Anda di halaman 1dari 59

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Beberapa Pengertian

1. Pengertian Strategi

Istilah Strategi sudah menjadi istilah yang sering di gunakan oleh

masyarakat untuk menggambarkan berbagai makna seperti suatu rencana ,

taktik atau cara untuk mencapai apa yang di inginkan .Strategi pada

hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management)

untuk mencapai tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi

tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja,

melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya,

(Effendy, 2007:32)

Sumber lainya menytakan bahwa strategi adalah pendekatan secara

keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan dan

eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Menurut Rangkuti,

Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Tujuan utamanya adalah agar

perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi kondisi internal dan

eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan

lingkungan eksternal, (Rangkuti, 2009:3). Sedangkan menurut Michael

E.Porter, esensi dari strategi adalah memilih untuk menyuguhkan hal yang

berbeda dengan apa yang disuguhkan oleh pesaing. Menurutnya

permasalahan yang muncul dalam persaingan pasar terjadi karen kesalahan

dalaam membedakan efektivitas operasinal dengan strategi.


7

Strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memeiliki tema

mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip prinsip

pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan dan

memiliki taktikuntk mencapai tujuan secara efektif. Jadi perencanaan

strategis penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki

produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang

optimal dari sumber daya yang ada.

Dalam artikel Michael E Porter (1996) berjudul What is strategy?

Dijabarkan bahwa strategi merupakan hal unik dan posisinya bernilai,

melibatkan seperangkat kegiatan yang berbeda. Ketika kita telah

memberikan atau menawarkan hal dengan cara yang berbeda dari apa yang

perna kita lakukan sebelumnya. Maka hal hal tersebaut disebut strategi.

Strategi juga dapat dikatakan sebagai inti dari manajemen secara umum

yang meliputi menjabarkan posisi perusahaan, membuat bebeapa tarikan

dan menempa setiap kegiatan dengan tepat. Strategi juga diartikan sebagai

penciptaan timbal balik dalam kompetisi, mengombinasikan aktivitas serta

menciptakan kesesuaim antraaktivitas yang di lakukan oleh perusahaan.

Menurut Mintzberg (2007), konsep strategi itu sekurang kurangnya

mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah suatu :

a. Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh

organisasi secara rasional dalam mewujudkan tujuan tujuan jangka

panjang.
8

b. Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun

inkonsistensi perilaku serta tindakan yang di lakukan oleh organisasi.

c. Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan

aktivitasnya.

d. Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara

organsasi dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi aktivitasnya.

e. Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk

mengelabui para pesaing.

Jadi, strategi merupakan hal yang penting karena strategi mendukung

tercapainya suatu tujuan. Strategi mendukung sesuatu yang unik dan berbeda

dari lawan. Strategi dapat pula mempengaruhi kesuksesan masing-masing

perusahaan pula karena pada dasarnya strategi dapat dikatakan sebagai

rencana untuk jangka panjang. Namun terdapat perbedaan antara strategi dan

taktik. Menurut Linda Reynolds (n.d) mengatakan bahwa taktik adalah

sesuatu yang dilakukan untuk menginplementasikan strategi. J.B Wheeler

dalam bukunya yang berjudul Art and Sciene of War menyatakan bahwa

taktik merupakan seni dalam membuat rancangan dari suatu strategi. Taktik

adalah bagian dari strategi, dengan taktik maka strategi dapat dirancang, jadi

dapat dikatakan bahwa startegi merupakan pedoman dalam pembuatan taktik.

Sehingga taktik merupakan bentuk nyata dari strategi. Walaupun strategi dan

taktik berbeda namun keduanya sangat berhubungan erat. “The two categories

(strategy and tactics), although convenient for discussion, can never be truly

divided into separate compartment because not only influences but merges into

the other” Dua kategori tersebut walaupun mudah untuk didiskusikan tidak perna
9

dapat benar benar dibagi menjadi kompartemen yang terpisah karena tidak hanya

memengaruhi tetapi juga menyatu dengan yang lain (Hart, Prince 1998: 11).

Taktik dan strategi menurut Hart meskipun merupakan hal yang

sudah usang untuk dipelajari, sebenarnya keduanya tidak bisa sangat

dibedakan karena keduanya saling mempengaruhi satu sama lain dan

keduanya tidak dapat dipisahkan. “Strategy without tactics is the slowest

route to victory. Tactics without strategy is the noise before

defeat.”Strategi tanpa taktik adalah jalan paling lambat menuju

kemenangan. Taktik tanpa strategi adalah kebisingan sebelum kekalahan

(Sun Tzu). Taktik merupakan aplikasi dari strategi, tanpa strategi maka

tidak akan ada taktik. Perbedaan kebutuhan dan tujuan tiap individu

menyebabkan perbedaan strategi pula, maka strategi tergantung dari setiap

individu. Namun, tidak ada yang dapat memastikan seberapa efektif

strategi itu untuk diterapkan.

Dalam penelitian ini strategi sangat dibutuhkan untuk menarik

konsumen. Selain itu strategi yang digunakan oleh customer service 3

(Tri) Store Bandarlampung ini dilakukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan

yang diharapkan oleh perusahaan. Kemudian strategi ini pula diharapkan

dapat memberikan suatu hal yang berbeda dengan pesaing-pesaingnya


10

2. Pemerintahan Desa

a. Pengertian Pemerintahan

Secara etimologis Pemerintah berasal daeri kata Perintah.

Menurut Poerwadarmita (2006:141) yaitu sebagai berikut :

1) Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan

sesuatu .

2) Pemerintah adalah kekuasaan perintah suatu Negara (Daerah,

Negara) atau badan yang tertinggi yang memerintah suatu Negara

(seperti kabinet merupakan suatu pemerintah)

3) Pemerintahan adalah manajemen tata kelola pemerintahan yang di

lakukan oleh pemerintah dan lembaga yang sederajat yang terkait

guna mencapai tujuan negara itu sendiri (cara, hal, urusan dan

sebagainya) memerintah.

Berdasarkan pengertian di atas dalam penelitian ini pemerintah

desa melaksanakan pemerintah desa bersama sama dengan BPD untuk

menjalankan sistem pemerintahan yang baik sesuai dengan Undang

undang untuk tercapainya tujuan dari desa itu sendiri.

Samual Finer (2006:98) mengakui dalam arti luas, dengan

adanya pemerintah dan pemerintahan dalam arti luas, tentunya akan

mempunyai pengertian pemerintah dan pemerintahan dalam arti luas

dan sempit, yaitu :


11

1) Pemerintah dalam arti sempit, yaitu:perbuatan memerintah yang

dilakukan oleh Eksekutif, yaitu Presiden di bantu oleh para Mentri

mentrinya dalam rangka mencapai tujuan Negara.

2) Pemerintah dalam arti luas, yaitu: Perbuatan Pemerintah yang

dilakukan oleh Legislatif, Eksekutif dan yudikatif dalam rangka

mencapai tujuan Pemerintahan Negara.

Sedangkan menururt Inu Kencana Syafie (2008:89) yang

mengutip dari C.F Strong dalam bukunya yang berjudul “Ekologi

Pemerintahan, sebagai berikut;

“Maksudnya Pemerintahan dalam arti luas mempunyai

kewenangan untuk memelihara perdamaian dan keamanan Negara, Ke

dalam dan Keluar. Oleh karena itu, pertama harus mempunyai

kekuatan militer atau kemampuan untuk mengendalikan angktan

perang. Kedua harus mempunyai kekuatan Legislatif atau dalam arti

pembuatan Undang undang. Ketiga harus mempunyai kekuatan

finansial/kemampuan untuk mencukupi keuangan masyarakat dalam

rangka membiayai ongkos keberadaan Negara dalam

menyelenggarakan peraturan, hal tersebut dalam rangka kepentingan

Negara”

Pendapat lain menurut Pranadjaja (2003:24) dalam bukunya

yang berjudul “Hubungan antar Lembaga Pemerintah”, pengertian

pemerintah adalah sebagai berikut :


12

“Istilah Pemerintah berasal dari kata Perintah, yang

berarti ,perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan ,sesuatu,

sesuatu yang harus dilakukan.Pemerintah adalah orang, badan atau

aparat yang mengeluarkan atau memberi Perintah”.

Berdasarkan penjelasan di atas terkait penelitian ini yaitu

pemerintahan dalam arti sempit adalah kepala desa dan perangkat desa,

pemerintahan dalam arti luas yaitu pemerintah desa bersama dengan

Badan Permusyawaratan Desa.

b. Pengertian Desa

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang dimiliki

kewenngan untuk mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak

asal usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

dan berada di Daerah Kabupaten. Ini tercermin dalam undang-undang

nomor 32 Tahun 2004. Menurut HAW. Widjaya (2003:3) dalam

bukunya yang berjudul “Otonomi Desa “ menyatakan bahwa.

“Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat

istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan Desa

adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat”.

Desa menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan

Daerah mengartikan Desa sebagai berikut:


13

“Desa atau yang disebut nama lain,selanjutnya disebut desa,

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat

yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintah Negara Kesatuan

Republik Indonesia; (Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

pemerintahan Daerah pasal 1 ayat 12).

Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa

menggambarkan itikad negara untuk mengotomikan desa, dengan

berbagai kemandirian pemerintahan desa seperti pemilihan umum

calon pemimpin desa, anggaran desa, semacam DPRD desa, dan

kemandirian pembuatan peraturan desa semacam perda, menyebabkan

daerah otonomi NKRI menjadi provinsi, kabupaten atau kota, dan

desa. Reformasi telah mencapai akarnya, kesadaran konstitusi desa dan

dusun diramalkan akan mendorong proses reformasi berbasis otonomi

daerah bersifat hakiki.

Pengertian Desa menurut. Widjaya (2003:3) dan UU nomor 32

tahun 2004 di atas sangat jelas sekali bahwa desa merupakan Self

Community yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri, dengan

pemahaman bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan

mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial

budaya setempat,maka posisi desa yang memiliki otonomi asli sangat

strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap


14

penyelenggaraan otonomi daerah, karena dengan otonomi desa yang

kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan otonomi

daerah.

c. Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa merupakan suatu kegiatan dalam rangka

penyelenggaran pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah desa

yaitu kepala desa dan perangkat desa.

