Anda di halaman 1dari 18

SMALL VOLUME PARENTERAL (SVP)

Sediaan Injeksi Vitamin B1

Dibuat oleh:
Veronica Agnes N Lein 2443019326
Michelle Angelina Henrikus 2443020031
Sonia Evelin Lie 2443020053
Virganza Hanafiah 2443020107

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA


FAKULTAS FARMASI
2021
SOAL : Injeksi vitamin B-1

PENDAHULUAN

1. Sediaan SVP

Injeksi volume kecil adalah injeksi yang dikemas dalam wadah bertanda volume 100

ml atau kurang. (Farmakope Indonesia Edisi VI halaman 50)

2. Indikasi obat

Defisiensi ringan, defisiensi berat (BNF 74 pg. 989).

Asidosis laktat kongenital, Maple syrup urine disease (MSUD) (BNFC 2019-2020 pg.

650). Wernicke-Korsakoff syndrome (Katzung, 2015 pg. 388)

3. Mekanisme Kerja obat

Vitamin esensial yang dibutuhkan untuk sintesis ko-enzim thiamine pyrophosphate.

(Katzung, 2015 pg. 394)

Sejumlah kecil tiamin diserap dengan baik dari saluran pencernaan setelah dosis oral,

tetapi penyerapan dosis yang lebih besar dari sekitar 5 mg terbatas. Vitamin ini juga

cepat diserap pada injeksi intramuskular. Secara luas akan didistribusikan ke sebagian

besar jaringan tubuh, dan muncul di asi. Di dalam sel, tiamin sebagian besar hadir

sebagai difosfat. Tiamin tidak disimpan dalam jumlah yang cukup dalam tubuh dan

jumlah yang melebihi dari kebutuhan tubuh diekskresikan dalam urin atau sebagai

metabolit. (Martindale 36th pg. 1976)

4. Dosis Pemberian

Defisiensi: 500 - 750 mg diberikan secara iv bersama vitamin lain 3 kali sehari untuk

minimal 2 hari; hingga 1 g tiamin per dosis dapat diberikan. Jika ada respon, pengobatan

1
dapat dilanjutkan dengan dosis 250 mg iv atau im 1 kali sehari untuk 5 hari atau sampai

tidak ada peningkatan. (Martindale 38th pg. 2103)

Wernicke's syndrome: 100 mg iv, diikuti dengan 50-100 mg im setiap hari hingga

pasien dapat mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

Critically ill thiamine-deficient adult or patient with malabsorption syndrome: 5-100

mg 3 kali sehari iv/im

Beriberi: 10-20 mg 3 kali sehari hingga 2 minggu (im), Critically ill children (e.g.,

infantile beriberi): 10-25 mg (iv/im). (AHFS 2011)

5. Rute Pemberian:

iv atau im (AHFS 2011).

Intramuscular atau intravena, suntikan intravena harus diberikan secara perlahan selama

30 menit (Martindale 36th pg. 1976)

2
DATA PRAFORMULASI

a) Bahan aktif yang digunakan : Vitamin B1/ Thiamin Hidroklorida

b) Sterilisasi sediaan: Sterilisasi akhir filtrasi membrane 0,22 µm.

Alasan: Keuntungan dari membran filter dapat mensterilisasikan bahan-bahan

misalnya obat- obatan,vitamin yang tidak tahan pemanasan.

c) Eksipien yang ditambahkan :

- Eksipien untuk memperbaiki tonisitas : Natrium Klorida

Alasan pemilihan : Dapat membuat sediaan yang masuk menjadi isotonis di

dalam tubuh sehingga ketika sediaan diinjekasikan pasien tidak merasa sakit.

- Pengawet : Chlorobutanol

Alasan pemilihan: Dapat digunakan sebagai pengawet antimikroba.

- Dapar : Asam Glutamat

Alasan pemilihan : Untuk mempertahankan pH agar tetap stabil.

