Golongan :V
Kelompok :5
Nama Kelompok :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2021
1
PETUNJUK PRAKTIKUM
Fakultas Farmasi
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
Juli 2021
2
KATA PENGANTAR
Sediaan steril sebagai salah satu bentuk sediaan farmasi yang membutuhkan pengetahuan
dan ketrampilan khusus dalam merancang formulasi dan penggunaan teknologi yang
tepat. Untuk membekali mahasiswa akan kebutuhan tersebut, maka dalam Praktikum
Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril ini disajikan langkah-langkah dasar perancangan
sediaan steril. Pada materi praktikum yang disajikan, mahasiswa dilatih untuk merancang
formula sediaan steril pada skala laboratorium beserta teknologi sterilisasi sederhana
Steril ini secara aktif dan terus memperkaya diri dengan pengetahuan mengenai teknik
formulasi dan teknologi terbaru dari sumber informasi dan literatur lain yang terkait.
Semoga Praktikum Formulasi dan Teknologi Sediaan Steril ini dapat memberikan dasar
3
Formulasi dan Teknologi
4&5
Sediaan Mata
1. Pengantar
Sediaan untuk mata secara umum dapat berupa sediaan topical, intra ocular dan sistemik,
dengan bentuk sediaan terbanyak adalah topical. Salah satu bentuk sediaan mata topical
adalah tetes mata. Yang harus diperhitungkan dalam sediaan tetes mata adalah dosis dan
volume per kemasan, mengingat pemakaian dalam satuan tetes.
Beberapa penyakit pada pengobatan topical tetes mata adalah glaucoma, midriatik,
antimikroba, anti inflamasi dan sindroma mata kering. Pada sediaan tetes mata umumnya
ditambahkan pengawet.
2. Soal tetes mata
PENDAHULUAN
1. Sediaan tetes mata (tuliskan secara singkat ulasan mengenai sediaan tetes
mata, persyaratan sediaan sesuai Farmakope USP, FI V dll.) sebutkan pustaka lain
yang digunakan)
- Larutan obat mata atau sediaan tetes mata adalah larutan steril, bebas partikel
asing yang merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai
digunakan pada mata.
4
2. Indikasi obat (sesuai soal)
4. Dosis Pemberian
- Dalam pengobatan infeksi mata biasanya digunakan kloramfenicol 0,5% Anak-
anak dan dewasa :1 tetes tiap 2 jam lalu kurangi frekuensi selama infeksi terkontrol dan
lanjutkan selama 48 jam setelah penyembuhan, frekuensi tergantung pada tingkat
keparahan infeksi.
- Untuk infeksi yang tidak terlalu parah biasanya cukup 3-4 kali sehari 1 tetes.
Satu kemasan maksimal berisi 10 ml, untuk lama pengobatan maksimal 5 hari (BNF 78
p 1173).
5
DATA PRAFORMULASI
6
Bahan Pemerian Kelarutan pH Konsentrasi Teknik Harga E
aktif/eksipien terpilih sterilisasi
kloramfenikol Hablur halus Sukar larut dalam air; Antara 0,05% Aseptis 0,13
berbentuk jarum mudah larut dalam 4,5 dan (FI VI, hal. 2308)
atau lempeng etanol, dalam propilen 7,5 ( FI
memanjang; Putih glikol, dalam aseton VI hal
hingga putih dan dalam etil asetat. 905 )
kelabu atau putih (FI VI hal 905)
kekuningan;
Larutan praktis
netral terhadap
lakmus P; stabil
dalam larutan
netral atau larutan
agak asam. ( FI VI
hal 905 )
Asam Borat asam borat bersifat Larut dalam etanol, 3,5-4,2 1,5% sterilisasi 0,47
higroskopis,bubuk eter, gliserin, air, dan (HPE 6th akhir (FI VI)
kristal putih,kristal lainnya minyak tetap hal.68) membran
putih dan minyak atsiri. filter
(HPE 6th hal.68) (HPE 6th hal.68)
1
Natrium borat Hablur transparan Larut dalam air; 9,3 0,3% sterilisasi 0,35
tidak berwarna mudah larut dalam air akhir (FI VI)
atau serbuk hablur mendidih dan dalam membran
putih; tidak gliserin; tidak larut filter
berbau. Larutan dalam etanol.
bersifat basa
terhadap
fenolftalein. Pada
waktu mekar di
udara kering dan
hangat, hablur
sering dilapisi
serbuk warna
putih (FI VI, Hal.
