Anda di halaman 1dari 60

Mata Pelajaran 6

EVALUASI DEFENSE SCHEME


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
2. MATA AJAR 1 (HEADING1) Error! Bookmark not defined.
2.1 SUB BAB (HEADING2)...................................................Error! Bookmark not defined.
2.1.1 Sub sub bab (Heding 3)........................................Error! Bookmark not defined.
2.2 SUB BAB (HEADING2)...................................................Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Sub sub bab (Heading 3)......................................Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Sub sub bab (Heading 3)......................................Error! Bookmark not defined.
2.3 Heading 3........................................................................Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Sub sub bab (Heding 3)........................................Error! Bookmark not defined.
2.3.3 Sub sub bab (Heding 3)........................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
6. Evaluasi Defence Scheme....................................................................................................1
6.1 Faktor – Faktor Penyebab Kegagalan Defence Scheme.............................................1
6.2 Evaluasi Defense Scheme Over Load Shedding (OLS)...............................................2
6.2.1 Studi kasus Over Load Shedding (OLS)............................................................3
6.2.2 Metode evaluasi Over Load Shedding (OLS)....................................................4
6.3 Evaluasi Defense Scheme Over Generation Shedding (OGS)..................................10
6.3.1 Studi kasus Over generation Shedding (OGS)................................................12
6.3.2 Metode evaluasi OGS......................................................................................14
6.4 Evaluasi Defense Scheme under voltage load shedding (UVLS)...............................20
6.4.1 Studi kasus Under voltage load shedding (UVLS)...........................................21
6.4.2 Metode evaluasi Under voltage load shedding (UVLS)....................................22
6.5 Evaluasi Defense Scheme Over Voltage Shedding (OVS)........................................27
6.5.1 Studi kasus Over voltage shedding (OVS).......................................................28
6.5.2 Metode evaluasi Over voltage shedding (OVS)...............................................29
6.6 Evaluasi Defense Scheme UFLS dan OFGS.............................................................33
6.6.1 Studi kasus Under Frequency Load Shedding (UFLS)....................................35
6.6.2 Studi kasus Over Frequency Generation Shedding (OFGS)............................37
6.6.3 Metode evaluasi UFLS dan OFGS..................................................................38
6.7 Evaluasi Defense Scheme Island Operation..............................................................40
6.7.1 Studi kasus island operation............................................................................40
6.7.2 Metode evaluasi island operation....................................................................41
6.8 Evaluasi Defense Scheme power swing....................................................................45
6.8.1 Studi kasus power swing.................................................................................45
6.8.2 Metode evaluasi defence scheme power swing...............................................51
6. Evaluasi Defence Scheme

Evaluasi defense scheme merupakan usaha untuk mengetahui tingkat keberhasilan


penyelamatan operasi system dalam kondisi abnormal. Untuk itu diperlukan evaluasi secara
lengkap menyangkut bagaimana kinerja defense scheme ini termasuk system teleproteksi
didalamnya. Evaluasi biasanya dilakukan secara umum menyangkut aspek alat kerja, sistem,
hard (pengetahuan) /softskill SDM pengelola. Dari hasil evaluasi ini diharapkan ada
rekomendasi dan tindak lanjut untuk perbaikan unjuk kerja defence scheme.

6.1 Faktor – Faktor Penyebab Kegagalan Defence Scheme


Dalam melakukan Evaluasi defense scheme harus diketahui faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kegagalan defence scheme. Untuk itu perlu dibuat Analisa Penyebab
Kegagalan Defense Scheme sebagai berikut :
Tabel 6.1 Analisa Penyebab Kegagalan Defense Scheme
Evaluasi dan Rekomendasi Review Kebijakan, SOP,Best Knowledge sharing dan
Program Kerja Review Performance Peralatan Target Waktu
Problem Unit Practice Peningkatan kompetensi SDM
Kegagalan defense scheme disebabkan oleh:
defense scheme naik 50 % dari •Malakerja relay * Analisa dan review serta pengujian *Karakteristik voltage collapse dijadikan * Workshop O& M Proteksi untuk defense Semester 2 tahun 2
umnya 1. Relay pembangkit kerja lebih dahulu relay pengujian relay (RTDS) scheme
2. Malakerja di relay penghantar & UFR *Penggantian relay yang unjuk kerjanya * Pemeliharaan (uji fungsi termasuk uji
(tidak bekerja pada saat tegangan rendah) tidak sesuai point to point) secara berkala relay yang
* Dilakukan pengujian berkala relay digunakan untuk defense scheme
pembangkit yang terkait dengan sistem

•Relay pembangkit terlalu sensitif •Koordinasi relay proteksi transmisi & Semua pembangkit yang tersambung ke Semester 2 tahun 2
terhadap gangguan sistem pembangkit grid harus mengikuti grid code,
*Sinkron waktu melalui GPS mengoperasikan free governoor & load
* Pembangkit dan GI harus mempunyai frekuensi control (LFC)
sequence of event (SOE) * Dibuat peta proteksi pembangkit yang
*Status PMT 52 G Pembangkit masuk harus dikoordinasikan dengan transmisi
SCADA

*Peralatan pendukung tidak bekerja * Analisa dan review serta pengujian *Recommisioning/pengujian secara Semester 1 201
(Teleproteksi, PMT, dll) * Dilakukan senam PMT minimal 1 kali periodik
setahun apabila dalam 1 tahun belum
pernah bekerja

•Desain defense scheme *Review defense scheme setiap kali *Dibuat prosedur pengujian defense * Workshop pemanfaatan aplikasi Semester 1 201
kejadian dan setiap ada perubahan scheme software untuk defense scheme (digsillent
kondisi beban sistem & pembangkit & PSSE)
* *Perlu benchmark defense scheme * Pembelajaran defense scheme (power
untuk voltage collapse & power swing system stability) teori dan aplikasi dengan
pemateri akademisi dan praktisi

*Peralatan belum terpasang *komitmen unit pemilik instalasi untuk *Memasukkan defense scheme jadi Semester 2 201
eksekusi kurang target kinerja unit

1
6.2 Evaluasi Defense Scheme Over Load Shedding (OLS)
Over Load Shedding (OLS) merupakan skema pengaman sistem untuk mengamankan
operasional instalasi penyaluran (penghantar/ trafo) yang sudah tidak memenuhi kriteria N-
1 akibat kelebihan beban (over load) dengan cara melepas sebagian beban konsumen
(load shedding) pada sistem tersebut. Dalam melakukan Evaluasi Defense Scheme OLS,
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan OLS antara lain :
1. Kerusakan relay
2. Sensitivitas relay
3. Wiring
4. Setting yang tidak sesuai skema
5. Perubahan target yang tidak dikoordinasikan
6. Penon aktifan target karena alasan insidentil
7. Deviasi yang besar antara realisasi target beban dengan skema
8. Peralatan teleproteksi / komunikasi
9. Pembacaan meter
10. Rasio CT PT
11. Pembacaan arah arus
Indeks untuk mengukur prosentase keberhasilan operasi OLS terhadap targetnya dapat
dilihat pada formula berikut.
Formula:

a. Kinerja OLS

JRO . OLS
KIN .OLS = x 100 %
JRT .OLS

Dimana
 KIN.OLS = Kinerja OLS (%).
 JRO.OLS = jumlah rele OLS yang beroperasi suskses sesuai setting pada
tahapnya.
 JRT.OLS = jumlah rele OLS yang terpasang dan disetting dalam tahapnya.
Catatan:
 Sistem OLS dinyatakan berhasil operasi atau bekerja jika rele tersebut bekerja
sesuai settingnya. Misal setting OLS tahap-1 = 1,1 In, waktu tunda = 2,5 detik,
maka rele harus bekerja ketika beban pada peralatan yang dilindungi mencapai

2
nilai tersebut, sebelum rele OCR nya atau OLS tahap yang paling berdekatan
bekerja.
 Semakin tinggi prosentase kinerja OLS menunjukkan kinerja semakin baik
(Polaritas positif).
 Target disini bisa berlaku secara individu (per tahap) atau kumulatif (semua
tahap yang sesuai).

6.2.1 Studi kasus Over Load Shedding (OLS)


Contoh Studi kasus OLS adalah pada interkoneksi PLN Inalum di Subsistem Sumbagut.
OLS dipasang untuk mengamankan agar IBT Kuala tanjung sebagai titik transfer tidak
mengalami overload ketika terjadi kenaikan transfer yang disebabkan oleh kenaikan
beban ataupun trip pembangkit di Subsistem Sumbagut. OLS ini pun di desain berlapis
untuk mengantisipasi terjadinya kenaikan transfer yang beruntun. Skema OLS
interkoneksi PLN - Inalum dapat dilihat sebagai berikut.

SEI ROTAN
60 + 31, 5 + 60 MVA
Sisi 150 kV( OLS) Tahap 1 Setting trip 70 . 5
MW, Td. 0, 15 Sec : TD 1, 2 TBING,

INALUM
Tahap2 Tahap1 2 X 80 MVA
Sisi 275 kV ( power relay) :
set. trip 75 MW, Td 0, 8 sec

PERBAUNGAN TEBING TINGGI


30 + 60 MVA IBT Sisi 150 kV (OLS) :
60 + 60 MVA
4 X 40 MVA Tahap 1 : set.trip 70 MW, Td. 0,15 Sec
Tahap2 Tahap 2 : set.trip 70 MW, Td. 0,4 Sec
Tahap 3 : set.trip 70 MW, Td. 0,5 Sec
Tahap2
Tahap 4 : set.trip 75 MW, Td. 0,8 Sec
KUALA
Sisi 150 kV (OLS) Tahap 2 Setting trip70. 5 TANJUNG 2 X 60 MVA REVERSE POWER DARI PLN KE
MW, Td. 0, 4 Sec :TD1,2 KTJUNG TD 1, 2 30 MVA
INALUM 85 MW (Reverse Power
PBUNG, TD 1-2- 3 PSTAR Relay)
P . SIANTAR
ISLAND INALUM
Set. trip 70 MW, Td. 0, 5 sec KISARAN
Melepas PMT150 KV TBING1& 2 DI KTJNG 30 + 60 MVA

Melepas PMT150 KV RTPAT& AKNPN DI KSRAN

AEK20 + 30 MVA
AEK KANOPAN

KANOPAN

RANTAU PRAPAT
25 MVAR

60 31, 5 MVA 58, 43 km

KE KOTA PINANG

Gambar 6.1 OLS interkoneksi PLN- Inalum

Dengan skema pengamanan berlapis OLS interkoneksi PLN Inalum selalu sukses
menyelamatkan IBT Kuala Tanjung dari overload. Kegagalan OLS yang mungkin terjadi
karena wiring relay yang lepas, switch yang tidak posisi aktif karena ada event tertentu,
perubahan target oleh distribusi yang tidak sesuai dengan kebutuhan skema.

