Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI KESEMPURNAAN DALAM QS.

AT-TAUBAH 122
MAKALAH
Diajukan guna memenuhi kebutuhan dalam mata kuliah Tafsir Maudhu’i

Oleh:
AFA EKA ROMDLONI
ABDUL WAHAB SYA’RONI NURO
M. SABIQIL KHOIR
M. YUSUF HIDAYAT
HUSNU FADHILLAH

Dosen Pembimbing:
DR. KH. A. MUSTA’IN SYAFI’IE, M.Ag.

MA’HAD ALY YUSUF MASYHAR


PONDOK PESANTREN MADRASATUL QUR AN
TEBUIRENG JOMBANG
TAHUN 2023
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 1

1. Penafsiran QS. At Taubah 122 ..................................................................... 1

1) Tafsir Ibnu Katsir ....................................................................................... 1

2. Tafsir Al-Maraghi .......................................................................................... 3

1) Makna Susunan Kalimat............................................................................ 3

2) Keterangan Tafsir Al-Maraghi.................................................................. 3

3. Asbabun Nuzul ............................................................................................... 5

4. Aktualisasi ....................................................................................................... 5

BAB II ..................................................................................................................... 7

PENUTUP ............................................................................................................... 7

A. Kesimpulan .................................................................................................... 7

BAB III.................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

i
BAB I
PEMBAHASAN

1. Penafsiran QS. At Taubah 122


1) Tafsir Ibnu Katsir
Di jelaskan dalam tafsir ibnu katsir bahwasanya berkenaan dengan
keberangkatan semua kabilah bersama Rasulullah SAW. Ke medan perang Tabuk.
Segolongan Ulama salaf ada yang berpendapat bahwa setiap Muslim
diwajibkan berangkat dengan Rasulullah SAW. Apabila beliau Keluar (berangkat
ke medan perang). Untuk itulah disebutkan dalam firman Allah QS. At-Taubah
ayat 122:
ِ ‫وما َكا َن ٱ ۡلم ۡؤِمنُو َن لِي ِنفرواْ َكآفَّة فَلَ ۡوَل نَ َفر ِمن ُك ِل فِ ۡرقَة ِم ۡن ه ۡم طَآئَِفة لِي ت َفقَّهواْ ِف ٱ‬
‫لدي ِن‬ ُ ََ ُ َ ُ َ ُ ََ
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ِ ‫ولِي‬
۞‫نذ ُرواْ قَوَم ُهم إِ َذا َر َجعُٓواْ إِلَي ِهم لَ َعلَّ ُهم ََي َذ ُرو َن‬َُ
Artinya: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Qs. At-Taubah ayat 122)

ِ
….. ‫ٱنف ُرواْ ِخ َفافا َوثَِقال‬
Artinya: Berangkatlah kalian, baik dalam keadaan merasa ringan ataupun
merasa berat. (At-Taubah: 41)

Kemudian dalam ayat berikutnya disebutkan dalam firman-nya:

……ِ‫ول ٱ ََّّلل‬ ِ ‫ما َكا َن ِِل َۡه ِل ٱ ۡلم ِدينَ ِة وم ۡن ح ۡوََلُم ِمن ٱ ِۡل َۡعر‬
ِ ‫اب أَن ي تَ َخلَّ ُفواْ َعن َّرس‬
ُ َ َ َ َ ََ َ َ
Artinya: Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab
Badui yang berdiam di sekitar mereka. (At-Taubah: 120)

Kemudian ayat-ayat diatas di Mansukhkan oleh QS. At-Taubah ayat 122:

ِ ‫وما َكا َن ٱ ۡلم ۡؤِمنُو َن لِي ِنفرواْ َكآفَّة فَلَ ۡوَل نَ َفر ِمن ُك ِل فِ ۡرقَة ِم ۡن ه ۡم طَآئَِفة لِي ت َفقَّهواْ ِف ٱ‬
‫لدي ِن‬ ُ ََ ُ َ ُ َ ُ ََ
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ِ ‫ولِي‬
۞‫نذ ُرواْ قَوَم ُهم إِ َذا َر َجعُٓواْ إِلَي ِهم لَ َعلَّ ُهم ََي َذ ُرو َن‬َُ

