Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

REKAYASA PROSES

PRAKTIKUM 4

NERACA ENERGI

Oleh:

RITFAN VALENTINO FEBRIANSYAH

201710301050

Asisten Produksi:

1. Sheila Fanesha Praditya (191710301037)

2. Triana Oktaviani Nurhardiningsih (191710301051)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI NDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2022
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perpindahan panas dari suatu zat ke zat lain sering terjadi berulang-ulang dalam
industri pangan. Pada proses di industri pangan diperlukan pemasukan atau
pengeluaran kalor untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan.
Tetapi dalam penerapannya masih terdapat masalah, misalnya dalam penyimpanan
es. Es akan segera mencair setelah beberapa waktu karena adanya perpindahan
panas, baik itu secara konveksi, konduksi, ataupun radiasi. Pindah panas merupakan
suatu proses yang dinamis, yaitu panas dipindahkan secara spontan dari satu kondisi
ke kondisi lain yang suhunya lebih rendah. Kecepatan pindah panas bergantung
pada perbedaan suhu antar kondisi. Semakin besar perbedaan, maka semakin besar
kecepatan pindah panasnya. Panas bergerak dari objek panas ke objek yang dingin,
bertambah besar perbedaan objek keduanya juga bertambah besar panas yang
dipindahkan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :

a. Mempelajari proses transfer massa dan transfer energi

b. Menghitung panas reaksi


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Neraca Energi

Neraca energi adalah persamaan matematis yang menyatakan hubungan


anatara energi masuk dan energi keluar suatu sistem yang berdasarkan pada satuan
waktu operasi. Energi Balance didasarkan pada Hukum I Termodinamika. Pada
Hukum I Thermodinamika menyatakan bahwa energi dapat dihitung pada setiap
proses dan terkhusus reaksi ada hal yang perlu diperhatikan yakni reaksi
Endotermis dan reaksi Eksotermis. Pada reaksi eksotermis bersifat melepaskan
panas dan reaksi endotermis membutuhkan panas. Proses yang berjalan steady state
tidak ada akumulasi demikian juga jika tidak ada reaksi maka persamaan Neraca
Energi menjadi Energi out = Energi in. Energi ditemukan dalam berbagai bentuk
dan neraca energi lebih kompleks dibanding dengan neraca massa. Pada saat proses
Steady state digunakan persamaan Q in = Q out (Yuliani, 2019)

2.2 Transfer Massa Dan Transfer Energi

Tranfser massa ditandai dengan pengurangan massa bahan dan juga


perubahan bentuk fisik seperti pada tekstur, warna, dan juga rasa. proses
pemindahan massa ini dipengaruhi oleh transfer panas yang terlihat nyata bahwa
semakin tinggi suhu pengeringan maka akan semkain bengkurang kadar air dalam
suatu bahan. Beberapa faktor yang memengaruhi laju transfer massa uap air adalah
kadar air bahan, suhu pengeringan, ketebalan bahan dan yang terakhir adalah
porositas bahan. Apabila kadar air dalam suatu bahan yang dikeringkan lebih
banyak maka maka laju transfernya akan semakin lambat, Semkin lama waktu
pengeringa yang diberikan maka air yang ada dalam bahan juga akan semakin
banyak yang uapkan. sementara apabila ketebahan bahan akan berpengaruh
langsung terhadap laju transfer yang terjadi karena apabila bahan memilki
ketebahan yang besar maka laju transfer massa nya juga akan semakin lambat dan
begitu pula sebaliknya (Dwika dkk, 2012).
2.3 Bahan Yang Digunakan