Pemerintahan desa menurut HAW. Widjaya (2003:3) dalam

bukunya “Otonomi Desa” pemerintahan Desa diartikan sebagai:

“penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan subsistem

dari sistem penyelenggaraan pemerintah, sehingga Desa memiliki

kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakatnya. Kepala Desa bertanggung jawab kepada Badan

permusyawaratan Desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan

tersebut kepada Bupati”.

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan

bahwa pemerintahan Desa adalah kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan desa yaitu kepala

desa dan perangkat desa.

d. Otonomi Desa

Bagi masyarakat desa, otonomi desa bukanlah menunjuk pada

otonomi pemerintah desa semata-mata tetapi juga otonomi masyarakat

desa dalam menentukan diri mereka dan mengelola apa yang mereka
15

miliki untuk kesejahteraan mereka sendiri. Otonomi desa berarti juga

memberi ruang yang luas bagi inisiatif dari Desa. Kebebasan untuk

menentukan dirinya sendiri dan keterlibatan masyarakat dalam semua

proses baik dalam pengambilan keputusan berskla desa, perencanaan

dan pelaksanaan pembangunan maupun keegiatan lain yang

dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat desa sendiri.

Keberadaan otonomi desa mengacu pada konsep komunitas,

yang tidak hanya dipandang sebagai suatu unit wilayah, tetapi juga

sebagai sebuah kelompok sosial, sebagai suatu sistem sosial, maupun

sebagai suatu kerangka kerja interaksi. Akhir-akhir ini, tuntutan daerah

untuk diberi otonomi yang seluas-luasnya makin menonjol. Kondisi

seperti ini sebagian orang dinilai sebagai benih-benih terjadinya

disintegrasi bangsa dan disisi lain sebagian orang menilai bahwa

pemberian otonomi yang seluas-luasnya ini merupakan satu-satunya

jalan keluar untuk mempertahankan integrasi nasional. Dalam sejarah

ketatanegaraan Indonesia, fenomena tentang daerah yang memiliki

otonomi seluas-luasnya tadi sesungguhnya bukan hal yang baru

bahkan bukan lagi sesuatu yang membahayakan keutuhan bangsa dan

negara. Demikian pula, keberadaan desa-desa adat yang memiliki

susunan asli ternyata tidak menimbulkan gagasan pemisah diri dari

unit pemerintahan yang begitu luas. Oleh karena itu, otonomi luas

sesungguhnya bukan paradoksi bagi integrasi bangsa dan sebaliknya.

Artinya cita-cita memberdayakan daerah melalui kebijakan otonomi


16

luas tidak perlu disertai dengan sikap “buruk sangka” yang berlebihan

tentang kemungkinan perpecahan bangsa.

Kekhawatiran ini justru akan menunjukan bahwa pemerintahan

pusat memang kurang memiliki kekuatan politik yang kuat untuk

memberdayakan daerah. Ide untuk kembali menyeragamkan sistem

pemerintahan daerah dengan alasan untuk menjaga keutuhan dan

persatuan bangsa antara lain melalui penghapusan “daerah istimewa”

dan penyeragaman pemerintahan desa adalah sangat tidak kontekstual

dan tidak konseptual. Perubahan kebijakan tentang penyelenggaraan

pemerintahan daerah (termasuk pemerintahan Desa) dari undang-

undang Nomor 5 tahun 1974 dan undang-undang Nomor 5 tahun 1979

menjadi UU Nomor 22 Tahun 1999, UU No 32 tahun 2004 serta yang

terbaru dengan adanya perubahan Undang-undang pemerintahan

daerah melalui penetapan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008,

membawa implikasi yang sangat besar. Salah satu implikasi tersebut

adalah bahwa desa tidak sekedar merupakan wilayah administratif

sebagai kepanjangan tangan pemerintahan pusat di daerah (pelaksana

asas dekonsentrasi),tetapi memiliki lebih merupakan kesatuan

masyarakat hukum yang memiliki otonomi luas.

Berdasarkan kerangka waktunya, perkembangan otonomi pada

kesatuan hukum masyarakat terkecil (desa) mengalami pergeseran

yang sangat fluktuaktif, pada satu desa memiliki otonomi yang sangat

luas (most desentralizet), sedang disaat lain desa tidak memiliki


17

otonomi sama sekali dan hanya berstatus sebagai wilayah administratif

(most centralized). Pada awalnya, terbentuknya suatu komunitas

bermula dari berkumpul dan menetapnya individu-individu di suatu

tempat terdorong oleh alasan-alasan yang mereka anggap sabagai

kepentingan bersama. Alsan-alasan untuk membentuk masyarakat

yang masih bersifat sederhana atau tradisional ini adalah pertama

untuk hidup, kedua untuk mempertahankan hidupnya terhadap

ancaman dari luar, dan ketiga untuk mencapai kemajuan dalam

hidupnya.

Kumpulan individu-individu yang membentuk desa dan

merupakan sebuah daerah hukum ini, secara alami memiliki otonomi

yang sangat luas, lebih luas daripada otonomi daerah-daerah hukum di

atasnya yang lahir dikemudian hari, baik yang terbentuk oleh

bergabungnya desa-desa dengan sukarela atau yang dipaksakan oleh

pihak-pihak yang lebih kuat. Otonomi atau kewenangan desa itu antara

lain meliputi hak untuk menentukan batas daerahnya sendiri.

Selanjutnya disebutkan juga bahwa masyarakat sebagai daerah hukum,

menurut hukum adat mempunyai norma-norma sabagai berikut: berhak

mempunyai wilayah sendiri yang ditentukan oleh batas-batas yang

sah,berhak mengurus dan mengatur pemrintahan dan rumah tangganya

sendiri, berhak memilih dan mengangkat kepala daerahnya atau

majelis pemerintahan sendiri, berhak mempunyai herta benda dan


18

sumber keuangan sendiri, berhak atas tanah sendiri, dan berhak

memungut pajak sendiri.

3. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Salah satu sisi penting perwujudan otonomi desa adalah penataan

kembali pemerintah Desa sesuai dengan semngat otonomi daerah yang

luas. Latar belakang dilaksanakanya otonom dearah yang luas yaitu

pengakuan terhadap keragaman sosial budaya karena adanya kekhususan-

kekhususan pada suatu daerah seperti, corak geografiis, keadaan

penduduk kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang

sejarah keberadaan komunitas sosial masyarakat setempat.

Hal ini sesuai dengan tuntutan reformasi, yaitu tercapainya

demokrasi kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh bangsa

Indonesia, sedangkan kearah kebijakan otonomi daerah di masa depan

haruslah berorientasi pula kepada bagian dari agenda demokratisasi di

segala bidang. Dalam kaitan itu Syamsudin Haris mengemukakan bahwa

paradigma baru otonomi daerah haruslah dipandang sebagai instrumen

desentralisasi deemokratisasi dalam rangka mempertahankan keutuhan

serta keberagaman bangsa ini .Dalam kaitan ini otonomi daerah bukan

tujuan melainkan cara demokratisasi untuk mewujudkan keadilan dan

kesejahtraaan bagi seluruh unsur bangsa tanpa terkecualu.Kedua, daerah

tidak bisa dilihat sebagai subkordinasi dari pusat ke daerah melainkan

harus dipandang sebagai pusat komplementer bagi keduanya dalam

pengertian saling membutuhkan secara timbal balik.


19

Sebagai bagian dari agenda demokratisasi, otonomi daerah dalam

kerangka paradigma baru tersebut, masyarakat pula yang merubah struktur

perwakilan politik, berlakunya akuntabilitas pemerintah, tegaknya

supremasi hukum dan rasionalisasi birokrasi baik di tingkat pusat maupun

daerah.

Dengan mengacu pada pemikiran tersebut di atas, maka kedudukan

desa menjadi cukup penting sebagai basis otonomi yang luas. Dalam

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah pasal 1

ayat (12), desa diberikan pengertian sebagai “kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas batas wilayah yang berweenang untuk mengatur dn

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan

adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem

Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Jadi yang dimaksud dengan desa adalah suatu wilayah yang di

tempati oleh penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk organisasi

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu

Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah, kepada

masyarakat desa diberikan kembali haknya untuk mengatur dan mengurus

peyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan susunan asli sesuaindengan

asal ususl nilai budaya, adat istiadat masing masing masyarakat desa.

Melekatnya ciri demokrasi dalam persekutuan kehidupan masyarakt desa

seperti tersebut di atas, dan bila di kaitkan dengan PERDA No.05/2007


20

tentang pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), sebagai

wahana pemberdayaan ekonomi rakyat menjadi sangat penting karena :

a. Dengan adanya PERDA No. 05/2007 tentang BUMDes berarti mulai

diakui perlunya suatu upaya yang jelas dan terukur dalam rangka

mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat desa .

b. Bahwa dengan adanya PERDA No.05/2007 tentang BUMDes, berarti

tersedia dukungan peraturan perUndang - undangan yang mengenai

permodalan uasaha perekonomian masyarakat desa dan kepentingan

usaha ekonominya sehingga ekonomi rakyat dan atau masyarakat desa

mendapat tempat yang dijamin oleh Undang – undang.

Dalam ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

tentang Desa pasal 78 ayat (1);”Dalam meningkatkan pendapatan

masyarakat dan desa. Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha

Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa”. Selanjutnya

dalam ayat(2) pasal 78 Peraturan Pemerintah ini menyatakan

“Pembentukan Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) di tetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman pada peraturan

perundang Undangan. “kemudian ayat (3) pasal 78 Peraturan

Pemerintah ini menyatakan:” Bentuk Badan Usaha Milik Desa

sebagaimana di maksud pada ayat (1) harus berbadan hukum.

Keemudian Pasal 79 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 tentang Desa ayat (2)” permodalan Badan Usaha Milik Desa

dapat berasal dari :


21

1) Pemerintah Desa;

2) Tabungan Masyarakat;

3) Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota;

4) Pinjaman, dan atau;

5) Penyertaan modal pihak lain atau kerjasama bagi hasil atas dasar

saling menguntungkan”.