1
Artinya: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke
medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Qs. At-Taubah ayat 122)

Dapat pula ditakwilkan bahwa ayat ini merupakan penjelasan dari apa
yang dimaksud oleh Allah Swt. sehubungan dengan keberangkatan semua kabilah,
dan sejumlah kecil dari tiap-tiap kabilah apabila mereka tidak keluar semuanya
(boleh tidak berangkat). Dimaksudkan agar mereka yang tinggal bersama Rasul
Saw. memperdalam agamanya melalui wahyu-wahyu yang diturunkan kepada
Rasul. Selanjutnya apabila mereka kembali kepada kaumnya memberikan
peringatan kepada kaumnya tentang segala sesuatu yang menyangkut musuh
mereka (agar mereka waspada). Dengan demikian, maka golongan yang tertentu
ini memikul dua tugas sekaligus. Tetapi sesudah masa Nabi Saw., maka tugas
mereka yang berangkat dari kabilah-kabilah itu tiada lain adakala¬nya untuk
belajar agama atau untuk berjihad, karena sesungguhnya hal tersebut fardu
kifayah bagi mereka.
Makna yang dimaksud ialah sepasukan Sariyyah (pasukan khusus) yang
mereka tidak berangkat kecuali dengan seizin Nabi Saw. Apabila pasukan
Sariyyah itu kembali kepada kaumnya, sedangkan setelah keberangkatan mereka
diturunkan ayat-ayat Al-Qur'an yang telah dipelajari oleh mereka yang tinggal
bersama Nabi Saw. Maka mereka yang bersama Nabi Saw. akan mengatakan
kepada Sariyyah, "Sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat-ayat Al-Qur'an
kepada Nabi kalian dan telah kami pelajari."
Selanjutnya Sariyyah itu tinggal untuk mempelajari apa yang telah
diturunkan oleh Allah kepada Nabi mereka, sesudah keberangkatan mereka; dan
Nabi pun mengirimkan Sariyyah lainnya. Yang demikian itulah pengertian firman
ِ ‫لِي ت َفقَّهوا ِف‬
‫الدين‬
Allah Swt.: ُ ََ (untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang

agama).

‫لَ َعلَّ ُه ۡم َ َۡي َذ ُرو َن‬

2
Artinya: supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At-Taubah: 122)
Qatadah mengatakan sehubungan dengan takwil ayat ini, bahwa apabila
Rasulullah Saw. mengirimkan pasukan, Allah memerintahkan kepada kaum
muslim agar pergi berperang, tetapi sebagian dari mereka harus tinggal bersama
Rasul Saw. untuk memperdalam pengetahuan agama: sedangkan segolongan yang
lainnya menyeru kaumnya dan mem¬peringatkan mereka akan azab-azab Allah
yang telah menimpa umat-umat sebelum mereka.

2. Tafsir Al-Maraghi
1) Makna Susunan Kalimat
Ayat ini turun untuk menyempurnakan penetapan hukum bersama dengan
kaidah ilmu dalam pemahaman agama yang sebelumnya merupakan sarana
menetapkan hukum yang disertai dalil-dalil, serta menjadi pendirian yang kokoh
dalam ajakan untuk beriman dan tegaknya landasan islam, bertujuan sebagai
perlindungan dan benteng agar ajakan itu tidak dipermainkan oleh pihak-pihak
dari kalangan orang kafir dan munafik.
Dari al-kilabi, Ibnu Abbas RA. Meriwatkan: Ketika Allah mempersulit
orang-orang yang tinggal mereka berkata: “tidak seorang pun diantara kami yang
meninggalkan pasukan {pasukan khusus}, jadi mereka melakukan itu dan
ۡ ۡ
Rosulluah SAW tetap tinggal sendirian, maka turunlah ayat { ْ‫َوَما َكا َن ٱل ُمؤِمنُو َن لِيَ ِنف ُروا‬

‫} َكآفَّة‬.