3
Contoh kinerja OLS dalam mengamankan IBT agar tidak overload dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut :

PLTU P.SUSU # 2 TRIP

SETTING OLS
TERLAMPAUI
TERJADI KENAIKAN
TRANSFER INALUM PLN
OLS BEKERJA
MELEPAS BEBAN

TRANSFER INALUM 43
MW

Gambar 6.2 OLS interkoneksi PLN- Inalum

Terjadi gangguan PLTU pangkalan Susu # 2 trip pada beban 100 MW menyebabkan
penurunan frekuensi dari 49,91 Hz menjadi 49,41 Hz, hal ini tidak menyebabkan UFR
bekerja. Namun terjadi kenaikan transfer daya Inalum ke PLN sehingga setting OLS
interkoneksi PLN-Inalum pada IBT Kuala tanjung terlampaui dan menyebabkan
pelepasan beban sebesar 114 MW dan transfer daya PLN Inalum turun menjadi sekitar
35 MW. OLS ini menyelamatkan IBT Kuala tanjung dari overload dan terputusnya
interkoneksi PLN Inalum akibat dari kenaikan transfer daya yang disebabkan gangguan
PLTU Pangkalan Susu.

6.2.2 Metode evaluasi Over Load Shedding (OLS)


Untuk mengevaluasi kinerja OLS maka perlu diketahui blok diagram defence scheme
tersebut. Secara blok diagram Over Load Shedding dapat digambarkan sebagai berikut:

4
Media Komunikasi
SENSOR : TARGET TRIP
PERALATAN TELE PERALATAN MASTER TRIPING
- OLS :Arus REMOTE PMT 150
PROTEKSI TELE PROTEKSI GI
(Over Current Relay) FO/ kV/PMT 20 kV
PLC/
Radio

TARGET TRIP LOKAL

Gambar 6.3 Blok diagram Load Shedding OLS

Berdasarkan blok diagram tersebut, kita akan dapat lebih mudah mengevaluasi bagian –
bagian penyebab terjadi kegagalan system defence scheme diantaranya:
1. Sensor/Over Current Relay(OCR)
Peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi secara kontinyu besaran – besaran listrik
seperti arus, tegangan pada suatu instalasi listrik. Pada umumnya dipasang rele
proteksi dimana rele tersebut mempunyai parameter setting arus/ tegangan dan
waktu tunda. Untuk OLS dalam menentukan batas setting arus dan waktu tunda perlu
dikoordinasikan dengan rele – rele proteksi cadangan ataupun autoreclose supaya
tidak terjadi overlap. Koordinasi OLS dengan proteksi cadangan pada penghantar
maupun IBT terdapat proteksi lain misalnya OCR. Dalam penentuan seting OLS
harus dikoordinasikan dengan proteksi back-up yang ada. Misal OLS pada IBT harus
dikoordinasikan dengan OCR. OLS bekerja 1 detik lebih cepat dari OCR pada arus
gangguan 2 kali arus nominal. OLS pada penghantar tidak boleh bekerja lebih cepat
dari pada deadtime recloser (TPAR) agar tidak terjadi pemadaman yang meluas pada
sistem. Apabila defence scheme terjadi kegagalan maka perlu dilakukan pengujian
individual untuk mengetahui unjuk kerja rele tersebut.
2. Peralatan Teleproteksi Defense Scheme OLS
Teleproteksi adalah suatu sistem peralatan yang dibangun untuk mengirimkan dan
menerima sinyal koordinasi dan atau perintah trip peralatan proteksi (rele)/bay kontrol
dari suatu GI ke GI lain yang terhubung langsung maupun tidak langsung dengan
sistem transmisi. Dalam kerjanya, teleproteksi menggunakan kanal telekomunikasi
sebagai pembawa sinyal. Kanal komunikasi yang digunakan dapat berupa kanal
analog maupun digital sesuai kriteria sistem proteksi/bay kontrol yang dikehendaki.
Rancangan teleproteksi mengikuti kaidah peruntukan sistem proteksi.
Ketika diperlukan pengendalian dan pengaturan defense scheme secara jarak jauh
(remote), maka sistem proteksi memerlukan perangkat teleproteksi untuk
mengirimkan dan menerima perintah trip ke Gardu Induk (beban)/Pembangkitan
sebagai target tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kategori ini kriteria “tidak boleh
salah” bagi sistem teleproteksi juga wajib berlaku. Pada prinsipnya teleproteksi dapat
5
digunakan untuk mengirim/menerima signal informasi data apapun, namun dalam
defense sheme digunakan pada OLS untuk mengirim perintah trip ke PMT beban
yang ditargetkan.

Teleproteksi

Telekomunikasi

1 1
SEND TX TX SEND
Kanal perintah n n
Kanal perintah
trip/blok (jumlah trip/blok (jumlah
1 1
kanal 1..n) kanal 1..n)
RECEIVE RX RX RECEIVE
n n
Media
Komunikasi
(FOC/wire/air)
Perangkat Perangkat
Teleproteksi Teleproteksi
Perangkat
Kanal interface Telekomunikasi Kanal interface
(analog/digital) (PLC, modem, (analog/digital)
FOT, Radio)
Gardu Induk A Gardu Induk B

Keterangan:
TX: Transmitter
RX: Receiver
PLC: Power Line Carrier
Modem: Modulation/Demomodulation
FOC: Fiber Optic Cable
FOT: Fiber Optic Terminal

Gambar 6.4 Teleproteksi Defense Scheme OLS

3. Master Triping GI
Master Tripping adalah suatau rangkaian yang terdiri dari peralatan tunda waktu
(Timer) yang digunakan untuk mengatur tahapan kerja target OLS dan diteruskan ke
rele bantu untuk mentripkan PMT target dan ke Announciator panel kontrol

Trip PMT tahap 1


Sinyal Trip Timer RELE
OLS Tahap 1 BANTU
Announciator panel kontrol

Trip PMT tahap 2


Timer RELE
Tahap 2 BANTU
Announciator panel kontrol

Timer RELE Trip PMT tahap 3


Tahap 3 BANTU
Announciator panel kontrol

Gambar 6.5 Master tripping GI

4. Target Trip
6
Target pelepasan beban distribusi dapat berupa beban penyulang maupun beban
trafo distribusi, agar dapat memperoleh pelepasan beban yang lebih selektif dan lebih
adaptif sebaiknya diterapkan pelepasan beban penyulang. Pelepasan beban
penyulang ini dilakukan dengan membuka CB 20 kV.
Tabel 6.2. kelebihan dan kekurangan pelepasan beban
Pelepasan Incoming 20 Kv PelepasanPenyulang 20 Kv

I. Keuntungan : I. Keuntungan :

1. Pelepasan beban bisa lebih cepat untuk 1. Kuota beban bisa lebih adaptif.
memenuhi kuota yang diinginkan

2. Tidak membutuhkan channel TP yang 2. Pemilihan target penyulang bisa selektif.


banyak karena target cukup di 1 GI

3. Disain rangkaian OLS lebih sederhana 3. Jika terjadi kegagalan pelepasan penyulang,
dampak tidak signifikan.

II. Kekurangan : II. Kekurangan :

1. Jika terjadi kegagalaN pelepasan target, 1. Pelepasan beban lebih lama untuk
dampaknya akan lebih besar memenuhi kuota karena melepas banyak
CB 20 kV Penyulang

2. Membutuhkan channel TP yang banyak


karena targetnyatersebar

3. Disain rangkaian OLS lebih rumit

4. Berpotensi gagal karena posisi target


sedang off

7
5. FLOW CHART EVALUASI GANGGUAN OLS REMOTE

Mulai

Gangguan Sistem
OLS

Identifikasi
Trip OLS Ya
sesuai rencana
Tidak ?

OLS Sukses 100 %

OLS Gagal
Ya
Total ?

Tidak
Lakukan scanning koordinasi
rele OLS dengan rele OCR
Identifikasi target di GI yang
tidak trip

Periksa rangkaian Master Lakukan uji individual OLS


tripping

Periksa peralatan teleproteksi


Periksa peralatan teleproteksi dan dan link komunikasi jalur utama
link komunikasinya dari rele OLS

Periksa rangkaian triping CB


Function Test

Function Test Selesai

Gambar 6.6 Flow Chart Evaluasi Gangguan OLS Remote

8
6. FLOW CHART EVALUASI GANGGUAN OLS LOKAL

Mulai

Gangguan Sistem
OLS

Identifikasi Trip
OLS sesuai Ya
rencana ?
Tidak

OLS Sukses 100 %


OLS Gagal
Ya
Total ?

Tidak
Lakukan scanning koordinasi rele
OLS dengan rele OCR
Identifikasi target di GI yang
tidak trip

Periksa rangkaian Master Lakukan uji individual OLS


tripping

Periksa rangkaian triping CB


Function Test

Function Test Selesai

Gambar 6.7 Flow Chart Evaluasi Gangguan OLS lokal

9
6.3 Evaluasi Defense Scheme Over Generation Shedding (OGS)
Peggunaan OGS bertujuan untuk mengamankan komponen sistem (saluran
transmisi/trafo) yang mengalami kelebihan beban dengan cara melepas unit Pembangkit
yang ada disisi hulunya, sehingga evakuasi daya dari pembangkit-pembangkit yang tersisa
melalui saluran tersebut tetap berlangsung aman dengan batasan transfer daya dan nilai
keekonomian yang memadai. Disamping hal tersebut, penerapan OGS juga bertujuan
untuk:
 Meningkatkan keandalan di wilayah operasi yang dilindungi;
 Menghindari pemadaman meluas akibat terjadinya gangguan over load pada
salah satu/beberapa penghantar, IBT, atau pembangkit.
 Mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat adanya gangguan.
Pripsip kerja OGS adalah sebagai berikut :
 Mendeteksi arus lebih pada penghantar dari sisi pembangkit yang melampaui
batas setting dalam waktu tertentu pada instalasi yang diamankan.
 Mengirimkan indikasi arus lebih tersebut ke triping coil untuk membuka PMT
Pembangkit.
 Membuka PMT pembangkit yang ditentukan untuk mengurangi beban sampai
batas kemampuan yang aman.
Setting Rele OCR sebagai OGS:
 Umumnya setting untuk OLS adalah 1,1 dari arus nominal (IN), dengan waktu
tunda antara 2 - 6 detik (lebih cepat dari OCR).
 Pada penghantar yang mengaktifkan Auto Recloser Relay (ARR), setting waktu
tunda OGS harus lebih lambat dari seting ARR.
 Setting waktu tunda dapat dibuat bertahap sesuai kebutuhannya.
 Kebutuhan waktu tunda:
 Memastikan beban lebih yang dimonitor bukan sinyal palsu.
 Memberi kesempatan sistem pengaman lain yang semestinya bekerja (jika ada).
 Meminimalisir potensi pelepasan beban akibat fluktuasi beban atau gangguan
temporer.
Dengan mengetahui prinsip kerja dan setting relay OGS, maka dapat diketahui Faktor-
faktor yang mempengaruhi kegagalan OGS antara lain :
 Kerusakan relay
 Sensitivitas relay

10
 Wiring
 Setting yang tidak sesuai skema
 Perubahan target yang tidak dikoordinasikan
 Penon aktifan target karena alasan insidentil
 Deviasi yang besar antara realisasi target beban dengan skema
 Peralatan teleproteksi / komunikasi
 Pembacaan meter
 Rasio CT PT
 Pembacaan arah arus
Indeks ini menunjukkan prosentase keberhasilan operasi OGS terhadap targetnya.
Target disini bisa berlaku secara individu (per tahap) atau kumulatif (semua tahap yang
sesuai).

