Anda di halaman 1dari 10

KONSEP WARGA NEGARA

Fahrul Jamil
Visi Nusantara Maju
fahruljamil@gmail.com.

Menurut Aristoteles, yang disebut warga negara adalah orang yang secara aktif ikut
mengambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara, yaitu orang yang bisa berperan
sebagai orang yang diperintah dan orang yang bisa berperan sebagai yang memerintah.
Turner (1990) dalam bukunya Civics: Citizen in Action, menjelaskan bahwa warga
Negara adalah anggota dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di wilayah
hokum tertentu.

B. KARAKTERISTIK WARGA NEGARA YANG CERDAS


Seorang ahli Ricey mengemukakan ada enam kompetensi dasar warga Negara,
yaitu
(1) Kemampuan Memperoleh dan Menggunakan Informasi
Setiap warga Negara mampu mencari informasi serta menggunakan informasi
tersebut maka akan banyak memperoleh kemanfaatan, diantaranya adalah :
a. Memperluas wawasan pemikirannya
b. Mengetahui perkembangan informasi yang terjadi
c. Meningkatkan keterampilan mengambil keputusan
d. Mendorong keterampilan berpikir kritis dan kreatif
(2) Membina dan Membina Ketertiban
Warga Negara yang cerdas adalah warga Negara yang mampu mejaga dan
membina ketertiban.
Menurut Soerjono Soekanto (1990) terdapat empat indikator penting untuk
mengembangkan kesadaran hukum warga negara , yaitu (1) Pengetahuan hukum,
(2) pemahaman hukum, (3) sikap hukum, (4) perbuatan hukum.
Dengan memiliki kesadaran hukum yang baik pada setiap diri warga negara maka
akan dapat dihindari warga negara yang permisif, yakni warga negara yang
menghalalkan berbagai macam cara untuk mencapai apa yang diinginkannya,
sekalipun harus melibas hak dan kepentingan orang lain.
Beberapa contoh sikap dan perbuatan yang mesti dilakukan oleh stiap warga
negara dalam upaya membina ketertiban sebagai perwujudan atau manifestasi
warga Negara yang cerdas, yaitu sebagai berikut :
a. Menggunakan hak yang dimiliki sesuai dengan kaidah
b. Menghargai hak dan kewajiban serta kepentingan orang lain
c. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
d. Menjunjung tinggi toleransi
e. Menerima keanekaragaman
f. Memecahkan konflik dengan cara perdamaian
(3) Membuat Keputusan
Nu’man Somantri (2001) sangat merekomendasikan pentingnya dialog kreatif
sebagai wahana untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.

(4) Kemampuan Berkomunikasi


Dalam teori komunikasi dikenal adanya unsur-unsur komunikasi yaitu ,
pembicara, pesan, media dan penerima pesan.
Perwujudan komunikasi yang efektif yang harus dikembangkan warga Negara
yang cerdas, antara lain dilakukan dengan cara :
a. Menyampaikan ide-ide kritis kepada pemerintah
b. Ikut serta mengkomunikasikan berbagai program pemerintah sesuai dengan
kemampuan
c. Menggunakan/memanfaatkan saluran-saluran komunikasi yang benar
d. Mengembangkan etika komunikasi
(5) Kerja Sama
Sikap prososial yang harus dimiliki dan dilaksanakan oleh warga Negara yang
cerdas direfleksikan dalam sikap-sikap diantaranya (Sumantri, 1999) adalah :
- Mendahulukan kepentingan umum
- Saling menolong dan membantu
- Menjunjung hak asasi manusia
- Bersikap demokrasi
- Berperilaku saling memberi
- Berperilkau saling meminjam dengan jujur
(6) Melakukan berbagai macam kepentingan secara bener.
Pertentangan atau konflik yang timbul dalam diri setiap warga negara sebagai
individu. Sedangkan interpersonal conflict merupakan konflik atau pertentangan
yang melibatkan individu yang satu dengan individu yang lainnya sebagai
anggota masyarakat.

