Anda di halaman 1dari 26

6 Tari Adat Tradisional Dari

Kalimantan Tengah

Tari Giring-Giring Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah - Sumber : Pinterest

Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah – Tari adat merupakan salah
satu kesenian daerah yang menjadi warisan budaya setempat. Banyak provinsi
di Indonesia yang masih menjunjung tinggi adat istiadat dan nilai-nilai budaya
yang tertuang dalam tarian mereka.

Salah satu contohnya adalah Provinsi Kalimantan Tengah yang ber ibukota di
Kota Palangkaraya. Kalimantan Tengah memiliki pengaruh budaya yang kuat
dari Suku Dayak. Karena hal tersebut, provinsi ini memiliki berbagai macam jenis
tarian adat yang menarik.
6 Tari Adat Tradisional dari Kalimantan
Tengah:

1. Tari Kinyah Mandau

Tari Kinyah Mandau, Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah – Sumber : merahputih.com

Tari Kinyah Mandau merupakan salah satu Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan
Tengah yang menampilkan unsur seni bela diri, seni perang, dan seni teatrikal.
Saat ini tari adat Kinyah Mandau telah berkembang sebagai tarian adat dari
Suku Dayak dan digunakan untuk tujuan melestarikan ciri khas kesenian
tradisional sebagai suatu kekayaan warisan budaya leluhur mereka

Nama Kinyah Mandau sendiri diambil dari kata kinyah yang berarti tarian perang
dan menggunakan mandau sebagai senjatanya. Awal dari tarian ini adalah
berasal dari tradisi Suku Dayak jaman dahulu yang di sebut dengan kinyah, yang
merupakan tarian perang sebagai persiapan untuk membunuh dan memburu
kepala musuh.
Peserta dalam tari adat ini bercampur antara laki-laki dan perempuan dan
kostum yang digunakan adalah pakaian khas Suku Dayak dengan ikat kepala
yang dihiasi bulu burung Enggang. Musik yang digunakan untuk menyertai tarian
adalah kolaborasi dari musik tradisional khas Suku Dayak yang beritme tinggi
dan gesit.

Jenis tarian adat ini sering dipertunjukkan dalam acara penyambutan tamu-tamu
penting, festival budaya tingkat lokal maupun mancanegara.

2. Tari Balean Dadas

Tari Balean Dadas, Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah – Sumber
: infopublik.id
Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah selanjutnya adalah Tari adat
Balean Dadas. Tari adat ini merupakan salah tarian yang berasal dari
masyarakat Dayak Man’nyan di Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito
Selatan, Kalimantan Tengah.

Tarian ini biasanya dilakukan untuk meminta kesembuhan kepada Tuhan Yang
Maha Esa bagi mereka yang menderika suatu penyakit. Balean Dadas sendiri
berasal dari bahasa Kalimantan yang artinya dukun perempuan. Dalam
pelaksanaanya dukun perempuan tersebut akan mengikuti proses tarian dengan
memanjatkan doa. Tarian adat ini pun masih sering dilakukan oleh Suku Dayak
pedalaman.
Karena dunia semakin berkembang, maka tarian adat ini telah dimodifikasi
sehingga mengurangi aura mistisnya. Kini salah satu tarian ada dari Kalimantan
ini ditampilkan dalam acara peresmian, penyambutan tamu, dan festival
kebudayaan.

Kostum yang digunakan oleh penari memiliki variasi warna seperti kuning,
merah, hijau, hitam, dan putih. Di tambah dengan aksesoris seperti kalung taring,
gelang, dan janur. Atribut yang digunakan adalah balanai, lilin, dan damar.

Gerakan dari tari adat Balean Dadas menonjolkan gerakan permohonan agar
diberikan kesembuhan oleh Sang Pencipta.

