DARWISH
(Analisis Semiotika Riffaterre)
SKRIPSI
Oleh:
Eva Yulianti
180910170016
NPM : 180910170016
i
LEMBAR PERSEMBAHAN
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
This study aims to reveal the structure and meaning contained in Mahmoud
Darwish's Bithaqah Huwiyyah poetry using Riffatettere's Semiotic theory using the
analytical descriptive methods. The theory of consists of four stages : expressing
indirect expression, Heuristic and Heurmenetic reading, explaining the model, matrix,
variants, and finally expressing the hypogram of the poem.
This research describes the situation of Palestine and the author who is a
Palestinian (Arab) citizen who deprived of his rights as a genuine Palestinian citizen.
In addition, this verse also shows how patience, sacrifice, and struggle of the
Palestinian people are in facing Israel. Show how much struggle and fight of
(Palestinian)to get their rights and independence. Palestine will not be silent if
someone dares to act arbitrarily against the Palestinian. This is based on the results of
the analysis of the expression indefinite disclosure, heuristic and heurmenetic
readings, matrix variants and the hypogram of this poem.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT yang telah memberikan
kesehatan dan nikmat hidup yang luar biasa, Sholawat serta salam semoga selalu
para sahabatnya hingga kita semua sebagai umatnya di akhir zaman. Atas Rahmat-
RIFFATERRE” hingga selesai pada waktunya. Dalam penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dukungan dari berbagai pihak, peneliti pun secara khusus mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu.
Penulis banyak menerima bimbingan, petunjuk dan bantuan serta dorongan dari
berbagai pihak, baik yang bersifat moral maupun material. Pada kesempatan ini
2. Kepada kedua orang tua, kakak tercinta yang selama ini memberikan penulis
dalam bentuk kasih sayang, semangat, serta do’a yang tidak henti-hentinya
skripsi ini.
v
3. Kepada Ibu Hj. Dr. Titin Nurhayati Ma’mun. M.S, selaku dosen pembimbing
5. Segenap dosen dan seluruh staff akademik yang selalu membantu dalam
7. Serta terimakasih kepada semua pihak yang sangat berpengaruh dalam proses
penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
diberikan. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................................... iv
vii
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 10
viii
3.3.4 Hipogram .................................................................................................. 75
TALKHIS ................................................................................................................... 82
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 : Sejarah Konflik Israel Perang Enam Hari Yang Bersejarah (Foto :
Islami.co)....................................................................................................................77
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Transliterasi merupakan pengalih hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang
lain. Dalam hal ini, pengalih hurufan dari abjad Arab ke abjad Latin. Dalam pedoman
transliterasi arab-latin pada skripsi ini, penulis menggunakan rujukan dari Surat
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI No.
sumber rujukan tersebut karena penulis nilai sumber tersebut telah lazim digunakan di
skripsi ini, terutama untuk para pembaca yang awam akan bahasa Arab.
1. Konsonan
Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem bahasa Arab dilambangkan
dengan huruf, dalam Transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda dan
Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan Transliterasinya dengan huruf latin.
xi
dilambangkan
ب ba b be
ت ta t te
ج jim j jc
د dal d de
ر ra r er
س s s es
غ gain g ge
ف fa f ef
xii
ق qaf q ki
ك kaf k ka
ل lam l el
م mim m em
ن nun n en
و wau w we
ه ha h ha
ی ya y ye
2. Vokal
Vokal Tunggal
ﹷ Fathah a a
ﹻ Kasrah i i
ﹹ Dammah u u
Vokal Rangkap
Huruf
xiii
ئ Fathah dan ya ai a dan i
3. Maddah
Tanda
ﹷ…ى
…ا...ﹷ
… fathah dan alif atau a a dan garis di
ya atas
ﹻ…ى
… kasrah dan ya a i dan garis di
atas
و...ﹹ
… dammah dan wau ū u dan garis di
atas
4. Ta Marbuthah
Ta Marbuthah Hidup
Ta marbuthah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah dan dammah
Ta Marbuthah Mati
Ta marbuthah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah /h/.
xiv
Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbuthah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid. Dalam transliterasi ini tanda
syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang diberi tanda
syaddah itu.
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu:
ال. Namun, dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan anatara kata sandang
yang diikuti oleh huruf syamsiah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf
qomariah.
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan
bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditransliterasikan sesuai dengan
ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya terletak di tengah dan di akhir
kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam
8. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fiil, isim maupun huruf, ditulis terpisah. Bagi
kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim
dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka
dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua cara : bisa
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
permasalahan serius. Identitas menjadi sesuatu hal yang penting bagi seseorang agar
bisa diakui secara hormat. Identitas merupakan jati diri dari suatu bangsa dan semua
warga negara manapun. Artinya, semua warga negara manapun berhak memiliki
pengakuan. Secara garis besar, identitas nasioal merupakan suatu jati diri yang
bukan mengacu pada individu tertentu, namun juga berlaku penting dalam suatu
Kata identitas berasal dari “identity” yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda dan
ciri khas. Jati diri perorangan atau suatu kelompok tertentu yang bisa membedakan
warga yang satu dengan yang lainnya. Identitas tentu berkaitan erat dengan
diri seseorang atau suatu kelompok tertentu berdasarkan kesamaan fisik, budaya,
wilayahya, hak-haknya direbut secara paksa atas suatu kepentingan. Banyak hak
yang direbut bahkan nyawa pun menjadi taruhannya. Karena begitu pentingnya
1
2
Negara Palestina salah satunya. Negara ini menjadi salah satu negara yang
perlawanan ditujukan untuk mencapai hak yang seharusnya didapat oleh mereka.
Bahkan perlawanan itu dahulu dilakukan oleh salah satu tokoh besar Mahmoud
Banyak hal menarik dan menjadi perhatian juga bila dikaji dari isi-isi syair
untuk mendapatkan kehidupan yang layak sebagaimana mestinya. Syair yang ia tulis
banyak yang berkaitan erat dengan peristiwa di Negara Palestina yang menjadi
perhatian dunia.
permasalahan-permasalahan karya sastra dengan salah satu bahan kajian syair untuk
syair tersebut penulis perlu melakukan kajian lebih lanjut melalui beberapa analisis,
sesuatu pemaknaan yang dimaksud. Dalam mempelajari makna itulah, tentu tidak
lepas dari latar belakang penulisan termasuk di dalamnya mengkaji dan menganalisa
bahasanya itu sendiri. Dalam mengkaji karya sastra khususnya syair tentu ada
mesti dikaji mulai dari struktur, bentuk, makna, hingga bagaimana penggunaannya
Oleh karena itu, dari berbagai syair yang telah ditulis Mahmoud Darwish ada
salah satu syair yang mengarah kepada identitas suatu Negara dan itu ditujukan
kepada Palestina yaitu syair “Bithaqah Huwiyyah”. Atas dasar itulah, penulis sangat
tertarik untuk meneliti makna dalam syair tersebut. Penulis mengambil studi kasus
makna tersirat dari karya pemikir Arab tersebut. Untuk mengungkapkan makna
dalam syair tersebut penulis pun mengambil Teori Semiotik Riffaterre agar makna
2. Apa makna tersirat yang terkandung dalam syair “Bithaqah Huwiyyah” karya
Sesuai dengan rumusan permasalahan yang hendak penulis teliti maka tujuan
1) Kegunaan Teoritis
yang sama.
2) Kegunaan Praktis
lebih memahami makna yang terkandung dalam syair “Bithaqoh Huwiyyah” serta
Puisi dapat diartikan sebagai ragam sastra yang terikat oleh unsur-unsurnya
seperti irama, rima, majas dan bait (Yusuf dalam Suryaman dan Wiyatmi, 2012: 12
dalam Maman Suryaman dan Wiyatmi , 2012:12). Ragam puisi, puisi lirik, syair
karya sastrapun tidak cukup diperoleh melalui penguasaan kode bahasa saja, tetapi
5
juga kode sastra, di samping harus disertai usaha secara sadar, sikap kritis, dan
struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat
memahami makna dari puisi tersebut dan merupakan usaha menangkap dan memberi
makna kepada teks puisi. Sedangkan karya sastra merupakan struktur yang
bermakna.
Puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-
macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa
puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-
sarana kepuitisan. Puisi dapat pula dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat
bahwa sepanjang sejarahnya dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan dibaca
orang. Sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan, perkembangan. Hal ini
mengingat hakikat puisi sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara
puisi selalu berubah-ubah sesuai evolusi selera dan pembaruan konsep estetiknya
berbagai teori yang dapat digunakan puisi yang dapat diartikan sebagai ragam sastra
6
yang terikat oleh unsur-unsurnya seperti irama, rima, majas dan bait sebagai acuan
untuk membedah sebuah syair haruslah diteliti dengan penuh. Menurut A Teuw
(1991:24) bahwa pemberian makna sebagai tugas pembaca tidak hanya memahami
baris-baris sebuah karya seni. Tetap pula memberikan makna padanya, sebagai unsur
diperhatikan dalam pemaknaan karya sastra, seperti : (1) ekspresi tidak langsung,
yaitu gejala bahasa yang menyatakan sesuatu dengan arti yang lain, (2) pembacaan
heuristik dan pembacaan retriaktif atau heurmenetik, (3) matriks, model, dan varian-
fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis isi membuat gambaran, lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan
sosiologis dengan harapan agar terjadinya perubahan yang lebih baik pada
masyarakat.
