Anda di halaman 1dari 106

SYAIR BITHAQAH HUWIYYAH KARYA MAHMOUD

DARWISH
(Analisis Semiotika Riffaterre)

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh ujian sarjana


Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Padjajaran

Oleh:
Eva Yulianti
180910170016

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM SYAIR


BITHAQAH HUWIYYAH KARYA MAHMOUD
DARWISH

SUB JUDUL : Analisis Semiotik Rifattere

PENULIS : Eva Yulianti

NPM : 180910170016

PROGRAM STUDI : Sastra Arab

FAKULTAS : Ilmu Budaya

Jatinangor, Oktober 2020


Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping

Dr.Hj.Titin Nurhayati Ma’mun.,MS Dr.Ikhwan, M.Hum


NIP. 195708171984032001 NIP. 198111272016043001

Disahkan Oleh, Diketahui oleh,


Dekan Fakultas Ilmu Budaya Ketua Prodi Sastra Arab
Universitas Padjadjaran Universitas Padjadjaran

Yuyu Yohana Risagarniwa, M. Fd, Ph.D Dr Hj. Titin Nurhayati Mamun.,MS.


NIP. 196305251992031002 NIP. 195708171984032001

i
LEMBAR PERSEMBAHAN

Teruntuk orang orang terkasih,

Mamah, Bapak dan Kedua kakak ku yang telah memberiku kasih,


terimakasih selalu memberiku tanpa pamrih, dan terimakasih juga
untuk dedikasi yang kalian berikan untukku selama ini. Ku
persembahkan skripsi ini untuk kalian yang sama-sama berjuang
mewujudkan cita-citaku.

(Bandung, 1 Oktober 2020)

ii
ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Syair Bithaqah Huwiyyah karya Mahmoud Darwish”


Analisis Semiotik Riffaterre. Objek penelitian ini adalah syair karya dari Mahmoud
Darwish yakni yang berjudul Bithaqah Huwiyah. Syair tersebut menceritakan
perebutan hak identitas Palestina oleh Israel.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan makna yang terkandung dalam


syair Bithaqah Huwiyyah karya Mahmoud Darwish menggunakan teori Semiotika
Riffatettere dengan metode analisis deskriftif. Teori ini memiliki empat tahapan, yaitu
mengungkapkan ekspresi tidak langsung, pembacaan Heuristik dan Heurmenetik,
menjelaskan model, matriks, varian-varian dan yang terakhir mengungkapkan
hipogram puisi.

Penelitian ini menjelaskan dan menggambarkan keadaan Palestina serta


gambaran keadaan pengarang yang merupakan warga negara (Arab) Palestina yang
dirampas hak-haknya sebagai warga negara Palestina asli. Selain itu, syair ini pun
menunjukkan bagaimana kesabaran, pengorbanan, perjuangan rakyat Palestina dalam
menghadapi Israel. Perjuangan mereka (Palestina) untuk mendaptkan hak-haknya
sangatlah mereka perjuangkan hingga merdeka. Palestina tak akan diam jika ada
yang berani berbuat semena-mena terhadap rakyat Palestina. Hal ini didasarkan pada
hasil analisis dari pengungkapan ketidaklangsngan ekspresi, pembacaan heuristik dan
heurmenetik, matriks model varian-varian, serta hipogram pada puisi tersebut.

Kata Kunci : Palestina, Hak-Hak, Semiotik Riffattere

iii
ABSTRACT

This research is entitled " The poem Bithaqah Huwiyyah by Mahmoud


Darwish" Riffattere's semiotic analysis. The object of this research is the poem of one
of Mahmoud Darwish's works, namely Bithaqah Huwiyyah, which includes the
struggle for the right Palestinian identity by Israel.

This study aims to reveal the structure and meaning contained in Mahmoud
Darwish's Bithaqah Huwiyyah poetry using Riffatettere's Semiotic theory using the
analytical descriptive methods. The theory of consists of four stages : expressing
indirect expression, Heuristic and Heurmenetic reading, explaining the model, matrix,
variants, and finally expressing the hypogram of the poem.

This research describes the situation of Palestine and the author who is a
Palestinian (Arab) citizen who deprived of his rights as a genuine Palestinian citizen.
In addition, this verse also shows how patience, sacrifice, and struggle of the
Palestinian people are in facing Israel. Show how much struggle and fight of
(Palestinian)to get their rights and independence. Palestine will not be silent if
someone dares to act arbitrarily against the Palestinian. This is based on the results of
the analysis of the expression indefinite disclosure, heuristic and heurmenetic
readings, matrix variants and the hypogram of this poem.

Keywords: Palestine, Rights, Semiotic Riffattere

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT yang telah memberikan

kesehatan dan nikmat hidup yang luar biasa, Sholawat serta salam semoga selalu

tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,

para sahabatnya hingga kita semua sebagai umatnya di akhir zaman. Atas Rahmat-

Nya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “SYAIR BITHAQAH

HUWIYYAH KARYA MAHMOUD DARISWH ANALISIS SEMIOTIK

RIFFATERRE” hingga selesai pada waktunya. Dalam penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dukungan dari berbagai pihak, peneliti pun secara khusus mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu.

Penulis banyak menerima bimbingan, petunjuk dan bantuan serta dorongan dari

berbagai pihak, baik yang bersifat moral maupun material. Pada kesempatan ini

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT dengan segala rahmat serta karunia-Nya yang memberikan

kekuatan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Kepada kedua orang tua, kakak tercinta yang selama ini memberikan penulis

dalam bentuk kasih sayang, semangat, serta do’a yang tidak henti-hentinya

mengalir demi kelancaran dan kesuksesan peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini.

v
3. Kepada Ibu Hj. Dr. Titin Nurhayati Ma’mun. M.S, selaku dosen pembimbing

yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan semangat kepada

peneliti, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Kepada Bapak Ikhwan, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang selalu

memberikan arahan, dukungan, dari awal penelitiaan ini hingga

terselesaikannya skripsi ini.

5. Segenap dosen dan seluruh staff akademik yang selalu membantu dalam

memberikan fasilitas, ilmu, serta pendidikan pada peneliti hingga dapat

menunjang dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada teman-teman Sastra Arab 2017 teman-teman seperjuangan yang

selalu memberikan semangat, motivasi yang luar biasa selama proses

penyusunan skripsi ini.

7. Serta terimakasih kepada semua pihak yang sangat berpengaruh dalam proses

penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah

diberikan. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca.

Bandung, Agustus 2020

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... i

LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................... ii

ABSTRAK ................................................................................................................. iii

ABSTRACT ............................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................... v

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4

1.5 Kerangka Pemikiran ............................................................................................ 4

1.6 Metode Penelitian................................................................................................. 6

1.7 Sumber Data Penelitian ....................................................................................... 7

1.8 Biografi Mahmoud Darwish ................................................................................. 7

vii
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 10

2.1 Syair Sebagai Karya Sastra ................................................................................. 10

2.2 Analisis Struktur Syair ........................................................................................ 11

2.2.1 Telaah Puisi Melalui Pendekatan Struktural .............................................. 13

2.2.1.1 Struktur Luar Puisi ........................................................................... 14

2.2.1.2 Struktur Dalam Puisi……………….. .............................................. 17

2.3 Semiotika Riffattere ............................................................................................. 18

2.3.1 Pembacaan Heuristik dan Heurmenetik ..................................................... 19

2.3.2 Ketidaklangsungan Ekspresi Dalam Puisi ................................................. 21

2.3.3 Matriks, Model, Varian .............................................................................. 23

2.3.4 Hipogram .................................................................................................. 23

BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................... 26

3.1 Deskripsi Syair ..................................................................................................... 26

3.1.1 Syair Bithaqah Huwiyyah Karya Mahmoud Darwish .............................. 27

3.2 Struktur Puisi........................................................................................................ 32

3.3 Pembacaan Semiotik Riffattere ........................................................................... 33

3.3.1 Pembacaan Heuristik dan Heurmenetik ..................................................... 33

3.3.2 Analisis Ketidaklangsungan Ekspresi ....................................................... 64

3.3.3 Matriks, Model, Varian ............................................................................. 71

viii
3.3.4 Hipogram .................................................................................................. 75

3.3.4.1 Hipogram Aktual ............................................................................. 75

BAB IV SIMPULAN ................................................................................................ 79

4.1 Simpulan ............................................................................................................. 79

4.2 Saran .................................................................................................................... 81

TALKHIS ................................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 86

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................................xvi

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Perang Palestina-Israel (Foto : IDTODAY.CO) .................................. 76

Gambar 3.2 : Sejarah Konflik Israel Perang Enam Hari Yang Bersejarah (Foto :

Islami.co)....................................................................................................................77

x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Transliterasi merupakan pengalih hurufan dari abjad yang satu ke abjad yang

lain. Dalam hal ini, pengalih hurufan dari abjad Arab ke abjad Latin. Dalam pedoman

transliterasi arab-latin pada skripsi ini, penulis menggunakan rujukan dari Surat

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan & Kebudayaan RI No.

158/1987 dan No. 0543b/U/1987 tertanggal 10 September 1987 yang ditandatangani

pada tanggal 22 Januari 1988 dengan beberapa perubahan. Penulis menggunakan

sumber rujukan tersebut karena penulis nilai sumber tersebut telah lazim digunakan di

masyarakat sehingga akan membantu mempermudah para pembaca dalam membaca

skripsi ini, terutama untuk para pembaca yang awam akan bahasa Arab.

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem bahasa Arab dilambangkan

dengan huruf, dalam Transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda dan

sebagian lain lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus.

Di bawah ini daftar huruf Arab itu dan Transliterasinya dengan huruf latin.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ alif tidak tidak dilambangkan

xi
dilambangkan

‫ب‬ ba b be

‫ت‬ ta t te

‫ث‬ śa ṡ es (dengan titik di atas)

‫ج‬ jim j jc

‫ح‬ ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)

‫خ‬ kha kh ka dan ha

‫د‬ dal d de

‫ذ‬ żal ż zet ( dengan titik di atas)

‫ر‬ ra r er

‫ز‬ zai z zet

‫س‬ s s es

‫ش‬ syin sy es dan ye

‫ﺺ‬ ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

‫ﺽ‬ ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

‫ط‬ ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

‫ظ‬ ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

‫ع‬ ‘ain …‘… koma terbalik di atas

‫غ‬ gain g ge

‫ف‬ fa f ef

xii
‫ق‬ qaf q ki

‫ك‬ kaf k ka

‫ل‬ lam l el

‫م‬ mim m em

‫ن‬ nun n en

‫و‬ wau w we

‫ه‬ ha h ha

‫ء‬ hamza ..’.. apostrof

‫ی‬ ya y ye

2. Vokal

 Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫ﹷ‬ Fathah a a

‫ﹻ‬ Kasrah i i

‫ﹹ‬ Dammah u u

 Vokal Rangkap

Tanda dan Huruf Nama Gabungan Nama

Huruf

xiii
‫ئ‬ Fathah dan ya ai a dan i

‫ؤ‬ Fathah dan wau au a dan u

3. Maddah

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Nama

Tanda

‫ﹷ…ى‬
…‫ا‬...‫ﹷ‬
… fathah dan alif atau a a dan garis di

ya atas

‫ﹻ…ى‬
… kasrah dan ya a i dan garis di

atas

‫ و‬...‫ﹹ‬
… dammah dan wau ū u dan garis di

atas

4. Ta Marbuthah

 Ta Marbuthah Hidup

Ta marbuthah yang hidup atau mendapat harkat fathah, kasrah dan dammah

transliterasinya adalah /t/.

 Ta Marbuthah Mati

Ta marbuthah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah /h/.

xiv
 Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbuthah diikuti oleh kata yang

menggunakan kata sandang al, serta bacaan kedua kata itu terpisah maka ta

marbuthan itu ditransliterasikan dengan ha (h).

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid. Dalam transliterasi ini tanda

syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang diberi tanda

syaddah itu.

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu:

‫ال‬. Namun, dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan anatara kata sandang

yang diikuti oleh huruf syamsiah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf

qomariah.

 Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan

bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan huruf yang langsung

mengikuti kata sandang itu.

 Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariah ditransliterasikan sesuai dengan

aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.


xv
7. Hamzah

Dinyatakan di depan daftar Transliterasi Arab-Latin bahwa hamzah

ditransliterasikan dengan apostrof. Namun, itu hanya terletak di tengah dan di akhir

kata. Bila hamzah itu terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam

tulisan Arab berupa alif.

8. Penulisan Kata

Pada dasarnya setiap kata, baik fiil, isim maupun huruf, ditulis terpisah. Bagi

kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim

dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan maka

dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut bisa dilakukan dengan dua cara : bisa

dipisah per kata dan bisa pula dirangkaikan.

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Dewasa ini, polemik identitas seseorang di suatu negara sering menjadi

permasalahan serius. Identitas menjadi sesuatu hal yang penting bagi seseorang agar

bisa diakui secara hormat. Identitas merupakan jati diri dari suatu bangsa dan semua

warga negara manapun. Artinya, semua warga negara manapun berhak memiliki

pengakuan. Secara garis besar, identitas nasioal merupakan suatu jati diri yang

bukan mengacu pada individu tertentu, namun juga berlaku penting dalam suatu

kelompok dan negara.

Kata identitas berasal dari “identity” yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda dan

ciri khas. Jati diri perorangan atau suatu kelompok tertentu yang bisa membedakan

warga yang satu dengan yang lainnya. Identitas tentu berkaitan erat dengan

nasionalisme. Nasionalisme merupakan gambaran akan identitas yang melekat pada

diri seseorang atau suatu kelompok tertentu berdasarkan kesamaan fisik, budaya,

ragam, bahasa, sejarah, cita-cita serta tujuan.

Tidak sedikit negara yang saat ini baik identitas kewarganegaaraannya,

wilayahya, hak-haknya direbut secara paksa atas suatu kepentingan. Banyak hak

yang direbut bahkan nyawa pun menjadi taruhannya. Karena begitu pentingnya

identitas bagi suatu negara.

1
2

Negara Palestina salah satunya. Negara ini menjadi salah satu negara yang

terancam identitasnya atas perebutan wilayah oleh Israel. Berbagai macam

perlawanan ditujukan untuk mencapai hak yang seharusnya didapat oleh mereka.

Bahkan perlawanan itu dahulu dilakukan oleh salah satu tokoh besar Mahmoud

Darwish yang memperjuangkan hak-hak Palestina dan menyuarakan nasionalisme

serta identitas Negara Palestina melalui karya-karya tulisannya berupa syair.

Banyak hal menarik dan menjadi perhatian juga bila dikaji dari isi-isi syair

tersebut yang ia tulis. Mahmoud Darwish menyuarakan hak-hak warga Palestina

untuk mendapatkan kehidupan yang layak sebagaimana mestinya. Syair yang ia tulis

banyak yang berkaitan erat dengan peristiwa di Negara Palestina yang menjadi

perhatian dunia.

Atas dasar itulah, penulis menganggap penting terkait kajian mendalam

permasalahan-permasalahan karya sastra dengan salah satu bahan kajian syair untuk

mengungkap maksud dari syair Mahmoud Darwish. Untuk mengananlisis karya

syair tersebut penulis perlu melakukan kajian lebih lanjut melalui beberapa analisis,

agar tidak menimbulkan penafisiran-penafsiran yang salah dan mengacu pada

sesuatu pemaknaan yang dimaksud. Dalam mempelajari makna itulah, tentu tidak

lepas dari latar belakang penulisan termasuk di dalamnya mengkaji dan menganalisa

bahasanya itu sendiri. Dalam mengkaji karya sastra khususnya syair tentu ada

hubungannya dengan hal-hal di luar bahasa tersebut. Banyak permasalahan yang

mesti dikaji mulai dari struktur, bentuk, makna, hingga bagaimana penggunaannya

dalam keseharian manusia sebagai pengguna bahasa.


3

Oleh karena itu, dari berbagai syair yang telah ditulis Mahmoud Darwish ada

salah satu syair yang mengarah kepada identitas suatu Negara dan itu ditujukan

kepada Palestina yaitu syair “Bithaqah Huwiyyah”. Atas dasar itulah, penulis sangat

tertarik untuk meneliti makna dalam syair tersebut. Penulis mengambil studi kasus

makna tersirat dari karya pemikir Arab tersebut. Untuk mengungkapkan makna

dalam syair tersebut penulis pun mengambil Teori Semiotik Riffaterre agar makna

inti yang tersirat di dalamnya bisa terungkap.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan demikian, berdasarkan latar belakang yang lebih dahulu penulis

sampaikan, maka penulis merumuskan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana analisis syair “Bithaqah Huwiyyah” karya Mahmoud Darwish jika

dikaitkan dengan teori Semiotik Riffaterre ?

2. Apa makna tersirat yang terkandung dalam syair “Bithaqah Huwiyyah” karya

Mahmoud Darwish tersebut ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan yang hendak penulis teliti maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Mencari makna tersembunyi yang dimaksud penulis melalui pembacaan semiotik

pada syair “Bithaqah Huwiyyah” karya Mahmoud Darwish.


4

2. Mengungkapkan makna dan isi yang terkandung di dalam syair “Bithaqah

Huwiyyah” karya Mahmoud Darwish.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Kegunaan Teoritis

a. Menambah wawasan bagi pembaca seputar syair dan memberi informasi

mengenai pembacaan semiotik pada sebuah syair.

b. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang memiliki ruang lingkup

yang sama.

c. Mengaplikasikan pemahaman ilmu yang sudah didapat

2) Kegunaan Praktis

Penulis mengharapkan dengan adanya penelitian ini dapat membantu pembaca

lebih memahami makna yang terkandung dalam syair “Bithaqoh Huwiyyah” serta

membantu menafsirkan makna yang ada.

1.5 Kerangka Pemikiran

Puisi dapat diartikan sebagai ragam sastra yang terikat oleh unsur-unsurnya

seperti irama, rima, majas dan bait (Yusuf dalam Suryaman dan Wiyatmi, 2012: 12

dalam Maman Suryaman dan Wiyatmi , 2012:12). Ragam puisi, puisi lirik, syair

pantun dan sebagainya (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:2012). Pemahaman terhadap

karya sastrapun tidak cukup diperoleh melalui penguasaan kode bahasa saja, tetapi
5

juga kode sastra, di samping harus disertai usaha secara sadar, sikap kritis, dan

kesungguhan hati (Nurgiantoro, 1999:324).