Formula:

Kinerja OGS

JRO . OGS
KIN .OGS= x 100 %
JRT . OGS
Dimana
 KIN.OGS = Kinerja OGS (%).
 JRO.OGS= jumlah rele OGS yang beroperasi suskses sesuai setting pada
tahapnya.
 JRT.OGS = jumlah rele OGS yang terpasang dan disetting dalam tahapnya.
Catatan:
 Sistem OGS dinyatakan berhasil operasi atau bekerja jika rele tersebut bekerja
sesuai settingnya. Misal setting OGS tahap-1 = 1,1 In, waktu tunda = 2,5 detik,
maka rele harus bekerja ketika beban pada peralatan yang dilindungi mencapai
nilai tersebut, sebelum rele OCR nya atau OGS tahap yang paling berdekatan
bekerja.
 Semakin tinggi prosentase kinerja OGS menunjukkan kinerja semakin baik
(Polaritas positif).

11
6.3.1 Studi kasus Over generation Shedding (OGS)
pembangkit Tanjungjati beroperasi maksimum (4 x 660 MW), terjadi gangguan di SUTET
Tanjungjati-Ungaran. Apakah terjadi overload di SUTET Tanjungjati-Ungaran 2 sehingga
menyebabkan OGS bekerja?
Setting OGS di SUTET Tanjungjati-Ungaran

Tahap I
I = 2500 A
Skema: alarm t = 0.5 dtk

Tahap II
I = 2750 A
Skema: Trip unit pembangkit t = 5 dtk

Hasil Simulasi

Loading
SUTET

Gambar 6.8 Simulasi Konfigurasi sistem sebelum gangguan

12
Simulasi aliran daya

Loading
SUTET

Gambar 6.9 Jika 1 sirkit SUTET Tanjungjati-Ungaran keluar

Analisa Hasil Simulasi Aliran Daya


Pada kondisi SUTET Tanjungjati-Ungaran beroperasi 2 sirkit terlihat beban masing-
masing penghantar berbeban 1.290 A atau 54.2%. Pada saat 1 sirkit SUTET tersebut trip
maka beban SUTET lainnya naik menjadi 2.390 A (100.08%), dimana nilai ini masih
dibawah setting arus OGS Tahap I.
Dari hasil simulasi aliran daya dapat disimpulkan bahwa pada kondisi sistem tersebut
ketika trip 1 sirkit SUTET Tanjungjati-Ungaran maka OGS tidak akan bekerja.
Simulasi Dinamik
Dari Contoh diatas, hasil investigasi menunjukkan bahwa terjadi hubung singkat 3 fasa
pada SUTET Tanjungjati-Ungaran 1. Diasumsikan 90 ms gangguan dibebaskan dengan
melepas SUTET yang mengalami gangguan. Besarnya arus yang mengalir pada SUTET
Tanjungjati-Ungaran 2 ditunjukkan pada Gambar dibawah.

13
Gambar 6.10 Arus pada SUTET Tanjungjati-Ungaran 2

Analisa Hasil Simulasi Dinamik


Pada Gambar diatas terlihat bahwa setelah gangguan dibebaskan akan terjadi kenaikan
arus yang mengalir melalui sirkit 2 sampai mencapai 2.779 A (diatas setting OGS Tahap
II) pada cycle pertama dan turun terus sampai mencapai 2.393 A (steady state). OGS
SUTET tersebut disetting dengan delay time 5 detik maka pada kejadian tersebut relai
OGS tidak akan bekerja, akan tetapi arus berada diatas setting OGS tahap I dalam
jangka waktu yang melebihi setting delay time sehingga kondisi tersebut dapat
menyebabkan bekerjanya OGS tahap I (alarm).

6.3.2 Metode evaluasi OGS


Perlu diketahui blok diagram OGS Untuk mengevaluasi kinerja defence scheme tersebut.
Secara blok diagram Over Generation Shedding dapat digambarkan sebagai berikut:

Media Komunikasi
SENSOR :
PERALATAN TELE PERALATAN MASTER TRIPING TARGET TRIP PMT
- OLS :Arus
PROTEKSI TELE PROTEKSI GI PEMBANGKIT
(Over Current Relay) FO/
PLC/
Radio

Gambar 6.11 blok diagram Load Shedding OLS

Berdasarkan blok diagram tersebut, kita akan dapat lebih mudah mengevaluasi bagian –
bagian penyebab terjadi kegagalan system defence scheme diantaranya:
14
1. Sensor/Over Current Relay(OCR)
Peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi secara kontinyu besaran – besaran listrik
seperti arus, tegangan pada suatu instalasi listrik. Pada umumnya dipasang rele
proteksi dimana rele tersebut mempunyai parameter setting arus/ tegangan dan
waktu tunda. Untuk OGS dalam menentukan batas setting arus dan waktu tunda
perlu dikoordinasikan dengan rele – rele proteksi cadangan ataupun autoreclose
supaya tidak terjadi overlap. Koordinasi OGS dengan proteksi cadangan pada
penghantar maupun IBT terdapat proteksi lain misalnya OCR. Dalam penentuan
seting OGS harus dikoordinasikan dengan proteksi back-up yang ada. Misal OGS
pada IBT harus dikoordinasikan dengan OCR. OGS bekerja 1 detik lebih cepat dari
OCR pada arus gangguan 2 kali arus nominal. OGS pada penghantar tidak boleh
bekerja lebih cepat dari pada deadtime recloser (TPAR) agar tidak terjadi
pemadaman yang meluas pada sistem. Apabila defence scheme terjadi kegagalan
maka perlu dilakukan pengujian individual untuk mengetahui unjuk kerja rele tersebut.

2. Peralatan Teleproteksi Defense Scheme OGS


Teleproteksi adalah suatu sistem peralatan yang dibangun untuk mengirimkan dan
menerima sinyal koordinasi dan atau perintah trip peralatan proteksi (rele)/bay kontrol
dari suatu GI ke GI lain yang terhubung langsung maupun tidak langsung dengan
sistem transmisi. Dalam kerjanya, teleproteksi menggunakan kanal telekomunikasi
sebagai pembawa sinyal. Kanal komunikasi yang digunakan dapat berupa kanal
analog maupun digital sesuai kriteria sistem proteksi/bay kontrol yang dikehendaki.
Rancangan teleproteksi mengikuti kaidah peruntukan sistem proteksi.
Ketika diperlukan pengendalian dan pengaturan defense scheme secara jarak jauh
(remote), maka sistem proteksi memerlukan perangkat teleproteksi untuk
mengirimkan dan menerima perintah trip ke Gardu Induk Pembangkitan sebagai
target tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kategori ini kriteria “tidak boleh salah” bagi
sistem teleproteksi juga wajib berlaku. Pada prinsipnya teleproteksi dapat digunakan
untuk mengirim/menerima signal informasi data apapun, namun dalam defense
sheme digunakan pada OGS untuk mengirim perintah trip ke PMT pembangkit yang
ditargetkan.

15
Teleproteksi

Telekomunikasi

1 1
SEND TX TX SEND
Kanal perintah n n
Kanal perintah
trip/blok (jumlah trip/blok (jumlah
1 1
kanal 1..n) kanal 1..n)
RECEIVE RX RX RECEIVE
n n
Media
Komunikasi
(FOC/wire/air)
Perangkat Perangkat
Teleproteksi Teleproteksi
Perangkat
Kanal interface Telekomunikasi Kanal interface
(analog/digital) (PLC, modem, (analog/digital)
FOT, Radio)
Gardu Induk A Gardu Induk B

Keterangan:
TX: Transmitter
RX: Receiver
PLC: Power Line Carrier
Modem: Modulation/Demomodulation
FOC: Fiber Optic Cable
FOT: Fiber Optic Terminal

Gambar 6.12 Teleproteksi Defense Scheme OGS

3. Master Triping GI
Master Tripping adalah suatau rangkaian yang terdiri dari peralatan tunda waktu
(Timer) yang digunakan untuk mengatur tahapan kerja target OGS dan diteruskan ke
rele bantu untuk mentripkan PMT target dan ke Announciator panel kontrol

Trip PMT tahap 1


Sinyal Trip Timer RELE
OLS Tahap 1 BANTU
Announciator panel kontrol

Trip PMT tahap 2


Timer RELE
Tahap 2 BANTU
Announciator panel kontrol

Timer RELE Trip PMT tahap 3


Tahap 3 BANTU
Announciator panel kontrol

Gambar 6.13 Master tripping GI

4. Target Trip
Target pelepasan pembangkit dapat berupa pmebnagkit per unit maupun pembangkit
per plant sesuai dengan skema dan kekuatan sistem, agar dapat memperoleh
pelepasan pembangkit yang lebih selektif dan lebih adaptif sebaiknya diterapkan
pelepasan pembangkit per unit. Pelepasan pembangkit ini dilakukan dengan

16
membuka CB generator. Skema OGS dengan pelepasan pembangkit per unit dapat
dilihat pada gambar berikut

Gambar 6.14 Skema OGS dengan pelepasan pembangkit per unit

5. Untuk skema OGS yang dipasang pada GI yang berbeda lokasi dengan tempat
sensor, maka dapat menggunakan flow chart evaluasi gangguan OGS remote
sebagai berikut

17
Mulai

Gangguan Sistem
OGS

Identifikasi
Trip OGS Ya
sesuai rencana
Tidak ?

OGS Sukses 100 %

OGS Gagal ? Ya

Tidak
Lakukan scanning koordinasi
rele OGS dengan rele OCR
Identifikasi target di GI yang
tidak trip

Lakukan uji individual OCR


Periksa peralatan teleproteksi dan
link komunikasinya

Periksa peralatan teleproteksi


dan link komunikasi jalur utama
Periksa rangkaian Master
dari rele OCR
tripping

Periksa rangkaian triping CB


Function Test

Function Test Selesai

Gambar 6.15 Flow Chart Evaluasi Gangguan OGS remote

18
6. Untuk skema OGS yang dipasang pada GI yang sama lokasi target dengan tempat
sensor, maka dapat menggunakan flow chart evaluasi gangguan OGS lokal sebagai
berikut

Mulai

Gangguan Sistem
OGS

Identifikasi
Trip OGS Ya
sesuai rencana
Tidak ?

