DISUSUN OLEH :
NAMA : ANDI NURHANISA AHMADI ( 1965142038)
TUGAS : BAHASA INDONESIA
(Pengecekan Pertama 4% Plaglarism)
A. Tujuan Perumusan
1. Definisi Perumusan Tujuan dan Sasaran
”Tujuan" bersifat luas dan umum (broad and general), sedangkan "sasaran"
bersifat lebih rinci dan memperlihatkan langkah atau gerakan menuju pencapaian
tujuan (Artikel 1, McLoughlin, 1969 dalam Achmad Djunaedi, 2002).
Merumuskan tujuan dan sasaran untuk menyusun sebuah rencana sangat penting
dilakukan karena ”Tanpa penetapan tujuan, pencapaian visi hanyalah sebuah
impian” Pentingnya penetapan sasaran : “Sasaran memandu manajemen membuat
keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan”
Tahap yang kedua adalah tahap perumusan tujuan dan sasaran antar para
profesional. Setelah mendapat ide dari masyarakat, perencanaan melakukan
diskusi dengan para profesional dari pemangku kepentingan lainnya. Misalnya
pemerintah daerah, umumnya untuk membuat suatu rencana tata ruang/rencana
pembangunan tujuan dan sasarannya diharapkan dapat bersinergi dengan visi misi
kepemimpinan kepala daerah tersebut. Para profesional dapat pula berasal dari
kalangan ahli dari berbagai disiplin ilmu.
Selain tahapan perumusan tujuan ada juga kriteria perumusan tujuan dan
sasaran yaitu :
a. Specific yaitu jelas, tidak mengundang multi interpretasi
b. Measurable (Terukur)
c. Attainable/ Achievable (Dapat dicapai)
d. Relevant/realistic (Sesuai dan realistis)
e. Time bound (Terikat dengan waktu)
B. Kebijakan
1. Definisi Kebijakan
Ada banyak definisi mengenai apa itu kebijakan publik. Definisi mengenai
apa itu kebijakan publik mempunyai makna yang berbeda-beda, sehingga
pengertian-pengertian tersebut dapat diklasifikasikan menurut sudut pandang
masing-masing penulisnya.
a. Adanya pilihan kebijakan yang dibuat oleh politisi, pegawai pemerintah atau
yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan publik untuk
mempengaruhi kehidupan masyarakat.
b. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level ini
Menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran,
pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang akan
mempengaruhi kehidupan masyarakat.
c. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Jones ( 1977 ) Jones menekankan studi kebijakan publik pada dua proses, yaitu :
b. Komunikasi
c. Sumber Daya
Teori Meter dan Horn menyatakan paling tidak dijumpai lima variabel
yang mempengaruhi kinerja pelaksanaan kebijakan publik, yakni: standar dan
sasaran kebijakan; sumberdaya; komunikasi antar organisasi dan penguatan
aktivitas; karakteristik agen pelaksana; dan kondisi sosial, ekonomi dan
politik. (Subarsono, 2011)
a. Konsistensi
b. Transparansi
c. Akuntabilitas
d. Keadilan
e. Partisipatif
f. Efektivitas
g. Efisiensi
C. Strategi Perkotaan
1. Strategi
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
Ruang menjadi salah satu bagian dari penataan ruang karena yang ditata
adalah ruang sehingga ruang untuk berbagai macam kegiatan dalam suatu wilayah
dapat terencana. “Tata Ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan
ruang baik direncanakan maupun tidak direncanakan. Tata ruang perlu
direncanakan dengan maksud agar lebih mudah menampung kelanjutan
perkembangan kawasan yang bersangkutan” (Rahardjo Adisasmita, 2010:64).
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan
penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang (UU 26/2007 Pasal 1).
Pengertian di atas, penataan ruang merupakan suatu pola untuk memenej
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian terhadap suatu ruang untuk
perkembangan suatu kawasan. Pengembangan suatu kawasan haruslah melihat
ruang yang tersedia dan menata sesuai dengan kebutuhan kawasan tersebut.