3. Tari Giring-Giring, Tari Adat Tradisional Dari


Kalimantan Tengah

Tari Giring-Giring, Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah –


Sumber : Pinterest
Tari Giring-Giring merupakan kesenian yang asli dari masyarakat Suku Dayak
dan merupakan simbol dari kebahagiaan. Penggunaan tongkat dalam tarian
mengekspresikan rasa senang. Nama giring-giring sendiri artinya potongan
pohon bambu yang didalamnya terdapat biji piding.

Untuk menambah ramai suasana dan mengekspresikan kebahagiaan, para


penari menggunakan gelang kaki yang meramaikan suasana. Gelang kaki yang
digunakan juga berupa tongkat dengan ukuran yang lebih kecil dari yang di
pegang oleh penari.

. Musik yang digunakan dalam tarian ini adalah alat musik tradisional seperti
kangkanung, gerantung, dan gendang. Tari Giring-giring juga menjadi salah satu
Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah yang sering dipentaskan.

4. Tari Manasai

Tari Manasai, Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah – Sumber :


kamerabudaya.com
Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah selanjutnya adalah Tari Manasai.
Tarian adat ini merupakan tarian penyambutan tamu atau wisatawan yang
datang ke Kalimantan Tengah. Tari Manasai merupakan ungkapan kegembiraan
dan ekspresi selamat datang.

Tari Manasai merupakan tarian yang interaktif karena penari akan mengajak
para tamu yang hadir untuk menari bersama dalam lingkaran. Semakin banyak
yang diajak, maka lingkaran juga akan semakin besar. Koreografi dari tarian adat
ini lemah gemulai menyenangkan dan diiringi oleh lagu tradisional Manasai.

Kostum yang digunakan dalam tarian ini adalah baju adat, penutup kepala yang
dihiasi dengan bulu burung tingang, dan selendang sebagai atribut. Di selendang
akan ada guci yang di beri hiasan seperti dari bambu. Ada pula hiasan lain yang
diikatkan di selendang sebagai properti pendukung yang nantinya akan dikelilingi
oleh para penari saat pertunjukan berlangsung.

5. Tari Kayau

Tari Kayau, Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah – Sumber : bilik-
seni.blogspot.com
Tarian adat Kayau memiliki arti memotong kepala musuh. Alat yang digunakan
untuk mengayau adalah Mandau, yaitu senjata tradisional Suku Dayak.
Mengayau sendiri melambangkan keberanian, ketangguhan, dan kekuasaan
sebagai lambang dari eksistensi suku dari ancaman lawan.
Arti dari tarian adat ini adalah membentengi diri dari musuh sebagai hal positif
dengan simbol pertanggungjawaban sosial serta nilai pendidikan. Properti yang
digunakan dalam tarian ini adalah gong kecil, gong besar, sesajen, mandau,
perisai, dan tombak. Namun pelaksanaan di era kini, kepala manusia telah
digantikan dengan kepala babi.

6. Tari Tambun dan Bungai

Tari Tambun dan Bungai, Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah –
Sumber : tarian-indonesia.blogspot.com
Yang terakhir, Tari Adat Tradisional Dari Kalimantan Tengah yang biasa
dipentaskan adalah Tari Tambun dan Bungan. Tari adat ini menceritakan tentang
kepahlawanan Tambun dan Bungai untuk melindungi hasil panen rakyat agar
tidak di rampas oleh musuh. Jenis tarian ini tercipta sebagai rasa terima kasih
atas jasa kepahlawanan mereka.

Tari adat ini biasanya dipentaskan dengan sangat meriah oleh para wanita
dengan pakaian yang seragam. Seiring dengan berkembangnya zaman
beberapa bagian dalam tarian adat ini memang telah banyak dilakukan
modifikasi. Namun, tidak menghilangkan unsur khas utamanya.
Asal Usul dan Sejarah Tari Balean Dadas

Penampilan Tari Balean Dadas - picuki.com

Asal Usul dan Sejarah Tari Balean Dadas – merupakan budaya khas suku
Dayak, yang menampilkan atraksi berbahaya. Jadi, beginilah cerita asal
muasalnya. Tari balean dadas (ada yang menulisnya “balian dadas”), menjadi
salah satu budaya tak berbenda di tanah Dayak. Tepatnya di paguyuban suku
Dayak Ma’anyan, Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.