Pradopo (1995:14) mengungkapkan bahwa puisi merupakan sebuah

struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat

diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Menganalisis puisi bertujuan

memahami makna dari puisi tersebut dan merupakan usaha menangkap dan memberi

makna kepada teks puisi. Sedangkan karya sastra merupakan struktur yang

bermakna.

Puisi sebagai salah satu karya seni sastra dapat dikaji dari bermacam-

macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa

puisi itu adalah struktur yang tersusun dari bermacam-macam unsur dan sarana-

sarana kepuitisan. Puisi dapat pula dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat

bahwa sepanjang sejarahnya dari waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan dibaca

orang. Sepanjang zaman puisi selalu mengalami perubahan, perkembangan. Hal ini

mengingat hakikat puisi sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara

konvensi dan pembaharuan (inovasi) (Teeuw, 1980 : 12 dalam Pradopo, 1995 : 3)

puisi selalu berubah-ubah sesuai evolusi selera dan pembaruan konsep estetiknya

(Riffatere, 1978 : 1 dalam Pradopo, 1995 : 3)

(Yusuf, 1995 : 225) mengungkapkan bahwa dalam pengkajian sastra ada

berbagai teori yang dapat digunakan puisi yang dapat diartikan sebagai ragam sastra
6

yang terikat oleh unsur-unsurnya seperti irama, rima, majas dan bait sebagai acuan

untuk membedah sebuah syair haruslah diteliti dengan penuh. Menurut A Teuw

(1991:24) bahwa pemberian makna sebagai tugas pembaca tidak hanya memahami

baris-baris sebuah karya seni. Tetap pula memberikan makna padanya, sebagai unsur

sebuah struktur yang total dan bulat.

Untuk mendapat makna penuh atas syair “Bitaqoh Huwiyyah Karya

Mahmoud Darwish” penulis menggunakan teori analisis Semiotik menurut

Riffaterre. Riffaterre mengungkapkan, ada empat hal penting yang harus

diperhatikan dalam pemaknaan karya sastra, seperti : (1) ekspresi tidak langsung,

yaitu gejala bahasa yang menyatakan sesuatu dengan arti yang lain, (2) pembacaan

heuristik dan pembacaan retriaktif atau heurmenetik, (3) matriks, model, dan varian-

varian, (4) hiprogram (Rifaterre, 1978:13,14-15).

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode analisis

deskriptif. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan

fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis isi membuat gambaran, lukisan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan

fenomena-fenomena yang diteliti. Kemudian teori yang digunakan adalah teori

Semiotik Michael Riffaterre. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

sosiologis dengan harapan agar terjadinya perubahan yang lebih baik pada

masyarakat.
7

1.7 Sumber Data Penelitian

Data primer penelitian ini adalah syair berjudul Bitaqqoh Huwiyyah karya

Mahmoud Darwish, syair ini di dapat dari web Diay’s Page .wordpress.com. Adapun

data sekunder adalah segala bentuk tulisan baik buku, artikel, dokumen, yang

berhubungan dan menunjang pemahaman makna.

1.8 Biografi Mahmoud Darwish

Mahmoud Darwish lahir pada 13 Maret 1941 di tanah kelahiran sebuah

keluarga Muslim Sunni di desa Birwa, sebuah desa yang terletak antara Acre di

bagian timur dan galilee di bagian barat, Palestina. Ia anak kedua dari pasangan Salim

dan Houreyyah Darwish. Ayahnya seorang muslim pemilik tanah, ibunya buta huruf,

ia diajarkan membaca oleh kakenya. Pada saat ia berumur 6 tahun, kampung itu

dibumihanguskan oleh tentara Israel. Darwish dan keluarganya melarikan diri ke

Lebanon. Tahun berikutnya, ketika mereka kembali ke tanah yang telah diduduki,

mereka mendapati kampung lamanya telah dilenyapkan. Mereka kemudian pindah

dan tinggal di daerah Deir al-Assad. Tidak ada buku di rumah Darwish dan

perkenalan pertamanya dengan puisi adalah melalui para penyair, pengembara yang

melarikan diri dari kejaran tentara Israel. Kakanyalah yang memberi motivasi ia

untuk membuat puisi.

Mahmoud Darwish mulai menulis puisinya saat ia masih sekolah. Koleksi

puisi pertamanya diterbitkan pada tahun 1960 ketika ia masih berumur 19 tahun.

Kemudian koleksi keduanya, Awraq al-Zaytun (1964), Ia mendaptkan reputasi


8

menjadi salah satu pelopor puisi-puisi perlawanan. Tujuh utama dari tema-tema

puisinya adalah demi nasib tanah airnya. Hal ini dikarenakan konflik panjang selama

enam dasawarsa sejak perang Arab-Israel, sehingga membuat para penyair Palestina

terkondisi untuk melahirkan puisi-puisi perlawanan. Mahmoud Darwish termasuk

dalam lima penyair papan atas yang sering disebut sebagai ikon Palestina.

Mahmoud Darwish mewariskan 40 antologi puisi dan pernah mengatakan

“andai kematian, tak mencabut nyawaku seperti pencuri, tapi dating layaknya elang”

terlihat begitu tegar dengan puisinya yang menentang zionis Israel. Mahmoud

Darwish membagi konsentrasi puisinya menjadi dua tema umum yaitu cinta dan

politik. Selain itu, pada 1982, ia menulis (“Lasta Wahdaka”: engkau tidak senderian)

untuk Yasser Arafat, ketika bangsa Palestina diusir dari Beirut. Darwish mengatakan

itu kepada setiap orang di muka Bumi, kepada setiap orang yang diusir ke

pengasingan untuk kesekian kalinya.

Darwish, berarti sebuah nama yang dalam bahasa Arab berarti seorang laki-

laki suci pengelana spiritual, sesungguhnya sangat tepat baginya. Ia berpindah dari

satu langit lain dan melintasi perbatasan demi perbatasan antara Palestina, Israel,

Rusia, Prancis, Yordania, Lebanon, Mesir dan negara-negara lain. Di mana pun ia

berada, kata-kata ditangannya merupakan sebuah lampu ajaib yang membebaskan jin.

Ia mengetahui hati bangsa palestina. Ia mengetahui bahwa mereka hanya memiliki

satu permintaan bagi sang jin, satu permintaan penuh kerinduan dari bahasa mereka

“rumah”. Seperti yang terlihat dalam bahasa dan puisinya, Darwish memiliki sebuah

visi dan semangat untuk meraih keadilan.


9

Pada tahun 1988, Mahmoud Darwish merancang proklamasi kemerdekaan

Palestina. Di sana ia mengatakan bahwa perdamaian dapat dicapai dengan

membentuk dua negara satu Palestina, satu Yahudi. Ia menulis bahwa perdamaian

dapat terwujud “di tanah cinta dan perdamaian” itu diilhami oleh visi rekonsiliasi, ia

menekankan bahwa bangsa Palestina akan menjadi sebuah masyarakat yang berhasil

dalam hak-hak asasi manusia, kesetaraan, demokrasi, perwakilan, tanggung jawab

sosial, dan rasa hormat penuh kepada semua orang, termasuk perempuan dan orang-

orang dari keyakinan yang berbeda.

Darwish menggambarkan konflik antara Palestina dan Israel sebagai “sebuah

perjuangan antara dua memori”. Ibrahim Muhawi (penerjemah Darwish) menuliskan

bahwa “ini adalah sebuah puisi kesaksian”. Darwish sempat menjalani kehidupan

yang berpindah-pindah. Ia tinggal di Lebanon, Tunisia, Yordania dan prancis. Pada

tahun 1996, setelah 26 tahun dalam pengasingan, Darwish kembali ke Israel dan

mengunjungi lagi desa tempat kelahirannya. Sejak pertengahan 1990, rumahnya

terdahulu di Ramallah, pusat West Bank Palestinian, merupakan markas besar Yasser

Afarat, dan terjadi lagi pertempuran, ketika itu ditempati oleh pasukan bersenjata

Israel. Darwish meninggal pada tanggal 9 Agustus 2008 di Memorial Herman

Hospital di Houston, texas, setelah menjalani operasi pembedahan hati.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Syair Sebagai Karya Sastra

Syair merupakan kumpulan kata-kata yang dirangkai secara indah terdiri dari

beberapa bait. Syair dibuat berdasarkan aturan pembuatannya, agar para pendengar

ikut terhanyut perasaannya ke dalam makna syair tersebut. Seperti yang diungkapkan

oleh (Yusuf, 1995:225) puisi dapat diartikan sebagai ragam sastra yang terikat oleh

unsur-unsurnya seperti irama, rima, majas dan bait.

Syair merupakan karya sastra yang diciptakan berdasarkan maksud dan tujuan

yang berupa imajinasi atau realita dari kehidupan yang diciptakan melalui rangakaian

kata yang merupakan ungakapan isi hati seseorang. Selain itu, menurut (William

Shakespeare) syair atau puisi adalah lirik karena membingungkan berbagai bentuk,

seperti perbuatan rumit dengan emosi sendiri dan pandangan penulis.

Secara umum puisi adalah bentuk karya sastra ungkapan ekspresi dan

perasaan penyair dengan bahasa yang menggunakan irama, rima, matra, bait dan

penyusunan lirik yang berisi makna. Arti puisi sering dikemukakan oleh para ahli dan

juga tertera dalam KBBI (Kamus Besar. Bahasa Indonesia).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa syair adalah

sebuah karya sastra hasil manusia yang menggambarkan perasaan manusia yang

dituliskan dalam bentuk kata-kata. Sebuah syair atau puisi selain dapat memberikan

pesan di dalamnya juga memiliki pesan moral untuk pendengar dan pembacanya.

10
11

Karena bukan hanya menceritakan tentang kesenangan tetapi juga kehidupan sosial

bahkan semua kejadian tentang hidup yang memiliki unsur-unsur yang saling

berkaitan.

2.2 Analisis Struktur Syair

Sajak (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam artian

bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara

unsur-unsurnya terjadi hubungan timbal-balik. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam

sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang

berdiri sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan, dan saling

bergantung.

(Piaget via hawkes, 1978: 16 dalam Pradopo, 1995:119) mengungkapkan

bahwa dalam pengertian struktur ini terlihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi

tiga ide dasar yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri

(self-regulation).

Menurut (Pradopo, 1995: 119) ia mengungkapkan bahwa pertama struktur itu

merupakan keseluruan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak

dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Kedua, struktur itu berisi gagasan

transformasi dalam arti bahwa struktur itu tidak statis. Struktur itu mampu melakukan

prosedur-prosedur transformasional, dalam arti bahan-bahan baru diproses dengan

prosedur dan melalui prosedur itu.


12

Strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang

terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur tersebut

seperti di atas. Menurut pikiran strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia

yang diciptakan pengarang) lebih merupakan susunan hubungan dari pada susunan

benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai

makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungan dengan

semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu (Hawkes, 1978: 17-18 dalam

Pradopo, 1995: 119)

Menganalisis sastra atau mengkritik sastra (puisi) itu adalah usaha

menangkap makna dan memberi makna kepada teks karya sastra (puisi) menurut

(Culler, 1977: VIII). Karya sastra itu merupakan struktur makna atau struktur

bermakna. Hal ini mengingat bahwa karya sastra itu merupakan sistem tanda yang

mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. (Premiger dkk, 1974: 980;

Abrams, 1981: 170) mengungkapkan bahwa untuk menganalisis sistem tanda ini

perlu adanya kritik struktural untuk memahami makna tanda-tanda yang terkandung

dalam sistem (struktur) tersebut. Oleh karena itu, analisis semiotik tidak dapat

dipisahkan dari analisis struktural.

Menurut (Teeuw, 1983: 61) mengungkapkan bahwa analisis struktural ini

merupakan prioritas pertama sebelum yang lain-lain, tanpa itu kebulatan makna

instrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri, tidak akan tertangkap. Makna

unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar

pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra.
13

Karya sastra merupakan sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk

memahami karya sastra (puisi) haruslah dianalisis (Hill, 1996:6). Namun, sebuah

analisis yang tepat hanya akan menghasilkan analisis fragmen yang saling

berhubungan. Unsur-unsur sebuah koleksi bukan bagian yang sesungguhnya. Maka,

dalam analisis puisi bagian itu haruslah dapat dipahami sebagai bagian dari

keseluruhan. Hal ini juga dikemukakan oleh T.S. Eliot (via Clive Sansom, 1960: 155)

bahwa bila kritikus terlalu memecah-mecah sajak dan tidak mengambil sikap yang

dimaksudkan penyair (yaitu sarana-sarana kepuitisan itu dimaksudkan untuk

menyampaikan arti dan untuk mendapatkan jaringan efek puitis), maka kritikus

cenderung mengosongkan arti sajak.

Sajak itu adalah struktur yang merupakan susunan keseluruhan yang utuh

antara bagian-bagiannya saling erat berhubungan. Antara unsur-unsur itu tidak

otonom, melainkan merupakan bagian dari situasi yang rumit dan dari hubungannya

dengan bagian lain, unsur itu mendapatkan artinya (Culler, 1977: 170-1). Jadi, untuk

memahami sajak, haruslah diperhatikan jalinan atau pertautan unsur-unsurnya sebagai

bagian dari keseluruhan.


14

2.2.1 Telaah Puisi Melalui Pendekatan Struktural

Struktur puisi pada dasarnya mempunyai dua unsur, yaitu struktur luar

(surface structure) dan struktur dalam (deep structure). Struktur luar puisi berkaitan

dengan isi atau makna. Sedangkan struktur dalam puisi berkaitan dengan isi dan

makna (Emzir & Rohman, 2016: 242).

2.2.1.1 Struktur Luar Puisi

1) Perwajahan Puisi (Tipografi)

Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi.

Dari segi perwajahan puisi mempunyai ciri bahwa halamannya tidak dipenuhi

dengan kata-kata seperti halnya prosa. Menurut (Siswanto, 2013: 102) ia

mengungkapkan tepi kanan atau tepi kiri halaman yang memuat puisi belum tentu

terisi oleh kata-kata puisi.

2) Diksi

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan penyair dalam puisinya.

Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang dengan sedikit kata-kata dapat

mengungkapkan banyak hal, kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan

kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata

(Siswanto, 2013: 104)

3) Imaji

Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan

pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat


15

dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba

atau imaji sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan

melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair (Siswanto,

2013: 106).

4) Kata Konkret

Kata konkret berhubungan erat dengan imaji. Kata konkret adalah kata-kata

yang dapat ditangkap dengan indra (Siswanto, 2013: 107)

5) Bahasa Figuratif (Majas)

Majas ialah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan dan

menimbulkan konotasi tertentu (Sudjito, 1986: 128 dalam Siswanto, 2013: 108).

Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak

makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1986: 83 dalam Siswanto, 2013: 108). Perrine

menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa

yang dimaksud penyair, karena (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan

imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara menghasilkan imaji tambahan dalam puisi,

sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3)

bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya

dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk

mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu

yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat (Waluyo, 1987:83 dalam

Siswanto, 2013: 108)

6) Verifikasi (Rima, Ritme, dan Metrum)


16

(1) Rima

Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baim di awal, tengah, maupun akhir

baris puisi. Rima mencakup (1) onomatope, (2) bentuk intern pola bunyi, dan (3)

pengulangan kata atau ungkapan.

Onomatape adalah tiruan terhadap bunyi. Dalam puisi, bunyi-bunyi ini

memberikan warna suasana tertentu seperti yang diharapkan penyair. Marjorie

Boulton menjelaskan bahwa bunyi vokal panjang lebih khidmat dan lebih

mendamaikan hati.

Bentuk intern pola bunyi menurut Boulton (dalam Waluyo, 1987: 92), yang

dimaksud dengan bentuk intern bunyi adalah aliterasi, asonansi, persamaan akhir,

persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata)

dan sebagainya.

Pengulangan kata atau ungkapan, pengulangan tidak terbatas pada bunyi,

namun mungkin kata-kata atau ungkapan. Boulton menyatakan, bahwa pengulangan

bunyi, kata, dan frasa memberikan efek intelektual dan efek magis yang murni

(Waluyo, 1987: 93)

(2) Ritma dan Metrum

Ritma merupakan tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi.

Ritma sangat menonjol bila puisi itu dibacakan. Ada ahli yang menyamakan ritma

dengan metrum. Dalam deklamasi biasanya puisi diberi (‘) pada suku kata bertekanan

keras, dan (u) di atas suku kata yang bertekanan lemah. Dari variasi keras lemah itu,

secara garis besar dapat dibedakan atas empat metrum. Jambe, yaitu tekanan
17

bervariasi, ada yang diberi tekanan ada yang tidak. Pada tracheus, yaitu tekanan keras

terdapat pada suku pertama. Pada daktylus tekanan terdapat pada awal baris, dan

selanjutnya diseling dua suku kata tidak bertekanan. Pada anapest tekanan dimulai

pada suku kata ketiga dan pada awal kata tidak bertekanan (Waluyo, 1987: 96 dalam

Siswanto, 2013: 111-112).

2.2.1.2 Struktur Dalam Puisi

1) Tema atau Makna

Media puisi adalah bahasa salah satu tataran dalam bahasa adalah hubungan

tanda dengan makna yang dipelajari dalam semantik. Karena bahasa berhubungan

dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun

makna keseluruhan.

2) Rasa

Yang dimaksud dengan rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok

permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa berkaitan

erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang

pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia,

pengalaman sosiologis dan psikologis, pengetahuan.

3) Nada

Yang dimaksud dengan nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap

pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada penyair yang dalam

menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerjasama dengan


18

pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada

pembaca, dengan nada sombong, menganggap rendah dan bodoh pembaca.

4) Amanat atau Tujuan

Sadar maupun tidak ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi.

Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair itu menciptakan puisi, maupun dapat

ditemui dalam puisinya (Siswanto, 2013: 112-114)

2.3 Semiotika Riffaterre

Istilah semiotik berasal dari bahasa Inggris, yaitu semiotics. Secara etimologis,

kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu tanda. Menurut (Zoest: 1993:1,

Santoso:1993:2-3, Sudjiman:1996:vii) nama semiotik memiliki nama lain, yaitu

semiology. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan

kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem,

aturan-aturan yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Semiotik juga merupakan ilmu yang mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan

komunikasi dan ekspresi. Dalam penelitian semiotik meliputi analisis sastra sebagai

sebuah penggunaan bahasa yang tergantung pada konvensi-konvensi tambahan dan

meneliti cara-cara atau sifat-sifat yang menyebabkan bermacam-macam para (modus)

wacana mempunyai makna (Preminger, dkk dalam pradopo, 1995:119).

Semiotik adalah ilmu-ilmu tanda. Tanda ini mempunyai dua aspek, yaitu

penanda (signifer, signifiant) dan petanda (signified, signifie). Petanda adalah bentuk
19

formal tanda itu, dalam bahasa berupa satuan bunyi atau huruf dalam sastra tulis,

sedangkan petanda adalah artinya, yaitu apa yang ditandai oleh penandanya itu

(Pradopo:1995:199-120).

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwasannya semiotic tidak

terlepas dari tanda karena tanda merupakan hakikat objek dari kajian semiotik.

Michael Riffaterre dalam bukunya yang berjudul Semiotics of Poetry,

mengemukakan bahwa ada empat hal yang harus diperhatikan dalam memahami dan

memaknai sebuah puisi. Keempat hal tersebut adalah : (1) puisi adalah ekpsresi tidak

langsung, menyatakan suatu hal dengan arti yang lain, (2) pembacaan heuristik dan

hermeneutik (retoaktif), (3) matriks, model dan varian, serta hiprogram (Riffaterre

dalam Salam, 2009:3).

2.3.1 Pembacaan Heuristik Hermenetik

Semiotik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda-tanda dari

tingkat mimetik ke tingkat pemaknaan yang lebih tinggi. Proses semiotik pada

dasarnya terjadi di dalam pikiran pembaca sebagai hasil dari pembacaan tahap kedua.

Sebelum mencapai tahap pemaknaan, pembaca harus menghadapi rintangan pada

tataran mimetik. Proses dekoding karya sastra diawali dengan pembacaan tahap

pertama yang dilakukan dari awal hingga akhir teks. Pembacaan tahap pertama ini
20

disebut sebagai pembacaan heuristik sedangkan pembacaan tahap kedua disebut

sebagai pembacaan hermeneutik.

Pembacaan heuristik adalah pembacaan sajak sesuai dengan tata bahasa

normatif, morfologi, sintaksis dan semantik. Pembacaan heuristik ini menghasilkan

arti secara keseluruhan menurut tata bahasa normatif dengan sistem semiotik tingkat

pertama.

Setelah melalui pembacaan tahap pertama, pembaca sampai pada pembacaan

tahap kedua, yang disebut sebagai pembacaan retroaktif atau pembacaan

hermeneutik. Pada tahap ini terjadi proses interpretasi tahap kedua, interpretasi yang

sesungguhnya. Pembaca berusaha melihat kembali dan melakukan perbandingan

berkaitan dengan yang telah dibaca pada proses pembacaan tahap pertama. Pembaca

berada di dalam sebuah efek dekoding. Artinya pembaca mulai dapat memahami

bahwa segala sesuatu yang pada awalnya, pada pembacaan tahap pertama, terlihat

sebagai ketidak gramatikalan, ternyata merupakan fakta-fakta yang berhubungan.

Berkaitan dengan pembacaan heuristik dan hermenetik, perlu dibedakan

pengertian makna dan arti. Riffaterre dalam Faruk (2012:141) membedakan konsep

makna dan arti. Makna yang terbangun dari hubungan kesamaan dengan realitas,

yang membuatnya menjadi heterogen, yakni makna linguistik yang bersifat

referensial dari karya disebut meaning, yang dapat diterjemahkan sebagai “makna”,

sedangkan makna yang terbangun atas dasar kesatuan formal dan semantik dari puisi,
21

makna yang meliput segalabentuk ketidak langsungan, disebut sogfinance yang dapat

diterjemahkan sebagai “arti” (Faruk,2012:142).

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa “makna”(meaning) adalah semua

informasi dalam tataran mimetik yang disajikan teks kepada pembaca, sedangkan

“arti” (signifiecance) adalah kesatuan antara aspek bentuk dan semanyik. Secara

sederhana, dapat dinyatakan bahwa makna sepenuhnya, bersifat referensial sesuai

dengan bahasa dan bersifat tekstual, sedangkanarti bisa saja “keluar” dari referensi

kebahasaan dan mnegacu kepada hal-hal di luar teks.

Pada tataran pembacaan heuristik pembaca hanya mendapatkan “makna”

sebuah teks, sedangkan “arti” diperoleh ketika pembaca telah melampaui pembacaan

retroaktif atau hermeneutik.

2.3.2 Ketidaklangsungan Ekspresi dalam Puisi

Ciri penting puisi menurut Michael Riffaterre adalah puisi yang

mengekspresikan konsep-konsep dan benda-benda secara tidak langung.

Sederhananya, puisi mengatakan satu hal dengan maksud lain. Hal inilah yang

membedakan puisi dari bahasa pada umumnya.

Puisi mempunyai cara khusus dalam membawakan maknanya

(Faruk,2012:141). Bahasa puisi bersifat emiotik sedangkan bahasa sehari-hari bersifat

mimetik. Ketidaklangsungan ekspresi puisi terjadi karena adanya pergeseran makna


22

(displacing), perusakan makna (distorsing), dan penciptaan makna (creating)

(Riffaterre dalam faruk.2012/:141).

a. Pergeseran Makna (Displacing of Meaning)

Pergeseran makna terjadi jika suatu tanda mengalami perubahan dari satu arti

ke arti yang lain, ketika suatu kata mewakili kata yang lain. Umumnya, penyebab

terjadinya pergeseran makna adalah penggunaan bahasa kiasan, seperti metaforadan

metonimi.

b. Perusakan atau Penyimpangan Makna (Distorsing of Meaning)

Perusakan atau peyimpangan makna terjadi karena ambiguitas, kontradiksi,

dannon-sense. Ambiguitas dapat terjadi pada kata, frasa, kalimat, maupun yang

disebabkan oleh munculnya penfsiran yang berbeda-beda menurut konteksnya.

Kontradiksi muncul karena adanya penggunaan ironi, paradoks dan antitesis. Non-

sense adalah kata-kata yang tidak mempunyai arti (sesuai kamus) tetapi mempunyai

makna “ghaib” sesuai dengan konteks (Salman,2009:4).

c. Penciptaan Makna (Creating of Meaning)

Penciptaan makna beupa pemaknaan terhadap segala sesuatu yang dalam

bahasa umum dianggap tidak bermakna, misalnya “simetri, rima, atau ekuivalensi

semantik antara homolog-homolog dalam suatu stanza” (Riffaterre dalam faruk,

2012:141).
23

2.3.3 Matriks, Model, dan Varian

Secara teorotis puisi merupakan perkembangan dari matriks menjadi model dan

ditransformasikan menjadi varian-varian. Dalam menganalisis karya sastra (puisi)

matriks diabstrasikan berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat atau kalimat

sederhana (Salam, 2009:7). Matriks, model, dan varian-varian dikenali pada

pembacaan tahap kedua.

Matriks bersifat hipotesis dan di dalam struktur teks hanya terlihat sebagai

aktualisasi kata-kata. Matriks bisa saja berupa sebuah kata dan dalam hal ini tidak

pernah muncul di dalam teks. Matriks selalu diaktualisasikan dalam varian-varian

dari struktur yang sama. Kompleksitas teks pada dasarnya tidak lebih sebagai

pengembangan matriks. Dengan demikian, matriks merupakan motor atau generator

sebuah teks, sedangkan model menentukan tataacara pemerolehannya atau

pengembangannya. Dengan demikian konsep semiotic Riffaterre yang akan

digunakan dalam kajian ini untuk menemukan makna yanng utuh dan menyeuruh

dalam syair “Bitaqoh Huwiyyah” Karya Mahmoud Darwish.

2.3.4 Hipogram

Pada dasarnya, sebuah karya sastra merupakan respon terhadap karya sastra

yang lain. Respon itu dapat berupa perlawanan atau peneruan tradisi dari karya

sastra sebelumnya. Hipogram merupakan latar penciptaan karya sastra yang dapat
24

berupa keadaan masyarakat, peristiwa dalam sejarah, atau alam dan kehidupan yang

dialami sastrawan.

Dengan demikian, objek formal dari analisis puisi dengan kerangka teori

Riffaterre adalah “arti” itu berpusat pada matriks atau hiprogram yang tidak

diucapkan di dalam puisinya sendiri, walaupun dapat disiratkannya, maka data

mengenainya tidak dapat ditemukan di dalam teks, melainkan di dalam pikiran

“pembaca” ataupun “pengarang” (Faruk, 2012:147).

Menurut Riffaterre, “arti” itu dapat ditemukan melalui berbagai bentuk

objektivitasnya yang berupa teks. Namun, teks yang menjadi matriks atau hipogram

itu sendiri baru bisa ditemukan setelah menemukan “makna” kebahasaan dari puisi

yang bersangkutan. “Makna” kebahasaan itu adalah makna referensial yang berupa

rangkaian ketidak gramatikalan , yaitu ketidak sesuaian antara satuan-satuan tanda

kebahasaan yang ada di dalam teks dengan gambaran mengenai kenyataan yang

diacunya. Karena “makna” ini bersifat kebahahasaa, maka ia dapat ditemukan di

dalam teks puisi yang diteliti atau dibaca.

Hanya saja satuan-satuan makna kebahasaan itu sendiri belum memadai untuk

membawa pembaca pada penegtahuan mengenai “arti” melainkan hanya menjadi

“pengantarr” ke arahnya. Satuan-satuan makna kebahasaan itu, yang berupa

serangkaian ketidak gramatikalan tersebut, harus dihubungkan satu sama lain secara

opsional sehingga membentuk pasangan-pasangan oposisi yang saling ekuivalen dan


25

bersifat paradigmatik. Untuk membentuknya mejadi pasangan-pasangan oposisional

yang paradigmatik tersebut, pembaca harus melakukan pembacaan secara

hermeneutik tersebut, pembaca harus melakukan pembacaan secara hermeneutik dan

pembacaan dengan bantuan “konvensi sastra”. Konvensi sastra berfungsi untuk

menemukan kemungkinan-kemungkinan makna simbolik yang dapat

mempertemukan satuan-satuan makna kebahasaan yang satu dengan yang lain, untuk

melampaui secara bertahap serangkaian ketidak gramatikalan yang ada

(Faruk,2012:148).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Syair

Syair Bithaqah Huwiyyah adalah salah satu syair karya Mahmoud Darwish

yang menceritakan perjuangan, syair ini diterbitkan pada tahun 1964. Syair Bithaqah

Huwiyyah merupakan puisi Arab bebas yang tidak terikat prosodi atau matra gaya

lama arudl dan qafiyah. Syair ini terdiri dari enam bait yang masing-masing

mempunyai jumlah larik yang berbeda.

Bait pertama terdiri dari enam larik, bait kedua terdiri dari sebelas larik, bait

ketiga terdiri dari terdiri dari Sembilan larik, bait keempat terdiri dari sebelas larik,

bait kelima terdiri dari sembilan larik, dan bait keenam terdiri dari delapan larik.

Bentuk ini sama sekali tidak beraturan, bait ke-1, ke-4, dan ke-6 memiliki tatanan

larik genap yaitu terdiri dari enam, empat belas, dan ke-5 memiliki tatanan larik ganjil

yaitu terdiri dari sebelas, sembilan belas dan Sembilan larik. Susunan grafisnya juga

tidak tetap. Kadang-kadang agak masuk kedalam, sehingga dari bentuk grafisnya,

bentuknya menjadi gelombang.

Ketidakteraturan larik dalam tiap baitnya tidak dapat dikatakan bahwa puisi

ini tidak rapi. Hal ini dikarenakan penyair ingin memperlihatkan adanya penekanan-

penekanan tertentu dalam korespondensinya. Selain pembagian larik, menurut bentuk

puisi ini terdapat penggunaan kalimat yang hanya menggunakan satu subjek dan satu

26
27

predikat atau disebut kalimat tunggal dan penggunaan kalimat yang mempunyai lebih

dari satu subjek dan satu predikat atau disebut kalimat majemuk.

3.1.1 Syair Bithaqah Huwiyyah Karya Mahmoud Darwish

Syair yang berjudul Bithaqah Huwiyyah, syair ini mengkspresikan pengarang

yang sangat cinta terhadap tanah airnya. Syair ini merupakan syair karya Mahmoud

Darwish yang merupakan seorang sastrawan Palestina. Lewat karya-karyanya ia

menyuarakan perjuangan rakyat Palestina dalam mengahadapi serangan Israel.

Berikut ini adalah teks syair Bithaqah Huwiyyah beserta terjemahnya :

‫بِطَاقَ ِة ُه ِويَّة‬

! ْ‫َس ِّجل‬

ْ‫اْعَرِب‬
َ َ‫أَن‬

َ ‫َوَرق ُمْبِطَاقَِِت‬
ْ‫َْخ ُسو َنْأَلف‬

‫َوأَط َف ِاِل ََْثَانِيَْة‬

ِ
َ ‫ْسيَأِِتْبَْع َد‬..
ْ‫ْصيف‬ َ ‫َوتَاسعُ ُهم‬
‫ضب؟‬
َ ‫فَ َهلْتَغ‬
‫‪28‬‬

‫َْس ِّجلْ‬

‫ْأَنْاَْ َعَرِبْ‬

‫وأَعملْمع ْْرفَ ِ‬
‫اقْاْل َك َد ِح ِِْف َ‬
‫َْم َجرْ‬ ‫َ َ ُ ََ َ‬
‫َوأَط َف ِاِل ََْثَانِيَْة‬

‫يفْاخلُب ِز‪،‬‬ ‫ِ‬


‫أَس ُْلْ ََلُم َْرغ َ‬

‫الدف تَ رْ‬
‫اب َْو َ‬
‫َْواألَث َو َ‬
‫ِْم َنْالصْخ ِرْ‬

‫والَْأَت وسلْالصْ َدقَ ِ‬


‫ات ِْمنْبَابِكْ‬ ‫َ َ ُ‬
‫َوالَْأَصغَرْ‬

‫أ ََم َامْبِالَ ِطْأَعتَابِكْ‬

‫ضب؟‬
‫فَ َهلْتَغ َ‬

‫َس ِّجلْ‬

‫ْأَنْاَْ َعَرِبْ‬
‫‪29‬‬

‫أَنَاْاِسمْْبِالَْلََق ِ‬
‫بْ‬

‫ِْفْبِالَدْْ ُك ُْلْ َماْفِي َها‬


‫صبُور ِ‬
‫َ‬
‫ِ‬
‫ضِ‬
‫بْ‬ ‫شْبَِفوَرةِْاْلغَ َ‬
‫يَعي ُ‬
‫ُج ُذوِري‬

‫الزم ِ‬
‫ان َْر َستْ‬ ‫ِ ِ‬
‫قَب َلْميالَدْ ْ َ‬
‫َوقَب َلْتَفْتَ ُحْاْلُُقب‬

‫الزي تُو ِنْ‬


‫َوقَب َلْالس ُرو َْو ْ‬

‫َوقَب َلْتَْر َعَرِعْاْلعُش ِْ‬


‫ب‪.‬‬

‫‪ْ..‬منْأُسرْةِْال ِمحر ِ‬
‫اثْ‬ ‫أَِب ِ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ُْنُ ِ‬
‫بْ‬ ‫ْس َادة ُ‬ ‫ِ‬
‫الَْمن َ‬
‫الَحاْ‬
‫َو َجدِّيْ َْكا َنْف ْ‬

‫‪ْ..‬والَْنَ َس ِْ‬
‫ب!‬ ‫ِ‬
‫ْحسب َ‬
‫بالَ َ‬
‫سْقَبلْقِراءةِْال ُكتُ ِ‬ ‫يُ َعلِّ َم ِِن ُ‬
‫بْ‬ ‫ُْشُو َخْالشم ِ َ َ َ‬
‫َوبَي ِ ْ‬
‫ِت’ْ ُكو ُخْنَاطُورْ‬
‫‪30‬‬

‫ِْمنْاألَعو ِادْوال َقص ِ‬


‫بْ‬ ‫َ َ َ‬
‫ْمن ِزلَِِت؟‬ ‫ف َهلْتَر ِض َ‬
‫يك ُ‬
‫أَنَاْاِس ِمْبِالَْلََق ِْ‬
‫ب!‬

‫َس ِّجل‬

‫اْعَرِبْ‬
‫أَنَ َ‬

‫َولَو ُنْالشْع ِر‪ْ..‬فَح ِم ْي‬

‫‪ْ..‬بُِِنْ‬
‫ْي ْ‬ ‫ولَو ُنْاْ َلع ِ‬
‫َ‬
‫َوِمي َزِاِتْ‬

‫ْع َقالْفَو َقْ ُكوفِيه‬ ‫علَ ِ‬


‫ىْرأسي َ‬
‫َ َ‬
‫ْصلبَةْ َكالصْخْ ِرْ‬
‫َوَكفِّي َ‬
‫ش ِْمنْيِالََم ِس َها‬
‫ََت َم ُ‬
‫َوعُن َوِانْ‬

‫ْمنِ ِْ‬
‫سيه‬ ‫ِ‬
‫أَنَاْمنْقَرْيَة َ‬
‫ْعَزالَءُ َ‬
‫‪31‬‬

‫الَْاَْسَ ِاءْ‬
‫َش َوا ِرعُ َهاْبِ ْ‬

‫ْاْلَقْ ِل َْواْْلِح َْ‬


‫جرْ‬ ‫َْوُك ُّلِْْر َج ِْ‬
‫اَلَ ِ‬
‫اِْف ْ‬

‫ضبْ؟‬
‫فَ َهلْتَغ َْ‬

‫جلْ!‬
‫ْ َس ِّْ‬

‫اْعَرِبْ‬
‫أَنَ َ‬

‫َسلَبَتْ ُك ُروَمْأَج َد ِادي‬

‫تْأَف لَ ُح ْهُ‬
‫َوأَرضاْ ُكن ُ‬
‫َجي ُعْأَوالَِْدي‬
‫أَنَاْو َِ‬
‫َ‬
‫ا‪ْ..‬ولِ ُك ِّلْأَح َف ِادي‬
‫َوََلْتَت َركْلَنَ َ‬
‫ىْه ِذ ُّْ‬
‫يْالص ُخور‬ ‫ِ‬
‫سَْو َ‬
‫ْستَأ ُخ ُذْ‬
‫فَ َهل َ‬
‫ُح ُكوَمتُ ُكم‪َ ْ..‬ك َماْقِيالْ؟‬

‫إِ َذنْ‬
32

ْ‫ل‬ ِ ِ ِ
َ ‫ْبَرأسْالصف َحةْاألُو‬..‫َس ِّجل‬

َ ‫أَنَاْالَْأَكَرهُْالن‬
ْ‫اس‬

ْ‫َحد‬
َ ‫ْعلَىْأ‬
َ ‫َوالَْأُسطُو‬

ْ‫ت‬
ُ ‫اْجع‬ ِ ِ
َ ‫اْم‬
َ ‫ْْإ َذ‬..‫َولَك ِِّن‬
ِ َ‫آكلْ َْلمْمغت‬
ْ‫صِب‬ َُ ُ
‫ْجو ِعي‬ ِ ْ‫ْح َْذار‬..
ُْ ‫ْمن‬.. ِ ْ‫ِح َْذار‬

َْ ‫َوِمنْ َغ‬
ْ‫ضِب‬

3.2 Struktur Puisi

Struktur dari syair Bithaqah Huwiiyah dianalisis menggunakan analisis

semiotik Riiffaterre untuk mendapatkan makna yang terkandung dalam syair tersebut.