Selanjutnya dikatakan pula didalam Pasal 80 Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa ayat (1) “Badan

Usaha Milik Desa dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan

perundang undangan”. Kemudian ayat (2) di katakan. “Pinjaman

sebagaimana di maksud pada ayat (1) di lakukan setelah mendapat

persetujuan BPD”.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha

desa yang di kelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya

memperkuat perekonomian desa dan di bentuk berdasarkan kebutuhan

dan potensi desa.

Telah diketahui bahwa Negara merupakan sebuah organisasi

yang di butuhkan oleh masyarakat guna mencapai tujuan masyarakat

itu sendiri oleh karena itu tujuan masyarakat tersebut di transfer

menjadi tujuan negara.Dalam hal ini negara sebagai organisasi sosial

yang di adakan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan yang vital bagi

masyarakat, yang tidak hanya pada kebutuhan segolongan masyarakat


22

tertentu, namun juga keperluan keperluan dari seluruh rakyat,

masyarakat dan bangsa.

Ketentuan yang berkaitan dengan Badan Usaha Milik Desa,

maka penyusun mengutip pula Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun

2005 Tentang Desa, Pasal (81) yang berbunyi, sebagai berikut : Ayat

(1)” Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Pembentukan Badan

Usaha Milik Desa di atur dengan Peraturan Daerah Kabupaten /

Kota “Ayat (2)” Peraturan Daerah Kabupaten / Kota sebagaimana di

maksud pada Ayat (1) sekurang kurangnya memuat;

a) Bentuk Badan Hukum

b) Kepengurusan

c) Hak dan Kewajiban

d) Permodalan

e) Bagi hasil Usaha

f) Kerja sama dengan pihak Ketiga

g) Mekanisme pengelolaan dan pertanggungjawaban.

Mengacu, mencermati dan mengkaji hal hal di atas, maka

kegiatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sudah sepantasnya

berbuat dan melakukan kegiatanya untuk dapat meningkatkan

kesejahteraan Pemerintah Desa dan masyarakat desa secara signifikan.

Pendirian BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi

desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan


23

dengan perencanaan dan pendirianya, BUMDes di bangun atas

prakarsa (inisiasi) masyarakat, serta mendasarkan pada prinsip prinsip

Kooperatif, Partisipatif, (user-owned, user-benefited and user –

controlled ), transparansi, emansipatif, akuntable, dan sustainable

dengan mekanisme member-base dan self-help. Dari semua itu yang

terpenting adalah bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara

propesional dan mandiri.BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi

desa yang bergfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan

komersial (commercial institution) BUMDes sebagai lembaga sosial

berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam

penyediaan pelayanan sosial sedangkan sebagai lembaga komersial

bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal

(barang dan jaasa) ke pasar.dalam menjalankan usahanya prinsip

efisiensi dan efektifitas harus selalu di tekankan.

BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata

perundang undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan

yang terbangun dimasyarakat desa, Dengan demikian, bentuk

BUMDes dapat beragam di Indonesia.Ragam bentuk ini sesuai dengan

karakteristik lokal,potensi dan sumberdaya yang dimiliki masing

masing desa. Pengaturan lebih lanjut tentang BUMDes diatur melalui

Peraturan Daerah (Perda). Sebagaimana dinyatakan didalam undang

undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

tujuan pendirian BUMDes antar lain dalam rangka peningkatan


24

Peendapatan Asli Daerah (PADesa). Oleh karena itu, setiap

Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes). Namu penting disadari bahwa BUMDes didirikan atas

prakarsa masyarakat didasarkan pada potensi yang dapat di

kembangkan dengan sumber daya lokal dan terdapat permintaan

pasar. Dengan kata lain, pendirian BUMDes bukan merupakan paket

intruksional yang dari pemerintah, Pemerintah Provinsi atau

Pemerintah Kabupaten. Jika yang berlaku demikian dikhawatirkan

BUMDes akan berjalan tidak jalan sebagaimana diamanatkssan di

dalam undang undang. Tugas dan Peran Pemerintah adalah melakukan

sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakt desa melalui pemerintah

provinsi dan pemerintah kabupaten tentang arti penting BUMDes bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui pemerintah desa

masyarakat dimotivasi di dasasrkan dan persiapan untuk membgun

kehidupannya sendiri.

Dinyatakan dalam Undang undang bahwa BUMDes dapat

didirikan sesuai dengan kebutuhan dan poteensi desa, kebutuhan dan

potensi desa dimaksud adalah : a). Kebutuhan masyarakat terutama

dalam pemenuhan kebutuhan poko; b), Tersedia sumberdaya desa

yang belum di manfaatkan secara optimal terutama kekayaan desa dan

terdapat permintaan pasar; c)Tersedia sumberdaya manusia yang

mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian

masyarakat; d) Adanya unit unit yang merupakan kegiatan ekonomi


25

warga masyrakat yang dikelola secacra parsial dan kurang

terakomodasi BUMDes merupakan wahana untuk menjalnkan badan

usaha milik desa.

“Usaha Desa” adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan

ekonomi desa seperti antra lain : a). Usaha jasa keuangan, jasa

angkutan darat dan air,listrik desa, dan usaha sejenis lainnya;

b).penyaluran bahan pokok ekonomi desa ; c).Perdagangan hasil

pertanian meliputi tanaman pangan, perkebunan,petrnakan, perikanan,

dan agrobisnis; d).industri dan kerajianan rakyat.

Kerterlibatan pemerintah desa sebagai penyerta modal terbesar

BUMDes atau sebagai pendiri bersama masyarakat di harapkan

mampu memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang

diwujudkan dalam bentuk perlindungan (proteksi) atas intervensi yang

merugikan dari pihak ketiga (baik dari dalam maupun dari luar

desa) .Demikian, pula peemerintah desa ikut berperan dalam

pembentukan BUMDes sebagai badan hukum yang berpijak pada tata

aturan perundangan yang berlaku, serta sesuai dengan kesepakatan

yang terbangun di masyarakat desa.

4. Pemberdayaan Masyarakat

Penggunaan kata empowerment dan to empower diterjemahkan

menjadi pemberdayaan dan memberdayakan. Menurut Websters dan

Oxoford English Dictonery dalam Hary Hikmah (2001:17) empowerment

dan empower artinya memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuasaan dan


26

mendelegasikan otoritas ke pihak lain (to give power or aitority to), upaya

memberikan kemampuan atau keberdayaan (to give ability to or enable)

Kegagalan model pembangunan di negara-negara berkembang

yang disinyalir para ahli sangat lamban dalam mencapai tujuannya yakni

memberantas kemiskinan sebagaimana digugat oleh model pembangunan

“Community Development” dan model partisipasi rakyat, merupakan

model-model yang tidak memberikan kesempatan pada rakyat miskin

untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut

pemilihan, perencanaan, dan kemudian pelaksanaan pembangunan. Seperti

Hary Hikmah (2001:46) memberikan pengertian: “pemberdayaan pada

dasarnya adalah memberikan kekuatan kepada pihak yang kurang atau

tidak berdaya (powerless) agar dapat memiliki kekuatan yang menjadi

modal dasar aktualisasi diri”. Aktualisasi diri merupakan salah satu

kebutuhan dasar manusia, sehingga tidak mengarah pada individu semata

tapi juga kolektif.

Sementara itu Ife dalam Hary Hikmah (2001:3) memberikan

batasan pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas

sumber,kesempatan,pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan

kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi

dan mempengaruhi kehidupan komunitas mereka.

Elemen penting dalam pemberdayaan adalah partisipasi.

Pemberdayaan merupakan suatu proses yang mengandung 2 (dua)

kecenderungan seperti didefinisikan sebagai berikut:


27

a. kecendurangan primer,menekankan kepada proses memberikan atau

mengalihkan sebagai kekuasaan,kekuatan atau kemampuan kepada

masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat

dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material guna

mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.

b. kecenderungan sekunder, menekankan kepada proses menstimulasi,

mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan

atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidup

melalui proses dialog (Prijono dan Pranarka, 1996:57).

Melihat dari 2 (dua) kecenderungan di atas maka dapat digaris

bawahi bahwa masalah pemberdayaan merupakan sesuatu yang sangat

lazim untuk diterapkan pada masyarakat miskin khususnya bagi

masyarakat pedesaan. Sehingga pencapaian pembangunan di pedesaan

dapat berdayaguna dan berhasilguna. Pemberdayaan pada masyarakat

pedesaan untuk meberikan keleluasaan kepada masyarakat miskin untuk

dapat mengembangkan inovatif, persepsi dan semangat dalam

melaksanakan proses pembangunan.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang

mampu untuk melepaskan diri dari jaring kemiskinan dan

keterbelakangan. Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu bentuk

kekuatan yang harus dimunculkan guna mengatasi dampak krisis ekonomi

merupakan suatu tugas yang tidak mudah. Sehingga peranan pemerintah,

lembaga non pemerintah dan masyarakat sebagai suatu subyek yang


28

diberdayakan perlu melakukan kerjasama yang baik agar diperoleh hasil

yang baik pula dan memuaskan.

Pemberdayaan masyarakat sebagai strategi pembangunan

digunakan dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia.

Perspektif pembangunan ini menyadari betapa pentingnya kapasitas

manusia dalam rangka meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal

atas sumber daya materi dan nonmaterial melalui redistribusi modal atau

kepemilihan.

Sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan merupakan

kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil

keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan

diri mereka termaksud mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam

melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya

diri untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan mentrasfer daya dari

lingkungannya.

Terkait dengan itu,Sutrisno dalam Hary (2001:21) menjelaskan,

dalam perspektif pemberdayaan,masyarakat diberi wewenang untuk

mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari pemerintah

maupun dari pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam

proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan.

Perbedaannya dengan pembangunan pasrtisipasi adalah keterlibatan

kelompok masyarakat sebatas pada pemilihan, perencanaan, dan

pelaksanaan program, sedangkan dana tetap dikuasai oleh pemerintah.