Asal Usul Tari Balean Dadas

Tari balean dadas mulanya diadakan untuk memohon kesembuhan bagi orang
yang sakit, kepada Tuhannya yang disebut Ranying Hatala Langit. Nama tarian
tersebut berdasarkan prosesi doa memohon kesembuhan yang dipimpin oleh
seorang dukun perempuan atau dalam bahasa Dayak disebut “balean dadas”.
Adegan dalam Tari Balean Dadas – kahyangan.net
Berawal dari wadian dadas suku Dayak Ma’nyan di daerah Barito Timur, yang
merupakan perbatasan Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Tepatnya
berlokasi di pedalaman gunung Meratus, Desa Nansarunai. Adanya desakan
dari suku lain, membuat masyarakat primitif ini bermigrasi ke Kecamatan Dusun
Timur, Kabupaten Barito Selatan dan Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur.

Kemudian, semakin berkembang upacara pengobatan tradisional suku Dayak


Ma’nyan di Barito Selatan yang dikenal dengan wadian dadas. Meskipun
berpindah ke suku yang sama, tetapi terasa perkembangannya dari primitif ke
masyarakat yang tradisional.

Wadian dadas mendapat ilham dari wanita bernama Ineh Ngundri Gunung, untuk
melaksanakan kewajibannya dari Dewa. Ia diminta untuk mengobati seseorang
atau siapapun sesuai perintah Dewa. Dewa mengutus Wadian Pertama, yang
digambarkan dalam wujud elang. Wadian lalu diteruskan pada keturunan-
keturunan selanjutnya.

Kemudian, Wadian sering diminta masyarakat saat mereka ditimpa musibah,


gagal panen atau kesusahan lainnya. Maka dilakukanlah upacara wadian dadas.
Kini justru beralih fungsi menjadi pemberi keselamatan khususnya bagi suku
dayak Ma’nyan.
Sejarah Perkembangan Tari Balean Dadas

Tari Balean Dadas di Festival Budaya Isen Mulang – borneonews.co.id


Dalam buku Selayang Pandang Kota Palangka Raya Tahun 2016, tertulis jika
tari balian khusus dilakukan di upacara pengobatan orang sakit, oleh suku Dayak
Ma’anyan.

Tarian dalam upacara tersebut menggunakan sepasang gelang dari logam,


sehingga menimbulkan suara gemrincing dan ketambung. Diartikan terpisah, tari
balian dadas (galang dadas) muncul setelah tari galang bawo dan tari
ganggerang, sekitar tahun 1540.

Dikisahkan, wanita bernama Ine Payung Gunting bertapa di bukit Beratus


(Gunung Meratus) – Kalimantan Selatan, untuk menandingi kesaktian Lala. Saat
bertapa, ia bertemu seekor ular tedung/tadung/muhe dan macan. Binatang
tersebut memberi petunjuk padanya dengan mengabulkan permintaan menjadi
seorang yang sakti dan pintar menari. Sehingga ia menjadi pandai menari
meliuk-liuk bak ular tadung dan melayang bagai burung elang/antang.

Seiring perkembangan kehidupan masyarakat Dayak, muncul tari balean dadas.


Sekitar awal tahun 1980-an, mulai populer di sebagian masyarakat Palangka
Raya. Tari-tarian dalam proses pengobatan tradisional, menggunakan elemen
simbolik dan ritual khusus, dan dipimpin oleh seorang Wadian. Maka dari itu,
tarian ini kental dengan nuansa mistis.

