Abad ke-20, (Yogyakarta: Qalam, 2002), h. 88
143
Richard C. Martin, Approaches To Islam In Religious Studies, (Amerika:
University of Arizona Press, 1985), h. 14-15
144
Bobby S. Sayyed, A Fundamental Fear: Eurocentrism and the Emergence of
Islamism, (London & New York: Zed Book,1997), h. 100

96
mulai masuk dan mempengaruhi masyarakat Saudi dengan budaya
dan adat istiadatnya yang kuat, karena bagaimanapun, Barat sangat
mempengaruhi ekonomi dan politik dunia. Terdapat tiga prinsip
fundamental dalam ruang lingkup ekonomi dan politik. Pertama,
kapitalisme dan ekonomi pasar; Kedua, hak-hak asasi manusia dan
demokrasi sekular-liberal ; ketiga, negara kebangsaan sebagai
kerangka bagi hubungan internasional. Namun terdapat beberapa
negara-negara seperti Cina, India, Iran, Mesir, Rusia, Indonesia,
Brazil dan Afrika Selatan yang berada di garda terdepan dan
dipastikan memainkan peran utama dalam perjuangan ideologis
melawan hegemoni Barat.145

Sejak akhir tahun 1980an, pasca perang dingin antara Timur


dan Barat yang menimbulkan persepsi dari pembagian dunia
membuat Barat memilih untuk melawan Negara Islam dengan
mengangkat kembali isu-isu budaya sebagai pemicu konflik.
Menguatnya persepsi dikotomis Barat-Islam karena adanya
interpretasi historis yang difokuskan pada prinsip ideologi
antagonisme (misalnya Bizantium vs Kekaisaran Islam, Kerajaan
Kristen vs Andalusia, Turki Usmani vs Eropa, Nasionalisme Arab-
Islam vs Barat, dst) .146 Barat melakukan kesalahan dalam penafsiran
sejarah dengan menganggap persaingan hegemoni politik dan
ekonomi antara dunia Kristen dan Islam sebagai sebuah konfrontasi
antar peradaban yang menyebabkan kesadaran Barat memahami
Islam sebagai lawan atau musuh. 147

145
Esposito, Dialektika Peradaban: Modernisme…, h. 127-128
146
Esposito, Dialektika Peradaban: Modernisme…, h. 5
147
Esposito, Dialektika Peradaban: Modernisme…, h. 127-128

97
Secara metodologis terdapat kecenderungan yang salah di
kalangan para peneliti dan analis yang mengukuhkan idealisme Barat
sebagai satu-satunya patokan (benchmark) sehingga idealisme Islam
dianggap berbeda dan lebih menjurus sebagai tanda-tanda dari
religiusitas yang ekstrem. Fenomena Islam direduksi menjadi
pemaksaan religius yang tidak rasional dan juga tidak
mempertimbangkan mengapa ia muncul dan menyebar ke
masyarakat, atau berpaling dari tatanan tradisional dalam pengertian
sosilogis. Islam seolah selalu dikaitkan dengan teror dan kekerasan.
Hegemoni Barat terhadap Islam di Timur memang sudah sedemikian
kuatnya, namun dalam hal ini Amerika menganggap ideologi
kelompok fundamentalis Muslim merupakan tantangan yang jauh
membahayakan dari ideologi-ideologi kaum lainnya, padahal
Amerika dikenal sebagai Negara adidaya yang penuh arogansi dan
kesewenang-wenangan.148

3.4 Latar Belakang Djenar Maesa Ayu Dalam Novel Nayla


Djenar Maesa Ayu merupakan salah satu penulis perempuan
yang kontroversial dengan karya-karyanya yang penuh dengan
keintiman dan fantasi seksual. Djenar disebut sebagai sastra wangi
karena kerap menulis novel dengan mempertontonkan hubungan
seksual yang menggairahkan sebagai penunjang karyanya. Seorang
penulis disebut sastrawangi dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, ia
seorang pengarang yang berkelamin perempuan. Kedua cerita dalam
novelnya bertema seksualitas. Label sastrawangi diberikan oleh
kritikus sastra kepada penulis-penulis perempuan Indonesia yang

148
Khaled Sayyed, Western Dominance and Political Islam, (New York: State
University of New York Press, 1995), h. 5-6

98
menawarkan hal-hal yang bersifat seksual dengan cerita seputar
hubungan perkelaminan, kelainan seksual, homoseksual, dan lain-lain
yang dianggap sebagai pelecehan terhadap sastra.
Dalam novel Nayla, Djenar menggambarkan perilaku seksual
sang tokoh utama yang bernama Nayla dengan vulgar. Ia juga
menggambarkan kehidupan metropolitan remaja yang mengalami
broken home dan permasalahan-permasalahan keluarga lainnya yang
membuat sang tokoh terjerat pergaulan bebas dan melampiaskannya
dengan aktivitas seksual. Djenar memiliki gaya bahasa yang sangat
khas dalam setiap novelnya dengan kata-kata eorits yang menunjang
fantasi seksual pembaca.149
Djenar Maesa Ayu memang dikenal sebagai penulis yang
berani dan unik dalam mengekspresikan kata per kata dalam
novelnya. Hal tersebut membuat banyak pembaca menunggu-nunggu
novel Djenar yang dianggap selalu berujung kontroversi. Jika kita
meneliti keseluruhan novel Djenar, jelas sekali terlihat gambaran
cerita semua novelnya berkutat tentang urusan birahi dan
penelanjangan diri. Mulai dari pelecehan seksual, penyuka sesama
jenis, pemerkosaan sampai seks bebas. Dibalik tulisannya yang
erotis, Djenar menyuarakan ketidakadilan gender dalam tulisannya.
Ia ingin para pembaca memahami novelnya yang unik dan dapat
mengambil hikmah didalamnya. Teknik penceritaannya terbilang
unik karena alur yang melompat-lompat, penggunaan metode stakato,
tokoh yang sulit diidentifikasi, alur cerita yang susah ditebak, bahkan
pengulangan bunyi yang sama (rima) dalam satu paragraf.

149
Wan Nurul Atikah Nasution, analisis Novel Nayla Karya Djear Maesa Ayu
Melalui Pendekatan Stalistika, Jurnal Komunitas Bahasa, Vol. 7, No. 1, April 2019, h. 63

99
Penggunaan teknik tersebut mencirikan novel Djenar yang singkat
tetapi padat, ringkas tetapi bernas.150
Bagi Djenar, novel-novel kontroversinya merupakan suatu
yang membuat ia puas akan tulisannya. Kontroversi bentuk dari
banyak pembaca yang menyukai tulisannya sehingga banyak yang
memikirkan makna yang tersirat dalam tulisannya tersebut.
Seksualitas menjadi tema wajib dalam setiap novelnya, pergaulan
bebas hingga minuman keras juga merupakan topik-topik istimewa
yang tak pernah ia tinggalkan. Disamping itu, kepribadian Djenar
yang akrab dengan dunia diskotik dan rokok membuat ia selama ini
dituding menulis hal-hal yang sebenarnya terjadi dan relate di
kehidupannya . Namun dibalik semua tudingan miring yang
ditujukan kepadanya, ia tetap menulis novel-novel yang berkualitas
dan memuat fakta yang terjadi dalam masyarakat dan sarat akan
pesan moral.151
Tokoh Nayla mempunyai masalalu yang buruk. Ia dibesarkan
dikeluarga broken home dengan segala kompleksitas masalah dan
diperkosa oleh pacar sang ibu sewaktu berumur Sembilan tahun.
Masalah-masalah yang ia hadapi di masalalu membentuk kepribadian
dan karakter Nayla sewaktu beranjak dewasa. Nayla menjadi sosok
yang tidak perduli kepada sesama, takut mempercayai orang lain dan
haus akan kasih sayang . Ia menjadi lebih liar ketika ada laki-laki
yang ingin menidurinya, ia menganggap hal itu adalah sebuah bentuk
kenikmatan yang tidak ia dapatkan sewaktu kecil. Lingkungan
keluarga merupakan salah satu faktor pembentukan karakter sorang
anak. Perlakuan buruk orang tua akan berakibat fatal pada tumbuh
150
Elva Yusanti, Personality Dynamics in the Caracter of Nayla in Short Stories
Compilation Saia, Madah, Volume 9, Nomor 2, Edisi Oktober 2018, h. 132
151
Elva Y., Personality Dynamics in the Caracter of Nayla …, h. 132

100
kembang sang anak. Itulah yang dialami Nayla. Naluri-naluri itu
yang membentuk dinamika kepribadian Nayla..152
Sebagai pengarang, Djenar ingin menunjukkan bahwa karya
sastranya berbeda dengan penulis-penulis lain. Karya sastranya
memiliki ciri khusus yang lebih mengedapankan bahasa keintiman
dalam mengungkapkan realita yang sebenarnya terjadi dalam
kehidupan seharri-hari. Djenar menggunakan bahasa yang jujur dan
lugas ketika menjelaskan tentang manusia dengan keberagaman
masalah kehidupan yang dialaminya. Sehingga novel Nayla menjadi
salah satu dari banyaknya novel Djenar yang memiliki nilai estetika
tinggi.153 Djenar juga disebut sebagai bagian dari sastra wangi karena
ia merupakan seorang penulis perempuan muda dan cantik yang
fokus menulis tentang hal-hal seputar seksualitas dan segala masalah
yang terdapat di dalam seksualitas itu sendiri.154
Melalui tokoh Nayla, Djenar juga menyampaikan gagasan-
gagasan tentang pentingnya pendidikan seksual sejak dini agar anak-
anak bisa mengetahui batasan-batasan organ intim yang harus ia
lindungi sebagai seorang perempuan. Hal itu juga membuat anak-
anak dapat terhindar dari pelecehan seksual seperti pemerkosaan,
pencabulan, dan lain-lain. Ketika anak-anak tidak mengetahui perihal
organ intim atau hal-hal yang berbau seksual, maka ia akan mudah

152
Elva Y., Personality Dynamics in the Caracter of Nayla …, h. 133
153
Etri Jayanti, Harris Effendi Thahar, dan Ernawati Arief, Erotisme dalam Novel
Nayla karya Djenar Maesa Ayu, Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No.
20 Maret 2013; seri C, h. 174
154
Ririe Rengganis, Sastra Idealis Versus Industri Kreatif: Studi Kasus Film Nay
Sebagai Bentuk Filmisasi Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu, Jurnal Pena Indonesia,
Volume 3, No. 1 Maret 2017, h. 43

101
dikelabui oleh para pelaku kejahatan seksual dan hal-hal buruk
tersebut sangat bisa dilakukan oleh orang terdekat seperti keluarga.155
Sementara itu, Djenar juga mengisahkan kejahatan seorang
ibu kepada anaknya. Ibu Nayla kerap menghukum kesalahannya
dengan menusuki peniti di selangkangannya. Melalui tokoh Nayla,
Djenar ingin menyampaikan bahwa kekerasan yang dialami anak-
anak seringkali berasal dari orang-orang terdekat dan itu adalah
keluarga. Sehingga anak-anak merasa takut dan menyimpan dendam
kepada keluarganya karena membuat ia tidak bahagia dengan
perilaku kasarnya. Kekerasan yang dilakukan oleh keluarga menjadi
hal wajar karena dianggap keluarga berhak melakukan apa saja untuk
anggota keluarganya, sehingga anak-anak merasa tidak mendapat
perlindungan dari orang tua dan tumbuh menjadi anak yang
berkepribadian buruk.
Kehidupan Nayla dalam novel Djenar sungguh ditemani
dengan masalah yang kompleks. Ibu Nayla berlaku kasar kepada
Nayla karena benci terhadap ayah Nayla yang membuat hidupnya
menjadi tidak bahagia, Seluruh kekesalannya kepada mantan suami ia
lampiaskan kepada si malang Nayla. Secara psikis dan mental, Nayla
sudah sangat terpuruk hidup di keluarga broken home. Ditambah lagi,
sang ibu menjadi monster penyiksa batin Nayla. Ketika beranjak
dewasa, Nayla merasakan trauma yang mendalam kepada sang ibu
dan melarikan diri dari rumahnya. Nayla menjadi pribadi yang
pemberontak dan tidak mudah percaya kepada orang lain. Ia
menganggap semua orang akan berlaku sama seperti ibunya. Dibalik
sikapnya yang memberontak, Nayla juga haus akan kasih sayang
seorang ibu yang mengakibatkan ia merasa nyaman dan menyukai

155
Rengganis, Sastra Idealis Versus Industri Kreatif, h. 48

102
seorang perempuan yang dianggap dapat menggantikan kasih sayang
yang selama ini tidak ia dapatkan dari ibunya. Nayla juga menjadi
sosok yang menikmati seks bebas dengan banyak laki-laki, dan itu
dampak pemerkosaan yang ia alami ketika berumur Sembilan tahun.
Berbicara mengenai biografi Djenar. Ia memiliki nama
lengkap Djenar Maesa Ayu, ia merupakan penulis dan aktris yang
berasal dari Jakarta, ia lahir pada tanggal 14 Januari tahun 1973.
Karir Djenar sebagai penulis dimulai dengan menulis cerpen-cerpen
yang kemudian ia kirim ke berbagai media massa Indonesia, seperti
The Jakarta Post, Koran Tempo, Kompas, Republika, Lampung Post,
Majalah Cosmopolitan dan majalah Djakarta. Ia adalah putri dari
pasangan sutradara film legendaris Syuman Djaya dan pemeran
wanita Tutie Kirana. Djenar memiliki dua orang anak yaitu Banyu
Bening dan Batari Maharani.156
Djenar hadir sebagai penulis bersamaan dengan merebaknya
isu mengenai sastra wangi pada awal 2000an. Sastra wangi identik
dengan kebebasan pengarang perempuan dalam berekspresi, terbuka
terutama dalam mengangkat hal-hal yang tabu, yang awalnya tidak
layak diperbincangkan menjadi layak untuk dipublikasikan dan
pembahasan yang paling dominan dalam sastra wangi adalah bidang
seksualitas, baik dari segi psikologis maupun sosiologis yang
diungkapkan dengan frontal dan telanjang. Djenar menganggap
tulisannya yang mengarah kepada vulgar tersebut merupakan bentuk
dari isi pikirannya dan tema seks adalah bagian kecil dari kehidupan
manusia sehingga ia ingin menampakkannya dengan jelas ke publik.
Djenar Maesa Ayu memang merupakan penulis perempuan
Indonesia yang cukup menonjol dan diperhitungkan dengan tulisan-

156
Ruaidah, Isu Gender pada Tokoh Perempuan dalam Novel …, h. 242

103
tulisannya yang bernuansa feminine. Dalam menulis, Djenar
mengaku berguru pada nama-nama besar seperti Seno Gumira
Ajidarma, Budi Darma dan Sutardji Coulzum Bachri. Menurut
Djenar, penulis-penulis tersebut memperlihatkan keberaniannya
dalam menulis. Keberaniannya menulis bertema feminisme dianggap
sebagai kelanjutan dari kebangkitan perempuan pengarang era 2000-
an. Djenar menikmati karya sastranya dipandang sebagai karya sastra
yang kontroversi dan sering menjadi pusat perhatian para penikmat
sastra. Djenar tak segan memasukkan sejumlah tema-tema krusial
seksualitas berikut idiom dan frasanya, seperti hubungan tak lazim
dalam dunia seks dan sejumlah tema pemberontakan perempuan yang
selama ini masih jarang dijamah penulis lain. Karya-karya Djenar
banyak mendobrak tabu dan tak jarang dinilai vulgar, namun disisi
lain banyak yang menlai karyanya mencerahkan.
Penulis perempuan generasi 2000an ini mempunyai
karakteristik yang kuat dan mendominasi. Gaya penulisan yang
cenderung bebas, lebih bersifat pop culture dengan tema-tema yang
berani dan kontroversi. Karya sastra yang diterbitkan pada tahun
2000an lebih menonjolkan isi cerita yang tidak mudah ditebak dan
menimbulkan banyak pertanyaan dari penikmat sastra yang
penasaran. Fokusnya untuk mengambil hati para penikmat sastra
sehingga karya sastra tersebut laku di pasaran dan menguntungkan.
Pengarang-pengarang aliran feminis seperti Djenar lebih bebas
menyuarakan pemikirannya melalui diksi-diski yang dipakai dalam
karyanya.
Karya Djenar tidak bisa dipandang sebelah Mata. Ia menulis
karya-karya hebat yang sering mendapatkan penghargaan bahkan
beberapa diterjemahkan kedalam bahasa Inggris. Buku pertama

104
Djenar, Mereka Bilang, Saya Monyet memperoleh penghargaan
sebagai nominasi terbaik dalam Kahtulistiwa Literary Award pada
tahun 2003. Kemudian novel tersebut diterbitkan kedalam bahasa
Inggris dan diangkat ke layar lebar . Di tahun yang sama, Djenar
mendapat predikat cerpen terbaik kompas dengan cerpennya ―Waktu
Nayla‖, kemudian cerpen tersebut dibukukan bersama cerpen Djenar
lainnya yang berjudul ―Asmoro‖ dalam antologi cerpen pilihan
Kompas. Di tahun yang sama juga, Cerpennya yang berjudul
―Menyusu Ayah‖ menjadi cerpen terbaik cersi Jurnal perempuan
yang kemudian diterbitkan kembali oleh jurnal perempuan dengan
bahasa Inggris yang sudah diterjemahkan oleh Richard Oh dengan
judul Suckling Father dan menjadi karya terbaik versi Jurnal
Perempuan pada saat itu.157 Pada tahun 2004, kumpulan cerpen
Djenar berhasil masuk 5 besar dalam penghargaan Kahatulistiwa
Literary Award. Kemudian di tahun 2005, novel Jangan Main-Main
dengan Kelaminmu yang merupakan buku kedua Djenar meraih
sukses besar dengan cetakan kedua dilakukan hanya dua hari setelah
buku itu diluncurkan. Dan pada tahun yang sama, novel Nayla
menjadi novel pertama Djenar yang diterbitkan oleh Gramedia
Pustaka Utama.

157
Ruaidah, Isu Gender pada Tokoh Perempuan dalam Novel …, h. 242

105
BAB IV

REPRESENTASI SEKSUALITAS DALAM NOVEL SUMMUWUL


AMIROH KARYA JEAN P. SASSON DAN NAYLA KARYA DJENAR
MAHESA AYU

4.1 Analisis Teks Yang Mempresentasikan Seksualitas dalam Novel


Summuwul Amiroh

Representasi adalah sebuah produksi konsep makna dalam pikiran


melalui bahasa. Dalam teori Hall, representasi memiliki dua prinsip, prinsip
pertama yaitu untuk mengartikan sesuatu, untuk menjelaskan dan
menggambarkannya dalam pikiran. Prinsip kedua untuk menjelaskan makna
sebuah simbol sehingga kita dapat dapat mengkomunikasikan makna sebuah
objek melalui bahasa kepada orang lain yang bisa mengerti dan memahami
konvensi bahasa yang sama.158

Novel Summuwul Amiroh ditulis dengan bahasa Arab setelah tiga


belas tahun novel Summuwul Amiroh berbahasa Inggris diterbitkan dengan
judul The Princess: A True Story of Life Behind the Veil in Saudi Arabia.
Sasson menulis kembali dengan bahasa Arab karena ia berpikir kejadian
didalam novel ini masih sangat relevan dengan kehidupan perempuan Arab
di era 2000. Kehidupan perempuan Saudi tetap dan hampir sama dengan
ketika ia tinggal menjadi bagian dari kerajaan. Namun sebagian perempuan
Saudi berpikir untuk mencoba memutuskan rantai yang mengikat mereka
selama ini. Pada tahun 2004, Jean dengan sangat menyesal mengungkapkan
bahwa perempuan-perempuan Saudi masih belum terbebas dari belenggu
kehidupannya.159

158
Hall, Cultural Representation and Signifying Practices, h. 16.
159
Sasson, Princess, h. 8.

106
Masih banyak yang harus diubah dari pemikiran-pemikiran bangsa
Arab mengenai perempuan-perempuan tak beruntung. Jean ketika menulis
novel ini menyandarkan harapan penuh kepada perempuan-perempuan di
dunia agar bisa membantu banyak perempuan yang sampai saat ini masih
dilecehkan secara kejam, mereka tidak mempunyai kekuatan apapun atas
dirinya kecuali dorongan dan dukungan dari perempuan lain yang ingin
perubahan besar untuk Negara di Timur Tengah. Kebebasan yang didapat
oleh banyak perempuan dibelahan dunia manapun, juga diinginkan oleh
perempuan-perempuan Saudi yang terus ditekan oleh aturan-aturan yang
memberatkan mereka, aturan yang selalu berpihak kepada kaum lelaki
membuat para lelaki Saudi merasa bahwa perempuan adalah sebuah barang
yang tidak mempunyai kepemilikan atas dirinya sendiri, kepemilikan
seorang perempuan ada di tangan laki-laki.

Berikut data teks-teks yang merepresentasikan seksualitas dari


perspektif tokoh perempuan dalam novel Summuwul Amiroh.

4.1.1 Sultana dan laki-laki Saudi

Puteri Sultana merupakan sosok perempuan yang antusias dan


prihatin dengan perempuan-perempuan yang ada di negerinya. Ia sangat
sedih ketika melihat banyak perempuan yang tidak bisa memberikan
pendapat atas dirinya sendiri seperti dalam hal ―pernikahan‖. Laki-laki Saudi
bebas menikahkan anak perempuan mereka dengan laki-laki manapun hanya
karena ikatan bisnis dan keuntungan semata tanpa mementingkan perasaan
anak perempuannya. Banyak sekali perempuan muda Saudi yang menikah
dengan laki-laki yang sebaya bahkan lebih tua dari ayahnya sendiri.

Perempuan dituntun menjadi sosok yang sempurna tanpa kurang satu


apapun baik fisik maupun perbuatan. Apabila perempuan yang telah dinikahi

107
memiliki kekurangan fisik atau penyakit serius, lelaki Saudi tidak segan-
segan untuk langsung menceraikannya, tanpa memperdulikan anak-anaknya
yang akan kehilangan kasih sayang seorang ibu. Dan apabila seorang
perempuan melakukan kesalahan dalam sikap atau perbuatan, ayah dari anak
tersebut akan sangat malu sehingga akan membunuh anak perempuan
tersebut karena dianggap aib bagi keluarga. Dan itu tidak berlaku apabila
anak tersebut adalah anak laki-laki. Puteri Sultana geram dan sedih melihat
keadaan yang dihadapi perempuan di negerinya, ia sebagai keluarga kerajaan
tidak mempunyai kekuatan untuk membantu perempuan-perempuan tersebut
karena ia juga adalah seorang perempuan.

‫ أعرف عن‬. ‫قلما يبكنٍت زبيل كيف تطيق الشاابت السعودايت األخرايت حياهتن‬

‫ أعرف‬. ‫فتيات شاابت هبربن على أن يصبحن الزوجة الثالثة أو الرابعة لرجل متقدم يف السن‬

. ‫عن نساء شاابت مت طالقهن على الفور عندما جر تشخيص إصابتهن دبرض خطَت‬

‫ وقد أخذ أوالدىن اؼبرعوبون من بُت أيديهن لًتبيهم امرأة أخر‬، ‫بعض ىؤالء النسوة أمهات‬

‫ ال لشيء يف الغالب إال لشعور بسوء‬، ‫ أعرف عن فتيات شاابت قتلهن أفراد من عائلتهن‬.

)ٕٓ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫سلوكهن‬

“Gadis-gadis muda Saudi sangat memprihatinkan keadaannya.


Mereka dipaksa menikah dengan laki-laki yang umurnya lebih tua dari ayah
mereka untuk menjadi istri ketiga dan keempat. Gadis-gadis muda Saudi
harus sempurna tanpa ada cacat ketika menjadi seorang istri, ketika
ditemukan adanya kecacatan yang membuat mereka tidak optimal melayani
suami mereka, seperti menderita penyakit serius. Maka mereka akan
langsung diceraikan. Saya tidak bisa membayangkan hal itu terjadi kepada

108
gadis-gadis muda Saudi. Yang lebih menyakitkan lagi, anak-anak mereka
akan dipisahkan dari ibunya dan dibesarkan oleh istri lain dari suaminya.
Saya juga mengetahui bahwa ada gadis muda yang dibunuh oleh
keluarganya karena gadis tersebut menjadi korban pelecehan seksual.”160

Puteri Sultana merasa banyak sekali pertanyaan yang timbul dari


perempuan-perempuan di dunia tentang keadaan menyedihkan perempuan
Saudi yang menjadi salah satu Negara terkaya di dunia dengan minyak
buminya. Perempuan Saudi selalu dirundung kekejaman oleh kaum laki-laki,
perempuan dianggap menjadi pembawa sial bagi keluarga, pembantu
perempuan dianggap rendah sehingga bisa dengan mudah dilecehkan,
banyak anak perempuan yang dijual oleh orang tuanya sendiri untuk
kepuasan seksual kaum berduit.

Sultana berpikir hal ini terjadi karena sebagian besar laki-laki di


Saudi yang belajar tentang agama Islam ingin mengatur perempuan secara
keseluruhan dengan membelokkan kata-kata Nabi Muhammad. Nabi
Muhammad sangat menghormati perempuan, ia memperlakukan perempuan,
baik ibu, istri dan orang lain dengan sopan dan santun. Nabi Muhammad
tidak pernah membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan. Dalam
sebuah keluarga, laki-laki jelas menjadi kepala keluarga yang mempunyai
tanggung jawab lebih untuk membina istri dan anak-anak, bukan untuk
mengatur dengan kejam tanpa kasih saying dan berbuat tidak adil antara
anak laki-laki dan perempuan.

‫ كيف تستمر مثل ىذه القساوة يف بلد غٍت ابلنفط و على درجة كبَتة‬: ‫قد تسألون‬

‫يتنور؟ أعتقد أن معظم الرجال يف‬


ّ ‫ حبيث هبب على كل مواطن فيو أن يتعلّم و‬,‫من الثراء‬
160
Jean P. Sasson, Summuwul Amiroh, ( Beirut: Syarikat Al-mathbuu‘aat littauzi‘
wa attasir, 2011) , h. 20

109
‫ ومثل ىذه األعمال يساندىا‬. ‫ وخباصة حياة النساء‬,‫أرضي يريدون التحكم يف كل من حوؽبم‬

‫ ال ؽبدف إالّ إلبقاء النساء‬,)‫ النيب دمحم (ملسو هيلع هللا ىلص‬,‫يتعمدون ربريف كالم نبينا احملبوب‬
ّ ‫رجال دين‬
)ٕٓ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫يف حالة من اػبضوع‬

“Banyak pertanyaan yang timbul dari benak anda: Bagaimana


Negara Saudi yang kaya akan minyak melakukan kekejaman seperti ini
kepada kaum perempuan, dimana Saudi terkenal akan Negara yang patuh
akan ajaran Islam ? Perbuatan-perbuatan seperti ini didukung oleh
pemikiran para lelaki Saudi yang ingin mengatur semua perempuan
disekeliling mereka dengan dalih mengikuti kata-kata rasul kami,
Muhammad SAW (semoga Allah memberikan rahmat dan keselamatan
kepadanya). Dalam kenyataannya, mereka membelokkan kata-kata nabi
Muhammad untuk membuat perempuan tetap tunduk dan putuh.”161

Ketidakberuntungan kaum perempuan, tidak hanya terjadi di daratan


timur tengah saja. Akan tetapi banyak sekali Negara-negara yang masih
menomorduakan perempuan. Diantaranya Laos, Kamboja, Thailand yang
memaksa gadis muda untuk masuk dalam perdagangan budak seks. Dalam
hal ini, gadis Thailand, Laos dan kamboja banyak dijadikan sebagai ART di
Arab Saudi, mereka bekerja di siang hari dan memuaskan hasrat seksual
majikannya pada malam hari. Kemudia di Negara China, banyak bayi-bayi
perempuan yang dibiarkan kelaparan karena keluarganya tidak
menginginkan bayi perempuan tersebut dan dianggap aib jika melahirkan
bayi perempuan. Begitu juga yang terjadi di India, banyak sekali bidan-bidan
India yang dibayar mahal untuk membunuh bayi perempuan yang lahir.