- Pembawa : Water for Injection

Alasan pemilihan : Merupakan jenis pembawa yang bebas pirogen sehingga

cocok digunakan untuk sediaan injeksi

- pH adjustment : Natrium Hidroksida

Alasan pemilihan : Ditambahkan jika setelah pengecekan dapar masih kurang

basa atau belum mencapai pH darah

3
Bahan Pemerian Kelarutan pH Konsentrasi Teknik sterilisasi Harga E
aktif/eksipien terpilih
Vitamin Putih atau hampir Larut dalam 1:1 air, pH dari 1% (25g/1000ml) Sterilisasi E = 0,25
B1/Thiamin putih, serbuk kristal 1:170 alkohol, larutan adalah x100% = akhir filtrasi
Hidroklorida atau kristal tidak tidak larut dalam 2,7-3,4. 2,5% membrane
berwarna, berbau eter dan benzene. Larutan tiamin (Steril 0,22 µm.
khas. Ketika kontak Larut dalam HCl steril pH producted.3 (Steril
dengan udara bentuk gliserol. 4. hlm 275) producted.3)
anhydrous akan (MD 36 hal. 1976) (MD 36 hal.
menyerap sekitar 4% 1976)
air.
(MD 36 hal. 1976)
Chlorobutanol Kristal yang mudah Larut dalam asam pH: 5,5 (5 g / 1000ml) Sterilisasi akhir. E = 0,24
Anhydrous menguap, tak asetat glasial, (HPE 6th Ed, x100% = 0,5% Tidak tahan
berwarna atau putih aseton, kloroform, hal. 166) (Steril product autoclave karna
dan berbau apek eter, metanol, ed.3 hlm 275) akan kehilangan
(HPE 6th Ed, hal. minyak yang klorobutanol
166) mudah menguap, sebesar 30%
air panas. Larut pada pH 5.
dalam 1:1 etanol (HPE 6th Ed,
95%, 1:10 gliserin hal. 167)
dan 1:125 air.
(HPE 6th Ed, hal.

4
167)
Water for Cairan jernih, tidak Bercampur dengan Ad 100 ml
Injection berwarna, tidak kebanyakan
berbau. pelarut polar.
(HPE 6th Ed, hal. (HPE 6th Ed, hal.
766) 766)
Natrium Jernih, cairan tidak Sukar larut dalam pH: 6,7-7,3 Autoklaf/ filtrasi
Klorida berwarna , tidak etanol 1:2,8 (air), (HPE,6th Ed,
berbau, tidak 1:2,6 (air 100oC) hal 637)
memiliki rasa. (HPE 6th , hal.
Titik didih: 100oC. 637)
(HPE 6th , hal. 637)
Asam Kristal putih yang Larut dalam air; pH: 7.0 (0.2% qs Sterilisasi akhir
Glutamat mengalir bebas atau sedikit larut dalam w/v aqueous
bubuk kristal. Praktis etanol (95%) solution).
tidak berbau dan (HPE 6th Ed, hal. (HPE 6th Ed,
memiliki tekstur 452) hal. 452)
seperti daging
rasa.
(HPE 6th Ed, hal.
452)

5
Natrium Leburan putih atau Larut dalam 12 (0.05% qs Sterilisasi akhir L iso = 3,4
Hidroksida hampir putih. gliserin, larut 1:0,9 w/w aqueous (Alfred, M,
Berbentuk, serpih, air, larut 1:0,3 air solution). dkk,
stik, dan bentuk atau 100oC, larut 1:4,2 (HPE 6th Ed, Farmasi
bentuk lainnya. metanol, larut 1:7,2 hal. 649) Fisik, ed. III)
Keras dan rapuh dan etanol dan praktis
menunjukkan tidak larut dalam E=
patahan kristal. eter. 17(3,4/40)
Sodium (HPE 6th Ed, = 1,445
hidroksida sangat hal. 649)
deliquescent dan
pada paparan udara
dengan cepat
menyerap karbon
dioksida dan air.
(HPE 6th Ed ,
hal. 648)

6
FORMULASI
1. Rancangan formula
No Bahan aktif/eksipien Kadar 1 kemasan Kadar 1 bets
1 Thiamin HCl 25 mg 0,25 g
2 Asam Glutamat 0,0525 mg 0,000525 g
3 Chlorobutanol 5 mg 0,05 g