Tari Hyang Dadas di Istana Negara – mediacenter.palangkaraya.go.id


Selaras dengan kemajuan zaman dan modernisasi terutama di bidang
kesehatan, cara pengobatan tradisional seperti ritual tarian balean dadas sudah
mulai ditinggalkan.

Tari balean dadas untuk penyembuhan sakit masih bisa dijumpai di masyarakat
suku Dayak pedalaman. Meski demikian, tari balean dadas masih sering
dilakukan di event-event daerah maupun nasional. Sebut saja ulang tahun
daerah (kabupaten/kota, provinsi), penyambutan tamu, peresmian dan
sebagainya.

Seperti pada pentas di Sanggar Namuei, UPT Anjungan Kalimantan Tengah,


TMII Jakarta, misalnya. Tak hanya itu. Pada Festival Isen Mulang 2019,
kontingen penari Barito Selatan telah sukses membawa tari balean dadas
menjadi juara pertama Lomba Karnaval Budaya.

Bahkan, pada perayaan HUT Kemerdekaan RI tahun 2019 lalu, kontingen Barito
Selatan diundang ke istana negara. Kontingen tersebut menyuguhkan tari balean
dadas di depan tokoh publik dan jutaan pasang mata.
Aturan Main dalam Tari Balean Dadas

Penampilan Tari Balean Dadas – picuki.com


1. Tarian diiringi dengan instrumen musik di antaranya kecapi/sampek, gong hingga
gendang.
2. Penari memakai busana seperti kain 5 warna khas Dayak (yakni hitam, putih, merah,
kuning, hijau), gelang kuningan, kaling taring serta hiasan daun sawan dan janur.
Gelang yang dipakai cukup berat, sehingga jika bukan ahlinya, tangan bisa memar.
Ada 3 gelang di tangan kanan dan 2 di tangan kiri. Selain itu juga menggunakan
damar, lilin dan balanai.
3. Tari balean dadas dilakukan oleh 8 penari yaitu 2 laki-laki dan 6 perempuan.
4. Tarian diawali dengan kedatangan 2 penari perempuan yang bertugas sebagai dayang
si dukun. Mereka menggunakan baju kuning, berhias daun sawan dan janur. Dililit
selendang merah, kuning dan hijau, di pinggangnya.
5. Diikuti 2 penari pria yang bertugas sebagai dukun. Penari laki-laki memakai gelang
yang lebih besar dan berat dari yang dipakai penari perempuan.
6. Tari balean dadas didominasi oleh gerakan melingkar dan berputar. Gerakan tersebut
menggambarkan jika mereka sedang melakukan ritual pengobatan diiringi mantra-
mantra.
7. Gerakan juga diisi dengan atraksi yang berbahaya. Para penari seolah menari di alam
bawah sadar mereka. Tetapi kini, karena untuk hiburan, maka sudah banyak gerakan
yang dimodifikasi dari aslinya.
8. Sebagai penutupan, semua penari akan menari bersama. Ini menceritakan bahwa ritual
penyembuhan sudah selesai.

Asal Usul dan Sejarah Tari Giring-Giring

Tari Giring-giring – satu lagi keanekaragaman adat dari suku Dayak. Selain
Tari Balean Dadas yang penuh atraksi di HUT RI tahun 2019 lalu Tari giring-
giring menjadi salah satu aset budaya, tepatnya di Pulau Borneo, Kalimantan.
Tari giring-giring ternyata ada banyak bentuk gerakan dalam penampilannya,
serupa tapi tak sama, sesuai ciri khas budaya masing-masing daerah.
Misalnya, tari giring-giring di Kalimantan Tengah dikenal dengan tari Tolang Totai
dan Tari Ganggareng. Berbeda dengan di Kalimantan Timur yang dikenal
dengan Tari Gantar. Cerita pertama dari Suku Taboyan Bawo dan Siang
Murung, yang hidup di pedalaman sungai Barito (witu), meliputi Muara Teweh
sampai puruk cahu. Mereka menyebut tari giring-giring sebagai tari Tolang Totai.