161
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 20

110
‫ لقد‬. ‫ لسنا الوحيدات اللوايت وبتجن مساعدتكم‬، ‫و كبن النساء السعودايت‬

‫فوجئت عندما اكتشفت أن النساء يف أكباء كثَتة من العامل يعاملن معاملة سيئة على أيدي‬

‫ فالفتيات الصغَتات من الوس وكمبوداي واتيالند يستعبدن مكرىات للتجارة‬. ‫الرجال‬

‫ ويدفع للقابالت‬. ‫ األطفال اإلانث يف الصُت يًتكن على سفوح التالل ليمنت جوعا‬. ‫اعبنسية‬

‫ وغالبا ما‬. ‫ ألن األسرة ال تريد إال األبناء‬، ‫يف اؽبند لقصف العمود الفقري لألطفال اإلانث‬

‫ و يف أكثر األحيان‬.. ‫يقوم اػبالن أو األزواج األمَتيكون الغيورون بتقل النساء األمَتكيات‬

)ٕٔ :‫ ) ظبو األمَتة‬. ‫ ألن ىذه اؼبعرفة تسئمٍت وربزنٍت‬،‫آسف لسماعي مثل ىذه األمور‬

“Saya terkejut ketika mengetahui banyak Negara-negara lain yang


perempuannya diperlakukan dengan tidak adil oleh para laki-laki. Di Laos,
Kamboja dan hailand, gadis muda dipaksa untuk menjadi budak seks dan
dijual secara sukarela oleh orang tuanya. Di India, bidan-bidan dibayar
mahal ketika mau mematahkan tulang belakang bayi perempuan, karena
orang tua hanya menginginkan bayi laki-laki. Di China, Bayi-bayi
perempuan tidak diterima oleh keluarganya sehingga mereka terlantar dan
mengalami kelaparan. Di Amerika, Negara yang dikenal sangat
berpengaruh di dunia masih banyak kekerasan terhadap perempuan yang
dilakukan oleh kekasih atau suami yang cemburu. Ternyata Saudi bukan
satu-satunya Negara yang membutuhkan pertolongan dunia.“162

Sultana meyakini perempuan-perempuan Saudi berupa simbol


kehormatan dan kebanggan bagi keluarganya. Namun perempuan itu sendiri
tak mempunyai hak untuk mengontrol hasrat seksualnya sendiri, laki-laki

162
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 21

111
yang menjadi keluarganya lah yang akan mengontrol hasrat seksual sang
perempuan. Laki-laki akan sangat malu apabila perempuan yang ada didalam
keluarganya ternodai dengan laki-laki lain tanpa melalui pernikahan.
Sehingga laki-laki mengawasi sang perempuan dengan sangat ketat, bukan
karena cinta dan kasih sayang, melainkan karena ketakutan akan kehilangan
kehormatan sang laki-laki.

‫ ففي السعودية ينشأ‬. ‫يشعر الرجال يف بالدي أبهنم أصبحوا ما عليهم أن يكونوه‬

‫ ولذلك عليو أن يفرض سلطتة وإشرافو على كامل حياة‬، ‫االزبار بشرف الرجل من نسائو‬

‫زوجتو اعبنسية أو يوصم ابلعار أمام اعبميع وألن الرجل اؼبسيطر مقتنع أبن ليست للمرأة‬

، ‫ فإنو يصبح من الضروري أن وبرس بعناية حياة أنثاه اعبنسية‬، ‫سيطرة على رغبتها اعبنسية‬

‫ بل فقط ابػبوف من تلطيخ‬، ‫وليست ؽبذه السيطرة اؼبطلقة على األنثى أية عالقة ابغبب‬

)ٕٜ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫شرف الرجل‬

“Di Arab Saudi, suatu kebanggan dan kehormatan bagi laki-laki


ketika memiliki perempuan yang patuh dan suci di keluarganya. Untuk
mencapai kehormatan itu, mereka merasa memiliki otoritas penuh akan
tubuh dan seksualitas perempuan, mereka mengawasi perempuan untuk
tidak bercinta dengan laki-laki sebelum menikah dan harus mengontrol
hasrat seksualnya. Hal tersebut dilakukan bukan karena cinta , hanya tidak
ingin kehormatannya runtuh karena perlakukan senonoh
perempuan.Perempuan seolah tidak mempunyai hak untuk mengontrol

112
tubuhnya sendiri. Para laki-laki Saudi merasa pantas melakukan hal
tersebut”163

Di Arab Saudi, perempuan tidak boleh berpergian tanpa adanya


muhrim yang mengawasinya sehingga sulit bagi perempuan untuk bebas
mengekspresikan keinginannya karena terhalang aturan ketat. Hal tersebut
semata-mata karena laki-laki Saudi mengetahui bahwa banyak dari mereka
(laki-laki) tidak bisa menahan hasrat seksualnya terhadap perempuan dan
apabila itu terjadi kepada salah satu perempuan dalam keluarganya, maka itu
menjadi aib yang sangat memalukan bagi keluarga dan membuat perempuan
tersebut tidak aka nada yang ingin menikahi karena dianggap sudah tidak
suci dan akan membebankan keluarga.

. ‫ال حدود لسلطة الذكر السعودي ؛ ال تبقي زوجتو و أوالده إال إذا رغب يف ذلك‬

‫ فالطفل‬. ‫ ويبدأ ىذا الوضع اؼبعقد مع تربية أبنائنا الصغار‬. ‫فهو يبثل الدولة داخل اؼبنزل‬

. ‫ فهن موجودات فقط ؼبتعتة وراحتو‬، ‫الذكر يعلم منذ نعومة أظفاره أن ال قيمة كرب للنساء‬

‫يشهد الطفل على االحتقار الذي يظهره أبوه ألمو وشقيقاتو ؛ ويؤدي ىذا االحتفار الواضح‬

‫ وألنو يعلم فقط‬. ‫ فيستحيل عليو التمتع بصداقة مع اعبنس األخر‬، ‫إىل ازدرائو صبيع اإلانث‬

‫ سيتخذ زوجة يعتربىا‬، ‫ عندما يكرب كفاية‬، ‫ فليس عجيبا أنو‬، ‫على دور ال سيد حيال العبد‬

)ٖٓ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫متاعا لو وليست شريكة‬

“Laki-laki Saudi merasa memiliki otoritas tak terbatas kepada


perempuan, bahkan di lingkungan kerajaan, anak laki-laki diajarkan untuk

163
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 29

113
merendahkan perempuan. Ayah mereka mengajarkan bahwa hubungan laki-
laki dan perempuan seperti hubungan tuan dan budak, sehingga laki-laki
sejak kecil sudah berfikir bahwa perempuan smaa sekali tidak berharga.
Ayah sering sekali menghina dan merendahkan istri dan anak
perempuannya dihadapan semua orang. Anak laki-laki yang menyaksikan
memandang rendah perempuan dan tidak ingin berteman dengannya. Hal
itu juga dibawa ketika laki-laki sudah berumah tangga, ia hanya
menganggap istri dan keluarganya sebagai barang yang bergerak, bukan
sebagai pasangan hidup.”164

Laki-laki Saudi berkuasa atas kehidupan istri dan anak


perempuannya. Mereka (laki-laki) memperlakukan perempuan di
keluarganya seperti budak yang hidup hanya sesuai dengan keinginan
majikannya. Seorang istri yang sangat patuh kepada suami, apabila sang
suami merasa tidak menikmati tidur dengan istrinya, ia akan menceraikannya
karena alasan yang bisa membuat keluarga sang perempuan malu. Apabila
istri tidak melahirkan anak laki-laki, suami akan menikah laki-laki dengan
perempuan muda yang umurnya setara dengan sang anak. Tidak heran laki-
laki Saudi menganggap perempuan hanyalah barang bergerak, apabila
diinginkan disimpan dan apabila dianggap tidak berguna, maka akan
dibuang.

Sultana menyebut laki-laki Saudi adalah orang yang sangat keji,


bagaimana tidak ?, seorang suami sangat menikmati ketika melecehkan sang
istri. Istri diminta untuk melayani hasrat seksualnya sesuai kemauan sang
suami tanpa ampun, ketika sang istri merasakan sakit mendalam di
kemaluannya, disaat itu lah sang suami merasa klimaks dan senang dengan
penderitaan sang istri. Laki-laki Saudi tidak akan puas dengan beristri satu,

164
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 30

114
ia akan mencari kegembiraan dengan beristri lagi dan lagi, yang artinya
bertambah perempuan yang akan dijadikan budak olehnya . Dan hal itu
membuat para lelaki bahagia, bukan karena cinta yang tumbuh dalam sebuah
keluarga.

‫ ويسيء‬، ‫ ويزدريهن أشقاؤىن‬، ‫والذي جبري أن نساء بالدي يتجاىلهن آابؤىن‬

‫ ابلرغم من أن الرجال الذين يفرضون‬، ‫ ويصعب كسر ىذه الدائرة‬. ‫اجهن‬


ُ ‫معاملتَهن أزو‬
‫ إذ كيف يبكن للرجل أن‬، ‫ىذه اغبياة على نسائهم يضمون إليها تعاستهم الزوجية‬

‫يكون راضيا حقيقة وىو ؿباط دبثل ىذا البؤس ؟ من الواضح أن رجال بالدي يبحثون‬

‫ ال‬. ‫ يتبع ذلك عشيقة تلو أخر‬، ‫عن إرضاء أنفسهم ابزباذىم زوجة تلو أخر‬

‫ مع امرأة‬، ‫يعرف ىؤالء الرجال جيدا أن يف وسعهم العثور على سعادهتم يف منزؽبم‬

‫ هبعل الرجال من‬، ‫ أو كشيء يبلكونو‬، ‫ ودبعاملتهم النساء كالعبيد‬، ‫واحدة مساوية ؽبم‬

‫ ويصبح اغبب والرفقة اغبقيقية أمرا‬، ‫أنفسهم تعساء مثل النساء اللوايت وبكموهنن‬

)ٖٓ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫يستحيل على الطرفُت بلوغو‬

“Sungguh menyedihkan melihat perempuan di negeriku. Mereka


dilecehkan oleh suami mereka, suami hanya membutuhkan perempuan ketika
ia sedang menginginkan hubungan seks, perempuan hanya dijadikan
sebagai alat pemuas laki-laki. Ketika ia sudah merasa bosan, maka ia
mencari mangsa lain dengan beristri lagi dan lagi kemudian gundik demi
gundik. Padahal hal tersebut jelas sekali membuat keduanya tidak bahagia,
yang ada hanya menambah kesengsaraan. Hanya sedikit laki-laki yang
sadar bahwa kebahagiaan itu didapat dari rumah mereka sendiri dengan
115
satu istri ya ia hargai dan beberapa anak yang ia sayangi. Ketika sedang
menjadi seorang anak, Mereka juga diabaikan oleh ayah mereka sendiri dan
direndahkan oleh saudara laki-laki mereka. Hal itu membuat suasana rumah
menjadi tidak bahagia dan tidak ada cinta yang hadir diantara keluarga.”165

Puteri Sultana geram memikirkan perilaku laki-laki Saudi yang


terlihat sangat suci dengan membawa-bawa Islam sebagai pegangannya,
namun ketika dilihat dari perbuatannya, tidak ada unsur-unsur agama Islam
yang ia praktekkan kedalam kesehariannya. Yang ada hanyalah otak-otak
yang dipenuhi oleh gairah seksual ketika melihat perempuan, bahkan
perempuan bercadar sekalipun. Laki-laki Saudi merasa lebih tertantang
ketika melihat perempuan yang tubuhnya berbalut busana hitam dari ujung
kepala sampai ujung kakinya. Mereka (laki-laki) mulai berfantasi ketika
memperhatikan pergelangan kaki perempuan yang sangat menggiurkan dan
diinginkan oleh laki-laki Arab.

‫وىا إن الرجال وباولون اختالس نظرة للكاحل احملرم الذي يصبح فجأة مصدرا‬

‫ مرغوابت من‬، ‫ بعيدات اؼبنال‬، ‫ مع اغبجاب‬، ‫ كبن النساء العربيات‬، ‫ ونصبح‬. ‫للشهوة‬

)ٜٙ :‫( ظبو األمَتة‬. ‫الرجل العرب أشد الرغبة‬

“Pergelangan kaki perempuan bercadar yang erotis akan menjadi


fokus para lelaki . Mereka senang melihat ke bagian terlarang itu dan
kemudian mereka berimajinasi dengan bentuk indah yang tertutup oleh
abaya hitam. Mereka (Laki0laki Saudi) lebih tertarik kepada perempuan
bercadar, karena dirasa menggirukan dan membuat penasaran”166

165
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 30
166
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 96

116
‫ فظاىر اغبياة ليس‬. ‫اكتشفت أنٍت كنت أعرف القليل عن الرجال وقابليتهم اعبنسية‬

‫ النقاب عن الشر الذي يتلطّى ربت القشرة‬، ‫ بقليل من اعبهد‬، ‫کشفت‬


ُ ‫أكثر من واجهة ؛‬

)ٔ٘ٛ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫الرقيقة للطافة بُت اعبنسُت‬

“Hasrat seksual laki-laki sangat mudah ditebak, mereka


menginginkan perempuan untuk memenuhi keinginnannya untuk bercinta.
Aku ingin menyibak kejahatan yang selama ini tersembunyi di balik kulit
tipis kesopanan antara dua jenis kelamin.”167

4.1.2 Sultana dan Sara

Sara, kaka Putri Sultana yang sangat cantik dinikahi oleh laki-laki
yang berumur enam puluh dua tahun dan ia akan menjadi istri ketiga. Ayah
Sultana menikahi kakanya dengan pedagang terkemuka Jeddah yang akan
membawa pengaruh dalam hubungan bisnis di masa lalu dan akan datang.
Sarah tidak pernah bertemu dengan lelaki paruh baya tersebut, ia sangat
tersiksa ketika mendengar ayahnya ingin menikahinya, namun seperti biasa
ayahnya tidak menghiraukan kesedihan Sara . Sara menangis dihadapan ibu
Sultana dengan harapan mendapat jalan keluar, namun sayang, ibu Sultana
tidak mempunya kekuatan untuk membantah sang suami. Sara tidak bisa
membayangkan hidup dan tidur dengan laki-laki yang sama sekali ia belum
kenal. Bagaimana ia bisa memberikan keperawanannya kepada laki-laki
yang ia anggap tidak pantas untuk mendapatkannya.

167
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 158

117
‫وكان الرجل احملدد الذي اختارء للزواج من ابنتو ‪ ،‬اؼبرغوية أكثر ما يكون ‪ ،‬أحد‬

‫أعضاء عائلة ذبار كرب يف جدة ‪ ،‬قررت التعامل اؼبايل مع عائلتنا ‪ .‬وقد اختَت الزوج فقط‬

‫على أساس صفقات أعمال ماضية و مستقبلية ‪ .‬إنو يف الثانية والستُت من العمر ؛ وستصبح‬

‫سارة زوجتو الثالثة ‪ .‬وابلرغم من أهنا مل تلتق مطلقا الرجل العجوز ‪ ،‬فإنو ظبع هبماؽبا األخاذ‬

‫من نسيبات لو ‪ ،‬وأصبح متشوقا لتحديد موعد الزفاف ‪ .‬حاولت الوالدة التدخل ؼبصلحة‬

‫سارة ؛ إال أن الوالد ‪ ،‬شأنو دائما ‪ ،‬رد من دون أن يتأثر بدموع ابنتو ‪( .‬ظبو األمَتة‪)٘ٚ :‬‬

‫‪“Ayah memilih laki-laki yang lebih tua darinya untuk menjadi‬‬


‫‪pasangan anak yang paling cantik di keluarga kami,yaitu‬‬ ‫‪Sara. Ayah‬‬
‫‪memilih laki-laki tersebut didasari keuntungan bisnis yang akan ia peroleh.‬‬
‫‪Ia berumur enam puluh tahun dan Sara akan menjadi istri ketiganya. Laki-‬‬
‫‪laki tua itu sangat tertarik untuk menikahi Sara . Ia mendengar berita‬‬
‫‪kecantikan Sara dan ingin cepat-cepat menikahinya walaupun mereka belum‬‬
‫‪pernah bertemu . Ibu ingin membela Sara, tapi ayah tetap pada‬‬
‫‪pendiriannya dan tidak menghiraukan derai air mata di pipi Sara.”168‬‬

‫ابلكاد أتذكر أعراس شقيقايت األخرايت ‪ .‬أذكر الدموع يف شكل مبهم ‪ ،‬إال أنٍت‬

‫كنت صغَتة جدا ومل تتغلغل صدمة الزواج من غريب يف أفكاري ‪ .‬ولكن يف وسعي اليوم أن‬

‫أغمض عيٍت وأستعيد كل تفصيل من تفاصيل األحداث اليت جرت يف األشهر اليت سبقت‬

‫‪168‬‬
‫‪Sasson, Summuwul Amiroh, h. 57‬‬

‫‪118‬‬
. ‫ واألحداث اؼبؤسفة اليت تكشفت يف األسابيع اليت تلت ذلك‬،‫ والزواج نفسو‬، ‫زواج سارة‬

)ٜ٘ :‫(ظبو األمَتة‬

“Aku hampir tidak ingat peristiwa pernikahan yang terjadi pada


kakak-kakakku yang lain karena aku masih terlalu muda pada waktu itu.
Yang aku ingat, kakak-kakak perempuan dihantui oleh rasa trauma yang
mendalam karena menikahi lelaki asing . Detik-detik pernikahan Sara
adalah peristiwa yang paling ku ingat. Setelah menikah, seluruh hari-hari
Sara terasa sangat menyedihkan. Tidak tampak wajah bahagia di muka
Sara, yang ada hanya raut muka suram yang penuh dengan penderitaan.”169

Putri Sultana sangat sedih melihat kakanya. Sara. Sara terlihat sangat
trauma dengan pernikahannya. Tidak ada raut muka bahagia di muka Sara.
Persitiwa menyedihkan yang terjadi di minggu-minggu setelah perkawinan
Sarah membuat Sultana tak bisa membendung air matanya. Sultana melihat
kakanya yang takut apabila sang suami pulang kerja dan menyuruh Sara
untuk mempersiapkan kamar untuk melayaninya. Sara terlihat sangat rapuh
namun ia tetap bertahan dengan penderitaannya.

Puncak penderitaan Sara akhirnya terjadi. Ia tidak kuat lagi


menghadapi sang suami yang menjadikannya sasaran perilaku seksualnya
yang brutal, ia meminta Sara untuk terus melayaninya setiap hari dengan
jangka waktu yang sangat lama. Ia tidak membiarkan Sara bernafas
sedetikpun dengan memasukkan alat kelaminnya kepada Sara tanpa jeda.
Sara merasa sudah tidak kuat menghadapi perilaku suaminya yang brutal dan
ingin bunuh diri. Akhirnya Sarah dan suminya bercerai.

169
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 59

119
‫ جاء زوج سارة إىل العيادة مطلبا‬، ‫ ومن دون أن يتصل مرة واحدة‬، ‫بعد ثالثة أايم‬

‫ وواجهت صهرىا‬، ‫ كانت والديت قد اكتشفت مصدر عذاب سارة‬، ‫ وبوصولو‬. ‫دبلكيتو‬

‫ وقد أخضع شقيقيت لقساوة جنسية مقززوة إىل أن‬، ‫ فزوج سارة اعبديد سادي‬. ‫ابحتقار‬

‫ إال‬، ‫ حىت والدي امشأز عندما علم بعذاابت ابنتو‬. ‫شعرت أن اؼبفر الوحيد أمامها ىو اؼبوت‬

‫ وقطع زوج سارة لوالدي وعدا أبن‬. ‫أنو اتفق مع صهره على أن الزوجة تنتمي إىل زوجها‬

)ٖٚ-ٕٚ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫عالقاتو معها ستكون متطابقة مع اغبياة السوية‬

“Suami Sara mengunjungi klinik untuk membawa Sara kembali


kepadanya pada hari ketiga. Ibu yang sedang bersama Sara merasa jijik
dengan perlakuan lelaki tua itu , Ibu tau Sara hanya dijadikan pemuas
hasrat seksualnya yang brutal. Sara tidak ingin kembali padanya, ia lebih
baik mati jika disuruh kembali bersama suaminya. Setelah tiba di Jeddah,
Ayah tetap mendukung suami Sara dengan membenarkan bahwa istri harus
selalu menuruti apa yang diinginkan oleh suami. Ia tidak iba pada
penderitaan yang dialami Sara..”170

4.1.3 Sultana dan Ali

Ali adalah kaka laki-laki Sultana yang sangat dicintai oleh ayahnya.
Sultana ingin menghukum Ali yang sangat angkuh dan sombong dengan
membongkar aib Ali yang suka menonton film porno, Ali menikmati adegan
telanjang antara laki-laki dan perempuan yang bisa menambah fantasinya.
Ali juga menikmati adegan seksual antara perempuan dengan hewan. Ali
suka menonton film erotis ini dengan teman-temannya yang mengangap diri

170
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 72-73

120
mereka suci dan menonton tubuh telanjang orang lain bukanlah hal yang
tabu bagi laki-laki Saudi. Semua laki-laki di Arab Saudi menonton hal
seperti ini untuk melampiaskan hasrat seksualnya yang susah menemui
perempuan.

، ‫ىذه "الكنوز" ىي األشياء اؼبعهودة اليت هبمعها صبيع الشبان يف كل أكباء العامل‬

‫ منذ زمن بعيد‬، ‫ وأان‬. ‫لكن امتالكها يشكل جرما خطَتا دبوجب القانون الديٍت يف السعودية‬

‫علي من (( الباليبوي والبنتهاوس )) وغَتنبا من اجملالت‬


ّ ‫ عينت مكان وجود ؾبموعة‬،
‫ أخذهتا إىل غرفة‬، ‫ ولفضويل‬. ))‫ واكتشفت أخَتا ؾبموعة جديدة من (( الساليدات‬. ‫اؼبماثلة‬

‫ رجال ونساء عراة‬. ‫ على آلة عرض الساليد‬، ‫علي األمر‬


ّ ‫ وقد أشكل‬. ‫ شاىدهتا‬، ‫نومي‬
. ‫يقومون بكل أنواع األمور الغريبة ؛ بل إن ؾبموعة من الصور أظهرت نساء مع حيواانت‬

‫ ألنو طبع اظبو بوضوح‬، ‫ومن الواضح أن عليا أعارىا لغَته من الصبيان يف بعض اؼبناسبات‬

. ‫ؿبرمة‬ ‫قطعة‬ ‫كل‬ ‫على‬

)ٛٓ :‫(ظبو األمَتة‬

“Ali memiliki harta karun rahasia yang tidak ada satupun orang
yang boleh mengetahuinya. Barang itu dimiliki oleh seluruh laki-laki yang
ada di dunia . Yang berbeda adalah, memiliki barang tersebut adalah
pelanggaran berat di Negara kami . Ali memiliki banyak sekali koleksi
majalah yang berisi wanita-wanita telanjang dengan pose erotis. Ali juga
memiliki kaset berisi video porno. Aku melihat laki-laki dan perempuan
tanpa busana yang sedang melakukan adegan yang terlihat asing . Ada juga
video yang berisi seorang wanita dengan adegan seksual bersama hewan.
121
Ali suka mengoleksi barang haram tersebut dan ia meminjamkannya kepada
temannya karena jelas tertulis nama Ali di kaset tersebut.”171

Sultana mempertontonkan kekejian yang dilakukan Ali di masjid


yang dipenuhi banyak orang. Beruntung Ali berasal dari keluarga kerajaan
sehingga para mutawa sulit untuk mempermasalahkannya. Slide yang
menggambarkan persetubuhan perempuan dengan hewan membuat ayah
syok dan kesulitan berhadapan dengan para mutawa. Ayah merasa sangat
malu dengan tingkah laku anak kesayangannya yang selalu ia banggakan. Ali
bukanlah lelaki suci, ia lelaki angkuh yang tidak pernah menghargai
perempuan dan haus akan aktivitas seksual.

‫ال بد أن اؼبطاوعة فكروا أنو من غَت اؼبستحسن طلب الشرطة لتوقيف أحد أبناء‬

‫ بيد أن حىت‬. ‫ ألهنم عادوا بعد ذلك ببضع ساعات يدفعهم غضب الورع‬، ‫األسرة اؼبالكة‬

. ‫والدي وجد صعوبة كرب مع اؼبطاوعُت لتربير ساليدات النساء اللوايت هبامعن اغبيواانت‬

)ٛ٘ :‫(ظبو األمَتة‬

“Ali sangat beruntung lahir di keluarga kerajaan sehingga hukuman


sulit ia dapatkan . Walaupun banyak pemuka agama marah mendengar hal
tersbut, akan tetapi Para muatawa tidak ingin berurusan dengan keluarga
kerajaan. Hanya saja ayah memohon maaf kepada para mutawa dan polisi
atas slide video yang menayangkan adegan persetubuhan antara perempuan
dan hewan.”172

171
Sasson, Summuwul Amiroh, h.85
172
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 85

122
Seperti pemikiran sebagian besar umat muslim, Ali tidak pernah
ingin melihat dan memahami bagaimana adat istiadat dan kepercayaan
agama lain. Ia selalu menganggap agama lain buruk dan merendahkan orang-
orang yang mengimaninya. Ia seolah merasa dirinya paling suci dengan
memeluk agama Islam, padahal ia jauh sekali dari ajaran-ajaran yang
diperintahkan oleh Islam. Sebagian besar orang Arab mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan Amerika hanya melalui film-film Barat yang ia
tonton. Ia melihat perempuan yang tidak menutup aurat dan orang-orang
melakukan adegan yang dilarang oleh agama Islam. Laki-laki Saudi yang
tertarik dengan kemolekan tubuh perempuan Barat kemudian melakukan
perjalanan ke Amerika dan mendekati perempuan-perempuan yang bisa
menjual tubuhnya seperti di bar dengan penari telanjang dan di tempat
pelacuran. Pandangan yang miring tentang perempuan Barat yang mereka
lihat kerap mendistorsi perempuan Saudi tentang moralitas Barat. Perempuan
Saudi hanya bisa mendengar cerita-cerita miring tersebut melalui ayah dan
saudari laki-laki mereka yang melakukan perjalanan kesana karena mereka
tidak bisa melakukan perjalanan. Hasilnya banyak orang Arab yang
beranggapan bahwa semua perempuan Barat bersetubuh dengan siapa saja.

‫ وىو ما زال بغيضا أكثر فبا‬، ‫علي من الوالايت اؼبتحدة لقضاء العطلة الصيفية‬
ّ ‫عاد‬
.. ‫ وأعلن أهنن‬، ‫ حرص على إخباران عن مغامراتو الطائشة مع الفتيات األمَتكيات‬. ‫أتذ ّكر‬

)ٕٗٛ :‫ صبيعهن عاىرات! (ظبو األمَتة‬، ‫ سباما كما قيل لو‬، ‫ صحيح‬، ‫نعم‬

“Ali terlihat lebih menjijikkan sepulangnya dari Amerika. Ia


memamerkan petualangannya mencicipi banyak perempuan Amerika. Ia

123
bersenang-senang dengan hal tersebut, namun yang lebih menjijikkan Ali
menyebutkan meereka semua adalah pelacur.!”173

‫ الكثَتات من النساء‬، ‫ حُت كان يف واشنطن‬، ‫عندما قاطعو کرمی وأعلن أنو التقى‬

‫ أعلن أن النساء اللوايت‬، ‫تغَت‬


ّ ‫علي وأوحى أبن الكثَت قد‬
ّ ‫ ضحك‬، ‫ذوات األخالق الرفيعة‬
‫التقى هبن يف اغباانت أخذن اؼببادرة وعرضن فبارسة اعبنس قبل أن تسنح لو الفرصة حىت‬

‫ فمن اؼبرجح‬، ‫ قال لو كرمی إن ىذه اؼبسألة ؛ فإذا كانت امرأة وحدىا يف حانة‬. ‫لفتح اؼبوضوع‬

‫ يف‬، ‫ىن‬
ّ ‫ فالنساء يف أمَتكا‬. ‫أهنا تبحث عن مغامرة ليلة واحدة أو عن قضاء وقت فبتع‬
)ٕٗٛ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫ أحرار کالرجال‬، ‫النهاية‬

“Karim memberitahukan pengalamannya bertemu dengan


peremppuan Amerika saat ia di Washington, banyak perempuan Amerika
yang cerdas dan bermoral tinggi. Ali tidak percaya dan malah tertawa, ia
berkata bahwa semua telah berubah. Ia menceritakan bahwa banyak
perempuan di bar yang menggodanya dan mengajaknya bercinta bahkan
sebelum ia meminta perempuan itu. Karim membenarkan bahwa jika ia
bertemu perempuan di bar maka ia hanya akan bertemu dengan perempuan
yang mencari laki-laki untuk bersenang-senang dan menemani malamnya
dengan aktivitas seksual . Prempuan Amerika memiliki kebebasan yang
sama seperti laki-laki.”174

173
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 248
174
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 248

124
‫ إال‬،‫ال نكران يف أن شقيقي وسيم إىل درجة أنو هبذب الكثَتات من اعبنس األخر‬

‫أنٍت أعلم من دون شك أبن كل امرأة يف أمَتكا ليست مرمسا! قلت لكرمی إنٍت أتوق للسفر‬

‫ ىذا الرجل وبتقرك سرا وينظر‬:‫ وكم سيكون فبتعا أن أقف وراءه أضبل الفتة تعلن‬. ‫علي‬
ّ ‫مع‬
ِ ‫إليك ابزدراء! إذا‬
‫ فسيصمك أمام العامل كلو على أنك عاىرة! (ظبو‬،‫قلت نعم ؽبذا الرجل‬

)ٕٜٗ :‫األمَتة‬

“Ali memang lelaki yang tampan dan eksotis , sehingga bisa


dipastikan banyak perempuan yang menyukainya . Tapi aku tidak setuju
dengan pernyataan Ali yang mengatakan semua perempuan Amerika adalah
pelacur! Aku ingin sekali berpergian dengan Ali dan memberitahukan
perempuan Amerika bahwa : Laki-laki yang suka menikmati tubuhmu ini
diam-diam menghinamu dibelakang dan memberitahukan dunia bahwa
dirimu adalah seorang pelacur !”175

Ali hanya ingin memiliki istri untuk kebutuhan seksualnya selama ia


berada di Riyadh. Karena sudah terbiasa hidup bebas dan menikmati aturan
moral yang longgar di Amerika, Ia tidak tahan untuk tidak bercumbu ketika
kembali ke kota penuh aturan ini.