29

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salah satu teknik untuk

memancing peran serta masyarakat adalah dengan teknik pemberdayaan

dan pengembangan komunitas, yaitu pengembangan kehidupan

masyarakat dan peningkatan taraf hidup masyarakat dalam suatu

komunitas tertentu. Dalam rangka pengembangan komunitas terseebut

dapat saja dilakukan intervensi dari luar komunitas, akan tetapi yang lebih

diutamakan adalah berkembangnya aktifitas yang berorientasi pada

kompetensi dan tanggung jawab sosial anggota komunitas sendiri.

B. Maksud, Tujuan dan Prinsip Bumdes

Potensi dan aset yang dimiliki desa sebenarnya sangat besa, namun

belum di daya gunakan secara optimal sehingga kurang memberikan layanan

kearah peningkatan ekonomi masyarakat desa secara nyata maupun menopang

kebutuhan pemerintahan desa dan peningkatan pendapatan asli desa yang

selama ini hanya mengandalkan dari bengkok/tanah khas desa. Pembentukan

dan pengembangan BUMDes sebagaimana diamankan dalam pasal 78

peraturan pemerintah No.72 Tahun 2005 tentang desa memberikan peluang

bagi peningkatan pendapatan masyarakat desa.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang

dikelola” oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat

perekonomian desa dan bentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.

Pengembangan BUMDes diharapkan mampu mendorong peningkatan

kesejahteraan masyarakat desa melalui pengembangan lembaga ekonomi desa

sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa yang antara lain meliputi :
30

Pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat; Sumber Daya Desa yang belum di

manfaatkan secara optimal; SDM yang mampu mengelola perekonomian

masyarakat desa; Adanya unit usaha ekonomi di desa yang potensi di

kembangkan. Pengertian Badan Usaha Milik Desa yang di singkat BUMDes

adalah suatu lembaga atau badan perekonomian desa yang berbadan

perekonomian desa yang dimiliki oleh pemerintah desa, dikelola secara

ekonomis mandiri dan profesional dengan modal seluruhnya atau sebagian

besar merupakan kekayaan dea yang dipusatkan.

Maksudnya pembentukan BUMDes berdasarkan pasal 2, Perda No.5

antara lain:

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian Daerah pada

umumnya dan perekonomian Desa pada khususnya.

2. Memperoleh keuntungan.

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyedian jasa bagi

peruntukan hajad hidup masyarakat Desa.

4. Sebagai perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum ada atau belum dapat

dilaksanakan oleh sektor swasta dan Koperasi dalam rangka

mengembangkan potensi Desa.

5. Turut aktif memberikan pinjaman modal pada masyarkat dan penguasha.

Tujuan pembentukan BUMDes untuk :

1. Menghindarkan anggota masyarakat desa dari pengaruh pemberian

pinjaman uang dengan binga tinggi yang merugikan masyarakat.


31

2. Meningkatkan peranan masyarakat desa dalam mengelola sumber-sumber

pendapatan lain yang sah.

3. Memelihara dan meningkatkan adat kebiasaan, gotong royong masyarakat

gemar menabung secara tertib, teratur dan berkelanjutan.

4. Mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat

desa.

5. Mendorong berkembangnya usaha sektor informal untuk dapat menyerap

tenaga kerja masyarakat di desa.

6. Meningkatkan kreatifitas berwira usaha anggota masyarakat desa yang

berpenghasilan rendah.

Prinsip Dasar dalam pendirian BUMDes :

1. Pemberdayaan : memiliki makna bahwa untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat, ketertiban masyarakat dan tanggung jawab masyarakat.

2. Keberagaman : memiliki makan bahwa usaha kegiatan masyarakat

memiliki keberagaman usaha, dan keeberagaman usaha dimaksud sebagai

bagian darai unit usaha BUMDes tanpa mengurangi status keberdayaan

dan kepemilikan usaha ekonomi masyarakat yang sudah ada.

3. Profesionalisme : memiliki makna bahwa BUMDes harus dikelola oleh

tenaga-tenaga yang dimiliki kemmpuan, keterampilan dan keahlian sesuai

dengan manajemen Modern.

4. Efesiensi : memiliki makna bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan

dengan biaya yang kecil dan hasil yang maksimal.


32

5. Transparansi : memiliki makna bahwa pengelolaan BUMDes harus

dilakukan secara terbuka, dan dapat dipantau serta di monitor secara

langsung oleh masyarkat.

6. Akuntabilitas : memiliki makna bahwa setiap pengelolaan BUMDes harus

dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan moral

7. Partisipasi : memiliki makna bahwa pengelolaan harus mampu

mewujudkan peran aktif masyarakat agar senantiasa merasa memiliki dan

turut serta bertanggung jawab terhadap perkembangan dan kelangsungan

BUMDes.

8. Demokrasi : memiliki makna bahwa dalam mengelola didasarkan pada

kebutuhan masyarakat dan harus diseleggarakan dalam perspektif

penyelenggaraan Administrasi keunagan yang benar.

Ciri Utama Pembeda BUMDes dengan lembaga ekonomi komersial

pada umumnya antara lain :

1. Badan usaha dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;

2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%)

melalui penyertaan moal (saham atau andil);

3. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari

budaya lokal (local wisdom).

4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi

pasar.
33

5. Keuntungan yang di peroleh ditunjukan untuk meningkatkan kesejahteraan

anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village

policy)

6. Difasilitasi oleh pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes

7. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD,

anggota)

8. Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan,

BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada

umumnya.

9. Keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang

signifikan terhadap peningkatan kesahteraan warga desa.

10. Tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat

mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.

BUMDes sebagai badan hukum dibentuk berdasrkan tata perundang-

undangan yang berlaku, sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di

masyarakat desa. Bentuk BUMDes dapat beragam di setiap desa di indonesia.

Ragam bentuk ini sesuai dengan karakteristik lokal, potensi, dan sumberdaya

yang dimiliki masing-masing desa. Pengaturan lebih lanjut tentang BUMDes

diatur melalui peraturan daerah (perda). Pembentukan BUMDes melalui

perdes.

Modal pendirian BUMDes yaitu yang berasal dari pemerintah desa dan

masyarakat desa itu sendiri (aset-aset kekayaan desa), seperti: tanah, kas dan

desa, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan
34

ikan yang dikelola desa dan lain-lain kekayaan milik desa. Dari dalam yaitu

yang berasal dari investasi luar, baik lokal ataupun asing, pemerintah diatas

dan sebagainya. Dari luar modal usaha BUMDes harus lebih banyak berasal

dari dalam di bandingkan dengan investasi dari luar.

Penguatan kegiatan BUMDes dilakukan melalui pemdes, pemda dan

pemerintah dapat memfasilitasi, melalui:

1. Penyusunan rencana pengembangan perekonomian desa

2. Mengembangkan dan menguatkan keuangan desa dengan pendirian

BUMDes

3. Pelatihan bagi aparat maupun masyarakat desa;penguatan kelembagaan

desa/masyarakat desa

4. Fasilitas akses modal, kerjasama dan pasar yang dilaksanakan secara

bersama antar para pelaku masyarakat desa, pemerintah desa, dunia usaha,

pemerintah.

5. Memperhatikan daya dukung dan rencana tata ruang wilayah

6. Mengembangkan usaha-usaha kerjasama antar desa; menguatkan produksi

lokal

7. Memberikan rasa aman bagi kegiatan investasi.

BUMDes sebagai penggerak perekonomian masyarakat pedesaan

pembangunan pedesaan pada dasarnya merupakan suatu strategi memperbaiki

kehidupan sosial dan ekonomi golongan miskin melalui pemerataan

pendapatan dan adanya perbaikan kelembagaan (juara 1985). Aspek

kelembagaan sangat penting terutama dilihat dari segi ekonomi pedesaan.


35

Dikatakan bahkan aspek kelembagaan merupakan syarat pokok yang

diperlukan agar struktur pembangunan dipedesaan dikatakan maju.

Fungsi-fungsi dari pokok lembaga tersebut adalah pertama,mengatur

pola hubungan kerja antara para pelaku ekonomi pedesaan,baik antara

kelompok-kelompok anggota komunitas maupun komunitas lainnya. Kedua,

menghimpun kekuatan untuk memobilisasi sumber daya secara maksimal

untuk mendorong pertumbuhan dan perbaikan ekonomi. Ketiga, pengatur arus

informasi pembangunan, permusyawaratan pembangunan sosial ekonomi

pedesaan. Keempat, memberikan pedoman umum kepada warga komunitas

tentang pola aktivitas sosial ekonomi yang lebih baik.

C. Dasar Hukum BUMDes


Landasan Hukum BUMDes Pendirian BUMDes dilandasi oleh Undang

undang dan Peraturan Pemerintah. Secara rinci tentang kedua landasan

Hukum BUMDes adalah :

1. Undang undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah ; Pasal

2013 Ayat (1) ”Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai

dengan kebutuhan dan potensi desa”

2. Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2005 tentang Desa: Pasal 78. 1) Dalam

meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa, Pemerintah Desa dapat

mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi

Desa. 2) Pembentukan Badan Usaha Milik Desa sebagaimana di maksud

pada Ayat (1) di tetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman pada

Peraturan Perundang undangan .3)Bentuk Badan Usaha Milik Desa


36

sebagaimana di maksud pada Ayat (1) harus berbadan Hukum .Pasal 79.1)

Badan Usaha Milik Desa sebagaimana di maksud dalam Pasal 78 Ayat (1)

adalah usaha desa yang di kelola oleh Pemerintah Desa.2) Permodalan

Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari: a) Pemerintah Desa; b)

Tabungan

Masyarakat; c) Bantuan Pemerintah , Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota; d) Pinjaman ; dan/atau e) Penyertaan modal

pihak lain atau kerja sama bagi hasil.

3. Undang undang No 34 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Pasal 213

Ayat (1) Desa dapat mendirikan BUMDes sesuai dengan kebutuhan dan

potensi Ayat (2) Badan Usaha Milik Desa adalah berbadan hukum

sebagaimana di atur dalam Peraturan Perundang Undangan. Ayat (3)

BUMDes sebagaimana Ayat (1) dapat melakukan pinjaman sesuai dengan

Peraturan Perundang undangan.