7
Data primer penelitian ini adalah syair berjudul Bitaqqoh Huwiyyah karya
Mahmoud Darwish, syair ini di dapat dari web Diay’s Page .wordpress.com. Adapun
data sekunder adalah segala bentuk tulisan baik buku, artikel, dokumen, yang
keluarga Muslim Sunni di desa Birwa, sebuah desa yang terletak antara Acre di
bagian timur dan galilee di bagian barat, Palestina. Ia anak kedua dari pasangan Salim
dan Houreyyah Darwish. Ayahnya seorang muslim pemilik tanah, ibunya buta huruf,
ia diajarkan membaca oleh kakenya. Pada saat ia berumur 6 tahun, kampung itu
Lebanon. Tahun berikutnya, ketika mereka kembali ke tanah yang telah diduduki,
dan tinggal di daerah Deir al-Assad. Tidak ada buku di rumah Darwish dan
perkenalan pertamanya dengan puisi adalah melalui para penyair, pengembara yang
melarikan diri dari kejaran tentara Israel. Kakanyalah yang memberi motivasi ia
puisi pertamanya diterbitkan pada tahun 1960 ketika ia masih berumur 19 tahun.
menjadi salah satu pelopor puisi-puisi perlawanan. Tujuh utama dari tema-tema
puisinya adalah demi nasib tanah airnya. Hal ini dikarenakan konflik panjang selama
enam dasawarsa sejak perang Arab-Israel, sehingga membuat para penyair Palestina
dalam lima penyair papan atas yang sering disebut sebagai ikon Palestina.
“andai kematian, tak mencabut nyawaku seperti pencuri, tapi dating layaknya elang”
terlihat begitu tegar dengan puisinya yang menentang zionis Israel. Mahmoud
Darwish membagi konsentrasi puisinya menjadi dua tema umum yaitu cinta dan
politik. Selain itu, pada 1982, ia menulis (“Lasta Wahdaka”: engkau tidak senderian)
untuk Yasser Arafat, ketika bangsa Palestina diusir dari Beirut. Darwish mengatakan
itu kepada setiap orang di muka Bumi, kepada setiap orang yang diusir ke
Darwish, berarti sebuah nama yang dalam bahasa Arab berarti seorang laki-
laki suci pengelana spiritual, sesungguhnya sangat tepat baginya. Ia berpindah dari
satu langit lain dan melintasi perbatasan demi perbatasan antara Palestina, Israel,
Rusia, Prancis, Yordania, Lebanon, Mesir dan negara-negara lain. Di mana pun ia
berada, kata-kata ditangannya merupakan sebuah lampu ajaib yang membebaskan jin.
satu permintaan bagi sang jin, satu permintaan penuh kerinduan dari bahasa mereka
“rumah”. Seperti yang terlihat dalam bahasa dan puisinya, Darwish memiliki sebuah
membentuk dua negara satu Palestina, satu Yahudi. Ia menulis bahwa perdamaian
dapat terwujud “di tanah cinta dan perdamaian” itu diilhami oleh visi rekonsiliasi, ia
menekankan bahwa bangsa Palestina akan menjadi sebuah masyarakat yang berhasil
sosial, dan rasa hormat penuh kepada semua orang, termasuk perempuan dan orang-
bahwa “ini adalah sebuah puisi kesaksian”. Darwish sempat menjalani kehidupan
tahun 1996, setelah 26 tahun dalam pengasingan, Darwish kembali ke Israel dan
terdahulu di Ramallah, pusat West Bank Palestinian, merupakan markas besar Yasser
Afarat, dan terjadi lagi pertempuran, ketika itu ditempati oleh pasukan bersenjata
LANDASAN TEORI
Syair merupakan kumpulan kata-kata yang dirangkai secara indah terdiri dari
beberapa bait. Syair dibuat berdasarkan aturan pembuatannya, agar para pendengar
ikut terhanyut perasaannya ke dalam makna syair tersebut. Seperti yang diungkapkan
oleh (Yusuf, 1995:225) puisi dapat diartikan sebagai ragam sastra yang terikat oleh
Syair merupakan karya sastra yang diciptakan berdasarkan maksud dan tujuan
yang berupa imajinasi atau realita dari kehidupan yang diciptakan melalui rangakaian
kata yang merupakan ungakapan isi hati seseorang. Selain itu, menurut (William
Shakespeare) syair atau puisi adalah lirik karena membingungkan berbagai bentuk,
Secara umum puisi adalah bentuk karya sastra ungkapan ekspresi dan
perasaan penyair dengan bahasa yang menggunakan irama, rima, matra, bait dan
penyusunan lirik yang berisi makna. Arti puisi sering dikemukakan oleh para ahli dan
sebuah karya sastra hasil manusia yang menggambarkan perasaan manusia yang
dituliskan dalam bentuk kata-kata. Sebuah syair atau puisi selain dapat memberikan
pesan di dalamnya juga memiliki pesan moral untuk pendengar dan pembacanya.
10
11
Karena bukan hanya menceritakan tentang kesenangan tetapi juga kehidupan sosial
bahkan semua kejadian tentang hidup yang memiliki unsur-unsur yang saling
berkaitan.
Sajak (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam artian
bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara
sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang
berdiri sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan, dan saling
bergantung.
bahwa dalam pengertian struktur ini terlihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi
tiga ide dasar yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri
(self-regulation).
dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Kedua, struktur itu berisi gagasan
transformasi dalam arti bahwa struktur itu tidak statis. Struktur itu mampu melakukan
Strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang
seperti di atas. Menurut pikiran strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia
yang diciptakan pengarang) lebih merupakan susunan hubungan dari pada susunan
benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai
semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu (Hawkes, 1978: 17-18 dalam
menangkap makna dan memberi makna kepada teks karya sastra (puisi) menurut
(Culler, 1977: VIII). Karya sastra itu merupakan struktur makna atau struktur
bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu merupakan sistem tanda yang
mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. (Premiger dkk, 1974: 980;
Abrams, 1981: 170) mengungkapkan bahwa untuk menganalisis sistem tanda ini
perlu adanya kritik struktural untuk memahami makna tanda-tanda yang terkandung
dalam sistem (struktur) tersebut. Oleh karena itu, analisis semiotik tidak dapat
merupakan prioritas pertama sebelum yang lain-lain, tanpa itu kebulatan makna
instrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri, tidak akan tertangkap. Makna
unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar
pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra.
13
Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk
memahami karya sastra (puisi) haruslah dianalisis (Hill, 1996:6). Namun, sebuah
analisis yang tepat hanya akan menghasilkan analisis fragmen yang saling
dalam analisis puisi bagian itu haruslah dapat dipahami sebagai bagian dari
keseluruhan. Hal ini juga dikemukakan oleh T.S. Eliot (via Clive Sansom, 1960: 155)
bahwa bila kritikus terlalu memecah-mecah sajak dan tidak mengambil sikap yang
menyampaikan arti dan untuk mendapatkan jaringan efek puitis), maka kritikus
Sajak itu adalah struktur yang merupakan susunan keseluruhan yang utuh
otonom, melainkan merupakan bagian dari situasi yang rumit dan dari hubungannya
dengan bagian lain, unsur itu mendapatkan artinya (Culler, 1977: 170-1). Jadi, untuk
Struktur puisi pada dasarnya mempunyai dua unsur, yaitu struktur luar
(surface structure) dan struktur dalam (deep structure). Struktur luar puisi berkaitan
dengan isi atau makna. Sedangkan struktur dalam puisi berkaitan dengan isi dan
Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi.
Dari segi perwajahan puisi mempunyai ciri bahwa halamannya tidak dipenuhi
mengungkapkan tepi kanan atau tepi kiri halaman yang memuat puisi belum tentu
2) Diksi
Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat
kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata
3) Imaji
dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba
atau imaji sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan
melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair (Siswanto,
2013: 106).
4) Kata Konkret
Kata konkret berhubungan erat dengan imaji. Kata konkret adalah kata-kata
Majas ialah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan dan
menimbulkan konotasi tertentu (Sudjito, 1986: 128 dalam Siswanto, 2013: 108).
makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1986: 83 dalam Siswanto, 2013: 108). Perrine
menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa
yang dimaksud penyair, karena (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan
imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara menghasilkan imaji tambahan dalam puisi,
sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3)
bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya
dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk
yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat (Waluyo, 1987:83 dalam
(1) Rima
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baim di awal, tengah, maupun akhir
baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope, (2) bentuk intern pola bunyi, dan (3)
Boulton menjelaskan bahwa bunyi vokal panjang lebih khidmat dan lebih
mendamaikan hati.
Bentuk intern pola bunyi menurut Boulton (dalam Waluyo, 1987: 92), yang
dimaksud dengan bentuk intern bunyi adalah aliterasi, asonansi, persamaan akhir,
persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata)
dan sebagainya.
bunyi, kata, dan frasa memberikan efek intelektual dan efek magis yang murni
Ritma sangat menonjol bila puisi itu dibacakan. Ada ahli yang menyamakan ritma
dengan metrum. Dalam deklamasi biasanya puisi diberi (‘) pada suku kata bertekanan
keras, dan (u) di atas suku kata yang bertekanan lemah. Dari variasi keras lemah itu,
secara garis besar dapat dibedakan atas empat metrum. Jambe, yaitu tekanan
17
bervariasi, ada yang diberi tekanan ada yang tidak. Pada tracheus, yaitu tekanan keras
terdapat pada suku pertama. Pada daktylus tekanan terdapat pada awal baris, dan
selanjutnya diseling dua suku kata tidak bertekanan. Pada anapest tekanan dimulai
pada suku kata ketiga dan pada awal kata tidak bertekanan (Waluyo, 1987: 96 dalam
Media puisi adalah bahasa salah satu tataran dalam bahasa adalah hubungan
tanda dengan makna yang dipelajari dalam semantik. Karena bahasa berhubungan
dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun
makna keseluruhan.