OGS Sukses
100 %

OGS Gagal ? Ya

Tidak
Lakukan scanning koordinasi
rele OGS dengan rele OCR
Identifikasi target di GI yang
tidak trip

Lakukan uji individual OCR


Periksa rangkaian Master
tripping

Function Test
Periksa rangkaian triping CB

Function Test Selesai

Gambar 6.16 Flow Chart Evaluasi Gangguan OGS Lokal

19
6.4 Evaluasi Defense Scheme under voltage load shedding (UVLS)
Secara umum beberapa gangguan yang menyebabkan penurunan tegangan sistem yang
cukup signifikan adalah:
 Transfer daya antar area cukup tinggi sementara kompensasi MVAR disisi beban
tidak memadai;
 Gangguan Jaringan dan pembangkit yang cukup besar;
 Kekurangan sumber MVAR di pusat beban;
 Kompensasi pasokan MVAR tidak memadai;
 Keterbatasan jaringan dan konfigurasi;
Salah satu upaya untuk mengembalikan tegangan rendah ke kisaran tegangan normal
adalah dengan menerapkan skema pelepasan beban tegangan rendah (UVLS, Under
Voltage Load Shedding).
Setting Under Voltage Load Shedding
Setting tegangan UVLS harus di bawah tegangan normal operasi yang telah ditetapkan
Grid-code yaitu <10% Vn untuk sistem Tegangan Tinggi (150 kV ; 70 kV) dan <5% Vn
untuk sistem Tegangan Extra Tinggi (275 kV ; 500 kV).
Tabel 6.3. Level Tegangan Normal Sistem

Bekerjanya UVLS untuk menghindari terjadinya collaps tegangan pada peralatan


pembangkit sehingga harus dikoordinasikan setting tegangan rendah pembangkit maupun
waktu kerjanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan UVLS antara lain :
1. Kerusakan relay UVR
2. Sensitivitas relay UVR
3. Wiring
4. Setting yang tidak sesuai skema
5. Perubahan target yang tidak dikoordinasikan
6. Penon aktifan target karena alasan insidentil
20
7. Deviasi yang besar antara realisasi target beban dengan skema
8. Peralatan teleproteksi / komunikasi
9. Pembacaan meter
10. Rasio CT PT
Untuk mengukur prosentase keberhasilan operasi UVLS terhadap targetnya dapat dilihat
pada formula berikut.
Formula:

a. Kinerja Tegangan rendah

JRO. UVLS
KIN .UVLS= x 100 %
JRT .UVLS

Dimana
 KIN.UVLS = Kinerja UVLS (%).
 JRO.UVLS = jumlah rele UVLS yang beroperasi suskses sesuai setting pada
tahapnya.
 JRT.UVLS = jumlah rele UVLS yang terpasang dan disetting dalam tahapnya.
Catatan:
 Rele UVLS dinyatakan berhasil operasi atau bekerja jika rele tersebut bekerja
sesuai settingnya. Misal setting UVLS tahap-2 = 130 KV tanpa waktu tunda,
maka rele yang disetting pada tahap-2 tersebut (130 KV) harus bekerja ketika
tegangan mencapai nilai tersebut, dengan toleransi: tegangan + 0.00 kV, waktu
kerja < 100 mili detik, dan sebelum rele UVLS tahap yang paling berdekatan
bekerja.
 Semakin tinggi prosentase kinerja UVLS menunjukkan kinerja semakin baik
(Polaritas positif).

6.4.1 Studi kasus Under voltage load shedding (UVLS)


Terjadi gangguan PLTMG Balai Pungut sebesar 103 MW karena kehilangan tekanan gas
sehingga menyebabkan pembangkit trip dan tegangan subsistem Riau turun dari 144 kV
menjadi 135 kV. Hal tersebut menyebabkan UVLS yang telah di setting pada 135 kV
bekerja melepas beban penyulang 36 MW. Setelah dilakukan pengurangan beban oleh
UVLS secara otomatis, tegangan naik dari 135 kV menjadi 138 kV sebagaimana
ditunjukkan pada gambar berikut.

21
Pelapasan beban 36 MW oleh
UVLS
138 KV

Gambar 6.17 Pelepasan beban oleh UVLS

6.4.2 Metode evaluasi Under voltage load shedding (UVLS)


Secara blok diagram under voltage Load Shedding dapat digambarkan sebagai berikut:
Media Komunikasi
SENSOR : TARGET TRIP
PERALATAN TELE PERALATAN MASTER TRIPING
- UVLS : Tegangan REMOTE PMT 150
PROTEKSI TELE PROTEKSI GI
(Under Voltage Relay) FO/ kV/PMT 20 kV
PLC/
Radio

TARGET TRIP LOKAL

Gambar 6.18 Blok diagram UVLS

Berdasarkan blok diagram diatas, kita akan dapat lebih mudah mengidentifikasi bagian –
bagian penyebab terjadi kegagalan system defence scheme diantaranya:
1. Sensor Under Voltage Relay (UVLS)
Peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi secara kontinyu besaran – besaran listrik
seperti arus, tegangan pada suatu instalasi listrik. Pada umumnya dipasang rele
proteksi dimana rele tersebut mempunyai parameter setting arus/ tegangan dan
waktu tunda. Untuk UVLS dalam menentukan batas setting tegangan dan waktu
tunda perlu dikoordinasikan dengan rele – rele proteksi cadangan ataupun
autoreclose supaya tidak terjadi overlap. Koordinasi UVLS dengan proteksi cadangan

22
pada penghantar maupun IBT terdapat proteksi lain misalnya UVR. Apabila defence
scheme terjadi kegagalan maka perlu dilakukan pengujian individual untuk
mengetahui unjuk kerja rele tersebut.
2. Peralatan Teleproteksi Defense Scheme UVLS
Teleproteksi adalah suatu sistem peralatan yang dibangun untuk mengirimkan dan
menerima sinyal koordinasi dan atau perintah trip peralatan proteksi (rele)/bay kontrol
dari suatu GI ke GI lain yang terhubung langsung maupun tidak langsung dengan
sistem transmisi. Dalam kerjanya, teleproteksi menggunakan kanal telekomunikasi
sebagai pembawa sinyal. Kanal komunikasi yang digunakan dapat berupa kanal
analog maupun digital sesuai kriteria sistem proteksi/bay kontrol yang dikehendaki.
Rancangan teleproteksi mengikuti kaidah peruntukan sistem proteksi.
Ketika diperlukan pengendalian dan pengaturan defense scheme secara jarak jauh
(remote), maka sistem proteksi memerlukan perangkat teleproteksi untuk
mengirimkan dan menerima perintah trip ke Gardu Induk (beban)/Pembangkitan
sebagai target tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kategori ini kriteria “tidak boleh
salah” bagi sistem teleproteksi juga wajib berlaku. Pada prinsipnya teleproteksi dapat
digunakan untuk mengirim/menerima signal informasi data apapun, namun dalam
defense sheme digunakan pada UVLS untuk mengirim perintah trip ke PMT beban
yang ditargetkan.
Teleproteksi

Telekomunikasi

1 1
SEND TX TX SEND
Kanal perintah n n
Kanal perintah
trip/blok (jumlah trip/blok (jumlah
1 1
kanal 1..n) kanal 1..n)
RECEIVE RX RX RECEIVE
n n
Media
Komunikasi
(FOC/wire/air)
Perangkat Perangkat
Teleproteksi Teleproteksi
Perangkat
Kanal interface Telekomunikasi Kanal interface
(analog/digital) (PLC, modem, (analog/digital)
FOT, Radio)
Gardu Induk A Gardu Induk B

Keterangan:
TX: Transmitter
RX: Receiver
PLC: Power Line Carrier
Modem: Modulation/Demomodulation
FOC: Fiber Optic Cable
FOT: Fiber Optic Terminal

Gambar 6.19 Teleproteksi Defense Scheme UVLS

3. Master Triping GI
Master Tripping adalah suatau rangkaian yang terdiri dari peralatan tunda waktu
(Timer) yang digunakan untuk mengatur tahapan kerja target UVLS dan diteruskan ke
rele bantu untuk mentripkan PMT target dan ke Announciator panel kontrol

23
Trip PMT tahap 1
Sinyal Trip Timer RELE
UVLS Tahap 1 BANTU
Announciator panel kontrol

Trip PMT tahap 2


Timer RELE
Tahap 2 BANTU
Announciator panel kontrol

Timer RELE Trip PMT tahap 3


Tahap 3 BANTU
Announciator panel kontrol

Gambar 6.20 Master tripping GI

4. Target Trip
Target pelepasan beban distribusi dapat berupa beban penyulang maupun beban
trafo distribusi, agar dapat memperoleh pelepasan beban yang lebih selektif dan lebih
adaptif sebaiknya diterapkan pelepasan beban penyulang. Pelepasan beban
penyulang ini dilakukan dengan membuka CB 20 kV.
V” 135 kV, V” 130 kV, V” 130 kV, V” 130 kV, V” 130 kV, V” 130 kV,
Tahap-1 : Td 1 Sec Tahap-1 : Td 1 Sec Tahap-1 : Td 1 Sec Tahap-1 : Td 1 Sec Tahap-1 : Td 1 Sec Tahap-1 : Td 1 Sec
Tahap-2 : Td 2 Sec Tahap-2 : Td 2 Sec Tahap-2 : Td 2 Sec Tahap-2 : Td 2 Sec Tahap-2 : Td 2 Sec
SUB SISTEM (renc) Tahap-3 : Td 3 Sec
SUMUT

Banda Aceh
BINJAI
LANGSA IDIE BIREUN SIGLI
PBDAN LSHWE

PB PB
G G G G G G G G G G
LS ID ID BR BR BR BR SG SG SG SG
SG
10MW 15MW 15MW 15MW 15MW 15MW 15MW
V” 130 kV, TLCUT MEULABOH
CTRNG
td : 5 dtk
Melepas PMT LNGSA-PBDAN P.PISANG
1,2 G G G G
10,5MW 10MW 24MW 13MW
G G
9MW 10MW
V” 135 kV, G G
Tahap-1 : Td 1 Sec G G PLTU
TC TC TC
Tahap-2 : Td 2 Sec 5MW 10MW
MEULABOH

GH

Gambar 6.21 Skema target trip UVLS

24
5. FLOW CHART EVALUASI GANGGUAN UVLS LOKAL

Mulai

Gangguan Sistem
UVLS

Identifikasi
TripUVLS Ya
sesuai rencana
Tidak ?