C. DIMENSI-DIMENSI KECERDASAN WARGA NEGARA


Kecerdasan intelektual harus di back-up denga kecerdasan emosional, spiritual,
dan moral, agar dalam implementasinya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
kemanusian serta norma-norma yang berlaku.
Kecerdasan emosional menurut Daniel Golmen diwujudkan dalam bentuk sikap
dan perbuatan yang menghargai orang lain, menghormati kepentingan orang lain
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Nursid Sumaatmaja (1998), setiap warga Negara mempunyai potensi
dasar mental yang dapat dikembangkan, yaitu :
1. Minat (Sense of Interest), keinginan atau kehendak terhadap sesuatu
2. Dorongan Ingin tahu ( Sense of Curiosity)
3. Dorongan ingin membuktikan kenyataan (Sense of Reality)
4. Dorongan ingin menyelidiki ( Sense of Inquiry)
5. Dorongan ingin Menemukan Sendiri ( Sense of Discovery)

Kegiatan Belajar 2
Warga Negara yang Partisipatif
A. Pengertian Partisipatif
Partisipasi adalah keterlibatan atau keikutsertaan warga negara dalam berbagai
kegiatan kehidupan bangsa dan negara, baik dalam politik, ekonomi, sosial dan
budaya maupun keamanan.
Ada tiga bentuk partisipasi menurut koentjaraningrat, yaitu (1) berbentuk tenaga,
(2) berbentuk pikiran, dan (3) berbentuk materi (benda). Terdapat unsur-unsur yang
harus dipenuhi untuk dapat dikatakan warga negara berpartisipasi adalah ada rasa
kesukarelaan (tanpa paksaan), ada keterlibatan secara emosional, dan memperoleh
manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari keterlibatannya.
Warga negara yang berpartisipatif adalah warga negara yang senantiasa
melibatkan diri atau ikut serta dalam berbagai kegiatan dalam konteks kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan
budaya maupun keamanan. Dalam lingkup partisipasi meliputi:
B. Partisipasi politik
Partisipasi politik adalah keterlibatan warga negara dalam kehidupan sistem
politik yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing warga
negara. Secara teoritis dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu partisipasi poltik
konvensial dan partisipasi politik yang normal dalam negara demokrasi modern.
Berikut dikemukakan beberapa contoh prwujudan atau manifestasi partisipasi
politik.
a. Mengkritisi secara arif terhadap kebijakan pemerintah,
Respond an kritik tersebut diwujudkan masyarakat melalui berbagai
kegiatan di antaranya melakukan demonstrasi atau unjuk rasa dengan damai.
b. Aktif dalam partai polotik
Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.
Tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik biasanya dengan cara yang konstitusional.
c. Aktif dalam kegiatan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
LSM sering juga diebut Ornop ( Organisasi Non-Pemerintah) merupakan
wadah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mewujudkan cara
berpolitik.
d. Diskusi politik
Proses diskusi merupakan bentuk pendidikan politik yang efektif guna
meningkatkan kemelekan politik dan kedewasaan politik warga masyarakat.
Agar partisipasi politik warga Negara dapat dilaksanakan dengan baik , maka
kita harus menghindari sikap:
(1) Apatisme (tidak punya minat atau tidak punya perhataian terhadap orang
lain, situasi atau gejala-gejala pada umumnya dan pada khususnya
(2) Sinisme (mengahayati tindakan dan motif orang lain dengan rasa curiga,
kecurigaan dan sifat sinis)
(3) Alienasi (rasa keterasingan seseorang dari politik dan pemerintahan
masyarakat )
(4) Anomie (rasa kehilangan nilai dan ketiadaan arah)

C. PARTISIPASI SOSIAL
Perwujudan partisipasi social dapat dilakukang denga cara , antara lain :
1. Membantu anggota masyarakat yang membutuhkan baik moril maupun materi
2. Turut serta membantu jalan keluar atas permasalahan kehidupan masyarakat
3. Tidak menjadi beban jadi masyarakat lain, justru menjadi motor penggerak
masyarakat kearah yang lebih baik.
4. Berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti dll
5. Turut menjaga keamanan, kenyamanan dan ketertiban dalam kehidupan
masyarakat
6. Menjaga persatuan, kesatuan, dan keutuhan masyarakat
D. PARTISIPASI DALAM BIDANG EKONOMI
Contoh partisipasi dalam bidang ekonomi yang dapat dilakukan masyaarakat ,
antara lain adalah :
- Membayar pajak, hemat dan cermat dalam anggaran belanja, mensosialisasikan
gerakan menabung, menyisihkan sebagian harta untuk kepentingan warga yang
membutuhkan, bagi pejabat public tidak menggunakan fasilitas Negara untuk
keprluan pribadi, mampu membangun lapangan kerja baru, mengembangkan
jiwa kewirausahaan.
E. PARTISIPASI DALAM BIDANG BUDAYA
Contoh sikap dan perilaku yang mencerminkan partispasi dalam bidang budaya :
1. menghilangkan etnosentrisme dan chauvinism
2. mencintai budaya local dan nasional
3. melakukan berbagai inovasi kreatifuntuk menyokong pengembangan budaya
daerah