2) Rasa
Yang dimaksud dengan rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa berkaitan
erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang
pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,
3) Nada
Yang dimaksud dengan nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap
pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada penyair yang dalam
Sadar maupun tidak ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi.
Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair itu menciptakan puisi, maupun dapat
Istilah semiotik berasal dari bahasa Inggris, yaitu semiotics. Secara etimologis,
kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu tanda. Menurut (Zoest: 1993:1,
semiology. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan
Semiotik juga merupakan ilmu yang mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan
komunikasi dan ekspresi. Dalam penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai
Semiotik adalah ilmu-ilmu tanda. Tanda ini mempunyai dua aspek, yaitu
penanda (signifer, signifiant) dan petanda (signified, signifie). Petanda adalah bentuk
19
formal tanda itu, dalam bahasa berupa satuan bunyi atau huruf dalam sastra tulis,
sedangkan petanda adalah artinya, yaitu apa yang ditandai oleh penandanya itu
(Pradopo:1995:199-120).
terlepas dari tanda karena tanda merupakan hakikat objek dari kajian semiotik.
mengemukakan bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan dalam memahami dan
memaknai sebuah puisi. Keempat hal tersebut adalah : (1) puisi adalah ekpsresi tidak
langsung, menyatakan suatu hal dengan arti yang lain, (2) pembacaan heuristik dan
hermeneutik (retoaktif), (3) matriks, model dan varian, serta hiprogram (Riffaterre
tingkat mimetik ke tingkat pemaknaan yang lebih tinggi. Proses semiotik pada
dasarnya terjadi di dalam pikiran pembaca sebagai hasil dari pembacaan tahap kedua.
tataran mimetik. Proses dekoding karya sastra diawali dengan pembacaan tahap
pertama yang dilakukan dari awal hingga akhir teks. Pembacaan tahap pertama ini
20
arti secara keseluruhan menurut tata bahasa normatif dengan sistem semiotik tingkat
pertama.
hermeneutik. Pada tahap ini terjadi proses interpretasi tahap kedua, interpretasi yang
berkaitan dengan yang telah dibaca pada proses pembacaan tahap pertama. Pembaca
berada di dalam sebuah efek dekoding. Artinya pembaca mulai dapat memahami
bahwa segala sesuatu yang pada awalnya, pada pembacaan tahap pertama, terlihat
pengertian makna dan arti. Riffaterre dalam Faruk (2012:141) membedakan konsep
makna dan arti. Makna yang terbangun dari hubungan kesamaan dengan realitas,
referensial dari karya disebut meaning, yang dapat diterjemahkan sebagai “makna”,
sedangkan makna yang terbangun atas dasar kesatuan formal dan semantik dari puisi,
21
makna yang meliput segalabentuk ketidak langsungan, disebut sogfinance yang dapat
informasi dalam tataran mimetik yang disajikan teks kepada pembaca, sedangkan
“arti” (signifiecance) adalah kesatuan antara aspek bentuk dan semanyik. Secara
dengan bahasa dan bersifat tekstual, sedangkanarti bisa saja “keluar” dari referensi
sebuah teks, sedangkan “arti” diperoleh ketika pembaca telah melampaui pembacaan
Sederhananya, puisi mengatakan satu hal dengan maksud lain. Hal inilah yang
Pergeseran makna terjadi jika suatu tanda mengalami perubahan dari satu arti
ke arti yang lain, ketika suatu kata mewakili kata yang lain. Umumnya, penyebab
metonimi.
dannon-sense. Ambiguitas dapat terjadi pada kata, frasa, kalimat, maupun yang
Kontradiksi muncul karena adanya penggunaan ironi, paradoks dan antitesis. Non-
sense adalah kata-kata yang tidak mempunyai arti (sesuai kamus) tetapi mempunyai
bahasa umum dianggap tidak bermakna, misalnya “simetri, rima, atau ekuivalensi
2012:141).
23
Secara teorotis puisi merupakan perkembangan dari matriks menjadi model dan
matriks diabstrasikan berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat atau kalimat
Matriks bersifat hipotesis dan di dalam struktur teks hanya terlihat sebagai
aktualisasi kata-kata. Matriks bisa saja berupa sebuah kata dan dalam hal ini tidak
dari struktur yang sama. Kompleksitas teks pada dasarnya tidak lebih sebagai
digunakan dalam kajian ini untuk menemukan makna yanng utuh dan menyeuruh
2.3.4 Hipogram
Pada dasarnya, sebuah karya sastra merupakan respon terhadap karya sastra
yang lain. Respon itu dapat berupa perlawanan atau peneruan tradisi dari karya
sastra sebelumnya. Hipogram merupakan latar penciptaan karya sastra yang dapat
24
berupa keadaan masyarakat, peristiwa dalam sejarah, atau alam dan kehidupan yang
dialami sastrawan.
Dengan demikian, objek formal dari analisis puisi dengan kerangka teori
Riffaterre adalah “arti” itu berpusat pada matriks atau hiprogram yang tidak
objektivitasnya yang berupa teks. Namun, teks yang menjadi matriks atau hipogram
itu sendiri baru bisa ditemukan setelah menemukan “makna” kebahasaan dari puisi
yang bersangkutan. “Makna” kebahasaan itu adalah makna referensial yang berupa
kebahasaan yang ada di dalam teks dengan gambaran mengenai kenyataan yang
Hanya saja satuan-satuan makna kebahasaan itu sendiri belum memadai untuk
serangkaian ketidak gramatikalan tersebut, harus dihubungkan satu sama lain secara
mempertemukan satuan-satuan makna kebahasaan yang satu dengan yang lain, untuk
(Faruk,2012:148).
BAB III
PEMBAHASAN
Syair Bithaqah Huwiyyah adalah salah satu syair karya Mahmoud Darwish
yang menceritakan perjuangan, syair ini diterbitkan pada tahun 1964. Syair Bithaqah
Huwiyyah merupakan puisi Arab bebas yang tidak terikat prosodi atau matra gaya
lama arudl dan qafiyah. Syair ini terdiri dari enam bait yang masing-masing
Bait pertama terdiri dari enam larik, bait kedua terdiri dari sebelas larik, bait
ketiga terdiri dari terdiri dari Sembilan larik, bait keempat terdiri dari sebelas larik,
bait kelima terdiri dari sembilan larik, dan bait keenam terdiri dari delapan larik.
Bentuk ini sama sekali tidak beraturan, bait ke-1, ke-4, dan ke-6 memiliki tatanan
larik genap yaitu terdiri dari enam, empat belas, dan ke-5 memiliki tatanan larik ganjil
yaitu terdiri dari sebelas, sembilan belas dan Sembilan larik. Susunan grafisnya juga
tidak tetap. Kadang-kadang agak masuk kedalam, sehingga dari bentuk grafisnya,
Ketidakteraturan larik dalam tiap baitnya tidak dapat dikatakan bahwa puisi
ini tidak rapi. Hal ini dikarenakan penyair ingin memperlihatkan adanya penekanan-
puisi ini terdapat penggunaan kalimat yang hanya menggunakan satu subjek dan satu
26
27
predikat atau disebut kalimat tunggal dan penggunaan kalimat yang mempunyai lebih
dari satu subjek dan satu predikat atau disebut kalimat majemuk.
yang sangat cinta terhadap tanah airnya. Syair ini merupakan syair karya Mahmoud
بِطَاقَ ِة ُه ِويَّة
! َْس ِّجل
ْاْعَرِب
َ َأَن
َ َوَرق ُمْبِطَاقَِِت
َْْخ ُسو َنْأَلف
ِ
َ ْسيَأِِتْبَْع َد..
ْْصيف َ َوتَاسعُ ُهم
ضب؟
َ فَ َهلْتَغ
28
َْس ِّجلْ
ْأَنْاَْ َعَرِبْ
وأَعملْمع ْْرفَ ِ
اقْاْل َك َد ِح ِِْف َ
َْم َجرْ َ َ ُ ََ َ
َوأَط َف ِاِل ََْثَانِيَْة
الدف تَ رْ
اب َْو َ
َْواألَث َو َ
ِْم َنْالصْخ ِرْ
ضب؟
فَ َهلْتَغ َ
َس ِّجلْ
ْأَنْاَْ َعَرِبْ
29
أَنَاْاِسمْْبِالَْلََق ِ
بْ
الزم ِ
ان َْر َستْ ِ ِ
قَب َلْميالَدْ ْ َ
َوقَب َلْتَفْتَ ُحْاْلُُقب
ْ..منْأُسرْةِْال ِمحر ِ
اثْ أَِب ِ
َ َ
ُْنُ ِ
بْ ْس َادة ُ ِ
الَْمن َ
الَحاْ
َو َجدِّيْ َْكا َنْف ْ
ْ..والَْنَ َس ِْ
ب! ِ
ْحسب َ
بالَ َ
سْقَبلْقِراءةِْال ُكتُ ِ يُ َعلِّ َم ِِن ُ
بْ ُْشُو َخْالشم ِ َ َ َ
َوبَي ِ ْ
ِت’ْ ُكو ُخْنَاطُورْ
30
َس ِّجل
اْعَرِبْ
أَنَ َ
ْ..بُِِنْ
ْي ْ ولَو ُنْاْ َلع ِ
َ
َوِمي َزِاِتْ
ْمنِ ِْ
سيه ِ
أَنَاْمنْقَرْيَة َ
ْعَزالَءُ َ
31
الَْاَْسَ ِاءْ
َش َوا ِرعُ َهاْبِ ْ
ضبْ؟
فَ َهلْتَغ َْ
جلْ!