UVLS Sukses 100 %

UVLS Gagal ? Ya

Tidak

Identifikasi target di GI yang


tidak trip

Lakukan uji individual rele


Periksa rangkaian Master UVR
tripping

Periksa rangkaian triping CB


Function Test

Function Test Selesai

Gambar 6.22 Flow Chart Evaluasi Gangguan UVLS lokal

25
6. FLOW CHART EVALUASI GANGGUAN UVLS REMOTE

Mulai

Gangguan Sistem
UVLS

Identifikasi
Trip Ya
UVLSsesuai
Tidak rencana ?

UVLS Sukses 100 %

UVLSGagal ? Ya

Tidak
Lakukan scanning koordinasi
rele UVLS dengan rele UVR
Identifikasi target di GI yang
tidak trip

Lakukan uji individual UVR


Periksa peralatan teleproteksi dan
link komunikasinya

Periksa peralatan teleproteksi


dan link komunikasi jalur utama
Periksa rangkaian Master
dari rele UVR
tripping

Periksa rangkaian triping CB


Function Test

Function Test Selesai

Gambar 6.23 Flow Chart Evaluasi Gangguan UVLS Remote

26
6.5 Evaluasi Defense Scheme Over Voltage Shedding (OVS)
Defense Scheme Over Voltage Relay adalah Skema pengaman sistem berdasarkan
sensor tegangan lokal GI yang melepaskan beberapa peralatan tertentu pada saat sistem
mengalami kenaikan tegangan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan transmisi
dan cascading trip pembangkit di sekitarnya akibat over excitation sehingga diharapkan
tegangan kembali ke kondisi nominal tegangan operasi.
Secara prinsip kerja, OVR sama dengan prinsip kerja UVLS, hanya saja OVR bekerja
ketika mencapai setting tegangan tinggi dengan melepas beberapa peralatan yang dapat
menurunkan tegangan, seperti melepas kapasitor atau melepas 1 sirkit penghantar yang
beroperasi paralel dengan tetap mempertimbangkan terpenuhinya sekuritas N-1. Skema
over voltage dengan cara melepas 1 sirkit penghantar ini juga kadang disebut sebagai
defense scheme OVTS (Over Voltage Transmission Shedding).
Setting Over Voltage shedding (OVS)
Defense scheme OVTS setting tegangannya harus di atas tegangan normal operasi yang
telah ditetapkan Grid-code yaitu >10% Vn untuk sistem Tegangan Tinggi (150 kV ; 70 kV)
dan >5% Vn untuk sistem Tegangan Extra Tinggi (275 kV ; 500 kV).
Bekerjanya OVS untuk menghindari terjadinya Over tegangan harus dikoordinasikan
setting tegangan tinggi instalasi penyaluran maupun pembangkit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan UVLS antara lain :
1. Kerusakan relay OVR
2. Sensitivitas relay OVR
3. Wiring
4. Setting yang tidak sesuai skema
5. Perubahan target yang tidak dikoordinasikan
6. Penon aktifan target karena alasan insidentil
7. Deviasi yang besar antara realisasi target beban dengan skema
8. Peralatan teleproteksi / komunikasi
9. Pembacaan meter
10. Rasio CT PT
Untuk mengukur prosentase keberhasilan operasi OVS terhadap targetnya dapat dilihat
pada formula berikut.

27
Formula:

b. Kinerja Tegangan rendah

JRO . OVS
KIN .OVS = x 100 %
JRT .OVS
Dimana
 KIN. OVS = Kinerja OVS (%).
 JRO. OVS = jumlah rele OVS yang beroperasi suskses sesuai setting pada
tahapnya.
 JRT. OVS = jumlah rele OVS yang terpasang dan disetting dalam tahapnya.
Catatan:
 Rele OVS dinyatakan berhasil operasi atau bekerja jika rele tersebut bekerja
sesuai settingnya. Misal setting OVS tahap-2 = 170 KV tanpa waktu tunda, maka
rele yang disetting pada tahap-2 tersebut (170 KV) harus bekerja ketika
tegangan mencapai nilai tersebut, dengan toleransi: tegangan + 0.00 kV, waktu
kerja < 100 mili detik, dan sebelum rele OVS tahap yang paling berdekatan
bekerja.
 Semakin tinggi prosentase kinerja OVS menunjukkan kinerja semakin baik
(Polaritas positif).

6.5.1 Studi kasus Over voltage shedding (OVS)


Kabel Laut Jawa-Bali trip 4 sirkit sehingga menyebabkan Bali terpisah dari sistem Jawa
Bali. subsistem Bali akan terjadi over voltage di beberapa GI pada saat Island terbentuk,
sehingga pola Island operasi tidak hanya melepas beban tetapi juga disertai dengan
melepas kapasitor (OVS). Setelah diterapkan shedding kapasitor, respon tegangan di
subsistem Bali seperti ditunjukkan oleh Gambar berikut.

28
Tegangan mencapai 183
KV sehingga OVS bekerja

Tegangan setelah OVS


melepas kapasitor

Gambar 6.24 Tegangan Subsistem Bali setelah penerapan OVS untuk melepas Kapasitor

6.5.2 Metode evaluasi Over voltage shedding (OVS)

Secara blok diagram Over voltage Shedding dapat digambarkan sebagai berikut:
Media Komunikasi
SENSOR : TARGET TRIP
PERALATAN TELE PERALATAN MASTER TRIPING
- OVLS : Tegangan REMOTE PMT 150
PROTEKSI TELE PROTEKSI GI
(Over Voltage Relay) FO/ kV/PMT 20 kV
PLC/
Radio

TARGET TRIP LOKAL

Gambar 6.25 Blok diagram Over voltage shedding

Berdasarkan blok diagram diatas, kita akan dapat lebih mudah mengidentifikasi bagian –
bagian penyebab terjadi kegagalan system defence scheme diantaranya:
1. Sensor Over Voltage Relay (OVR)
Peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi secara kontinyu besaran – besaran listrik
seperti arus, tegangan pada suatu instalasi listrik. Pada umumnya dipasang rele
proteksi dimana rele tersebut mempunyai parameter setting arus/ tegangan dan
waktu tunda. Untuk OVS dalam menentukan batas setting tegangan dan waktu tunda
perlu dikoordinasikan dengan rele – rele proteksi cadangan ataupun autoreclose
supaya tidak terjadi overlap. Koordinasi OVS dengan proteksi cadangan pada
penghantar maupun IBT terdapat proteksi lain misalnya OVR. Apabila defence

29
scheme terjadi kegagalan maka perlu dilakukan pengujian individual untuk
mengetahui unjuk kerja rele tersebut.
2. Peralatan Teleproteksi Defense Scheme OVR
Teleproteksi adalah suatu sistem peralatan yang dibangun untuk mengirimkan dan
menerima sinyal koordinasi dan atau perintah trip peralatan proteksi (rele)/bay kontrol
dari suatu GI ke GI lain yang terhubung langsung maupun tidak langsung dengan
sistem transmisi. Dalam kerjanya, teleproteksi menggunakan kanal telekomunikasi
sebagai pembawa sinyal. Kanal komunikasi yang digunakan dapat berupa kanal
analog maupun digital sesuai kriteria sistem proteksi/bay kontrol yang dikehendaki.
Rancangan teleproteksi mengikuti kaidah peruntukan sistem proteksi.
Ketika diperlukan pengendalian dan pengaturan defense scheme secara jarak jauh
(remote), maka sistem proteksi memerlukan perangkat teleproteksi untuk
mengirimkan dan menerima perintah trip ke Gardu Induk (kapasitor atau
penghantar)/Pembangkitan sebagai target tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
kategori ini kriteria “tidak boleh salah” bagi sistem teleproteksi juga wajib berlaku.
Pada prinsipnya teleproteksi dapat digunakan untuk mengirim/menerima signal
informasi data apapun, namun dalam defense sheme digunakan pada OVS untuk
mengirim perintah trip ke PMT Kapasitor atau penghantar yang ditargetkan.
Teleproteksi

Telekomunikasi

1 1
SEND TX TX SEND
Kanal perintah n n
Kanal perintah
trip/blok (jumlah trip/blok (jumlah
1 1
kanal 1..n) kanal 1..n)
RECEIVE RX RX RECEIVE
n n
Media
Komunikasi
(FOC/wire/air)
Perangkat Perangkat
Teleproteksi Teleproteksi
Perangkat
Kanal interface Telekomunikasi Kanal interface
(analog/digital) (PLC, modem, (analog/digital)
FOT, Radio)
Gardu Induk A Gardu Induk B

Keterangan:
TX: Transmitter
RX: Receiver
PLC: Power Line Carrier
Modem: Modulation/Demomodulation
FOC: Fiber Optic Cable
FOT: Fiber Optic Terminal

Gambar 6.26 Teleproteksi Defense Scheme OVS

3. Master Triping GI
Master Tripping adalah suatau rangkaian yang terdiri dari peralatan tunda waktu
(Timer) yang digunakan untuk mengatur tahapan kerja target OVS dan diteruskan ke
rele bantu untuk mentripkan PMT target dan ke Announciator panel kontrol

30
Trip PMT tahap 1
Sinyal Trip Timer RELE
OVS Tahap 1 BANTU
Announciator panel kontrol

Trip PMT tahap 2


Timer RELE
Tahap 2 BANTU
Announciator panel kontrol

Timer RELE Trip PMT tahap 3


Tahap 3 BANTU
Announciator panel kontrol

Gambar 6.27 Master tripping GI

4. Target Trip
Target pelepasan kapasitor atau penghantar oleh OVS untuk menurunkan tegangan
sebaiknya dilakukan pada instalasi yang keandalannya rendah seperti kapasitor atau
penghantar yang sering mengalami gangguan. Dengan demikian keandalan tetap
terjaga karena instalasi yang hadal tetap beroperasi dan tidak menjadi target OVS untuk
menurunkan tegangan.

Gambar 6.28 Skema target trip OVS

31
5. FLOW CHART EVALUASI GANGGUAN OVS LOKAL

Mulai

Gangguan Sistem
OVS

Identifikasi
Trip OVS Ya
sesuai rencana
Tidak ?