‫ أبلغ الوالد أبنو على استعداد‬، ‫علي عائدا إىل الوالايت اؼبتحدة‬
ّ ‫قبل أن يغادر‬
‫ وإنو وبب أن تكون لو‬، ‫ قال إن اغبياة من دون جنس شاقة‬. ‫للحصول على زوجتو األوىل‬

‫ واألىم من ذلك ىو أنو آن األوان‬. ‫مرة يعود إىل الرايض يف العطلة‬


ّ ‫امرأة حاضرة يف كل‬

175
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 249

125
‫ (ظبو‬. ‫ ويزدريو كل من يعرفو‬، ‫ فال قيمة للرجل من دون أبناء يف السعودية‬، ‫ليصبح لو ابن‬

)ٕ٘ٓ-ٕٜٗ :‫األمَتة‬

“Ali kembali dari Amerika, ia memberitahu ayah bahwa ia ingin


segara menikah. Ia mengatakan sangat menderita tanpa seks. Benar sekali,
ketika kembali ke Riyadh, Ali tidak bisa menikmati banyak perempuan
seperti di Amerika, sehingga ia merasa kesepian dan tujuannya menikah
hanyalah menuruti gairah seksnya. Dan yang paling penting adalah ia ingin
memiliki putra, karena martabat seorang lelaki Saudi akan naik jika ia
memiliki banyak putra.”176

‫ أن تعيش معو يف الوالايت اؼبتحدة ؛ إال أهنا ستعيش يف‬،‫ ابلطبع‬،‫ال يبكن لزوجتو‬

‫علي إن عليو أن يكون‬


ّ ‫ قال‬.‫فيال والدي ربت حراسة عمر الشديدة وكذلك اػبدم األخرين‬
‫طبعا عن كوهنا‬
َ ‫ ومطلبو الوحيد من زوجتو – عدا‬.‫حرا للتمتع ابألخالقيات اؼبتساىلة يف أمَتكا‬
ًّ

،‫ وذات صبال استثنائي‬،‫ ال يزيد عمرىا عن السابعة عشرة‬،‫عذراء – ىو أن تكون شابة‬

‫علي خطيبا لنسيبة من العائلة اؼبالكة ؛ متّ ربديد موعد‬


ّ ‫ ويف غضون أسبوعُت أصبح‬.‫ومطيعة‬
‫ حيث سيأخذ عطلة ألكثر من شهر من بُت فصلُت‬،‫ ديسمرب‬/ ‫الزفاف يف كانون األول‬

)ٕ٘ٓ :‫ (ظبو األمَتة‬.‫دراسُت‬

“Istri Ali tentu akan tinggal di istana kerajaan dengan pengawalan


ketat Omar dan pengawal-pengawal lain, ia tidak bisa tinggal bersama Ali
di Amerika. Ali bebas menikmati hidupnya di Amerika tanpa ada yang

176
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 249-250

126
mengatur. Ali memiliki beberapa syarat untuk perempuan yang menjadi
istrinya . Ia harus perawan, muda, cantik, berumur dibawah 17 tahun dan
harus patuh kepadanya . Ketika liburan sekolah , Ali bertunangan dengan
perempuan yang juga merupakan kerabat kerajaan. Ia akan menikah pada
bulan Desember saat sekolah usai.”177

‫علي أن الرجال والنساء‬


ّ ‫ أعلن‬.‫علي والوالد وأضبد أن اؼبوضوع يدفع إىل اعبنون‬
ّ ‫اعتقد‬
.‫سيلتقون يف الصحار للقيام دبغامرات جنسية منحوسة! قلق أضبد من إعاقة اغبجاب للرؤية‬

‫وطرح الوالد إمكانية حوادث السيارات وعدم حصانة اؼبرأة يف الشارع وىي تنتظر شرطي‬

‫ جال والدي بنظره يف الغرفة للحصول على أتكيد من أصهرتو اآلخرين أبن اؼبرأة وراء‬.‫اؼبرور‬

‫ فأشغل أزواج شقيقايت األخرايت أنفسهم يف‬،‫مقود السيارة ستعرض نفسها وغَتىا للخطر‬

)ٕ٘ٔ :‫ (ظبو األمَتة‬.‫إعادة تعبئة مشروهبم أو يف الذىاب إيل اغبمام‬

“Topik pembicaraan tentang perizinan perempuan mengendarai


mobil sendiri ditentang oleh ayah dan Ali. Ahmed, suami Nura measa topik
ini menjengkelkan. Ali mengatakan nanti banyak perempuan Saudi bertemu
dengan laki-laki di padang pasir kemudian melakukan hubngan seksual
didalam mobil. Ayah tidak setuju karena nantinya perempuan banyak yang
membuat masalah ketika berkendara sendiri dan malah menyusahkan orang
lain. Ayah berharap menantu-menantunya menyetujui pendapatnya, namun
mereka malah sibuk dengan mengisi gelas mereka dan pergi ke kamar
mandi”178

177
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 250
178
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 251

127
Ali sangat fanatik terhadap adat dan kepercayaan orang Arab tentang
keperawanan sebelum pernikahan. Bagi orang Arab, seprai berdarah pada
malam pertama pernikahan berupa sebuah kebanggan dan kehormatan bagi
perempuan Saudi. Mertuanya dengan bangga menunjukkan kepada kerabat
dan teman-temannya bahwa sang menantu adalah perempuan yang suci
karena masih perawan.

‫ بلغ كرىي‬.‫ مصاغبيت قبل مغادرتو إىل الوالايت اؼبتحدة‬،‫ يف اليوم التايل‬، ‫علي‬
ّ ‫حاول‬
‫تعمدت استدراجو إىل حديث عن الزواج وعن إصرار رجالنا‬
ّ ‫التهور حىت أنٍت‬
ّ ‫حدًّا كبَتا من‬
‫علي‬
ّ ‫ أخذ‬.‫على أن تكون زوجاهتن عذاري فيما ىم وباولون اختبار ما أمكنهم من النساء‬
‫اغبديث على ؿبمل اعبد وشرع يف االستشهاد ابلقرآن إلانريت حول الضرورة اؼبطلقة لعذرية‬

)ٕٕ٘ :‫ (ظبو األمَتة‬.‫الفتاة‬

“Aku yang masih sangat membenci Ali mencoba menakutinya tentang


hilangnya keperawanan para wanita Saudi, aku mengatakan lelaki tidak adil
dengan mendesak perempuan untuk tetap perawan hingga menikah, tetapi
para lelaki bebas mencicipi banyak perempuan sebelum menikah . Ali geram
dan menganggap serius bercakapan itu, ia memberikan kutipan Al-qur;an
yang berisi pentingnya kesucian seorang perempuan.”179

‫ ىززت رأسي حبزن‬. ‫ صاحبة اػبدع الكثَتة‬، ‫إيل بسهولة سلطانة القديبة‬
ّ ‫عادت‬
‫ يقنعٍت‬، ‫ وألول مرة‬، ‫ فقلت لو إنو‬، ‫عما يف قليب‬
ّ ‫علي‬
ّ ‫ سألٍت‬. ‫وتنهدت تنهيدة عميقة‬
‫ دبکر‬، ‫ وأضفت‬. ‫يكن عذاري قبل الزواج‬
ّ ‫ اتفقت معو على أن على صبيع اإلانث أن‬.
179
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 252

128
‫تغَتت كثَتا لدرجة أنو من النادر العثور بينهن‬
ّ ‫ إن طبيعة شاابتنا قد‬، ‫خفي مل يالحظو‬
‫ إن النساء السعودايت ال‬، ‫علي اؼبتسائلة‬
ّ ‫ حيال نظرة‬، ‫ وقلت‬. ‫على عذراء حقيقية‬
‫ فأي امرأة تريد أن لبسر حياهتا ؟ وأ ّكدت لو أنو‬، ‫يسئن التصرف وىن يف اؼبملكة‬

. ‫ يبحثن عن شركاء جنسيُت ويقدمن ىديتهن األشبن إىل غرابء‬، ‫عندما تسافر فتياتنا‬

)ٕٖ٘-ٕٕ٘ :‫(ظبو األمَتة‬

“Aku mencoba trik-trik lamaku untuk memperdaya Ali. Ali yang snagat
penasaran perihal kebenaran tentang keperawanan perempuan Saudi
bertanya dengan memintaku menjelaskan dengan benar, aku snagat senang
melihat kegalauan yang dirasakan Ali. Semakin Ali bingung dan ketakutan,
aku semakin ingin mengerjainya. Denngan muka sedih dan tarikan nafas
yang dalam, aku mengatakan dengan yakin bahwa keperawanan bukan
masalah penting bagi perempuan Saudi sekarang, mereka sudah menjaga
hal tersebut lagi sebagai suatu yang dianggap suci. Perempuan-perempuan
Arab sekarang sudah jauh berbeda, mereka memberontak dengan cara
memberikan keperawanan mereka kepada laki-laki asing ketika mereka
sedang jalan-jalan ke luar negeri, dan itu hal yang sangat dinikmati oleh
perempuan Saudi saat ini. Aku seolah sedih padahal sangat senang bisa
membohongi Ali.”180

‫ يفض بكارة‬،‫ ىو السعودي‬، ‫علي غضبا لفكرة أن أي رجل آخر غَته‬


ّ ‫استشاط‬
،‫ رجوت شقيقي‬.‫ من أين يل مثل ىذه اؼبعلومات‬،‫ ابضطراب كبَت‬،‫عذراء سعوديّة ! وسأل‬

180
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 252-253

129
‫ ألنو من اؼبؤكد أن الوالد وكرمی‬،‫ اأال يكشف عن حديثنا‬،‫وعلى وجهي مظهر اؼبناشدة‬

‫ وىذا‬،‫ إال أنٍت اعًتفت لو أننا كبن النساء تناقش مثل ىذه اؼبسائل‬.‫سيستفظعان األمر‬

)ٕٖ٘ :‫ فزمن العذار بدأ يتالشي من أرضينا! (ظبو األمَتة‬:‫موضوع معروف‬

“Rencanaku berhasil, Ali menjadi sangat marah mendengar hal


tersebut. Ia tidak bisa membayangkan laki-laki diluar sana dengan kurang
ajar mengambil keperawanan perempuan-perempuan Saudi. Ia dengan nada
marah menanyakan bagaimana aku mengetahui informasi ini. Dengan nada
memalas dan takut, aku mencoba mengelabuinya dengan mengatakan hal ini
adalah suatu yang rahasia dan tidak boleh ada satupun yang tau, baik itu
ayah maupun Karim. Hal ini sudah menjadi pembahasan yang umum bagi
perempuan-perempuan Saudi ketika berkumpul, aku mengatakan kepadanya
bahwa para perempuan suka membahas topic: keperawanan perempuan
Saudi sudah tidak ada lagi !”181

‫عما تفعلو ىؤالء الشاابت يف ليلة‬


ّ ‫ سألٍت‬.‫علي شفتيو واستغرق يف التفكَت‬
ّ ‫ّزم‬
‫ ففي السعودية ال تزال‬.‫ ستخز وتعاد إىل والدىا‬،‫ يف غياب الدم‬،‫ ألن الفتاة‬،‫زفافهن‬

‫الشراشف اؼبغطاة ابلدم تق ّدم ابفتخار إىل ضباة العروس حبيث دبكنها أن تظهر لألصدقاء‬

.‫عائلتها‬ ‫إىل‬ ‫انضمت‬ ‫قد‬ ‫وطاىرة‬ ‫شريفة‬ ‫امرأة‬ ‫أن‬ ‫واألقارب‬

)ٕٖ٘ :‫(ظبو األمَتة‬

“Ali frustrasi mendengar ceritaku, ia kemudian tenggelam dalam


pikirannya. Ia bertanya bagaimana seorang perempuan bisa hidup dengan
181
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 253

130
damai jika saat malam pertama sang suami tidak melihat darah suci keluar
pertanda ia seorang perawan , karena jika hal itu terjadi, ia akan
dipulangkan oleh sang suami dan membuat keluarga malu. Di Arab, seprai
dengan noda darah membuat bangga sang mertua .”182

‫علي وأبلغتو أن معظم الشاابت يلجأن إىل اعبراحة‬


ّ ‫اكبنيت يف شكل أكثر قراب من‬
،‫ مرة تلو أخري‬،‫ وأضفت إن معظم الفتيات زبلُّت عن عذريتهن‬.‫إلصالح غشاء البكارة‬

‫ يوجد يف أورواب كثَت من اعبراحُت الذين‬.‫ فخداع الرجل أمر سهل وبسيط‬،‫لرجال غَت مراتبُت‬

‫ (ظبو‬.‫ وىناك قلة معروفة تق ّدم ىذه اػبدمات يف السعودية‬،‫يبكنهم إجراء العملية دبهارة‬

)ٕٖ٘ :‫األمَتة‬

“Aku semakin ingin membohongi Ali, ia tampak serius ketika aku


berkata bahwa sekarang banyak dokter-dokter yang menawarkan
perempuan untuk mengoperasi selaput daranya yang telah robek agar
terlihat seperti perawan kembali, sehingga perempuan-perempuan Saudi
dengan mudah mengelabui suaminya ketika malam pertama. Aku
menambahkan bahwa perempuan-perempuan Saudi memperikan
keperawanannya kepada laki-laki asing berkali-kali, kemudian ketika
menikah ia tinggal mengoperasinya.”183

Ketakutan baru mencengkram kakak laki-laki Sultana yang egois, Ali


segera menelepon seorang temannya, seorang dokter. Sambil memegang
telepon, dengan wajah pucat Ali menanyakan kepada temannya mengenai
operasi keperawanan. Gurat wajah Ali berubah kaget saat mendengar

182
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 253
183
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 253

131
penyataan temannya bahwa operasi keperawanan memang mungkin
dilakukan, tetapi mengenai hati domba, sang dokter mendengarnya. Namun
itu terdengar seperti rencana kotor yang dapat dilakukan oleh seorang
perempuan. Ali yang gelisah dan patah hati kembali ke Amerika Serikat.

‫علي عندما نبست أنو يف حال مل تتمكن الفتاة من إجراء‬


ّ ‫أثرت اؽبول الكامل يف‬
. ‫ فمن السهل وضع کبد خروف يف داخلها قبل العملية اعبنسية‬، ‫عملية اإلصالح قبل الزواج‬

‫ ولبس بكارة زوجتو ! (ظبو‬، ‫ فهو بفض بكارة كبد خروف‬. ‫ال يبكن للزوج مالحظة الفارق‬

)ٕ٘ٗ :‫األمَتة‬

“Untuk membuat Ali semakin takut, aku berlagak dengan muka


serius dan berkata kepadanya jika operasi keperawanan tidak dapat
dilakukan oleh si perempuan, maka di malam pertama perempuan tersebut
akan meletakkan beberapa buah hati domba didalam vaginanya sehingga
sang suami tidak mengetahui bahwa sang perempuan sudah tidak perawan
karena hati domba yang seakan membuat vagina si perempuan
mengeluarkan darah !”184

‫ كم أشفقت‬. ‫ كانت زوجتو الشابة صبيلة يف شكل مؤمل‬. ‫علي يف موعده‬


ّ ‫بقي زواج‬
‫ أنّبٍت زوجي‬. ‫ بيد أنٍت وسارة ضحكنا بصوت مرتفع عندما رأينا عليّا وقد استعر قلقا‬. ‫عليها‬

‫ ابت اآلن يرىب العملية‬، ‫علي‬


ّ ‫ أي‬، ‫علي أبنو‬
ّ ‫يف وقت الحق على شيطنيت عندما اعًتف لو‬

184
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 254

132
‫الشك مع‬
ّ ‫ ماذا لو مت خداعو ؟ لن يكتشف ذلك أبدا وسيضطر إىل العيش يف‬. ‫اعبنسية‬

)ٕ٘٘-ٕ٘ٗ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫زوجتو ومع صبيع زوجاتو اؼبستقبليات‬

“Hari pernikahan Ali datang, aku dan Sara tertawa senang melihat
muka Ali seperti orang yang ketakutan ingin menikah. Suamiku menegurku
untuk tidak menetawai Ali yang terlihat tidak bahagia. Padahal biasanya ,
ketika pernikahan dilaksanakan di Arab Saudi, yang selalu merasa ketakutan
akan pernikahan itu adalah perempuan. Ali kalut dan cemas membayangkan
hal yang selama ini ia dengar dariku. Ia terpaksa hidup dalam keraguan
akan keperawanan istrinya dan istri-istrinya yang akan datang.”185

‫إن أسوأ كابوس فبكن لذكر سعودي ىو أن يلي آخر يف العملية اعبنسية مع اؼبرأة‬

‫ ّإال أن زوجتو سبثّل اسم عائلتو وربمل‬، ‫ ما من عار إذا كانت اؼبرأة مومسا‬. ‫اليت تزوج هبا‬

)ٕ٘٘ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫أبناءه ففكرة أنو ُخدع ىي يف حد ذاهتا أكثر فبا يبكن ألخي احتمالو‬

“Hal yang selama ini menjadi mimpi buruk paling mengerikan bagi
laki-laki Saudi adalah ketika menikahi perempuan yang sudah dicicipi oleh
laki-laki lain, kalau ia berhubungan seks dengan pelacur, ia tak akan malu
karena ia menganggap pelacur hanya pemuas belaka, tetapi jika istrinya
adalah orang yang merepresentasikan nama keluarga dan akan melahirkan
anak-anaknya.”186

185
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 254-255
186
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 255

133
4.1.4 Sultana dan Hadi

Hadi adalah anak dari salah satu mutawa kepercayaan ayah Sultana
yang diperintahkan untuk menjaga Ali setelah perkara video pornonya
diketahui publik. Hadi termasuk salah satu laki-laki yang memperlihatkan
kesuciannya sehingga ia berpikir pantas untuk menghina orang lain yang ia
anggap buruk. Seperti halnya ketika keluarga Sultana berpergian ke Italia
dan berkunjung ke salah satu bar di Italia. Sultana melihat Hadi yang sangat
tergiur akan penari-penari bar, namun dengan sombongnya, ia malah
mengucapkan kata-kata kotor yang tidak sepantasnya kebagian-bagian tubuh
mereka. Hadi menyebut mereka dengan sebutan pelacur dan ingin melempari
penari-penari itu dengan batu. Hadi merupakan seorang munafik bodoh yang
angkuh.

‫ وأطلق مالحظات فظة حول بعض أجزاء أجسادىن‬، ‫التهم ىادي الراقصات بعينيو‬

‫ ولو عاد األمر إليو لكان مصَتىن‬، ‫لعلي أبهنن لسن سو مومسات‬
ّ ‫ ومع ذلك أقسم‬،
‫ حىت أن عليا تعب من مواقفو اليت‬، ‫ مل يكن ىادي أكثر من غيب مغرور‬. ‫الرجم ابغبجارة‬

‫ وشرع ينقر أبصابعو على الطاولة بتململ وينظر يف‬، ‫يعترب فيها نفسو أكثر ايباان من اعبميع‬

)ٜٜ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫أرجاء الغرفة‬

“Mata Hadi melotot ke penari-penari itu, dan mengucapkan kata-


kata kotor ke bagian-bagian tubuh mereka. Kemudian ia bersumpah pada
Ali bahwa mereka itu adalah pelacur, dan bila diperbolehkan, ia akan
melemparinya dengan batu. Hadi itu seorang bodoh yang angkuh. Bahkan

134
Ali capek pada sikapnya yang sok alim dan mulai mengetuk-ngetukkan jari-
jarinya ke meja dengan tak sabar dan melihat ke sekeliling ruangan.”187

Laki-laki Saudi yang mempunyai kekuasaan tinggi dan harta


berlimpah memiliki kesempatan yang luas untuk memenuhi hasrat
seksualnya kepada perempuan yang sangat sulit ia lakukan dengan selain
istrinya apabila ia sedang di Negaranya, Arab Saudi. Mereka dengan mudah
bisa berpergian ke luar negeri, kemudian mengunjungi bar-bar di luar negeri
yang dipenuhi perempuan yang membuat mata mereka meloto tanpa
berkedip. Mereka juga dengan mudah menyewa perempuan-perempuan
tersebut untuk kepuasan mereka. Namun berbeda ketika berada di Arab
Saudi, ketika ada perempuan diketahui berbuat senonoh dengan laki-laki
yang tidak bertanggung jawab, maka dengan berlagak sok suci laki-laki
Saudi akan menghukum mati sang perempuan tersebut, tanpa pernah
memikirkan apa yang sering mereka lakukan di luar sana.

‫ مصدر الفجة إىل‬، ‫ أان وسارة‬، ‫ تبعنا‬. ‫ ظبعنا صرخات مكتومة‬، ‫بدخولنا الشقة‬

‫ كان‬. ‫ وأدركنا فجأة ما الذي هبري أمام أعيننا‬، ‫ مل يكن الباب موصدا‬. ‫علي‬
ّ ‫غرفة ىادي و‬
‫ والدم يف كل‬، ‫وعلي يبسك هبا‬
ّ ، ‫ ال تتجاوز الثمانية أعوام‬، ‫ىادي يغتصب فتاة صغَتة‬
)ٔٓٓ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫ كان شقيقينا وىادي يضحكان‬. ‫مكان‬

“Ketika kami memasuki apartemen, kami mendengar jeritan


tertahan. Sara dan aku mengikuti suara itu yang ternyata berasal dari
ruangan Ali dan Hadi. Pintunya tak terkunci, dan kami segera tahu apa yang
sedang terjadi di depan mata kami. Hadi sedang memperkosa seorang gadis

187
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 99

135
kecil, umurnya tak lebih dari delapan tahun, dan Ali memegangi gadis kecil
itu. Darah ada di mana-mana. Ali dan Hadi malah tertawa.”188

Hadi menganggap dirinya lelaki suci, ia menghina laki-laki dan


perempuan yang melakukan suatu pelanggaran moral dan agama ternyata
melakukan hal yang sama . Ia benar-benar sangat munafik . Ketika di Italia,
Hadi menyewa seorang gadis yang dijual oleh ibunya sendiri kepada Hadi
untuk digunakan sesuka hati Hadi. Hadi memperkosa gadis malang tersebut
yang umurnya tak lebih dari delapan tahun. Gadis itu meringis kesakitan,
darah bercecer dimana-dimana, melihat hal tersebut Hadi dan Ali malah
tertawa. Sultana ingin mengadukan hal ini kepada polisi di Italia, namun itu
tidak bisa ia lakukan karena gadis tersebut dijual oleh ibunya secara suka
rela, tanpa paksaan. Setelah Hadi puas memperkosanya, gadis malang itu
kemudian diantarkan ke ibunya yang sudah menunggu diluar, Hadi
memberikan beberapa dolar kepada sang ibu.

Puteri Sultana sangat sedih melihat kondisi seperti ini, ia sadar masih
banyak perempuan-perempuan di luar sana yang dirampas hak nya,
dilecehkan sesuka hati oleh laki-laki berduit, dan dijadikan sebagai barang
bukan manusia. Puteri Sultana marah kepada Hadi dan Ali, ia berniat
mengadukan mereka berdua kepada ayahnya, namun Sultana kaget ketika
mendengar bahwa ayahnya lah yang memberikan nomor ibu dari gadis
malang itu kepada mereka berdua.

‫ ليال وهنارا‬، ‫ ألن شوارع ايطاليا مأل‬، ‫وعلي وقتهما يشًتاين النساء‬
ّ ‫أمضى ىادي‬
، ‫ شااب أاننيا‬، ‫ رأيت عليّا كما فعلت دائما‬. ‫ بشاابت صبيالت متوافرات ؼبن يدكنو أن يدفع‬،

188
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 100

136
، ‫ ألنو يشًتي النساء‬، ‫ أكثر شرا بكثَت‬، ‫ كما عرفت‬، ‫ لكن ىادي‬. ‫ال يهتم سو بلذتو‬

‫ ومع ذلك يكرىن ويكره النظام الذي‬، ‫ يرغب هبن‬. ‫ومع ذلك يدينهن لدورىن يف العملية‬

‫ (ظبو‬. ‫ شكل خبثة ابلنسبة إيل جوىر الطبيعة الشريرة للرجال‬. ‫تركهن حرائر للقيام دبا يردن‬

)ٖٔٓ :‫األمَتة‬

“Ali dan Hadi menghabiskan waktunya dengan membeli perempuan,


karena jalan-jalan di Italia, siang malam, dipenuhi oleh perempuan-
perempuan muda yang tersedia bagi mereka yang mampu membayar. Aku
melihat Ali seperti kukenal, seorang laki-laki muda yang egois, yang hanya
memerhatikan kesenangannya. Tapi Hadi jauh lebih jahat, karena ia
membeli perempuan dan kemudian mengutuk mereka karena perbuatan
mereka. Ia menginginkan mereka, tetapi sekaligus membenci mereka. Ia
membenci sistem yang membebaskan mereka melakukan apa yang ingin
mereka lakukan. Bagiku, kemunafikan Hadi adalah esensi sifat jahat laki-
laki.”189

Sultana membenci Hadi yang mengutuk hal-hal yang sangat ia


nikmati.

4.1.5 Sultana dan Randa

Randa adalah istri keempat dari ayah Sultana yang ia nikahi tidak
lama setelah wafatnya ibu Sultana. Randa merupakan teman main Sultana
sewaktu kecil dan itu membuat Sultana sangat sedih ketika mendengar
Randa harus merasakan kesengsaraan yang amat dalam karena menikah
dengan ayahnya. Ayah Sultana merupakan orang yang sangat angkuh dan

189
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 103

137
berperilaku buruh terhadap perempuan, ia merasa seorang istri adalah sebuah
barang yag ia pakai sesuka hati tanpa memikirkan perasaanya. Randa terlihat
sangat tersiksa dan jarang berbicara ketika berada didalam istana. Ia sangat
takut apabila jam sudah menunjukkan waktu ayah Sultana pulang dari
kerjanya. Ia harus siap melayani ayah Sultana yang sangat menikmati
pernikahan seumur jagungnya.