Mengenal Tari Giring-giring, Khas Kalimantan


Tengah

Tari Giring-Giring dari Kalimantan Tengah – foto kebudayaan.kemendikbud


Secara harfiah dari bahasa Dayak Taboyan Bawo, “tolang” berarti ruas bambu,
sementara “totai” artinya tongkat kayu. Maksudnya, pada prosesnya, sepotong
bambu dimasukkan biji-biji jagung, sehingga jika dimainkan akan ada bunyi
gemerincing.

Dari legenda suku Taboyan Bawo mengisahkan, bahwa ada seorang pemuda
desa yang tersesat di goa selama 2 hari 2 malam. Selama itu pula ia mendengar
suara air yang jatuh terdengar ramai seperti bunyi musik. Ketika berhasil keluar
dari goa, ia menyaksikan orang-orang di desanya, ramai menari-nari sambil
menanam padi.
Pemuda itu langsung teringat dengan bunyi-bunyian saat ia terjebak di dalam
goa. Dari situ, ia membuat alat musik bambu (disebutnya tolang totai), yang
dikenal dengan salung. Lain lagi dengan versi suku Dayak Ma’anyan dan Dayak
Lawangan. Mereka hidup di pedalaman selatan, wilayahnya meliputi Buntok
sampai Barito Timur.

Mereka mengenal tari ganggareng, yang diberi nama “Nampak”, artinya tarian
tema perjuangan. Tarian inilah yang menceritakan bagaimana masyarakat desa
yang bersama-sama penuh suka cita menyambut kedatangan para pejuang
Dayak, setelah kembali dari medan perang.

Dari beragam versi cerita, tari giring-giring disebut-sebut sebagai pijakan


kemasan kesenian dan kebudayaan. Tari giring-giring mewadahi tari tolang totai,
ganggereng dan gantar.

Sejarah Tari Giring-giring

salah satu adegan tari giring-giring — pesona.travel


Menurut Neni Puji N.R. (seorang peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya
Kalimantan Barat), menuturkan bahwa tari giring-giring berasal dari Dusun Paju
Ampat, Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan
Tengah. Tari giring-giring tumbuh dan berkembang sejak tahun 525 di daerah
Paju Ampat.
Kemudian menyebar ke berbagai penjuru Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Timur, dengan modifikasi gerak dan musik yang berbeda. Gerakan dasarnya
tidak berubah. Pertama, gerak dasar Manasai, yaitu gerak tari pergaulan suku
Dayak Kalimantan Tengah. Kedua, gerak “tandrik” dan “menjinggit-jinggit”.
Ketiga, gerak 2x langkah kanan-kiri yang menjadi pakem tari giring-giring.

Secara bahasa, giring dapat diartikan dengan “mengiringi”, “beriringan” atau


“iringan”. Menggiring masyarakat untuk menari bersama, bersuka cita dan
bersyukur kepada Tuhan YME atas keberhasilan yang didapatkan. Disebut tari
giring-giring karena dalam pentasnya, penari menggunakan “giring-giring” atau
(diartikan) tongkat. Tari giring-giring dikenal juga dengan Sbo Bano.