4 NaOH qs qs
5 Water for injection qs ad 10 ml
6 NaCl qs 0,01548 gram

(Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Products Volume 6)

2. Perhitungan tonisitas
V= w x E x 111,1
= (0,25 x 0,25) + (0,05 x 0,24) x 111,1 = 8,28 ml
Yang belum isotonis : 10 – 8,28 = 1,72 ml
NaCl yang ditambahkan : 1,72 ml x 0,9% = 0,01548 gram

3. Perhitungan dapar
-

4. Dosis sediaan
25 mg/ml

7
5. Alat dan Cara Sterilisasinya

Nama Alat Yang Diperlukan Cara dan Waktu Sterilisasi


Kaca arloji Autoklaf 121oC (20 menit)
Gelas ukur Autoklaf 121oC (20 menit)
Beakter glass Autoklaf 121oC (20 menit)
Erlenmeyer Autoklaf 121oC (20 menit)
Pipet tetes Autoklaf 121oC (20 menit)
Spuit injeksi dan jarum Autoklaf 121oC (20 menit)
Pinset Oven 170oC (30 menit)
Batang pengaduk Oven 170oC (30 menit)
Timbangan analitik
Sendok tanduk Oven 170oC (30 menit)
Membran filter Autoklaf 121oC (20 menit)
Ampul Dibungkus dengan perkamen lalu
dioven 180oC (20 menit)

1. Rancangan cara pembuatan


a. Mensterilkan peralatan
1. Menyiapkan semua peralatan, lalu membungkus dengan kertas perkamen.
2. Dilakukan sterilisasi terhadap alat sesuai dengan cara pensterilannya selama 30
menit (oven) dan 20 menit (autoklaf). Setelah selesai, memindahkan alat tanpa
membuka bungkusnya ke dalam ruangan peracikan.
b. Menyiapkan water for injection (apabila tidak tersedia dilab)
1. Menyiapkan beker glas dan waterbath.
2. Memanaskan aquadest hingga mendidih dan ditunggu hingga 30 menit, lalu dialiri
dengan gas nitrogen.
c. Pembuatan injeksi Vitamin B1

8
1. Menimbang bahan aktif Thiamin HCl dan bahan tambahan Klorobutanol
menggunakan kaca arloji.
2. Mengukur WFI sesuai volume yang akan di adkan.
3. Melarutkan Thiamin HCl dengan sebagian WFI.
4. Menambahkan NaCl.
5. Mencampurkan larutan no. 3 dan 4 dan aduk hingga homogen.
6. Menambahkan klorobutanol ke larutan no.5 dan aduk hingga homogen.
7. Melakukan pengecekan pH dimana pH yang diinginkan adalah 2,5 - 4,5 (pH
injeksi thiamin HCl)
8. Menambahkan sisa WFI ad 20 ml dan aduk hingga homogen.
9. Melakukan sterilisasi dengan cara filtrasi menggunakan membran filter 0,22
mikron. Mengambil sediaan sebanyak 1 ml menggunakan spuit, lalu mengganti
ujung jarum dengan membrane filter dan memasukan sediaan ke dalam ampul.

EVALUASI SEDIAAN

1. Kadar bahan aktif (sesuai FI VI)

Injeksi Tiamin Hidroklorida adalah larutan steril tiamin hidroklorida dalam Air untuk

Injeksi. Mengandung tiamin hidroklorida, C12H17ClN4OS. HCl, tidak kurang dari 90,0%

dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. (FI VI, halaman 1710)

2. Kejernihan Larutan

Metode Visual :

Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar dengan diameter dalam 15-25

mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. Bandingkan larutan uji dengan

larutan suspensi padanan yang dibuat segar, setinggi 40 mm. Bandingkan kedua larutan di

bawah cahaya yang terdifusi 5 menit setelah pembuatan suspensi padanan, dengan tegak

lurus ke arah bawah tabung menggunakan latar belakang berwarna hitam. Difusi cahaya

9
harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan I dapat dibedakan dari air dan suspensi

padanan II dapat dibedakan dari suspensi padanan I. Larutan dianggap jernih apabila sama

dengan air atau larutan yang digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang

dipersyaratkan, atau jika opalesen tidak lebih dari dari suspensi padanan I.