‫ ال تبتسم‬، ‫ اندرا ما تتحدث‬. ‫ وشبو ؿبطمة‬، ‫عادت رندا من شهر العسل صامتة‬

‫ بدا أن ملكية‬. ‫ وتنتقل هبدوء عرب فيلتنا كما لو أهنا زبشى أن تتسبب جبرح أو إيذاء‬، ‫أبدا‬

‫ ألنو كان يبضي ساعات كثَتة حابسا نفسو يف جناح إقامتو مع‬، ‫والدي اعبديدة تروق لو‬

)ٔٔ٘ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫زوجتو الشابة‬

“Sekembalinya dari bulan madu, Randa menjadi diam dan seperti


orang yang tidak ada semangat hidup. Ia memperlihatkan raut muka yang
suram dan tak pernah tersenyum. Menurutku Randa sangat tertekan dengan
pernikahannya. Namun sebaliknya, ayah telihat sangat senang dengan
barang barunya. Ia mempersiapkan ruang terpisah agar bisa bermesraan
dengan istri barunya.”190

‫علي مزحة‬
ّ ‫ أطلق‬، ‫بعد األسبوع الثالث على تركيز والدي انتباىو الكلى على رندا‬
‫ أي أت‬، ‫ سألت أخي عما يفكر بو يف شأن مشاعر رندا‬. ‫حول قدرات الوالد اعبنسية‬

‫علي‬
ّ ‫ فأخربتٍت تعابَت وجو‬. ‫ رجل ال تعرفو وال رببو‬، ‫تكون متزوجة من رجل أكرب منها بكثَت‬
‫الفارغة أبن الفكرة مل زبطر قط على رأسو وأن مثل ىذه اؼبراعاة ال ذبد أرضا خصبة يف حيز‬
190
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 115

138
‫ ذكرين جيدا أبن ما من شيء سيلج أبدا إىل البحر اؼبظلم للمسائل األاننية‬. ‫تفهمو الضيق‬

)ٔٔٙ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫اليت بتشكل منها ذىن الرجل السعودي‬

“Setelah tiga minggu perhatian ayah seutuhnya untuk Randa, Ali


mengeluarkan gurauan tentang kehebatan seksual ayah. Aku menanyakan
pendapat Ali mengenai perasaan Randa yang dinikahkan dengan orang
yang jauh lebih tua, yang tak dikenal dan tak dicintainya. Ekspresi hampa
Ali dengan jelas mengatakan padaku, bukan hanya semua itu tak pernah ada
dalam pikirannya, namun juga pertimbangan seperti itu tak akan tumbuh
dalam alam pemahamannya yang sempit. Ekspresinya mengingatkanku
bahwa tak ada yang bisa menembus lautan gelap sikap mementingkan diri
sendiri yang membentuk pikiran seorang lelaki Saudi.”191

‫علي مزحة‬
ّ ‫ أطلق‬، ‫بعد األسبوع الثالث على تركيز والدي انتباىو الكلى على رندا‬
‫ أي أت‬، ‫ سألت أخي عما يفكر بو يف شأن مشاعر رندا‬. ‫حول قدرات الوالد اعبنسية‬

‫علي‬
ّ ‫ فأخربتٍت تعابَت وجو‬. ‫ رجل ال تعرفو وال رببو‬، ‫تكون متزوجة من رجل أكرب منها بكثَت‬
‫الفارغة أبن الفكرة مل زبطر قط على رأسو وأن مثل ىذه اؼبراعاة ال ذبد أرضا خصبة يف حيز‬

‫ ذكرين جيدا أبن ما من شيء سيلج أبدا إىل البحر اؼبظلم للمسائل األاننية‬. ‫تفهمو الضيق‬

)ٔٔٙ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫اليت بتشكل منها ذىن الرجل السعودي‬

“Setelah tiga minggu perhatian ayah seutuhnya untuk Randa, Ali


mengeluarkan gurauan tentang kehebatan seksual ayah. Aku menanyakan
pendapat Ali mengenai perasaan Randa yang dinikahkan dengan orang
191
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 116

139
yang jauh lebih tua, yang tak dikenal dan tak dicintainya. Ekspresi hampa
Ali dengan jelas mengatakan padaku, bukan hanya semua itu tak pernah ada
dalam pikirannya, namun juga pertimbangan seperti itu tak akan tumbuh
dalam alam pemahamannya yang sempit. Ekspresinya mengingatkanku
bahwa tak ada yang bisa menembus lautan gelap sikap mementingkan diri
sendiri yang membentuk pikiran seorang lelaki Saudi.”192

Menurut Sultana, ayahnya dan Ali mempunyai watak yang sama.


Mereka hanya memikirkan diri sendiri tanpa pernah memikirkan perasaan
orang lain, walaupun itu adalah istrinya. Ali mengeluarkan gurauan akan
kehebatan seksual ayah yang selalu berada dikamar bersama istri
keempatnya. Ayah dengan bangganya memamerkan kekuatannya dalam
bercinta dan itu ia ceritakan didepan Sultana dan anak-anak yang lain.
Sultana merasa sangat kasian kepada Randa namun tidak bisa berbuat apa-
apa, karena itu merupakan bagian dari budaya Arab Saudi yang tak pernah
bisa dipatahkan.

4.1.6 Sultana dan Teman-temannya

Wafa dan Nadia adalah teman Sultana yang memiliki pemikiran luas,
berbeda dengan kebanyakan perempuan Saudi yang pasrah akan takdir
mereka. Wafa dan Nadia juga berasal dari golongan konglomerat Saudi, ayah
mereka berdua adalah orang-orang ternama di Saudi pada saat itu. Sultana
senang berteman dengan mereka karena mereka bertiga bisa bertukar fikiran
mengenai hal-hal yang selama ini menyulitkan perempuan Saudi. Namun
Sultana tidak pernah menyangka bahwa kedua temannya melakukan sesuatu
yang sangat ekstrim untuk dilakukan di Negara penuh aturan ini, bahkan
Sultana pun tidak pernah berpikir untuk melakukan itu.

192
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 116

140
. ‫ ذملت وأان مصدومة من فعلة صديقيت‬، ‫عند وصولنا إىل مصاعد موقف السيارات‬

‫سألتاه إذا كان‬. ‫ وىو رجل سوري يسًتعي االنتباه بوسامتو‬، ‫اقًتبت وفاء وانداي من أجنيب‬

‫ أنو على استعداد ألن يشرد ويهرب ؛ تلفت يبينا‬، ‫ لوىلة‬، ‫ بدا‬. ‫يرغب يف بعض التسلية‬

‫ إذا إنو قد‬، ‫ وارأت يف النهاية أن من األفضل عدم الرحيل‬. ‫ويسارا وضغط على زر اؼبصعد‬

‫ سأل عن نوع‬. ‫ يف السعودية‬، ‫ وردبا صبيلتُت‬، ‫ىبسر فرصة اندرة يف لقاء امرأتُت متوافرتُت‬

‫ أجاب بنعم وأبن لديو شقة مع‬. ‫ فسألتو وفاء إذا كان يبلك سيارة وشقة خاصة‬، ‫التسلية‬

‫ فاقًت وجهو عن ابتسامة‬، ‫ سألتو انداي إذا كان رفيقة بفتش عن خليلة‬. ‫رفيق سكن لبناين‬

)ٕٔ٘-ٕٔٗ "‫ (ظبو األمَتة‬. ‫ ابلتأكيد‬، ‫ نعم‬: ‫وقال‬

“Ketika kami sampai di lift parkir mobil, aku terperanjat kaget


melihat tindakan teman-temanku. Wafa dan Nadia mendekati seorang lelaki
asing dari Syria yang sangat tampan. Mereka bertanya apakah ia mau
sedikit bersenang-senang. Sesaat, lelaki itu tampak bersiap meloncat lari; ia
melihat ke kiri dan ke kanan dan memencet tombol lift. Akhirnya, lelaki itu
berpikir lebih baik mau, mengingat langkanya kesempatan bertemu
perempuan Arab Saudi yang mungkin saja cantik. Kemudian ia bertanya
kesenangan seperti apa. Wafa bertanya pada lelaki Syria itu apakah ia
memiliki mobil dan apatemen pribadi. Ia menjawab ya; ia memiliki
apartemen dan teman sekamar, seorang Libanon. Nadia bertanya apakah
temannya butuh seorang perempuan, dan orang Syria itu tersenyum lebar
dan berkata, ya, tentu saja, kami berdua membutuhkan perempuan.”193

193
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 124-125

141
‫‪Wafa dan Nadia mencari laki-laki asing yang bekerja di Arab Saudi.‬‬
‫‪Mereka tau bahwa laki-laki asing tidak bisa memenuhi hasrat seksualnya‬‬
‫‪dengan mudah di Negara ini. Sehingga mereka berpikir untuk memanfaatkan‬‬
‫‪keinginginan laki-laki asing untuk memenuhi kepenasaranan mereka akan‬‬
‫‪laki-laki dan juga hasrat seksual yang menggebu-gebu dari dalam diri Wafa‬‬
‫‪dan Nadia.‬‬

‫اكتشفت الحقا من انداي ووفاء ما الذي تدعوانو تسلية‪ .‬تلتقيان يف مصاعد اؼبرآب‬

‫رجاال أجانب ‪ ،‬يف العادة من دول عربية ؾباورة ‪ ،‬وأحياان بريطانيُت أو أمَتكيي‪.‬‬

‫زبتاران الرجال الوسيمُت ؛ رجاال نشعران أبن يف وسعهما أن ذبذابهنم كبونبا‪ ،‬يرتعب‬

‫الرجال أحياان ويقفزون إىل اؼبصعد متوجهُت إىل طابق آخر ‪ .‬ويف أحيان أخر يثَت‬

‫األمر إىتمامهم‪ .‬وإذا أبد الرجل الذي اختاراته اىتمامو ‪ ،‬تتفق وفاء وانداي على‬

‫موعد للقاء ‪ ،‬يف اؼبصعد نفسو ؛ وتسأالنو إذا كان يف إمكانو العثور على سيارة قان ‪،‬‬

‫بدال من سيارتو ‪ ،‬ليقلهما ‪ .‬و ويف وقت الحق ‪ ،‬يف اؼبوعد اؼبتفق عليو ‪ ،‬تدعى‬

‫الفتااتن أهنما ذاىبتان للتسوق ‪ .‬ينزؽبما سائقهما يف السوق ؛ تشًتاين بعض القطع ‪،‬‬

‫مث تتوجهان إىل مكان اللقاء‪ .‬وبذر الرجال أحياان وال يظهرون ؛ ويف أحيان أخر‬

‫يكونون يف االنتظار وقد أصاهبم التوتّر‪ .‬إذا استحصل الرجل على القان ‪ ،‬تتأكد‬

‫الفتااتن من عدم وجود يف اعبوار ‪ ،‬وتقفزان سريعا إىل اػبلف‪ .‬يقود الرجل حبذر إىل‬

‫شقتو ‪ ،‬وتُعتمد الدرجة نفسها من اغبذر يف هتريب الفتاتُت إىل الداخل‪ .‬فالعقاب‬

‫‪142‬‬
‫ (ظبو‬.‫متورط‬
ّ ‫ واالحتمال الكبَت ىو اؼبوت لكل‬، ‫قاس يف حال متا اإلمساك هبم‬
)ٕٔٙ :‫األمَتة‬

“Kemudian, dari Nadia dan Wafa aku tahu apa yang mereka sebut
'kesenangan'. Mereka menemui lelaki asing, biasanya lelaki yang berasal
dari negara-negara tetangga Arab, kadang-kadang orang Inggris atau
Amerika, di lift parkir mobil. Mereka memilih lelaki tampan; lelaki yang
mereka kira bisa mereka cintai. Kadang-kadang lelaki itu takut dan
melompat masuk ke dalam lift, pergi dengan cepat ke lantai lain. Di saat lain
ada lelaki yang tertarik. Jika lelaki yang mereka dekati terperdaya, Wafa
dan Nadia akan setuju untuk bertemu lagi, di lift yang sama. Mereka akan
meminta lelaki itu mencari mobil van, bukan mobil biasa, untuk menjemput
mereka. Kemudian di waktu yang sudah disetujui, mereka akan berpura-
pura pergi berbelanja. Sopir akan mengantar mereka ke Souq; mereka akan
membeli beberapa barang, dan kemudian pergi ke tempat kencan. Kadang-
kadang lelaki itu bersikap hati-hati dan tidak muncul; di saat lain mereka
menunggu dengan gelisah. Jika lelaki itu mendapatkan van, para gadis itu
akan memastikan bahwa tak seorang pun ada di sekitar dan kemudian
dengan cepat melompat ke mobil di bagian belakang. Si lelaki akan
mengendarai dengan hati-hati menuju apartemen, sebagaimana mereka
hati-hati menyelundupkan para gadis ini. Jika mereka tertangkap,
hukumannya sangat berat. Benar, kemungkinan masing-masing pihak akan
dihukum mati.”194

194
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 126

143
‫صديقيت ‪ ،‬وح ّذرهتما مرارا وتكرارا من العواقب‪ .‬فهما‬
‫ّ‬ ‫شعرت ابػبوف على‬

‫ومتهوراتن ‪ ،‬وتصيبهما حياهتما ابلضجر ‪ .‬أخرباتين ‪ ،‬وىي تضحكان ‪ ،‬عن‬


‫شابتان ّ‬
‫نشاطات أخر تقومان هبا للتمويو ‪ ،‬تطلبان أرقام ىاتف عشوائية إىل أن هبيب‬

‫عليهما رجل أجنيب ‪ .‬أي رجل مناسب إذا مل يكن سعوداي أو يبنيا تسأالنو إذا كان‬

‫لوحده ويشتاق إىل رفقة أنثوية‪ .‬واعبواب ‪ ،‬يف الغالب ‪ ،‬ىو نعم ‪ ،‬دبا أنو ال يُسمح إال‬

‫لعدد قليل جدا من النساء ابلدخول إىل السعودية ‪ ،‬ومعظم الرجال األجانب يعملون‬

‫ىناك دبوجب أتشَتة دخول للرجل وحده‪ .‬وما إن يتم التيقن من أىلية الرجل ‪ ،‬حىت‬

‫تطلب الفتااتن منو أن يصف ؽبما جسده‪ .‬ويف العادة يبدأ الرجل ‪ ،‬وقد أخذه الغرور‬

‫‪ ،‬بوصف جسمو بوضوح من الرأس إىل أطبص القدمُت ‪ ،‬وابلتفصيل الداعر ‪ ،‬قالتا إهنا‬

‫تسلية صبيلة ‪ ،‬وإهنما تلتقيان الرجال أحياان ابلطريقة نفسها اليت تلتقيان هبا عشاق‬

‫مرآب السيارات‪ ( .‬ظبو األمَتة‪)ٕٔٛ-ٕٔٚ :‬‬

‫‪“Aku sangat khawatir terhadap teman-temanku. Aku peringatkan‬‬


‫‪mereka terus-menerus dengan konsekuensinya. Mereka masih muda,‬‬
‫‪sembrono dan bosan dengan kehidupan mereka. Tetapi mereka santai‬‬
‫‪menceritakan aktivitas lain yang mereka lakukan sebagai hiburan. Mereka‬‬
‫‪menekan sembarang nomor telepon hingga seorang asing menjawabnya.‬‬
‫‪Beberapa lelaki, asal bukan orang Saudi atau Yaman, akan menjawabnya.‬‬
‫‪Teman temanku itu akan bertanya apakah ia sendirian dan membutuhkan‬‬
‫‪teman perempuan. Secara umum, jawabannya ya, karena sangat sedikit‬‬
‫‪perempuan yang tersedia di Arab Saudi dan sebagian besar pekerja asing‬‬
‫‪144‬‬
bekerja dengan visa berstatus bujangan. Segera setelah lelaki itu memenuhi
syarat, gadis-gadis ini akan memintanya menjelaskan bentuk tubuhnya.
Merasa tersanjung, biasanya lelaki itu akan memenuhi persyaratan itu dan
kemudian meminta para gadis itu melakukan hal yang sama. Maka, Wafa
dan Nadia akan menjelaskan tubuhnya dari kepala sampai kaki, dengan detil
yang cabul. Itu sangat menyenangkan, kata mereka, dan kadang-kadang
setelah itu mereka bertemu dengan lelaki tersebut, menurut gaya parking
lot-lovers (para pecinta di tempat parkir).”195

Wafa dan Nadia sangat menikmati melakukan hal yang disebut


―kesenangan‖. Mereka merupakan sebagian perempuan Arab yang penasaran
atas cerita-cerita erotis yang mereka sering dengar dari teman-teman mereka
yang sudah menikah. Mereka ingin mencoba tidur dengan beberapa lelaki
tapi belum ingin menikah sehingga hal ini yang bisa menuntaskan rasa
penasaran mereka akan bercinta.

‫ ونبا‬.‫قالت وفاء إهنا ال ىي وال انداي ترفعان حجابيهما يف لقائهما مع ىؤالء الرجال‬

‫ ويكايدنبا الرجل ويرجوهنما نزع‬.‫ لكنهما ال سبسان اغبجاب‬،‫زبلعان مالبسهما كلها‬

‫ وقالتا‬.‫ لكن الفتاتُت تقوالن إهنما تشعران ابألمان ما دام الرجل ال ير وجهيهما‬،‫اغبجاب‬

‫ ولكن مل يصبح أحد‬،‫إهنما لن تفكرا يف الكشف عن وجهيهما إال إذا أصبح الرجال جديُت‬

‫ الذي‬،‫ حاولت صديقتاي ايئستُت إهباد مهرب من مستقبلهما‬.‫ فهم أيضا يستمتعون‬،‫جداي‬

)ٕٔٛ :‫ (ظبو األمَتة‬.‫يًتاء ؽبما أشبو بليل دامس ال هناية لو‬

195
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 127-128

145
“Kata wafa, dalam kencan dengan lelaki ini, ia dan Nadia tidak
pernah melepas cadar. Mereka akan melepas semua pakaian, namun tetap
memakai cadar. Si lelaki akan menggoda, meminta dan bahkan mencoba
memaksa mereka membuka cadar, tapi Nadia dan Wafa berkata bahwa
mereka merasa aman jika lelaki tidak melihat wajah mereka. Mereka
berkata, jika lelaki itu serius, mereka mungkin akan mempertimbangkan
untuk menunjukkan wajah mereka. Tapi, tentu saja, tak satupun dari mereka
yang serius. Mereka hanya sekadar ingin bersenang-senang. Teman-
temanku dengan putus asa mencoba menemukan sebuah lalan keluar dari
masa depan mereka, yang telah terbayang di hadapan mereka seperti malam
gelap yang tak berujung.”196

Wafa dan Nadia ingin mencari pasangan suami yang sudah ia kenal
luar dan dalam. Mereka tidak ingin dijodohkan dengan orang asing seperti
kebanyakan perempuan Saudi. Mereka berpikir dengan bersenang-senang
dengan banyak laki-laki, mereka dapat menemukan laki-laki yang tulus
bersama mereka. Namun sayang, para lelaki ini hanya ingin bersenang-
senang dengan tubuh Wafa dan Nadia tanpa menginginkan sebuah ikatan
pernikahan. Mereka bercinta tanpa pernah membuka cadar, karena mereka
berpikir akan fatal ketika laki-laki asing tersebut melihat muka mereka.

Mereka seperti dua orang yang sangat putus asa dengan hidupnya
sehingga tidak khawatir dengan apa yang akan terjadi kepada mereka
dikemudian hari. Mereka tidak peduli dengan aturan yang mengikat mereka.
Mereka hanya ingin mencari lelaki asing yang baik dan mau menikahi
mereka. Mereka mau dinikahi dengan lelaki manapun asalkan bukan lelaki
Saudi.

196
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 128

146
‫ فإن عناصر فبن يطلقون‬، ‫ ولسوء حظهما‬.‫ أوقفت انداي ووفاء‬، ‫قبل انقضاء السنة‬

‫على أنفسهم اسم عبنة األخالق العامة اليت ذبوب شوارع الرايض يف جهد للقبض على‬

‫ فمع دخول انداي‬. ‫ عرفوا بنشاطاهتما اؼبمنوعة‬، ‫أانس يقومون أبعمال وبرمها القرآن‬

‫ اكبرفت سيارة مليئة ابلشبان السعوديُت اؼبتشددين‬، ‫ووفاء سيارة القان من اػبلف‬

‫ كانوا يراقبون اؼبنطقة منذ أسابيع بعدما استمع أحد‬. ‫وس ّدت الطريق على اآللية‬

‫ؿبجبتُت‬
ّ ‫ إىل أحد الفلسطينُت ىبرب عن امرأتُت‬، ‫ وىو يف العمل‬، ‫أعضاء اللجنة َعَرضا‬
)ٕٜٔ : ‫ (ظبو األمَتة‬. ‫عرضتا نفسيهما عليو عند اؼبصعد‬

“Tak sampai setahun, Nadia dan Wafa tertangkap. Sial, perbuatan


mereka telah diendus oleh para anggota dari lembaga yang menamakan
dirinya Komite Amar Ma'ruf Nahi Munkar, yang berkeliaran di jalan-jalan
di Riyadh untuk menangkap orang-orang yang melanggar larangan Al
quran. Segera setelah Nadia dan Wafa masuk ke bagian belakang mobil van,
segerombolan orang Saudi muda yang fanatik menghentikan kendaraan itu.
Mereka mengamati area itu selama berminggu-minggu setelah salah satu
anggota komite, ketika sedang berpatroli, mendengar-dengar cerita dari
seorang Palestina tentang dua perempuan bercadar yang mengajak berbuat
cabul di dalam lift.”197

Sultana heran dengan teman-temannya bagaimana mereka bisa


mengenal dengan para pencari cinta ini. Wafa dan Nadia melakukan seluk
beluk percintaan kecuali penetrasi. Mereka tidak mau mengambil resiko
kehilangan keperawanan yang bisa berakibat ia dikembalikan kepada

197
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 129

147
keluarganya ketika suaminya tahu bahwa ia sudah tidak perawan. Mereka
berdua bisa mendapat hukuman berupa dirajam sampai mati dan tidak pernah
diterima kembali oleh keluarganya.

‫ وبسبب غياب أي دليل قاطع على القيام‬، ‫بعد ثالثة أشهر من السجن القاسي‬

)ٖٔٓ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫ سلّمت وفاء وانداي لكل والديهما للقصاص‬، ‫بنشاط جنسي‬

“Setelah tiga bulan di penjara yang suram, karena kurangnya bukti


pelanggaran seksual, Komite Amar Ma'ruf Nahi Munkar melepaskan Wafa
dan Nadia dan menyerahkan hukuman kepada ayah mereka masing-
masing.”198

Sultana sangat senang mendengar kedua temannya dikeluarkan dari


penjara karena kurangnya bukti atas pelanggaran seksual yang mereka
lakukan. Wafa dan Nadia terbukti masih perawan dan tidak ada satupun laki-
laki yang bekerja di daerah tersebut mengaku pernah terlibat dalam aktivitas
mesum bersama mereka. Namun Sultana juga sedih atas apa yang akan
terjadi setelahnya, Sultana tahu mereka berdua tidak bisa hidup normal
seperti dahulu. Benar saja, setelah kejadian tersebut, Wafa dinikahkan oleh
ayahnya dengan seorang mutawa Badui dari sebuah desa kecil yang berumur
lima puluh tiga tahun, sementara Wafa berumur tujuh belas tahun, dan ia
menjadi istri ketiga.

Berbeda dengan Wafa, Nadia diperlakukan dengan sangat kejam oleh


ayahnya. Ia dikurung dikamarnya, kemudian keesokan harinya Nadia
ditenggelamkan kedalam kolam renang keluarga oleh ayahnya dan seluruh
keluarga diminta untuk menyaksikan kematian Nadia yang sangat tragis situ.

198
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 130

148
4.1.7 Sultana dan Nura

Nura adalah kaka perempuan tertua Sultana yang telah menikah dan
bahagia. Nura merupakan sebagian dari perempuan Saudi yang menikmati
pernikahannya. Ia menikah dengan seorang saudagar kaya yang sangat
mencintainya. Sultana sejak kecil memang sudah mencoba mengamati
tingkah laki-laki Saudi. Ia paham apa saja yang diinginkan laki-laki kepada
perempuan. Laki-laki Saudi hanya menginginkan kesenangan dirinya sendiri,
ia menginginkan perempuan hanya untuk melayaninya agar memenuhi
kebutuhan seksualnya yang sangat tinggi. Menurut Sultana, laki-laki
cenderung tidak bisa menahan hasrat seksualnya kepada perempuan, ketika
ia sedang menginginkannya, ia harus melakukannya dengan cara apapun.
Baik itu menyetubuhi perempuan, bahkan bisa dengan cara lain agar hasrat
seksualnya terlampiaskan dengan benar, seperti menonton film porno atau
berfantasi tentang perempuan.

‫ أخشى ؛ اي شقيقيت الصغَتة ؛ من أن يكون لسانك‬: ‫ابتسمت شقيقيت و ىي تقول‬

‫ أعرف‬، ‫ كما ستكتشف‬، ‫ إال أنٍت‬.‫ ردبا أنك ال تعرفُت كل ما يتعلق ابغبياة‬.‫ىو سبدك‬

)ٔٚٛ :‫ (ظبو األمَتة‬.‫الكثَتة عن العملية اعبنسية‬

“Kakakku tersenyum ketika berucap: 'Aku takut jika lidahmu adalah


tuanmu, adik kecil. Mungkin kamu tidak mengetahui semua tentang
kehidupan.' Seperti yang ia tangkap, aku telah mengetahui banyak hal
tentang perilaku seks.”199

Sultana mengetahui banyak hal tentang hubungan antara laki-laki dan


perempuan melalui pesta para perempuan di istana-istana. Para perempuan

199
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 178

149
‫‪berkumpul untuk minum kopi dan teh, makan makanan manis, bermalas-‬‬
‫‪malasan di sofa yang empuk dan bergosip. Setelah seorang perempuan telah‬‬
‫‪memakai cadar, praktis ia masuk dalam kegiatan-kegiatan ini.‬‬

‫يُعترب موضوع اعبنس يف السعودية ‪ ،‬كما يف معظم العامل العريب ‪ ،‬من احملرمات ‪.‬‬

‫وبنتيجة ذلك تتحدث النساء قليال عن غَته ‪ .‬وتسيطر النقاشات عن اعبنس ‪،‬‬

‫والرجال ‪ ،‬واألوالد علی كل اللقاءات النسائية ‪( .‬ظبو األمَتة‪)ٔٚٛ :‬‬

‫‪“Di Arab Saudi, seperti di banyak dunia Arab, persoalan seks‬‬


‫‪dianggap tabu. Akibatnya, perempuan malah selalu membicarakannya.‬‬
‫‪Diskusi-diskusi berkenaan dengan seks, laki-laki dan anak-anak, menyeruak‬‬
‫‪dalam semua perkumpulan para perempuan.”200‬‬

‫ربجيب ‪ ،‬استمعت وأان مأخوذة إىل الزوجات الشاابت ىبربن عن ليلة‬


‫وأان ‪ ،‬منذ ّ‬
‫دخلتهن ‪ ،‬وال يوجد تفصيل على درجة من اغبميمية يبنع الكشف عنو ‪ ،‬وقد صدمت بضع‬

‫نساء شاابت اللقاءات النسائية إبعالهنن أهنن يستمتعن ابعبنس ‪ .‬وقالت أخرايت إهنن‬

‫ي ّدعُت االستمتاع يف العالقة مع أزواجهن ؼبنعهم من ازباذ زوجة أخر ‪ ،‬وىناك أولئك النسوة‬

‫ويتحملن صوالت ازواجهن‬


‫ّ‬ ‫اللوايت يشمأززن من اعبنس إىل درجة أهنن يبقُت أعينهن مغمضة‬

‫هبول ونفور ‪ ،‬وىناك ‪ ،‬وىو ما لو داللة ‪ ،‬قلة من اللوايت يلذن ابلصمت خالل مثل ىذه‬

‫النقاشات وهبفلن من مثل ىذا اؼبوضوع ؛ إهنن النساء اللوايت تعامل معهن الرجال يف حياهتن‬

‫‪200‬‬
‫‪Sasson, Summuwul Amiroh, h. 178‬‬

‫‪150‬‬
:‫ (ظبو األمَتة‬. ‫ ابلطريقة نفسها تقرييا اليت مت فيها التعامل بوحشية مع سارة‬، ‫بطريقة قاسية‬

)ٜٔٚ

“Sejak aku memakai cadar, aku sangat tertarik mendengarkan cerita


malam pertama dari para pengantin baru; memang, tak ada hal detail yang
diungkapkan. Beberapa perempuan muda mengejutkan para perempuan lain
dengan menyatakan bahwa mereka menikmati seks. Yang lainnya
mengatakan mereka purapura menikmati cumbuan suami mereka, supaya
suami mereka tak menikah lagi. Kemudian ada juga para perempuan yang
memandang hina seks sehingga mereka menutup mata dan menahan
serangan suami mereka dengan rasa takut dan jijik. Yang sangat penting,
ada segolongan kecil perempuan yang tetap diam selama diskusi-diskusi itu
dan menjauhkan diri dari topik seks; mereka adalah orang yang
diperlakukan dengan cara kasar oleh laki-laki dalam kehidupan mereka,
banyak yang mengalami nasib seperti yang diterima Sara.”201

Khitan merupakan tradisi yang dipercayai oleh orang Arab. Nura dan
ketiga kakak Sultana yang tertua disunat pada usia dua belas tahun. Setelah
kakak keempat Sultana, upacara khitan ditiadakan berkat campur tangan
dokter Barat yang menasehati ayah Sultana selama berjam-jam agar
menentang ritual itu. Sultana beruntung karena tidak mengalami trauma
khitan. Nura masih mengingat jelas kejadian menakutkan itu. Nura, yang
telanjang dari pinggang ke bawah, dipegang oleh empat perempuan. Dengan
ketakutan, Nura melihat salah satu perempuan itu memegang alat seperti
pisau cukur. Nura berteriak merasakan kesakitan di daerah alat kelaminnya.