Dalam semiotik Riffaterre hal yang harus dianalisis dalam puisi adalah :

ketidaklangsungan ekspresi, pembacaan heuristik dan hermeneutik, varian, matriks

dan model, serta hipogram syair Bithaqah Huwiyyah.

Strukturalisme dapat tuntas dilaksanakan bila yang dianalisis adalah sajak

yang merupakan keseluruhan, yang unsur-unsur atau bagian-bagiannya saling erat

berjalinan (Hawkes, 1978: 18 dalam Pradopo, 1995: 127)


33

Proses ini menuju penafsiran makna keseluruhan sajak. Di samping itu,

parafrase yang dikemukakan bukanlah satu-satunya tafsiran yang benar. Hal ini

mengingat bawa sajak itu bersifat banyak tafsir oleh bahasanya yang ambigu.

Tafsiran di sini didasarkan pada hubungan struktural tiap-tiap unsur sajak dalam

jalinan keseluruhan sajak ataupun didasarkan pada kemungkinan-kemungkinan yang

lain. Parafrase disini dimaksudkan untuk memberi kemungkinan makna syair. Jadi,

parafrase di sini bukanlah makna mutlak sajak yang dianalisis. Parafrase yang

diberikan di sini hanyalah merupakan salah satu kemungkinan tafsiran mengingat

bahwa sajak itu bersifat polynterpretable atau tafsir ganda.

3.3 Pembacaan Semiotik Riffattere

3.3.1 Pembacaan Heuristik dan Hermenetik

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pembacaan heursitik

merupakan pembacaan tahap pertama. Dalam tahap ini pembaca teks sesuai

dengan tata bahasa sintaksis, morfologis, normatik dan semantik. Artinya dalam

pembacaan heuristik menghasilkan teks secara menyeluruh sesuai tata bahasa yang

normative sistem semiotik.

Pembacaan heuristik adalah pembacaan dalam taraf mimesis. Pembacaan ini

didasarkan pada sistem dan konvensi bahasa. Mengingat bahasa memiliki arti

referensial, maka untuk menangkap arti, pembaca harus memiliki kompetensi


34

linguistik. Pembacaan heuristik pada dasarnya merupakan interpretasi tahap

pertama yang bergerak dari awal ke akhir teks sastra, dari atas ke bawah mengikuti

rangkaian sintagmatik. Pembacaan tahap pertama ini akan menghasilkan

serangkaian arti yang bersifat heterogen.

Oleh karena itu, maka penulis akan menganalisis pembacaan heuristik dari

Syair Bithaqah Huwiyyah, berikut penjelasannya :

Makna Heuristik Syair

ِ
ُ ‫ْبِطَْاقَة‬
‫ْه ِوي ْة‬ “Kartu identitas”

ْ‫َْس ِّجل‬ Kalimat pertama pada syair ini adalah ‫ َْس ِّجل‬yang

terdiri dari satu kata. Kata ini merupakan kata

perintah. Arti kata tersebut adalah “catatlah”.

Sedangkan dalam kamus kata inipun memiliki

beberapa arti yakni (daftar, catatatan).

ْ‫اْعَْرِب‬
َْ َ‫ْأَْن‬ Kalimat lanjutan dari larik syair sebelumnya yakni

ْ‫اْعَْرِب‬
َْ َ‫ْأَْن‬ . Subjek dari kalimat ini yaitu yang berarti

“aku”, yaitu ‫أنا‬ orang pertama tunggal dan

predikatnya yaitu ‫ عرب‬yang berarti orang Arab.


35

ْ‫سو َنْأَلف‬ َ ‫َوَرق ُمْبِطَاقَِِت‬


ُْ ‫َْخ‬ Arti kata dari ‫قم ْبطاقِت‬
ُ ‫ َْر‬adalah “kartu identitas”.
Kata tersebut adalah bentuk frasa yang terdiri dari

tiga kata yakni ُْ ” “‫”ي“ ”ْبِ ْطَاقة‬


“‫رقم‬ yaitu “aku”

yang merupakan kata kepemilikan. Kata berikutnya

adalah kata bilangin “ْ‫ن ْألف‬


َ ‫ ”َخسو‬yang berarti
lima puluh ribu.

‫َوأَط َف ِاِل ََْثَانِيَْة‬ Kata ‫أطفاِل‬ “anakku” dan kata ‫َثانية‬ “delapan”.

Tidak ada yang berbeda dari strukturnya.

ْ ِ‫ْسيَأ‬..
ْ‫ِتْبَع َد‬ ِ
َ ‫َوتَاسعُ ُهم‬ Kata ‫تاسعهم‬
ُ berarti “kesembilanya”, maksud dari

ْ‫صيف‬
َ
kata tersebut yaitu “anak yang kesembilan”. Kata

selanjutnya yaitu ‫سيأِت‬ yang artinya "akan lahir"

dan dalam kamus kata tersebut bermakna “akan


datang” dan dalam kata tersebut ada tambahan

huruf ‫ س‬pada awal kata yaitu kata kerja yang baru

akan berlangsung. Kemudian kata ْ‫صيف‬ yang

bermakna musim panas.

‫ضب؟‬
َ ‫فَ َهلْتَْغ‬ Larik terakhir dalam bait pertama yakni ْ ‫فهل‬

ْ‫تغضب‬. “ْ‫”تغضب‬ arti dari kata ini yaitu “kamu

marah”. Kata tersebut berbentuk kata kerja atau


36

disebut fiil mudhori. Pelaku utama dalam kata


tersebut yait “laki-laki”. Tetapi dalam syair ini
diartikan lebih tepat “apakah kau akan marah”.

ْ‫َْس ِّجل‬ Kata pertama dalam syair bait kedua adalah ‫سجل‬
ِّ
yang terdiri dari satu kata. Kata ini merupakan kata
perintah. Arti kata tersebut adalah “catatlah”.
Sedangkan dalam kamu kata inipun memiliki
beberapa arti yakni (daftar, catatatan).

ْ‫اْعَْرِب‬
َْ َ‫ْأَْن‬ Larik lanjutan dari baris syair sebelumnya yakni ْ‫أنا‬

‫عرب‬ . Subjek dari kalimat ini yaitu yang berarti

“aku”, yaitu ‫أنا‬ orang pertama tunggal dan

predikatnya yaitu ‫ عرب‬yang berarti “Orang Arab”.

ْ‫اقْاْل َْك َد ِح ِِْف‬ِ َ‫ أَعمل وأَعملْمعْرف‬Aku bekerja dalam kamus memiliki arti
َ ََ ُ َ َ َ
ْ‫ََم َجر‬ (tindakan) (perbuatan), tetapi dalam syair ini kata
yang tepat digunakan yaitu “aku bekerja”,dengan
(bersama) sesamaku (teman) di sebuah tambang
batu.

‫َوأَط َف ِاِل ََْثَانِيَْة‬ Dan aku punya delapan (kata bilangan) anak
37

،‫ْاخلُب ِز‬
ْ ‫يف‬ ِ Aku beri mereka “‫ اخلُب ِْز‬roti (adonan roti)
َ ‫أَس ُّلْ ََلُم َْرغ‬

ْ‫الدف تَ ر‬
َ ‫اب َْو‬
َ ‫َْواألَث َو‬ ْ‫اب‬
َ ‫أثو‬ “pakaian” merupakan kata benda dan ‫دفرت‬
“buku” (buku catatan, buku tulis)

ْ‫ِم َنْالصْخ ِر‬ ‫صخر‬ “batu” yang merupakan kata benda atau

nomina, dalam kamus memiliki arti (batu keras,


batu cadas), tetapi kata yang tepat digunakan dalam
syair ini yaitu “batu”.
ِ َ‫ْوالَْأَت وسلْالصْ َدْق‬
ْ‫ات ِْمن‬ ْ‫ أَت َوس ُل‬mengemis dalam kamus juga dapat diartikan
ُ َ َ
ْ‫بَابِك‬ (memohon dengan sungguh-sungguh) atau juga

bisa diartikan (meminta). ‫صدقة‬ “bantuan” dalam

kamus mengandung arti (sedekah) ْ‫( من‬dari), tetapi

dalam syair ini diartikan dari.

ْ‫َوالَْأَصغَر‬ “Dan tidak pula merasa rendah”. ‫ أصغر‬memiliki


arti “kecil” dalam syair ini arti yang tepat
digunakan yaitu “rendah”

ْ‫أ ََم َامْبِالَ ِطْأَعتَابِك‬ ِ


ْ‫بالط‬ (lantai) merupakan kata benda “nomina”

dalam syair ini diartikan batu.


38

‫ضب؟‬
َ ‫فَ َهلْتَغ‬ ‫“ فهل‬Apakah” dalam kamus dapat diartikan (begitu

juga), “ْ‫”تغضب‬ arti dari kata ini yaitu “kamu

marah”. Kata tersebut berbentuk kata kerja atau


disebut fiil mudhori. Pelaku utama dalam kata
tersebut yaitu “laki-laki”. Tetapi dalam syair ini
diartikan lebih tepat “apakah kau akan marah?”.

ْ‫َس ِّجل‬ Larik pertama dalam syair bait ketiga adalah ‫سجل‬
ِّ

yang terdiri dari satu kata. Kata ini merupakan kata

perintah. Arti kata tersebut adalah “catatlah”.

Sedangkan dalam kamus kata ini pun memiliki

beberapa arti yakni (daftar, catatatan).

ْ‫اْعَرِب‬
َ َ‫ْأَن‬
Kalimat lanjutan dari baris syair sebelumnya yakni

‫أناْعرب‬ . Subjek dari kalimat ini yaitu yang berarti

“aku”, ‫أنا‬ orang pertama tunggal dan predikatnya

yaitu ‫ عرب‬yang berarti “Orang Arab”.

ِ ‫أَنَاْاِسمْْبِالَْلََق‬
ْ‫ب‬ ِ ‫أَنَا ْاِسم ْبِالَ ْلََق‬
ْ‫ب‬ “Namaku tanpa gelar”. ‫أنا‬

merupakan subjek "orang pertama". ِ ‫بال‬


ْ‫ْلقب‬
(julukan) (nama panggilan) (gelar kehormatan).
39

Dalam syair ini kata yang tepat sebagai makna dari

ِ
ْ‫بالْلقب‬ yaitu “gelar”.

‫ْماْفِي َها‬ ِ ِ ‫صب ور‬


َ ‫ِْفْبالَدْ ُك ُّْل‬ َُ ٍْ‫بالد‬ negeri (kota) (tanah air) yang merupakan
nomina.

ِ
ِ‫ض‬
ْ‫ب‬ َ َ‫شْبَِفوَرةِْاْ ْلغ‬
ُ ‫يَعي‬ ْ‫عيش‬
ُ ‫“ ي‬Dimana mana” dapat juga diartikan (hidup)
(berada). ِْ
orang-orang (ledakan) ‫غضب‬ (sangat
dimarahi )
‫ُج ُذوِري‬ “Leluhurku” : ‫ي‬ diartikan “ku” sebagai

kepemilikan
ِ ‫ْالزم‬
ْ‫ان َْْر َست‬ ِ ِ ِ
َ ْ ‫قَب َلْميالَد‬ Telah ada sebelum ْ‫ميالد‬ kelahiran dalam kamus

dapat juga diartikan (hari lahir) (ditetapkan)

ْ‫ب‬
ُ ‫ْاْلُُق‬
ْ ‫َوقَب َلْتَفت ُح‬ Sebelum terbukanya (dibukakan) masa (bertahun-
tahun)

ْ‫الزيْتُو ِن‬
ْ ‫َوقَب َلْالس ُرو َْو‬ Sebelum adanya pinus (sejenis pohon cemara) dan
zaitun

ِ ‫وقَبلْتَْر َعرِعْاْلعُش‬
ْ‫ب‬ Sebelum tumbuhnya rerumputan dalam kamus juga
ََ َ َ
ِْ
diartikan (ilalang). ‫عشب‬

ِ ‫ْمنْأُسرةِْال ِمحْر‬..
ْ‫اث‬ ِ ‫أَِب‬ Bapakku…keturunan (dari) keluarga pembaja
َ َ ِ ‫َمر‬
ْ‫اث‬ sawah dalam kamus dapat juga diartikan

(tenggala). Namun dalam syair ini makna yang


tepat yang digunakan adalah “sawah” sebagai
keterangan tempat.
40

ِ ُ‫ُْن‬
ْ‫ب‬ ُ ‫ْس َادة‬ ِ ِ ُ‫ُُن‬
َ ‫الَْمن‬ َ‫ ْال‬Bukan dalam kamus bisa diartikan (Tidak), ْ‫ب‬
kaum berkelas dalam kamus bisa juga diartikan
(pemimpin-pemimpin).

ْ‫الَحا‬
ْ ‫َو َجدِّيْ َكا َنْف‬ Dan kakekku seorang petani. ْ‫ي‬ yaitu kata

kepemikikan orang pertama

ِْ ‫س‬
!‫ب‬ َْ َ‫ْوالَْن‬.. ِ ِ
َ ‫ْحسب‬
َ َ‫بال‬ ْ‫نسب‬ keturunan dalam kamus bisa diartikan

(silsilah) … kata ‫ول‬ dalam syair ini lebih tepat

diartikan maupun, sedangkan dalam kamus bisa


juga diartikan (dan tidak)

ْ‫سْقَب َل‬ ُ ‫ ٍُ َعلِّ َم ِِنْ يُ َعلِّ َم ِِن‬Mengajarkanku


ِ ‫ُْشُو َخْالشْم‬ (mengetahui), ْ‫ْ ُُشُو َخ‬

ِ ُ‫قِراءةِْال ُكت‬
ْ‫ب‬ kehebatan dalam kamus juga dapat diartikan
ََ
ِْ ‫( لشم‬matahari)
(kemuliaan), ‫س‬

ْ ِ ‫َوبَي‬
ْ‫ِت’ْ ُكو ُخْنَاطُْور‬ Dan rumahku seperti ْ‫كوخ‬
ُ gubuk, dalam kamus

bisa juga diartikan (rumah reot) (dangau) penjaga

(pengawal). ‫كوخ‬
ُْ ini sebagai kata benda (nomina).

ِ ‫ِمنْاألَعو ِادْوال َقص‬


ْ‫ب‬ ِ
ْ‫قصب‬
َ َ َ “Terbuat daru ranting pohon dan rotan”

dalam bahasa kamus juga bisa diartikan (ilalang).

‫ْمن ِزْلَِِت؟‬ َ ‫فَ َهلْتَر ِض‬


ُ ‫يك‬ ‫ فهل‬Apakah (maka apakah), ‫رضيك‬
َْ ُ‫ ت‬kau sudah puas
dalam kamus bisa diartikan (susuai keinginan
41

anda)

ِْ ‫أَنَاْاِس ُْمْبِالَْلََق‬
!‫ب‬ “Namaku tanpa gelar”. ِ
ْ‫لقب‬ (julukan) (nama

panggilan) (gelar kehormatan). Dalam syair ini


makna yang tepat digunakan yakni “gelar”.

ْ‫جل‬
ِّْ ‫َْس‬ Larik pertama dalam bait ketiga yakni ‫سجل‬
ِّ yang
terdiri dari satu kata. Kata ini merupakan kata
perintah. Arti kata tersebut adalah “catatlah”.
Sedangkan dalam kamu kata inipun memiliki
beberapa arti yakni (daftar, catatatan).

ْ‫اْعَرِب‬
َ َ‫أَن‬ Larik lanjutan dari larik syair sebelumnya yakni ْ‫أنا‬

‫عْرب‬ . Subjek dari kalimat ini yaitu yang berarti

“aku”, yaitu ‫أنا‬ orang pertama tunggal dan

predikatnya yaitu ‫ عرب‬yang berarti “Orang Arab”.

‫ْْفَح ِم ْي‬..‫َولَو ُنْالشْع ِر‬ ْ‫لو ُن‬ yang berarti “warna”, ‫شعر‬ yang berarti

“rambut”, ‫ فحم‬artinya hitam legam.


ِ ‫ْالع‬
ْ‫ْبُِِن‬..‫ْي‬ َ ‫َولَو ُن‬ ِْ ‫ ع‬yang artinya mata
“Warna mataku coklat”. ‫ْي‬

ْ‫َوِمي َزِاِت‬ Ciri khasku dalam kamus juga dapat diartikan

(Kepribadianku) (Mencirikan) (keistimewaan)


42

‫ْع َقالْفَْو َقْ ُكوْفِيه‬ ِ َ‫عل‬


َ ‫ىْرأسي‬
َ َ
Dikepalaku (diatas kepalaku) ada ikatan (ikat
kepala) ( tali pengikat kepala) di atas kopiah

‫ص ُخر‬
ُْ ‫ْصلبَةْ َكال‬
َ ‫َوَكفِّي‬
Telapak tanganku sekeras batu

‫ش ِْمنْيِالََم ِس َها‬
ُ ‫ََت َم‬
Menampar (menggores) (menggemburkan) setiap
orang yang menyentuhnya (berhubungan dengan)

ْ‫َوعُن َوِان‬ ‫وعنوان‬ merupakan bentuk frasa yang terdiri dari

dua kata ‫عنوان‬ yang mempunyai makna “alamat”

dan ‫ي‬ yang berarti “aku” yang berbentuk

kepemilikan. sehingga arti dari frasa tersebut


menjadi "alamatku".