4. Undang undang No.7/1992 jo UU No 10/1998 Tentang Perbankan UU No

25/1992 Tentang Perkoperasian sistem kegiatan perekonomian masyarakat

dalam skala mikro yang ada di desa dan di kelola oleh masyarakat bersama

Pemerintah Desa setempat yang pengelolaannya terpisahkan dari kegiatan

Pemerintah Desa.

Seluruh dana yang di peroleh BUMDes di gunakan sebagai modal

usaha dan simpan pinjam untuk melayani kebutuhan anggota masyarakat

dengan ketentuan :
37

a. Pemberian pinjaman usaha kepada anggota masyarakat maksimal

Rp.1.000.000,-Peranggota.

b. Penentuan suku bunga di tetapkan melalui musyawarah desa dengan

ketentuan tidak boleh dari 2 % perbulan dari pinjaman.

c. Anggota masyarakat wajib mengembalikan dana yang di pinjam dalam

jangka waktu maksimal 1 (satu) Tahun dan dapat di gulirkan kembali

kepada anggota masyarakat yang lain dalam rangka

pengembangannya.

Bentuk pengawasan yang dilaksanakan agar sesuai dengan

Planning yang telah di buat menurut Sujamto (1987 : 48) harus meliputi

beberapa kegiatan antara lain :

a. Pemeriksaan, dilakukan pada setiap satuan kerja baik tentang

pelaksanaan program, pemanfaatn uang, perlengkapan, serta ketaantan

terhadap peraturan Perundang undangan yang berlaku secara berdaya

guna sesuai dengan pengunaan sumber sumber yang ada.

b. Pengujian dan penilaian dilakukan terhadap hasil yang di laporkan

secara berkala atau sewaktu waktu dari setiap satuan kerja di

Lingkungan Dinas/ Departemen.

c. Pengawasan dilakukan untuk meneliti mengenai kebenaran laporan

atau pengaduan tentang hambatan penyimpangan atau penyalahgunaan

di bidang tehnik operasioanl dan tehnik administrasi serta pelaksanaan

proyek proyek inpres kesehatan.


38

d. Peninjaun dilakukan dengan menyaksikan langsung pelaksanaan

proyek untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kegiatan di

lapangan.

e. Penertiban dilakukan dengan tindakan administrasi atau tindakan

lainya sesuai dengan kewenangan terhadap aparatur yang dipimpinnya,

sesuai pula dengan tindakan yang dilakukan.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


Adapun jurnal yang berkaitan dengan judul sebagai berikut ;

1. Robiatul Adawiyah,2018,Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik


Desa (BUMDes) Berbasis Aspek Modal Sosial (Studi Pada BUMDes
Surya Sejahtera,Desa Kedungturi, Kecamatan Taman,Kabupaten
Sidoarjo).No,3,Volume 6.

Pendahuluan

Salah satu misi pemerintah pada saat ini yaitu untuk membangun

daerah pedesaan yang dapat di capai melalui sebuah pemberdayaan

masyarakat produktivitas dan keanekaragaman usaha yang ada,

terpenuhinya sarana dan fasilitas untuk mendukung peningkatan ekonomi

desa, membangun dan memperkuat institusi yang mendukung rantai

produksi dan pemasaran serta mengoptimalkan sumber daya manusia

sebagai dasar pertubuhan ekonomi desa.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan instrument

pemberdayaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis usaha sesuai

dengan potensi yang dimiliki desanya. Pengembangan potensi ini memiliki


39

tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga desa melalui

pengembangan usaha ekonomi. Disamping itu, keberadaan BUMDes juga

membawa dapak terhadap peningkatan sumber pendapatan asli desa

(PAD) yang memungkinkan desa untuk mampu melakukan sebuah

pembangunan dan juga untuk peningkatan kesejahteraan secara lebih

optimal.

Melihat posisi BUMDes dalam menghadapi realitas desakan arus

intervensi modal domestik dan asing yang kini menjadikan desa sebagai

sasaran pengembangan usaha sangat keras sekali, disamping itu BUMDes

ini hanya bermodal tak seberapa jika dibandingkan dengan swasta yang

selalu bermodal besar. Dengan sumber daya alam yang dimiliki desa, hal

ini sangat rawan sekali terjadi intervensi modal dan pasar di pedesaan.

Kehadiran BUMDes sendiri akan menjadi penangkal bagi kekuatan

korporasi asing dan nasional. Diharapkan BUMDes ini mampu

menggerakan dinamika ekonomi desa, dan sebagai perusahaan milik desa.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif

yang berguna untuk memberi gambaran rinci mengenai strategi

pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) berbasis aspek modal

sosial di BUMDes Surya Sejahtera, Desa Kedungturi, Kecamatan Taman,

Kabupaten Sidoarjo. Teknik penentuan informan dilakukan dengan teknik

purposive dan snowball. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

teknik observasi, wawancara, dokumentasi. Sedangkan teknik


40

pemeriksaan keabsahan data melalui triangulasi dan observasi secara

terus-menerus. Teknik analisis data menggunakan teknik reduksi data,

penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil dan Pembahasan

a. Kegiatan Survey Feedback di BUMDes Surya Sejahtera

Sebuah organisasi sangat membutuhkan pengembangan

organisasi agar organisasinya lebih dapat beradaptasi dengan segala

perubahan dan kebutuhan masyarakat pada saat ini. Salah satu strategi

pengembangan organisasi yang sangat penting adalah kegiatan Survey

Feedback. Menurut Wibowo, Survey Feedback adalah suatu teknik

pengembangan organisasi di mana kuesioner dan interview digunakan

untuk mengumpulkan informasi tentang masalah yang terkait dengan

organisasi. Informasi ini dibagikan kepada pekerja, kemudian

digunakan sebagai dasar untuk melakukan perubahan organisasional.

b. Partisipasi dan Tindakan Proaktif dalam kegiatan Survey

Feedback di BUMDes Surya Sejahtera

Menurut Habullah adanya modal sosial tidak hanya dibangun

oleh suatu individu, akan tetapi terbangun dari adanya interaksi yang

terjadi antar individu dalam suatu kelompok/ jaringan sosial. Interaksi

tersebut akan berhasil jika individu yang ada di kelompok mau

melibatkan diri dan bersosialisasi dengan individu lainnya. Jaringan

sosial tersebut diorganisasikan menjadi sebuah institusional yang


41

memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh

jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut.

Dalam strategi pengembangan BUMDes Surya Sejahtera, tidak

hanya menyangkutkan pengurus BUMDes saja tetapi juga ada

hubungan dengan masyarakat. Masyarakat dapat berpartisipasi dan

memberikan kritik atau sarannya kepada pengurus BUMDes. Dengan

begitu pengurus pun dapat mengetahui penilaian yang diberikan

masyarakat, atau terkait masalah dan kebutuhan masyarakat pada saat

ini.

c. Education and Training Activities dalam Kegiatan Pengembangan

BUMDes Surya Sejahtera

Sebuah organisasi sangat memerlukan adanya kegiatan

pendidikan dan pelatihan, hal itu dirasa sangat penting agar segala

tindakan yang dilakukan sudah terkoordinir sesuai dengan aturan atau

pedoman yang ada.

Menurut Widodo, Education dan Training Activity merupakan

teknik pengembangan organisasi yang melakukan peningkatan

pemahaman pekerja atas perilaku yang mereka sendiri dan dampaknya

terhadap orang lain. Pada kegiatan pendidikan dan pelatihan di

BUMDes Surya Sejahtera, pelatihan lebih diutamakan kepada Ketua

BUMDes, sedangkan untuk pengurus BUMDes yang lainnya lebih

kepada pendampingan saat awal BUMDes didirikan. Proses


42

pendampingan ini bersifat kontrak, sehingga setelah masa kontrak

habis, proses pendampingan pun selesai.

d. Sosialisasi Sebagai Bentuk Partisipasi Dalam Kegiatan Education

And Training Di BUMDes Surya Sejahtera

Dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan ini bukan hanya

pengurus yang diberi pengarahan tapi masyarakat juga diberikan

pengarahan. Pengarahan ini disebut sebagai kegiatan sosialisasi.

Sosialiasi dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai BUMDes

dan berbagai kegiatan yang ada didalamnya. Sosialisasi diberikan pada

saat rapat RT/RW, rapat PKK, rembug warga, dan juga rapat anggota

tahunan (RAT).

Sosialisasi kepada masyarakat Desa Kedungturi ini tidak hanya

diberikan pada saat akan pendirian BUMDes saja tetapi juga pada saat

BUMDes telah didirikan, bahkan hingga saat ini. Hal tersebut

dilakukkan dengan harapan dapat menarik perhatian masyarakat agar

masyarakat lebih berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang diadakan

oleh BUMDes Surya Sejahtera.

e. Team Building pada BUMDes Surya Sejahtera

Pembentukan tim atau team building sangat lah penting dalam

sebuah proses pengembangan organisasi. Menurut Widodo, team

building merupakan suatu teknik di mana pekerja mendiskusikan

persoalan yang berhubungan dengan kinerja kelompok kerja mereka.


43

Atas dasar diskusi ini, masalah spesifik diidentifikasi, ditemukan dan

direncanakan untuk memecahkan dan diimplementasikan.

Strategi dalam pembentukkan tim ini dirasa sangat diperlukan

karena tim ini lah yang nantinya akan menjalankan semua urusan atau

pengelolaan organisasi, sehingga setiap pengurus harus memiliki

kompetensi dalam dirinya.

Dalam strategi pembentukan tim yang ada di BUMDes Surya

Sejahtera, peneliti lebih berfokus pada cara pembentukan pengurus

lebih. Pada BUMDes Surya Sejahtera lebih mementingkan

pembentukan yang seluruh pemilihannya diserahkan kepada

masyarakat. Hal itu dikarenakan BUMDes ini dibentuk untuk

kepentingan masyarakat, sehingga semua keputusan juga dikembalikan

kepada masyarakat. Tidak ada campur tangan dari pihak lain,

pemilihan pengurus ini benar-benar atas keinginan dan suara dari

masyarakat tanpa ada sedikit pun.

f. Kepercayaan Masyarakat dalam Kegiatan Team Building di

BUMDes Surya Sejahtera

Proses pemilihan pengurus yang dilakukan oleh masyarakat

didasarkan kepada kompetensi yang dimiliki kandidat, setiap pengurus

dirasa sangat berkompeten dan mampu melaksanakan tugasnya.