OVS Sukses 100 %

OVS Gagal? Ya

Tidak
Lakukan scanning koordinasi
rele OVS dengan rele OVR
Identifikasi target di GI yang
tidak trip

Periksa rangkaian Master Lakukan uji individual OVS


tripping

Periksa rangkaian triping CB


Function Test

Function Test Selesai

Gambar 6.29 Flow Chart Evaluasi Gangguan OVS

32
6.6 Evaluasi Defense Scheme UFLS dan OFGS
Ketika terjadi kehilangan/trip unit pembangkit besar atau terputusnya saluran penghubung
entitas pembangkit, akan menyebabkan penurunan frekuensi yang cepat dan cukup
signifikan. Penurunan frekuensi seperti ini tidak bisa dipulihkan dengan cara manual load
shedding tetapi perlu diantisipasi dengan cara lain, yaitu dengan skema pelepasan beban
(load shedding) secara otomatis (UFLS-Under Frequency Load Shedding) menggunakan
Under Frequency Relay (UFR). Pelepasan beban ini dliakukan untuk menjaga sistem tetap
stabil dan mencegah terjadinya sistem collapse. Namun terdapat Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan UFLS atau OFGS dan harus diperhatikan dalam melakukan
evaluasi defence scheme UFLS antara lain :
1. Kerusakan relay UFR/OFR
2. Sensitivitas relay UFR/OFR
3. Wiring
4. Setting yang tidak sesuai skema
5. Perubahan target yang tidak dikoordinasikan
6. Penon aktifan target karena alasan insidentil
7. Deviasi yang besar antara realisasi target beban dengan skema
8. Peralatan teleproteksi / komunikasi
9. Pembacaan meter
10. Rasio CT PT
untuk mengukur prosentase keberhasilan operasi UFLS terhadap targetnya dapat dilihat
pada formula berikut.
Formula:

Kinerja Frekuensi tinggi

JRO. UFLS
KIN .UFLS= x 100 %
JRT .UFLS
Dimana
 KIN.UFLS = Kinerja UFLS (%).
 JRO.UFLS = jumlah rele UFLS yang beroperasi suskses sesuai setting pada
tahapnya.
 JRT.UFLS = jumlah rele UFLS yang terpasang dan disetting dalam tahapnya.
Catatan:
 Rele UFLS dinyatakan berhasil operasi atau bekerja jika rele tersebut bekerja
sesuai settingnya. Misal setting UFLS tahap-2 = 48,90 Hz tanpa waktu tunda,

33
maka rele yang disetting pada tahap-2 tersebut (48,9 Hz) harus bekerja ketika
frekuensi system mencapai nilai tersebut, dengan toleransi: frekuensi + 0.00 Hz,
waktu kerja < 100 mili detik, dan sebelum rele UFLS tahap yang paling
berdekatan bekerja.
 Semakin tinggi prosentase kinerja UFLS menunjukkan kinerja semakin baik
(Polaritas positif).
Sedangkan Jika dalam suatu sistem yang besar dengan pusat pembangkitan berada di
barat dan pusat beban berada di timur, maka akan ada evakuasi daya yang cukup besar
dari barat ke timur. Namun ketika terjadi gangguan pada saluran interkoneksi kedua
subsistem, yang mengakibatkan terpisahkan subsistem barat dan timur, maka sistem barat
akan mengalami kenaikan frekuensi sistem dan sistem timur mengalami penurunan
frekuensi sistem. Sehingga sistem timur membutuhkan load shedding untuk
mengembalikan frekuensi menjadi normal, sedangkan sistem barat membutuhkan
pelepasan beberapa pembangkit untuk menghindari terjadinya over frekuensi yang bisa
menyebabkan semua pembangkit mengalami trip di sistem barat.
Defense scheme over frekuensi ini sering disebut sebagai Over Frequency Generation
Shedding (OFGS). Secara target OFGS sama dengan OGS yaitu melepas beberapa
pembangkit yang menjadi target trip, namun secara filosofi berbeda, OGS bertujuan untuk
mengurangi overload pada peralatan baik pada saluran maupun interbus trafo yang dilalui
sebagai jalur evakuasi daya dari pembangkitan ketika kemampuan hantarnya berkurang
(salah satu saluran atau trafo trip), sedangkan OFGS bertujuan untuk menghindari over
frekuensi pada pembangkit yang dapat menyebabkan cascading trip.
Setting Over Frequency Generation Shedding (OFGS)
OFGS di set dibawah fequency OFR generator, yang umumnya 51.5-52 Hz. Skema OFGS
dapat dibuat bertahap untuk menghindari terlalu banyak pembangkit yang di-trip-kan,
dengan settingan frekuensi yang berbeda-beda, atau ditambah waktu tunda.
Indeks ini menunjukkan prosentase keberhasilan operasi UFLS atau OFGS terhadap
targetnya. Target disini bisa berlaku secara individu (per tahap) atau kumulatif (semua
tahap yang sesuai).

Formula:

Kinerja Frekuensi tinggi

34
JRO .OFGS
KIN .OFGS= x 100 %
JRT . OFGS
Dimana:
 KIN.OFGS = Kinerja OFGS (%).
 JRO.OFGS= jumlah rele OFGS yang beroperasi suskses sesuai setting pada
tahapnya.
 JRT. OFGS = jumlah rele OFGS yang terpasang dan disetting dalam tahapnya.
Catatan:
 Rele OFGS dinyatakan berhasil operasi atau bekerja jika rele tersebut bekerja
sesuai settingnya. Misal setting OFGS = 51,5 Hz tanpa waktu tunda, maka rele
yang disetting pada tahap tersebut (51,5 Hz) harus bekerja ketika frekuensi
system mencapai nilai tersebut, dengan toleransi: frekuensi + 0.00 Hz, waktu
kerja < 100 mili detik, dan sebelum rele OFGS tahap yang paling berdekatan
bekerja.
 Semakin tinggi prosentase kinerja OFGS menunjukkan kinerja semakin baik
(Polaritas positif).

6.6.1 Studi kasus Under Frequency Load Shedding (UFLS)


Terjadi gangguan trip IBT 1 dan 2 Bekasi, sehingga frekuensi di pembangkit priok turun.
UFR tahapan maupun UFR Island tidak berhasil mempertahankan stabilitas frekuensi di
susbsistem tersebut. IBT-1 dan 2 Bekasi trip akan menyebabkan penurunan frekuensi
yang sangat curam di subsistem tersebut mencapai -1.56 Hz/s seperti ditunjukkan oleh
gambar berikut:

35
df/dt = (50-48)/(1.9-0.62)
= - 1.56 Hz/s

Gambar 6.30 Kecuraman Frekuensi Subsistem Bekasi-Priok tanpa UFR

IBT 1 & 2
Bekasi trip

Frekuensi sedikit naik setelah


UFLS eksisting melepas beban
namun tidak mencukupi untuk
mengembalikna ke frekuensi
normal

Gambar 6.31 Frekuensi Subsistem Bekasi-Priok dengan UFR Terpasang

Gambar diatas menunjukkan bahwa target UFLS tahapan ternyata tidak mencukupi
untuk mempertahankan stabilitas frekeunsi di subsistem tersebut sehingga meskipun
semua UFLS bekerja frekuensi terendah tetap mencapai 46.5 Hz. Setelah dilakukan

36
evaluasi kinerja UFLS dengan penerapan relai df/dt dan menambah target pelepasan
beban maka stabilitas frekuensi di subsistem tersebut masih dapat dipertahakan seperti
ditunjukkan oleh Gambar berikut

IBT 1 & 2
Bekasi trip

Frekuensi kembali
naik setelah df/dt dan
UFLS melepas beban

Gambar 6.32 Frekuensi Subsistem Bekasi-Priok dengan df/dt dan Penambahan Target UFLS

6.6.2 Studi kasus Over Frequency Generation Shedding (OFGS)


Terjadi gangguan pada garuda sakti – new garuda sakti – balai pungut di Subsistem Riau
sebagaimana gambar berikut.
PYBUH KTPJG GDSKT BLPGT DURI BGBTU KTPNG
235 MW 117 MW 80 MW
SUMBAR SBU
BNKNG BNKNG DUMAI

NEWGS 173 MW
114 MW
Partial Black Out
TLMBU TNYAN PSPTH PKRCI

PSPGR 77 MW 79 MW

PRWNG

Lokasi KIT Indikasi Beban


PLTG TLMBU PJBS II High Voltage 26
GI TLMBU
PLTG TLMBU SW II Main failure 14
PLTG BLPGT PJB I Aux Overload 16
PLTMG BLPGT OFR 85
GI BLPGT
PLTMG NAV BLPGT Under Voltage 18
PLTMG MPP BLPGT MCC Lost Power 54

Gambar 6.33 Konfigurasi Subsistem Riau saat gangguan Garuda Sakt-New Garuda Sakti-Balai
Pungut
37
UFR Island

50.6 Hz

Ganguan Black Out


Transmisi Partial

Gambar 6.34 Frekuensi Subsistem Riau saat gangguan Garuda Sakt-New Garuda Sakti-Balai
Pungut

Gangguan tersebut menyebabkan fluktuasi frekuensi hingga 50,6 Hz seperti gambar


berikut. Frekuensi tinggi tersebut menyebabkan PLTMG Balai Pungut trip karena OFR
dengan beban 85 MW. Padahal setting OFGS yang ditetapkan adalah 51,5 Hz. Karena
anomali tersebut Subsistem Riau mengalami penurunan frekuensi hingga mengalami
partial black out.
Dari gangguan tersebut dapat di evaluasi bahwa pelepasan pembangkit oleh OFGS
harus mempertimbangkan kekuatan Subsistem tersebut saat terpisah interkoneksi.
Selain itu juga perlu di periksa apakah setting OFR Pembangkit sudah sesuai skema
karena tidak bekerja sebagaimana skema yang ditetapkan pada frekuensi 51,5 Hz dan
telah lepas sistem pada frekuensi 50,6 Hz.

6.6.3 Metode evaluasi UFLS dan OFGS


Untuk melakukan evaluasi keberhasilan UFLS maka perlu mengetahui blok diagram dari
defence scheme tersebut. Secara blok diagram Under Frequency Load Shedding (UFLS)
dan over Frequency Generation Shedding (OFGS) dapat digambarkan sebagai berikut:

SENSOR : Tunda waktu 60 ms – 100 ms Master Trip:


UFR/OFR : - PMT 20 KV (UFLS Tahapan)
Frekuensi - PMT Pembangkit (OFGS)

Gambar 6.35 Blok diagram UFLS dan OFGS

Berdasarkan blok diagram diatas, kita akan dapat lebih mudah mengidentifikasi bagian –
bagian penyebab terjadi kegagalan sistem UFLS dan OFGS diantaranya :
38
1. Sensor Under Frekuensi Relay (UFR) / Over Frequency Relay (OFR)
Peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi secara kontinyu besaran – besaran
Frekuensi listrik. Rele UFR akan bekerja apabila pengukuran Frekuensi mulai
menyentuh 49.00 Hz s/d 48.40 Hz (UFLS Tahapan), sedangkan OFR akan bekerja
apabila frekuensi menyentuh 51,5 Hz. Penyambungan sensor ke peralatan listrik
melalui tegangan CVT Bus 150 KV / CVT Bus 20 KV.
2. Master Trip
Master Triping UFLS adalah suatu rangkaian yang terdiri dari rele bantu untuk
mentripkan PMT target dan ke Announciator panel kontrol

Trip PMT tahap 1


Sinyal Trip RELE
UFR BANTU
Announciator panel kontrol

Gambar 6.36.Master trip UFLS / OFGS

39
3. Flow Chart Evaluasi Gangguan UFLS / OFGS
Dengan menggunakan Flow chart evaluasi gangguan UFLS / OFGS maka dapat
ditentukan apakah suatu UFLS / OFGS telah bekerja sesuai skema dan dapat
ditelusuri penyebab kegagalannya.