2.3.1 Air

Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan
makluk hidup terutama manusia. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia
membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri, makan dan minum sampai dengan
aktivitas-aktivitas lainnya. Tubuh manusia terdiri dari 60–70% air. Transportasi zat-
zat makanan dalam tubuh semuanya dalam larutan dengan bentuk larutan dengan
pelarut air (Achmad, 2004). Air merupakan sumber daya yang mutlak diperlukan
untuk kehidupan. Berdasarkan kegunaannya, diharapkan kualitas air yang
digunakan masih menenuhi batas-batas toleransi kriteria kualitas air yang layak
untuk digunakan (Effendi, 2003).
Zat kimia di dalam air merupakan suatu pelarut, memiliki kemampuan
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas
dan banyak macam molekul organik. Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan
kebutuhan manusia untuk melakukan segala kegiatan sehingga perlu diketahui
bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah
yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia.
Air sendiri mempunyai beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar air
tersebut dapat digunakan seperti kualitas fisik yang terdiri dari bau, warna, dan rasa.
Kualitas kimia yang terdiri dari atas pH, kesadahan dan sebagainya. Serta kualitas
biologi dimana air harus terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit.
2.3.2 Garam

Garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang


merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Klorida (>80%)
serta senyawa lainnya seperti Magnesium Klorida, Magnesium Sulfat, Kalsium
Klorida dan lain-lain. Garam mempunyai sifat/karakteristik higroskopis yang
berarti mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8-0,9 dan
titik lebur pada tingkat suhu 80ºC (Burhanuddin, 2001 dalam Auliyah, N., 2019).
Garam terbagi atas garam konsumsi dan garam industri. Garam konsumsi terbagi
atas garam meja dan garam dapur. Perbedaan keduanya terletak pada kadar NaCl
nya dan spesifikasi mutu. Untuk garam industri, penggunaannya dapat dilihat pada
industri soda elektrolisis dan industri perminyakan (Rositawati dkk., 2013).
Garam khususnya garam dapur (NaCl) merupakan komponen bahan
makanan yang penting. Konsumsi garam NaCl biasanya lebih banyak diatur oleh
rasa, kebiasaan, dan tradisi daripada keperluan. Di beberapa negara maju, dilakukan
pengaturan konsumsi yang ketat agar konsumsi NaCl berada di bawah 1 gr per hari,
angka itu kira-kira memenuhi kebutuhan minimal untuk seseorang dewasa dengan
keaktifan normal pada daerah subtropis (Winarno, 2004).
2.3.3 NaOH

NaOH disebut juga dengan soda kaustik atau sodium hidroksida merupakan
sejenis basa logam kaustik. NaOH membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. NaOH memiliki titik lebur 318°C dan titik didih 1388°C.
NaOH berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, Butiran
ataupun larutan jenuh 50%, bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap
karbon dioksida dari udara bebas. NaOH sangat larut dalam air (1110 g/L pada suhu
20°C) dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, selain itu mampu larut dalam
etanol dan metanol (Widhiyanuriyawan, D., 2013).
BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Kompor

2. Panci

3. Gelas ukur

4. Pengaduk

3.1.2 Bahan

1. Es batu

2. NaOH / soda Kue

3. Air

4. Kalium iodida/ garam


3.2 Diagram Alir Dan Fungsi Perlakuan

3.2.1 Diagram Alir

Air 100 g
Es Batu

Penimbangan

Pelarut

Penimbangan

Bahan

Pelarutan

Penimbangan

Pemanasan 3 menit

Penimbangan

3.2.2 Fungsi Perlakuan

Adapun fungsi perlakuan dari praktikum neraca energi terdapat 2 fungsi


perlakuan, fungsi perlakuan yang pertama yaitu menentukan neraca masssa dan
neraca energi dengan cara bahan praktikum berupa air 100 gram dalam gelas ukur
diukur temperaturnya, kemudian dimasukkan es kerikil dengan berat 50 gram,
selanjutnya ditimbang dan dihitung panas gabungan air dan es tersebut. Sedangkan
untuk perlakuan kedua yaitu menghitung panas pelarutan dengan cara ditimbang
garam 2 gram dan dilarutkan dalam 100 mL air dan diukur temperaturnya serta
diukur temperaturnya. Larutan tersebut selanjutnya dipanaskan selama 3 menit
dengan diukur temperaturnya dan dihitung panas pelarutannya. Sedangkan untuk 5
gram Natrium Hidroksida (NaOH), dimasukkan dalam air hingga volume 50 mL,
dihitung panas pelarutan larutan tersebut.
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1 Hasil Pengamatan

