“BAHAN TAMBAH”
Kelompok 5
FAKULTAS TEKNIK
2020
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
ii
2.1.5.3 Lain-lain................................................................................ 8
iii
2.3.4 Perhatian Penting dalam Penggunaan Bahan Tambah ............... 17
2.3.5.3.3 Polimer....................................................................... 27
iv
2.3.5.3.7 Bahan Tambah Untuk Memperkuat Ikatan Beton Lama
dengan Beton Baru (Bonding Agent for Concrete) ... 28
2.3.6 Bahan Tambah Kimia Menurut Draft Pedoman Beton 1989 ..... 28
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan mengenai Makalah Bahan Tambah dalam Teknologi Bahan
Struktur, yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan definisi dari bahan tambah.
2. Untuk mendeskripsikan macam-macam bahan tambah.
1
3. Untuk mendeskripsikan tujuan dari pemberian bahan tambah pada adukan
beton.
4. Untuk mendeskripsikan fungsi dan kegunaan dari bahan tambah.
5. Untuk mendeskripsikan tujuan penting dari bahan penggunaan tambahan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2.1 Jenis
Ada dua jenis, yang alamiah dan yang buatan. Pozzolan yang alamiah
misalnya tras dan abu gunung berapi (volcanic asli). Sejumlah material alamiah
3
seperti tanah diatomaceous, oplaine, cherts, shales, tuffs, pumices. Sedangkan
pozzolan buatan misalnya abu terbang (fly-ash).
Di pasaran terdapat dua jenis (ASTM C595), yaitu jenis IP dan jenis P.
jenis IP dipergunakan untuk struktur umum, sedangkan jenis P untuk struktur
yang tidak memerlukan kekuatan tinggi pada umur muda.
Semen Portland Pozzolan yang tersedia menurut S11 0132-90 adalah
SPP jenis A dan B. Jenis A adalah SPP untuk tujuan umum tahan sulfat sedang
dan panas hidrasi sedang. Jenis B untuk adukan di mana tidak disyaratkan
kekuatan awal yang tinggi, tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.
SPP eks Semen Gresik, misalnya, memenuhi syarat SII sebagai jenis A
dan ASTM Jenis IP. Beton dari SPP ini memiliki perkembangan yang lebih
rendah dari semen Portland jenis I, tapi lebih tinggi dari jenis II dan IV.
2.1.2.2 Kegunaan
Semen pozzolan atau disebut juga Pozzolana, memiliki pengaruh yang
bervariasi terhadap campuran beton. Sebelum digunakan harus diuji terlebih
dahulu dengan kombinasi semen khusus dan agregat yang dipakai.
a. menghemat biaya, sebagai pengganti atau campuran semen.
b. mengurangi temperatur awal dalam struktur masif seperti bendungan,
temperatur tinggi dapat terjadi karena kelambatan pelepasan panas yang
dihasilkan selama hidrasi. ini dapat dikurangi dengan menggunakan semen
jenis II, IV, V, IS atau IP, mengurangi temperatur air dan agregat, atau
menggunakan Admixture pozzolanic. Seringkali dipakai kombinasi ketiganya
untuk mendapatkan evolusi panas yang lambat.
c. beberapa pozzolan mengurangi muai reaksi alkali agregat.
d. beberapa pozzolan memperbaiki ketahanan terhadap sulfat.
2.1.2.3 Kerugian
Sebagai pengganti semen,pozzolan akan sangat mengurangi kekuatan 28
hari. Karena lambatnya aksi pozzolanik maka dibutuhkan perawatan umtuk waktu
yang lebih lama.
4
Tabel 2.1 Unsur Bahan-bahan Pozzolan
5
dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi, yaitu hingga 1650o C, tetapi kadang kala
Cryolite (sodium aluminium fluoride) dapat ditambahkan sebagai flux.
Untuk bahan bakarnya juga tidak dapat digunakan batu bara karena hasil
pembakarannya dapat mengotori klinker. Jadi harus menggunakan bahan bakar
minyak maupun gas.