Mulai

Gangguan Sistem
UFLS/OFGS

Identifikasi
Trip
UFLS/OFGS Ya
sesuai rencana
Tidak ?
UFLS/UFGS
Sukses 100 %

UFLS/UFGS
Ya
Gagal?

Tidak
Lakukan pendataan rekaman
nilai frekuensi yang terjadi
apakah sudah menyentuh
Identifikasi target di GI yang setting
tidak trip

Periksa rangkaian Master


tripping
Lakukan uji individual UFR

Periksa rangkaian triping CB


Function Test

Function Test Selesai

40
Gambar 6.37. Flow Chart Evaluasi Gangguan UFLS / OFGS

41
6.7 Evaluasi Defense Scheme Island Operation
Skema island operation dibentuk untuk mempertahankan keseimbangan beban dan
pembangkit sehingga lebih cepat dalam merecovery sistem pasca gangguan. Selain itu
island operation juga berguna untuk menyelamatkan pembangkit pembangkit besar dan
lambat recovery jika mengalami trip. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan island
operation antara lain :
1. Keseimbangan beban dan pembangkit
2. Setting proteksi pembangkit (UFR, ROCOF, UVR, dll)
3. Deviasi yang besar antara realisasi target beban dengan skema
4. Peralatan teleproteksi / komunikasi
5. Kerusakan relay
6. Sensitivitas relay
7. Wiring
8. Setting yang tidak sesuai skema
9. Perubahan target yang tidak dikoordinasikan
10. Penon aktifan target karena alasan insidentil

6.7.1 Studi kasus island operation


Terjadi gangguan pada penghantar garuda sakti-new garuda sakti-balai pungut yang
menyebabkan sebagian subsistem riau terpisah dengan subsistem sumbar karena
konfigurasi jaringan masih radial yang ditunjukkan pada gambar berikut
PYBUH KTPJG GDSKT BLPGT DURI BGBTU KTPNG
235 MW 117 MW 80 MW
SUMBAR SBU
BNKNG BNKNG DUMAI

NEWGS 173 MW
114 MW
Partial Black Out
TLMBU TNYAN PSPTH PKRCI

PSPGR 77 MW 79 MW

PRWNG

Gambar 6.38 Konfigurasi jaringan saat gangguan subsistem Riau

Hal ini menyebabkan penurunan frekuensi sehingga UFR Island tertrigger dan bekerja
pada frekuensi 48,3 Hz sesuai skema. Namun island operation balai pungut hanya
bertahan 1,3 detik karena pembangkit penopang island tersebut trip sebagaimana
ditunjukkan pada gambar berikut.

42
UFR Island

50.6 Hz 48.5 Hz
50.3 Hz
50.0 Hz

48.3 Hz

154 kV
145 kV
105 kV
55 kV Black Out
Ganguan
Transmisi Partial

1.360 mS

Gambar 6.39 Rekaman Frekuensi island balai pungut

Tabel berikut menunjukkan daftar pembangkit yang trip saat island balai pungut
terbentuk. Dari indikasi yang menyebabkan pembangkit trip tersebut dapat dijadikan
pertimbangan dalam melakukan evaluasi keberhasilan island operation. Kegagalan
island operation dapat disebabkan beberapa faktor antara lain skema keseimbangan
antara beban dan pembangkit, setting proteksi internal pembangkit maupun faktor
eksternal lainnya. koordinasi proteksi pembangkit ini disesuaikan dengan kebutuhan
sistem agar mendukung keberhasilan island operation.
Tabel 6.4. Tabel pembangkit trip
Lokasi KIT Indikasi Beban
PLTG TLMBU PJBS II High Voltage 26
GI TLMBU
PLTG TLMBU SW II Main failure 14
PLTG BLPGT PJB I Aux Overload 16
PLTMG BLPGT OFR 85
GI BLPGT
PLTMG NAV BLPGT Under Voltage 18
PLTMG MPP BLPGT MCC Lost Power 54

6.7.2 Metode evaluasi island operation


Durasi pemulihan sistem pasca gangguan besar dipengaruhi oleh keberhasilan
terbentuknya Island operation . Hal ini karena dengan kegagalan Island operation maka
pemulihan sistem harus dimulai dengan black start pembangkit atau line charging dari
Sistem lain. selain itu gagalnya Island operation juga menyebabkan pembangkit

43
mengalami trip dan memperlama proses pemulihan karena Dispatcher harus melakukan
starting pembangkit satu persatu. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan Island
operation diantaranya adalah :
 Setting proteksi pembangkit
 Respon pembangkit terhadap skema Island operation
 Akurasi data beban
 Keseimbangan antara beban konsumen dengan daya pembangkit yang sulit tercapai
karena skema masih bersifat statis
 Kecuraman frekuensi
 kinerja Relay UFR Island operation
Metode evaluasi Untuk mengukur prosentase keberhasilan island operation terhadap
targetnya maka dapat menggunakan formula berikut. Target disini bisa berlaku secara
individu (per tahap) atau kumulatif (semua tahap yang sesuai).
Formula:

Kinerja keberhasilan island operation

island terbentuk
KIN .island = x 100 %
skema island

Dimana
 KIN.island = Kinerja island operation (%).
 Island terbentuk = realisasi jumlah island operation yang terbentuk dan sukses
sinkron kembali dengan sistem sesuai setting pada tahapnya.
 Skema island = = jumlah skema island operation yang seharusnya terbentuk
dan sukses sinkron kembali dengan sistem sesuai setting pada tahapnya.
Catatan:
 Island dikeluarkan dari hitungan, jika:
 Pembangkit pemikul island tidak beroperasi.
 jika island gagal akibat kendala peralatan, diverifikasi dengan pemilik peralatan
dibuktikan dengan berita acara pemeriksaan.
 Pembangkit trip akibat gangguan internal, data yang dipakai adalah data hasil
investigasi dengan sektor terkait.

44
 Island dianggap berhasil jika bekerja sesuai skema. Misalnya pada frekuensi 48,5
Hz ada 3 island yang seharusnya terbentuk namun hanya 2 island yang terbentuk
dan berhasil sinkron kembali dengan sistem, pencapaian island adalah 2/3.
 Island harus bertahan. Jika Island yang yang terbentuk trip sebelum sinkron dengan
sistem, island dianggap gagal.
Untuk melakukan evaluasi keberhasilan island operation maka perlu mengetahui blok
diagram dari defence scheme tersebut. Secara blok diagram island operation dapat
digambarkan sebagai berikut:

Master Trip:
SENSOR : Tunda waktu 60 ms – 100 ms
- PMT Penghantar
UFR :
- PMT 20 KV (trafo/penyulang)
Frekuensi
- PMT Pembangkit

Gambar 6.40 Blok diagram island operation

Berdasarkan blok diagram diatas, kita akan dapat lebih mudah mengidentifikasi bagian –
bagian penyebab terjadi kegagalan island operation diantaranya :
1. Sensor Under Frekuensi Relay(UFR Island)
Sensor yang digunakan untuk island operation adalah UFR. UFR merupakan
Peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi secara kontinyu besaran – besaran
Frekuensi listrik. Rele UFR akan bekerja apabila pengukuran Frekuensi mulai
menyentuh setting frekuensi skema island operation (misal 48.50 Hz).
2. Master Trip
Master Triping island operation adalah suatu rangkaian yang terdiri dari rele bantu
untuk mentripkan PMT target dan ke Announciator panel kontrol

Trip PMT tahap 1


Sinyal Trip RELE
dari UFR BANTU
Island Announciator panel kontrol

Gambar 6.41 Master trip island operation

3. Flow Chart Evaluasi Gangguan island operation


Dengan menggunakan Flow chart evaluasi gangguan island operation maka dapat
ditentukan apakah suatu skema island operation telah bekerja sesuai skema dan
dapat ditelusuri penyebab kegagalannya.

45
Mulai

Gangguan Sistem
Island Operation

Identifikasi Trip
Island Operation Ya
sesuai rencana ?

Tidak
Island
Operation
Sukses 100 %
Island
Operation Ya
Gagal?

Tidak Lakukan pendataan antara


keseimbangan beban dan
pembangkit, rekaman nilai
Identifikasi target di GI yang frekuensi yang terjadi apakah
tidak trip sudah menyentuh setting,
setting proteksi pembangkit

Periksa rangkaian Master


Lakukan uji individual UFR,
tripping
koordinasi proteksi
pembangkit, pelepasan beban

Periksa rangkaian triping CB


Function Test

Function Test Selesai

Gambar 6.42 Flow Chart Evaluasi Gangguan island operation

46
6.8 Evaluasi Defense Scheme Power Swing
Untuk melakukan evaluasi defence scheme power swing, perlu diketahui beberapa hal
yang dapat menyebabkan Power swing antara lain :
 Lemahnya Damping Torque dari pembangkit-pembangkit yang ada di sistem yang
dapat mengarah kepada ketidakstabilan sinyal kecil.
 Tingginya reaktansi saluran
 Tingginya besaran daya yang dialirkan pada saluran
Skema Defence scheme Power swing dapat ditentukan berdasarkan kontingensi dan juga
pengukuran perbedaan sudut tegangan yang dibaca oleh synchrophasor. Batasan
pelepasan beban maupun pembangkit dapat ditentukan dengan mempertimbangkan
batasan stabilitas dari transfer daya saluran.
Untuk mencegah tripnya transmisi karena distance Relay mendeteksi Power swing dan
out-of-step, Defence scheme yang dapat diterapkan untuk meredam Power swing adalah
dengan cara mengurangi secara cepat transfer daya di saluran pada batas stabilitasnya,
yaitu dengan mengurangi beban (Load Shedding) di sisi penerima dan mengurangi
pembangkitan di sisi pengirim. Kejadian Power swing diawali dengan penurunan tegangan
pada jalur backbone atau titik transfer antar subsistem.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan defence scheme power swing antara lain :
1. Kerusakan relay
2. Sensitivitas relay
3. Wiring
4. Setting yang tidak sesuai skema
5. Perubahan target yang tidak dikoordinasikan
6. Penon aktifan target karena alasan insidentil
7. Deviasi yang besar antara realisasi target beban dengan skema
8. Peralatan teleproteksi / komunikasi
9. Pembacaan meter
10. Rasio CT PT

6.8.1 Studi kasus power swing


Kejadian Power swing diawali dengan penurunan tegangan pada jalur backbone atau titik
transfer antar subsistem sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

47
48
Gambar 6.43 Respon tegangan per waktu di backbone SBS-SBT saat pembangkit trip

