Mega Lestari
Sri Wahyuni
2023
Pendahuluan
Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh
sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus
bangsa. Karakter juga memiliki fungsi sebagai penggerak dan kekuatan sehingga
bangsa ini tidak terombang-ambing. Di sisi lain, karakter tidak datang dengan
sendirinya, namun harus dibangun dan dibentuk untuk menjadikan suatu bangsa
bermartabat (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 3). Uraian tersebut
meninggalkan pesan bahwa karakter harus diwujudkan secara nyata melalui
tahapan-tahapan tertentu. Salah satu tahapan yang dapat dilakukan yaitu
membangun karakter melalui pendidikan guna membuat bangsa ini memiliki
karakter yang kuat, bermartabat, dan memiliki great civilitation. Pendidikan
memiliki dua tujuan besar yaitu membantu anak-anak menjadi pintar dan
membantu mereka menjadi baik (Lickona, 2013: 6). Hal tersebut menunjukan
bahwa pendidikan merupakan sarana strategis dalam pembentukan karakter
karena mempunyai tujuan melahirkan insan yang cerdas dan berkarakter. Hal
tersebut pernah dikatakan oleh Martin Luther King, yaitu; intelligence plus
character ... that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter...
adalah tujuan akhir pendidikan yang 2 sebenarnya) (Muslich, 2011: 75). Paparan
tersebut mengingatkan bangsa Indonesia dalam mewujudkan pendidikan yang
sesungguhnya. Bukan hanya terpaku pada kepintaran, namun membantu anak-
anak menjadi baik harus menjadi prioritas.
Pembahasan
Warga negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup dan tinggal di
suatu wilayah hukum tertentu.warga negara harus tunduk dan taat pada peraturan
yang berlaku di negaranya dengan melaksanakan aturan dengan baik dan
bertanggung jawab. Warga negara berarti penduduk sipil, penduduk sipil
melaksanakan kegiatan demokrasi secara langsung dalam suatu polis atau negara
kota ( city state ). Polisi adalah suatu organisasi yang berperan dalam memberikan
kehidupan yang lebih baik bagi warga negaranya. Menurut Aris toteles Warga
negara di bagi kedalam dua bagian atau dua golongan yaitu
Warga negara yang cerdas erat kaitannya dengan kompetensi warga negara, sebab
warga negara yang cerdas mesti memenuhi sejumlah kompetensi serta mampu
mengaplikasikannya dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Warga negara yang cerdas memiliki peranan yang penting untuk berkiprah secara
optimal dalam rangka mengangkat kembali bangsa indonesia menuju peradaban
baru yang lebih modern dan demokratis.meski di akui mewujudkan warga negara
yang cerdas tidaklah mudah melainkan memerlukan waktu dan proses yang relatif
lama karena hal in berkaitan dengan aspek-aspek atau dimensidimensi yang utuh,
seperti pengetahuan, pemahaman, sikap, dan prilaku Warga negara yang cerdas
sebagai mana hendak diwujudkan melalui pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan ( civic education). Warga negara yang cerdas merupakan warga
negara yang mampu memberdayakan segala potensi yang dimilikinys
sertadiaktualisasikan dalam kehidupan riil. Setiap warga negara memiliki potensi
dasr mental yang dapat dikembangkan,menurut Nursid sumaatmadja( 1998 )
meliputi
Minat ( sense of interest )
Dorongan ingin tahu ( sense of curiosity )
Dorongan ingin membuktikan kenyataan ( sense of reality )
Dorongan ingin menyelidiki ( sense of inquiry)
Dorongan ingin menemukan sendiri ( sense of discovery )
Pengertian partisipasi
1. Berbentuk tenaga
2. Berbentuk pikiran
3. Berbentuk materi ( benda )
Paratisipasi politik
partisipasi sosial
1. Ridwan Halim ( 1998 ) tanggung jawab sebagai suatu akibat lebih lanjut
daripelaksanaan peranan,baik perananitu merupakan hak maupun
kewajiban ataupun kekuasaan.
2. Purbacaraka ( 1998 ) tanggung jawab lahir atas penggunaan fasilitas dalam
penerapan kemampuan tip orang untuk menggunakan hak dan
melaksanakan kewajibannya
Dalam menggunakan haknya,setiap warga negara harus memperhatikan beberapa
aspek,yaitu : Aspek kekuatan yaitu kekuasaan atau wewenang untuk
melaksanakan hak tersebut.
Perwujudan tanggung jawab warga negara terhadap Tuhan YME dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
Prinsip atau pendirian orang lain.Secara umum toleransi di bagi menjadi 2 yaitu;
Sulfemi, W. B. (2016). Modul Pembelajaran Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bogor : STKIP
Muhammadiyah Bogor.