Semen putih juga menguntungkan karena tidak mudah berubah warna
disebabkan oleh kadar alkali yang rendah. Komposisi umum semen putih adalah
C3S (51%), C2S (26%), C3A (11%), C4AF (1%), SO3 (2.6%) dan Alkali (0.25%).
Semen putih juga mempunyai berat jenis yang lebih rendah daripada semen
portland yaitu antara 3,05 dan 3,10.
Semen warna adalah semen putih dicampur dengan 2 sampai 10%
pigmen warna sintetis dan warna yang dikehendaki (oksida besi atau chromium)
6
2.1.4.5 Semen Sumur Minyak (OIL-WELL)
Pada pengeboran sumur minyak kita membutuhkan semen untuk
melindungi antara casing dengan karang atau tanah di sekelilingnya, dan
terhadap air yang korosif. Selain itu semen akan membantu menyangga casing
serta untuk menyumbat masuknya air ke dalam sumur. Masalahnya, pada
kedalaman 1800 sampai 4900 meter tekanan dan suhu di dasar sumur sangat
tinggi sehingga sehingga pasta semen akan mengering dan mengeras sebelum
sampai ke dasar sumur. Kadang memakai semen portland biasa yang dicampur
dengan retarder khusus, seperti campuran gum Arabic dengan asam borat, casein,
lignin, gula atau asam hidroksida organik.
7
bila berhadapan dengan panas yang disertai kelembaban yang tinggi, ciri umum
dari daerah tropis, dalam keadaan ini kekuatannya bisa turun sampai menjadi 14
MPa. Hal ini disebabkan oleh terurainya kembali kalsium aluminat hidrat hasil
hidrasi sehingga volume pasta berkurang. Hal ini akan menyebabkan beton
menjadi keropos dan kekuatannya berkurang.
2.1.5.3 Lain-lain
Semen non-portland inorganik yang lain antara lain adalah semen
magnesium oxychiorida (sorel cement ) dan semen phosphate-bonded.
8
2.1.6.1 Limbah Industri Sebagai Agregat
Kemungkinan memakai limbah industri sebagai agregat pada beton
semakin mendapat perhatian belakangan ini, sebagai solusi yang penuh harapan
atas menanjaknya masalah limbah padat. Sebenarnya limbah industri bukan
barang baru, sudah puluhan tahun bahan pozzolan dipakai, juga blast-furnace
slag. sebagai agregat dan sebagai material perekat. Kaleng yang telah dihancurkan
dapat juga dipakai sebagai fiber baja untuk perkuatan.
Pertimbangan ekonomis pemakaian limbah sebagai agregat adalah
kuantitas yang tersedia, sejauh mana benefikasi, dan persyaratan mix design.
Keberhasilan utilisasi limbah padat akan tergantung pada kemampuan
mengantisipasi masalah yang potensial, seperti masalah ketahanan. Sebaliknya,
misalnya ada yang kekuatannya rendah, tapi baik sebagai insulator bunyi maupun
panas. Beton sampah (trush-crcte) mungkin mendapat tempat dalam utilisasi
material limbah, tetapi tidak akan mendominasi bidangnya.
9
2.1.6.3 Batu Kapur (Limestone) Sebagai Agregat Kasar
Di daerah pantai utara pulau Jawa banyak dijumpai batu kapur. Bahan ini
dapat dipakai sebagai pengganti agregat kasar yang biasanya diambil dari
Pasuruan. Dapat dicapai kekuatan K-225.
2.2.2 Grout
Grout adalah slurry semen yang diinjeksikan ke dalam retak-retak, pipa-
pipa dan lubang-lubang lainnya. Atau di samping bangunan beton sebagai
pelindung yang tak tembus air. Dapat dipakai pasir bila volumenya besar.
Admixture mineral, seperti abu-terbang dan bentonite, sering dipakai untuk
menambah kecairan. Admixture kimiawi ditambahkan untuk mengurangi kadar
air. menambah daya lekat, dan mengendalikan waktu pengikatan. Admixture juga
bisa ditambahkan untuk melawan susut.