201
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 179

151
Bukan kepalang takutnya ia melihat darah mengalir dari lukanya. Ia dibawa
ke tenda, lukanya dibalut dan diperban.

‫ إال أهنا مل تدرك مالبسات العملية إال ليلة دخلتها ؛ فقد‬، ‫شقيت جروحها سريعا‬

‫ هتاب فبارسة‬، ‫ مع استمرار اغبالة‬، ‫ وأخذت‬.‫شعرت أبمل ال يطاق وسال الكثَت من الدم‬

‫ زارت طبيبا غربيا ىالتو‬، ‫ وبعدما أصبحت حامال‬، ‫ ويف النهاية‬. ‫اعبنس مع زوجها اعبديد‬

‫ وأبنو من اؼبؤكد أن ينتج دوما‬، ‫ أبلغ نورا ابن أعضاءىا اعبنسية اػبارجية قد ازيلت‬، ‫ندوهبا‬

)ٔٛٔ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫عن العالقة اعبنسية سبزق وأمل ونزف‬

“Luka itu sembuh dengan cepat, tapi ia tidak mengerti dampak dari
upacara itu sampai malam pertama perkawinannya; ia mangalami sakit
yang tak tertahankan dan begitu banyak darah keluar. Ketika kondisi itu
berlangsung, ia menjadi takut untuk berhubungan seks dengan suaminya.
Akhirnya, setelah hamil, ia menemui dokter Barat yang terkejut melihat
bekas lukanya. Ia mengatakan pada Nura bahwa semua bagian luar alat
kelaminnya telah dibuang, sehingga, secara pasti, kegiatan seksual akan
selalu menyakitkan dan berdarah.”202

‫ ىي‬، ‫ ابىر‬، ‫زارت شقيقايت الثالث األخرايت الطبيب الذي قال إن حالة شقيقتنا‬

، ‫ وال يعرف كيف تتحمل العالقة اعبنسية مع زوجها‬، ‫أسوأ بكثَت من حالة نورا‬

‫شهدت نورا على حفالت ختان شقيقاتنا الثالث وتذكرت كيف أن ابىر قاومت اؼبرأة‬

202
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 181

152
‫ لكن أمسك هبا وأعيدت إىل حيث تسببت‬، ‫ وسبكنت ابلفعل من اؽبرب‬، ‫العجوز‬

)ٕٔٛ :‫ ( ظبو األمَتة‬.‫كفاحاهتا بتشويو ويتزيف کبَت للدم‬

“Tiga saudariku pergi ke dokter. Ia mengatakan, saudari kami,


Baher, lebih parah kondisinya daripada Nura, dan ia tidak tahu bagaimana
ia bisa menahan derita berhubungan seksual dengan suaminya. Nura
menyaksikan upacara saudari kami itu, dan ia ingat ketika Baher melawan
perempuan tua itu, dan berusaha lari beberapa meter dari para
penyiksanya. Namun ia tertangkap dan dikembalikan ke tikar, dan
perlawanannya menyebabkan ia kehilangan banyak darah.”203

Sultana dijodohkan ketika berumur enam belas tahun dengan salah


satu sepupu keluarga kerajaan bernama Karim yang berumur dua puluh
delapan tahun, dan Sultana akan menjadi istri pertamanya. Berbeda dengan
perempuan Saudi pada umumnya yang pasrah akan perjodohan, Sultana
memohon kepada ayahnya untuk melihat calon suaminya terlebih dahulu
sebelum menikah. Dengan berat hati, akhirnya sang ayah mengizinkan
Sultana dan Karim bertemu ditemani ibu Karim. Sultana tertarik kepada
Karim yang sangat tampan dan menyutujui pernikahan ini. Ia sangat bahagia
karena menikah dengan laki-laki yang ia lihat terlebih dahulu sebelum
menikah dan ia menyukainya.

‫قالت نورا إنو يبدو ؽبا أن كريبا يريد زوجة تشارك يف اللذة وليس ؾبرد أداة للذة (ظبو‬

)ٕٔٛ :‫األمَتة‬

203
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 182

153
“Nura mengatakan, Karim menginginkan istri yang bisa sama-sama
menikmati seks, bukan sekadar sebagai objek kesenangan saja.”204

‫ الكثَت على إدراكي‬، ‫ اؼبقتنعة أبنٍت أعرف معٌت مالبسات اغبياة الزوجية‬، ‫مل تزد نورا‬

‫ وقد كشفت أن من واجيب كزوجة أن أكون حاضرة لكرمی يف كل وقت بغض النظر عن‬،

‫ وأنو ال يبكن لكرمی أن هبربين على‬، ‫أعلنت أنٍت سأفعل ما أريد‬


ُ ، ‫مشاعري يف تلك اللحظة‬

‫ سَتضى ابلرفض‬، ‫ وال أي رجل آخر‬، ‫ فال کرمی‬. ‫ىزت نورا برأسها‬
ّ . ‫التصرف بعكس ميويل‬
ّ
. ‫ وىو لن يلجا أبدا إىل القوة‬، ‫أعلنت أن كريبا سيكون ـبتلفا‬
ُ ، ‫ فالسرير الزوجي حق لو‬،

‫وإال فإن‬
ّ ، ‫توقع ذلك‬
ّ ‫ وال هبب علي‬، ‫يتفهم مثل ىذا اؼبسائل‬
ّ ‫وقالت نورا إنو ال يوجد رجل‬
)ٔٛٓ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫اػبيبة ستسحقٍت‬

“Yakin bahwa aku telah mengerti implikasi kehidupan perkawinan,


Nura menambahkan beberapa hal. Ia mengatakan bahwa tugasku, sebagai
istri, adalah selalu siap melayani Karim sepanjang waktu, tak peduli
perasaanku saat itu. Aku nyatakan, aku akan melakukan hubungan seks
kalau aku ingin; Karim tidak bisa memaksaku melawan kehendak hatiku.
Nura menggelengkan kepadanya. Tak ada laki-laki, termasuk Karim, yang
bisa menerima penolakan. Ranjang perkawinan adalah milik laki-laki.”205

Kaka Sultana, Sarah dan Nura mengingatkannya bahwa semua laki-


laki Saudi sama, hanya menginginkan kebahagiaan atas dirinya sendiri.
Sultana harus siap sedia melayani sang suami tanpa pernah menolak, ketika
sang suami ingin bercinta, ia harus rela memberikan tubuhnya setiap saat

204
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 182
205
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 180

154
karena ranjang perkawinan adalah milik lelaki. Nura mengatakan, tidak ada
laki-laki yang bisa mengerti dalam hal seperti itu, ketika seorang perempuan
mengharapkan hal itu, ia akan hancur dan kecewa.

4.1.8 Sultana dan Karim

Bagi Sultana, Karim berbeda dengan laki-laki Saudi pada umumnya.


Ia tak pernah memaksa. Karim berbisik pada Sultana bahwa dia adalah gadis
impiannya; anggota keluarga kerajaan, cerdas dan punya selera humor yang
tinggi. Karim menyukai perempuan yang pemberani, ia bosan dengan
perempuan biasa. Karim menambahkan, dengan bisikan yang
menggairahkan, bahwa Sultana membuat matanya bahagia . Karim
menginginkan kebahagiaan di pernikahannya dengan Sultana. Sama halnya
dengan bercinta, Karim menginginkan kenikmatan bercinta sama-sama
dinikmati oleh keduanya tanpa ada yang merasa tersiksa.

Di Arab Saudi sangat jarang terjadi pengantin wanita dan laki-laki


begitu saling menyukai dan bergembira. Sultana tenggelam dalam mata
Karim dan begitu juga dia. Ia diliputi perasaan tak percaya, menikah dengan
seseorang yang sangat tampan dan tidak menakutkan membuat pembebasan
indah dari kesengsaraan mana muda Sultana.

، ‫ إال أن زوجي تفهم متطلبات شبايب‬.‫ وال ازال طفلة‬، ‫كنت يف السادسة عشرة‬

‫ ال يوافق‬، ‫ على غراري‬، ‫ فهو‬. ‫حل فريد‬


ّ ‫وسهل دخويل إىل عامل البالغُت من خالل‬
ّ
‫ حىت ولو كاان‬، ‫ قال إن على الغريبُت أال يكوان ضبيمُت‬. ‫على طريقة الزواج يف بالدان‬

‫ أن يبتلکا الوقت ليفهم كل منهما أسرار‬، ‫ برأيو‬. ‫ فعلى الرجل واؼبرأة‬. ‫زوجا وزوجة‬

155
‫ أن‬، ‫ ىو وأان‬، ‫ أبلغٍت کرمی أنو قرر قبل أسابيع أبن علينا‬، ‫األخر اليت تنمي الرغبة‬

: ‫ سأكون أان اليت ستقول‬، ‫ وعندما أصبح مستعدة لو‬. ‫نتعرف على بعضنا بعد زواجنا‬

)ٜٖٔ :‫((أريد أن أتعرف إليك كلك)) (ظبو األمَتة‬

“Aku baru berusia enam belas tahun, masih anak-anak, tapi suamiku
bisa memahamiku, dan ia membantuku mengenali dunia orang dewasa. Ia,
seperti aku sendiri, tidak setuju dengan cara perkawinan di negeri kami. Ia
mengatakan bahwa orang-orang asing seharusnya tidak berhubungan intim,
sekalipun mereka suami-istri. Menurut pendapatnya, laki-laki dan
perempuan harus memiliki waktu untuk memahami rahasia satu sama lain,
mana-mana saja yang bisa menumbuhkan hasrat. Karim mengatakan
kepadaku, ia telah memutuskan seminggu sebelumnya bahwa dia dan aku
akan berpacaran dulu setelah pernikahan. Dan, bila aku sudah siap, aku
akan menjadi orang yang akan mengatakan: 'Aku ingin mengenalmu
seutuhnya.'”206

‫ وقد أرخيت رأسي على‬، ‫ وبعد ذلك‬، ‫يف الليلة الرابعة سحبت زوجي إىل سريري‬

‫ نبست لو أبنٍت سأكون واحدة من الزوجات الشاابت الفاضحات يف‬، ‫كتف کرمی‬

:‫ (ظبو األمَتة‬. ‫ حيث سأعًتف ببهجة أبنٍت أستمتع ابعبنس مع زوجي‬، ‫الرايض‬

)ٜٖٔ

“Pada malam keempat, aku mendorong suamiku ke ranjangku.


Setelah itu, dengan kepalaku yang mengantuk di atas bahu Karim, aku

206
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 193

156
membisikkan bahwa aku akan menjadi salah satu dari istri-istri yang masih
muda dan nakal di Riyadh, yang dengan gembira mengakui: aku menikmati
seks dengan suamiku.”207

‫ تطلّب‬. ‫ بكينا وتصاغبنا‬. ‫ وغمرين يف غرفتنا ابلقبل‬، ‫ساقٍت کرمی إىل اؼبنزل ابللعنات‬

‫ وانتهى كل شيء على‬. ‫األمر سلسلة من اغبوادث اؼبؤسفة إليصالنا إىل قمة سعادتنا‬

)ٕٖٔ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫ما يرام‬

“Di dalam kamar, ia menghujaniku dengan ciuman dan kami pun


berdamai. Butuh serangkaian musibah untuk membawa kami pada puncak
kebahagiaan. Dengan ajaib semuanya berakhir baik-baik saja.”208

Namun sayang, kisah asrama Sultana dan Karim hanya bertahan


sebentar. Karim, seperti kebanyakan lelaki Saudi ingin memiliki istri kedua.
Sultana marah besar dengan keputusan Karim yang menganggap Sultana
tidak cukup pintar untuk melihat situasi seperti ini. Sultana sosok wanita
yang sangat keras terhadap prinsip yang ia yakini. Ia tak akan pernah
menerima Karim untuk menikah lagi kecuali Karim bersedia mnceraikan
Sultana dan Sultana mendapat hak asuh anaknya. Di Arab Saudi, apabila istri
diketahui meminta cerai kepada suami, itu akan membuat keluarga besar
sang suami menanggug malu yang hebat karena dianggap mempunyai
kekurangan dan dapat dikendalikan oleh sang istri.

، ‫أبي خداع ىبتاره ؛ إال أنٍت أدركت مالبسات ازباذه زوجة اثنية‬
ّ ‫التفوه‬
ّ ‫يبكن لكرمی‬
‫ مضي على زواجنا شباين‬. ‫ اؼبسألة بدائية‬. ‫ليست الرغبة يف األوالد ىي السبب الوحيد‬

207
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 193
208
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 213

157
‫مل من تناول الطبق نفسو‬
ّ ‫ واضح أن زوجي‬، ‫اغبرية اعبنسية‬
ّ ‫سنوات ؛ وىدفو ىو‬
)ٕٜٚ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫يتذوقو‬
ّ ‫ويسعى إىل طعام جديد‬

“Persoalannya tetap sederhana. Kami sudah menikah selama


delapan tahun. Ia hanya ingin mendapatkan surat izin untuk melakukan
hubungan seksual dengan perempuan lain. Jelas, suamiku sudah bosan
memakan hidangan yang sama dan berhasrat mencari makanan baru yang
lebih eksotik sesuai dengan seleranya.”209

Sultana dan Karim akhirnya berdamai kembali, Sultana bertahan


dengan Karim karena mengingat anak perempuannya yang harus ia
perjuangkan. Untuk mencintai Karim seperti sebelumnya, Sultana tidak bisa
dan memilih untuk membiarkan Karim yang ingin memiliki pertualangan
seks dengan banyak perempuan. Ia merasa bosan dengan Sultana yang sudah
tidak memperdulikannya. Setiap minggu, Karim dan pangeran-pangeran
lainnya pergi ketempat khusus yang telah disediakan oleh kerajaan untuk
para laki-laki bersenang-senang dan berpartisipasi dalam fantasi seksual
yang taiada habisnya. Mereka bebas memilih pelacur manapun yang ingin
mereka tiduri dari ratusan pelacur Paris yang diterbangkan langsung ke Arab
Saudi. Bagi para laki-laki Saudi, perempuan diciptakan hanya sebagai objek
kenikmatan seksual atau sarana melahirkan anak

4.1.9 Sultana dan Perempuan Asing

Ketika Sultana melahirkan anak pertamanya di rumah sakit, ia


melihat seorang anak perempuan muda dengan mata hitam yang penuh
dengan kepedihan. Perempuan muda itu memandang bayi-bayi yang sedang

209
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 279

158
menangis. Sultana tahu, ia berasal dari sebuah desa kecil, Perempuan Saudi
yang berasal dari desa kerap melahirkan dirumahnya sendiri. Tenyata
perempuan desa ini menderita sakit yang hebat dibagian perutnya sehingga
sang suami khawatir dan membawanya ke rumah sakit di kota untuk
mendapat bantuan medis. Gadis itu merupakan istri ketiga dari suaminya
yang berumur luma puluh tiga tahun, ia menjadi istri kesayangan suaminya.
Semenjak menikah dengan perempuan itu, sang suami hanya fokus
kepadanya dan tidak memperdulikan istri pertama dan kedua yang
seharusnya mendapatkan haknya sebagai seorang istri.

Jika ingin meneladani nabi Muhammad, seorang laki-laki yang menikahi


banyak perempuan harus bisa membagi waktu dengan adil kepada istri-
istrinya. Perempuan malang itu, kini melahirkan anak kelimanya diumur dua
belas tahun. Ia sangat resah dan takut menghadapi sang suami karena
sekarang ia melahirkan anak berjenis kelamin perempuan . Suaminya pasti
akan marah besar dan mencaci makinya ketika mengetahui hal tersebut.

. ‫قالت الفتاة إن زوجها رجل يتمتع بقوة كبَتة (ويفعلها) مرات كثَتة يف اليوم‬

‫ضخ‬
ّ ‫ربرك ذراعها صعودا وىبوطا يف حركة‬
ّ ، ‫ ؼبزيد من الوقع‬، ‫ اتسعت عيناىا وىي‬. ‫(ظبو‬
)ٕٕٜ :‫األمَتة‬

“Perempuan muda ini berkata, suaminya seorang laki-laki dengan


tenaga yang sangat kuat dan melakukan 'itu' beberapa kali dalam sehari.
Matanya membelalak ketika ia menggerakkan tangannya naik turun ala
pompa untuk membumbui ceritanya.”210

210
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 229

159
Keesokan harinya, dirumah sakit, para staf rumah sakit kaget melihat
seorang gadis kecil yang akan melahirkan, dengan kaki dibelenggu dan
tangan diborgol. Ia diantar keruang bersalin oleh sekelompok mutawa (polisi
syari‟at) yang terlihat sangat marah dengan penjagaan bersenjata. Mereka
menunjuk seorang dokter untuk menangani kasus anak itu. Mereka
meneceritakan bahwa gadis kecil ini diadili menurut hukum syaria‟at dan
dinyatakan bersalah karena berbuat zina. Karena ini adalah kejahatan hudud
(kejahatan melawan Tuhan), hukumannnya sangat berat. Para mutawa
mengungkapkan kebenaran menurut mereka sendiri, da berada disana
sebagai pengemban kesaksian untuk memberi hukuman yang pantas.

‫ قال إهنا‬. ‫عاد كرمی يف ساعة مبكرة من اؼبساء وىو وبمل أخبارا عن الفتاة احملكومة‬

‫ امشأز کرمی‬، ‫اشتهرت ابلشبق وقد ضبلت بعدما مارست اعبنس مع عدد من الصبية اؼبراىقُت‬

‫ أىانت شرف اسم عائلتها ؛ وأن ليس‬، ‫ يف ازدرائها قوانُت أرضنا‬، ‫ وقال إهنا‬، ‫من سلوكها‬

)ٕٖٖ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫أمام العائلة من مسلك آخر تسلکو‬

“Karim kembali lebih awal malam ini dengan membawa informasi


tentang gadis yang dihukum itu. Ia mengatakan, gadis itu tertangkap
berbuat asusila dan menjadi hamil setelah berhubungan seks dengan
sejumlah pemuda. Karim jijik dengan perilaku itu. Ia mengatakan, karena
menganggap remeh hukum di negara kita, ia telah membuat malu nama
orang tuanya; tak ada jalan lain yang dapat dilakukan keluarganya.”211

Sultana sangat sedih melihat kejadian itu tepat didepan matanya, ia


dengan bercucuran air mata memohon dengan sangat kepada Karim untuk

211
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 233

160
menyelidiki persoalan itu. Perawat-perawat di rumah sakit bergetar marah
ketika melihat seorang gadis kecil yang umurnya palig baru empat belas atau
lima belas tahun. Para mutawa mengatakan kepada para perawat itu bahwa
hukuman yang biasa diberikan pada perbuatan zina adalah hukum dera, anak
itu dijaga sampai melahirkan, dan setelah ia melahirkan, ia akan dirajam
sampai mati. Bagaimana dengan pemuda yang ikut melakukan perbuatan
zina itu ?

‫ لكنو مل يبتلك جوااب‬، ‫س ألت زوجي عن عقوبة الفتيان الذكور الذين شاركوا يف ذلك‬

‫أوحيت أبنو من اؼبرجح أهنم تلقوا ؿباضرة صارمة بدال من اغبكم ابإلعدام ؛ ففي‬
ُ .

‫ أذىلٍت‬.‫ يلقي ابللوم الكامل يف اؼبمارسة اعبنسية اؼبمنوعة على األنثى‬، ‫عامل العرب‬

‫ وابلرغم من‬. ‫ بغض النظر عن نوع اعبريبة‬، ‫کرمی بقبولو اؽبادئ لإلعدام اؼبخطط للفتاة‬

‫ الذي غالبا ما وبقق النجاح مع‬، ‫التدخل لد اؼبلك‬


ّ ‫نداءايت لو لبذل بعض اعبهد و‬
‫ وأصر‬، ‫ نداءايت اؼبذعورة‬، ‫ حبنق ظاىر‬، ‫ رفض کرمی‬. ‫والد يبيل إىل القصاص العنيف‬

)ٕٖٗ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫على صرف النظر عن اؼبوضوع‬

“Aku bertanya pada suamiku tentang hukuman untuk pemuda yang


ikut melakukan perbuatan zina itu, namun ia tak punya jawaban. Aku
mengatakan pasti hanya akan menerima omelan jelek dan bukannya
hukuman mati; di dunia Arab, kesalahan atas hubungan seks yang tak sah
dibebankan pada pundak perempuan. Karim membuatku heran dengan
ketenangannya menerima eksekusi yang telah direncanakan untuk anak itu,
tak peduli betapapun itu merupakan kejahatan. Meskipun aku menangis
mendesaknya untuk melakukan beberapa usaha mencegah hukuman itu

161
dengan memohon pada Raja, yakni orang yang sering berhasil bersama
dengan ayah melenturkan hukuman yang sangat keras, Karim menolak
permintaanku dengan kejengkelan yang tak disembunyikan dan bersikeras
agar persoalan itu diabaikan.”212

Apa perbuatan zina yang dilakukan oleh seorang anak kecil berumur
dua belas tahun sehingga hanya dia akan dirajam sampai mati ?

‫ وبدا واضحا أن الفتيان اؼبراىقُت اآلخرين يف الغرفة قد‬، ‫مل تعثر أمل على شقيقها‬

‫ حيث انقض عدة صبيان على أمل دفعة‬، ‫أاثرهتم اؼبخدرات واغبديث عن النساء‬

، ‫ صرخت منادية شفيقها‬.‫تسمرت على األرض‬


ّ ‫ فوجدت نفسها وقد‬، ‫واحدة‬
ِ ‫ ّإال أن توسالهتا مل تلق صد يف أذىاهنم‬، ‫وحاولت إفهام الفتية أهنا ابنة البيت‬
‫اػبدرة‬ ّ
‫ربولوا إىل زمرة‬
ّ ‫ نزع أصدقاء شقيقها قميصها عن جسمها وىاصبوىا بوحشية وقد‬.
‫ ومل يسمع أحد صراخها طلبة‬، ‫ غطى ارتفاع اؼبوسيقى على أصوات اؽبجوم‬. ‫مسعورة‬

)ٕٖٙ :‫ (ظبو األمَتة‬.‫ فقدت أمل الوعي بعدما اغتصبها الفىت الثالث‬. ‫للنجدة‬

“Saudara Amal tidak ada. Pemuda-pemuda di ruangan itu bangkit


nafsunya oleh obat-obatan dan bicara tentang perempuan, sebab secara
tiba-tiba Amal diterkam oleh beberapa pemuda itu dan ditekan ke lantai. Ia
berteriak memanggil kakaknya dan berusaha memberitahu pemuda-pemuda
itu bahwa ia adalah anak perempuan si empunya rumah. Namun jeritannya
tidak terdengar oleh otak yang sedang mabuk. Pakaiannya direnggut dari
tubuhnya. Ia dengan brutal diperkosa oleh teman-teman abangnya, yang

212
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 234

162
berubah menjadi gerombolan yang liar. Suara musik yang keras meredam
suara serangan itu, dan tak seorang pun mendengar teriakan minta
tolongnya. Amal pingsan setelah laki-laki ketiga memperkosanya.”213

‫ قالوا إن الفتاة‬. ‫اعًتفوا أبهنم استمعوا إىل موسيقى صاخبة وحصلوا على متعة برينة‬

‫ وأخربهتم إهنا كانت تقرأ‬، ‫دخلت الغرفة بثوب نوم رقيق واستدرجتهم إىل فبارسة اعبنس‬

‫ أقسموا على‬، ‫يف الطابق العلوي كتااب عن اعبنس وقد انتاهبا قدر كبَت من الفضول‬

‫ تقبّلهم‬، ‫ ذبلس يف أحضاهنم‬- ‫تصرفت بطريقة جريئة‬


ّ ‫ إال أهنا‬، ‫أهنم رفضوىا يف البداية‬
. ‫ حبيث إنو مل يعد يف إمكاهنم السيطرة على أنفسهم‬- ‫سبرر اصابعها على جسدىا‬
ّ‫و‬،
. ‫لقد تُركت الفتاة من دون مراقب وصممت على التمتع بوقتها مع بعض الصبية‬

)ٕٖٚ:‫ (ظبو األمَتة‬. ‫صبيعا اؼبشاركة‬


ّ ‫وأعلنوا أهنا ال تشبع وأهنا رجت منهم‬

“Mereka mengakui hanya bermain dengan musik yang keras dan


melakukan kesenangan yang tak berdosa. Mereka mengatakan gadis itu
memasuki ruangan dengan pakaian tidur yang tipis dan membujuk mereka
untuk bercinta. Gadis itu mengatakan kepada mereka bahwa ia baru saja
membaca buku tentang seks di kamar atas dan diliputi oleh rasa sangat
ingin tahu. Mereka bersumpah bahwa awalnya mereka menolak, namun
gadis itu terus merayu dengan cara yang berani duduk di pangkuan mereka,
menciumi mereka dan meraba-raba tubuh mereka akhirnya mereka tak lagi
bisa menahannya. Gadis itu datang tanpa muhrim dan memutuskan untuk

213
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 236

163
bersenang-senang dengan beberapa anak lelaki. Mereka mengatakan bahwa
gadis itu tak pernah puas dan memohon pada mereka semua untuk ikut
berpartisipasi.”214

Orang tua Amal yang pada saat itu sedang berakhir pekan ke luar
kota tidak tahu apa yang terjadi dirumahnya. Ibu Amal lebih percaya kepada
cerita anaknya, walaupun sangat sedih ia tidak bisa meyakinkan suaminya
bahwa anak mereka tidak bersalah. Ayah Amal yang selalu merasa tidak
nyaman dengan anak perempuan, terpukul oleh peristiwa itu, namun merasa
bahwa anak-anak lelaki itu hanya melakukan apa yang akan dilakukan lelaki
di dalam kondisi seperti itu. Denga berat hati, sang ayah menyimpulkan
bahwa anak perempuannya harus dihukum karena telah mencoreng nama
baiknya. Abang Amal yang saat itu berada dirumah juga takut akan hukuman
berat jika ketahuan menggunakan obat-obatan, ia tidak maju untuk
membersihkan nama adiknya.

Sultana sangat terpukul mendengar cerita ini, ia mengutuk dirinya


sendiri yang tidak berdaya mencegah kegilaan ini padahal ia adalah seorang
putri kerajaan Arab yang memegang kekuasaan tertinggi di Saudi. Sultana
tidak bisa menolong Amal karena di negerinya, seorang perempuan tidak
boleh mengeluarkan pendapat. Dengan getir, Sultana berpikir tentang orang-
orang jahat yang sebenarnya bersalah namun sekarang bebas berkeliaran
tanpa memikirkan dan peduli kepada kematian tragis akibat perbuatan
mereka.

214
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 237

164
‫كنت يف الثانية عشرة من عمري عندما ُوجدت امرأة من إحد القر‬

‫ حكم عليها ابؼبوت‬. ‫الصغَتة غَت البعيدة جدا عن الرايض مذنبة ابرتكاب الزين‬

)ٕٖٙ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫وقرر عمر وسائق جاران الذىاب ومشاىدة العرض‬
ّ . ‫رصبا‬

“Ketika aku berumur dua belas tahun, seorang perempuan dari


salah satu desa kecil tak jauh dari Riyadh dinyatakan bersalah karena
berzina. Ia dihukum rajam sampai mati. Omar dan para sopir tetangga kami
memutuskan untuk pergi dan menyaksikan pemandangan itu.”215

Banyak sekali kisah-kisah menyedihkan yang Sultana dengar dari


dinding istananya tentang bejatnya laki-laki Saudi memperlakukan
perempuan-perempuan dari Negara asing yang bekerja dirumah mereka
sebagai budak seks. Para pelayan sering dilecehkan oleh majikannya dan
diperlakukan tanpa kasih sayang. Laki-laki Saudi sangat menikmati ketika
menganiaya para pelayan dan membuat mereka sangat menderita.