‫ْمنِ ِسيه‬ ِ
َ ‫أَنَاْمنْقَرْيَة‬
َْ ُ‫ْعَزالَء‬ Arti kata dari ْ‫قرية‬ yaitu "desa". Kata
َ‫الء‬
ْ ‫عز‬
merupakan sebuah nama desa yang ada di Palestina

dan kata terakhir dalam baris syair ini yaitu ‫منسيّه‬


yang memiliki arti “yang terlupakan”.

ْ‫َْسَ ِاء‬
ْ ‫َش َوا ِرعُ َهاْبِالَْأ‬ ‫شوار‬ adalah bentuk jamak dari ‫ شارع‬yang artinya
“jalan”. ‫أْساء‬ adalah bentuk jamak dari kata ‫أسم‬
yang artinya yaitu “nama”
ْ‫ْاْلَقبَ ِل‬ ِ َ‫وُك ُّل َْر َجا ََل‬
ْ ‫اِْف‬ Kata ‫ رجال‬merupakan bentuk jamak dari kata ‫رجل‬
yang artinga “orang laki-laki”. Akan tetapi kata
43

ِْ ‫َوالح‬
‫جر‬ ‫ رجال‬daam syair ini disandingkan dengan ‫ ها‬yang
ُ
memiliki arti kembali dekapada kata ‫قرية‬, maka kata

‫رجال‬ berarti penduduk. ِ artinya lading, ‫واحملج‬


ْ‫ْلقل‬
memiliki arti tambang batu, kedua kata tersebut
menunjukkan suatu tempat.
‫ضبْ؟‬
َْ ْ‫فَْ َْهلْْتَْغ‬ ‫“ فهل‬Apakah” dalam kamus dapat diartikan (begitu

juga), “ْ‫”تغضب‬ arti dari kata ini yaitu “kamu

marah”. Kata tersebut berbentuk kata kerja atau


disebut fiil mudhori. Pelaku utama dalam kata
tersebut yait “laki-laki”. Tetapi dalam syair ini
diartikan lebih tepat “apakah kau akan marah”.

!ْ‫ْ َْس ِّجل‬ Larik pertama dalam bait keempat yakni ‫سجل‬
ِّ
yang terdiri dari satu kata. Kata ini merupakan kata
perintah. Arti kata tersebut adalah “catatlah”.
Sedangkan dalam kamu kata inipun memiliki
beberapa arti yakni (daftar, catatatan).

ْ‫اْعَْرِب‬
َْ َ‫ْأَْن‬ Kalimat lanjutan dari baris syair sebelumnya yakni
‫أناْعرب‬ . Subjek dari kalimat ini yaitu yang berarti

“aku”, yaitu ‫أنا‬ orang pertama tunggal dan

predikatnya yaitu ‫ عرب‬yang berarti “Orang Arab”.

‫َسلَبَتْ ُك ُروَمْأَج َد ِادي‬ “Kau telah merampas kemuliaan adat istiadatku”

(leluhur). ْ‫كروم‬
َ dalam kamus pun bisa diartikan
44

“merampok”. ْ‫كروم‬
َ merupakan bentuk kata kerja

atau fiil mudhori.

‫تْأَفْلَ ُحه‬
ُ ‫َوأَرضاْ ُكن‬ Dan tanah-tanah yang telah aku tanami. ْ‫ أرضا‬dalam
syair ini diartikan tanah karena tepat sesuai yang
dimaksud oenyair menanam maka makna yang
cocok yaitu “tanah” dalam kamus juga diartikan
“bumi”.

‫َجي ُعْأَوالَِْدي‬
َِ ‫أَنَاْو‬
َ “Aku dan semua anak-anakku”. ْ‫َجيع‬
ُ dalam kamus
pun bisa diartikan seluruh.dalam syair ini makna
yang tepat yaitu “semua”.

ِْ ‫ْوْلِ ُك ِّلْأَح َف‬..‫ا‬


‫ادي‬ َ َ‫ َوََلْ َوََلْتَت َركْلَن‬yaitu “bahkan tidak”, ‫ ترتك‬meninggalkan dalam
kamus bisa juga diartikan (membiarkan)

(melakukan), ‫( أحفادي‬cucu-cucuku)

‫يْالص ُخور‬
ُ ‫ىْه ِذ‬ ِ
َ ‫س َو‬
Kecuali batu-batu ini

ْ‫ْستَأ ُخ ُذ‬
َ ‫فَ َهل‬
Apakah akan kau bawa (ambi) juga

ْ‫ْ َك َما‬..‫ُح ُكوَمتُ ُكم‬ “Negara kalian seperti yang dikatakan ?"

‫قِيالْ؟‬ ْ‫ حكومتكم‬dalam kamus bisa juga diartikan sebagai


“pemerintahan”.

ْ‫إِ َذن‬ Jadi ? dalam kamus juga dapat diartikan (Kalau


begitu)

ْ‫ْبَِرأ ِسْالصفْ َح ِة‬..‫َس ِّجل‬ ‫سجل‬


ِّ Catatlah, dalam kamus bisa juga diartikan
45

ْ‫ل‬ ِ ‫بر‬ ِ
َ ‫األُو‬ (daftar), ْ‫أس‬ sebagai (dengan) ْ‫صفحة‬ judul

dihalaman (lembar), ‫ األول‬pertama (awal)

َ ‫أَنَاْالَْأَكَرهُْالن‬
ْ‫اس‬ ُ‫أكره‬
ْ merupakan fiil mudhori dengan kata asal dari
‫ يكره‬dengan fiil madhi ‫ كره‬yang artinya
“membenci”. Huruf ‫ أ‬diartikan sebagai “saya”

ْ‫َحد‬
َ ‫ْعلَىْأ‬
َ ‫َوالَْأُسطُو‬ ‫أسطو‬ merupakan kata kerja “fiil mudhari” dengan

kata asal ‫يسطر‬ yang artinya “menyerang atau


mengganggu”.
ْ‫ت‬ ِ
ُ ‫اْجع‬
َ ‫اْم‬
َ ‫ْإَ َذ‬..‫َولَك ِِّن‬
“Akan tetapi.. jika aku lapar”

ِْ َ‫ْمغت‬
ْ‫صِب‬ ُ ‫آك ُلْ َْل َم‬
Daging rampasan (menuntut) (memaksa) akan
menjadi makananku

‫ْجو ِْعي‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ْمن‬..‫ْح َذا ِر‬..‫ح َذا ِر‬
Berhati-hatilah..berhati-hatilah dengan kelaparanku

ْ‫َوِمنْ َغضِب‬ ‫ غضب‬artinya “marah” dengan tambahan huruf ‫ي‬


yang artinya “aku” sebagai kepemilikan

Setelah pembacaan Heuristik penulis akan menjelaskan mengenai Pembacaan

Heurmenetik dari syair Bithaqah Huwiyyah karya Mahmoud Darwish. Jika diteliti

secara eksplisit syair ini memiliki tiga bagian makna yang berbeda. Bagian pertama

penyair mengungkapkan identitas. Bagian kedua dalam puisi menjelaskan tentang

daerah tempat tinggal. Bagian terakhir dalam syair ini menjelaskan tentang sikap atau
46

cirikhas dan karakter dari penyair terhadap orang yang tidak menyukainya.

Penjelasan Heurmenetik sebagai berikut :

Bait ke-1

‫بِطَاقَ ِة ُه ِويَّة‬

! ْ‫َس ِّجل‬

ْ‫اْعَرِب‬
َ َ‫أَن‬
Secara Heurmenetik Bait ke-1 larik ke-1 dan ke-2 ini menjelaskan identitas

sebagai orang Arab (Palestina). Kata “Catatlah” disini bukanlah arti catat

sesungguhnya, tetapi kata catat disini menunjukkan adanya informasi penting yang

ingin disampaikan. Yakni ingin mendapatkan pengakuan kembali identitas sebagai

orang Arab yang sesungguhnya. Tanda seru yang terdapat pada larik pertama

memperlihatkan ketegasan penyair, bahwasannya catatlah disini merupakan seruan

agar Palestina mendapatkan pengakuan. Kemudian diperkuat kembali pada larik ke-2

ْ ِ‫اْعر‬
penyair menuliskan “‫ب‬
ََ َ‫ ”أَن‬yang bermaksud bahwa penyair ingin menyampaikan

dan memperjelas identitas orang Arab (Palestina).

َ ‫َوَرق ُمْبِطَاقَِِت‬
ْ‫َْخ ُسو َنْأَلف‬
47

‫َوأَط َف ِاِل ََْثَانِيَْة‬

ِ
َ ‫ْسيَأِِتْبَع َد‬..
ْ‫ْصيف‬ َ ‫َوتَاسعُ ُهم‬
Pada larik ke-3, 4, 5 penyair menyampaikan kembali identitas dengan

menyebutkan َ ‫َوَرق ُم ْبِطَاقَِِت‬


ْ‫َْخ ُسو َن ْأَلف‬ “nomor kartu identitasku 50.000” yang

bermaksud menggambarkan jumlah penduduk Arab (Palestina) yang sebetulnya lebih

dari itu. Kemudian pada bait ke-4 dan ke-5 penyair menuliskan “Aku mempunyai

delapan anak” “dan yang kesembilan akan lahir setelah musim panas”. Maksud dari

larik tersebut setelah diteliti bahwasannya ada delapan bagian daerah atau wilayah

milik Palestina yakni Usdud, Haifa, Yaffa, Bagian Padang pasir Negev, Beersheba,

Perbatasan Mesir, jalus Gaza, Yerussalem. Wilayah-wilayah ini merupakan wilayah

bagian Palestina yang secara paksa harus diserahkan kepada yahudi dijadikan sebagai

ِ
َ ‫ْسيأِِت ْب ع َد‬..‫“ ”وتَاسعُ ُهم‬akan lahir anak kesembilan
Negara Israel. Kemudian “ْ‫ْصيف‬
َ ََ َ

setelah musim panas” disini diartikan akan adanya daerah atau wilayah baru yang

menjadi perebutan yakni Al Quds. Al-Quds ini akan dijadikan sebagai wilayah

Internasional.

‫ضب؟‬
َ ‫ف َهلْتَغ‬
48

Pada larik terakhir bagian dari bait ini yaitu “Apakah kau akan marah”

penyair seolah melontarkan sebuah pertanyaan yang bermaksud menyampaikan

dengan rasa kekesalan kepada orang non Arab.

Bait ke-2

! ْ‫َس ِّجل‬

ْ‫اْعَرِب‬
َ َ‫أَن‬
ِ َ‫وأَعملْمعْرف‬
َ ‫اقْال َك َْد ِح ِِْف‬
ْ‫َْم َجر‬ َ ََ ُ َ َ
Pada bait ke-2 larik ke-1, 2 dan 3 penyair menuliskan kembali identitas seperti

halnya yang terdapat pada bait pertama yakni ْ‫ْعَرِب‬


َ ‫أَنَا‬. Larik ini sebagai bentuk

penegasan bahwasannya penyair ingin menyampaikan identitas orang Arab

(Palestina). Kemudian dilarik ke-3 penyair menuliskan profesi orang-orang Arab

yang bekerja disebuah pertambangan batu.

‫َوأَط َف ِاِل ََْثَانِيَْة‬

،‫ْاخلُب ِز‬
ْ ‫يف‬ ِ
َ ‫أَس ُْلْ ََلُم َْرغ‬

ْ‫الدف تَ ر‬
َ ‫اب َْو‬
َ ‫َْواألَث َو‬
‫ِم َنْالصْخر‬
49

Kemudian pada larik ke-4, 5, 6 dan 7 Jadi pada larik ini setelah dianalisis

kehidupan orang Arab (Palestina) yang sedang diceritakan pada syair ini mampu

memenuhi kehidupannya tanpa harus meminta-minta walau dalam keadaan susah.

Pada bagian larik ke-4 penyair menjelaskan kembali memiliki 8 anak yang

bermaksud memiliki beberapa bagian wilayah yang seharusnya menjadi bagian dari

Palestina. Rakyat-rakyat Palestina hidup dengan memakan roti sebagai kebutuhan

pangan, pakaian dan juga pengetahuan sebagai kebutuhan sandang yang dihasilkan

dari hasil menambang batu.

ِ َ‫والَْأَت وسلْالص َدق‬


ْ‫ات ِْمنْبَابِك‬ ُ َ َ
ْ‫َوالَْأَصغَر‬
Kemudian, pada bagaian larik ke-8 penulis menganalisis bahwa penyair

menyampaikan walaupun mereka serba kesusahan mereka tidak akan meminta-minta

serta mengemis bantuan dari penajajah (Israel). Pada bagian larik ke-9 diperjelas

kembali bahwasannya walaupun mereka serba kesusahan tetapi mereka (rakyat

Palestia) teguh dan tidak merasa rendah dihadapan mereka (Israel).

ْ‫أ ََم َْامْبِالَ ِطْأَعتَابِك‬

‫ضب؟‬
َ ‫فَ َهلْتَغ‬
Kemudian dilanjutkan pada bagian larik ke-10 jika ia disakiti atau didzolimi

maka orang Arab (Palestian) yang diceritakan pada syair ini tidak akan diam begitu
50

saja. Selanjutnya dibagian larik terkahir pada bagian ini penyair menuliskan kembali

larik ‫ضب؟‬
َ ‫فَ َهل ْتَغ‬ merupakan pertanyaan yang sama halnya terdapat pada bagian

larik teakhir bagian bait 1. Penyair seolah mengungkapkan amarahnya dalam bentuk

pertanyaan setelah apa yang sudah disebutkan dalam larik-larik sebelumnya keadaan

mereka yang begitu susah, akankah (Palestian) akan menjadi negara jajahan?.

Bait Ke-3

ْ‫َس ِّجل‬

ْ‫اْعَرِب‬
َ َ‫ْأَن‬

ْ‫س ِجل‬,
َ ‫ب‬ْ ِ‫اْعَر‬
َ َ‫ أَن‬pada bagian bait ke-3 ini larik ke-1 dan 2 menyebutkan kembali kata

“catatalah” dan “aku orang Arab” yang bermaksud sebagai bentuk penegasan bahwa

penyair ingin mendapatkan pengakuan identitas orang Arab yang diceritakan dalam

syair in i. Kata ْ‫َس ِجل‬ yang berarti “catatlah!” bukan berarti menyuruh orang untuk

mencatat, tetapi kata itu ditujukan untuk memberikan dan menunjukkan informasi

kepada khalayak mengenai kehidupan Palestina dan mereka betul-betul merupakan

orang Arab yang sudah seharusnya mendapatkan hak pengakuan identitas.

ِ ‫أَنَاْاِسمْبِالَْلََق‬
ْ‫ب‬
51

‫ْماْفِي َها‬ ِ ِ ‫صب ور‬


َ ‫ِْفْبالَدْ ُك ُّل‬ َُ
ِ
ِ‫ض‬
ْ‫ب‬ َ َ‫شْبَِفوَرةِْاْلغ‬
ُ ‫يَعي‬
ِْ ‫أَنَاْاِسمْبِالَْلََق‬
Maksud dari larik ke-3, 4 dan 5 ini jika diartikan yakni ‫ب‬

‘namaku tanpa gelar” menurut peneliti “gelar” disini diibaratkan identitas atau

marga, walaupun mereka orang arab tetapi mereka tidak mendapat pengakuan sebagai

orang Arab (Palestina) dan hak di negaranya sendiri. Kemudian dijelaskan kembali

pada larik berikutnya yaitu situasi yang terjadi di negara Arab (Palestina) mereka

hidup dinegara yang penuh dengan kemarahan, sering terjadi peperangan dan seolah

hidup dipengungsian. Penyair disini seolah mewakili perasaan orang-orang Arab

(Palestina).

‫ُج ُذْوِري‬

ِ ‫قَبل ِْميالَ ِدْالزم‬


ْ‫ان َْر َست‬ ََ َ
ْ‫ب‬
ُ ‫َوقَب َلْتَفت ُحْاْلُُق‬
ْ‫َوقَب َلْالس ُرو َْوالزي تُو ِن‬

ِْ ‫َوقَب َلْتَْر َعَرِعْالعُش‬


.‫ب‬
Kemudian pada larik ke-6, 7, 8, 9, 10 secara heurmenetik dimaksudkan

bahwasannya leluhur atau nenek moyang orang Arab (Palestian) sudah ada dari
52

zaman dahulu sebelum adanya kehidupan di zaman sekarang, sebelum tumbuhnya

ِ ‫وقَبل ْتَر َعرِع ْالعُش‬


ْ‫ب‬
pohon pinus dan zaitun. Kemudian pada larik ke-10
ََ َ َ “sebelum

tumbuhnya rerumputan” menurut peneliti bahwa rumput disini bisa di artikan sebagai

tumbuha pengganggu yang bisa diibaratkan sebelum adanya pengganggu Israel yang

merebut wilayah Palestina. Leluhur atau nenek moyang orang Arab (Palestina)

tersebut sudah ada sejak zaman dulu.