2) Keterangan Tafsir Al-Maraghi


ۡ
‫َوَما َكا َن ٱل ُم ۡؤِمنُو َن لِيَ ِنف ُرواْ َكآفَّة‬
Artinya: {dan orang-orang yang beriman tidak separutnya mengerahkan
semuanya secara bersma-sama}.
Maksudnya, Hal itu bukan urusan orang beriman semuanya dan tidak pula
diwajibkan bagi mereka untuk mengikuti peperangan dalam setiap pasukan yang
keluar untuk berjihad.
ِ ‫فَلَ ۡوَل نَ َفر ِمن ُك ِل فِ ۡرقَة ِم ۡن ه ۡم طَآئَِفة لِي ت َفقَّهواْ ِف ٱ‬
‫لدي ِن‬ ُ ََ ُ َ

3
Artinya: (mengapa sebagian dari setiap golongan mereka tidak pergi (tinggal
bersama Rasul) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat
menjaga dirinya).

Maksudnya, tidak perlu pergi seluruh golongan menuju peperangan,


seperti seluruh penduduk kota atau seluruh kabilah agar mereka memperdalam
ilmu agama. Sebagian golongan yang tinggal diharapkan dapat memperdalam
ilmu agama, khususnya pada penjelasan ayat yang diturunkan kepada Rasulullah
SAW. agar nantinya penjelasan yang mereka terima bisa disampaikan pada
golongan yang pulang dari peperangan.

‫نذ ُرواْ قَ ۡوَم ُه ۡم‬


ِ ‫ولِي‬
َُ
Artinya: (untuk memperingatkan kaumnya).

Maksudnya, Agar mereka menjadikan tujuan terpenting, menjadikan


kaumnya itu faham, menunjukkan pada kebenaran, dan memberikan pelajaran
untuk kaumnya. Juga menakut-nakuti akan bahayanya kebodohan, dan tidak
mengamalkan ilmu yang kita ketahui. Dengan harapan mereka semakin takut
kepada Allah, takut ketika berbuat maksiat kepada Allah juga dengan harapan
agar seluruh ummat itu mengetahui hakikat agama ini, mampu menjelaskan
rahasia dari agama ini, mampu menjelaskan rahasia dari agama ini untuk umat
manusia. Bukan malah untuk mengarahkan pandangan mereka pada pada
kepemimpinan dan kedudukan yang tinggi, untuk melampaui mayoritas ummat
manusia, untuk mendapatkan uang, dan meniru gaya orang-orang yang dholim
dalam pakaian-nya, kendaraan dan bersaing satu sama lain.
Dan dalam ayat ini juga menjelaskan tentang wajibnya tafaqquh fiddin dan
bersedia mengajarkannya di tempat tinggalnya, serta mengajari orang-orang
tentangnya sesuai kemampuannya, agar tidak ada yang tidak mengetahui hukum-
hukum yang wajib diketahui oleh setiap mukmin, dan orang-orang yang
mempersiapkan diri untuk memahami hal tersebut sesuai dengan niatnya,
termasuk derajat yang paling tinggi di sisi Allah, tidak kalah Gelar dg orang yang

4
berjuang bermodal harta dan nyawa demi menjunjung tinggi firman Allah.
Bahkan sebaliknya, mereka lebih baik dari mereka.

3. Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Haatim meriwayatkan dari 'Ikrimah berkata, "Ketika diturunkan

ayat, banyak orang Badui ( ‫)إَِّل تَ ِنفُرواْ يُ َع ِذ ۡب ُك ۡم َع َذ ااًب أَلِيما‬ enggan memperdalam

pengetahuan untuk mereka sehingga orang-orang munafik berkata, 'Orang-orang


yang tetap tinggal di Badui, hancurlah mereka yang tinggal di Badui." Karena itu,
ۡ
َ ْ‫لِيَ ِنفروا‬
turunlah ayat ( ‫كآفَّة‬
ُ ‫) َوَما َكا َن ٱل ُم ۡؤِمنُو َن‬.
Ibnu Abi Haatim juga meriwayatkan dari Abdullah bin 'Ubaidillah bin
Umair berkata, "Dahulu, karena senang dan keinginan untuk berjihad, apabila
Rasulullah saw. mengutus pasukan pergi berperang, orang-orang Mukmin semua
ikut dan mereka meninggalkan Nabi saw. di Madinah bersama beberapa gelintir
orang saja." Lalu turunlah ayat ini.

4. Aktualisasi
Pada zaman sekarang ini banyak yang beranggapan bahwa ketika kita di
utus oleh orang tua untuk menjadi santri, kita terdoktrin untuk menjadi seorang
kyai padahal tidak semua santri itu harus menjadi kyai ada juga dokter,arsitek
dll,melihat konsep pemikiran/pandangan semua orang tentang santri selama ini
kita dapat merujuk pada QS.At-Taubah ayat 122 yang pada intinya bahwa tidak
semua orang harus satu tujuan (ikut perang) ‫ َو َما َكانَ ٱ ۡل ُم ۡؤ ِمنُونَ ِل َينف ُِرواْ َكآفَّة‬perlunya ada
golongan yang tinggal untuk memperdalam ilmu agama (‫ِين‬ ِ ‫) ِل َيت َ َف َّق ُهو ْا فِي ٱلد‬

Dari keterangan di atas kita bisa mengambil maksud bahwa seorang santri
tidak harus fokus untuk menjadi seorang kyai saja, seharusnya seorang santri
diharapkan mampu menjadi seorang yang ahli pada bidang nya masing-masing,

Musuh santri saat ini adalah sesuatu yang terdapat dalam diri sendiri.
Yakni kemalasan yang kerap bersarang di hati sehingga enggan belajar dan
mengaji. Nabi Muhammad SAW sendiri pernah bersabda bahwa jihad besar

5
adalah melawan diri sendiri. Saat itu, ia dan para sahabatnya baru menyelesaikan
sebuah peperangan.

Dalam agama islam, khususnya di indonesia terdapat berbagai firqoh


ormas-ormas seperti NU, Muhammadiyah, LDII, dll. Padahal seharusnya,
ِ ‫ لِي ت َفقَّهواْ ِف ٱ‬bertujuan untuk memperkuat agama islam yang nanti
‫لدي ِن‬
difokuskan ُ ََ
ۡ ۡ
akan kembali pada ‫جعُٓواْ إِلَي ِه ۡم لَ َعلَّ ُه ۡم ََي َذ ُرو َن‬ ۡ ۡ ِ ِ
َ ‫ َوليُنذ ُرواْ قَوَم ُهم إِذَا َر‬yakni, agar kembali pada
tujuan diciptakanya umat manusia yakni untuk mencapai Ridho Allah SWT.

Di sisi lain dalam pondok pesantren madrasatul qur an terdapat berbagai


firqoh yang berbeda, berbagai prorgam yang dikembangkan oleh firqoh-firqoh
yang akhirnya menumbuhkan persainagan, bahkan terdapat ego-gengsi yang tidak
mau dikritik satu sama lain. Disebabkan karena terlalu fokus pada firqoh-nya
ِ ‫لِي ت َفقَّهواْ ِف ٱ‬
‫لدي ِن‬
sendiri, padahal seharusnya difokuskan ُ ََ bertujuan untuk

memperkuat agama, implementasinya ketika dihubungkan pada firqoh di pondok

kita adalah lebih difokuskan pada pengembangan pondok pesantren tercinta.