Aturan Main Tari Giring-giring


1. Tarian berkelompok laki-laki dan perempuan dengan jumlah 6 – 10 orang ini,
memiliki beberapa aturan main, yaitu:
2. Penari memakai baju adat khas dayak bermotif salur, selendang di pinggang serta
bulu burung tingang atau burung rangkong sebagai ikat kepala dan ditempel ke setiap
jari.
3. Penari memakai gelang kaki yakni bentuknya seperti tongkat hanya saja lebih kecil
daripada yang dibawa/dipegang.
4. Sebagian penari (biasanya penari laki-laki) membawa/memegang senjata tradisional
Dayak yaitu glewang. Hal ini sebagai simbol kesatria yang berani berperang.
5. Penari wanita juga memakai sarung.
6. Diiringi oleh musik, yang terdiri dari gendang dayak, gong dan seperangkat kenong
(yang berjumlah 5 buah).
7. Penari membawa sepasang tongkat giring-giring. Tongkat dalam tarian ini menjadi
simbol pengekspresian rasa bahagia. Tongkat dari bambu tipis berukuran 120 cm,
yang diisi dengan biji piding (dalam bahasa Dayak = gangereng). Inilah
bambu/gangereng, yang menjadi replika senjata tradisional tombak/lunju/bambu
runcing. Satunya lagi adalah stik/gantar/tongkat, dari papan berukuran 8×120 cm,
sebagai replika talawang (perisai).
8. Penari akan menghentakkan tongkat (gantar) ke lantai dan menggoyangkan bambu
(gangereng), sampai berbunyi gemerincing. Tangan kanan memegang bambu dan
kirinya memegang tongkat. Bersamaan dengan itu, penari menggerakkan kakinya
maju-mundur. Sehingga ada perpaduan yang khas antara tongkat giring, instrumen
musik dan gerak tari.
bupati Kotawaringin Timur (Sopian Hadi) menerima piagam MURI – amp.antarafoto.com

Kini, tarian giring-giring menjadi tarian pergaulan. Yaitu sarana pemersatu atau
menjalin silaturahmi, seperti dalam menyambut tamu hingga penganten dalam
upacara adat pernikahan. Nah, berikut ada beberapa rekam jejak si tarian dari
dayak.

Tahun 2009 silam, tari giring-giring ditampilkan pada ajang The 16th Dubnica
International Folklore Festival Slovakia. Tim Kesenian Indonesia-lah yang
membawa tarian adat Dayak tersebut, bersama beberapa tari suku lain.

Tari giring-giring pernah ditampilkan pada pembukaan acara Forum of Asia


Pasific Parliamentarians for Education (FASPPED) di Hotel Sultan.

Tari giring-giring pada tahun 2013, mendapatkan piagam penghargaan dari Muri
(Museum Rekor-Dunia Indonesia). Tari giring-giring suku Dayak Kotawaringin
Timur, Kalimantan Tengah, memecah rekor dengan peserta (yang menari)
sebanyak 3.944 orang. Kegiatan spektakuler tersebut tercatat pada urutan rekor
ke-5766.
Tari Kayau dari Kalimantan Tengah,
Tarian Melambangkan Keberanian

tari kayau | lokadata.id

Tari Kayau dari Kalimantan Tengah – Kalimantan Tengah merupakan Provinsi


di Indonesia yang letaknya berada di Pulau Kalimantan. Kalimantan Tengah
memiliki luas 153.564, 60 km dan dengan kepadatan penduduk 2.714.859 jiwa.

Di Kalimantan Tengah, nilai-nilai adat istiadat dan budaya masih dipertahankan.


Dan terdapat beragam etnis maupun suku yang berada di Kalimantan Tengah.
Dan suku mayoritas yang berada di Kalimantan Tengah adalah suku Dayak.
Suku Dayak adalah suku asli dari Kalimantan yang masih memegang teguh adat
istiadat dan nilaii-nilai budaya maupun tradisi yang diwariskan oleh para leluhur.
Salah satu tradisi yang masih dilestarikan adalah Tari Kayau. Tari Kayau dari
Kalimantan Tengah, bukanlah sekadar tarian yang memiliki gerakan saja, namun
gerakan demi gerakan disertai dengan pengiring alat musik, menjadikan Tari
Kayau sarat akam makna.
Berikut pembahasan Tari Kayau dari Kalimantan Tengah.