Penerapan grout yang penting misalnya pada metode prepacked agregat.
10
2.2.3 Bahan-Bahan Campuran
Yang termasuk bahan campuran yang lain adalah:
a. Bahan pengikat (bonding admixtures),
b. Bahan pengisi (grouting admixtures),
c. Bahan untuk mempercepat pengikatan (quick setting admixtures),
d. Bahan pembentuk gas (gas forming agent).
11
menimbulkan korosi pada baja tulangan. Hanya saja harganya jauh lebih mahal
daripada semen portland biasa ( 10 kali lipat ).
Komposisi :
a. Material seperti gel, clays, pregelatine starch , methyl cellulose yang berfungsi
untuk mencegah kecepatan hilangnya air dan grouting admixture.
b. Bentonite clays: berfungsi untuk mengurangi slurry density.
c. Material seperti barite dan iron filings yang berfungsi meningkatkan berat
jenis.
d. Natural gums ditambahkan untuk mencegah susut grouting tersebut.
12
2.2.4 Bahan-Bahan Lainnya
Selain bahan-bahan kimia pembantu untuk beton, saat ini juga banyak
dipakai berbagai bahan lain yang berhubungan dengan beton. Yang dimasukkan di
sini adalah:
1. Curing agent
2. Waterproofing membrane
3. Joint sealimg compound
4. Form-releasing agent
5. Waterstops
13
2.2.4.2 Joint Sealing Compound
Digunakan terutama untuk dilatasi, yaitu untuk mengisi atau menyumbat
siar-siar bangunan. Terdiri dari tiga jenis, yaitu elastomeric, mastic dan pre-
formed strip sealant.
Elastomeric sealants bisa dipakai dalam keadaan panas maupun dingin.
bahan dasarnya adalah polysulfida, silikon, poly-urethan. Mastic sealants tidak
dipakai untuk sambungan yang mempunyai gerakan besar. Bahan dasarnya adalah
minyak atau bitumen. Pre-formed strip sealants dibuat dan bahan dasarnya
minyak atau bitumen.
14
2.2.4.4 Waterstop
Waterstop digunakan untuk menghindari terjadinya kebocoran pada
daerah di mana pengecoran harus dihentikan. Misalnya antara lantai dan dinding
kolam renang, bak air atau basement. Juga untuk sambungan sudut atau
pertemuan dinding.
Tipe waterstop ada dua jenis, yaitu contruction joint, dan expansion joint.
Bahan dari karet dan PVC .
Kegunaan utama dari waterstop karet adalah:
1. Untuk struktur hidrolis dimana terjadi gerakan sambungan yang besar.
2. Untuk bendungan dan bangunan air lainnya.
3. Gorong-gorong untuk stasiun pembangkit tenaga dan di daerah yang
mempunyai kemungkinan untuk menyusut.
Waterstop PVC mempunyai kegunaan yang sama tetapi untuk kondisi
yang lebih ringan.
15
tambah kimia harus memenuhi syarat yang diberikan dalam ASTM C.494,
"Standard Spesification for Chemical Admixture for Concrete".
16
g. Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi alkali termasuk alkali
dalam agregat.
h. Menghasilkan struktur beton yang baik.
i. Menambah kekuatan ikatan beton bertulang.
j. Mengembangkan ketahan gaya impact (berulang) dan ketahanan abrasi.
k. Menecegah korosi yang terjadi pada baja (embedded metal).
l. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.
17
Hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Penggantian tipe semen atau sumber dari semen atau jumlah dari semen yang
digunakan atau modifikasi gradasi agregat, atau proporsi campuran yang
diharapkan.
2. Banyak bahan tambah mengubah lebih dari satu sifat beton, sehingga kadang-
kadang justru merugikan.
3. Efek bahan tambah sangat nyata untuk mengubah karakteristik beton misalnya
FAS, tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama pengadukan.
18
2.3.5.1.1 Tipe A “Water-Reducing Admixtures”
Water-Reducing Admixture adalah bahan tambah yang mengurangi air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu.