ِ ‫ْمنْأُسرةِْال ِمحر‬..
ْ‫اث‬ ِ ‫أَِب‬
َ َ
ِ ُ‫ُْن‬
ْ‫ب‬ ُ ‫ْس َادة‬ ِ
َ ‫الَْمن‬
ْ‫الَحا‬
ْ ‫َو َجدِّيْ َكا َنْف‬

ِْ ‫ْوالَْنَ َس‬..
!‫ب‬ ِ
َ ‫ْحسب‬
َ َ‫بال‬
ِ ُ‫سْقَبلْقِراءةِْال ُكت‬ ُ ‫يُ َعلِّ َم ِِن‬
ْ‫ب‬ َ َ َ ِ ‫ُْشُو َخْالشم‬
Kemudian pada larik ke-11, 12, 13, 14 dan 15 disini penyair menyebutkan

kehidupan keturunannya dan peneliti menganalisis bahwa larik-larik tersebut

mengungkapkan kehidupan bangsa Arab (Palestina) yang leluhurnya adalah seorang

petani, bukan dari keturunan berkelas dan bukan dari kalangan yang bertahta tetapi

masih teguh mempertahankan martabat dan kehormatannya. Mereka pun diajarkan

kemuliaan, pengetahuan dan segala kebutuhan dihasilkan dari kerja keras dibawah

teriknya matahari.
53

ْ ِ ‫َوبَي‬
ْ‫ِت’ْ ُكو ُخْنَاطُور‬

ِ ‫ِْمنْاألَعو ِادْوال َقص‬


ْ‫ب‬ َ َ َ
Pada larik ke-16 dan 17 penyair menyampaikan keadaan rumahnya seperti

gubuk dan hanya terbuat dari ranting dan rotan. Menurut peneliti bahwa penyair

Mahmoud Darwish mewakili orang-orang Palestina bagaimana situasi kehidupan di

sana memang seperti itu. Kemudian, rumah yang disebutkan disini bukanlah rumah

permanen yang hanya terbuat dari ranting. Sifat dari ranting ini mudah terbawa angin.

Jika penulis teliti maksudnya bisa saja rumah tersebut diibaratkan sebagai keberadaan

mereka yang rawan untuk diusir kapan pun.

‫ْمن ِزلَِِت؟‬ َ ‫فَ َهلْتَر ِض‬


ُ ‫يك‬

ِ ‫أَنَاْاِس ِمْبِالَْلََق‬
ْ‫ب‬

Pada bait ke-18 penyair menuliskan sebuah pertanyaan. Menurut peneliti

bahwa pertanyaan tersebut merupakan bentuk pertanyaan kekesalan yang ditujukan

kepada Israel. Kemudian pada larik ke-19 ini sama halnya dengan larik dibagain ait

ke-2 yakni ‘namaku tanpa gelar” menurut peneliti kata “Aku” merujuk ke orang Arab

dan “gelar” disini diibaratkan identitas atau marga, walaupun mereka orang arab

tetapi mereka tidak mendapat pengakuan sebagai orang Arab (Palestina) dan hak di

negaranya sendiri.
54

Bait ke-4

‫َس ِّجل‬

ْ‫اْعَرِب‬
َ َ‫أَن‬
Larik ke-1 dan ke-2 ini sama halnya dengan larik di bait sebelumnya yakni

menjelaskan identitas sebagai orang Arab (Palestina). Kata “Catatlah” disini bukanlah

arti catat sesungguhnya, tetapi kata catat disini menunjukkan adanya informasi

penting yang ingin disampaikan. Yakni ingin mendapatkan pengakuan kembali

identitas sebagai orang Arab yang sesungguhnya. Tanda seru yang terdapat pada larik

pertaa memperlihatkan ketegasan penyair, bahwasannya catatlah disini merupakan

seruan agar Palestina mendapatkan pengakuan. Kemudian diperkuat kembali pada

ْ ِ‫ْعر‬
bait ke-2 penyair menuliskan “‫ب‬ َ َ ‫”أَنَا‬ yang bermaksud bahwa penyair ingin

menyampaikan dan memperjelas identitas orang Arab (Plestina).

‫ْفَح ِم ْي‬..‫ْالشع ِر‬


َ ‫َولَو ُن‬
ِ ‫ْالع‬
ْ‫ْبُِِن‬..‫ْي‬ َ ‫َولَو ُن‬
55

Larik ke-3 dan ke-4 pada bait ke-4 secara heuristik menjelaskan fisk orang

Arab yang berambut hitam dan bermata kecoklatan. Pada bagian ini seolah penyair

ingin memperjelas maksudnya dengan menyebutkan ciri fisik.

ْ‫َوِمي َزِاِت‬

‫ْع َقالْفَو َقْ ُكوفِيه‬ ِ َ‫عل‬


َ ‫ىْرأسي‬
َ َ
Larik ke-5, ke-6 dan ke-7 menjelaskan kembali untuk memperkuat dari larik

sebelumnya yang menceritakan fisik, pada larik ini setelah dianalisis mengungkap ciri

khas dari orang Arab itu sendiri. Ada ikatan di atas kepala maksudnya ada kopiah

atau sorban yang biasa digunakan oleh orang Arab. Kemudian pada larik ke-7

maksudnya adalah ia akan membalas dan tidak akan diam jika ada yang berani

semena-mena menyakitinya.

‫ش ِْمنْيِالََم ِس َها‬
ُ ‫ََت َم‬
ْ‫َوعُن َوِان‬

‫ْمنِ ِسيه‬ ِ
َ ‫أَنَاْمنْقَريَة‬
َ ُ‫ْعَزالَء‬
ْ‫َْسَ ِاء‬
ْ ‫َش َوا ِرعُ َهاْبِالَْأ‬
56

Larik ke-8, 9, 10, 11 Secara heumenetik penulis menganalisis dari isi larik

syair ini yaitu menjelaskan alamat yang menyebutkan bahwa ia berasal dari desa yang

terpisah terlupakan, maksudanya terlupakan disini berasal dari wilayah Arab tetapi

tidak mendapatkan pengakuan karena identitasnya direbut secara paksa dan

terlupakan atau dipencilkan. Kemudian pada larik berikunya menjelaskan keadaan

jalannya yang tak bernama, penulis menganalisis kata jalan disini fungsinya sebagai

petunjuk arah kemudian daerahnya tidak dikunjungi orang-orang karena

diterpencilkan.

‫اِْفْاْلَق ِل َْوالِح َجر‬


ِ َ‫وُْك ُّلْ ِر َج ِاَل‬
َ
Larik ke-12 secara heurmenetik menjelaskan kebiasaan yang biasa dilakukan

oleh orang-orang di wilayah tersebut (bagian orang Palestina) yang bermata

pencaharian sebagai petani dan suka berladang. Kini tanah tempat mereka berladang

pun dirampas paksa oleh Israel.

‫ضبْ؟‬
َ ‫فَ َهلْتَغ‬

Pada bagian larik ini, penyair menuliskan kembali kata tersebut dengan

maksud melontarkan keamarahannya berupa pertanyaan, dimana dengan segala

penjelasan yang sudah diungkapkan pada larik sebelumnya apakah masih akan

diajajah dan apakah mereka (Israel) kesal atau marah dengan penjelasan tersebut.
57

Bait ke-5

!ْ‫ْ َْس ِّجل‬

ْ‫اْعَرِب‬
َ َ‫أَن‬
Larik ke-1 dan 2 pada bait ini penyair kembali menuliskan kata tersebut yaitu

untuk menjelaskan kembali sebagai bentuk penegasan. Sama halnya yang dijelaskan

pada bait pertama di larik ke-1 dan 2, ada sesuatu informasi yang ingin disampaikan

dan kemudian diperjelas informasi tersebut pada larik-larik berikutnya dan

menyebutkan bahwa “aku orang Arab”. Jadi ada informasi atau sesuatu yang akan

dijelaskan mengenai kehidupan orang Arab (Palestina).

‫َسلَبَتْ ُك ُروَمْأَج َد ِادي‬

ُ‫تْأَف لَ ُح ْه‬
ُ ‫َوأَرضاْ ُكن‬
Larik ke-3 dan ke-4 ini secara heurmenetik menjelaskan bahwa apa yang

dilakukan Israel sangatlah kejam dimana maksud merampas adat istiadat disini dapat

diartikan bahwa mereka (Israel) telah merampas kebiasaan yang sering dilakukan

oleh orang (Arab) kebiasaan berladang. Diperkuat oleh larik berikutnya yaitu dimana

mereka bahkan merebut tanah-tanah yang mereka tanami, merampas yang seharusnya

menjadi hak orang orang Arab (Palestina).


58

‫َجيْعْْأَوالَ ِدي‬
َِ ‫أَنَاْو‬
َ
‫ْولِ ُك ِّلْأَح َف ِادي‬..‫ا‬
َ َ‫َوََلْتَت َركْلَن‬

ُّ ‫ىْه ِذ‬
‫يْالص ُخور‬ ِ
َ ‫س َو‬
Larik ke-5, 6, 7 secara heurmenetik peneliti penganalisis bahwa larik-larik ini

pun masih menjelasakn apa yang dilakukan oleh penjajah kepada orang Arab

(Palestina) dimana mereka tidak meninggalkan apa-apa untuk orang Arab (Palestina)

bahkan untuk keturunan-keturunannya dan hanya meninggalkan batu-batu, karena

semua hak yang seharusnya didapat dirampas begitu saja.

ْ‫ْستَأ ُخ ُذ‬
َ ‫فَ َهل‬
‫ْ َك َماْقِيالْ؟‬..‫ُح ُكوَمتُ ُكم‬

Larik ke-8 dan 9 penyair kembali menuliskan kalimat “‫ذ‬


ُْ ‫ ”فَ َهل ْستَأ ُخ‬yakni
َ

sebuah pertanyaan yang dilontarkan sebagai pertanyaan yang penuh kekesalan yang

ditujukan kepada Israel yang telah merampas hak yang seharusnya menjadi milik

orang Arab (Palestina). Kemudian pada larik terakhir bait ini pertanyaan pun

dilontarkan kembali sebagai sindiran halus, dimana negara yang mereka (Israel) akui

sebagai negaranya.
59

Bait ke-6

ْ‫إِذَن‬

ْ‫ل‬ ِ ِ ِ
َ ‫ْبَرأسْالصف َحةْاألُو‬..‫َس ِّجل‬
Larik ke-1 dan 2 dibait terakhir, secara heurmenetik kata ْ‫إِ َذن‬ adalah sebagai

kata penegas atas larik-larik sebelumnya. Kemudian dipertegas lagi dalam larik

berikutnya dengan menyebutkan kata “ْ‫جل‬


ِّ ‫“ ”س‬catatlah” sebagai bentuk penegasan
َ

sepeerti halnya di larik 1 bait ke-1 sebagai judul dihalaman pertama.

َ ‫أَنَاْالَْأَكَرهُْالن‬
ْ‫اس‬

ْ‫ْعلَىْْأَ َحد‬
َ ‫َوالَْأُسطُو‬
ْ‫ت‬
ُ ‫اْجع‬ ِ ِ
َ ‫اْم‬
َ َ‫ْإذ‬..‫َولَك ِِّن‬
ِ َ‫آكلْ َْلمْمغت‬
ْ‫صِب‬ َُ ُ
Larik ke-3, 4, 5, 6 secara heurmenetik menjelaskan bahwa walaupun

penderitaan yang dirasakan oleh orang Arab (Palestina), tetapi mereka tidak akan

membenci, mereka bukanlah rakyat pembenci. Akan tetapi, mereka akan bangkit

melakukan perlawanan untuk menumpas penderitaan jika ada yang semena-mena


60

ِ َ‫ آكل ْ َْلم ْمغت‬adalah mereka tidak akan diam


ْ‫صِب‬
memperlakukan kejahatan. Maksud
َُ ُ

saja untuk bisa bertahan, mereka (Palestina) akan ada sesuatu yang orang Arab

(palestina) lakukan untuk menumpas kedzoliman ini.

‫ْجو ِعي‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ْمن‬..‫ْح َذار‬..ْ‫ح َذار‬
ْ‫ضِب‬ ِ
َ ‫َومنْ َغ‬

Larik ke-7 dan 8 sebagai larik terakhir pada bait ke-6 kata ْ‫ ِح َذار‬ini sebagai

bentuk peringatan tegas kepada orang yang mendzolimi orang Arab, maka akan ada

perlawanan untuk menumpas penderitaan yang mendera mereka (Palestina).

 Terjemah Syair Bithaqah Huwiyyah

Kartu Identitas

Catatlah !

Aku orang Arab

Dan nomor kartu identitasku 50.000

Dan aku memiliki delapan anak

Dan yang kesembilan akan lahir setelah musim panas


61

Apakah kau akan marah?

Catatlah !

Aku orang Arab

Aku bekerja bersama teman-temanku di pertambangan batu

Aku mempunya delapan anak

Aku beri mereka roti

Pakaian dan batu

Dari batu

Aku tidak mengemis bantuan di depan pintumu

Dan tidak pula merasa rendah

Apakah kau akan marah ?

Catatlah !

Aku orang Arab

Namaku tanpa gelar

Bersabar di negara dengan segala hal di dalamnya

Hidup dalam situasi yang cepat marah

Leluhurku

Telah ada sebelumnya kelahiran zaman

Sebelum terbukanya zaman

Sebelum adanya pinus dan zaitun


62

Sebelum tumbuhnya rerumputan

Bapakku…keturunan keluarga pembajak sawah

Bukan dari kaum berkelas

Dan kakekku seorang petani

Bukan terlahir dari keturunan yang baik

Mengajarkanku kehebatan panasnya matahari sebelum mengajariku membaca buku

Dan rumahku seperti gubuk penjaga

Terbuat dari ranting pohon dan rotan

Apakah kau sudah puas statusku ?

Namaku tanpa gelar

Catatlah !

Aku orang Arab

Warna rambutku hitam legam

Warna mataku coklat

Ciri khasku

Dikepalaku ada ikatan di atas

Telapak tanganku sekeras batu

Menampar setiap orang yang menyentuhnya

Alamatku

Aku dari wilayah yang terpisah terlupakan

Jalan-jalannya tak bernama


63

Dan para lelakinya pergi ke lading dan pertambangan

Apakah kau akan marah ?

Catatlah !

Aku orang Arab

Kau merampas kemuliaan leluhurku

Dan tanah-tanah yang telah aku tanami

Aku dan semua anak-anakku

Bahkan tidak meninggalkan apa-apa untuk keturunanku

Kecuali batu-batu ini

Apakah kau akan marah ?

Negara kalian seperti yang dikatakan

Jadi

Catatlah….sebagai judul dihalaman pertama

Aku tidak membenci orang-orang

Aku pun tidak akan menyerang

Tetapi jika aku lapar

Daging rampasan akan menjadi makananku

Berhati-hatilah…berhati-hatilah…dengan kelaparanku

Dan dengan kemarahanku


64

3.3.2 Analisis Ketidak Langsungan Ekspresi

Ada beberapa bait yang memiliki pergantian arti berupa majas dalam syair

Bithaqah Huwiyyah yaitu :

1). Displacing of Meaning

Bait ke – 1

Larik ke-2
ْ‫اْعَرِب‬
َ َ‫أَن‬
Pada bait ke-1 larik ke-2, mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena

terdapat kata kiasan yakni sinekdot totem pro parte (satu kata bermaksud

menyatakan keseluruhan). Makna Aku orang Arab mewakili negara Palestina

yang merupakan salah satu dari negara Liga Arab.

Bait Ke-2

،‫يفْاخلُب ِز‬ ِ
َ ‫أَس ُّلْ ََلُم َْرغ‬
Larik ke- 5, 6 dan 7

ْ‫الدف تَ ر‬
َ ‫اب َْو‬
َ ‫واألَث َو‬
ْ‫ِم َنْالصْخ ِر‬
Pada pada larik tersebut mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena

mengandung kata kiasan yakni metafora (kelompok kata bukan dengan arti

sebenarnya). Disini ketidaklangausngan ekspresi dinyatakan dengan

menyebutkan pakaian dan roti dari batu.


65

Larik ke-10
ْ‫أ ََم َامْبِالَ ِطْأَعتَابِك‬
Pada bait ke-2 larik ke-10 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena

mengandung kata kiasan yakni metafora (kelompok kata dengan bukan arti

sebenarnya), kata “mencelamu” bukan arti mencela sebagimana yang ditulis.

Bait ke-3

Larik ke-3 ِ ‫أَنَاْاِسمْبِالَْلََق‬


ْ‫ب‬
Pada bait ke-3 larik ke-3, mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena

terdapat kata kiasan yakni litotes (majas yang mengungkapkan perkataan

merenda), maksud “tidak bergelar” penyair merendahkan dirinya seolah ia bukan

siapa-siapa.

Larik ke-4
‫اْفِي َها‬
ْ ‫ْم‬ ِ
َ ‫صبُورْْ ِِفْبالَدْ ُك ُّل‬
َ
Pada bait ke-3 larik ke-4 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena

terdapat kata kiasan yakni Metafora (kelompok kata dengan bukan arti

sebenarnya), kata “sabar” disini bertentangan dengan keadaan yang

sesungguhnya.

Larik ke- 8, 9, 10 ِ ‫قَبل ِْميالَ ِدْالزم‬


ْ‫ان َْر َست‬ ََ َ
66

ْ‫ب‬
ُ ‫َوقَب َلْتَفت ُحْاْلُُق‬
ْ‫الزي تُو ِن‬
َ ‫َوقَب َلْالس ُرو َْو‬
Pada bait ke-3 larik ke-8, 9, 10 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena

terdapat kata kiasan yakni Pararelisme (majas dengan bentuk yang sama dan

berpola dari kalimat satu ke kalimat berikutnya), kata ْ‫قبل‬


َ ( sebelum) yang

diulang ulang sebanyak tiga kali, kata sebelum yang pertama di sebut anaphora,

dan kata sesungguhnya yang ketiga disebut epifora.

Larik ke-12 ِ ُ‫ُْن‬


ْ‫ب‬ ُ ‫ْس َادة‬ ِْ َ‫ال‬
َ ‫ْمن‬
Pada bait ke-3 larik ke-12 mengandung ketidaklangsungan makna karena

terdapat kata kiasan yakni Litotes (Merendah), penyair merendahkankan diri

menyebut dirinya bukan dari kaum berkelas.

ِْ ‫ْوالَْنَ َس‬..
!‫ب‬ ِ
َ ‫ْحسب‬
َ َ‫بال‬
Larik ke-14

Pada bait ke-3 larik ke-14 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena

terdapat kata kiasan yakni Pleonasme (majas yang menambahkan informasi

pada pernyataan yang sudah jelas), karena menggunakan kata-kata yang sama

dan diulang kata (baik) untuk memperjelas maksud.


67

Larik ke-16
ْ ِ ‫َوبَي‬
‫ِت’ْ ُكو ُخْنَاطُور‬
Pada bait ke-3 larik ke-16 mengandung ketidaklangsungan makna karena

terdapat kata kiasan yakni Litotes (majas merendah), penyair merendahkan

dirinya, kata gubuk ini sesungguhnya bisa saja diganti menjadi kata rumah.