Asal Usul dan Sejarah

tari kayau | kaskus.co.id


Menurut serajah, Tari Kayau adalah tari dalam upacara mengayau diperkenalkan
oleh Urang Lindau Lendau Dibau Takang Isang. Dia adalah sosok yang
pemberani pada masa itu. Untuk siapa saja yang bisa mendapatkan kepala
lawan atau musuh, maka akan dianggap sebagai orang yang berani dan diberi
julukan bujang berani. Secara turun temurun, upacara kayau dengan tarian
kayau ini dilakukan.

Untuk masa sekarang, tari ini menjadi bagian dari upacara mengayau dengan
mengorbankan kepala, yaitu kepala mush atau lawan, dan untuk zaman
sekarang, kepala musuh digantikan oleh kepala babi maupun ayam. Kata Kayau
atau mengayau berarti adalah memenggal atau memotong kepala.
Dalam tahapan upacara dalam mengayau, terbagi menjadi tiga tahapan di
antaranya;

 Mengantar sesaji pada Bentang, yaitu rumah suku adat Dayak


 Turun Bentang, yang berarti adalah melakukan kayau atau pengayauan pada kepala
babi
 Memasuki Rumah Bentang dengan diiringi bunyi-bunyian musik.
Dalam melakukan upacara mengayau, harus mengikuti peratuan yang sudah
ditetapkan seperti hati yang bersih, berada dalam kelompok serta tidak
berpencar dan sesaji tidan boleh diambil maupun dicuri.

Makna Tari Kayau

tari kayau | pesona.travel


Seperti yang sudah disebutkan, kayau atau mengayau berarti memenggal atau
memotong kepala musuh. Meski pun pada zaman sekarang upacara mengayau
telah digantikan oleh kepala babi ayau ayam dan dilakukan dalam bentu tarian.
Dalam upacara mengayau memiliki makna dan menyimbolkan tentang
kekuasaan, keberanian, tanggung jawab, hingga penyadaran.
Makna kayau di sini bukanlah mengandung makna negatif. Namun kayau adalah
kegiatan yang sifatnya dilakukan untuk melindungi. Dalam mengayau, tidak
semua orang bisa melakukan dan ada aturan yang harus dipenuhi dalam
mengayau dan juga dalam hal ini ada aturan siapa saja yang boleh mengayau.

Pertunjukan Tari Kayau

tari kayau | kamerabudaya.com


Tari Kayau bukanlah tarian yang bisa digelar secara sembarangan. Tari Kayau
dari Kalimantan Tengah ini bisa digelar ketika sudah mendapat persetujuan
melaui serangkaian rapat besar yang dihadiri oleh para tokoh-tokoh adat
setempat.

Dalam upacara, peralata yang dipergunakan dalam tari kayau adalah tombak,
perisan dan juga mandau. Selain peralatan tersebut, ada peralatan pendukung
seperti gong yang bentuknya besar dan kecil serta sesaji.

Dalam melakukan upacara, orang yang melakukan harus mengikuti peraturan


yang sudah dicanangkan sebelumnya. Ada beberapa jenis kayau menurut orang
Katingan, yaitu orang Dayak Katingan danjuga Kapuas di antaranya;
 Kayau Adat; Tujuan awal yang ditujukan untuk upacara tiwah. Maka dalam hal ini,
wajib ada kepala manusia sebagi pelengkap tiwah. Yaitu membuat yang terkena
kayau menjadi budak di alam nirvana
 Kayau Asang; Suatu harapan seseorang untuk mengejar kemampuan dan kewenangan
atau mengejar status sosial yang lebih tinggi.
 Kayau Habales atau Hapalas; Bertujuan untuk membalaskan dendam ketika
mengalami kekalahan yang terjadi ketika perang.
 Kayau Tabuh; Dalam suatu perang yang mewajibkan untuk memenggal kepala dan
terpaksa jika dilakukan untuk melakukan pemenggalan.
Dalam upacara Tari Kayau yang sudah disebutkan seblumnya, di masa
sekarang ini diganti dengan kepala babi atau ayam. Dan upacara Tari Kayau ini
dilakukan sebagai bentuk atau simbol keberanian, kekuasaan serta tanggung
jawab yang di dalamnya bertujuan untuk melindungi diri.