Masyarakat sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada pengurus

dikarenakan semua pengurus merupakan waraga asli Desa Kedungturi,


44

selain itu semuanya memiliki jabatan sehingga masyarakat juga tau

karakter pengurus seperti apa karena sudah saling kenal.

Menurut Hasbullah, unsur terpenting dari modal sosial adalah

kepercayaan yang merupakan perekat bagi keberlangsungan kerjasama

dalam sebuah lembaga/ organisasi, baik antara masyarakat dengan

masyarakat, masyarakat dengan pengurus, mau pun pengurus dengan

sesame pengurus. Dengan adanya kepercayaan, sebuah lembaga/

organisasi akan lebih bisa bekerja secara efektif. Dalam kegiatan Team

Building di BUMDes Surya Sejahtera, menunjukkan adanya

kepercayaan yang diberikan kepada masyarakat kepada pengurus

BUMDes. Hal tersebut dirasa sangat penting dalam sebuah

kepengurusan lembaga. Dengan adanya kepercayaan yang diberikan

masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat mendukung adanya

pembangunan dan pengembangan BUMDes Surya Sejahtera

g. Team Building pada BUMDes Surya Sejahtera

Pembentukan tim atau team building sangatlah penting dalam

sebuah proses pengembangan organisasi. Menurut Widodo, team

building merupakan suatu teknik di mana pekerja mendiskusikan

persoalan yang berhubungan dengan kinerja kelompok kerja mereka.

Atas dasar diskusi ini, masalah spesifik diidentifikasi, ditemukan dan

direncanakan untuk memecahkan dan diimplementasikan.

Strategi dalam pembentukkan tim ini dirasa sangat diperlukan

karena tim ini lah yang nantinya akan menjalankan semua urusan atau
45

pengelolaan organisasi, sehingga setiap pengurus harus memiliki

kompetensi dalam dirinya. Dalam strategi pembentukan tim yang ada

di BUMDes Surya Sejahtera, peneliti lebih berfokus pada cara

pembentukan pengurus lebih. Pada BUMDes Surya Sejahtera lebih

mementingkan pembentukan yang seluruh pemilihannya diserahkan

kepada masyarakat. Hal itu dikarenakan BUMDes ini dibentuk untuk

kepentingan masyarakat, sehingga semua keputusan juga dikembalikan

kepada masyarakat. Tidak ada campur tangan dari pihak lain,

pemilihan pengurus ini benar-benar atas keinginan dan suara dari

masyarakat tanpa ada sedikit pun.

h. Kepercayaan Masyarakat dalam Kegiatan Team Building di

BUMDes Surya Sejahtera

Proses pemilihan pengurus yang dilakukan oleh masyarakat

didasarkan kepada kompetensi yang dimiliki kandidat, setiap pengurus

dirasa sangat berkompeten dan mampu melaksanakan tugasnya.

Masyarakat sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada pengurus

dikarenakan semua pengurus merupakan waraga asli Desa Kedungturi,

selain itu semuanya memiliki jabatan sehingga masyarakat juga tau

karakter pengurus seperti apa karena sudah saling kenal.

Menurut Hasbullah, unsur terpenting dari modal sosial adalah

kepercayaan yang merupakan perekat bagi keberlangsungan kerjasama

dalam sebuah lembaga/ organisasi, baik antara masyarakat dengan

masyarakat, masyarakat dengan pengurus, maupun pengurus dengan


46

sesame pengurus. Dengan adanya kepercayaan, sebuah lembaga/

organisasi akan lebih bisa bekerja secara efektif. Dalam kegiatan Team

Building di BUMDes Surya Sejahtera, menunjukkan adanya

kepercayaan yang diberikan kepada masyarakat kepada pengurus

BUMDes. Hal tersebut dirasa sangat penting dalam sebuah

kepengurusan lembaga. Dengan adanya kepercayaan yang diberikan

masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat mendukung adanya

pembangunan dan pengembangan BUMDes Surya Sejahtera.

i. Nilai Kejujuran dalam Team Building di BUMDes Surya Sejahteta

Menurut Hasbullah, nilai memiliki peran penting dalam

kehidupan manusia, artinya ketika individu yang berada di suatu

kelompok senantiasa memberi nilai yang tinggi terhadap aspek-aspek

kompetensi, kejujuran, serta pencapaian, maka kelompok tersebut

cenderung jauh lebih cepat berkembang. Kepercayaan yang terbangun

pada BUMDes Surya Sejahtera ternyata juga dilandasi oleh adanya

kejujuran yang diterapkan oleh pengurus BUMDes melalui adanya

keterbukaan dan transparansi.

Keterbukaan diterapkan dengan adanya rapat anggota tahunan,

dari rapat tersebut selalu ditunjukkan pengelolaan dana dan sisa hasil

usaha dari BUMDes. Inilah yang membuat masyarakat percaya. Selain

itu awal pembentukan BUMDes juga dilakukkan proses identifikasi

masalah, yaitu masalah apa yang saat ini dialami oleh masyarakat.

Lalu masyarakat memberikan masukkan, kepada para pengurus

BUMDes terpilih. Terbentuknya unit usaha toko sembako juga atas


47

saran dari masyarakat. Sehingga proses identifikasi dilakukan dengan

msenampung aspirasi masyarakat. Dalam pembentukan tim atau team

building yang ada pada BUMDes Surya Sejahtera menerapkan

partisipasi yang berupa pemilihan secara langsung dari masyarakat,

tindakan proaktif yang dimana masyarakat dapat memberikan

suaranya, kepercayaan dari masyarakat dalam memilih pengurus dan

pengelolaan yang dilakukan pengurus, dan nilai-nilai yang berupa nilai

kejujuran yang diterapkan dengan sistem transparansi atau

keterbukaan.

j. Management by Objectives di BUMDes Surya Sejahtera

Management by Objectives atau pengelolaan yang terpusat

pada sasaran keberhasilan yaitu proses menetapkan dan mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pengembangan ini sangat penting

yaitu berguna untuk menentukan rencana dalam upaya mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Widodo, Management by

Objectives merupakan suatu teknik di mana manajer dan bawahannya

bekerja bersama menetapkan, kemudian mencapai tujuan

organisasional.

k. Norma Sosial Berupa Kegiatan yang Saling Menguntungkan

dalam kegiatan Management by Objectives di BUMDes Surya

Sejahtera

Norma sosial sebagai penentu atau pedoman dan panduandi

masyarakat. Norma sosial ini sangat penting, mengingat bahwa setiap

kegiatan harus memperhatikan norma sosial yang ada di masyarakat.


48

Norma sosial menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah

jaringan kerja sosial, dengan terbentuknya jaringan kerja sosial maka

terbangunlah norma sosial.

Adanya BUMDes Surya Sejahtera dinilai sangat dapat

membawa manfaat dan keuntungan kepada masyarakat. BUMDes

Surya Sejahtera dapat menjadi solusi untuk masalah keuangan

masyarakat. Masyarakat dapat melakukan peminjaman yang mudah

dan tidak berbelit-belit dengan agunan yang sedikit, sehingga

masyarakat lebih tertarik bergabung menjadi anggota UED-SP dari

pada meminjam di Bank. Masyarakat dapat melakukakan peminjaman

modal untuk membuat atau mengembangkan usaha yang ada.

Sehingga adanya BUMDes ini dapat menghidupkan usaha-

usaha kecil yang ada di Desa Kedungturi dan dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat Desa. Selain itu masyarakat juga dapat

menabung dengan minimal tabungan hanya sebesar Rp 10.000,00. Hal

itu pula yang menjadi daya tarik di masyarakat.

l. Reciprocity dalam Strategi Management by Objectives di BUMDes

Surya Sejahtera

Hasbullah mengatakan bahwa imbalan dari adanya proses

reciprocity ini tidak diharapkan seketika dan tanpa batas waktu

tertentu. BUMDes Surya Sejahtera memang lebih mengutamakan

kepentingan masyarakat dari pada mencari keuntungan, sehingga

masyarakat dapat merasakan keuntungan dan manfaat dari adanya


49

BUMDes ini. Karena sebuah badan usaha, keuntungan itu pasti dicari,

tapi bukan menjadi prioritas utama. Dari strategi Management by

Objectives menunjukkan bahwa ada aspek modal sosial yang berupa

norma sosial dimana adanya BUMDes membawa keuntungan untuk

masyarakat dan terdapat aspek lain yaitu berupa Reciprocity atau

timbal balik dimana BUMDes ini lebih mengutamakan kepentingan

masyarakat dari pada mecari sebuah keuntungan.

2. Irni Nuryanati,2019,Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik


(BUMDes) Kasus di BUMDes Mitra Sejahtera Desa Cibunut
Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka,No,2, Volume 3.
Pendahuluan

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan unit pemerintahan

terkecil desa yang jumlahnya cukup tinggi. Desa adalah kesatuan wilayah

yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan

sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan

kelompok rumah diluar kota yang merupakan kesatuan (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2013). Berkaitan dengan desa, pemerintah telah

mengesahkan peraturan yang mengatur khusus tentang pemerintahan desa,

yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 (UU Desa).

Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah semenjak lama

dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai program. Namun, upaya itu

belum membuahkan hasil yang memuaskan sebagaimana diinginkan

bersama. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya

program-program tersebut. Salah satu faktor yang paling dominan adalah


50

intervensi pemerintah yang terlalu besar, akibatnya justru menghambat

daya kreativitas dan inovasi masyarakat desa dalam mengelola dan

menjalankan mesin ekonomi di pedesaan. Sistem dan mekanisme

kelembagaan ekonomi di pedesaan tidak berjalan efektif dan berimplikasi

pada ketergantungan terhadap bantuan pemerintah sehingga mematikan

semangat kemandirian (Panduan Manajemen Badan Usaha Milik Desa,

2016).