Water-Reducing Admixture digunakan antara lain untuk dengan tidak
mengurangi kadar semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai
perbandingan atau rasio faktor air semen (wer) yang rendah. Atau dengan tidak
mengubah kadar semen yang digunakan dengan faktor air semen yang tetap maka
nilai slump yang dihasilkan dapat lebih tinggi. Hal lain juga dimaksudnya dengan
mengubah kadar semen tetapi tidak mengubah faktor air semen dan slump. Pada
kasus pertama dengan mengurangi faktor air semen secara tidak langsung akan
meningkatkan kekuatan tekannya karena dalam banyak kasus dengan faktor air
semen yang rendah akan meningkatkan kekuatan tekan beton. Pada kasus kedua
dengan tingginya nilai slump yang didapatkan akan memudahkan penuangan
adukan (placing) atau dengan hal ini waktu penuangan adukan dapat diperlambat.
Pada kasus ketiga dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan
semen yang lebih kecil (Mather, Bryant.,1994:494-495).
Bahan tambah pengurang air dapat berasal dari bahan organik ataupun
campuran organik untuk beton tanpa udara (non-air-entrained) atau dengan udara
dalam hal mengurangi kandungan air campuran. Selain itu, bahan tambah ini
dapat digunakan untuk memodifikasi waktu pengikatan beton atau mortar sebagai
dampak perubahan faktor air semen.
Komposisi dari campuran bahan tambah ini diklasifikasikan secara
umum menjadi 5 kelas:
a. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam.
b. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam.
c. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya.
d. Modifikasi hydroxlated carboxylic acids dan kandungan garamnya.
e. Material lain seperti misalnya:
- Material inorganik seperti seng, garam-garam, barak, posfat, klorida.
- Asam amino dan turunanya.
- Karbonhidrat, polisakarin dan gula asam.
19
- Campuran polimer seperti eter, turunan melamic, naptan, silikon,
hidrokarbon-sulfat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambahan ini
adalah air yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding dan kehilangan
air pada saat beton segar, laju pengerasan, kekuatan tekan dan lentur, ketahanan
terhadap perubahan volume, susut pada saat pengeringan. Berdasarkan hal
tersebut, menjadi penting untuk melakukan pengujian sebelum pelaksanaan
pencampuran terhadap bahan tambah tersebut.
20
yang berbeda, pengunaan bahan air dan agregat yang panas. Secara umum,
kelompok tambah ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Larutan garam organik.
2. Larutan campuran organik.
3. Material miscellaneous.
21
ditekankan bahwa perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh
berubah. Perubahan kandungan air atau udara atau semen, harus diatasi dengan
perubahan kandungan agregat halus sehingga volume tidak berubah. Pemercepat
waktu pengikat didalam bahan kimia ini untuk mempercepat sehingga untuk beton
yang menggunakan bahan tambah ini akan dihasilkan waktu pengikatan cepat dan
kadar air yang rendah dalam FAS. Kondisi yang dikehendaki adalah kuat tekan
beton yang tinggi tetapi kecepatan pengikatan yang diinginkan dapat lebih tinggi.
22
gabungan superplasticizer dengan menunda waktu pengikatan beton. Biasanya
digunakan untuk kondisi pekerjaan yang sempit karena sedikitnya sumber daya
yang mengelola beton yang disebabkan oleh keterbatasan ruang kerja.
23
Tabel 2.2. Kandungan Kimia Fly Ash
Senyawa Kimia Jenis F Jenis C
Oksida Silika (SiO2) + Oksida Alumina
70.0 50.0
(Al2O3) + Oksida Besi (Fe2O3), minimum %
Trioksida Sulfur (SO3), maksimum % 5.0 5.0
Kadar Air, maksimum % 3.0 3.0
Kehilangan Panas, maksimum % 6.0 6.0
* Penggunaan sampai dengan 12% masih diijinkan jika ada perbaikan kinerja atau hasil tes
laboratorium menunjukkan demikian.