No Jenis Larutan Massa (gr) Temperatur (oC)


Awal Akhir Awal Akhir
1 Air + es batu 100 150 25 5,1
2 Air + garam 100 75 26 76,6
3 Air + NaOH 45 50 25 64,7

4.2 Hasil Perhitungan

C
Jenis Massa Cp (Kalor (Kapasitas Panas
No ∆𝑡 (𝑐°)
Larutan (Kg) Jenis)(J/Kgoc) panas (J)
(J/oc)
1 Air + es batu 0,150 -19,9 4200 630 -12.537
2 Air + garam 0,075 50,6 500 37,5 1,897,5
3 Air + NaOH 0,050 39,7 3330 166,5 6.610,05
BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil pengamatan dan hasil


perhitungan pada jenis larutan air + es batu, air + garam, air + NaOH. Dimana pada
pengamatan jenis larutan air + es batu didapatkan masa awal 100 gram, masa akhir
150 gram dan temperatur awal 25°C, temperatur akhir 5,1°C sedangkan hasil
perhitungan pada jenis larutan air + es batu didapatkan massanya 0,15 kg, ∆t –19,9
kj/kg °C, Cp 4200 J/ Kg °C dengan panas -12.573 J dan kapasitas panas 630 J/°C.
Karena pada jenis larutan air + es batu pada proses pindah panas yang terjadi adalah
saat panas yang ada pada dinding calorimeter berpindah ke air es, karena dinding
dalam kalorimeter terbuat dari kaca menyebabkan panas hilang paling kecil.
Semakin besar luas penampang suatu alat maka akan semakin banyak panas yang
akan hilang, disebabkan karena semakin lebar atau besar penampang maka
penguapan atau aliran panas akan semakin cepat (Fitrianto,2008).

Pada pengamatan jenis larutan air + garam didapatkan masa awal 100 gram,
masa akhir 75 gram dan temperatur awal 26°C, temperatur akhir 76,6°C sedangkan
hasil perhitungan pada jenis larutan air + es gram didapatkan masanya 0,075 kg, ∆t
50,6 kj/kg °C, Cp 550 J/Kg °C dengan panas 1,897,5 J dan kapasitas panas 37,5
J/°C. Hal ini karena pada jenis larutan air + garam terdapat larutan yang pekat
dimana larutan garam yaitu homogen, pada larutan aitr + garam dimana perubahan
suhunya semakin besar dan kalor jenisnya menjadi kecil (Earle. 1969).

Pada pengamatan jenis larutan air + NaOH didapatkan masa awal 45 gram,
masa akhir 50 gram dan temperatur awal 25°C, temperatur akhir 64,7°C sedangkan
hasil perhitungan pada jenis larutan air + es gram didapatkan masanya 0,05 kg, ∆t
39,7 kj/kg °C, Cp 3330 J/Kg °C dengan panas 6.610,05 J dan kapasitas panas 166,5
J/°C. Karena pada jenis larutan air + NaOH membentuk larutan alkalin yang
menyebabkan kenaikan suhu dimana mengalami reaksi endoterm dan
menyebabkan kalor jenisnya menjadi besar. NaOH bersifat lembab cair dan secara
spontan menyerap karbondioksida dari uadara bebas dimana NaOH sangat larut
dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena dalam proses
pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis (Irianty, R.S, dkk. 2010).
BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum ini yaitu:

1. panas dipengaruhi oleh massa, kapasitas, dan suhu. Panas berbanding lurus
dengan massa dan kapasitas suhu, semakin besar massa, kapasitas panas dan
suhu sehingga semakin besar pula panasnya.