Selain permasalahan penurunan tegangan dan Power swing yang disebabkan tripnya
pembangkit SBT diatas, pemicu terpisahnya interkoneksi SBT-SBS adalah tripnya
transmisi backbone Lampung (SUTT 150 kV Bukit Asam - Baturaja -Bukit Kemuning -
Kotabumi) dengan transfer daya lebih dari 120 MW yang membuat power flow dari
Sumsel ke Lampung menuju ke SBT dan menyebabkan fluktuasi frekuensi sistem
sebagai berikut:

Gambar 6.44. Respon frekuensi backbone SBS-SBT saat backbone SBS-Lampung trip

Dari hasil simulasi menunjukkan setelah beberapa saat setelah trip-nya backbone
Lampung (Bukit Kemuning – Kotabumi) dapat menyebabkan penurunan tegangan yang
cukup ekstrim dan disertai swing tegangan di backbone SBS-SBT dengan tegangan
terendah di GI BNGKO (warna kuning). Rekaman respon tegangan Pada saat kejadian

49
Pht yang trip oleh Power swing adalah di GI BNGKO penghantar MBNGO 1 & 2 dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 6.45 Respon tegangan backbone SBS-SBT saat backbone SBS-Lampung trip

Untuk antisipasi tripnya jalur backbone SBS-SBT oleh Power swing dan out-of-step serta
meredam Power swing yang terjadi, Strategi yang digunakan untuk mengatasi Power
swing ini adalah Under Voltage Load Shedding Power swing (UVLS Power swing). UVLS
ini merupakan skema pelepasan beban konsumen secara otomatis oleh Relay yang
disebabkan adanya penurunan tegangan di jalur backbone akibat adanya pembangkit trip
di sisi penerima transfer daya dan dikombinasikan dengan Power swing detection signal
untuk menghindari trigger malakerja oleh unbalance fault. UVLS Power swing dipasang
dengan setting tegangan 130 kV serta di-AND dengan Power swing detection signal
untuk mengantisipasi penurunan tegangan yang mencapai dibawah 130 kV di GI Muara
Bungo Penghantar Kiliranjao 1 & 2. Skema UVLS Power swing ini adalah sebagai
berikut:
1. Sensor Tegangan diambil dari GI Muara Bungo Penghantar Kiliranjao 1 & 2,
dengan Setting Tegangan Ketiga Phasa (R-S, R-T, S-T) < 130 kV dengan Time
delay 500 ms.
2. Target Trip Trafo sebagaimana pada tabel berikut
• GI Kiliranjao : TD-1 20 MVA dan TD-2 10 MVA
• GI Bangko : TD-1 30 MVA
• GI Muara Bungo : TD-1 30 MVA dan TD-2 30 MVA
• GI Teluk Kuantan : TD-1 10 MVA & TD-2 30 MVA
• GI Salak : TD-1 20 MVA
• GI Batu Sangkar : TD-1 30 MVA
50
Gambar 6.46 UVLS Power swing pada Backbone SBS-SBT

Power swing Generation Shedding


dengan beroperasinya PLTU Sumsel V maka Subsistem Jambi mengalami surplus daya
yang cukup besar. Kondisi tersebut menyebabkan Subsistem Jambi mengirim daya ke
Subsistem Sumbar melalui Muara Bulian – Muara Bungo sebagaimana terlihat pada
gambar berikut.

Gambar 6.47 Aliran daya Subsistem Jambi

51
Hal tersebut memicu Power swing pada GI Muara Bungo ketika ada gangguan
pembangkit di Sumbar yang menyebabkan transfer daya meningkat dari Subsistem
Jambi ke Subsistem Sumbar. Dari rekaman TSS DFR GI BNGKO terlihat adanya
kenaikan arus pada penghantar LNGAU 1 &2 masing-masing 540 A menjadi 1040 A
(setara 257 MW menjadi 495 MW) menunjukkan adanya gangguan dipicu KIT di
Subsistem Sumbagteng. Terjadi ayunan tegangan dari 161 kV hingga 51 kV, dan ayunan
Arus 850 A – 300 A selama 26,5 detik sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

Gambar 6.48 Power swing akibat trip pembangkit SBT

Gambar 6.49 Rekaman tegangan Power swing akibat trip pembangkit SBT

52
Skema Power swing Generation Shedding pada Subsistem Jambi untuk mengatasi
Power swing akibat kenaikan transfer daya karena tripnya pembangkit di Sumbagteng
dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 6.50 Skema Power swing Generation Shedding

6.8.2 Metode evaluasi defence scheme power swing


Defence scheme Power swing dapat ditentukan berdasarkan kontingensi dan juga
pengukuran perbedaan sudut tegangan yang dibaca oleh synchrophasor. Secara blok
diagram defence scheme power swing dapat digambarkan sebagai berikut:
Media Komunikasi
SENSOR : TARGET TRIP
PERALATAN TELE PERALATAN MASTER TRIPING REMOTE
- UVR : Tegangan
PROTEKSI TELE PROTEKSI GI PMT 150 kV/
(Under Voltage Relay) FO/
PLC/ PMT 20 kV
Radio PMT Pembangkit

TARGET TRIP LOKAL

Gambar 6.51 Blok diagram defence scheme power swing

Berdasarkan blok diagram diatas, kita akan dapat lebih mudah mengidentifikasi bagian –
bagian penyebab terjadi kegagalan system defence scheme diantaranya:
1. Sensor Under Voltage Relay (UVR)
Peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi secara kontinyu besaran – besaran listrik
seperti arus, tegangan pada suatu instalasi listrik. Pada umumnya dipasang rele
proteksi dimana rele tersebut mempunyai parameter setting arus/ tegangan dan

53
waktu tunda. Untuk defence scheme power swing dalam menentukan batas setting
tegangan dan waktu tunda perlu dikoordinasikan dengan rele jarak, rele proteksi
cadangan ataupun autoreclose supaya tidak terjadi overlap. Koordinasi defence
scheme power swing dengan proteksi utama dan cadangan pada penghantar
maupun IBT terdapat proteksi lain misalnya distance relay. Apabila defence scheme
terjadi kegagalan maka perlu dilakukan pengujian individual untuk mengetahui unjuk
kerja rele tersebut.
2. Peralatan Teleproteksi Defense Scheme power swing
Teleproteksi adalah suatu sistem peralatan yang dibangun untuk mengirimkan dan
menerima sinyal koordinasi dan atau perintah trip peralatan proteksi (rele)/bay kontrol
dari suatu GI ke GI lain yang terhubung langsung maupun tidak langsung dengan
sistem transmisi. Dalam kerjanya, teleproteksi menggunakan kanal telekomunikasi
sebagai pembawa sinyal. Kanal komunikasi yang digunakan dapat berupa kanal
analog maupun digital sesuai kriteria sistem proteksi/bay kontrol yang dikehendaki.
Rancangan teleproteksi mengikuti kaidah peruntukan sistem proteksi.
Ketika diperlukan pengendalian dan pengaturan defense scheme secara jarak jauh
(remote), maka sistem proteksi memerlukan perangkat teleproteksi untuk
mengirimkan dan menerima perintah trip ke Gardu Induk (beban)/Pembangkitan
sebagai target tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kategori ini kriteria “tidak boleh
salah” bagi sistem teleproteksi juga wajib berlaku. Pada prinsipnya teleproteksi dapat
digunakan untuk mengirim/menerima signal informasi data apapun, namun dalam
defense sheme power swing digunakan untuk mengirim perintah trip ke PMT beban
yang ditargetkan.
Teleproteksi

Telekomunikasi

1 1
SEND TX TX SEND
Kanal perintah n n
Kanal perintah
trip/blok (jumlah trip/blok (jumlah
1 1
kanal 1..n) kanal 1..n)
RECEIVE RX RX RECEIVE
n n
Media
Komunikasi
(FOC/wire/air)
Perangkat Perangkat
Teleproteksi Teleproteksi
Perangkat
Kanal interface Telekomunikasi Kanal interface
(analog/digital) (PLC, modem, (analog/digital)
FOT, Radio)
Gardu Induk A Gardu Induk B

Keterangan:
TX: Transmitter
RX: Receiver
PLC: Power Line Carrier
Modem: Modulation/Demomodulation
FOC: Fiber Optic Cable
FOT: Fiber Optic Terminal

Gambar 6.52 Teleproteksi Defense Scheme power swing

3. Master Triping GI

54
Master Tripping adalah suatau rangkaian yang terdiri dari peralatan tunda waktu
(Timer) yang digunakan untuk mengatur tahapan kerja target power swing dan
diteruskan ke rele bantu untuk mentripkan PMT target dan ke Announciator panel
kontrol

Timer RELE Trip PMT tahap 1


Sinyal Trip Tahap 1 BANTU
Defence
Announciator panel kontrol
scheme
Power swing
Timer RELE Trip PMT tahap 2
Tahap 2 BANTU
Announciator panel kontrol

Timer RELE Trip PMT tahap 3


Tahap 3 BANTU
Announciator panel kontrol

Gambar 6.53 Master tripping GI

4. Target Trip
Target pelepasan beban distribusi dapat berupa beban penyulang maupun beban
trafo distribusi, agar dapat memperoleh pelepasan beban yang lebih selektif dan lebih
adaptif sebaiknya diterapkan pelepasan beban penyulang. Pelepasan beban
penyulang ini dilakukan dengan membuka CB 20 kV.

Gambar 6.54 Target trip UVLS Power swing pada Backbone SBS-SBT

55
5. FLOW CHART EVALUASI GANGGUAN DEFENCE SCHEME POWER SWING
LOKAL

Mulai

Gangguan Sistem
DS. Power swing

Identifikasi Trip
DS. Power swing Ya
sesuai rencana ?

Tidak
DS. Power
swing Sukses
100 %
DS. Power
Ya
swing Gagal?

Tidak

Identifikasi target di GI yang


tidak trip

Periksa rangkaian Master


Lakukan uji individual rele
tripping
UVR

Periksa rangkaian triping CB


Function Test

Function Test Selesai

Gambar 6.55. Flow Chart Evaluasi Gangguan defence scheme power swing lokal

56
6. FLOW CHART EVALUASI GANGGUAN DEFENCE SCHEME POWER SWING
REMOTE

Mulai

Gangguan Sistem
DS. Power swing

Identifikasi Trip
DS. Power swing Ya
sesuai rencana ?
Tidak

DS. Power
DS. Power swing Sukses
Ya
swing Gagal? 100 %

Tidak
Lakukan scanning koordinasi
rele power swing dengan rele
Identifikasi target di GI yang
UVR
tidak trip

Lakukan uji individual rele


Periksa peralatan teleproteksi UVR
dan link komunikasinya

Periksa peralatan teleproteksi


dan link komunikasi jalur
Periksa rangkaian Master utama dari rele UVR
tripping

Function Test
Periksa rangkaian triping CB

Function Test Selesai

Gambar 6.56 Flow Chart Evaluasi Gangguan power swing Remote

57

Anda mungkin juga menyukai