ْ َس ِّْ
اْعَرِبْ
أَنَ َ
تْأَف لَ ُح ْهُ
َوأَرضاْ ُكن ُ
َجي ُعْأَوالَِْدي
أَنَاْو َِ
َ
اْ..ولِ ُك ِّلْأَح َف ِادي
َوََلْتَت َركْلَنَ َ
ىْه ِذ ُّْ
يْالص ُخور ِ
سَْو َ
ْستَأ ُخ ُذْ
فَ َهل َ
ُح ُكوَمتُ ُكمَ ْ..ك َماْقِيالْ؟
إِ َذنْ
32
ْل ِ ِ ِ
َ ْبَرأسْالصف َحةْاألُو..َس ِّجل
َ أَنَاْالَْأَكَرهُْالن
ْاس
َْحد
َ ْعلَىْأ
َ َوالَْأُسطُو
ْت
ُ اْجع ِ ِ
َ اْم
َ ْْإ َذ..َولَك ِِّن
ِ َآكلْ َْلمْمغت
ْصِب َُ ُ
ْجو ِعي ِ ْْح َْذار..
ُْ ْمن.. ِ ِْح َْذار
َْ َوِمنْ َغ
ْضِب
semiotik Riiffaterre untuk mendapatkan makna yang terkandung dalam syair tersebut.
Dalam semiotik Riffaterre hal yang harus dianalisis dalam puisi adalah :
parafrase yang dikemukakan bukanlah satu-satunya tafsiran yang benar. Hal ini
mengingat bawa sajak itu bersifat banyak tafsir oleh bahasanya yang ambigu.
Tafsiran di sini didasarkan pada hubungan struktural tiap-tiap unsur sajak dalam
lain. Parafrase disini dimaksudkan untuk memberi kemungkinan makna syair. Jadi,
parafrase di sini bukanlah makna mutlak sajak yang dianalisis. Parafrase yang
merupakan pembacaan tahap pertama. Dalam tahap ini pembaca teks sesuai
dengan tata bahasa sintaksis, morfologis, normatik dan semantik. Artinya dalam
pembacaan heuristik menghasilkan teks secara menyeluruh sesuai tata bahasa yang
didasarkan pada sistem dan konvensi bahasa. Mengingat bahasa memiliki arti
pertama yang bergerak dari awal ke akhir teks sastra, dari atas ke bawah mengikuti
Oleh karena itu, maka penulis akan menganalisis pembacaan heuristik dari
ِ
ُ ْبِطَْاقَة
ْه ِوي ْة “Kartu identitas”
َْْس ِّجل Kalimat pertama pada syair ini adalah َْس ِّجلyang
ْاْعَْرِب
َْ َْأَْن Kalimat lanjutan dari larik syair sebelumnya yakni
ْاْعَْرِب
َْ َْأَْن . Subjek dari kalimat ini yaitu yang berarti
َوأَط َف ِاِل ََْثَانِيَْة Kata أطفاِل “anakku” dan kata َثانية “delapan”.
ْ ِْسيَأ..
ِْتْبَع َد ِ
َ َوتَاسعُ ُهم Kata تاسعهم
ُ berarti “kesembilanya”, maksud dari
ْصيف
َ
kata tersebut yaitu “anak yang kesembilan”. Kata
ضب؟
َ فَ َهلْتَْغ Larik terakhir dalam bait pertama yakni ْ فهل
َْْس ِّجل Kata pertama dalam syair bait kedua adalah سجل
ِّ
yang terdiri dari satu kata. Kata ini merupakan kata
perintah. Arti kata tersebut adalah “catatlah”.
Sedangkan dalam kamu kata inipun memiliki
beberapa arti yakni (daftar, catatatan).
ْاْعَْرِب
َْ َْأَْن Larik lanjutan dari baris syair sebelumnya yakni ْأنا
ْاقْاْل َْك َد ِح ِِْفِ َ أَعمل وأَعملْمعْرفAku bekerja dalam kamus memiliki arti
َ ََ ُ َ َ َ
ََْم َجر (tindakan) (perbuatan), tetapi dalam syair ini kata
yang tepat digunakan yaitu “aku bekerja”,dengan
(bersama) sesamaku (teman) di sebuah tambang
batu.
َوأَط َف ِاِل ََْثَانِيَْة Dan aku punya delapan (kata bilangan) anak
37
،ْاخلُب ِز
ْ يف ِ Aku beri mereka “ اخلُب ِْزroti (adonan roti)
َ أَس ُّلْ ََلُم َْرغ
ْالدف تَ ر
َ اب َْو
َ َْواألَث َو ْاب
َ أثو “pakaian” merupakan kata benda dan دفرت
“buku” (buku catatan, buku tulis)
ِْم َنْالصْخ ِر صخر “batu” yang merupakan kata benda atau
ضب؟
َ فَ َهلْتَغ “ فهلApakah” dalam kamus dapat diartikan (begitu
َْس ِّجل Larik pertama dalam syair bait ketiga adalah سجل
ِّ
ْاْعَرِب
َ َْأَن
Kalimat lanjutan dari baris syair sebelumnya yakni
ِ أَنَاْاِسمْْبِالَْلََق
ْب ِ أَنَا ْاِسم ْبِالَ ْلََق
ْب “Namaku tanpa gelar”. أنا
ِ
ْبالْلقب yaitu “gelar”.
ِ
ِض
ْب َ َشْبَِفوَرةِْاْ ْلغ
ُ يَعي ْعيش
ُ “ يDimana mana” dapat juga diartikan (hidup)
(berada). ِْ
orang-orang (ledakan) غضب (sangat
dimarahi )
ُج ُذوِري “Leluhurku” : ي diartikan “ku” sebagai
kepemilikan
ِ ْالزم
ْان َْْر َست ِ ِ ِ
َ ْ قَب َلْميالَد Telah ada sebelum ْميالد kelahiran dalam kamus
ْب
ُ ْاْلُُق
ْ َوقَب َلْتَفت ُح Sebelum terbukanya (dibukakan) masa (bertahun-
tahun)
ْالزيْتُو ِن
ْ َوقَب َلْالس ُرو َْو Sebelum adanya pinus (sejenis pohon cemara) dan
zaitun
ِ وقَبلْتَْر َعرِعْاْلعُش
ْب Sebelum tumbuhnya rerumputan dalam kamus juga
ََ َ َ
ِْ
diartikan (ilalang). عشب
ِ ْمنْأُسرةِْال ِمحْر..
ْاث ِ أَِب Bapakku…keturunan (dari) keluarga pembaja
َ َ ِ َمر
ْاث sawah dalam kamus dapat juga diartikan
ِ ُُْن
ْب ُ ْس َادة ِ ِ ُُُن
َ الَْمن َ ْالBukan dalam kamus bisa diartikan (Tidak), ْب
kaum berkelas dalam kamus bisa juga diartikan
(pemimpin-pemimpin).
ْالَحا
ْ َو َجدِّيْ َكا َنْف Dan kakekku seorang petani. ْي yaitu kata
ِْ س
!ب َْ َْوالَْن.. ِ ِ
َ ْحسب
َ َبال ْنسب keturunan dalam kamus bisa diartikan
ِ ُقِراءةِْال ُكت
ْب kehebatan dalam kamus juga dapat diartikan
ََ
ِْ ( لشمmatahari)
(kemuliaan), س
ْ ِ َوبَي
ِْت’ْ ُكو ُخْنَاطُْور Dan rumahku seperti ْكوخ
ُ gubuk, dalam kamus
(pengawal). كوخ
ُْ ini sebagai kata benda (nomina).
anda)
ِْ أَنَاْاِس ُْمْبِالَْلََق
!ب “Namaku tanpa gelar”. ِ
ْلقب (julukan) (nama
ْجل
ِّْ َْس Larik pertama dalam bait ketiga yakni سجل
ِّ yang
terdiri dari satu kata. Kata ini merupakan kata
perintah. Arti kata tersebut adalah “catatlah”.
Sedangkan dalam kamu kata inipun memiliki
beberapa arti yakni (daftar, catatatan).
ْاْعَرِب
َ َأَن Larik lanjutan dari larik syair sebelumnya yakni ْأنا
ْْفَح ِم ْي..َولَو ُنْالشْع ِر ْلو ُن yang berarti “warna”, شعر yang berarti
ص ُخر
ُْ ْصلبَةْ َكال
َ َوَكفِّي
Telapak tanganku sekeras batu
ش ِْمنْيِالََم ِس َها
ُ ََت َم
Menampar (menggores) (menggemburkan) setiap
orang yang menyentuhnya (berhubungan dengan)
ْمنِ ِسيه ِ
َ أَنَاْمنْقَرْيَة
َْ ُْعَزالَء Arti kata dari ْقرية yaitu "desa". Kata
َالء
ْ عز
merupakan sebuah nama desa yang ada di Palestina
َْْسَ ِاء
ْ َش َوا ِرعُ َهاْبِالَْأ شوار adalah bentuk jamak dari شارعyang artinya
“jalan”. أْساء adalah bentuk jamak dari kata أسم
yang artinya yaitu “nama”
ْْاْلَقبَ ِل ِ َوُك ُّل َْر َجا ََل
ْ اِْف Kata رجالmerupakan bentuk jamak dari kata رجل
yang artinga “orang laki-laki”. Akan tetapi kata
43
ِْ َوالح
جر رجالdaam syair ini disandingkan dengan هاyang
ُ
memiliki arti kembali dekapada kata قرية, maka kata
!ْْ َْس ِّجل Larik pertama dalam bait keempat yakni سجل
ِّ
yang terdiri dari satu kata. Kata ini merupakan kata
perintah. Arti kata tersebut adalah “catatlah”.