‫ شعرت مارسي دبا يكفي من الثقة للتحدث عن صديقتها‬، ‫بعد ذلك ببضعة أسابيع‬

‫ عرفت للمرة‬.‫ السؤال عن القيم األخالقية يف بالدي‬، ‫ إبخباري عن مادلُت‬، ‫ أاثرت‬.‫مادلُت‬

‫األوىل من مارسي أن نساء من بلدان العامل الثالث ُوبتجزن بوصفهن عبدات للجنس يف بلدي‬

‫السعودية‬ ‫العرابية‬ ‫اؼبملكة‬ ، ‫أان‬

)ٖٔٛ-ٖٔٚ :‫ (ظبو األمَتة‬.

215
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 236

165
“Beberapa minggu kemudian, Marci merasa cukup percaya diri
untuk bercerita tentang temannya, Madeline. Dengan cara itu, ia berharap
bisa menguak pertanyaan tentang nilai-nilai moral di negeriku. Melalui
Marci, kali per tamanya aku tahu bahwa para perempuan dari Negara-
negara Dunia Ketiga telah dijadikan budak seks di negeriku, Arab
Saudi.”216

Madeline adalah teman dari salah satu pelayan Sultana yang bernama
Mercie. Madeline berwajah cantik dengan tubuh semampai dan kulit putih
sehingga banyak lelaki yang menginginkannya. Bahkan di tempat umum, ia
dilecehkan oleh orang Libanon karena terpesona akan kecantikanya.

‫أبلغها اللبناين أنو تلقى للتو عقدا بقبول أكثر من ثالثة آالف عامل فيليبيٍت للعمل‬

‫ ألن األثرايء‬، ‫ وأن األولوية ستُعطي ؼبادلُت يف وظائف اػبادمات‬، ‫يف منطقة اػبليج‬

.‫ وربّت على ردفيها وغادر مكتبو‬، ‫ غمزىا‬. ‫العرب يطلبون دوما خادمات صبيالت‬

)ٖٜٔ :‫(ظبو األمَتة‬

“Orang Libanon itu mengatakan bahwa ia baru saja menerima


kontrak mencari lebih dari tiga ribu pekerja Filipina untuk ditempatkan di
wilayah Teluk Persia, dan Madeline akan mendapat prioritas karena orang-
orang kaya Arab selalu meminta pelayan yang cantik. Laki-laki itu
mengedipkan mata dan menepuk pantat Madeline ketika gadis ini
meninggalkan ruang.”217

216
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 138
217
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 139

166
‫تنهدت مارسي إبعياء‪ ،‬وقالت إن االعتداءات اعبسدية واعبنسية ُزبفى يف الغالب ‪،‬‬
‫ّ‬
‫وذگرتٍت أبنٍت أعيش على بعد ايردات قليلة وحسب من قصر ىبفي آالم الكثَتات من‬

‫الفتيات الشاابت ‪ ،‬وأان رغم ذلك ال أعرف هبا‪ .‬طلبت مٍت بلطف أن أبقي عيٍت‬

‫مفتوحتُت ‪ ،‬وأراقب كيف تتم معاملة نساء من بلدان أخر يف بالدي ‪ ،‬فهززت رأسي‬

‫موافقة حبزن ‪( .‬ظبو األمَتة‪)ٔٗٔ :‬‬

‫‪―Marci mendesah letih, dan mengatakan bahwa pelecehan fisik dan‬‬


‫‪seksual biasanya disembunyikan. Ia mengingatkan bahwa aku tinggal hanya‬‬
‫‪lima yard dari istana yang menyimpan penderitaan banyak gadis muda, dan‬‬
‫‪aku tak mengenal mereka. Dengan lembut ia memintaku membuka mata,‬‬
‫‪untuk melihat bagaimana perempuan dari negeri lain dianiaya di negeri‬‬
‫‪kami. Dengan sedih aku mengangguk setuju.”218‬‬

‫فَ ِه َم رب البيت الوضعية األقل أنبية للمرأة اليت يشَت إليها القرآن على أهنا العبودية‪.‬‬

‫وكل امرأة ليست مسلمة تّعترب مومسا ‪ .‬وما زاد الطُت بلة أن الوالد واثنُت من أبنائو‬

‫يسافرون أربع مرات يف السنة إىل اتيالند لزايرة اؼبواخَت يف ابنكوك وشراء اػبدمات‬

‫اعبنسية لشاابت اتيالندايت صبيالت ‪ .‬واقتنعت العائلة ‪ ،‬ؼبعرفتها أن بعض نساء‬

‫الشرق ىن للبيع ‪ ،‬ابن صبيع النساء من غَت اؼبسلمات ىن للشراء ‪ .‬ويُفًتض عند‬

‫‪218‬‬
‫‪Sasson, Summuwul Amiroh, h. 141‬‬

‫‪167‬‬
‫ (ظبو‬. ‫ حبسب مزاج رجال اؼبنزل‬، ‫ أنو هبب استخدامها كاغبيوان‬، ‫توظيف خادمة ما‬

)ٖٔ٘ :‫األمَتة‬

“Bagi kepala rumah tangga, status subordinat perempuan yang


diindikasikan dalam Alquran, dipahami sebagai budak. Perempuan lain
yang bukan Muslim dianggap sebagai pelacur. Keadaan tidak berubah
dengan kenyataan bahwa ayah dan dua putranya bepergian ke Thailand
empat kali dalam setahun untuk mengunjungi rumah pelacuran di Bangkok
dan membeli pelayan seks dari perempuan-perempuan Thailand yang muda
dan cantik. Mengetahui bahwa beberapa perempuan Timur dijual, mereka
menjadi yakin bahwa semua perempuan yang bukan Muslim adalah untuk
dibeli. Ketika seorang pelayan disewa, itu mereka anggap bisa dimanfaatkan
seperti seekor binatang, menurut tingkah laki-laki di rumah itu.”219

‫أعلمت الوالدة مادلُت على الفور أبهنا استُخدمت لتعمل كمتن ّفس جنسي البنيها‬

‫ وقد أبلغتها‬. ‫ وأبن عليها خدمة ابسل وفارس على أساس يوم بعد آخر‬، ‫اؼبراىقُت‬

)ٔ٘ٗ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫ىذه اؼبعلومات من دون أي انفعال حيال أيس مادلُت التام‬

“Melalui ibu mereka, Madeline segera tahu bahwa ia diperkerjakan


untuk melayani hasrat seksual dua anak laki-laki remaja mereka. Sang ibu
memberitahu Madeline bahwa ia harus melayani Basil dan Fads di setiap
hari yang berbeda. Informasi ini disampaikan tanpa mengindahkan
perasaan Madeline sama sekali.”220

219
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 153
220
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 154

168
‫ األمر الذي فاجأ اػبادمة السريالنكية اؼبثَتة جنسيا‬، ‫ّقرر الوالد أن مادلُت على ذوقو‬

.‫ وأبلغ ابنيو أن ليس يف وسعهما مضاجعة اػبادمة اعبديدة إال بعد أن وبصل ىو على لذتو‬.

)ٔ٘ٗ :‫(ظبو األمَتة‬

“Takjub melihat pelayan yang seksi, sang ayah memutuskan bahwa


Madeline adalah sesuai dengan seleranya. Ia mengatakan pada putra-
putranya bahwa mereka bisa tidur dengan pelayan baru itu setelah ia
memuaskan kesenangannya.”221

! ‫ يف تلك الليلة األوىل على عودة العائلة اغتصب الوالد مادلُت‬، ‫سيديت سلطانة‬

‫ ألنو قرر أنو معجب هبا إىل‬، ‫ « مل تكن ىذه إال البداية‬: ‫قالت وىي تشهق ابلبكاء‬

)ٖٔ٘ :‫ (ظبو األمَتة‬.. ‫درجة أنو واصل اغتصاهبا كل يوم‬

“'Nona Sultana, di malam pertama keluarga itu pulang, sang ayah


memperkosa Madeline!' Ia terisak-isak. 'Itu baru permulaan, karena
ternyata sang ayah sangat menyukai Madeline sehingga memperkosanya
setiap hari !'”222

Sultana merasa malu dengan perilaku egoisnya selama ini yang


kekanak-kanakan. Ia tergugah dengan cerita tragis yang diceritakan oleh
Mercie mengenai Medeline. Madeline sering mencoba lari dari rumah bengis
itu namun selalu tertangkap, akhirnya setiap orang dirumah diperintahkan
untuk menjaga Madeline. Ia juga sering memohon pertolongan dengan
melemparkan catatan ke trotoar namun tidak ada yang menggubris. Untuk

221
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 154
222
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 153

169
melaporkan polisi, Madeline yakin polisi tidak akan percaya dengan
ceritanya. Polisi Saudi pasti lebih mempercayai majikannya dibanding
dirinya.

Mendengar cerita tragis itu, Sultana tidak bisa berkata apa-apa. Ia


didera duka cita yang sangat mendalam. Sultana diliputi penyesalan dan tak
lagi merasa lebih tinggi di hadapan pelayannya. Berapa banyak lagi
Madeline lain yang ada di luar sana ? menggapai-gapai minta perhatian dan
tak menemukan pertolongan apapun.

‫ شرعت يف التحقيق مع صديقايت‬، ‫عندما أفقت من نومي اػبجل اؼبضطرب‬

‫ برواايت‬، ‫ بفضل مثابريت‬، ‫قت‬


ُ ‫ أُغر‬. ‫وإخراجهن من استكانتهن يف ما يتعلق دبصَت خادماهتن‬
‫ ارتكبها رجال من أبناء ثقافيت حبق‬، ‫ عن أفعال شنيعة يعجز عنها الوصف‬، ‫من اؼبصدر‬

)ٔ٘ٚ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫نساء من كل األمم‬

“Ketika aku terbangun dari rasa malu yang mengganggu, aku mulai
menginterogasi teman-temanku dan menguber ketidakpedulian mereka
terhadap nasib para pelayan perempuan mereka. Karena kegigihanku, aku
mendapat banyak laporan dari pihak pertama tentang tindakan-tindakan
menjijikkan dan tak terucapkan yang dilakukan oleh laki-laki dari
kebudayaanku terhadap perempuan dari semua bangsa.” 223

‫ دببلغ‬، ‫ وىي يف الثالثة عشرة‬، ‫ اليت ابعتها عائلتها‬، ‫ظبعت عن شاكونتال من اؽبند‬

‫ يتم إجهادىا ابلعمل هنارا واالعتداء عليها ليال‬. ) ‫ دوالرا‬۰۷۱ ( ‫ستمئة رايل سعودي‬

223
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 157

170
‫ سو أنو مت شراء‬، ‫ سباما ابلطريقة نفسها اليت اعتُمدت مع اؼبستأمنة مادلُت‬،

‫ لن تتمكن شاكونتال أبدا من العودة إىل الداير من‬. ‫ وىي ملكية لن ترد‬، ‫شاكونتال‬

)ٔ٘ٚ :‫ (ظبو األمَتة‬. ‫ إهنا ملك ؼبع ّذبيها‬. ‫جديد‬

“Aku mendengar tentang Shakuntala dari India, anak yang pada usia
tiga belas tahun dijual oleh keluarganyaseharga 600 riyal Saudi ($170). Ia
bekerja di siang hari dan dilecehkan pada malam hari dengan cara yang
sama dengan yang dialami Madeline. Namun Shakuntala dibeli. Ia adalah
harta milik yang tak akan dikembalikan Shakuntala tak akan pernah bisa
pulang ke rumah lagi. Ia adalah harta milik penyiksanya.”224

‫استمعت هبول إىل والدة تنبذ ضاحكة بلوی خادمتها التايالندية اليت اعتد عليها‬

‫ وإن‬، ‫ قالت إن ابنها يف حاجة إىل فبارسة اعبنس‬. ‫ابن العائلة وسيواصل االعتداء عليها‬

‫ وأعلنت بثقة أن نساء‬. ‫حرمة النساء السعودايت أجربت العائلة على تزويده ابمرأة خاصة بو‬

:‫ (ظبو األمَتة‬. ‫ملوك يف أعُت أمهاهتم‬


ٌ ‫ األبناء‬. ‫يهمهن من يذىنب معو إىل السرير‬
ّ ‫الشرق ال‬

)ٔ٘ٛ

“Aku mendengar dengan ngeri ketika seorang ibu yang dengan


tertawa membiarkan pelayan Thailandnya diperkosa oleh anak lelakinya di
rumah. Ia berkata bahwa anak laki-lakinya membutuhkan seks, dan kesucian
perempuan Saudi memaksa keluarga itu untuk menyediakan perempuan bagi

224
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 157

171
mereka. Ia berkata dengan yakin bahwa perempuan Timur tak peduli tidur
dengan siapa. Anak laki-laki adalah Raja di mata ibu mereka.”225

Sultana bertanya kepada Ali, sang kakak mengapa ia dan ayah


berpergian ke Thailand dan Filipina tiga kali dalam setahun. Ali tidak mau
menjawabnya. Tanpa mendapat jawaban dari Ali, akhirnya Sultana tahu
mengenai banyak laki-laki Saudi yang melakukan perjalanan yang sama ke
negeri indah yang menjual perempuan dan anak gadis mereka pada setiap
jahanam yang memiliki uang.

Sultana akhirnya memahami tugas berat yang menghadang kaum perempuan


tentang kesetaraan agar tidak ada lagi perempuan-perempuan yang dijadikan
budak seks, dianiaya, dilecehkan bahkan diperlakukan seperti binatang. Ia
merasa semakin benci terhadap masyarakat patriarkhis yang mengancam
semua perempuan, bahkan anak-anak yang berani menginjak tanah Arab
Saudi, apapun kebangsaan mereka.

‫ما إن أفاق زوج وداد من صدمة وصولو إىل الفيال ليجد ابنتو اؼبفقودة منذ وقت‬

‫ حتی أخذ الطفلة إىل إحد العيادات ليتأكد من أهنا مل تتعرض‬، ‫طويل واقفة عند البوابة‬

‫ لكن ما متّ اكتشافو بعد الفحص الدقيق يثَت‬. ‫ ألن ىذا كان ىاجسو األكرب‬، ‫لالغتصاب‬

‫ قال لو‬. ‫ أبلغ الطبيب الوالد اؼببهوت أن الطفلة خضعت حديثا عبراحة كرب‬. ‫القشعريرة‬

‫فبزقة وملتهبة بسبب األوساخ‬ ِ


ّ ‫ كانت جروح الفتاة‬. ‫الطبيب إن ابنتو استُخدمت کواىبة للك ْلية‬
)ٕٜٛ :‫ (ظبو األمَتة‬.

225
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 158

172
“Setelah reda rasa terkejutnya karena saat pulang ke rumah
mendapati putrinya berdiri di pintu gerbang, suami Widad membawa
putrinya itu ke klinik untuk memastikan apakah putrinya telah diperkosa,
sebuah peristiwa yang paling ia takutkan. Setelah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, hasilnya mengerikan. Dokter mengatakan pada suami Widad
bahwa anaknya tidak menderita serangan seksual, tetapi baru saja
menjalani operasi besar. Salah satu ginjalnya telah diambil. Luka bekas
operasinya buruk, dan infeksi terjadi karena lukanya tak bersih.” 226

Sultana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dan merasa malu


kepada Widad atas kekejian yang dilakukan orang Arab kepadanya. Widad
mengutuk negeri kami dan sangat membenci penduduknya.

4.1.10 Sultana dan Samira

Samira adalah sahabat tersayang Tahani, kaka kedua Sultana sejak mereka
berusia delapan tahun. Ia anak tunggal. Ibunya menderita kanker indung
telur, dan meskipun sudah diobati, ia tidak bisa lagi memiliki anak. Yang
mengejutkan, ayah Samira tidak menceraikan istrinya yang menjadi mandul
itu, yang biasanya dilakukan oleh mayoritas laki-laki Saudi.
Samira melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum agama
dan hukumannya tertera dalam Al-qur‘an: ―Dan (terhadap) para wanita yang
mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi di antara
kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi
persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai
mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain
kepadanya.‖ (QS. 4:15)

226
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 289

173
. ‫ ظبَتة ليست مذنبة ابلدعارة‬: ‫أرد حبدة‬
ّ ‫اشتعل الغضب يف كل أكباء جسدي وأان‬
‫فهي وقعت يف حب رجل غريب ! رجالنا ىؤالء حددوا أنو مسموح ؽبم أن يضاجعوا نساء‬

! ‫ فبنوع علينا كبن النساء ! ىذا جنون‬... ‫ ال‬، ‫ لكن األمر‬، ‫ نساء من دين آخر‬، ‫أجنبيات‬

)ٕ٘ٚ :‫ (ظبو األمَتة‬. ! ‫ وضعو الرجال للرجال‬- ‫ وتفاسَته‬- ‫ىذا القانون‬

“Dengan geram, aku jawab: 'Samira tidak bersalah karena


perbuatan cabul. Ia hanya jatuh cinta dengan orang Barat! Para ulama
telah memutuskan bahwa lakilaki diizinkan kawin dengan perempuan asing,
perempuan dari agama lain, tapi kita perempuan dilarang! Ini gila! Hukum
ini dan penafsirannya dibuat oleh laki-laki, untuk laki-laki!'”227

Sultana merasa geram dan siap melawan setiap inci tirani yang dirasa
tak wajar ini, yang sekarang menimpa salah satu anggota keluarganya yang
tercinta. Sehari sebelumnya, laki-laki di keluarga Samira dan para ulama
telah menjatuhi hukuman kurungan ruangan yang gelap sampai ia dinyatakan
mati. Samira berumur dua puluh dua tahun. Kematian akan datang perlahan
pada orang yang begitu muda dan kuat.
Kejahatannya apa? Ketika Samira bersekolah di London, ia bertemu
dan jatuh cinta dengan seseorang yang beragama lain. Kami perempuan
Saudi diajarkan bahwa perempuan Muslim yang memiliki ikatan dengan
seorang lelaki non-Muslim berarti berbuat dosa: jika suaminya beragama
Kristen atau Yahudi, agama anak mereka tidak bisa dijamin. Namun berbeda
dengan laki-laki, mereka kawin dengan perempuan beragama lain tanpa
sanksi apapun. Hanya saja, laki-laki Saudi akan membayar harga tertinggi
bila mereka berhubungan dengan non-muslim. Para ulama mengizinkan

227
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 257

174
‫‪perkawinan antara laki-laki muslim dan perempuan non-muslim, karena‬‬
‫‪anak-anak mereka akan dibesarkan menurut Islam, agama sang ayah.‬‬

‫ُسجنت ظبَتة يف حجرهتا ‪ ،‬منذ ليلة عودهتا ‪ ،‬يف انتظار اغبكم الذي سيصدره عليها‬

‫عمها ‪ .‬مل هبرؤ أي فرد من أفراد العائلة على رفع الصوت احتجاجا على سوء معاملتها ‪.‬‬

‫نبست لتهاين أهنا أبلغت أبنو مت التحضَت لزواج مناسب ؛ وسيتم نزوهبها يف غضون شهر ‪.‬‬
‫ْ‬
‫وقد ارتعبت ظبَتة لفكرة أن عالقتها مع الري كانت عالقة حب عميق ؛ وىي مل تعد عذراء‬

‫‪ (.‬ظبو األمَتة‪)ٕٙٚ :‬‬

‫‪“Sejak malam kepulangannya, Samira dikurung di kamarnya,‬‬


‫‪menunggu putusan dari pamannya. Tak ada anggota keluarga yang berani‬‬
‫‪mengajukan protes atas perlakuan terhadapnya. Ia berbisik pada Tahani‬‬
‫‪bahwa perkawinannya sedang dipersiapkan. Ia akan menikah dalam satu‬‬
‫‪bulan ini. Samira takut dengan gagasan itu, karena hubungannya dengan‬‬
‫‪Larry sudah sangat jauh: ia sudah tak lagi perawan.”228‬‬

‫اطّلع حبيب بعد ذلك من أحد أنسباء ظبَتة الذكور على ثرثرات العائلة ‪ .‬قال إن‬

‫ظبَتة قاومت زوجها ‪ ،‬ليلة الدخلة ‪ ،‬بقوة كبَتة وتصميم حبيث إنو قبا ابلكاد من عملية‬

‫اغبصول على ما ىو حق لو ‪ .‬قيل لنا إن الزوج قصَت وبدين وال يتمتع ابلكثَت من‬

‫يتسن لو ‪ ،‬يف‬
‫العضالت ‪ .‬ومن الواضح أنو مت إىراق بعض الدم ‪ّ ،‬إال أنو دم الزوج ؛ مل ّ‬
‫اؼبعركة الشرسة ‪ ،‬التح ّقق من عذرية زوجتو ‪( .‬ظبو األمَتة‪)ٕٙٛ :‬‬

‫‪228‬‬
‫‪Sasson, Summuwul Amiroh, h. 267‬‬

‫‪175‬‬
“Kemudian, Habbib mendapat gosip tentang keluarga itu dari salah
satu sepupu laki-laki Samira. Ia mengatakan bahwa pada malam pertama
Samira melawan suaminya dengan sekuat tenaga. Suaminya hampir saja
tidak bisa merenggut apa yang merupakan miliknya. Sang suami bertubuh
pendek, gemuk dan tidak terlalu jantan. Tentu saja darah keperawanan
sudah tak ada. Dalam pertempuran sengit, ia tak memiliki waktu untuk
membuktikan keperawanan istrinya.”229

Awalnya suami Samira sangat tertarik dengan keelokan dan


kecantikan tubuh Samira. Namu, seiring waktu berlalu, sang suami mulai
jemu dengan sikap menghina Samira yang kasar dan menyesal telah
membawa Samira ke rumahnya.

‫ استمدت اعبرأة وصرخت يف وجو‬، ‫ من أيسها‬، ‫عمتها أهنا‬


ّ ‫تبجحت ظبَتة أمام‬
ّ
‫ رجل‬، ‫ فسمَتة عرفت مداعبات رجل حقيقي‬. ‫زوجها أبهنا ال يبكن أن ربب واحدا مثلو‬

‫ (ظبو‬. ‫ ازدرت خربة زوجها كعشيق وقارنتو بقساوة أبمَتكيّها الوسيم الطويل القامة‬. ‫قوي‬

)ٕٙٛ :‫األمَتة‬

“Samira membual pada bibinya bahwa kesulitan hidup telah


membuatnya berani meneriakkan rasa benci ke wajah suaminya.
Bermodalkan pengalaman bercinta dengan lelaki sejati, Samira mengejek
kemampuan bercinta suaminya dan membandingkan dengan pacar
Amerikanya yang tinggi dan tampan.”230

229
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 268
230
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 268

176
‫ أبلغ الع ام غاضبا‬. ‫عمها‬
ّ ‫ ووضعها عند ابب‬، ‫ من دون مراعاة‬، ‫طلّق الزوج ظبَتة‬
‫ ربدث بكثَت‬. ‫ وقد ّزوجتو عن سابق معرفة ابمرأة فقدت طهارهتا‬، ‫أبنو ليس للعائلة شرف‬

‫ (ظبو‬. ‫من التفصيل عن (عار) ظبَتة ابجمليء إىل فراش الزوجية ويف ذىنها ذكرايت رجل آخر‬

)ٕٙٛ :‫األمَتة‬

“Tanpa basa-basi, Samira dicerai dan diantar ke depan pintu rumah


pamannya. Dengan marah bekas suami Samira mengatakan pada sang
Paman bahwa keluarga ini tak punya martabat dan sengaja menikahkannya
dengan seorang perempuan yang tak lagi suci. Secara rinci, ia menceritakan
semua tindakan Samira yang 'memalukan' yang menaiki ranjang pengantin
dengan ingatan ke laki-laki lain.”231

Keluarga Samira mencari petunjuk Al-qur‘an dan menemukan ayat


yang memperkuatnya untuk mengurung Samira karena telah membuat malu
keluarga. Mantan suami Samira, yang merasa sakit hati karena
kejantanannya dihina oleh Samira bersumpah akan memberitahu semua
orang tentang kerendahan martabat keluarga Samira, kecuali Samira dijatuhi
hukuman serius.

Memikirkan ketidakadilan semacam ini, membuat Sultana berteriak


marah. Namun Sultana dan kakak-kakaknya tak berdaya untuk
menyelamatkan Samira. Sultana mendengar berita bahwa Samira telah
dijatuhi hukuman kurungan di ‗ruang perempuan‘, sebuah hukuman yang
sangat kejam. Ruang itu terletak di lantai paling atas rumahnya. Kamar itu
tanpa jendela yang memang dibuat untuk memenjara Samira. Pintu dibuat

231
Sasson, Summuwul Amiroh, h. 268

177
secara khusus dan dengan ruang kedap suara agar suara teriakan tak
terdengar dengan sebuah lubang kecil untuk memasukkan makanan dan
lubang pembuangan kotoran. Sultana dan kakaknya sadar bahwa taka da
harapan untuk membebaskan Samira dari isolasi itu.

4.1.11 Sultana dan Jean P. Sasson

Penulisan buku ini membutuhkan banyak pengorbanan, keselamatan


Sultana dan keluarganya, ketakutan akan tanggapan teman-teman Jean di
Arab dan hilangnya cinta, dukungan dan persahabatan antara Jean dan
Sultana. Memperlihatkan persahabatan mereka secara terus terang akan
mendatangkan malapetaka bagi banyak orang, terutama Sultana. Selama tiga
tahun Jean membaca dan membaca lagi catatan dan buku harian Sultana.
Mereka mengadakan pertemuan-pertemuan rahasia di banyak kota-kota
besar dunia. Sultana sangat gembira sekaligus duka ketika membaca draft
terakhir dari buku ini.

Awalnya, Jean ragu dan menolak untuk menulis buku ini, karena
secara pribadi ia bosan dengan kritisme terus-menerus dari para Jurnalisme
Barat yang membuat pemberitaan tentang negeri yang sekarang menjadi
rumahnya. Mayoritas orang-orang muslim terisolasi karena laporan negatif
tanpa akhir dari pers dunia. Ada banyak sekali artkel dan buku yang kritis
terhadap Timur Tengah dan Jean tidak ingin bergabung untuk ‗menampar
Arab‖ bersama orang-orang yang mencari kesejahteraan ekonomi di tanah
negeri kaya minyak itu.

Sultana, putri yang berjuang demi hak perempuan. Ia memaksa Jean


untuk melihat kebanaran dari balik cadar seorang perempuan Saudi dan dari
balik dinding-dinding megah kerajan yang kasat mata. Dirinya lebih baik
mati daripada hidup dalam penjajahan, hingga fakta-fakta yang hina ini

178
diberitahukan kepada publik, tidak akan ada yang menolong. Bagaimana
dunia akan datang membantu kita jika ia tak pernah mendengar teriakan kita
? Ini adalah permulaan perubahan untuk perempuan.

4.2 Analisis Teks yang Mempresentasikan Seksualitas dalam novel


Nayla

Konsep seksualitas Freud yang menyatakan bahwa semua perilaku


manusia dimotivasi terutama oleh libido atau dorongan-dorongan seksual.
Dalam konsep Freud, libido disebut sebagai sumber energi dasar yang
menggerakkan perilaku yang dilakukan atas dasar dorongan-dorongan
seksual. Libido dianggap sebagai proses energi kehidupan yang lebih umum
yang terdiri dari insting-insting seksual dan insting pelestarian diri. Insting-
insting seksual dapat berupa keinginan sampai dorongan seksual secara fisik.
Dalam teori seknya, Freud juga memperkenalkan istilah objek seksual dan
tujuan seksual. Objek seksual adalah pribadi/objek yang menjadi sebuah
daya tarik seksual, sedangkan tujuan seksual adalah tujuan yang hendak
dicapai oleh insting seksual.232

Isu seksualitas yang ditulis oleh seorang pengarang bernama Djenar


Maesa Ayu dalam Novelnya Nayla, menggambarkan ungkapan hasrat
seksual yang direpresentasikan oleh tokoh utama dan kritik terhadap
stigmatisasi seks yang berkaitan dengan perempuan. Representasi seksualitas
yang dimaksud adalah hal-hal yang berkenaan dengan ungkapan hasrat
seksual antar tokoh, wacana ketubuhan, metafora tentang seks perempuan,
perkawinan, stereotip terhadap seks perempuan dan pemerkosaan. ― Dalam
peradaban modern, seks bukanlah sesuatu yang disembunyikan, akan tetapi

232
Freud, Teori Seks, (Yogyakarta:Jendela, 2003), h. 2

179
seks terus-menurus diungkap dan diteliti. Seks tidak pernah berhenti
dibicarakan, seks telah berubah menjadi sebuah khotbah agung yang
menggantikan khotbah-khotbah tradisi kuno. Pernyataan-pernyataan
tentang perlunya pengekangan serta anjuran transendensi seksual
merupakan hal yang saling menguatkan satu sama lain. Perjuangan demi
kebebasan seksual merupakan bagian dari kekuasaan yang didengungkan‖
233
Bahkan secara retorik, Foucault bertanya, ― Adakah tatanan social lain
yang menyedot perhatian begitu salam dan panjang sebagaimana seks?‖ .

