Anda di halaman 1dari 3

MENERJEMAHKAN RASA

Pada puisi, aku healing

Merawat pening, mengobati luka yang tak kunjung kering

Pada kata-kata, aku terapi

Recovery dari ulkus di hati

Pada malam, aku ngopi

Meneguk sepi dan hangat airmataku sendiri

Pada kenangan, aku mencari

Serpihan tawa dan rerontokan mimpi di belantara sunyi

Pada siapa lagi, aku musti

Menerjemahkan rasa ini?

Tegal, 2022

PULANG

/1/

Pada jalan berliku

kabut dan dingin mencipta kaku

aku pulang ke palung ke dasar paling relung -di hatimu.

Menemuimu

Pagi, petang, hingga malam datang dan berulang.

Aku menunggu, sampai kau membukakan pintu: menyambutku.


Ke haribaanmu, aku mudik.

Menyejukan jiwa yang terik. Satu tembang selalu ku dendang.

-seperti udara yang ku hela kau selalu ada, Dealova.

Ke pelukanmu, aku kembali.

Meneduhlah gaduh, meredamlah angkuh, sirnalah keakuan pada diriku.

:"Manunggaling kawula rindu"

/2/

Ada banyak jalan, berbagai tanjakan, bermacam belokan,

hakikatnya tetap satu tujuan:

Pulang.

Kemana?

Kesini, katamu

Pulangkan semua dirimu

"Pada tanah yang membeku, pada air yang mengalir, pada udara yang tak menentu, dan pada api
yang kan membakar aku-mu."

Disini, kembalikan dirimu. Utuh, atuh

ke tempat semestinya kau menyatu.

"Seperti telor, mentega, dan tepung, menyatu di kue bolu, ucapmu"

Tidak ada lagi mimpi

Sebab, kesadaran telah membangunkan lelap lupamu

Tidak ada lagi angan-angan

Ingin dan angan cikal bakal kepedihan

Terbangkan! anginkan!, bersama dirimu yang lalu.


Hingga, tidak ada lagi dirimu

Yang ada hanya rindu

merasuk dan mengambil alih seluruhmu

:"Fana fii syauq"

Pulanglah, kekasih telah lama menunggu

Pulanglah, sebelum kenangan memulangkanmu lebih dulu ke keabadian.

Tegal, 2022

Zidny Hidayat, pria kelahiran Tegal yang saat ini tercatat sebagai karyawan di salah satu perusahaan
jasa di Jakarta. Beberapa karyanya pernah hinggap di sejumlah media dan antologi puisi bersama.
Sapa ia di Instagram: @zidny_nhyz dan Facebook: Zidny Hidayat.

Anda mungkin juga menyukai