Penerbit:
KALIMEDIA
e-Mail: kalimediaok@yahoo.com
BAB I
A. AKHLAK
1. Pengertian Akhlak
Secara epistemologi atau istilah akhlak bisa diartikan berbagai perspektif sesuai dengan
para ahli tasawuf diantaranya:
berikut:
ٍ ُو َرو
ِ
ْ ْ
ِ
َ ِ َ ا
َ ِ َ ا
ِ ا د ِ ً ل َ
(lebih dahulu)”.
sebagai berikut:
ُ ُر
ْ َ
َ ْ َ ٍ
َ ِ اَر ا
ِ
ٍ َْ
ْ َ
َْ ةَر َِ
ُ
ُ ا
ٍ ُو َرو
ِ ِ ٍ ا
َ َ
ْ ْ ِ
ْ ُ َ ٍ و
ْ ُ ُ ِ ُ
لا
َ
Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih
dahulu)”.
Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak “Adatul-Iradah”
atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam suatu tulisannya yang berbunyi:
ةَداَرا
ِ ن أ
َِْ
ِ ةَداَرا
ِ ةَد
ُ
م
ِ
َ ْ ا
ُ ُ ْ َ َ َف َ
ُ
ِ ةَ ا َ ُ
َُِ ِ د
َ
َُ
ْ َ ْ َ ْ ا اَ ِذ
تَدا
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu
dinamakan akhlak.”
Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang,
sedang kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya.
Masingmasing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari
kekuatan yang besar inilah dinamakan Akhlak
Prof. K.H. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:
“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan,
tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.
Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan sistem moral/akhlak yang
berdasarkan Islam, yakni bertitik tolak dari aqidah yang diwahyukan Allah SWT pada
Nabi/Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya. Karena merupakan
sistem yang berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan
dasar agama itu sendiri. Dengan demikian, sumber pokok akhlak Islam adalah Al-Qur’an dan
Al-Hadits yang merupakan sumber utama Islam itu sendiri. Sebagaimana dinyatakan dalam
hadits Nabi SAW:
ِ ِ
ْ
ُ َ َرو
“Dari Anas Bin Malik berkata: Nabi SAW Bersabda: Telah kutinggalkan atas kamu sekalian
dua perkara, apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu
Kitab Allah SWT dan Sunah Rasul-Nya”.
3. Macam-macam Akhlak
B. TASAWUF
1. Pengertian Tasawuf
Secara terminologi (Istilah), tasawuf diartikan juga beragam. Hal tersebut disebabkan
berbedanya cara memandang para ahli pada aktivitas kaum sufi tersebut. Beberapa definisi
tersebut diformulasikan oleh para ahli tasawuf sebagai berikut:
Ma’ruf al-Kharky seperti yang dikutip oleh asSuhrawardi, beliau mengatakan:
.
ا ي أ س او ا
فا
Tasawwuf adalah mengambil hakikat dan meninggalkan yang ada di tangan makhluk.
Abu Bakar al-Kattani sebagaimana yang dikutip oleh Imam al-Ghazali, beliau berkata:
ف داز داز
فا
ر ن م ل ا إم
ا د ا م ق ا إ
ما د اوا
نا ر
Tasawuf adalah budi pekerti, barang siapa yang memberikan bekal budi pekerti atasmu,
berarti ia memberikan bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf.
Muhammad Amin Kurdi mengatakan bahwa tasawuf adalah suatu ilmu yang diketahui hal
ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari yang tercela dan mengisiny
dengan sifat-sifat yang terpuji, dengan melakukan suluk dan perjalanan menuju (keridhaan
Allah SWT dan meninggalkan (larangan) menuju kepada (perintahnya).
Untuk mendefinisikan tasawuf secara universal, maka perlu bertolak pada definisi yang ada,
sehingga ditemukan pengertian yang saling melengkapi. Maka perlu dikelompokkan sebagai
berikut:
Tasawuf adalah mengambil hakikat dan putus terhadap apa yang ada di tangan makhluk,
maka siapa yang tidak benar-benar fakir, maka dia tidak benar-benar bertasawuf.
Sufi adalah orang yang tidak ada sesuatupun yang mengotori jiwanya dan dapat
membersihkan segala sesuatu.
Sufi adalah orang yang tidak suka meminta dan tidak merasa susah karena ketiadaan.
Sufi adalah orang yang bersih dari kekeruhan dan penuh dengan cara berfikir yang
terpusat kepada Tuhan dan memutuskan hubungan dengan manusia, serta baginya sama
antara emas dengan loyang.
Al-Jujaidi al-Bagdadi mengatakan bahwa tasawuf ialah engkau bersama Allah SWT tanpa
ada penghubung.
Abu Muhammad Ruwaim mengatakan bahwa tasawuf ialah membiarkan diri dengan Allah
SWT menurut kehendak-Nya.
Abu Bakr al-Syibli mengatakan bahwa orang-orang sufi adalah anak-anak kecil di pangkuan
Tuhan.
Ajaran Islam pada dasarnya berkonsentrasi pada kehidupan rohaniyah, mendekatkan diri
kepada Allah SWT dengan berbagai macam kegiatan kerohanian seperti pembersihan hati,
zikir, dan ibadah lainnya serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Adapun di antara ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang tasawuf ini antara lain;
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan aku”.
perintah berzikir.
ًا
ِ ا ا ُوا ْ ُْذاَو َِ ْ
َُِْ
ِ
ُِ ُ
َاذإ اء َ
ُ َ َ اا
ِ أ
َ ن
َ َ ُِ ُ
ْ َ
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh
hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah SWT sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.