Novel Nayla merupakan novel karya Djenar yang menggambarkan


kehancuran seorang anak akibat kegagalan dalam keluarga yang kerap terjadi
di kota-kota besar. Nayla sebagai tokoh utama direpresentasikan sebagai
seorang anak perempuan yang mengalami gangguan psikologis seperti
trauma dan depresi akibat perceraian antara kedua orang tuanya, sehingga ia
diasuh hanya dengan seorang ibu. Trauma psikologi yang dialami Nayla juga
disebabkan oleh didikan ibunya yang sangat keras terhadapnya dan membuat
Nayla kehilangan kasih sayang sejak kecil. Ibunya kerap menyiksa Nayla
secara seksual dengan menusukkan peniti kedalam vagina Nayla, ia juga
diperkosa oleh kekasih ibunya yang bernama om Indra ketika berumur
Sembilan tahun. Nayla tidak kuat dan akhirnya melarikan diri menemui
ayahnya dan tinggal bersama ayahnya selama tiga bulan karena setelah itu
ayah Nayla meninggal dan Nayla dicampakkan ke panti anak nakal dan
narkoba oleh ibu tirinya. Ia kemudian memutuskan untuk melarikan diri dari
panti. Pelariannya dari panti membuat ia mengenal kehidupan malam yang
kemudian ia representasikan dalam perilaku seksualnya.

233
Anthony Giddens, Problematika Utama dalam Teori Sosial, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004), h. 24

180
Berikut data teks-teks yang merepresentasikan seksualitas dari
perspektif tokoh perempuan dalam novel Nayla.

“Nafas Juli di telinga Nayla membuat bulu


kuduknya berdiri. Tak pernah ia rasakan sensasi seperti
ini terhadap satu pun laki-laki. Kini ia yakin, hatinya
sudah memilih Juli. Dan malam itu, Nayla bermaksud
menyerahkan tiap inci tubuhnya kepada Juli”234

Teks diatas menunjukkan hasrat seksual yang dimiliki oleh Nayla


yaitu tertarik dengan sesama jenis yang di novel tersebut bernama ―Juli‖. Juli
merupakan sosok yangat diidamkan oleh Nayla sebagai seseorang yang
menjaganya karena Nayla memiliki masa lalu yang kurang akan kasih
sayang dan penyiksaan dari seorang ibu. Rasa sayang Nayla kepada Juli
berubah menjadi hasrat seksual yang juga ingin menyerahkan tubuhnya
untuk Juli. Ungkapan hasrat seksual Nayla terhadap Juli penuh kasih sayang
dan ketenangan, ia sangat percaya terhadap Juli. Nayla lebih tertarik terhadap
sesama jenis dikarenakan memiliki trauma masa lalu yang amat sakit
terhadap lelaki karena pernah diperkosa oleh pacar dari ibunya, sehingga ia
tidak percaya akan laki-laki, ia hanya memberikan hasrat seksual secara fisik
dan kepuasan tanpa ada rasa cinta kepada banyak lelaki yang mendekatinya.

“Laki-laki menciptakan mitos perempuan ideal.


Perempuan ideal adalah perawan. Alat kelamin
perempuan yang ideal adalah tidak kelebihan cairan dan
otot vaginanya kencang. Bagaimana perempuan bisa
menikmati hubungan seksual jika sejak awal mereka sudah
ditakut-takuti oleh mitos keperawanan? Sejak awal mereka

234
(Nayla:61).

181
sudah dibodohi secara massal bahwa hubungan seksual di
hari pertama sakitnya tidak terkira akibat robeknya
selaput dara. Jika selaput dara robek, vagina
mengeluarkan darah. Itulah bukti kesucian yang harus
dijaga sampai tiba saatnya malam pertama. Padahal
kenyataannya, banyak sekali perempuan yang vaginanya
tidak mengeluarkan darah ketika pertama melakukan
hubungan seksual. Bahkan banyak yang tidak merasakan
sakit seperti informasi yang mereka terima“235

Teks tersebut sangatlah mendiskriminasi seorang perempuan,


bagaimana tidak, ia memperlihatkan sudut pandang seorang Nayla dengan
stigma keperawanan seorang perempuan hanya diukur oleh selaput dara yang
bahkan tidak pernah kita tahu bagaimana bentuknya didalam tubuh. Di era
modern seperti sekarang, keluarnya darah ketika berhubungan seksual di hari
pertama bukanlah ukuran untuk menyatakan seorang perempuan masih
perawan atau tidak. Karena selaput dara bisa saja robek oleh kegiatan
olahraga dan menari.

“Siang itu, Nayla banyak memberi penjelasan.


Bahwa setelah bersama Juli, ia bisa mengenali tubuhnya
sendiri. Ia baru tahu, kalau bagian sensitif perempuan
letaknya ada di bagian luar, bukan di dalam. Karena
ketika vagina mereka berdua bergesekkan, klitoris
menerima rangsangan lewat gesekan itu. Maka terjadilah
orgasme. Beberapa posisi senggama dengan laki-laki
sering tidak memungkinkan klistoris mengalami
pergesekan ini. Posisi-posisi semacam lotus atau doggy,

235
(Nayla:78-79).

182
membuat klitoris tak tersentuh. Oleh sebab itu, perempuan
sulit mengalami orgasme, apalagi jika tidak dirangsang
terlebih dahulu sebelum penetrasi. Jadi besar kecil penis
sama sekali tidak bisa dijadikan sebuah patokan. Yang
terpenting adalah ketika masing-masing pasangan merasa
punya hak yang sama. Keterbukaan dan komunikasi
adalah kuncinya, selain melepaskan diri dari represi
mitos-mitos tak benar itu, tentunya”236

Teks tersebut menggambarkan bahwa sosok Nayla sangat menikmati


hubungan seksualnya dengan Juli, ia merasakan kenikmatan yang maksimal
apabila bersetubuh dengan seorang perempuan, yang dalam novel ini adalah
Juli. Ia merasa bahwa memiliki tingkat kepuasan yang tinggi apabila
berhubungan dengan seorang wanita, karena yang terpenting bukanlah
masalah besar atau kecil sebuah kelamin laki-laki yang dianggap
berpengaruh terhadap kenikmatan seorang perempuan, akan tetapi ketika
masing-masing dari mereka berdua memiliki hak yang sama untuk
merasakan kenikmatan itulah yang utama. Sosok Nayla merasa ia lebih bisa
berkomunikasi dengan Juli disbanding dengan laki-laki dalam mendapatkan
hasrat seksual dan kenikmatan dalam berhubungan.

Sebenarnya dalam novel ini, Nayla bukanlah seorang lesbian, ia


merupakan seorang biseksual yang menikmati dengan pria maupun wanita,
berbeda dengan Juli yang hanya tertarik akan wanita. Setelah merasakan
hubungan dengan pria dan wanita, Nayla merasakan kedamaian dan
kenikmatan yang utuh ketika bersama wanita, yaitu Juli.

236
(Nayla:82-83).

183
“...Eh, ngomong-ngomong kamu udah nyoba berapa cowok? Kok
nanyanya gitu? Katanya harus terbuka. Selama ini kamu cuma
bilang gak ada yang bisa muasin kamu kecuali aku. Gak ada yang
bisa berarti lebih dari satu. Lagian wajar dong aku tanya, kita kan
udah hampir setahun. Gak tauk, gak ngitung. Sepuluh orang kali.
Hah? Kamu kan baru empat belas tahun. Pertama kali ngelakuin
umur berapa? Sembilan tahun. Hah?! Sama siapa? Pacar nyokap
gue! Ya, diperkosa satu laki-laki sejak umur sembilan tahun. Gue
nyoba beneran sembilan laki-laki lainnya sejak umur tiga belas
tahun. Berarti itu gue lakuin selama sama kamu!
Hahhhhhhhhh!!!!!!” 237

Teks tersebut memperlihatkan bahwa sosok Nayla merupakan wanita


yang tidak suka akan sebuah status apabila ia sedang berhubungan dengan
laki-laki. Nayla sudah tidak percaya dengan laki-laki, sudah tidak percaya
akan status pernikahan akibat trauma mendalam berpisahnya antara ibu dan
ayah Nayla yang memjadi awal dari masalah hidup Nayla. Nayla juga sosok
yang sangat terbuka akan berbagai hal, termasuk hal-hal yang dianggap aib
oleh masyarakat seperi halnya pemerkosaan ia cerita dengan berani dan
gambling kepada July. Berbeda dengan sekarang, korban pemerkosaan
sering dianggap miring karena menceritakan aib sendiri sehingga banyak
sekali korban pemerkosaan yang bungkam akan kejadian yang terjadi
padanya.

“Saya takut mengatakan apa yang pernah


dilakukan Om Indra kepada saya. Padahal saya ingin
mengatakan kalau Om Indra sering meremas-remas

237
(Nayla:83-84).

184
penisnya di depan saya sehingga cairan putih muncrat
dari sana. Bahkan ketika kami sedang sama-sama nonton
televisi dan Ibu pergi sebentar ke kamar mandi, Om Indra
kerap mengeluarkan penis dari dalam celananya hanya
untuk sekejap menunjukkannya kepada saya. Om Indra
juga sering datang ke kamar ketika saya belajar dan
menggesek-gesekkan penisnya ke tengkuk saya. Begitu ia
mendengar langkah Ibu, langsung ia pura-pura mengajari
saya hingga membuat Ibu memandang kami dengan
terharu. Dan pada akhirnya, ketika Ibu tidak ada di
rumah, Om Indra tidak hanya mengeluarkan ataupun
menggesek-gesekkan penisnya ke tengkuk saya. Ia
memasukkan penisnya itu ke vagina saya. Supaya tidak
ngompol, katanya. Saya diam saja”238

Teks tersebut menggambarkan sosok om Indra yang kejam dan jahat.


Ia memuaskan hasrat seksualnya dengan mendatangi Nayla dan
memperlihatkan penisnya kepada Nayla yang saat itu ia masih dibawah
umur, Om Indra merasakan kenikmatan ketika Nayla sudah melihat
penisnya, bahkan ia merasakan klimaks yang mendalam sehingga tanpa
sadar ia mengeluarkan cairan putih dari dalam penisnya dihadapan Nayla.
Om Indra adalah pacar dari ibu Nayla, ia melakukan aksi tersebut apabila ibu
Nayla sedang keluar rumah . Ketika ibu Nayla kembali dari luar, ia seolah-
olah menjadi sosok ayah yang sayang akan anaknya , itu yang diperlihatkan
Om Indra dihadapan Ibu Nayla. Hingga suatu ketika, om Indra tidak hanya
mengeluarkan penisnya ataupun menggesek-gesek penisnya ke Nayla, tapi
om Indra juga memasukkan penisnya ke vagina Nayla dengan dalih agar

238
(Nayla:113).
185
Nayla tidak ngompol, padahal jelas sekali akal licik om Indra yang sedari
awal sudah mengincar Nayla untuk memenuhi hasrat seksualnya.

Dalam teks ini juga terlihat Nayla adalah perempuan yang sangat
terbuka dengan Juli, ia merasa sangat nyaman dengan Juli sehingga ia berani
menceritakan semua permasalahannya bahkan permasalahan yang
berhubungan dengan sekhidupan seksual Nayla, berbeda dengan ibunya,
Nayla sangat takut untuk menceritakan tentang pemerkosaan yang dilakukan
oleh om Indra kepada ibunya, ia merasa ibunya akan memarahinya dan
menganggap Nayla telah melakukan hal yang buruk bahkan ibunya bisa
berbuat kasar kepadanya. Nayla takut, sehingga ia tidak pernah cerita apa
yang terjadi dengannya dan om Indra pada waktu itu.

Tokoh Ibu Nayla dalam novel tersebut terlihat sebagai wanita


pendukung budaya patriarki yang cencerung membela lelaki dan
menyalahkan perempuan yang sebenarnya menjadi korban dalam kejahatan
tersebut. Nayla sangat mengetahui bagaimana watak ibunya. Ibunya pasti
akan menyudutkannya dan malah membela kekasihnya apabila Nayla
menceritakan kejadian memilukan tersebut, sehingga ia memilih untuk tutup
mulut terhadap pelecehan seksual yang diialaminya dihadapan ibunya.

“Sirna sudah harapan Juli. Yang ia bayang kan


sebelumnya, Nayla akan gembira menginap satu malam di
kamar suite yang sudah Juli persiapkan untuknya.
Berharap Nayla akan menikmati kemewahan itu ketimbang
tidur di kamar kosnya yang kumuh. Mereka akan duduk
sambil mereguk anggur merah di tepi jendela sambil
memandang kemilau lampu-lampu mobil dan jalan raya di
luar sana. Saling menatap mesra seperti yang seminggu ini
mereka lakukan ketika saling berdekapan di dalam kamar

186
kos Nayla. Mereka bisa saja bercinta untuk pertama
kalinya, tanpa ada rasa janggal di hati Juli setiap kali
ranjang Nayla berderit memekakkan telinga”239

Teks tersebut menggambarkan sosok Juli yang menjadi tokoh utama


kedua dalam novel ini. Juli berbeda dengan Nayla. Juli memiliki keberanian
dalam memilih dan mengungkapkan jati dirinya yang memiliki orientasi
seksual sebagai penyuka sesama jenis. Ia menjalani kehidupan menjadi
seorang lesbian. Sebelum bertemu Nayla, ia sudah pernah berpacaran dengan
perempuan yang bekerja di diskotek tempat ia bekerja.

Ungkapan hasrat seksual tokoh Juli kepada Nayla mendapat jawaban


diluar dugaannya, Nayla terlihat sangat dingin dengan apa yang telah
dipersiapkan oleh Juli. Juli tidak menyangka Nayla tidak bisa menerima
lamaran Juli dan tidak bisa berjanji untuk tidak berpaling dengan lelaki lain.
Juli sangat cemburu ketika melihat mata laki-laki yang melirik Nayla ketika
ia menari dan ia juga cemburu dengan om-om yang mendekati Nayla yang
sedang mabuk di diskotek. Persoalan seperti ini biasanya selalu dialami oleh
perempuan homoseksual yang berperan sebagai laki-laki (the top) dalam
kehidupan kaum lesbian. Perpisahan juga menjadi suatu hal yang sangat
menyiksa bagi kaum lesbian karena status hubungan yang dinegoisasikan,
dan khususnya karena jati diri seorang homoseksual diperlhatkan.240

Setiap malam minggu saya punya janji. Setelah


selesai menari, kami berdua menyelinap ke dalam kamar
hotel. Melakukannya langsung tanpa perlu
mengatasnamakan cinta sebagai embel-embel. Dia mau.

239
(Nayla:67-68).
240
Giddens, Problematika Utama dalam Teori Sosial, h. 194

187
Saya mau. Tak perlu malu-malu. Saya butuh kepuasan
rohani. Mendengar suara mereka mengerang. Merasa
tubuh mereka menggelinjang. Menyaksikan mereka tak
lebih dari seekor binatang sangatlah menyenangkan241

Teks ini menunjukkan sosok Nayla yang sudah hanyut


dalam pergaulan bebasnya, tidur dengan beberapa laki-laki bukan
suatu hal yang tabu bagi Nayla. Seiring berjalannya waktu, hal ini
sudah menjadi kebiasaan yang Nayla lakukan bersama laki-laki
yang ia temui di diskotek tempat ia menari. Nayla sangat
menikmati aktifitas tersebut walaupun tidak dilakukan atas nama
cinta. Nayla menjadi seseorang yang mempunyai gairah seks yang
tinggi, ia merasa sangat puas ketika mendengar laki-laki
mengerang dan menggelinjang tanda sudah ―ereksi‖. Nayla merasa
senang melihat para laki-laki itu seperti binatang yang terpuaskan
olehnya.

“Kebencian Juli terhadap laki-laki makin menjadi-


jadi. Ia benci dengan jiwa laki-laki yang mengalir di
dalam tubuhnya yang perempuan. Tapi Juli tak bisa
membenci tubuh perempuannya karena ia mencintai tubuh
perempuan. Juli benci dengan jiwa laki-laki yang mengalir
di dalam tubuh laki-laki. Tubuh yang tak pernah bisa
menjadi milik-nya. Tubuh-tubuh itu yang selalu
menyainginya. Tubuh-tubuh itu yang selalu merampas
kekasihnya”242

241
(Nayla: 101)

242
(Nayla:103).

188
Teks tersebut memperlihatkan sosok Juli yang merasa ia adalah
seorang laki-laki yang terkungkung didalam tubuh perempuan. Jiwa laki-laki
Juli memberontak dan merasa cemburu ketika Nayla terlihat dilirik dan
dikagumi oleh laki-laki, ia sebenarnya tidak membenci tubuh perempuannya
karena ia suka perempuan, tetapi ia sangat benci dengan tubuh laki-laki
karena bisa dengan leluasa mendekati perempuan manapun dihadapan
banyak orang tanpa takut tanggapan orang lain. Juli merasa terjebak dengan
tubuh perempuan yang dimilikinya.

Kenyataan bahwa Juli ingin menjadi seorang laki-laki namun


nyatanya ia bertubuh perempuan itu sangat menyakitkan. Terkadang Juli
berfikiran ingin mengganti tubuhnya menjadi tubuh laki-laki namun ia tau
bahwa itu tidak bisa dan melanggar moral, masyarakat luas bahkan
keluarganya juga tidak bisa menerima perbedaan yang ia lakukan sekarang.
Juli rasa sangat menderita dan gundah. Ia takut Nayla direbut dengan
gampang oleh laki-laki lain.

“...Juli tak ingin mengeluarkan air mata hanya


untuk berkhianat dengan mendambakan tubuh yang begitu
dibencinya itu menjadi miliknya. Tidak! Tubuh yang
dimilikinya sekarang ini tak sepatutnya berganti dengan
tubuh laki-laki yang menjijikkan! Tubuh dengan sebongkol
biji dan sekerat daging lebih bukan sesuatu yang layak
untuk diidamkan. Tanpa tubuh itu, Juli akan membuktikan.
Bahwa ia adalah juga seorang manusia yang tak layak
diperlakukan bak binatang”243

243
(Nayla:103).

189
Sosok Juli yang gundah gulana dan sedih dengan kondisinya merasa
tidak ingin mengkhianati tubuh perempuannya. Dalam hati kecilnya,
memang benar ia sangat menjadi seorang laki-laki, namun dengan
mendambakan hal tersebut ia merasa jijik kepada dirinya sedniri karena
menginginkan hal itu. Ia menyebutkan sosok laki-laki dengan simbol alat
kelaminnya berupa “sebongkol biji dan sekerat daging” yang membuat
seorang manusia disebut laki-laki dan menjadi dambaan seluruh perempuan
untuk memenuhi hasrat seksualnya. Juli tidak mempunyai barang -yang
didambakan oleh perempuan- itu, Juli merasa frustasi dengan hal tersebut
dan ingin membuktikan bahwa tanpa “sebongkong biji dan sekerat daging”,
ia bisa menjadi seorang manusia yang layak dan memenuhi kebutuhan
perempuan yang ia cintai.

Pada kasus Juli, persoalan tubuh perempuan menjadi persoalan


psikologis yakni antara menjadi perempuan yang sesuai dengan penampilan
fisiknya, atau menjadi perempuan yang sesuai dengan dorongan dan orientasi
seksualnya. Dalam novel ini, sosok Juli memilih secara fisik sebagai
perempuan, namun orientasi seksualnya mengikuti keingingnannya sebagai
homoseksual. Helena Haste mengutip pemikiran Simone de Beauviore
bahwa seorang perempuan dianggap sebagai ―yang lain‖ tidak hanya karena
perempuan berbeda dengan laki-laki atau maskulin (yang berarti
berimplikasi pada ketidaksetaraan) tetapi juga karena perempuan adalah
sesuatu yang bukan laki-laki.

Berdasarkan pandangan yang diskriminatif ini, teori feminis


kemudian membangun sebuah konsep feminis ―autentitas kedirian‖
(selfhood). Melalui konsep ini, feminisme ingin merefleksikan bagaimana
seorag maskulin tidak menghadirkan perempuan dalam wacana

190
pemikirannya. Maskulin tidak saja membuat bermacam stereotip tetapi juga
menghilangkan kehadiran perempuan. Tidak pula sekedar menghadirkan
perbedaan, tetapi juga mendistorsi dan menjadikan perempuan tidak
autentik.Feminisme kemudian menganalisis lewat bahasa, membangun, serta
mereproduksi gagasan dan makna, terutama sebagaimana yang dilakukan
oleh feminis kultural.Semua itu dilakukan untuk melampaui hal-hal yang
menjadi perhatian seperti pendidika, hukum, sosial bahkan sampai budaya.
Sebagaimana yang dilakukan oleh Djenar dalam novel Nayla.

“Jadi mbak tidak setuju dengan konsep masyarakat


tentang virginitas ? Tidak. Saya belum menikah.
Dan saya sudah tidak perawan. Buktinya saya
baik-baik saja”244

Teks diatas menunjukkan sosok Nayla yang sangat berani


terbuka tentang permasalahan pribadinya dihadapan publik. Nayla
merasa permasalahan perawan atau tidaknya seorang perempuan
tidak menjadi penghambat perempuan tersebut menjalani hidup di
kemudian hari. Ia mendeskripsikannya dengan memberi contoh
dirinya yang baik-baik saja walaupun ia sudah tidak perawan.

“Masalah seksualitas seperti apa yang mbak


maksud ?”

“Tubuh perempuan direpresi dan hanya


difungsikan sebagai alat reproduksi. Tubuh perempuan
tidak diberi hak bersenang-senang atau disenangkan.
Perempuan harus perawan. Perempuan harus bisa hamil
dan melahirkan. Perempuan harus menyusui. Perempuan

244
(Nayla: 117)

191
harus pintar memuaskan laki-laki di ranjang. Perempuan
hanya masyarakat nomor dua setelah laki-laki. Coba
bayangkan, banyak sekali perempuan yang tidak tahu
seperti apa orgasme. Inikan menyedihkan sekali ?”245

Teks tersebut`menggambarkan sosok Nayla yang mencoba


menjelaskan keterbelakangan perempuan di hadapan publik. Nayla
sebagai seorang perempuan merasa kaum perempuan hanya
dibutuhkan untuk pemuas kaum laki-laki. Tubuh adalah hal utama
yang diinginkan oleh laki-laki dari perempuan, hal lainnya
menjadi nomor dua. Nayla ingin perempuan-perempuan menjadi
manusia yang cerdas dan tidak dibodohi oleh kaum lelaki.
Perempuan cenderung tertindas dan hanya menuruti kemauan laki-
laki tanpa ingin memberontak atas hal yang ia hadapi . Nayla
menyedihkan hal tersebut terjadi kepada para perempuan termasuk
dirinya.

“Seks adalah unsur penting dalam hidup. Saya


tidak dengan sengaja bertendensi pada tema seks. Tapi
pada kenyataannya, seks memang bagian dari hidup. Jadi
memang tidak bisa dipisahkan. Kalau saya harus menulis
masalah seksualitas maupun aktivitas seksual dalam karya
saya sebagai penunjang cerita, ya pasti saya akan
tuliskan.”246

“Seks bukan sesuatu yang mewah buat saya. Jadi


saya merasa biasa-biasa saja menuliskannya. Saya

245
(Nayla: 117)
246
(Nayla:121).

192
menulis karena saya butuh menulis. Saya menulis untuk
jujur. Dalam realitas mau tidak mau kita tidak bisa jujur
setiap saat. Kita harus menenggang orang dan
menyesuaikan diri, tak bisa terus-menerus menjadi diri
sendiri. Kalau dalam menulis pun saya masih harus
berbohong, lebih baik saya tidak menulis”247

Nayla yang menjadi tokoh utama perempuan dalam novel berjudul


Nayla ini ditulis Djenar menjadi sosok yang berhasil menjadi seorang penulis
dan diakui eksistensinya. Nayla memilih menjadi sebagai penulis untuk
menunjukkan eksistensi dirinya dan merayakan tubuhnya. Nayla memilih
menulis cerita dengan tema seks, ia berpikir bahwa seks adalah bagian dari
hidup dan suatu hal yang biasa untuk dibubuhkan dalam sebuah tulisan.
Nayla ingin menjadi penulis karena ia ingin menjadi seseorang yang jujur. Ia
mencoba membuka dirinya dengan menulis hal-hal yang pernah menimpa
dirinya sebagai sebuah tulisan. Nayla berupaya membagi ruang tertutup yang
selama ini disimpannya. Kejujuran mendorong Nayla untuk menulis hal-hal
yang oleh pembaca dianggap tabu dan tidak pantas disampaikan apalagi oleh
seorang penulis perempuan.
Namun sebaliknya, pemikir feminis seperti Helena Cixous dalam
tulisannya yang revolusioner berjudul The Laugh of Medusa dalam
Feminisms on Anthology of Literari Theory and Criticism, mengatakan
bahwa tubuh dan kenikmatan seksual seorang perempuan dapat dituangkan
melalui penulisa, literature atau sastra. …“I shall speak about women‟s
writing. Woman must write herself...Woman must put herself into the text-as
into the world and into history-by her own movement”. Cixous
memprovokasi perempuan agar menjadikan tulisan untuk mendapatkan

247
(Nayla:121).

193
kenikmatan (keuntungan) lain dari tubuh perempuan yang selama ini
dinegasikan, dijadikan objek bukan subjek, dan cenderung dimanipulasi
untuk kepentingan serta kepuasan dalam sudut pandang patriarki.

Di Indonesia, para sastrawan perempuan yang cenderung menulis


sebuah cerita dengan tema-tema seksual itu sering disebut dengan
―Sastrawangi‖, namun banyak penulis-penulis perempuan yang konsen
menulis dengan tema seksual yang tidak nyaman dengan label tersebut,
karena Sastrawangi hanya ditujukan kepada penulis perempuan, seperti ada
ketidaksetaraan gender didalamnya, dan itu membuat para penulis
perempuan menolak disebeut sebagai bagian dari sastrawangi. Djenar
menjadi salah satu penulis yang merasa tidak nyaman dan menolak disebut
sastrawangi karena tulisan-tulisannya. Djenar dan tean-teman penulis
perempuan lain seperti Nukila Amal, Linda Christanty, Nova Rianty Yusuf,
dan Oka Rusmini melantorkan penrtanyaan-pertanyaan tentang sebutan
tersebut, mengapa para penulis itu harus dipersoalkan gendernya ? apakah
ada bedanya bila mereka laki-laki atau perempuan ? Dapatkan mereka
dinilai dari bobot karya-karya yang dihasilkan alih-alih gender mereka ?
Kehadiran penulis perempuan Indonesia masa kini memang perlu
digarisbawahi karena mereka ―berhasil membobol keterkungkungan nilai-
nilai patriarkhi dengan memperlihatkan keberagaman manifestasi hasrat
seksual, bahasa dan gaya mereka248. Dan akan terlihat berbeda dengan novel-
novel yang selama ini hanya diperankan atau dipresentasikan oleh laki-laki.
Itulah yang dilakukan oleh Nayla sebagai penulis. Ia menuliskan hal-
hal yang terjadi dimasa lalu dengan ekspresinya, gaya bahasanya sendiri
sehingga menjadi sebuah cerita yang menarik dan disukai banyak orang.
Nayla seketika telah mengingatkan hal buruk di masa lalu kepada ibunya, ia

248

194
membuka kembali ingatan-ingatan yang tak terungkap selama ini kepada
orang lain bahkan kepada ibunya sendiri. Masa lalu yang sulit dilupakannya
tentang pelecehan seksual yang dilakukan oleh Om Indra yang pada saat itu
merupakan kekasih dari ibu Nayla. Peristiwa yang menhantuinya hingga
dewasa dan membentuk kepribadian Nayla saat ini.

Nayla menggeret laki-laki itu menuju kamar mandi.


Dicumbunya di depan pintu. Ditariknya masuk ke dalam
salah satu bilik kamar mandi yang tak berlampu.
Dibukanya resleting celana laki-laki itu. Dilakukannya
semua yang ingin ia lakukan saat itu, kamar mandi tak
berlampu. Dengan laki-laki itu.249

Teks tersebut menggambarkan sosok Nayla yang sangat


bergairah kepada laki-laki. Ia kerap melampiaskan hasrat
seksualnya dengan banyak lelaki disetiap saat. Nayla merupakan
perempuan yang sangat agresif . Ia bisa bercinta dimana saja
ketika sedang menginginkannya. Kamar mandi menjadi salah satu
tempat indah bagi Nayla untuk bercinta.