Sedangkan dalam kamu kata inipun memiliki
beberapa arti yakni (daftar, catatatan).
ْاْعَْرِب
َْ َْأَْن Kalimat lanjutan dari baris syair sebelumnya yakni
أناْعرب . Subjek dari kalimat ini yaitu yang berarti
(leluhur). ْكروم
َ dalam kamus pun bisa diartikan
44
“merampok”. ْكروم
َ merupakan bentuk kata kerja
تْأَفْلَ ُحه
ُ َوأَرضاْ ُكن Dan tanah-tanah yang telah aku tanami. ْ أرضاdalam
syair ini diartikan tanah karena tepat sesuai yang
dimaksud oenyair menanam maka makna yang
cocok yaitu “tanah” dalam kamus juga diartikan
“bumi”.
َجي ُعْأَوالَِْدي
َِ أَنَاْو
َ “Aku dan semua anak-anakku”. َْجيع
ُ dalam kamus
pun bisa diartikan seluruh.dalam syair ini makna
yang tepat yaitu “semua”.
(melakukan), ( أحفاديcucu-cucuku)
يْالص ُخور
ُ ىْه ِذ ِ
َ س َو
Kecuali batu-batu ini
ْْستَأ ُخ ُذ
َ فَ َهل
Apakah akan kau bawa (ambi) juga
ْْ َك َما..ُح ُكوَمتُ ُكم “Negara kalian seperti yang dikatakan ?"
ْل ِ بر ِ
َ األُو (daftar), ْأس sebagai (dengan) ْصفحة judul
َ أَنَاْالَْأَكَرهُْالن
ْاس ُأكره
ْ merupakan fiil mudhori dengan kata asal dari
يكرهdengan fiil madhi كرهyang artinya
“membenci”. Huruf أdiartikan sebagai “saya”
َْحد
َ ْعلَىْأ
َ َوالَْأُسطُو أسطو merupakan kata kerja “fiil mudhari” dengan
ِْ َْمغت
ْصِب ُ آك ُلْ َْل َم
Daging rampasan (menuntut) (memaksa) akan
menjadi makananku
ْجو ِْعي ِ ِ ِ
ُ ْمن..ْح َذا ِر..ح َذا ِر
Berhati-hatilah..berhati-hatilah dengan kelaparanku
Heurmenetik dari syair Bithaqah Huwiyyah karya Mahmoud Darwish. Jika diteliti
secara eksplisit syair ini memiliki tiga bagian makna yang berbeda. Bagian pertama
daerah tempat tinggal. Bagian terakhir dalam syair ini menjelaskan tentang sikap atau
46
cirikhas dan karakter dari penyair terhadap orang yang tidak menyukainya.
Bait ke-1
بِطَاقَ ِة ُه ِويَّة
! َْس ِّجل
ْاْعَرِب
َ َأَن
Secara Heurmenetik Bait ke-1 larik ke-1 dan ke-2 ini menjelaskan identitas
sebagai orang Arab (Palestina). Kata “Catatlah” disini bukanlah arti catat
sesungguhnya, tetapi kata catat disini menunjukkan adanya informasi penting yang
orang Arab yang sesungguhnya. Tanda seru yang terdapat pada larik pertama
agar Palestina mendapatkan pengakuan. Kemudian diperkuat kembali pada larik ke-2
ْ ِاْعر
penyair menuliskan “ب
ََ َ ”أَنyang bermaksud bahwa penyair ingin menyampaikan
َ َوَرق ُمْبِطَاقَِِت
َْْخ ُسو َنْأَلف
47
ِ
َ ْسيَأِِتْبَع َد..
ْْصيف َ َوتَاسعُ ُهم
Pada larik ke-3, 4, 5 penyair menyampaikan kembali identitas dengan
dari itu. Kemudian pada bait ke-4 dan ke-5 penyair menuliskan “Aku mempunyai
delapan anak” “dan yang kesembilan akan lahir setelah musim panas”. Maksud dari
larik tersebut setelah diteliti bahwasannya ada delapan bagian daerah atau wilayah
milik Palestina yakni Usdud, Haifa, Yaffa, Bagian Padang pasir Negev, Beersheba,
bagian Palestina yang secara paksa harus diserahkan kepada yahudi dijadikan sebagai
ِ
َ ْسيأِِت ْب ع َد..“ ”وتَاسعُ ُهمakan lahir anak kesembilan
Negara Israel. Kemudian “ْْصيف
َ ََ َ
setelah musim panas” disini diartikan akan adanya daerah atau wilayah baru yang
menjadi perebutan yakni Al Quds. Al-Quds ini akan dijadikan sebagai wilayah
Internasional.
ضب؟
َ ف َهلْتَغ
48
Pada larik terakhir bagian dari bait ini yaitu “Apakah kau akan marah”
Bait ke-2
! َْس ِّجل
ْاْعَرِب
َ َأَن
ِ َوأَعملْمعْرف
َ اقْال َك َْد ِح ِِْف
َْْم َجر َ ََ ُ َ َ
Pada bait ke-2 larik ke-1, 2 dan 3 penyair menuliskan kembali identitas seperti
،ْاخلُب ِز
ْ يف ِ
َ أَس ُْلْ ََلُم َْرغ
ْالدف تَ ر
َ اب َْو
َ َْواألَث َو
ِم َنْالصْخر
49
Kemudian pada larik ke-4, 5, 6 dan 7 Jadi pada larik ini setelah dianalisis
kehidupan orang Arab (Palestina) yang sedang diceritakan pada syair ini mampu
Pada bagian larik ke-4 penyair menjelaskan kembali memiliki 8 anak yang
bermaksud memiliki beberapa bagian wilayah yang seharusnya menjadi bagian dari
pangan, pakaian dan juga pengetahuan sebagai kebutuhan sandang yang dihasilkan
serta mengemis bantuan dari penajajah (Israel). Pada bagian larik ke-9 diperjelas
ضب؟
َ فَ َهلْتَغ
Kemudian dilanjutkan pada bagian larik ke-10 jika ia disakiti atau didzolimi
maka orang Arab (Palestian) yang diceritakan pada syair ini tidak akan diam begitu
50
saja. Selanjutnya dibagian larik terkahir pada bagian ini penyair menuliskan kembali
larik ضب؟
َ فَ َهل ْتَغ merupakan pertanyaan yang sama halnya terdapat pada bagian
larik teakhir bagian bait 1. Penyair seolah mengungkapkan amarahnya dalam bentuk
pertanyaan setelah apa yang sudah disebutkan dalam larik-larik sebelumnya keadaan
mereka yang begitu susah, akankah (Palestian) akan menjadi negara jajahan?.
Bait Ke-3
َْس ِّجل
ْاْعَرِب
َ َْأَن
ْس ِجل,
َ بْ ِاْعَر
َ َ أَنpada bagian bait ke-3 ini larik ke-1 dan 2 menyebutkan kembali kata
“catatalah” dan “aku orang Arab” yang bermaksud sebagai bentuk penegasan bahwa
penyair ingin mendapatkan pengakuan identitas orang Arab yang diceritakan dalam
syair in i. Kata َْس ِجل yang berarti “catatlah!” bukan berarti menyuruh orang untuk
mencatat, tetapi kata itu ditujukan untuk memberikan dan menunjukkan informasi
ِ أَنَاْاِسمْبِالَْلََق
ْب
51
‘namaku tanpa gelar” menurut peneliti “gelar” disini diibaratkan identitas atau
marga, walaupun mereka orang arab tetapi mereka tidak mendapat pengakuan sebagai
orang Arab (Palestina) dan hak di negaranya sendiri. Kemudian dijelaskan kembali
pada larik berikutnya yaitu situasi yang terjadi di negara Arab (Palestina) mereka
hidup dinegara yang penuh dengan kemarahan, sering terjadi peperangan dan seolah
(Palestina).
ُج ُذْوِري
bahwasannya leluhur atau nenek moyang orang Arab (Palestian) sudah ada dari
52
tumbuhnya rerumputan” menurut peneliti bahwa rumput disini bisa di artikan sebagai
tumbuha pengganggu yang bisa diibaratkan sebelum adanya pengganggu Israel yang
merebut wilayah Palestina. Leluhur atau nenek moyang orang Arab (Palestina)
ِ ْمنْأُسرةِْال ِمحر..
ْاث ِ أَِب
َ َ
ِ ُُْن
ْب ُ ْس َادة ِ
َ الَْمن
ْالَحا
ْ َو َجدِّيْ َكا َنْف
ِْ ْوالَْنَ َس..
!ب ِ
َ ْحسب
َ َبال
ِ ُسْقَبلْقِراءةِْال ُكت ُ يُ َعلِّ َم ِِن
ْب َ َ َ ِ ُْشُو َخْالشم
Kemudian pada larik ke-11, 12, 13, 14 dan 15 disini penyair menyebutkan
petani, bukan dari keturunan berkelas dan bukan dari kalangan yang bertahta tetapi
kemuliaan, pengetahuan dan segala kebutuhan dihasilkan dari kerja keras dibawah
teriknya matahari.
53
ْ ِ َوبَي
ِْت’ْ ُكو ُخْنَاطُور
gubuk dan hanya terbuat dari ranting dan rotan. Menurut peneliti bahwa penyair
sana memang seperti itu. Kemudian, rumah yang disebutkan disini bukanlah rumah
permanen yang hanya terbuat dari ranting. Sifat dari ranting ini mudah terbawa angin.