Konsep penataan ruang di Indonesia telah diatur dalam Undang Undang
Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Asas penataan ruang di Indonesia
dalam UU 26/2007 pasal 2 adalah keterpaduan, keserasian, keselarasan,
keberhasilgunaan, keseimbangan, keterbukaan, keberlanjutan, keberdayagunaan,
kebersamaan, kemitraan, perlindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan
keadilan, dan akuntabilitas.
Asas penataan ruang ini menjadi kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam menyelenggarakan penataan ruang nasional. Selain asas penataan
ruang terdapat juga tujuan penataan ruang dalam UU 26/2007 pasal 3 yaitu :
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan :
a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.
b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia.
c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
a. Mencapai tata ruang kawasan perkotaan yang optimal, serasi, selaras dan
seimbang dalampengembangan hidup manusia.
b. Meningkatkan fungsi kawasan perkotaan secara serasi dan seimbang antara
perkembangan lingkungan dan nilai kehidupan masyarakat.
c. Mengatur pemanfaatan ruang kawasan perkotaan guna meningkatkan
kemakmuran rakyat dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif
terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial. (Rahardjo Adisasmita,
2010:149)
Tata ruang dasarnya berupa alokasi letak, luas dan atribut pada suatu
wilayah. Rencana tata ruang merupakan syarat yang diperlukan untuk
meminimalkan konflik antar kegiatan, menjamin keberlanjutan kegiatan,
mendorong terjadinya efisiensi kegiatan yang lebih tinggi, menjamin kepastian
investigasi kegiatan. Perencanaan tata ruang merupakan suatu bentuk kesepakatan
publik dan mengikat sebagai kontrak sosial. Kalau kedua hal tersebut digabung,
maka perencanaan tata ruang adalah suatu bentuk keputusan kolestif yang
dihasilkan dari proses politik atas pilihan-pilihan alokasi dan atau cara alokasi
ruang yang ditawarkan melalui teknik substantif (Rahardjo Adisasmito, 2010:
257).
Perlu melihat indikator dalam perkembangan secara tepat dan cepat untuk
mendapatkan gambaran maka diperlukan empat dimensi dan empat aspek
pembangunan tata ruang wilayah.
Empat dimensi dan empat aspek pembangunan tata ruang wilayah menjadi
pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah dengan indikator
yang ditentukan dalam proses pengamatan potensi, ciriciri, kondisi tata ruang
wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Juliantoro, dkk, 2000. Strategi Tiga Kaki: dari Pintu Otonomi Daerah
Mencapai Keadilan Sosial, Lapera Pustaka Utama: Yogyakarta.
Djoko Prakoso, 1984. Kedudukan dan Fungsi Kepala Daerah beserta Perangkat
Daerah lainnya di dalam Undang-Undang Pokok Pemerintahan Di daerah,
Ghalia Indonesia: Jakarta.
Faisal Abdullah, 2009. Prinsip, Konsep dan Tantangan dalam Negara Hukum, Pukap
Indonesia: Makassar.
Moh. Mahfud MD, 2001. Dasar dan Hukum Ketatanegaraan Indonesia, Rineka Cipta:
Jakarta.
Ni‟matul Huda, 2005. Hukum tata Negara Indonesia, Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Siagian S.P, 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara; Bandung.
Simamora H, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKKPN:
Yogyakarta.
Aidar G, M. Ramli, Amirullah, Lintong dan Baharuddin K., 2010. Pendampingan
program strategis Kementerian Pertanian (Laporan hasil diseminasi)BPTP
Sulawesi Selatan.
Bagir Manan, wewenang Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam Rangka Otonomi
Daerah
F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan
Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2006)
Juniarso Ridwan & Achmad Sudrjat, Hukum Adminitrasi Negara, (Bandung, Penerbit
Nuansa, 2012).