1238)
Phenylhidrargyri Serbuk hablur; Sangat sukar larut pKa = 0.001– 0.002 Sterilisasi Liso = 3,4
Natrii putih; dipengaruhi dalam air; sukar larut 3,3 (HPE % (HPE 6th, Membran E = 17 ( 3,4/ 634,45) E
oleh cahaya. dalam etanol dan 6th ed. p.496) filter = 0,09
Larutan jenuh gliserin; lebih mudah p.497)
memberikan larut dengan adanya
2
reaksi asam asan nitrat atau alkali
terhadap lakmus. hidroksida
(FI VI,Hal.571)
WFI Cairan jernih, Mudah larut dalam 5-7 (HPE Ad-kan 10 mL Sterilisasi
tidak berwarna, pelarut polar. (HPE 6th Membran
tidak berbau. (FI 6th ed.p.766) ed.p.767) filter
VI, hal.70)
3
FORMULASI :
1. Rancangan formula
No Bahan aktif/eksipien Kadar 1 kemasan Kadar 1 bets
1 Kloramfenikol 50 mg 50 mg x 10 = 500 mg
= 0,5 g
2 Asam borat 150 mg 150 mg x 10 = 1.500 mg
= 1,5 g
3 Natrium borat 30 mg 30 mg x 10 = 300 mg
= 0,3 g
4 Phenylhidrargyri Natrii 200 mikrogram (0,2 mg) 0,2 mg x 10 = 2 mg
= 0,002 g
5 WFI ad 10 ml ad 10 ml x 10 = 100 ml
1
3. Perhitungan dapar
- pH dapar
Asam borat 1,5 g → asam
Natrium borat 0,3 g → garam
pKa dapar borat = 9,14
Molaritas asam = (m/mr) x (1.000/volume 1 bets)
= (1,5 g / 61,83) x (1.000 / 100 ml) = 0,0243 x 10 = 0,243 M
Molaritas garam = (m/mr) x (1.000/volume)
= (0,3g / 381,37) x (1.000 / 100 ml) = 0,0008 x 10 = 0,008 M
pH = pKa + log (garam / asam)
pH = 9,14 + log (0,008 / 0,243)
pH = 9,14 - log 1,482 = 7,658
- Kapasitas dapar
4. Dosis sediaan
2
5. Alat dan Cara Sterilisasinya
3
EVALUASI SEDIAAN
2. Kejernihan Larutan
Menggunakan tabung reaksi alas datar dengan diameter 15-25 mm, tidak berwarna dan
transparan. Bandingkan larutan uji dengan larutan suspense padanan yang dibuat segar,
setinggi 40 mm. Bandingkan kedua larutan dibawah cahaya yang terdifusi 5 menit
dengan latar belakang berwama hitam.Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga
suspensi padanan I dapat dibedakan dari air dan suspensi padanan II dapat dibedakan
dari suspense padanan I. Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan
yang digunakan dalam pengujian dengan kondisi yang dipersyaratkan / tidak lebih dari
suspense padanan I. (FI V, 1521)
3. Penetapan pH
Mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Dengan
mengukur pH larutan mengunakan pH meter yang telah dikalibrasi yang sesuai dengan
spesifikasi formula sediaan.
pH antara 7,0 – 7,5 , kecuali tetes mata tanpa larutan dapar atau digunakan untuk hewan,
antara 3,0 – 6,0 (FI V, hal 687).
4. Kebocoran
Dengan cara sederhana yakni dengan dikibaskan dengan tangan, akan merasa menetes
bila ada kebocoran (Lihat pada uji kebocoran/CPOB untuk skala industri).
5
KEMASAN
Buatlah rencana kemasan untuk etiket, brosur dan kotak yang akan digunakan.
KOTAK
6
ETIKET
7
BROSUR
8
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Merancang jurnal
Memilih bahan yang tepat
Menentukan metode sterilisasi sediaan
Menentukan metode sterilisasi alat
Menentukan dosis obat
Melakukan perhitungan tonisitas dan dapar
Merancang cara pembuatan
Merancang evaluasi
Proses pembuatan sediaan
Menggunakan pelindung yang tepat (tutup
kepala, sarung tangan, masker, jas steril)
Mensterilkan peralatan dengan tepat
Menimbang sesuai perencanaan
Melakukan prosedur kerja dengan tepat
Melakukan evaluasi sediaan dengan tepat
Khusus yang menggunakan teknik aseptis:
Menggunaan LAF dengan benar
Khusus yang menggunakan teknik filtrasi:
Teknik filtrasi benar
Khusus sterilisasi akhir:
Teknik sterilisasi benar
Proses evaluasi sediaan
Melakukan evaluasi sesuai prosedur kerja