Surat Al-‘Imran ( ) آل عمرانmerupakan surah ke 3 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari
200 ayat yang seluruhnya diturunkan di kota Madinah. Dengan demikian, Surat
Ali-‘Imran tergolong Surat Madaniyah.
Seperti surah sebelumnya (Al-Baqarah), Surat Ali-‘Imran dimulai dengan pembicaraan
tentang wahyu Allah dan tanggapan manusia terhadapnya. Dalam Surah Al-Baqarah,
penekanan utama diberikan pada pertentangan antara orang-orang yang menerima
kebenaran yang Allah wahyukan dan mereka yang menolak kebenaran tersebut; di lain
pihak, ayat-ayat pembuka Surah Al-‘Imran merujuk pada kecenderungan banyak kaum
Mukmin yang tersesat menafsirkan secara arbitrer ayat-ayat alegoris (mutasyabihat)
dalam Al-Qur’an—dan, secara tersirat, juga dalam kitab-kitab suci yang diwahyukan
sebelumnya—dan karena itu melahirkan dalil-dalil esoteris yang bertentangan dengan
hakikat dan tujuan pesan Ilahi yang sebenarnya. Karena penuhanan Nabi Isa a.s. oleh
para pengikutnya pada masa-masa terkemudian merupakan salah satu contoh paling
menonjol dari jenis penafsiran yang arbitrer atas pesan asli seorang nabi, surah ini
menceritakan kisah Maryam dan Nabi Isa a.s., serta Nabi Zakariya a.s. yang merupakan
ayah Nabi Yahya a.s. (Yohanes sang Pembaptis), yang semuanya termasuk
keluarga ‘Imran. Dalam surah ini, Al-Qur’an mengetengahkan bahasan mengenai
doktrin Kristen tentang ketuhanan Nabi Isa a.s., yakni: bahwa Nabi Isa a.s. sendiri
diceritakan berseru kepada pengikutnya agar menyembah Allah semata; bahwa Nabi Isa
a.s. hanyalah manusia biasa yang akan mati juga terus-menerus ditekankan; dan
dinyatakan bahwa “tidak mungkin seorang manusia yang telah diberi wahyu, hikmah,
dan kenabian oleh Allah, kemudian berkata kepada manusia, ‘Sembahlah aku disamping
Allah’” (ayat 79).
Prinsip keesaan dan keunikan Allah serta kebergantungan mutlak manusia kepada-Nya
dijelaskan dari berbagai sisi. Dan, prinsip ini pun secara logis mengantarkan pada
masalah iman manusia dan pada masalah godaan—yang timbul akibat kerapuhan
manusia—yang terus-menerus menerpa iman tersebut: dan hal ini mengantarkan
pembicaraan kepada topik Perang Uhud—yang terjadi pada 3 Hijriah, yang hampir
merupakan bencana bagi umat Muslim yang masih kecil, dan memberikan pelajaran
yang, betapapun pahitnya, bermanfaat bagi seluruh perkembangan umat Muslim pada
masa depan. Lebih dari sepertiga kandungan Surah Al-‘Imran membahas pengalaman
ini dan beragam-sisi hikmah yang harus diambil darinya.
“Kami beriman kepadanya; [kitab Ilahi ini] seluruhnya berasal dari Pemelihara kami—
meskipun tiada seorang pun merenungkannya, kecuali orang-orang yang dianugerahi
pengetahuan yang mendalam.”
Dan, jika mereka berserah diri kepada-Nya, mereka berada di jalan yang benar; tetapi
jika mereka berpaling—perhatikanlah, tugasmu hanyalah menyampaikan pesan: sebab,
Allah melihat segala yang ada di dalam [hati] hamba-hamba-Nya.
Maryam menjawab, “Ini dari Allah: perhatikanlah, Allah menganugerahkan rezeki kepada
siapa saja yang Dia kehendaki, melampaui segala perhitungan.”
Menjawablah [malaikat itu], “Demikianlah: Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”
Berkatalah [malaikat], “Tandanya bagimu adalah bahwa selama tiga hari engkau tidak
akan bercakap-cakap dengan manusia, kecuali dengan isyarat. Dan, ingatlah
Pemeliharamu dengan tiada henti, dan bertasbihlah (memuji) kemuliaan-Nya yang tak
terhingga, siang dan malam.”
“AKU TELAH DATANG kepada kalian dengan sebuah pesan dari Pemelihara kalian. Aku
akan menciptakan bagi kalian dari tanah—demikianlah—bentuk nasib [kalian],
kemudian aku akan meniup ke dalamnya, sehingga ia dapat menjadi nasib [kalian]
dengan seizin Allah; dan aku akan menyembuhkan orang buta dan orang yang
berpenyakit kusta; dan menghidupkan orang mati dengan izin Allah: dan aku akan
memberitahukan kepada kalian apa yang kalian makan dan apa yang kalian simpan di
rumah kalian. Perhatikanlah, dalam semua ini benar-benar terdapat suatu pesan bagi
kalian, jika kalian [benar-benar] orang-orang beriman.