Jika penulis teliti maksudnya bisa saja rumah tersebut diibaratkan sebagai keberadaan
ِ أَنَاْاِس ِمْبِالَْلََق
ْب
kepada Israel. Kemudian pada larik ke-19 ini sama halnya dengan larik dibagain ait
ke-2 yakni ‘namaku tanpa gelar” menurut peneliti kata “Aku” merujuk ke orang Arab
dan “gelar” disini diibaratkan identitas atau marga, walaupun mereka orang arab
tetapi mereka tidak mendapat pengakuan sebagai orang Arab (Palestina) dan hak di
negaranya sendiri.
54
Bait ke-4
َس ِّجل
ْاْعَرِب
َ َأَن
Larik ke-1 dan ke-2 ini sama halnya dengan larik di bait sebelumnya yakni
menjelaskan identitas sebagai orang Arab (Palestina). Kata “Catatlah” disini bukanlah
arti catat sesungguhnya, tetapi kata catat disini menunjukkan adanya informasi
identitas sebagai orang Arab yang sesungguhnya. Tanda seru yang terdapat pada larik
ْ ِْعر
bait ke-2 penyair menuliskan “ب َ َ ”أَنَا yang bermaksud bahwa penyair ingin
Larik ke-3 dan ke-4 pada bait ke-4 secara heuristik menjelaskan fisk orang
Arab yang berambut hitam dan bermata kecoklatan. Pada bagian ini seolah penyair
َْوِمي َزِاِت
sebelumnya yang menceritakan fisik, pada larik ini setelah dianalisis mengungkap ciri
khas dari orang Arab itu sendiri. Ada ikatan di atas kepala maksudnya ada kopiah
atau sorban yang biasa digunakan oleh orang Arab. Kemudian pada larik ke-7
maksudnya adalah ia akan membalas dan tidak akan diam jika ada yang berani
semena-mena menyakitinya.
ش ِْمنْيِالََم ِس َها
ُ ََت َم
َْوعُن َوِان
ْمنِ ِسيه ِ
َ أَنَاْمنْقَريَة
َ ُْعَزالَء
َْْسَ ِاء
ْ َش َوا ِرعُ َهاْبِالَْأ
56
Larik ke-8, 9, 10, 11 Secara heumenetik penulis menganalisis dari isi larik
syair ini yaitu menjelaskan alamat yang menyebutkan bahwa ia berasal dari desa yang
terpisah terlupakan, maksudanya terlupakan disini berasal dari wilayah Arab tetapi
jalannya yang tak bernama, penulis menganalisis kata jalan disini fungsinya sebagai
diterpencilkan.
pencaharian sebagai petani dan suka berladang. Kini tanah tempat mereka berladang
ضبْ؟
َ فَ َهلْتَغ
Pada bagian larik ini, penyair menuliskan kembali kata tersebut dengan
penjelasan yang sudah diungkapkan pada larik sebelumnya apakah masih akan
diajajah dan apakah mereka (Israel) kesal atau marah dengan penjelasan tersebut.
57
Bait ke-5
ْاْعَرِب
َ َأَن
Larik ke-1 dan 2 pada bait ini penyair kembali menuliskan kata tersebut yaitu
untuk menjelaskan kembali sebagai bentuk penegasan. Sama halnya yang dijelaskan
pada bait pertama di larik ke-1 dan 2, ada sesuatu informasi yang ingin disampaikan
menyebutkan bahwa “aku orang Arab”. Jadi ada informasi atau sesuatu yang akan
ُتْأَف لَ ُح ْه
ُ َوأَرضاْ ُكن
Larik ke-3 dan ke-4 ini secara heurmenetik menjelaskan bahwa apa yang
dilakukan Israel sangatlah kejam dimana maksud merampas adat istiadat disini dapat
diartikan bahwa mereka (Israel) telah merampas kebiasaan yang sering dilakukan
oleh orang (Arab) kebiasaan berladang. Diperkuat oleh larik berikutnya yaitu dimana
mereka bahkan merebut tanah-tanah yang mereka tanami, merampas yang seharusnya
َجيْعْْأَوالَ ِدي
َِ أَنَاْو
َ
ْولِ ُك ِّلْأَح َف ِادي..ا
َ ََوََلْتَت َركْلَن
ُّ ىْه ِذ
يْالص ُخور ِ
َ س َو
Larik ke-5, 6, 7 secara heurmenetik peneliti penganalisis bahwa larik-larik ini
pun masih menjelasakn apa yang dilakukan oleh penjajah kepada orang Arab
(Palestina) dimana mereka tidak meninggalkan apa-apa untuk orang Arab (Palestina)
ْْستَأ ُخ ُذ
َ فَ َهل
ْ َك َماْقِيالْ؟..ُح ُكوَمتُ ُكم
sebuah pertanyaan yang dilontarkan sebagai pertanyaan yang penuh kekesalan yang
ditujukan kepada Israel yang telah merampas hak yang seharusnya menjadi milik
orang Arab (Palestina). Kemudian pada larik terakhir bait ini pertanyaan pun
dilontarkan kembali sebagai sindiran halus, dimana negara yang mereka (Israel) akui
sebagai negaranya.
59
Bait ke-6
ْإِذَن
ْل ِ ِ ِ
َ ْبَرأسْالصف َحةْاألُو..َس ِّجل
Larik ke-1 dan 2 dibait terakhir, secara heurmenetik kata ْإِ َذن adalah sebagai
kata penegas atas larik-larik sebelumnya. Kemudian dipertegas lagi dalam larik
َ أَنَاْالَْأَكَرهُْالن
ْاس
ْْعلَىْْأَ َحد
َ َوالَْأُسطُو
ْت
ُ اْجع ِ ِ
َ اْم
َ َْإذ..َولَك ِِّن
ِ َآكلْ َْلمْمغت
ْصِب َُ ُ
Larik ke-3, 4, 5, 6 secara heurmenetik menjelaskan bahwa walaupun
penderitaan yang dirasakan oleh orang Arab (Palestina), tetapi mereka tidak akan
membenci, mereka bukanlah rakyat pembenci. Akan tetapi, mereka akan bangkit
saja untuk bisa bertahan, mereka (Palestina) akan ada sesuatu yang orang Arab
ْجو ِعي ِ ِ ِ
ُ ْمن..ْح َذار..ْح َذار
ْضِب ِ
َ َومنْ َغ
Larik ke-7 dan 8 sebagai larik terakhir pada bait ke-6 kata ْ ِح َذارini sebagai
bentuk peringatan tegas kepada orang yang mendzolimi orang Arab, maka akan ada
Kartu Identitas
Catatlah !
Catatlah !
Dari batu
Catatlah !
Leluhurku
Catatlah !
Ciri khasku
Alamatku
Catatlah !
Jadi
Berhati-hatilah…berhati-hatilah…dengan kelaparanku
Ada beberapa bait yang memiliki pergantian arti berupa majas dalam syair
Bait ke – 1
Larik ke-2
ْاْعَرِب
َ َأَن
Pada bait ke-1 larik ke-2, mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena
terdapat kata kiasan yakni sinekdot totem pro parte (satu kata bermaksud
Bait Ke-2
،يفْاخلُب ِز ِ
َ أَس ُّلْ ََلُم َْرغ
Larik ke- 5, 6 dan 7
ْالدف تَ ر
َ اب َْو
َ واألَث َو
ِْم َنْالصْخ ِر
Pada pada larik tersebut mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena
mengandung kata kiasan yakni metafora (kelompok kata bukan dengan arti
Larik ke-10
ْأ ََم َامْبِالَ ِطْأَعتَابِك
Pada bait ke-2 larik ke-10 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena
mengandung kata kiasan yakni metafora (kelompok kata dengan bukan arti
Bait ke-3
siapa-siapa.
Larik ke-4
اْفِي َها
ْ ْم ِ
َ صبُورْْ ِِفْبالَدْ ُك ُّل
َ
Pada bait ke-3 larik ke-4 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena
terdapat kata kiasan yakni Metafora (kelompok kata dengan bukan arti
sesungguhnya.
ْب
ُ َوقَب َلْتَفت ُحْاْلُُق
ْالزي تُو ِن
َ َوقَب َلْالس ُرو َْو
Pada bait ke-3 larik ke-8, 9, 10 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena
terdapat kata kiasan yakni Pararelisme (majas dengan bentuk yang sama dan
diulang ulang sebanyak tiga kali, kata sebelum yang pertama di sebut anaphora,
ِْ ْوالَْنَ َس..
!ب ِ
َ ْحسب
َ َبال
Larik ke-14
pada pernyataan yang sudah jelas), karena menggunakan kata-kata yang sama
Larik ke-16
ْ ِ َوبَي
ِت’ْ ُكو ُخْنَاطُور
Pada bait ke-3 larik ke-16 mengandung ketidaklangsungan makna karena
dirinya, kata gubuk ini sesungguhnya bisa saja diganti menjadi kata rumah.