6
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam tafsir ibnu katsir Di jelaskan bahwasanya surat At-Taubah ayat
122 menasikhkan dua ayat yg turun sebelumnya, yang menjelaskan
mewajibkan umat islam untuk berperang apabila Rasulullah SAW. Ikut
dalam perang tersebut. Kemudian setelah dimansukhakan oleh QS. At-
Taubah ayat 122 dijelaskan lagi bahwasanya umat islam tidak wajib
ikut berperang semuanya atas izin Rasulullah SAW. karena apabila
ingin berangkat ke medan perang hendaknya atas izin Rasulullah SAW.
terlebih dahulu. Sehingga, sebagian kecil kelompok yang tidak ikut
berperang hendaknya mendalami ilmu agama yang telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW. Karena dalam konteks ini bahwasanya, kelompok
yang ikut berperang maupun tidak ikut berperang (orang-orang yang
mendalami agama) itu sama-sama berjihad demi kemaslahatan umat
islam kedepanya.
2. Sedangkan dalam Tafsir Al-Maraghi terdapat beberapa keteranagan
yakni:
a. Menurut Ma’na susunan kalimat ayat ini adalah untuk
menyempurnakan hukum jihad daalm pemahaman agama yang
sebelumnya merupakan sarana jihad yang menjadi tiang kokoh
dalam tegaknya landasan islam sehingga ajakan untuk tidak
mengawali peperangan itu tidak dipermainkan oleh kalangan
orang-orang kafir dan munafik.
b. Sedangkan menurut penjelasan Tafsir Al-Maraghi pada QS. At-
Taubah ayat 122: (‫) َو َما َكانَ ٱ ۡل ُم ۡؤ ِمنُونَ ِليَنف ُِرواْ َكآفَّة‬, dan tidak
sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya
(ke medan perang) Maksudnya hal itu bukan urusan orang
beriman semuanya dan tidak pula diwajibkan bagi mereka untuk
mengikuti peperangan dalam setiap pasukan yang keluar untuk
berjihad. Mengapa demikian, ْ‫ة ِليَتَفَقَّ ُهوا‬ٞ َ‫طآئِف‬
َ ( )‫فَلَ ۡو ََل نَف ََر ِمن كُ ِل ف ِۡرقَ ٖة ِم ۡن ُه ۡم‬

7
‫ِين‬
ِ ‫فِي ٱلد‬, mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka
tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah SAW.) untuk memper
dalam ilmu agama. Maksudnya ialah tidak perlunya seluruh
golongan untuk pergi berperang, agar mereka mandalami ilmu
agama terutama ayat-ayat yang disampaikan oleh Rasulullah
SAW. Nantinya ilmu agama ini disampaikan kepada golongan
yang pulang dari peperangan. (‫)و ِليُنذ ُِرواْ قَ ۡو َم ُه ۡم‬,
َ agar mereka
menjadi pemberi peringatan kepada kaumnya. Maksudnya
adalah agar mereka memberi pemahaman, kebenaran, dan
memberikan pelajaran kepada kaum-nya. Serta memberi
pengertian tentang bahayanya kebodohan, dan tidak
mengamalkan ilmu yang kita ketahui. Dengan harapan mereka
semakin takut kepada Allah, takut bermaksiat kepada Allah,
juga dengan harapan mengetahui tentang hakikat agama ini.

8
BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. 2007. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5. Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir al-Maraghi Jilid IV, Mesir: Mushthafa al-
Bab al-Halabi: 1969.
Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir (Aqidah, Syari’ah, Manhaj). Terj. Abdul
Hayyie al-Kattani, et.al. Jakarta: Gema Insani. 2016.
Az-Zuhaili, Wahbah. Tafsir Al-Munir (Aqidah, Syari’ah, Manhaj). Terj. Abdul
Hayyie al-Kattani, et.al. Jakarta: Gema Insani. 2016.

Anda mungkin juga menyukai