Kegiatan Belajar 3
Wargaa Negara yang Bertanggung Jawab
A.PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB
Ridwan Halim (1988) mendefinisikan tanggung jawab sebagai suatu akibat lebih
lanjut pelaksanaan peran, baik peranan itu merupakan hak maupun kewajiban ataupun
kekuasaan.
Secara umum tanggug jawab diartikan sebagai kewajiban untuk melakukan
sesuatu atau berperilaku menurut cara tertentu.
Purbacaraka (1988) berpendapat bahwa tanggung jawab bersumber atau lahir atas
penggunaan fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang untuk menggunakan hak
atau/dan melaksanakan kewajibannya.
Dalam menggunakan haknya, setiap warga Negara harus memperhatikan
beberapa aspek, sebagai berikut :
1. Aspek kekuatan ( kekuasaan atau wewenang untuk melaksanakan hak)
2. Aspek perlindungan hukum
3. Aspek pembatasan hukum
Aspek-aspek dalam melaksanakan kewajiban :
1. Aspek kemungkinan (mungkin dan mampu untuk mengemban kewajibannya)
2. Aspek perlindungan hukum
3. Aspek pembatasan hukum
4. Aspek pengecualian hukum

Warga negara yang bertanggung jawab berupaya seoptimal mungkin untuk


melaksanakan dan menggunakan hak dan kewajibannya sesuai dengan cara menurut
aturan-aturan yang berlauku. Adapun ruang lingkup tanggung jawab warga negara,
meliputi:
B. Tanggung jawab warga negara terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Perwujudan tanggung jawab warga negara terhadap Tuhan YME, dengan cara sebagai
berikut :
- Mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakanNya kepada kita semua,
- Beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing yang dimanifestasikan dalam
bentuk perilaku yang dipancari keimanan dan ketaqwaan terhadapNya.
- Melaksanakan segala perintahNya
- Menuntut ilmu dan menggunakannya untuk kebaikan
- Menjalin tali silaturahmi antar sesama
C. Tanggung jawab warga negara terhadap masyarakat
Setiap individu warga negara hidup di tengah-tengah masyarakat dan
keberagamannya tidak dapat dilepaskan dari masyarakat. Sebagai anggota masyarakat
setiap individu mempunyai tanggung jawab, diwujudkan dengan sikap dan perilaku
sebagai berikut.
- Memelihara ketertiban dan keamanan hidup bermasyarakat
- Menjaga dan memelihara rasa persatuan dan kesatuan masyarakat
- Meningkatakan rasa solidaritas sosial
- Menghapuskan bentuk-bentuk tindakan diskriminatif

D. Tanggung jawab warga negara terhadap lingkungan


Tangung jawab dalam hubungan manusia dan alam dapat diwujudkan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan alam tersebut.
Contoh sikap dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan alam
adalah memelihara kebersihan lingkungan, tidak buang sampah sembarangan, tidak
mengeksploitasi alam secara berlebihan dan menggunakan teknologi yang ramah
lingkungan.
E. Tanggung jawab warga negara terhadap bangsa dan negara
Tanggung jawab warga negara terhadap bangsa dan negaranya dengan cara
mengaktualisasikan hak dan kewajiban yang dituangkan dalam landasan
konstitusional negara yaitu UUD 1945.
Bentuk-bentuk sikap dan perilaku warga negara yang mencerminkan perwujudan
tanggung jawab terhadap Negara dan bangsa, yaitu :
- Memahami dan mengamalkan ideology nasional, yaitu pancasila
- Menjaga dan memelihara nama baik bangsa dan Negara di mata dunia
internasional
- Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
- Membina solideritas social
- Meningkatkan wawasan kebangsaan