Larik ke-15
ِْسْقَْب َلْقَِراءَة ُ يُ َعلِّ َم ِِن
ِ ُْشُو َخْالشم
ْْْْْب ِ ُال ُكت
Pada bait ke-3 larik ke-15 syair ini mengandung ketidaklangsungan ekspresi
“metafora” (kelompok kata dengan bukan arti sebenarnya), karena makna yang
Bait ke-4
informasi pada pernyataan yang sudah jelas), dijelaskan bahwa rambutnya yang
68
Larik ke-7
ص ُخر
ُ ْصلبَةْ َكال
َ َوَكفِّي
Pada bait ke-3 larik ke-7 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena
terdapat kata kiasan yakni Hiperbola (melebih lebihkan), sekeras batu disini
Larik ke-8
ش ِْمنْيِالََم ِس َها
ُ ََت َم
Pada bait ke-4 larik ke-8 mengandung ketidaklangsungan makna karena
mengandung kata kiasan yakni Metafora (kelompok kata dengan bukan arti
sebenarnya), maksud dari menampar dari setiap yang menyentuhnya disini bukan
Bait ke-5
Larik ke- 3
َسلَبَتْ ُك ُروَمْأَج َد ِادي
Pada bait ke-5 larik ke-3 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena
terdapat kata kiasan Metafora (kelompok kata bukan dengan arti sebenarnya),
adat istiadat disini bukan berarti kebudayaan tetapi bisa diartikan merampas
Larik ke-8
ْْستَأ ُخ ُذ
َ فَ َهل
Pada bait ke-5 larik ke-8 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena
terdapat kata kiasan Ironi (majas sindiran halus), larik tersebut bukan hanya
Bait ke-6
Larik ke-7
ْجو ِعي ِ ِ ِ
ُ ْمن..ْح َذا ِر..ح َذا ِر
Pada bait ke-6 baris ke-7 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena
terdapat kiasan paralelisme (majas dengan bentuk yang sama dan berpola dari
hatilah, berhati-hatilah)
Enjambemen
Bait ke 1
Larik ke – 2
ْاْعَرِب
َ َأَن
“Aku Orang Arab”
َ َوَرق ُمْبِطَاقَِِت
َْْخ ُسو َنْأَلف
Larik ke – 3
“Dan nomor kartu identitasku lima
puluh ribu”
Pada larik syair ke 2 dan ke tiga dalam bait pertama, syair tersebut saling
benar orang Arab dan mempunyai kartu identitas bernomor lima puluh ribu.
Larik ke-4
َوأَط َف ِاِل ََْثَانِيَْة
Dan aku punya delapan anak
َْ ْسيَأِِتْبَع َد..
ْْصيف ِ
َ َوتَاسعُ ُهم
Larik ke-5
antara bagian baris sebelum dan sesudahnya ada kata sambung dan yang menjadi
lanjutan dari syair sebelumnya, pada baris sebelumnya menyebutkan “aku punya
sebelumnya yaitu “Dan yang kesembilan akan lahir setelah musim panas”.
Bait 1
Baris ke 1
َْس ِّجل
Pada bait ke 1, larik pertama mengandung mengandung ketidak langsungan
dalam dalam syair ini menjadi catatlah, yang berarti kata yang digunakan bukan
maksud sebenarnya, Catatlah disini bukan menyuruh orang untuk mencata secara
tertulis, tetapi mecata dalam arti penegasan bahwasannya butuh pengakuan dari
matriks yang menjadi model dan ditransformasikan menjadi varian-varian. Dari isi
syair Bithaqah Huwiyyah yaitu tentang penderitaan rakyat Palestina yang terus-
terusan di jajah oleh Israel yang di tuliskan oleh orang yang sangat mencintai tanah
Varian Bagian 1
Permohonan
Bahwasannya penyair itu benar-benar membutuhkan pengakuan itu. Varian ini dapat
permohonan yang tegas dilontarkan agar penyair dan rakyat Palestina diakui secara
72
resmi. Dan tanah Palestina tidak seharusnya di ambil atau dirampas oleh Israel,
Varian Bagian 2
nasionalisme yang tinggi terhadap tanah kelahirannya. Pengarang pun sangat geram
Varian Bagian 3
kekejaman yang di lakukan oleh Israel kepada rakyat Palestina, rasa kemanusiaan
yang telah hilang dari mereka, Rakyat Palestina yang begitu terjajah, tetapi mereka
tetap memiliki rasa juang yang tinggi. Hal ini terlihat pada syair bagian ِْْْفْْبِالَد
ِ صب ور
َ
ُ
penderitaan yang mereka rasakan pada bait ini. Kemudian juga terlihat pada bagian
orang sangat dimarahi”.Selain itu, terdapat juga dalam larik bagian ْل
ِّ ْولك..وَلْترتكْلنا
أحفادي “Bahkan tidak meninggalkan apa-apa untuk kami dan keturunanku”. ْْسلبت
ُ
كروم ْأجدادي
َ “Kau telah merampas kemuliaan adat” istiadatku ْأفلحه
ُ ْكنتُ وأرضا
“Dan tanah-tanah yang telah aku tanami. Penyair menyampaikan suatu informasi
bahwasannya Israel benar-benar merampas semua yang dimilikinya termasuk hak dan
kebahagiaan juga kebiasaan adat istiadat yang dimiliki oleh rakyat Palestina.
Kekejaman yang dilakukan isarel terlihat jelas pada bait bait tersebut. Bahkan tidak
sedikitpun yang mereka sisakan untuk rakyat Palestina. Tanaman yang seharusnya
Varian Bagian 4
Keberanian
Penyair pun memperlihatkan jiwa keberaniannya dalam syair ini yaitu terlihat
pada salah satu larik syair وك ّفيْصلبةْكالصخرTelapak tanganku sekeras batu. َْتمش
ُ
ْيالمسها
َ من Menampar setiap orang yang menyentuhnya. Penyair menyampaikan
pesannya bahwa ia bukanlah orang yang diam saja ketika ada yang mendzoliminya.
Akan ada aksi keberanian yang ia lakukan. Arti menampar disini berarti perlawanan
74
yang akan ia lakukan jika ada yang berbuat semena-mena kepada ia dan rakyat
Palestina.
Varian Bagian 5
Tegas
Ketegasan ini penyair sampaikan pada bait terakhir pada bagian syair
ْجوعِي ِ ِ ِ
ُ من..ح َذا ِر..ح َذا ِر “Berhati-hatilah...Berhati-hatilah dengan kelaparanku”.
Ketegasan disini terlihat dari makna “Berhati-hatilah” yang merupakan ancaman dari
penyair kepada penjajah. Ini bisa juga dikatakan sebagai bentuk kekesalan dari sang
penyair.
2) Model
Model dalam syair Bithaqah Huwiyyah karya Mahmoud Darwish ini yaitu
mengenai ْْعَرِب
َ “ أَنَاSaya Orang Arab”, segaimana yang terdapat dalam salah satu
larik syair yang penegasan yang beberapa kali disebutkan. Ia yang memiliki ciri khas
khusus sebagai orang Arab dan mencoba bertahan hidup meski tak memiliki harta,
3) Matriks
hak identitas dan wilayah yang seharusnya didapatkan oleh Palestina”. Yaitu terlihat
75
3.3.4 Hipogram
Dilihat dari hasil hasil heuristik atau retroaktif dan latar belakang kejadian
Palestina syair ini berkaitan erat dengan hipogram. Hipogram merupakan salah satu
yang penuh pada karya sastra, maka sebaiknya karya sastra tersebut disejajarkan
dengan karya sastra lain yang menjadi hipogram atau latar belakang penciptaanya
Syair Bithaqah Huwiyyah puisi ini diterbitkan pada tahun 1964. Dimana para
tentara Israel merebut semua yang dimiliki oleh Palestina. Di tahun itulah keadaan di
Palestina semakin kacau. Oleh karena itu, menurut peneliti syair ini termasuk
kedalam hipogram aktual karena apa yang diceritakan di dalam syair itu benar
adanya. Konflik yang terjadi masih terjadi sampai saat ini. Mahmoud Darwish
mencoba menuliskan perlawanannya melalui karya tulis berupa syair yang ia tujukan
76
kepada Israel. Hal ini disebabkan tidak adanya pengakuan identitas, bahkan yang
terjadi sampai saat ini pun identitas (wilayah) itu belum berakhir di dapatkan.