“Kamu pun menulis tentang Om Indra. Jika itu


benar, Nayla, kenapa kamu tidak beritahukan aku sejak
dulu? Kenapa kamu berpikir aku akan lebih memilih
binatang itu daripada kamu? Semua yang kita alami
adalah kesalahan ayahmu. Ia yang tidak bertanggung
jawab. Ayahmu yang bejat. Bukan aku! Jika ia tidak
meninggalkan kita, tidak akan ada nama Om Indra. Tidak

249
(Nayla: 144)

195
akan ada nama siapa pun! Demi Tuhan, Nayla. Sadarlah,
ini semua salah ayahmu. Ayahmu. Ayahmu. Bukan
aku!”250

Teks diatas menunjukkan sikap Ibu Nayla yang kecewa akan masa
lalu yang diungkapkan Nayla lewat tulisannya. Ibunya sangat marah ketika
mengetahui cerita ini menjadi sebuah novel yang dibaca oleh seluruh dunia.
Ibunya merasa bahwa kesengsaraan yang selama ini diterima Nayla itu
adalah akibat dari kelakuan ayahnya. Nayla sudah membuka aib keluarga
dengan menceritakan kepada dunia tentang pelecehan yang dialaminya di
masa lalu yang dilakukan oleh kekasih ibunya.

“Penulis perempuan dikaji dan dicurigai karena


tubuh. Sementara laki-laki luput dari risiko itu”251

Selain mendapat reaksi keras dari ibuya, Nayla juga mendapat


tanggapan yang skeptis dari sekelompok orang yang mencurigai
kemampuannya sebagai penulis. Bahkan dalam satu wawancara seorang
wartawan lebih tertarik kepada isu hubungan cinta sesama jenis dalam cerita
yang ditulisnya. Pertanyaan wartawan tersebut dalam kisah ini menunjukkan
belum adanya keseimbangan antara dunia lelaki dan dunia perempuan.
Perempuan selalu dicurigai sebagai makhluk yang hanya mampu
mengandalkan fisik untuk mencapai tujuannya. Misalnya, untuk menjadi
penulis terkenal seperti tokoh Nayla, masyarakat hanya melihat kemolekan
tubuhnya bukan kemolekan pikiran yang terkandung di dalamnya.

250
(Nayla:156).
251
(Ayu, 2005:122).

196
Dalam dunia sastra, di Indonesia juga masih banyak sekali anggapan-
anggapan yang dlontarkan para kritikus terhadap penulis perempuan yang
dianggap sosok yang hanya mengandalkan tubuh bukan otak, penulis
perempuan selalu dikait-kaitkan antara pribadinya dengan tulisannya apabila
tulisan tersebut berhubungan dengan tubuh perempuan sendiri. Sedangkan
laki-laki, bebas menulis apapun tanpa pernah dipersoalkan. Penulis
perempuan selalu dihubungkan dengan gender dan diposisikan menjadi
nomor dua. Penulis kontroversial seperti Djenar Maesa Ayu tidak jarang
dicurigai memperoleh popularitas bukan dari kualitas tulisannya, tetapi dari
citra publik yang dibangunnya secara gencar dalam berbagai media. Namun,
Djenar mengaku bahwa aktifitasnya menulis adalah sebagai sesuatu hal yang
idealis. Hanya saja, ketika tulisannya sudah diberikan kepada editor
(penerbit), ada proses yang mau tidak mau harus diterimanya karena kini
wilayahnya adalah wilayah industri. 252

Bagi seorang penulis seperti Djenar, identitas dirinya tidak dapat


direduksi hanya sebagai penulis belaka, karena pada saat yang sama, ia
adalah seorang ibu dan wanita karir. Djenar menolak upaya orang untuk
mempersempit identitasnya melalui penilaian-penilaian yang cenderung
secara eksklusif dikait-kaitkan dengan kepenulisannya seakan-akan ia tidak
boleh menjadi orang lain kecuali sebagai penulis belaka.253 Apabila terjadi
proses-proses permintaan interview, pengambilan foto, menjadi presenter
dan pemunculan dirinya di ranah public yang lain, yang tidak secara
langsung berkaitan dengan kepenulisannya. Namun dikaitkan hanya karena
ia seorang penulis perempuan. Mengenai tulisannya yang cenderung
terhadap hal-hal yang berbau erotis, Djenar justru terang-terangan
menyatakan baha ia menimba inspirasi dari pengalamannya sebagai

252
253

197
perempuan. Ia menulis tentang berbagai persoalan yang ―dekat dengan
perempuan, karena ia memang terlahir sebagai perempuan.

Secara eksplisit Djenar menyatakan bahwa menulis, bagi dirinya


adalah semacam upaya untuk pembebasan, yang hendak ia capai dengan
jalan menuangkan segala pengalaman yang dialaminya sebagai perempuan
melalui tulisan dan eksplorasi atas seksualitas hanyalah sebgian saja dari
segudang pengalaman perempuan yang disampaikannya. Sebagai
perempuan, Djenar melihat banyaknya kemunafikan di sekelilingnya, yang
pada ujungnya menempatkan perempuan pada posisi yang tidak
menguntungkan. Sebagai contoh, bila laki-laki bergonta-ganti perempuan
dan mempunyai banyak pacar, ia akan disanjung sebagai lelaki macho, keren
dan penuh dengan petualangan. Namun, bila hal yang sama dilakukan oleh
seorang perempuan, ia akan dinilai murahan dan dikenai berbagai label
negatif seperti ―perek‖, ―lonte‖, dan sebagainya. Oleh sebab itu , Djenar agak
menyesalkan bahwa ternyata apa yang dilakukannya lewat tulisan itu lalu
dikerdilkan dengan menggunakan kaca mata moral semata, terutama oleh
sesama penulis perempuan sendiri.254

4.3 Perbedaan Ungkapan Teks Seksual dalam Novel Summuwul Amiroh


dan Nayla

4.3.1 Teks dan Konteks Seksual Novel Summuwul Amiroh

Novel Summuwul Amiroh diambil dari kisah nyata seorang Putri


Saudi yang tidak tahan melihat kondisi menyedihkan perempuan Saudi. Ia
meminta sahabatnya, Jean P.Sasson untuk menulis kisahnya agar seluruh

254
Manneke Budiman, Ketika Perempuan Menulis, Wawancara dengan Djenar
oleh penulis, QB World Plaza, Pondok Indah, 19 Januari 2005

198
dunia bisa melihat dan membantu perempuan Saudi dalam memberantas
ketidakadilan. Ketika novel ini dipublikasikan, dunia merangkul kisah nyata
Sultana, menyambut dengan kasih perempuan yang membolehkan para
pembaca mengintip ke balik cadar dan dinding kerajaan. Tidak adanya
keadilan dan kesetaraan antara lelaki dan perempuan sangat terlihat dalam
kisah Sultana. Laki-laki Saudi sangat egois, angkuh dan kejam, sedangkan
perempuan hanya bisa pasrah, patuh dan takut kepada kekuasaan lelaki.
Budaya Arab seolah terlihat sangat mengesampingkan perempuan, padahal
jelas sekali Negara ini adalah Negara yang bersandar pada Al-qur‘an dan
hadist.

Berdasarkan seluruh uraian analisis dan interpretasi data, peneliti


menemukan beberapa representasi seksualitas yang digambarkan dalam
novel ―Summuwul Amiroh”, yaitu pernikahan secara paksa, pemikiran
patriarkhi, terobsesi akan keperawanan, hasrat seksual, fantasi seksual,
kekerasan dan pelecehan seksual, keputusasaan, ketidakadilan, erotisme
pernikahan dan budak seks. Konteks sosial dalam novel ini terlihat dari adat-
istiadat, budaya dan kepercayaan Arab Saudi akan aturan yang melekat pada
negaranya. Arab Saudi dalam novel ini sarat akan keadilan. Perempuan tidak
diizinkan berpendapat untuk membela diri, laki-laki lebih diutamakan.
Kesalahan akan perbuatan tak senonoh akan dibebankan kepada perempuan,
laki-laki Saudi sangat dipercaya perkataanya walaupun ia sedang berbuat
dosa.

Sultana membulatkan tekad untuk mengubah kehidupan dunia


dengan membantu perempuan-perempuan tak beruntung. Ia berharap
nantinya banyak perempuan-perempuan di seluruh dunia dapat memberikan
pendapatnya di hadapan publik, berpendidikan tinggi dan bekerja untuk
menciptakan kesadaran dan perubahan. Sultana juga berharap banyak ibu-ibu

199
membesarkan dan megajarkan anak laki-laki mereka agar menghargai
saudara perempuan mereka dan perempuan-perempuan lain sebagai manusia
yang setara dengan mereka. Karena inilah Sultana memohon kepada Jean
untuk menulis kisahnya. Jean sebagai seorang penulis sadar akan
pengaruhnya, dengan bekerja sama dalam menggarap dan merilis cerita-
cerita Sultana, ia yakin bisa menciptakan perubahan besar pada peran
perempuan di seluruh dunia.

4.3.2 Teks dan Konteks Seksual Novel Nayla

Nayla adalah novel fiksi pertama Djenar yang menceritakan


perjalanan hidup seorang anak perempuan bernama Nayla. Djenar
menggambarkan kehidupan Nayla sebagai sosok korban kekerasan dari ibu
dan teman-temannya, sehingga membuat Nayla menjadi anak yang brutal
dan turut melakukan kekerasan. Nayla berasal dari keluarga broken home. Ia
sering mengalami kekerasan fisik dan tekanan dari ibunya, pelecehan seksual
dan perkosaan yang dilakukan pacar ibunya, kematian ayahnya yang tiba-
tiba maupun penolakan yang dilakukan ibu tirinya. Pelarian Nayla membuat
Nayla mengenai diskotik dan mencintai Juli yang juga seorang perempuan.
Pergeresan budaya yang terjadi pada perempuan terjadi dari berbagai segi
mulai dari tingkah laku, cara berpakaian, dan bahasa yang digunakan.
Pergeseran tersebut dapat diamati melalui novel ini.

Novel Nayla bertema seksualitas. Beberapa teks yang


menggambarkan seksualitas dalam novel nayla berupa kekerasan dan
pelecehan seksual, penyuka sesama jenis (lesbian), pelampiasan seskual,
penikmat seksual, kebencian terhadap laki-laki dan mitos laki-laki yang
menyesatkan perempuan. Sedangkan konteks sosial dilihat dari kurangnya

200
perhatian Indonesia terhadap ketentraman perempuan. Indonesia sarat akan
keadilan seksualitas bagi perempuan. Perubahan pola pikir akan kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan masih sangat sulit dibangun di negeri ini
sehinga Djenar ingin membongkar pemikiran tabu yang selama ini
diciptakan oleh masyarakat.

Djenar Maesa Ayu merupakan pengarang yang kerap menuai


kontroversi dalam karyanya dan mengangkat hal yang tabu. Ia sangat
berpengaruh dengan keterbukaanya dalam menulis tema-tema seksual.
Berharap agar suatu hari nanti, tidak ada lagi kesenjangan sosial dikarenakan
perbedaan jenis kelamin, begitupun tidak ada lagi pemikiran-pemikiran
sarkasme yang menyudutkan penulis perempuan ketika menulis sesuatu yang
baru dan dianggap tabu. Semua punya kedudukan yang sama, semua dapat
menulis hal yang sama tanpa ada perbedaan.

201
BAB V

PENUTUP

Novel Summuwul Amiroh karya Jean P.Sasson dan novel Nayla


karya Djenar Maesa Ayu merupakan novel yang mengangkat masalah
perempuan. Novel Summuwul Amiroh mengangkat masalah perempuan di
Arab Saudi dan novel Nayla mengangkat masalah perempuan di Indonesia.
Isu representasi seksual kedua novel ini mengungkapkan hasrat seksual
tokoh, kekerasan dan pelecehan seksual, wacana ketubuhan, metafora
tentang seks perempuan, perkawinan paksa, budak seks, stereotip terhadap
seks perempuan dan trauma terhadap lelaki.

Novel Jean, menghadirkan isu seksual karena dilatarbelakangi oleh


kisah sosok laki-laki Saudi yang angkuh dan egois. Mereka menganggap
perempuan hanya sebagai barang atau porselen cantik yang digunakan ketika
para laki-laki menginginkannya, ketika sudah bosan dengan barang tersebut,
maka perempuan akan dibuang dan diganti dengan yang baru. Kenikmatan
dalam melakukan hubungan seksual pun digambarkan dalam novel tersebut
hanya dinikmati oleh para lelaki, perempuan hanya bisa pasrah dan terus
melayani lelaki. Isu seksual juga hadir karena budaya dan adat-istiadat Arab
Saudi sangat meninggikan kaum laki-laki. Terjadi ketidaksetaraan antara
laki-laki dan perempuan di kalangan dunia Arab, sehingga membuat laki-laki
Saudi berhak melakukan apa saja kepada perempuan, terlebih keluarga, istri,
dan anak perempuan-perempuannya dengan tak ada rasa belas kasihan.

Berbeda dengan novel Djenar yang menghadirkan isu seksualitas


karena pengaruh keluarga yang hancur, pelecehan seksual dialami tokoh
Nayla sedari kecil dari sang ibu yang menghukumnya dengan melekatkan
peniti ke vaginanya, ia kerap diperlakukan kasar ole sang ibu yang merasa

202
kehancuran ruumah tangganya disebabkan oleh sang suami dan ia
melampiaskan kemarahannya kepada Nayla. Nayla juga dipemerkosa oleh
kekasih sang ibu ketika berumur Sembilan tahun, ia kerap ditinggalkan
bersama sang kekasih ketika sang ibu sedang bekerja. Nayla tidak ingin
menceritakan hal itu kepada sang ibu karena ia tahu bahwa sang ibu tidak
akan percaya tentang kebenanrannya. kehidupan malam yang dipenuhi
dengan seks bebas juga hadir di kehidupan Nayla yang mencoba lari dari
kehidupan bersama ibunya. Kemudian Ia bertemu Juli, seorang perempuan
yang membuatnya jatuh cinta dengan kehangatan dan kasih sayang yang tak
pernah ia dapatkan dari seorang ibu.

Dalam sebuah karya sastra, hal-hal bertema seksualitas cenderung


ditulis oleh pengarang laki-laki. Sehingga ketika seorang penulis perempuan
menulis tentang keberanian seorang tokoh perempuan dalam mengekplorasi
masalah seksual dituduh mengumbar erotisme dan aib diri sendiri sebagai
perempuan. Berbagai reaksi keras dan kecurigaan muncul karena kecurigaan
khalayak kepada perempuan yang dianggap hanya mengandalkan lekuk
badan untuk mencapai sasarannya. Bagi perempuan, menulis sama halnya
dengan membangun sebuah korpus dan sebuah sandi makna yang dapat
diingat, disebarluaskan agar bisa mengisi keingintahuan para penikmat
novel. Penulis perempuan menaruh harapan besar kepada pembaca agar bisa
menjadi orang yang cerdas untuk mengimplikasikan kisah hidup dalam
sebuah novel.

Representasi seksualitas dalam novel Summuwul Amiroh dan Nayla


mengarah kepada manifestasi dari trauma kepada laki-laki dan keputusasaan,
seperti tampak pada Sultana. Ia tampak membenci kaum lak-laki karena
trauma akan perlakuan laki-laki yang dilihat selama hidupnya, seperti
ayahnya, Ali, Hadi dan cerita-cerita menyedihkan perempuan Saudi yang

203
berhubungan dengan laki-laki Saudi lainnya. Tokoh Nayla juga cenderung
trauma dengan masa kecilnya yang berhubungan dengan laki-laki. Ayahnya
bercerai dengan sang ibu, pelecehan seksual dari pacar sang ibu yang
kemudian ia lampiaskan dengan banyak laki-laki di bar yang menikmati
tubuhnya.

Perbedaan jenis kelamin yang sangat kentara dalam sistem budaya


manusia di kedua Negara ini berdampak di berbagai aspek kehidupan dan
perempuan menjadi kaum yang sangat merasakan dampak ini. Perempuanlah
yang selama ini menjadi objek dan bukan subjek. Kaum perempuan
mengharapkan kerja sama perempuan di seluruh dunia agar dapat memiliki
hak untuk mengekspresikan bagaimana pandangannya tentang hal-hal
kontroversi bahkan sesuatu yang dianggap tabu sekalipun, seorang
perempuan bebas memilih jalan hidup yang ingin ia telusuri, sebab ia adalah
subjek atas dirinya. Bukan sebagai objek yang hanya bisa diam dan menanti.
Kedua penulis perempuan ini, dalam novelnya ingin mengungkapkan
perlawanan terhadap dominasi patriarkhi yang mencekik kaum perempuan.

204
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Leila, Women and Gender in Islam: Historical Roots of a Modern


Debate, (Jakarta: Lentera Baritama, 2000)

Alcoff, Linda Martin, Visible Identities: Race, Gender, and the self, (New
York: Oxford University Press, 2006).

Al-Hasan Golley, Nawar, Is Feminism relevant to Arab Women ?, (United


Arab Emirates: The American University, 2004)

Atar Semi, M, Metode Penelitian Sastra, (Bandung: Angkasa, 2012).

Bandel, Katrin, Sastra, Perempuan, Seks (Yogyakarta: Jalasutra, 2006).

Barker, Chris, Curtural Studies: Practice and Theory, (London: Sage


Publications, 2000).

Batara Munti, Ratna, Demokrasi Keintiman: Seksualitas di Era Global,


(Yogyakarta: LKis, 2005).

Budianta, Melani, Mereka Penulis Perempuan dalam Sejarah


Kesusasteraan, (Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan, 2003).

Burke, Peter, New Perspective on Historical Writing, (Cambridge: Polity


Press, 2001).

Djoko Damono, Sapardi, Pegangan Penelitian Sastra Bandingan, (Jakarta:


Pusat Bahasa, 2005).

Djoko Pradopo, Rachmat, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, 1987).

205
Dzuhayatin, S.R., & Yuarsi, Kekerasan Terhadap Perempuan di Ruang
Publik, (Yogyakarta: PSKK UGM dan Ford Foundation, 2002).

Ellis, Havelock, Psychology of Sex, (New York: Harcourt Brace Jovanovich,


1996).

Endraswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Sastra Bandingan, (Jakarta:


Bukupop, 2011).

Eneste, Pamusuk, Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern, (Magelang:


IKAPI, 1990).

Faiqoh, Wanita dalam Kultur Islam Indonesia dalam buku Wanita dalam
Masyarakat Indonesia: Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan,
(Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001).

Foucault, Micheal, Seks dan Kekuasaan: Sejarah Seksualitas, (Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama, 2000).

Franken, Robert, Human Motivation, (California: Brooks/Cole Publishing


Company, 1982).

Freud, Sigmund, Teori Seks, (Yogyakarta: Jendela, 2003).

Ghassani, Kekerasan Terhadap Perempuan : Analisis Semiotika Film Jamila


dan Sang Presiden, (Semarang: UNDIP, 2010).

Giddens, Anthony, Transformation of Intimacy: Seksualitas, Cinta dan


Erotisisme dalam Masyarakat Modern, (Jakarta: Fresh Book, 2004).

Giles, Judy, & Middleton, Tim, Studying Culture: A Practical Introduction,


2nd Edition, (Oxford: Wiley-Blackwell, 2008).

206
H. Miller, Patricia, Theories of Development Psychology, (New York: WH
Freeman, 1993).

Hall, Stuart, Representation: Cultural Representation and Signifying


Practices, (London: Sage Publication Ltd, 2002).

Hall, Stuart, “The Work of Representation”. Representation: Cultural


Representation and Signifying Practices, (London: Sage Publication, 2003).

Hatley, Barbara, Pascakolonialitas dan si Feminin dalam Sastra Indonesia


Modern, (Jakarta: Yayasan Obor, 2006).

Hellwig, Tineke. In The Shadow of Change: Citra Perempuan dalam Sastra


Indonesia, (Jakarta: Desantara, 2006).

Irawanto, Novi & Rahayu, Menguak Peta Perfilman Indonesia, (Jakarta:


Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2004).

Jackson, Stevi, & Scott, Sue, Feminism and Sexuality: A Reader, (New
York: Columbia University Press, 1996).

Kali, Ampy, Diskursus Seksualitas Michel Foucault, (Yogyakarta:


LEDALERO, 2013).

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001).

Kayam, Umar, Pencabulan dalam Kesusatraan dalam Analogi Esai tentang


Persoalanpersoalan Sastra, (Jakarta: Sinar Kasih, 1996).

Kila, P.Pius, Dimensi – Dimensi Seksual, (Yogyakarta: Kanisius, 2013).

KOMNAS Perempuan pada tahun 2011.

Kuntowijoyo, Metedologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994).

207
Kurnia, Sayuti, Sastra Bandingan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1996).

Loekito, Medy, Sastra di Wilayah Seks dan Feminisme, (Jakarta: Media


Indonesia, 2004).

L. Esposito, John, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, (Bandung:


Mizan, 2002).

Mafrodi, Ali, Islam Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997).

Mahmoud Abu Sarhan, Taghreed, Voicing the Voiceless: Feminism and


Contemporary Arab Muslim Women‟s Autobiographies, (American: Bowling
Green State University, 2001).

Marhumah, Ema, Konstruksi Sosial Gender Di Pesantren Studi Kuasa Kiai


Atas Wacana Perempuan, (Yogyakarta: LKiS, 2011).

McDowell, Edwin, 2009, Catatan Buku, (Amerika: New York Times, 2009).

Muhammad, Husein, Islam agama ramah perempuan (pembelaan kiai


pesantren), (Yogyakarta: LKIS, 2004).

Muhardi, & Hasanuddin, Prosedur Analisis Fiksi, (Padang: IKIP Padang


Press, 1996).

Muslikhati, Siti, Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam


Timbangan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004).

Musthafa, Ibnu, Wanita Islam Menjelang Tahun 2000, (Bandung: Al-Bayan,


1995).

Muzakki , Ahmad, Kesusastraan Arab: Pengantar Teori dan Terapan,


(Yogyakarta: al-Ruzz Media, 2006).

208
P.Sasson, Jean, The Princess Sultana‟s Circle, (Jakarta:Ramala Books,
2008).

Paul Sartre, Jean, Seks dan Revolusi, (Yogyakarta: Narasi dan Pustaka
Promethea, 2016).

Perrine, Laurence, Sound and Sense: An Introduction to Poetry, (New York:


Harcourt Brace Javanovich, 1974).

Prihatmi, T.h., & Rahayu, Sri, Pengarang-Pengarang Wanita Indonesia:


Sebuah Pembicaraan, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1977).

Rusdiarti, S. R., Film Horror Indonesia, (Jakarta: Dinamika Genre, 2011).

Ryckman , Richard, Theories of Personality, (New York: D. Van Nostrand


Company, 1978).

Salim, Peter, The Contemporary english Indonesian Dictionary, (Jakarta:


Modern English Press, 1977).

Sen, Krishna, & T. Hill., David, Media, Culture and Politics in Indonesia,
(Jakarta: ISAL, 2000).

Semiun, Yustinus, Teori Kepribadian & Teori Psikoanalitik Freud,


(Yogyakarta:Kanisius, 2006).

Setiadi Arif, Imam, Dinamika Kepribadian, Gangguan dan Terapinya


(Understanding The Unconsious), (Bandung: Refika Aditama, 2006).

S. Szyliowicz, Joseph, Education and Modernization in the Middle East,


(New York: Cornell University Press, 1973).

Stuart Hall, Calvin, & Lindzey, Gardner, Teori-teori Psikodinamik (Klinis).


(Yogyakarta:Kanisius, 1993).

209
Subandy Ibrahim, Idi, Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika
Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007).

Subhan , Zaitunah, Perempuan dan Politik dalam Islam, (Yogyakarta:


Pustaka Pesantren, 2004).

Sunarto, Televisi, kekerasan & Perempuan, (Jakarta: Kompas Media


Nusantara, 2009).

Sumardjo, Jakob, Lintasan Sejarah Sastra Indonesia, (Jakarta: Gramedia,


1992).

Sumbulah, Umi, Spektrum Gender: Kilasan Inklusi Gender di Perguruan


Tinggi, (Malang: UIN Malang Press, 2008).

T.Wood , Julia, Gendered Lives, Communication, Gender & Culture,


(Wadsworth: USA, 2005).

Valassopoulos, Anastasia, Cotemporary Arab Women Writers: Culture


Expression in Context, (London: Routledge, 2007).

Warits, Abdul, Nilai-Nilai Pendidikan Pemberdayaan Perempuan dalam


Gerakan Feminis Islam, (Sumenep; STIKA Press, 2009).

Weeks, Jeffery, Sexuality And Its Discontents, (London & New York:
Routledge & Kegan Paul, 1985).

Wirosardjono, Sutjipto, Dialog dengan Kekuasaan: Esai-esai tentang


agama, negara dan rakyat, (Bandung: Mizan, 1995).

Zaidan, Abdul Rozak, et.al., Kamus Istilah Sastra. (Jakarta: Balai Pustaka,
2007).

210
JURNAL

Rodiah, Ita, Kuasa dalam Kajian Ecriture Feminine; Sebuah Pendekatan


Budaya, Buletin al-Turas; Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan Agama,
Vol.XXII, No.1, Januari 2016

Sarman, Tokoh Legendaris dalam Sastra Lisan Sulawesi Tengah.


Multilingual volume x, no. 1 edisi juni 2011, Palu: Balai Bahasa Sulawesi
Tengah

Perempuan dan Modernisasi Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 17 No.


1 Tahun 2015

Syakwan Lubis, Gerakan Feminisme dalam Era Postmodernisme Abad 21,


jurnal Demokrasi, Vol. V, No. 1, 2006

Sungkowati, Yulitin. Booming Perempuan Pengarang dalam Proceeding


Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia Sebelas Maret, tahun 2010

Endriani Dwi Siswanti, Perempuan di Titik Nol: Perlawanan Perempuan


Melawan Tatanan Konservatif dalam Perempuan dalam Seni Sastra. Jurnal
Perempuan untuk Pencerahan dan Kesetaraan

Suryandaru, Potret Kesadaran Gender Orang Media, Laporan Penelitian,


Pusat Studi Wanita Universitas Airlangga dan Kementrian Pemberdayaan
Perempuan, tahun 2002

Liestianingsih Dwi Dayanti, Wacana Kekerasan dan Resistensi Perempuan


dalam Film Karya Sutradara Perempuan, KAWISTARA VOL 1 NO.2 tahun
2016. Surabaya: Airlangga

211
Sri Hidayati Djoeffan, Gerakan Feminisme Di Indonesia: Tantangan Dan
Strategi Mendatang, Mimbar, No. 3 Th. XVII Juli September 2001

Nurul Hidayati, Beban Ganda Perempuan Bekerja (Antara Domestik Dan


Publik), Muwazah, Volume 7, Nomor 2, Desember 2015

Nurussakinah Daulay, Transformasi Perempuan Perspektif Islam dan


Psikologi, Al Tahrir Jurnal Pemikiran Islam, Vol 1, No. 2, November 2015

Zahra Zaini Arif, Peran Ganda Perempuan dalam Keluarga Perspektif


Feminis Muslim Indonesia, Indonesian Journal of Islamic Law, Vol. 1, No.
2, Juni 2019

Wan Nurul Atikah Nasution, analisis Novel Nayla Karya Djear Maesa Ayu
Melalui Pendekatan Stalistika, Jurnal Komunitas Bahasa, Vol. 7, No. 1,
April 2019

Elva Yusanti, Personality Dynamics in the Caracter of Nayla in Short


Stories Compilation Saia, Madah, Volume 9, Nomor 2, Edisi Oktober 2018

Etri Jayanti, Harris Effendi Thahar, dan Ernawati Arief, Erotisme dalam
Novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu, Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 20 Maret 2013; seri C

Ririe Rengganis, Sastra Idealis Versus Industri Kreatif: Studi Kasus Film
Nay Sebagai Bentuk Filmisasi Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu, Jurnal
Pena Indonesia, Volume 3, No. 1 Maret 2017

Rosadi, Andri, Feminisme Islam: Kontekstualisasi Prinsip-prinsip Ajaran


Islam Dalam Relasi Gender, Jurnal Ilmiah Kajian Gender, Vol. 1 No. 1 2011

Ruaidah, Isu Gender pada Tokoh Perempuan dalam Novel Nayla karya
Djenar Maesa Ayu, Jurnal Ilmiah Kajian Gender

212

Anda mungkin juga menyukai