2. Faktor yang mempengaruhi besarnya kalor jenis larutan yaitu massa larutan,
kalor jenis larutan, dan suhu. Hubungan anatara kalor air dan kalor larutan
tidak sama yang disebabkan oleh massa, suhu akhir larutan dan suhu awal
air yang tidak sama, namun dalam percobaan ini diperoleh data untuk suhu
awal yang sama.

6.2 Saran

Adapun saran dalam praktikum kedepannya yaitu selalu menggunakan alat


pelindung diri terutama saat mengambil bahan yang akan berdampak buruk jika
tersentuh kulit atau terhirup melalui udara dan diharapkan pada praktikum
selanjutnya dapat dilakukan didalam laboratorium yang mana fasilitas yang
dibutuhkan tersedia lengkap sehingga praktikan tidak kebingungan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Andi Press.


Auliyah, N., & Latjolai, M. (2019). Kesesuaian Lahan Tambak Garam Di Desa
Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato. Gorontalo
Fisheries Journal, 2(1), 29-36.
Dwika, R. T., Ceningsih, T., & Sasongko, S. B. (2012). Pengaruh suhu dan laju alir
udara pengering pada pengeringan karaginan menggunakan teknologi spray
dryer. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 1(1), 298-304.
Earle. 1969. Unit Operation is Food Processing (Terjemahan). PT. Sastra Hudaya.
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan, Yogyakarta: Kanisius.
Fitrianto, 2008. Perpindahan Panas.http//endarfianto.blogspot.com. Diakses pada
24 April 2022.
Irianty, R.S, dkk . 2010 “Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia I”. Pekanbaru:
Laboratorium Dasar-dasar Proses Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas
Teknik Kimia Universitas Riau.
Rositawati. dkk. 2013. Rekristalisasi Garam rakyat dari daerah demak untuk
mencapai SNI garam industri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2(4):
217-225.
Winarno, F.G. (2004). Kimia Pangan dan Gizi Cetakan Kesembilan, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Yuliani H., R. 2019. NERACA MASSA DAN NERACA PANAS. Penerbit
Deepublish. Yogyakarta.
LAMPIRAN GAMBAR

Penyiapan bahan Penimbangan Air 100 g

Penimbangan es batu 50 gram Pengukuran suhu air es

Penimbangan garam 2 gram Penimbangan Air 100 g

Pengukuran suhu air garam


Penimbangan NaOH 5 gram

Larutan NaOH 50 mL
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Air + Es Batu
Diketahui : Massa = 0,150 kg
Cp = 4200 J/KgoC
∆𝑡 = -19,9oC
Ditanya :
- C (Kapasitas Kalor)
- Panas reaksi

Jawab :

- C = m.Cp
C = 0,150 x 4200
C = 630 J/ oC
- Q = 𝑚 . 𝐶𝑝 . ∆𝑡
Q = 0,150 x 4200 x (-19,9)
Q = -12.537 J

2. Air + Garam
Diketahui : Massa = 0,075 kg
Cp = 500 J/KgoC
∆𝑡 = 50,6oC
Ditanya :
- C (Kapasitas Kalor)
- Panas reaksi

Jawab :

- C = m.Cp
C = 0,075 x 500
C = 37,5 J/ oC
- Q = 𝑚 . 𝐶𝑝 . ∆𝑡
Q = 0,075 x 500 x 50,6
Q = 1.897,5 J

3. Air + NaOH
Diketahui : Massa = 0,050 kg
Cp = 3330 J/KgoC
∆𝑡 = 39,7oC
Ditanya :
- C (Kapasitas Kalor)
- Panas reaksi

Jawab :

- C = m.Cp
C = 0,050 x 3330
C = 166,5 J/ oC
- Q = 𝑚 . 𝐶𝑝 . ∆𝑡
Q = 0,050 x 3330 x 39,7
Q = 6.610,05 J

Anda mungkin juga menyukai