Bentuk kelembagaan sebagaimana disebutkan diatas dinamakan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

merupakan lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan

pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan

dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes diharapkan

mampu menstimuli dan menggerakkan roda perekonomian di pedesaan.

Asset ekonomi yang ada di desa harus dikelola sepenuhnya oleh

masyarakat desa. Substansi dan filosofi BUMDes harus dijiwai dengan

semangat kebersamaan dan self help sebagai upaya memperkuat aspek

ekonomi kelembagaannya. Pada tahap ini, BUMDes akan bergerak

seirama dengan upaya meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli desa,

menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dimana peran BUMDes

sebagai institusi payung dalam menaungi. Upaya ini juga penting dalam

kerangka mengurangi peran free-rider yang seringkali meningkatkan biaya

transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat melalui praktek rente

(Nurcholis, 2011).
51

Majalengka memiliki tingkat perkembangan usaha yang berbeda,

dimana terbagi menjadi dua (2) kategori, yaitu pada tingkat “Baik” dan

“Berjalan”. Pada kategori “Baik” terdapat 79 BUMDes sedangkan sisanya

246 BUMDes masih dalam kategori “Berjalan”. (Badan Pemberayaan

Masyarakat Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten

Majalengka, 2016)

Salah satu BUMDes yang ada di Kabupaten Majalengka yaitu

BUMDes Mitra Sejahtera. BUMDes Mitra Sejahtera ini berada di Desa

Cibunut, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka yang merupakan

salah satu BUMDes yang bergerak dibidang pertanian dengan Peraturan

Desa Nomor 02 Tahun 2010 yang mulai beroperasi tahun 2015, dan pada

Januari 2016 BUMDes Mitra Sejahtera mendapatkan SK sehingga mulai

melakukan manajemennya dengan baik. Unit usaha yang dinaungi oleh

BUMDes Mitra Sejahtera yaitu kios sarana produksi (saprodi) pertanian,

dengan melakukan pengadaan pupuk organik dan kimia. Karena usaha

tersebut masih tergolong baru dan dalam tahap percobaan oleh karena itu

BUMDes Mitra Sejahtera dibutuhkan strategi pengembangan agar usaha

BUMDes tersebut dapat berjalan dengan baik, mengembangkan jaringan

usaha lain dan diharapkan manfaat dari usaha bumdes tersebut dapat

dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat berdampak bagi

kesejahteraan masyarakat desa dan meningkatkan pendapatan desa.

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penulis tertarik

untuk meneliti tentang “Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik


52

Desa (BUMDes) Mitra Sejahtera Desa Cibunut Kecamatan Argapura

Kabupaten Majalengka”. Dari latar belakang masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian adalah 1) Mengetahui

gambaran BUMDes Mitra Sejahtera ; 2) Mengetahui faktor-faktor internal

yang menjadi kekuatan dan kelemahan BUMDes Mitra Sejahtera serta

faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman BUMDes

Mitra Sejahtera ; 3) Mengetahui Alternatif strategi yang memungkinkan

untuk diterapkan dalam pengembangan BUMDes Mitra Sejahtera.

Metode Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di BUMDes Mitra Sejahtera Desa

Cibunut Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini

ditentukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa

BUMDes tersebut memiliki potensi yang besar dan strategis untuk

dikembangkan. Waktu penelitian akan dimulai pada bulan Januari sampai

dengan bulan Juni 2017. Metode yang digunakan adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah

terdiri atas data primer dan data sekunder.

Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus BUMDes Mitra

Sejahtera, serta petani yang ada di Desa Cibunut Kecamatan Argapura

Kabupaten Majalengka. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 759

yang terdiri dari pengurus BUMDes Mitra Sejahtera 9 orang dan 750

orang petani desa Cibunut. Sampel dalam penelitian menggunakan metode


53

probability simple random sampling. Keseluruhan populasi dari pengurus

BUMDes Mitra Sejahtera dan petani yang ada di Desa Cibunut sebanyak

759 orang, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 10

% dari keseluruhan jumlah populasi sehingga didapat jumlah sampel

dalam penelitian ini berjumlah 75,9 orang dibulatkan menjadi 76 orang

yang terdiri dari pengurus BUMDes Mitra Sejahtera 9 orang dan petani

Desa Cibunut sebanyak 67 orang. Mengetahui bagaimana gambaran

BUMDes Mitra Sejahtera, maka dilakukan analisis deskriptif. Analisis

SWOT yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari mendefinisikan

aspek terkait menjadi faktor internal yang terdiri atas komponen kekuatan

dan kelemahan serta faktor eksternal yang terdiri atas peluang dan

ancaman BUMDes Mitra Sejahtera (Rangkuti, 2001;2004;2009). QSPM

digunakan untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara

objektif, berdasarkan key success factor internal-external yang telah di

identifikasikan sebelumnya atau dengan kata lain untuk menetapkan

kemenarikan relative (relative atractiveness) dari strategi-strategi yang

bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang

dianggap paling baik untuk diimplementasikan (David, 2009; David, 2004,

2006,2009).

Hasil dan Pembahasan

a. Gambaran Umum BUMDes Mitra Sejahtera

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah sebuah perusahaan

yang dikelola oleh masyarakat desa, yang kepengurusanya terpisah


54

dari pemerintah desa. BUMDes dibentuk untuk menggali potensi

wirausaha yang ada di desa tersebut. Dengan dikelola oleh warga

masyarakat yang mempunyai jiwa wirausaha, diharapkan BUMDes

nantinya akan menghasilkan pendapatan asli desa yang diperoleh dari

hasil perputaran usaha yang dikelola oleh BUMDes tersebut.

b. Bidang Usaha BUMDes Mitra Sejahtera

Untuk mencapai maksud dan tujuannya, maka BUMDes Mitra

Sejahtera menyelenggarakan bidang usaha antara lain :

1) Penarikan Omset Tanah Gunung

Tanah Gunung merupakan aset desa berupa tanah atau

lahan pertanian yang pada awalnya dikelola oleh aparat Desa

Cibunut saja, tetapi saat ini pengelolaan tanah tanah gunung

tersebut dibantu oleh BUMDes Mitra Sejahtera dalam penarikan

omset atau uang sewa tanah gunung, untuk tujuan memajukan dan

membangun masyarakat dengan mengajukan tender pengelolaan

omset tanah gunung dengan cara yang jelas dan akuntabel sehingga

manfaatnya dapat dirasakan lebih maksimal oleh yang berhak.

Tanah gunung tersebut untuk disewakan kepada masyarakat

Desa Cibunut dan sebagian kepada masyarakat Desa Cibuluh.

Terdiri dari 5 blok tanah gunung yaitu Blok D, Blok Kijamuju,

Blok Balakatoa, Blok Tanjakan Akar, dan Blok Maloyang. Luas

tanah gunung keseluruhan yaitu 50 ha dengan biaya sewa untuk


55

tanah gunung yaitu mulai dari Rp.150.000,- s/d Rp. 350.000,-

/tahun. Bidang usaha tanah gunung ini sudah dimulai sejak Mei

2015 hingga sekarang.

Tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan kegiatan ini

adalah sebagai berikut:

a) Menertibkan proses Pengelolaan tanah gunung.

b) Meminimalisir tingkat penyelewengan omset tanah gunung.

c) Membekali masyarakat dengan pengetahuan mengenai

managemen keuangan.

d) Membantu masyarakat agar dapat merasakan manfat yang

maksimal dari omset tanah gunung.

Pengelolaan Tanah gunung oleh Bumdes berlandaskan

kepada :

a) Pasal 213 Ayat (1) Undang-undang No. 32 tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah

b) Pasal 78 PP N0. 72 Tahun 2005 tentang Desa

c) Peraturan menteri dalam negeri Republik Indonesia No. 39

Tahun 2010 tentang Tata Cara Pembentukan Bumdes

d) Pengoprasionalan kehendak masyarakat/rakyat sebagai

pemegang kekuasaan tertinggi di NKRI.

2) Kios Pertanian BUMDes Mitra Sejahtera

Kios Pertanian BUMDes Mitra Sejahtera merupakan

bidang usaha kedua yang dijalankan oleh BUMDes Mitra


56

Sejahtera, kios tersebut menjual pestisida, pupuk organik, dan

pupuk anorganik. Lokasi kios pertanian ini untuk sementara

berlokasi di pekarangan rumah salah satu pengurus BUMDes Mitra

Sejahtera. Kios pertanian BUMDes Mitra Sejahtera ini sudah di

mulai sejak januari 2016 saat BUMDes Desa Cibunut diremajakan

untuk yang kedua kalinya. Maksud tujuan membuka bidang usaha

kios pertanian adalah untuk memfasilitasi masyarakat desa Cibunut

yang mayoritas pekerjaannya adalah sebagai petani agar

masyarakat Desa Cibunut tidak kesulitan dalam pemenuhan

pestisida serta pupuk baik organik maupun anorganik.

Sebagian besar masyarakat Desa Cibunut membeli

kebutuhan pestisida dan pupuknya ke kios pertanian BUMDes

Mitra Sejahtera, bahkan tidak hanya masyarakat Desa Cibunut saja,

kios pertanian BUMDes Mitra Sejahtera juga memiliki pelanggan

dan juga pembeli dari luar Desa Cibunut seperti Desa Tejamulya,

Desa Argapura dan Desa Sagara.

3. Muhammad Bahrul Rizki,2018,Strategi Badan Usaha Milik Desa


(BUMDes) Dalam Pengembangan Usaha Kebun Singkong Gajah Di
Desa Tepian Makmur Kecamatan Rantau Pulung Kabupaten Kutai
Timur, No,4, Volume 6.

Pendahuluan

Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah semenjak lama

dijalankan oleh pemerintah melalui beberapa program. Namun upaya itu

belum membuahkan hasil yang memuaskan sebagaimana diinginkan


57

bersama. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kurang berhasilnya

program-program tersebut. Salah satu faktor yang dominan adalah

intervensi pemerintah terlalu besar, akibatnya justru menghambat daya

kreativitas dan inovasi masyarakat desa dalam mengelola dan menjalankan

mesin ekonomi di pedesaan. Sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi

di pedesaan tidak berjalan efektif dan berimplikasi pada ketergantungan

terhadap bantuan pemerintah sehingga mematikan semangat kemandirian.