2.3.5.2.2 Slag
Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Definisi slag
dalam ASTM. C,989, “Standard spesification for ground granulated Blast-
Furnace Slag for use in concrete and mortar”, (ASTM, 1995:494) adalah produk
non-metal yang merupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran
yang kemudian didinginkan, misalkan dengan mencelupkannya dalam air.
Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton adalah sebagai
berikut (Lewis, 1982).
1. Mempertinggi kekuatan tekan beton karena kecenderungan melambatnya
kenaikan kekuatan tekan.
2. Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan beton.
3. Mengurangi variasi kekuatan tekan beton.
4. Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.
5. Mengurangi serangan alkali-silika.
6. Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu.
7. Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberikan warna cerah pada beton.
8. Mempertinggi keawetan karena pengaruh perubahan volume.
9. Mengurangi porositas dan serangan klorida.
24
2.3.5.2.3 Silika Fume
Menurut standar “Spesification for Silica Fume for Use in Hydraulic
Cemen Concrete and Mortar” (ASTM.C.1240, 1995: 637-642) silica fume adalah
material pozzollan yang halus, dimana komposisi silika lebih banyak yang
dihasilkan dari tanur tinggi atau sisa produksi silikon atau alloy besi silikon
(dikenal sebagai gabungan antara microsilika dengan silika fume).
Penggunaan silica fume dalam campuran beton dimaksudkan untuk
menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang tinggi. Beton dengan kekuatan
tinggi digunakan, misalnya, untuk kolom struktur atau dinding geser, pre-cast atau
beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain. Kriteria kekuatan beton berkinerja
tinggi saat ini sekitar 50-70 Mpa untuk umur 28 hari. Penggunan silica fume
berkisar antara 0 – 30% untuk memperbaiki karakteristik kekuatan dan keawetan
beton dengan faktor air semen sebesar 0.34 dan 0.28 dengan atau tanpa bahan
superplastizer dan nilai slump 50 mm (Yogendran, et al, 1987:124-129).
Komposisi kimia dan fisika dari silika-fume dapat dilihat pada Tabel
2.3.
Tabel 2.3. Komposisi Kimia Silica Fume
Kimia Berat dalam persen
SiO2 92 – 94
Karbon 3–5
Fe2O3 0.10 – 0.50
CaO 0.10 – 0.15
Al2O3 0.20 – 0.30
MgO 0.10 – 0.20
MnO 0.008
K2O 0.10
Na2O 0.10
Fisika Berat dalam Persen
Berat Jenis 2.02
Rata-rata ukuran partikel, 𝜇m, 0.1
Lolos ayakan No.325 dala, % 99.00
Kesamaan pH (10% air dalam slurry) 7.3
25
2.3.5.2.4 Penghalus Gradasi (Finely Divided Mineral Admixtures)
Bahan ini berupa mineral yang dipakai untuk memperhalus perbedaan-
perbedaan pada campuran beton dengan memberikan ukuran yang tidak ada atau
kurang dalam agregat. Selain itu juga dapat dipergunakan untuk menaikan mutu
dari beton yang akan dibuat. Kegunaan lainnya adalah untuk mengurangi
permeabilitas atau expansi dan juga mengurangi biaya produksi beton. Contoh
bahan ini adalah kapur hidrolis, semen slag, fly ash, dan pozollan alam yang sudah
menjadi kapur atau mentah.
26
2.3.5.3.3 Polimer
Ini adalah produk bahan tambah yang baru yang dapat menghasilkan
kekuatan tekan beton yang tinggi sekitas 15.000 psi (1.000psi = 6,9 Mpa) atau
lebih, dan kekuatan belah tariknya sekitar 1.500 Psi atau lebih. Beton dengan
kekuatan tinggi ini biasanya diproduksi dengan menggunakan polimer dengan
cara (1) Memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air dilapangan atau (2)
Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperatur yang sangat tinggi di
laboratorium.
Beton dengan modifikasi polimer (PMC = Polimer Modified Concrete)
adalah beton yang ditambah resin dan pengeras sebagai bahan tambahan.