Itulah pembahasan Tari Kayau dari Kalimantan Tengah. Bagaimana pun juga,
setiap daerah pun memiliki adat istiadat serta tradisi yang masih dipertahankan
dan dilakukan secara turun temurun.
Tari Manasai dari Kalimantan Tengah,
Tarian Selamat Datang Borneo

tari manasai | kamerabudaya.com

Tari Manasai dari Kalimantan Tengah – Kalimantan Tengah merupakan salah


satu Provinsi yang berada di indonesia yang terletak di Borneo atau Pulau
Kalimantan.

Di Kalimantan Tengah ini, masih sangat kental dengan adat istiadat dan menjaga
serta melestarikan nilai-nilai budaya yang ada.

Beragam macam suku maupun etnis terdapat di Kalimantan Tengah. Termasuk


adat istiadat maupun upacara adat yang dilakukan turun temurun yang tersaji
dalam tari.
Ada berbagai macam tari tradisonal di Kalimantan Tengah. Salah satunya adalah
Tari Manasai.

Tari Manasai dari Kalimantan Tengah adalah salah satu tarian yang dikenal
sebagai tari untuk penyambutan tamu yang datang berkunjung ke Kalimantan
Tengah. Sehingga, Tari Manasai bisa disebut dengan tarian selamat datang.

Berikut penjelasan tentang Tari Manasai dari Kalimantan Tengah

Sekilas Tentang Tari Manasai

tari manasai | muri.org


Tari Manasai merupakan tarian yang memiliki pengaruh kuat dari suku Dayak,
khususnya suku Dayak Ngaju.
Tari Manasai dari Kalimantan Tengah ini dilakukan dengan penuh kegembiaraan
dan keceriaan, karena memang dalam rangka penyambutan wisatawan maupun
tamu kehormatan dari luar daerah.

Tari Manasai ini juga digemari semua kalangan. Mulai dari kalangan yang muda
dan yang tua.

Perlengkapan untuk Tari Manasai ini menggunakan baju adat, bahalai atau yang
disebut denga selendang, kain yang dililiti di kepala kemudian di selipkan bulu
burung enggang.

Gerakan Tari Manasai

tari manasai | kalteng.tribunnews.com


Ada yang unik dari Tari Manasai. Tari Manasai dari Kalimantan Tengah ini
dikenal juga dengan tarian bersama, karena para tamu yang datang akan diajak
bergabung untuk menari bersama.
Jadi, Tari Manasai bukanlah sekadar Tari yang dipertontonkan untuk suatu
pertunjukan, melainkan menjadi daya tarik lain bagi orang –orang luar yang
menyaksikannya.

Gerakan Tari Manasai bisa diikuti siapa saja karena memiliki gerakan yang
sederhana.

Gerakan dalam Tari Manasai ini hanya satu langka ke depan, memutar arah,
melangkah mundur tapi agak pendek. Lalu gerakan itu dilakukan berulang
mengikuti irama musik pengiring.

Tari Manasai dari Kalimantan Tengah ini dilakukan bersama-sama dengan


membentuk sebuah lingkaran.

Makin banyak orang yang ikut menari, maka makin besar juga lingkarannya.

Tapi ada variasi gerakan yang dilakukan yaitu lemu lembai yaitu lemah gemulai
dan menggunakan selendang.

Tari Manasai ini juga digemari semua kalangan. Mulai dari kalangan yang muda
dan yang tua.

Perlengkapan untuk Tari Manasai ini menggunakan baju adat, bahalai atau yang
disebut denga selendang, kain yang dililiti di kepala kemudian di selipkan bulu
burung enggang.

Anda mungkin juga menyukai