Hal demikianlah yang saat ini terjadi di Desa Tepian Makmur Kecamatan

Rantau Pulung. Dimana dengan adanya beberapa perusahaanperusahaan

negara yang ada di desa seperti perkebunan kelapa sawit, masih kurang

mampu untuk mendorong perekonomian masyarakat menjadi lebih baik.

Di Desa Tepian Makmur sendiri pembangunan lembaga ekonomi atau

disebut Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sudah berjalan sebagaimana

yang diatur dalam peraturan daerah (PERDA) Nomor 12 Tahun 2011

tentang pedoman pembentukan dan pengelolaan Badan Usaha Milik desa

(BUMDes) dan disertai peraturan Desa (PERDES) Tepian Makmur

Nomor 64.08.14.2008/07/140.08-C Tahun 2012 tentang pembentukan

badan Usaha Milik desa (BUMDes).

Ada beberapa jenis usaha yang meliputi kegiatan Badan Usaha

Milik desa (BUMDes) yaitu: pasar desa, waserda, transportasi, home

industry, perikana darat, pertanian, simpan pinjam, sumber air, obyek

wisata desa, kerajinan rakyat, peternakan, agroindustri. Di Desa Tepian

Makmur untuk saat ini gagasan yang lakukan adalah dalam bidang
58

pertanian yaitu pembangunan usaha kebun singkong gajah dan

pembangunan pabrik tapioka. Landasan dari pembangunan usaha tersebut

bukan semata-mata sebagai kegiatan rutin atau lain sebagainya. Namun,

banyak pertimbangan-pertimbangan seperti sistem pengolahan, kondisi

lahan, kondisi cuaca, sistem pemasaran, keuntungan, kerugian, dan juga

modal yang digunakan dalam pembangunan usaha tersebut. Tidak hanya

itu salah satu pertimbangan penting dari pembangunan usaha kebun

singkong gajah ini adalah mampu meningkatkan kesejahtaraan masyarakat

lebih signifikan. Dapat dilihat dari modal yang digunakan tidak terlalu

berat bagi petani, proses yang cukup mudah dan singkat, dan juga

keuntungan yang besar. Dengan beberapa pertimbangan tersebut dapat

disimpulkan bahwa pembangunan usaha kebun singkong gajah dan pabrik

tepung tapioka sangat membantu meningkatkan perekonomian

masyarakat.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah

mengunakan penelitian deskiptif kualitatif, yaitu dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang di teliti dengan mengambarkan

keadaan subyek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan

lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam

akan dianalisis secara kualitatif.


59

Penulis menetapkan fokus dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Strategi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam pengembangan

usaha kebun singkong gajah di desa tepian makmur Proses

pengembangan usaha yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) Tepian Makmur meliputi:

a) Perencanaan

(1) Penentuan modal usaha

(2) Perencanaan dan penjadwalan pembangunan pabrik

(3) Membangun kerjasama / hubungan kemitraan

(4) Penyediaan bibit singkong gajah

(5) Penentuan tenaga kerja

b) Pelaksanaan

(1) Publikasi kepada masyarakat

(2) Pembinaan

(3) Monitoring

c) Evaluasi

(1) Kelancaran memperoleh bahan baku / mentah

(2) Penjualan hasil produksi / Pemasaran

2) Faktor pendukung dalam proses pengembangan usaha kebun singkong

gajah di Desa Tepian Makmur

3) Kendala yang di hadapi dalam proses pengembangan usaha kebun

singkong gajah di Desa Tepian Makmur


60

Hasil Penelitian

a. Strategi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam


Pengembangan Usaha Kebun Singkong Gajah di Desa Tepian
Makmur

1) Perencanaan

Pembangunan usaha kebun singkong gajah merupakan

pilihan yang tepat dalam proses meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari keseriusan pemerintah

Desa dalam menjalankan program, kemudian manfaat yang didapat

jika program tersebut sudah berjalan, dan juga respon masyarakat

terkait pemilihan singkong gajah sebagai objek dalam program

tersebut. Tidak hanya itu pemilihan singkong gajah juga dilihat

dari kondisi tanah, dimana Desa Tepian Makmur memiliki struktur

tanah yang baik untuk penanaman singkong gajah. Oleh karena itu,

program pembangunan usaha kebun singkong gajah di harapkan

dapat menjadi solusi terbaik dalam mensejahterakan masyarakat di

Desa Tepian makmur.

a) Penentuan Modal Usaha

Dalam usaha pembangunan kebun singkong gajah

tidaklah mudah. Karena pemerintah Desa Tepian Makmur

harus mengatur strategi-strategi agar dana yang ada tidak

mengganggu kebutuhan lainnya atau pembangunan lainnya.

Karena dana yang diperoleh bersumber dari APBDes, ADD,

dan DD dari Desa Tepian Makmur. Hal tersebut merupakan


61

suatu bentuk partisipasi Desa dalam usaha pembangunan kebun

singkong gajah dalam upaya pemberdayaan serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

b) Perencanaan dan Penjadwalan Pembangunan Pabrik

Proses perencanaan dan penjadwalan pembangunan

pabrik telah melalui beberapa tahapan-tahapan seperti

persiapan lahan, penyusunan tenaga kerja, sampai pada proses

pemanenan juga telah diperhitungkan secara rinci. Kemudian

dalam proses pembangunan pabrik juga tidak lepas dari campur

tangan pihak ketiga selaku tenaga ahli, kemudian masyarakat,

dan juga lembaga-lembaga yang ada di Desa Tepian Makmur.

Tujuannya adalah agar seluruh komponen masyarakat punya

rasa memiliki akan adanya pabrik ini. Dan memiliki rasa peduli

dengan adanya program usaha kebun singkong gajah dan

pabrik tepung tapioka tersebut.

C. Membangun Kerjasama / Hubungan Kemitraan


Hubungan kerjasama yang dilakukan terkait dengan

proses pembangunan usaha kebun singkong gajah dan pabrik

tepung tapioka sangat banyak sekali. Mulai dari antar Desa

terkait bahan baku, pihak ketiga terkait pemasaran, kemudian

perusahaan-perusahaan di sekitar lingkungan usaha yang selalu

membantu proses pembangunan usaha tersebut. Hal demikian


62

merupakan bagian dari sebuah proses berjalannya sebuah

usaha. Dimana banyak kemudahan-kemudahan yang diperoleh.

2) Pelaksanaan

Proses pelaksanaan pembangunan usaha kebun singkong

gajah ini memang membutuhkan tahapan-tahapan khusus.

Diantaranya seperti melakukan sosialisasi-sosialisasi kepada

seluruh lapisan masyarakat. Kemudian setelah itu jika sudah

menjalankan usaha tersebut pemerintah Desa dan BUMDes

melakukan pembinaan terhadap tenaga kerja maupun masyarakat

yang tergabung. Setelah itu di lanjutkan dengan melakukan

monitoring kegiatan yang ada. Tujuannya adalah agar

pembangunan usaha ini dapat berjalan dengan baik serta dapat

membantu untuk mensejahterakan masyarakat.

a) Publikasi kepada masyarakat

Proses sosialisasi dilakukan dengan bekerjasama

dengan pihak terkait seperti dinas pertanian, kecamatan, BPD,

dan pihak-pihak terkait lainnya. Ini semua dilakukan agar

proses dapat berjalan dengan baik. Disamping itu Kepala Desa

juga selalu turut andil dalam pelaksanaan sosialisasi tersebut.

Dimana akan sangat memudahkan dan meyakinkan kepada

masyarakat bahwa program yang dilakukan sangat efektif dan

dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

b) Pembinaan
63

Kegiatan-kegiatan dalam pembinaan dilakukan dengan

cara-cara yang sederhana. Seperti melakukan temu wicara

kepada masyarakat di setiap RT nya, kemudian melakukan

perkumpulan-perkumpulan dimana tujuannya agar masyarakat

dapat dengan mudah memahami apa yang disampaikan.

Contohnya seperti tata cara tanam, perawatan, proses

pemanenan, serta cara-cara mengetahui bagaimana membaca

cuaca, dan juga bagaimana meminimalisir kendala-kendala

yang akan dihadapi.

c) SMonitoring

Betapa pentingnya kegiatan monitoring terhadap

perkembangan hasil panenan dari petani. Kegiatan tersebut

dilakukan setiap 3 bulan sekali. Diharapkan dengan adanya

kegiatan tersebut, usaha kebun singkong gajah semakin

berkembang. Dan juga sebagai bahan acuan bagi BUMDes agar

segera mengatasi ketika terjadi masalah seperti gagal panen

atau pun hasil panen yang kurang maksimal.

3) Evaluasi

Dalam proses evaluasi pihak BUMDes membuat laporan-

laporan disetiap tiga bulan/triwulan. Contohnya laporan keuangan,

laporan hasil penjualan, laporan jumlah keuntungan serta kerugian

yang diperoleh, dan juga laporan yang lainnya.


64

Tujuannya agar dapat mengetahui apakah ada peningkatan

hasil usaha atau tidak ada.

a) Kelancaran memperoleh bahan baku / mentah

Proses dalam mendapatkan bahan baku singkong

cukuplah mudah. Karena didapat dari masyarakat sekitar Desa

Tepian Makmur. Namun, jika ada kekurangan bahan baku

maka bisa diperoleh dari Desa-Desa tetangga.

b) Penjualan hasil produksi

Tingkat kemajuan dari usaha singkong gajah sudah

berkembang dengan baik. Walaupun memang belum mencapai

target yang diinginkan. Namun seiring berjalannya usaha

tersebut diharapkan usaha tersebut semakin berkembang.

Sehingga dapat meningkatkan PAD Desa dan secara tidak

langsung dapat membantu masyarakat miskin disekitar. Baik

dari segi pendidikan, sosial, budaya, ekonomi, dan agama”.

Anda mungkin juga menyukai