Larik ke-15
ِْ‫سْقَْب َلْقَِراءَة‬ ُ ‫يُ َعلِّ َم ِِن‬
ِ ‫ُْشُو َخْالشم‬
ْْْْْ‫ب‬ ِ ُ‫ال ُكت‬
Pada bait ke-3 larik ke-15 syair ini mengandung ketidaklangsungan ekspresi

karena terjadi pergeseran makna, dimana terdapat kata kiasan. “mengajarkan

matahari sebelum mengajariku membca buku” kalimat tersebut masuk ke dalam

“metafora” (kelompok kata dengan bukan arti sebenarnya), karena makna yang

dimaksud bukanlah matahari yang sesungguhnya.

Bait ke-4

Larik ke-3 dan 4


‫ْفَح ِم ْي‬..‫ْالشع ِر‬
َ ‫َولَو ُن‬
ِ ‫ْالع‬
ْ‫ْبَِِن‬..‫ْي‬ َ ‫َولَو ُن‬
Pada bait ke-4 larik ke-3 dan 4 mengalami ketidaklangsungan ekspresi karena

mengandung kata kiasan yakni Pleonasme (majas yang mengungkapkan

informasi pada pernyataan yang sudah jelas), dijelaskan bahwa rambutnya yang
68

berwarna hitam, matanya berwarna coklat. Menjelaskan secara jelas fisiknya.

Larik ke-7
‫ص ُخر‬
ُ ‫ْصلبَةْ َكال‬
َ ‫َوَكفِّي‬
Pada bait ke-3 larik ke-7 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena

terdapat kata kiasan yakni Hiperbola (melebih lebihkan), sekeras batu disini

bukan berarti tangannya keras tetapi bisa diartikan berani.

Larik ke-8
‫ش ِْمنْيِالََم ِس َها‬
ُ ‫ََت َم‬
Pada bait ke-4 larik ke-8 mengandung ketidaklangsungan makna karena

mengandung kata kiasan yakni Metafora (kelompok kata dengan bukan arti

sebenarnya), maksud dari menampar dari setiap yang menyentuhnya disini bukan

berarti ditampar dalam arti yang sesungguhnya.

Bait ke-5

Larik ke- 3
‫َسلَبَتْ ُك ُروَمْأَج َد ِادي‬
Pada bait ke-5 larik ke-3 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena

terdapat kata kiasan Metafora (kelompok kata bukan dengan arti sebenarnya),

adat istiadat disini bukan berarti kebudayaan tetapi bisa diartikan merampas

semua hak, wilayah dan segala hal yang Palestina miliki.


69

Larik ke-8
ْ‫ْستَأ ُخ ُذ‬
َ ‫فَ َهل‬
Pada bait ke-5 larik ke-8 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena

terdapat kata kiasan Ironi (majas sindiran halus), larik tersebut bukan hanya

dimaksudkan sebagai pertanyaan tetapi juga sebagai sindiran.

Bait ke-6

Larik ke-7
‫ْجو ِعي‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ْمن‬..‫ْح َذا ِر‬..‫ح َذا ِر‬
Pada bait ke-6 baris ke-7 mengandung ketidaklangsungan ekspresi karena

terdapat kiasan paralelisme (majas dengan bentuk yang sama dan berpola dari

kalimat satu ke kalimat berikutnya), karena ada pengulangan kata (berhati-

hatilah, berhati-hatilah)

2). Creating of Meaning

 Enjambemen

Bait ke 1

Larik ke – 2
ْ‫اْعَرِب‬
َ َ‫أَن‬
“Aku Orang Arab”

َ ‫َوَرق ُمْبِطَاقَِِت‬
ْ‫َْخ ُسو َنْأَلف‬
Larik ke – 3
“Dan nomor kartu identitasku lima
puluh ribu”
Pada larik syair ke 2 dan ke tiga dalam bait pertama, syair tersebut saling

berkaitan antara bagian baris sebelum dan sesudahnya, yang memberikan


70

penjelasan. Menegaskan bahwaannya pengarang menyampaikan bahwa dia benar

benar orang Arab dan mempunyai kartu identitas bernomor lima puluh ribu.

Larik ke-4
‫َوأَط َف ِاِل ََْثَانِيَْة‬
Dan aku punya delapan anak
َْ ‫ْسيَأِِتْبَع َد‬..
ْ‫ْصيف‬ ِ
َ ‫َوتَاسعُ ُهم‬
Larik ke-5

Dan yang kesembilan akan lahir


setelah musim panas
Pada larik syair ke-4 dan ke-5 dalam bait pertama, syair tersebut saling berkaitan

antara bagian baris sebelum dan sesudahnya ada kata sambung dan yang menjadi

lanjutan dari syair sebelumnya, pada baris sebelumnya menyebutkan “aku punya

delapan anak” kemudian di baris berikutnya adalah lanjutan dari baris

sebelumnya yaitu “Dan yang kesembilan akan lahir setelah musim panas”.

3). Creating Of Meaning

Bait 1

Baris ke 1
ْ‫َس ِّجل‬
Pada bait ke 1, larik pertama mengandung mengandung ketidak langsungan

penciptaan makna karena kata ْ‫جل‬


ِّ ‫ س‬itu bermakna “daftar” catatn, tetapi karena
َ
71

dalam dalam syair ini menjadi catatlah, yang berarti kata yang digunakan bukan

maksud sebenarnya, Catatlah disini bukan menyuruh orang untuk mencata secara

tertulis, tetapi mecata dalam arti penegasan bahwasannya butuh pengakuan dari

penyair bahwa Palestina adalah negaaranya.

3.3.3 Matrik, Model dan Varian

Secara teoretis syair Bithaqah Huwiyyah ini merupakan perkembangan dari

matriks yang menjadi model dan ditransformasikan menjadi varian-varian. Dari isi

syair Bithaqah Huwiyyah yaitu tentang penderitaan rakyat Palestina yang terus-

terusan di jajah oleh Israel yang di tuliskan oleh orang yang sangat mencintai tanah

Palestna yakni Mahmoud Darwish.

1). Varian – Varian

Varian Bagian 1

 Permohonan

Penyair menyampaikan permohonan berupa perintah secara tegas.

Bahwasannya penyair itu benar-benar membutuhkan pengakuan itu. Varian ini dapat

ِّ ‫” ِْس‬. Kata ini bentuk permohonan “catatlah !”


dibuktikan pada bait syair bagian “ْ‫جل‬

permohonan yang tegas dilontarkan agar penyair dan rakyat Palestina diakui secara
72

resmi. Dan tanah Palestina tidak seharusnya di ambil atau dirampas oleh Israel,

karena penyair benar-benar adalah orang asli “Arab”.

Varian Bagian 2

 Kecintaan Terhadap Tanah Air

Penyair berulang kali menyebutkan “ْ‫اْعَرِب‬


َ َ‫ أَن‬menyebutkan identitas dan rasa

nasionalisme yang tinggi terhadap tanah kelahirannya. Pengarang pun sangat geram

terhadap apa yang telah Israel lakukan terhadap rakyat Palestina.

Varian Bagian 3

 Kesabaran dan Kekejaman

Pegarang ingin menyampaikan kepada pembaca dan pendengar tentang

kekejaman yang di lakukan oleh Israel kepada rakyat Palestina, rasa kemanusiaan

yang telah hilang dari mereka, Rakyat Palestina yang begitu terjajah, tetapi mereka

tetap memiliki rasa juang yang tinggi. Hal ini terlihat pada syair bagian ْْ‫ِْفْْبِالَد‬
ِ ‫صب ور‬
َ
ُ

‫ْما ْفِي َها‬


َ ‫ُك ُّل‬ “Bersabar di negeri dengan segala hal di dalamnya” begitu terlihat

penderitaan yang mereka rasakan pada bait ini. Kemudian juga terlihat pada bagian

bait kekejaman Israel terhadap rakyat Palestina ِ


ْ‫ْالغضب‬ ِ‫يعيش ْب َفورة‬
ُ “Dimana orang
73

orang sangat dimarahi”.Selain itu, terdapat juga dalam larik bagian ْ‫ل‬
ِّ ‫ْولك‬..‫وَلْترتكْلنا‬

‫أحفادي‬ “Bahkan tidak meninggalkan apa-apa untuk kami dan keturunanku”. ْْ‫سلبت‬
ُ

‫كروم ْأجدادي‬
َ “Kau telah merampas kemuliaan adat” istiadatku ‫ْأفلحه‬
ُ ‫ْكنت‬ُ ‫وأرضا‬

“Dan tanah-tanah yang telah aku tanami. Penyair menyampaikan suatu informasi

bahwasannya Israel benar-benar merampas semua yang dimilikinya termasuk hak dan

kebahagiaan juga kebiasaan adat istiadat yang dimiliki oleh rakyat Palestina.

Kekejaman yang dilakukan isarel terlihat jelas pada bait bait tersebut. Bahkan tidak

sedikitpun yang mereka sisakan untuk rakyat Palestina. Tanaman yang seharusnya

menjadi hak Palestina dirampas begitu saja.

Varian Bagian 4

 Keberanian

Penyair pun memperlihatkan jiwa keberaniannya dalam syair ini yaitu terlihat

pada salah satu larik syair ‫ وك ّفيْصلبةْكالصخر‬Telapak tanganku sekeras batu. ْ‫َتمش‬
ُ

‫ْيالمسها‬
َ ‫من‬ Menampar setiap orang yang menyentuhnya. Penyair menyampaikan

pesannya bahwa ia bukanlah orang yang diam saja ketika ada yang mendzoliminya.

Akan ada aksi keberanian yang ia lakukan. Arti menampar disini berarti perlawanan
74

yang akan ia lakukan jika ada yang berbuat semena-mena kepada ia dan rakyat

Palestina.

Varian Bagian 5

 Tegas

Ketegasan ini penyair sampaikan pada bait terakhir pada bagian syair

‫ْجوعِي‬ ِ ِ ِ
ُ ‫من‬..‫ح َذا ِر‬..‫ح َذا ِر‬ “Berhati-hatilah...Berhati-hatilah dengan kelaparanku”.

Ketegasan disini terlihat dari makna “Berhati-hatilah” yang merupakan ancaman dari

penyair kepada penjajah. Ini bisa juga dikatakan sebagai bentuk kekesalan dari sang

penyair.

2) Model

Model dalam syair Bithaqah Huwiyyah karya Mahmoud Darwish ini yaitu

mengenai ْ‫ْعَرِب‬
َ ‫“ أَنَا‬Saya Orang Arab”, segaimana yang terdapat dalam salah satu

larik syair yang penegasan yang beberapa kali disebutkan. Ia yang memiliki ciri khas

khusus sebagai orang Arab dan mencoba bertahan hidup meski tak memiliki harta,

rumah seperti gubuk.

3) Matriks

Matriks ditransformasikan menjadi model (gambaran) yaitu “Menyuarakan

hak identitas dan wilayah yang seharusnya didapatkan oleh Palestina”. Yaitu terlihat
75

dari beberapa kalimat penyair yang memperjuangakan hak wilayahnya (Palestina)

agar tidak direbut oleh Israel.

3.3.4 Hipogram

Dilihat dari hasil hasil heuristik atau retroaktif dan latar belakang kejadian

Palestina syair ini berkaitan erat dengan hipogram. Hipogram merupakan salah satu

tahapan penting dalam pemaknaan teori Reffaterre. Untuk memberikan pemaknaan

yang penuh pada karya sastra, maka sebaiknya karya sastra tersebut disejajarkan

dengan karya sastra lain yang menjadi hipogram atau latar belakang penciptaanya

(Bernard dalam Salam, 2009 : 7).

3.3.4.1 Hipogram Aktual

Syair Bithaqah Huwiyyah puisi ini diterbitkan pada tahun 1964. Dimana para

tentara Israel merebut semua yang dimiliki oleh Palestina. Di tahun itulah keadaan di

Palestina semakin kacau. Oleh karena itu, menurut peneliti syair ini termasuk

kedalam hipogram aktual karena apa yang diceritakan di dalam syair itu benar

adanya. Konflik yang terjadi masih terjadi sampai saat ini. Mahmoud Darwish

mencoba menuliskan perlawanannya melalui karya tulis berupa syair yang ia tujukan
76

kepada Israel. Hal ini disebabkan tidak adanya pengakuan identitas, bahkan yang

terjadi sampai saat ini pun identitas (wilayah) itu belum berakhir di dapatkan.

Palestina-Israel merupakan konflik abadi yang terjadi di Timur tengah yang

menuntut keterlibatan PBB dalam proses perdamaian tersebut. Konflik yang terjadi

pada tahun 1967, dan 1973 terjadi perebutan wilayah. Seluruh wilayah Arab Palestina

direbut oleh Israel. PBB melakukan berbagai upaya penyelesaian seperti

dikeluarkannya resolusi-resolusi, perundingan diantara negara untuk memecahkan

konflik ini. Konflik ini banyak melibatkan negara-negara besar yang mengambil

peranan dalam konflik ini khususnya peranan Amerika Serikat dalam menentukan

keputusan yang telah ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB.

Gambar 3.1 : Perang Palestina-Israel (Foto : IDTODAY.CO)

Konflik Palestina-Israel berkembang menjadi konflik regional yang dapat

membahyakan perdamaian dan keamanan dunia. Untuk itu PBB ikut dalam upaya
77

penyelesaian konflik tersebut dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan seperti

resolusi-resolusi dan perundingan-perundingan dengan mempertemukan pihak-pihak

yang bertikai agar dapat menyelesaikan konfliknya dengan jalan damai. Upaya-upaya

yang telah ditempuh oleh DK PBB meliputi dikeluarkannya resolusi DK PBB no 242,

resolusi DK PBB no.338, perjanjian Camp David 1978. Perdamaian dan keamanan

jauh dari cita-cita khususnya keikutsertaan Amerika Serikat dalam menggagalkan

Veto terkait perdamaian Timur Tengah dan lebih mendukung Israel merdeka tanpa

melihat dari segi Palestina. Hambatan lain yakni kurangnya dukungan dari bangsa

Arab sendiri dimana terjadi konflik internal yang terjadi antara Hamas dan Fattah

yang memiliki perbedaan pandangan sehingga konflik ini sulit diselesaikan.

Gambar 3.2 : Sejarah Konflik Israel Perang Enam Hari Yang Bersejarah

(Foto : Islami.co)

Kemudian pada tahun 1947 nasib tragis diderita oleh Palestina tatkala PBB

merekomendasikan Palestina dipecah menjadi dua, yakni 47 persen untuk Palestina


78

dan 53 persen untuk Israel. Pada 1956 Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang

Sinai untuk menguasai Terusan Suez. Pada 1964 pemimpin Arab mendirikan

Palestina Liberation Organization (PLO). Pada 15 November 1988 berdirinya negara

Palestina di Aljiria. Yerussalem Timur ditatpkan sebagai ibu kota Presiden Yaser

Arafat. Negara Israel berdiri di tanah Palestina yang berdaulat pada 1946

mendapatkan dukungan Inggris. Kemudian pada tahun 1967 penjajahan Israel

terhadap wilayah Palestina menyusul enam hari antara negara Israel dan dengan

negara Arab yakni Mesir, Iran dan Yordania yang dimenagkan Israel. Pada tahun

1973 terjadinya perang Yom Kippur antara Israel dan koalisi negara Arab untuk

merebut wilayah Palestina yang dikuasai Israel. Imbas agresi Israel Palestina, awal

2015 wilayah Palestina hanya tersisa 20 persen. Selain pembagian territorial, perilaku

Israel terhadap warga Palestina berupa terror, pengusiran, perampasan tanah, hingga

membangun pemukiman Yahudi ditepi Barat tak berhenti. Dampaknya tanah untuk

Palestina semakin menyempit. Jerussalem Timur pun telah dibangun oleh Israel

sehingga kawasan Masjid Al-Aqsha menjadi penguasaan Israel.

Berdasarkan analisis semiotika Riffaterre pada puisi Bithaqah Huwiyyah ini

dapat dipahami bahwa makna puisi ini tentang kegundahan yang dirasakan penyair

tentang Palestina yang terus-terusan di jajah oleh Israel dan tidak mau tanah Palestina

dijajah terus-menerus oleh Israel.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

1) Syair Bithaqah Huwiyyah merupakan salah satu karya dari Mahmoud Darwish,

syair ini merupakan syair perlawanan. Jiwa Nasionalisme dan Patriotisme yang

dimiliki Mahmoud Darwish ia jadikan sebagai modal untuk bisa memperjuangkan

hak yang seharusnya ia dan rakyat Palestina dapatkan. Syair Bitaqah Huwiyyah ini

dianalisis menggunakan teori semiotik Riffaterre.

Adapun hasil analisis dari syair Bithaqah Huwiyyah yaitu adanya

ketidaklangsungan ekspresi dalam syair ini dan makna yang digunakan adalah kata-

kata yang masih sulit dipahami serta mengandung makna lain. Sehingga perlu dikaji

oleh peneliti. Banyak yang mengandung makna kias tetapi tidak semua mengandung

makna kias adapula yang masih bisa dipahami. Kedua, pembacaan heuristik yang

dikaji dari segi makna kamus dan secara linguistik menambah kata-kata agar mudah

dipahami dalam proses penyusunannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan

heurmenetik, dimana pada bagian ini ditemukan keterkaitan antara satu bait dengan

bait lainnya, sehingga dapat memudahkan pembaca atau peneliti. Ketiga, ditemukan

juga matriks, model dan varian-variannya. Model dari syair Bithaqah Huwiyyah ini

ْ ِ‫اْعر‬
adalah “‫ب‬
َ َ َ‫ “ أَن‬saya orang Arab” yang ditransformasikan menjadi model gambaran

79
80

yaitu “Menyuarakan hak identitas dan wilayah yang seharusnya didapatkan oleh

Palestina” yang terlihat dari beberapa kalimat penyair yang memperjuangkan hak

wilayahnya (Palestina) agar tidak direbut oleh Israel. Adapun tema yang bisa

dihasilkan dari syair tersebut adalah “identitas (orang Arab). Hal ini pun dihasilkan

dari varian-varian yaitu permohonan, kecintaan terhadap tanah air, kekejaman dan

penderitaan, keberanian dan tegas. Keempat, hipogram dari syair ini adalah hipogram

aktual karena adanya fakta mengenai konflik Palestina-Israel yang sampai saat ini tak

kunjung usai.