Surah Al-‘Imran Ayat 50
َ ي ِم َن التَّ ْو َرا ِة َوُأِل ِح َّل لَ ُك ْم بَع
ْض الَّ ِذي حُرِّ َم َعلَ ْي ُك ْم ۚ َو ِجْئتُ ُك ْم بِآيَ ٍة َّ ص ِّدقًا لِ َما بَي َْن يَ َد
َ َو ُم
ِ ِم ْن َربِّ ُك ْم فَاتَّقُوا هَّللا َ َوَأ ِطيع
ُون
50. “Dan, [aku datang] untuk mempertegas kebenaran apa pun yang masih ada dari
Taurat, dan untuk menghalalkan beberapa hal yang [dahulu] diharamkan bagi kalian.
Dan, aku datang kepada kalian dengan suatu pesan dari Pemelihara kalian; maka,
sadarlah akan Allah senantiasa, dan taatlah kepadaku.
Orang-orang yang berjubah putih menjawab, “Kamilah yang akan menjadi penolong-
penolong[mu di jalan] Allah! Kami beriman kepada Allah: dan saksikanlah bahwa kami
telah berserah diri kepada-Nya!
Katakanlah: “Perhatikan, seluruh petunjuk [yang benar] adalah petunjuk Allah, yakni
(dalam bentuk) seseorang dianugerahi [wahyu] sebagaimana kalian dianugerahi (wahyu
pula).” Ataukah mereka akan mendebatmu di hadapan Pemeliharamu?
Berfirmanlah Dia, “Maka, bersaksilah [terhadapnya], dan Aku akan menjadi saksi kalian.
Adapun, sekiranya para penganut wahyu terdahulu telah meraih iman [seperti ini], itu
adalah untuk kebaikan mereka sendiri; [tetapi hanya sedikit] di antara mereka yang
beriman, sedangkan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik:
Dan, jika seseorang menghendaki imbalan dunia ini, akan Kami berikan kepadanya
imbalan dunia; dan jika seseorang menghendaki imbalan kehidupan akhirat, akan Kami
berikan kepadanya imbalan akhirat; dan Kami akan memberi balasan kepada orang-
orang yang bersyukur [kepada Kami].
Katakanlah: “Sungguh, seluruh kekuasaan untuk memberi keputusan itu ada pada
Allah”—[namun mereka,] mereka berupaya menyembunyikan dalam hati mereka
[kelemahan iman] yang tidak akan mereka nyatakan kepadamu [wahai Nabi,] dengan
berkata, “Andai kami memiliki kekuasaan untuk memberi keputusan, kami tidak akan
membiarkan begitu banyak orang mati.”
Katakanlah [kepada mereka]: “Kalaupun kalian berada di rumah kalian, orang-orang [di
antara kalian] yang kematiannya telah ditetapkan akan tetap keluar menuju tempat-
tempat dimana mereka ditakdirkan terkapar.”
Dan [semua ini menimpa kalian] agar Allah dapat menguji segala yang kalian pendam
dalam dada kalian, dan menyucikan lubuk hati kalian dari segala kotoran: sebab, Allah
Maha Mengetahui segala yang ada dalam kalbu [manusia].
Pada hari itu, mereka lebih dekat kepada kemurtadan daripada keimanan, dengan
mengatakan melalui mulut mereka sesuatu yang tidak ada dalam hati mereka, padahal
Allah mengetahui sepenuhnya apa yang coba mereka sembunyikan:
Katakanlah: “Maka, hindarilah kematian dari diri kalian sendiri, jika yang kalian katakan
itu benar!”
Balasan yang amat besar menanti orang-orang yang tekun berbuat baik dan senantiasa
sadar akan Allah:
“Wahai, Pemelihara kami! Tidaklah Engkau ciptakan [semua] ini tanpa makna dan tujuan.
Maha Tak Terhingga Engkau dalam Kemuliaan-Mu! Maka, hindarkanlah kami dari derita
neraka!
“Aku tidak akan mengabaikan perbuatan siapa pun di antara kalian yang berbuat [di
jalan-Ku], baik laki-laki ataupun perempuan: masing-masing kalian adalah keturunan
dari sebagian yang lain. Karena itu, adapun orang-orang yang hijrah meninggalkan
ranah kejahatan, dan terusir dari tanah air mereka, serta disakiti di jalan-Ku, dan
berperang [untuknya], dan terbunuh—pasti akan Kuhapus perbuatan-perbuatan buruk
mereka, dan pasti akan Kumasukkan mereka ke dalam taman-taman yang dilalui aliran
sungai-sungai, sebagai balasan dari Allah: sebab, di sisi Allah-lah imbalan yang paling
baik.”
Sesuai versi The Message of the Quran oleh Muhammad Asad (Leopold Weiss)