menuntut keterlibatan PBB dalam proses perdamaian tersebut. Konflik yang terjadi
pada tahun 1967, dan 1973 terjadi perebutan wilayah. Seluruh wilayah Arab Palestina
konflik ini. Konflik ini banyak melibatkan negara-negara besar yang mengambil
peranan dalam konflik ini khususnya peranan Amerika Serikat dalam menentukan
membahyakan perdamaian dan keamanan dunia. Untuk itu PBB ikut dalam upaya
77
yang bertikai agar dapat menyelesaikan konfliknya dengan jalan damai. Upaya-upaya
yang telah ditempuh oleh DK PBB meliputi dikeluarkannya resolusi DK PBB no 242,
resolusi DK PBB no.338, perjanjian Camp David 1978. Perdamaian dan keamanan
Veto terkait perdamaian Timur Tengah dan lebih mendukung Israel merdeka tanpa
melihat dari segi Palestina. Hambatan lain yakni kurangnya dukungan dari bangsa
Arab sendiri dimana terjadi konflik internal yang terjadi antara Hamas dan Fattah
Gambar 3.2 : Sejarah Konflik Israel Perang Enam Hari Yang Bersejarah
(Foto : Islami.co)
Kemudian pada tahun 1947 nasib tragis diderita oleh Palestina tatkala PBB
dan 53 persen untuk Israel. Pada 1956 Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang
Sinai untuk menguasai Terusan Suez. Pada 1964 pemimpin Arab mendirikan
Palestina di Aljiria. Yerussalem Timur ditatpkan sebagai ibu kota Presiden Yaser
Arafat. Negara Israel berdiri di tanah Palestina yang berdaulat pada 1946
terhadap wilayah Palestina menyusul enam hari antara negara Israel dan dengan
negara Arab yakni Mesir, Iran dan Yordania yang dimenagkan Israel. Pada tahun
1973 terjadinya perang Yom Kippur antara Israel dan koalisi negara Arab untuk
merebut wilayah Palestina yang dikuasai Israel. Imbas agresi Israel Palestina, awal
2015 wilayah Palestina hanya tersisa 20 persen. Selain pembagian territorial, perilaku
Israel terhadap warga Palestina berupa terror, pengusiran, perampasan tanah, hingga
membangun pemukiman Yahudi ditepi Barat tak berhenti. Dampaknya tanah untuk
Palestina semakin menyempit. Jerussalem Timur pun telah dibangun oleh Israel
dapat dipahami bahwa makna puisi ini tentang kegundahan yang dirasakan penyair
tentang Palestina yang terus-terusan di jajah oleh Israel dan tidak mau tanah Palestina
PENUTUP
4.1 Simpulan
1) Syair Bithaqah Huwiyyah merupakan salah satu karya dari Mahmoud Darwish,
syair ini merupakan syair perlawanan. Jiwa Nasionalisme dan Patriotisme yang
hak yang seharusnya ia dan rakyat Palestina dapatkan. Syair Bitaqah Huwiyyah ini
ketidaklangsungan ekspresi dalam syair ini dan makna yang digunakan adalah kata-
kata yang masih sulit dipahami serta mengandung makna lain. Sehingga perlu dikaji
oleh peneliti. Banyak yang mengandung makna kias tetapi tidak semua mengandung
makna kias adapula yang masih bisa dipahami. Kedua, pembacaan heuristik yang
dikaji dari segi makna kamus dan secara linguistik menambah kata-kata agar mudah
heurmenetik, dimana pada bagian ini ditemukan keterkaitan antara satu bait dengan
bait lainnya, sehingga dapat memudahkan pembaca atau peneliti. Ketiga, ditemukan
juga matriks, model dan varian-variannya. Model dari syair Bithaqah Huwiyyah ini
ْ ِاْعر
adalah “ب
َ َ َ “ أَنsaya orang Arab” yang ditransformasikan menjadi model gambaran
79
80
yaitu “Menyuarakan hak identitas dan wilayah yang seharusnya didapatkan oleh
Palestina” yang terlihat dari beberapa kalimat penyair yang memperjuangkan hak
wilayahnya (Palestina) agar tidak direbut oleh Israel. Adapun tema yang bisa
dihasilkan dari syair tersebut adalah “identitas (orang Arab). Hal ini pun dihasilkan
dari varian-varian yaitu permohonan, kecintaan terhadap tanah air, kekejaman dan
penderitaan, keberanian dan tegas. Keempat, hipogram dari syair ini adalah hipogram
aktual karena adanya fakta mengenai konflik Palestina-Israel yang sampai saat ini tak
kunjung usai.
syair tersebut yaitu “perjuangan mendapatkan hak identitas dan wilayah yang
seharusnya menjadi hak Palestina”. Hal inilah, yang ingin disampaikan oleh penyair
kepada masyarakat luas dan khususnya kepada Israel sebagai perebut dan penjajah.
4.2 Saran
Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
semua pembaca yang hendak meneliti syair dengan menggunakan analisis semiotik
berbagai sumber referensi untuk menunjang penelitian. Selain itu, penulis juga
dengan menggunakan metode analisis yang berbeda. mungkin bisa dengan analisis
mimetik seingga dapat tergambar dengan lebih jelas bagaimana keadaan Suriah
تَ ل ِ
ْخ ْيص
ِّمةُ
ال ُْم َقد َ
َْمَمدْ
بُ ىْموَالنَاْالنِ ِّْ ِ ِ ِ ِ
ْعلَ َ ْ،والص َالةُ َْوالس َال ُم َ
نَش ُك ُر ْاللهَ ْتَ َع َال ْالذيْأَعطَىْصحة َْونع َمةَ ْاْلَيَاة َ
ت ْالعُن َو ِان ْ"ال َمع َْ
نْ َْت َْج ِامعِيًّا َ
َْبثا َْعلَي ِه َْو َسل َمَْ ،وبَِرْحَتِ ِه ْتَ َع َالْ ،أَن َهت ْال َكاتِبَةُ َ
صلى ْاللهُ َ
َ
ْعن َدْ ِري َفاتِري)".
ْالسي ِميائِي ِ ِ ْه ِويةْلِ َمح ُمود َ ِ ِ
يل ِّ َ ُّ ْدرويشْ(التحل ُ ال َمض ُمو ُن ِِْفْشعرْبِطَاقَة ُ
الْ َف ْ
ص ُل ْاْل ََّو ُل
أ ِ
اسياتْالبح ِ
ثْ َس ُ َ َ
١.١خل ِفيةُْالبح ِ
ثْ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ْه َذاْ
ْ،سَرَد َْ
ْي َْدرِويشْالذيْيَتَ َعل ُقْبِأَح َداثْفَلسط َ ْه َوْالشِّع ُرْل َمح ُمود َ إِنْشعَرْبِطَاقَة ُ
ْه ِوية ُ
ْجن ِسيةْفَلِس ِطينِيةْال ِِت َْ
ْخطََف َهاْإِسَرائِ ُْ
يل. الشِّعرْعنْه ِوية ِ
ُ َ ُ
١.٢أَسئِلَةُْالبح ِ
ثْ َ
82
83
١.٣أَغراضْالبح ِ
ثْ َ ُ َ
ْعن َدْ ِري َفاتِ ْري
ْالسي ِميائِي ِة ِ ِ ِ ثْع ِنْالمعنْماْوراءْالن ِّ ِ
صْخ َال َلْالقَراءَة ِّ َ . ١البَح ُ َ َ َ َ َ َ َ
ِ ِ ِ
ْدرِويشْ فْال َمع َن َْوال َمض ُمون ِِْفْشع ِرْبِطَاقَة ُ
ْه ِويةْل َمح ُمود َ َ . ٢كش ُ
ْ١.٤أ َََهِّيةُْالبح ِ
ثْ َ
ْعنْقَِراءَةِْالشِّع ِر.
اْلع َالِم َ
ْ-األ َََهِّيةُْالنظَ ِريةُِ ْ:زيادةُْال ْمع ِرفَِةْلِل َقا ِرئِْيْحوَل ِ
ْشعر َْو ِ َ َ ََ َ
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ
ْي ِِْفْفَه ِمْال َمعْ َن ِّ
ْالضم ِ ِّ
ِنْ ْه َذاْالبَحثْأَنْتُ َساع َدْال َقا ِرئ َ -األ َََهِّيةْالتطبِيقيةْ:تر ُجوْال َكاتبَةُ َ
ْعب َر َ
ِِف َ
ْه َذاْالشِّع ِر.
ْ١.٥إِطَارْالبح ِ
ثْ ُ َ
ِ ِ ِ ِ ِ
ثْ
ْ،حي ُ أَماْإِطَ ُارْالبَحثْ،فَتَ عتَم ُدْال َكاتبَةُ َ
ْعلَىْتَع ِريفْالشِّع ِرْعن َدْبََر ُادوبُوَْ ١٥٥٥:١٤
فْعنَ ِ ذَهبْأَنْالشِّعرْهوْبِن يةْمركبةْ،وَالْبدْأَنْي ُق ِ ِ ِ ِ ِ
اصُْرهُْ ومْبالتحل ِيلْل َفهمه َ
ْحَّتْتُعَر ُ َ َ ُ َ َ َُ َ َ ُ َ َ َ َ
اضحا. َو ِْ
ْ١.٦من ه ِجيةُْالبح ِ
ثْ َ ََ
فْ ثْال ِذيْاِعتَم َدتْعلَي ِهْال َكاتِبةُْهوْمن هجْالبح ِ
ثْال َكي ِف ُّيْالوص ِف ُّيْبِ َكشْ ِ أَماْمن هجْالبح ِ
َ َ َُ َ َ ُ َ َ َ ََُ َ
الب يانَ ِ
ات. ََ
84
ِ ْ١.٧م ِ
صاد ُرْالبَحث َْوبَيَانَاتُْهُ
ََ
ْعلَي َهاْال َكاتِبةُ ِْمنْالموقِ ِْ
عMahmoud Darwish (1942-
َ َ َ اْالشع ِرْح َ
صلَت َ ْه َذ ِّْ الم ِ ِ ِ
صادرْالرئيسيةُ َ
َ َ ُ َ
2008) Style Sheets.
ْ،وال َوَرقَِةْال ِِتْتَد َع ُمْفَه َْمْال َمع َن. ِ ِ ِ أَماْالم ِ
ْ،وال َم َجالت َ
ْعلَي َهاْم َنْال ُكتُب َ
صلَت َ صاد ُرْالثانَ ِويةُ َ
ْح َ َ َ
ص ُل الثَّانِي
الْ َف ْ
ِْ
الاَطَا ُ الََّرَ ِيُ
ص ُل الثَّالِ ُ
ث الْ َف ْ
ْخاتِ َمةُ
ال َ
Al-Qur’an
Kamus Al Munawir
Pradopo, Rahmat Djoko, (1995). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan
Penerapan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Emzir. & Rohman, Saifur. (2016) Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada
Sumber Internet
Ayu, Diah.2019.https://diahayuagustina.wordpress.com/2019/02/07/intertekstualisasi-
puisi-bithaqah-huwiyyah-karya-mahmud-darwis-dan-puisi-al-quds-karya-nizar-
qabbani/. Intertekstualisasi Puisi Bithaqah Huwiyyah Karya Mahmoud darwish
dan Puisi Al Qud’s Karya Nizar Qoabbani. Diakes pada tanggal 20 Desember
2019.
86
87
DATA PRIBADI
NPM : 180910170016
Agama : Islam
Golongan Darah :O
Domisili : Jatinangor
Email : evayulianti2299@gmail.com
No.Hp : 088218449422
PENDIDIKAN FORMAL :
xvi
PENGALAMAN ORGANISASI
Departemen
(Mahahsiswa)
xvii