Kegiatan Belajar 4
Warga Negara yang Religius dan Penuh Toleransi

A. Manusai Sebagai Makhluk Religius


Manusia adalah homo religious artinya makhluk yang beragama, yang
mempunyai keyakinan akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
B. Pengertian Warga Negara Religius
Warga negara yang religius dan penuh toleran diwujudkan melalaui proses
pendidikan, yaitu
1. Berhubungan dengan Tuhannya
Senantiasa tunduk patuh kepada perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan
perbuatan-perbuatan yang tidak diperkenankan Tuhan.
2. Berhubungan dengan sesama warga negara
Senantiasa menjalin hubungan atau interaksi sesama warga negara atas dasar
prinsip persamaan sebagai makhluk Tuhan yang memiliki harkat, derajat, dan
martabat yang sama.
3. Berhubungan dengan lingkungan
Memelihara dan menjaga lingkungan untuk menunjang kehidupan masyarakat
yang lebih baik.
4. Berhubungan dengan negara
Menempatkan diri sebagai warga negara yang berkewajiban untuk melaksanakan
hak dan kewajiban dengan baik dan penuh tanggung jawab.
C. Pentingnya Suatu Toleransi
Toleransi diartikan sebagai sikap menegang, dalam makna menghargai,
membiarkan, membolehkan pendirian, pendapat, kepercayaan, kelakuan yang lain dari
yang dimiliki oleh seseorang atau yang bertentangan dengan pendirian orang.
Toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip atau pendirian orang, tanpa
mengorbankan prinsip dan pendirian sendiri.
Menurut pendapat Daud Ali (1988), Toleransi dibagi menjadi 2, yaitu :
(1) Toleransi agama adalah toleransi yang menyangkut keyakinan, yang berhubungan
dengan akidah.
(2) Toleransi sosial adalah toleransi yang menyangkut hubungan social
kemasyarakatan.
Contoh perwujudan sikap toleran dapat dimanifestasikan sebagai berikut :
- Bergaul atau berinteraksi dengan sesame warga dengan tidak menonjolkan
perbedaan agama, keturunan, bahasa, budaya, ras atau etnik
- Tidak melakukan tindakan yang memprovokasi
- Tidak mencampur adukkan ajaran-ajaran agama yang satu dengan lainnya

DAFTAR PUSTAKA
Ali Mohamad dan Asrori Mohamad, (2006). Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara.
Assegaf, Abd. Rahman.( 2004). Pendidikan Tanpa Kekerasan : Tipologi Kondisi,
Kasus dan Konsep. Yogya: Penerbit Tiara Wacana.
Astuti, P.R. (2008). Meredam Bullying: 3 cara efektif mengatasi kekerasan pada
anak. Jakarta: PT. Grasindo.
Evertson M Carolyn.(2001).Manajemen Kelas Untuk Guru Sekolah Dasar.
Jakarta: Pranada media Group.
Sulfemi, Wahyu Bagja. (2017). Korelasi Penilaian Guru Terhadap Gaya
Kepemimpinan Asertif Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Di
SMPN 01 Jasinga Kabupaten Bogor. Lingua : Jurnal ilmiah Kajian
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 3 (1) 201 7. 90-100.
Sulfemi, Wahyu Bagja. (2018). Manajemen Kurikulum. Bogor : Program Studi
Administrasi Pendidikan STKIP Muhammadiyah Bogor
Sulfemi, W. B. (2018). Pengaruh Disiplin Ibadah Sholat, Lingkungan Sekolah,
dan Intelegensi Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam. EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan
Agama dan Keagamaan, 16 (2).
Sulfemi, Wahyu Bagja dan Minati, Hilga. (2018). Meningkatkan Hasil Belajar
Peserta Didik Kelas 3 SD Menggunakan Model Picture And Picture
dan Media Gambar Seri. JPSD. 4 (2), 228- 242.
Sulfemi, W. B., & Yuliana, D. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Learning Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan. Jurnal Rontal Keilmuan Pancasila dan
Kewarganegaraan, 5(1), 17-30.
Sulfemi, Wahyu Bagja. (2019). Bergaul Tanpa Harus Menyakiti. Bogor : Visi
Nusantara Maju.
Sulfemi, Wahyu Bagja dan Yuliani, Nunung. (2019). Model Pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantu Media Miniatur
Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS. Edunomic :
Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan. 7 ( 2) . 73-84
Sulfemi, Wahyu Bagja (2019). Modul Pembelajaran Perundang-Undangan
Pendidikan. Bogor : STKIP Muhammadiyah Bogor
Sulfemi, W. B. (2019). Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping Berbantu
Audio Visual Dalam Meningkatkan Minat, Motivasi dan Hasil Belajar
IPS. Jurnal PIPSI (Jurnal Pendidikan IPS Indonesia), 4(1), 13-19.
Sulfemi, W. B. (2019). Manajemen Pendidikan Berbasis Multi Budaya. Bogor :
STKIP Muhammadiyah Bogor.
Sulfemi, Wahyu Bagja. (2019). Manajemen Sekolah. Bogor : Program Studi
Administrasi Pendidikan STKIP Muhammadiyah Bogor.
Suprihatin, Y., & Sulfemi, W. B. (2013). Kemampuan Menulis Deskripsi. Bogor:
STKIP Muhammadiyah Bogor.

Anda mungkin juga menyukai