Prinsipnya adalah menggantikan air pencampur dengan polimer sehingga
dihasilkan beton yang berkekuatan tinggi dan mempunyai mutu yang baik. Faktor
polimer beton yang optimum adalah berkisar 0.3 sampai 0.45 dalam perbandingan
berat, untuk mencapai kekuatan tinggi tersebut.
27
satu bahan yang dapat digunakan adalah bahan mempunyai partikel-partikel halus
dan gradasi yang menerus dalam campuran beton. Bahan-bahan semacam itu akan
mengurangi permeabilitas air.
28
3. Atas permintaan pembeli/pemakai, produsen bahan tambah yang akan dipakai
untuk beton pra-tekan harus menyatakan secara tertulis kadar klorida di dalam
bahan tambah tersebut dan bahwa kadar klorida sudah ditambahkan selama
pembuatannya.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari rumusan masalah mengenai Makalah Bahan Tambah dalam Teknologi
Bahan Struktur ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahan tambah (Admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam
campuran beton pada saat atau selama pencampuran berlangsung.
2. Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture)
dan bahan tambahan yang bersifat mineral (additive).
3. Pemberian bahan tambah pada adukan beton bertujuan untuk memperlambat
waktu pengikatan, mempercepat pengerasan, menambah encer adukan,
menambah daktilitas (mengurangi sifat getas), mengurangi retak-retak
pengerasan, mengurangi panas hidrasi, menambah kekedapan, menambah
keawetan.
4. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar
menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.
Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari
beton misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan, penghematan, atau
untuk tujuan lain seperti penghematan energi.
5. Beberapa tujuan yang penting dari bahan pengunaan tambahan ini menurut
Manual of Concrete Practice dalam Admixtures and Concrete (ACI.212.R-81,
Revised 19860) antara lain: (1) Memodifikasi Beton Segar, Mortar dan
Grouting ; (2) Memodifikasi Beton Keras, Mortar dan Grouting.
30
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing and Material, Annual Book of ASTM Standards
1995: Vo.0402, Concrete and Aggregates, Philadelpia: ASTM 1995.
American Concrete Institute, Admixture for Concrete, ACI.212.IR-81 Revised
1986, USA: ACI Committee 212, 1986.
ACI Material Journal, Guide for Selecting Proportions for High-Strength
Concrete with Portland Cement and Fly Ash, ACI Material Journal
Vol.90. No. 3 May-June 1993. Pp. 272-283.
American Concrete Institude, ACI 318-89 Building Code Requirements for
Reinforce Concrete, Part II, Material Concrete Quality, Fifth Edition,
Skokie, Illinois, USA: PCA, 1990.
American Concrete Institude, ACI Manual of Concrete Practice:, Part 1,
Material, Detroit: American Concrete Institude, 1983.
American Society for Testing and Material, Annual Book of ASTM Standards:
Part 14, Concrete and Mineral Aggregates, Philadelphia, ASTM, 1994.,
pp.500-508.
Cain, Craig J., Mineral Admixture, Significance of Test Anda Properties of
Concrete and Concrete-Making Material-STP 169 C, Philadelphia,
ASTM, 1994., pp.500-508.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan Pertama,
Bandung: DPU-Yayasan LPMB, 1991. 38pp.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan Tinggi, PEDC,
Teknologi Bahan 2, Edisi 1989, Bandung: PEDC, 1983.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU,
Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989. Draft Konsensus, Jakarta:
DPU.LPMB, 1989.
Departemen Pekerjaan Umum. Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Ulasan
Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989. Draft Konsensus, Jakarta:
DPU.LPMB, 1989.
Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Rencana Pembuatan
Campuran Beton Normal. SK SNI T-15-1990-03. Cetakan Pertama,
Bandung: DPU- Yayasan LPMB, 1991.
Lewis, S.W., Discussion of Admixture for Concrete, ACI.212.1R-81, Concrete
International: Design and Construction, Vol.27, No.5, May, 1982, pp.64-
65
Mather, Bryant., Chemical Admixture, Significance of Test And Properties of
Concrete and Concrete-Making Material-STP 169 C, Philadelphia,
ASTM, 1994., pp.491-500.