2) Hasil analisis keseluruhan dari syair Bithaqoh Huwiiyah dengan menggunakan

teori Semiotika Riffaterre mengungkapkan bahwa makna yang terkandung di dalam

syair tersebut yaitu “perjuangan mendapatkan hak identitas dan wilayah yang

seharusnya menjadi hak Palestina”. Hal inilah, yang ingin disampaikan oleh penyair

kepada masyarakat luas dan khususnya kepada Israel sebagai perebut dan penjajah.

4.2 Saran

Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi

semua pembaca yang hendak meneliti syair dengan menggunakan analisis semiotik

Riffaterre. Penelitian ini dilakukan dengan sungguh-sungguh dan menggunakan

berbagai sumber referensi untuk menunjang penelitian. Selain itu, penulis juga

menyarankan kepada pembaca untuk melakukan penelitian lanjutan dikemudian hari


81

dengan menggunakan metode analisis yang berbeda. mungkin bisa dengan analisis

mimetik seingga dapat tergambar dengan lebih jelas bagaimana keadaan Suriah

sebenarnya, atau bisa dengan analisis lainnya.


‫‪TALKHIS‬‬

‫تَ ل ِ‬
‫ْخ ْيص‬

‫ِّمةُ‬
‫ال ُْم َقد َ‬
‫َْمَمدْ‬
‫بُ‬ ‫ىْموَالنَاْالنِ ِّْ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْعلَ َ‬ ‫‪ْ،‬والص َالةُ َْوالس َال ُم َ‬
‫نَش ُك ُر ْاللهَ ْتَ َع َال ْالذيْأَعطَىْصحة َْونع َمةَ ْاْلَيَاة َ‬
‫ت ْالعُن َو ِان ْ"ال َمع َْ‬
‫نْ‬ ‫َْت َ‬‫ْج ِامعِيًّا َ‬
‫َْبثا َ‬‫ْعلَي ِه َْو َسل َم‪َْ ،‬وبَِرْحَتِ ِه ْتَ َع َال‪ْ ،‬أَن َهت ْال َكاتِبَةُ َ‬
‫صلى ْاللهُ َ‬
‫َ‬
‫ْعن َدْ ِري َفاتِري)‪".‬‬
‫ْالسي ِميائِي ِ‬ ‫ِ‬ ‫ْه ِويةْلِ َمح ُمود َ ِ‬ ‫ِ‬
‫يل ِّ َ ُّ‬ ‫ْدرويشْ(التحل ُ‬ ‫ال َمض ُمو ُن ِِْفْشعرْبِطَاقَة ُ‬

‫الْ َف ْ‬
‫ص ُل ْاْل ََّو ُل‬

‫أ ِ‬
‫اسياتْالبح ِ‬
‫ثْ‬ ‫َس ُ َ‬ ‫َ‬
‫‪ ١.١‬خل ِفيةُْالبح ِ‬
‫ثْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ْه َذاْ‬
‫‪ْ،‬سَرَد َْ‬
‫ْي َ‬‫ْدرِويشْالذيْيَتَ َعل ُقْبِأَح َداثْفَلسط َ‬ ‫ْه َوْالشِّع ُرْل َمح ُمود َ‬ ‫إِنْشعَرْبِطَاقَة ُ‬
‫ْه ِوية ُ‬
‫ْجن ِسيةْفَلِس ِطينِيةْال ِِت َْ‬
‫ْخطََف َهاْإِسَرائِ ُْ‬
‫يل‪.‬‬ ‫الشِّعرْعنْه ِوية ِ‬
‫ُ َ ُ‬
‫‪ ١.٢‬أَسئِلَةُْالبح ِ‬
‫ثْ‬ ‫َ‬

‫ْه ِويةْبِالتحلِ ِيل ِّ‬


‫ْالسي ِميَائِ ِّيْعِن َدْ ِري َفاتِري؟‬ ‫َْتلِ ِ‬
‫يلْشع ِرْبِطَاقَة ُ‬
‫فَ ُ‬ ‫• َكي َ‬
‫ِ‬
‫فْال َمع َنْال َمض ُمو ُن ِِْفْشع ِرْبِطَاقَة ُ‬
‫ْه ِوية؟‬ ‫• َكي َ‬

‫‪82‬‬
‫‪83‬‬

‫‪ ١.٣‬أَغراضْالبح ِ‬
‫ثْ‬ ‫َ ُ َ‬
‫ْعن َدْ ِري َفاتِ ْري‬
‫ْالسي ِميائِي ِة ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ثْع ِنْالمعنْماْوراءْالن ِّ ِ‬
‫صْخ َال َلْالقَراءَة ِّ َ‬ ‫‪. ١‬البَح ُ َ َ َ َ َ َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ْدرِويشْ‬ ‫فْال َمع َن َْوال َمض ُمون ِِْفْشع ِرْبِطَاقَة ُ‬
‫ْه ِويةْل َمح ُمود َ‬ ‫‪َ . ٢‬كش ُ‬
‫‪ْ١.٤‬أ َََهِّيةُْالبح ِ‬
‫ثْ‬ ‫َ‬
‫ْعنْقَِراءَةِْالشِّع ِر‪.‬‬
‫اْلع َالِم َ‬
‫‪ْ-‬األ َََهِّيةُْالنظَ ِريةُ‪ِ ْ:‬زيادةُْال ْمع ِرفَِةْلِل َقا ِرئِْيْحوَل ِ‬
‫ْشعر َْو ِ‬ ‫َ َ‬ ‫ََ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬
‫ْي ِِْفْفَه ِمْال َمعْ َن ِّ‬
‫ْالضم ِ ِّ‬
‫ِنْ‬ ‫ْه َذاْالبَحثْأَنْتُ َساع َدْال َقا ِرئ َ‬ ‫‪-‬األ َََهِّيةْالتطبِيقية‪ْ:‬تر ُجوْال َكاتبَةُ َ‬
‫ْعب َر َ‬
‫ِِف َ‬
‫ْه َذاْالشِّع ِر‪.‬‬

‫‪ْ١.٥‬إِطَارْالبح ِ‬
‫ثْ‬ ‫ُ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ثْ‬
‫‪ْ،‬حي ُ‬ ‫أَماْإِطَ ُارْالبَحث‪ْ،‬فَتَ عتَم ُدْال َكاتبَةُ َ‬
‫ْعلَىْتَع ِريفْالشِّع ِرْعن َدْبََر ُادوبُوْ‪َ ١٥٥٥:١٤‬‬
‫فْعنَ ِ‬ ‫ذَهبْأَنْالشِّعرْهوْبِن يةْمركبة‪ْ،‬وَالْبدْأَنْي ُق ِ ِ ِ ِ ِ‬
‫اصُْرهُْ‬ ‫ومْبالتحل ِيلْل َفهمه َ‬
‫ْحَّتْتُعَر ُ َ‬ ‫َ ُ َ َ َُ َ َ ُ َ َ‬ ‫َ َ‬
‫اضحا‪.‬‬ ‫َو ِْ‬

‫‪ْ١.٦‬من ه ِجيةُْالبح ِ‬
‫ثْ‬ ‫َ‬ ‫ََ‬
‫فْ‬ ‫ثْال ِذيْاِعتَم َدتْعلَي ِهْال َكاتِبةُْهوْمن هجْالبح ِ‬
‫ثْال َكي ِف ُّيْالوص ِف ُّيْبِ َكشْ ِ‬ ‫أَماْمن هجْالبح ِ‬
‫َ‬ ‫َ َُ َ َ ُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ََُ َ‬
‫الب يانَ ِ‬
‫ات‪.‬‬ ‫ََ‬
‫‪84‬‬

‫ِ‬ ‫‪ْ١.٧‬م ِ‬
‫صاد ُرْالبَحث َْوبَيَانَاتُْهُ‬
‫ََ‬
‫ْعلَي َهاْال َكاتِبةُ ِْمنْالموقِ ِْ‬
‫ع‪Mahmoud Darwish (1942-‬‬
‫َ َ َ‬ ‫اْالشع ِرْح َ‬
‫صلَت َ‬ ‫ْه َذ ِّْ‬ ‫الم ِ ِ ِ‬
‫صادرْالرئيسيةُ َ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫‪2008) Style Sheets.‬‬

‫‪ْ،‬وال َوَرقَِةْال ِِتْتَد َع ُمْفَه َْمْال َمع َن‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫أَماْالم ِ‬
‫‪ْ،‬وال َم َجالت َ‬
‫ْعلَي َهاْم َنْال ُكتُب َ‬
‫صلَت َ‬ ‫صاد ُرْالثانَ ِويةُ َ‬
‫ْح َ‬ ‫َ َ‬

‫ص ُل الثَّانِي‬
‫الْ َف ْ‬
‫ِْ‬
‫الاَطَا ُ الََّرَ ِيُ‬

‫ْعن َد ْ ِري َفاتِري‪ْ،‬‬


‫ْالسي ِميائِيِْة ِ‬ ‫أَماْالنظَ ِريةُ ْال ِِت ْاستخ َدمت هاْال َكاتِبةُ ِِْف َ ِ‬
‫ْه َو ْنَظَ ِريةُ ِّ َ‬ ‫ْه َذاْالشِّع ِر ُ‬ ‫َْتل ِيل َ‬ ‫َ‬ ‫َ ََ‬
‫ك ْال َمع َن‪ْ.‬‬ ‫اع َد ْال ِِت ُُْت ِْكن ْلِلع َالم ِ ِ‬ ‫ات ْوال َقو ِ‬‫ِ‬ ‫ْعلم ْال ِذي ْي بح ُ ِ ِ‬ ‫ث ْأَنه ِ‬
‫ات َُْتل ُ‬ ‫ُ َ َ‬ ‫ث ْفيه ْالنِّظَ َام َ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َحي ُ ُ‬
‫َْتلِ ِيل ْالشِّع ِر َْوِه َي ْالت عبِريُ ْ َغي ُرْ‬ ‫ت ْال ِِت َْالبُد ْلِِالهتِم ِام ِِْبَ ِ‬
‫اِْف َ‬ ‫َ‬
‫تَتَ َكو ُن ْه ِذهِ ْالنظَ ِريةُ ِْمن ْالتحلِ َيال ِ‬
‫َ‬
‫اص‪.‬‬
‫‪ْ،‬و َع َالقَةُْالت نَ ِّ‬ ‫ْاالستِدَال ِل َ ِ‬ ‫اش ِر‪ْ،‬قِراءةُ ِ‬‫المب ِ‬
‫‪ْ،‬وال َمص ُفوفَْةُ َ‬
‫يل َ‬ ‫‪ْ،‬والتأو ُ‬ ‫ََ‬ ‫َُ‬

‫ص ُل الثَّالِ ُ‬
‫ث‬ ‫الْ َف ْ‬

‫ات َوتَ ْحلِيلُ َها‬


‫ض الْب يانَ ِ‬
‫َع ْي ُ َ َ‬
‫ْاألَ َدبِي ِةْ‬
‫َْجًّا‪َْ .‬وَه َذا ْالشِّع ُر ِْم َن ْاألَع َم ِال ْ‬
‫ْحبًّا َ‬ ‫ُْي ُّ ِ‬‫ْشعر ْبِطَاقَة ْه ِوية ْأ َِديبا ْال ِذي ُِ‬
‫ِ‬
‫ب ْب َال َدهُ ُ‬ ‫ُ‬ ‫َعب َر ُ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫يل‪ْ.‬‬
‫ْخطََفت َهاْإسَرائ ُ‬ ‫ثْ َكاْنَتْجنسيتُهُ َ‬ ‫ْدرِويش َ‬
‫‪ْ،‬حي ُ‬ ‫ل َمح ُمود َ‬
‫‪85‬‬

‫‪ْ،‬والثْ ِانْ‬ ‫ِِِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ‬ ‫ي تَ َكو ُن ْه َذاْالشِّعر ِْمن ِ‬


‫ف ْاْلنسية َ‬ ‫ْعنَاص ِر ْال َع َال َمات ْال ُمختَل َفة‪ْ.‬العُن ُ‬
‫ص ُر ْاألَو ُل ْ َكش ُ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِِ‬
‫ف َْو َشخصية ْالشاع ِر َ‬ ‫ْشْرح ْالموقِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬
‫ْعلَىْ‬ ‫ص ُر ْاألَخريُ َ ُ َ‬ ‫َشر ُح ْالمنطََقة ْالس َكنية َْوالشاع ِر‪َْ ،‬والعُن ُ‬
‫ْيْلَهُ‪.‬‬ ‫ِِ‬
‫ال ُمبغض َ‬

‫اليابِ ُع‬ ‫الْ َف ْ‬


‫ص ُل َّ‬

‫ْخاتِ َمةُ‬
‫ال َ‬

‫اتْتَتَ َكو ُن ِْمنْاسْتِنتَ ِ‬


‫اجْ‬ ‫ِ ِ‬ ‫اتْو ِاالقِرت ِ‬
‫ْاالستِنتَ ِ‬ ‫ي تَ َكو ُنْال َفصلْالرابِع ِْمن ِ‬
‫اج ُ‬‫احات‪ْ.‬أَماْاالستنتَ َ‬
‫اج َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫ُ ُ َ‬ ‫َ‬
‫كْالشِّع ِر‪.‬‬ ‫ثْال ِِتْتَشملْعلَىْمضم ِ ِ‬ ‫ونْال َفص ِلْاألَوِلْإِ َلْفَص ِلْالثالِ ِ‬
‫مضم ِ‬
‫ونْذَل َ‬ ‫ُُ َ َ ُ‬ ‫َ ُ‬
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Kamus Al Munawir

Pradopo, Rahmat Djoko, (1995). Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan
Penerapan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Yunus Mahmud. 2007. Kamus Arab Indonesia. PT Mahmud Yunus Wa Dzuriyyah.

Emzir. & Rohman, Saifur. (2016) Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada

Sumber Internet

Mahmoud Darwish (1942-2008), Style Sheets.

Ayu, Diah.2019.https://diahayuagustina.wordpress.com/2019/02/07/intertekstualisasi-
puisi-bithaqah-huwiyyah-karya-mahmud-darwis-dan-puisi-al-quds-karya-nizar-
qabbani/. Intertekstualisasi Puisi Bithaqah Huwiyyah Karya Mahmoud darwish
dan Puisi Al Qud’s Karya Nizar Qoabbani. Diakes pada tanggal 20 Desember
2019.

Mahmoud Darwish, (1942-2008). http://kirjasto.sci.fi/indeksi.hm#d. Diakses pada


tanggal 1 Agustus 2020.

Maulana Rifqi, 2012. Mahmoud Darwish 1941-2008.


https://rifqielmaula.wordpress.com/2012/11/07/mahmoud-darwish-1941-2008/.
Diakses pada tanggal 4 September 2020.

86
87

Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra. Arwam, Muhammad Sayyidul, 2019.

Smith, Jordan. 2019. https://www.sastrawan.web.id/pengertian-karya-sastra-beserta-


bentuk-fungsi-dan-jenisnya/. Pengertian Karya Sastra Beserta Bentuk, Fungsi
dan Jenisnya. Diakses pada tanggal 21 Desember 2019.

Zakky. 2018. https://www.zonareferensi.com/pengertian-puisi/. Pengertian Puisi


Menurut Para Ahli dan Definisi Puisi secara Umum. Diakses pada tanggal 22
Desember 2019.

Nirmala Teodora, 2018. Majas, Macam-Macam Majas, Pengertian dan Contoh.


https://www.studiobelajar.com/majas-pengertian-jenis-contoh/. Diakses pada
tanggal 30 Agustus 2020.

Rosyid Muhammad, 2015. Dinamika Perjuangan Muslim di Palestina.


https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/fikrah/article/view/1796, diakses pada
tanggal 29 Agusutus 2020.

Islamiyah Nur, 2016.Aspek Historis Peranan PBB Dalam Penyelesaian Konflik


Palestina-Israel.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/16146.
Diakses pada tanggal 29 Agustus 2020.

Bar Daniel. Israeli Palestinian Conflict.


https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/014717679090045X.
Diakses pada tanggal 4 September 2020.

Amanda Gita, 2020. Wilayah Palestina Dari Masa ke Masa.


https://republika.co.id/berita/obom4710/wilayah-palestina-dari-masa-ke-masa.
Diakses pada tanggal 1 Oktober 2020.
RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Eva Yulianti

NPM : 180910170016

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 22 Mei 1999

Fakultas/Prodi/Semester : Ilmu Budaya/Sastra Arab/7

Universitas : Universitas Padjadjaran

Agama : Islam

Golongan Darah :O

Alamat Rumah : Cigintung, RT/RW 01/21 Desa Gunung Masigit,


Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.

Domisili : Jatinangor

Email : evayulianti2299@gmail.com

No.Hp : 088218449422

PENDIDIKAN FORMAL :

1. MI CIGINTUNG 2005 – 2011

2. MTsN BATUJAJAR 2011 – 2014

3. SMAN 1 PADALARANG 2014 – 2017

4. UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017 – 2020

xvi
PENGALAMAN ORGANISASI

ORGANISASI / KEPANITIAAN JABATAN TAHUN

OSIS MTsN Batujajar Wakil Ketua 2014 – 2015

Pramuka MTsN Batujajar Anggota 2012 – 2014

Paskibra SMAN 1 Padalarang Anggota 2015 – 2016

Soskem Himasa Al Fatih Anggota 2017 – 2018

PSDMO Himasa Kabinet Alif Lam Mim Anggota 2018 – 2019

PSDMO Himasa Kabinet Al Hazen Wakil Ketua 2019 – 2020

Departemen

Arab Fest Divisi Leason Officer 2017

Seminar Kewirausahaan Divisi Acara 2017

Tarhib (penerimaan mahasiswa baru) Ketua Divisi Acara 2018

Olimpiade Himasa Anggota Divisi Acara 2018

Olimpiade Himasa Divisi Acara 2019

Arab Fest Ketua Divisi Acara 2019

Super Visor Tarhib Super Visor 2019

Pekan Ilmiah Inernasional Bahasa Arab Ketua Divisi Acara 2019

(Mahahsiswa)

xvii

Anda mungkin juga menyukai