Larutan hidrazin sulfat Larutkan dan encerkan 1,0 g hidrazin sulfat P hingga 100 mL

dengan air, biarkan selama 4-6 jam.

Larutan heksametilentetramin. Larutkan 2,5 g heksametilentetramin P dalam labu

bersumbat kaca 100,0 mL dengan 25,0 mL air.

Suspensi opalesen primer (suspensi formazin) Dalam wadah yang berisi Larutan

heksametilen- tetramin tambahkan 25,0 mL Larutan hidrazin sulfat. Aduk dan biarkan

selama 24 jam. Larutan stabil selama 2 bulan, jika disimpan dalam wadah kaca bebas dari

kerusakan permukaan. Suspensi tidak boleh menempel di kaca dan harus dikocok bila akan

dipergunakan.

Baku opalesen Encerkan 15,0 mL Larutan opalesen primer dengan air sampai 1000,0

mL. Larutan harus dibuat baru dan dapat digunakan 24 jam setelah pembuatan.

Suspensi padanan Siapkan suspensi padanan seperti Tabel 1. Kocok dan aduk sebelum

digunakan. (FI VI, halaman 2020)

3. Penetapan pH

Pengujian pH larutan menggunakan alat pH meter. Harga pH adalah harga yang

diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan

10
sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan

elektrode indikator yang peka, elektroda kaca, dan elektrode pembanding yang sesuai.

Pengukuran dilakukan pada suhu 25° ± 2°, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing

monografi. pH untuk injeksi vitamin B1 yaitu antara 2,5 dan 4,5. (FI VI halaman 1710)

Untuk pembakuan pH meter, pilih 2 larutan dapar untuk pembakuan yang mempunyai

perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dan sedemikian rupa sehingga pH larutan uji diharapkan

terletak diantaranya. Jika sistem telah berfungsi dengan baik, bilas elektrode dan sel

beberapa kali dengan larutan uji, isi sel dengan sedikit larutan uji dan baca harga pH. (FI VI

halaman 2066-2067)

4. Kebocoran

Dengan cara sederhana yakni dengan dikibaskan dengan tangan, akan merasa menetes

bila ada kebocoran. Pemeriksaan kebocoran ampul dilakukan pada seluruh ampul dari satu

bets. Ampul diletakkan pada posisi terbalik dalam autoclave. Ampul yang tidak tertutup

rapat (bocor) akan kosong dan akan terdeteksi pada saat pemeriksaan visual ampul.

Pemeriksaan dapat dilakukan dalam autoclave dengan menggunakan fase vakum tanpa

pemanasan. Untuk autoclave yang belum dilengkapi sistem vakum, uji kebocoran dapat

dilakukan terpisah. (Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang

Baik Aneks 1 Pembuatan Produk Steril, halaman 17 nomor 146)

5. Kejernihan dan Warna

Dilihat dengan latar belakang papan yang berwarna hitam/putih, bila ada gelembung

dilihat gelembung tersebut naik ke atas atau ke bawah.

11
Ke atas  gas

Ke bawah bagian-bagian yang tidak terlarut atau endapan

6. Sterilitas (sesuai FI VI)

Pengujian sterilitas dilaksanakan pada kondisi aseptik. Untuk mencapai kondisi tersebut,

lingkungan pengujian harus dibuat sama seperti ketika uji sterilitas dilakukan. Tindakan

pencegahan untuk mencegah kontaminasi tidak boleh mempengaruhi mikroba yang ada

dalam pengujian. Kondisi pengerjaan, ketika uji dilakukan dimonitor secana berkala dengan

melakukan sampling yang sesuai pada area kerja dan kontrol yang sesuai. (FI VI halaman

1832).

7. Persyaratan lain sesuai monografi di Farmakope Indonesia edisi 6

Endotoksin bakteri : Mengandung tidak lebih dari 3,5 unit Endotoksin FI per mg tiamin

hidroklorida.

Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal atau ganda, sebaiknya dari kaca

Tipe I, terlindung cahaya. (FI VI halaman 1710-1711)

12
KEMASAN

Etiket

Komposisi: Netto: 1 ml Indikasi, kontraindikasi, efek


Tiap ml mengandung 25 mg samping tertera dibrosur
Thiamine HCl
VITAMIN B1
Injeksi iv/im
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

No. Reg: GKL21100122A1


No. Batch: 070921
Penyimpanan: P.T. WIDYA PHARMA Exp: September 2023
Simpan dalam suhu 20-25°C Surabaya - Indonesia
dan terhindar dari cahaya

13
Brosur

VITAMIN B1
Injeksi iv/im

Netto: 1 ml

Komposisi:
Tiap ml mengandung 25 mg Thiamine HCl

Farmakologi:
Vitamin esensial yang dibutuhkan untuk sintesis ko-enzim thiamine pyrophosphate.

Dosis:
Anak-anak: 10-25 mg (iv/im)
Dewasa: 5-100 mg 3 kali sehari (iv/im)

Indikasi:
Defisiensi ringan, defisiensi berat; asidosis laktat kongenital, Maple syrup urine disease (MSUD);
Wernicke-Korsakoff syndrome

Kontraindikasi:
Kemungkinan reaksi hipersensitivitas/anafilaksis yang parah, terutama setelah pemberian
parenteral berulang.

Efek samping:
Relatif tidak beracun; perasaan hangat, pruritus, urtikaria, kelemahan, berkeringat, mual, gelisah,
angioedema, sesak di tenggorokan, sianosis, edema paru, perdarahan GI dilaporkan dengan
pemberian parenteral

Penyimpanan:
Simpan dalam suhu 20-25°C dan terhindar dari cahaya

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

No. Reg: GKL21100122A1

P.T. WIDYA PHARMA


Surabaya - Indonesia

14
Kotak

Netto: 1ml Netto: 1ml Komposisi:


Penyimpanan: Tiap ml mengandung 25 mg
VITAMIN B1 VITAMIN B1 Thiamine HCl
Injeksi iv/im Simpan dalam Injeksi iv/im
suhu 20-25°C dan Indikasi, kontraindikasi, efek
terhindar dari samping tertera di brosur
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
cahaya No. Reg: GKL21100122A1
P.T. WIDYA PHARMA P.T. WIDYA PHARMA No. Batch: 070921
Surabaya - Indonesia Surabaya - Indonesia Exp: September 2023

15
DAFTAR PUSTAKA

Akers, M., 2010, Sterile Drug Products Formulation, Packaging, Manufacturing, and Quality,

Informa Healthcare, USA.

Niazi, S., 2004, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Sterile Products

Volume 6, CRC Press LLC, USA

Anonim, 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta.

Katzung Bertram A, 2015. Basic and Clinical Pharmacology 13th Ed. United Statates of

America: McGraw-Hill Companies

Rowe, Raymond C, Paul J. Sheskey, and Marian E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipients Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press.

Alfred, M, James S, & Arthur, C. 1993. dkk. . Farmasi Fisik, Dasar-dasar Kimia Fisik dalam

Ilmu Farmasetik, Jilid III, Jakarta: UI Press.

Sweetman SC, 2009. Martindale 36th Ed. London: Pharmaceutical Press.

Sweetman SC, 2014. Martindale 38th Ed. London: Pharmaceutical Press.

BNF Staff. 2017. British National Formulary 74. London: Pharmaceutical Press.

BNF Staff. 2019. British National Formulary for Children. London: Pharmaceutical Press.

16
Penanggung jawab:

Pendahuluan dan Kemasan : Michelle Angelina H. 2443020031

Evaluasi Sediaan : Sonia Evelin Lie 2443020053

Formulasi : Virganza Hanafiah 2443020107

Praformulasi : Veronica Agnes N Lein 2443019326

17

Anda mungkin juga menyukai