Anda di halaman 1dari 6

Karakteristik Warga Negara Indonesi dalam konteks Individu yang

Berbineka Tunggal Ika

Dalam bab ini terdapat tujuan untuk mewujudkan kehidupan yang aman,
damai,sejahtera lahir maupun batin dalam suasana keragaman.
1. Warga Negara yang Cerdas
A. Konsep Warga Negara
Dalam bahasa Inggris disebut dengan Citizen,dalam bahasa Yunani
yaitu Civics yang berarti penduduk sipil.
Penduduk sipil (citizen) melaksanakan kegiatan demokrasi secara
langsung dalam suatu Polis/negara kota(City State).
Polis adalah suatu organisasi yang berperan dalam memberikan
kehidupan yang lebih baik bagi warga negaranya.
Menurut Aristoteles , warga negara adlah orang yang secara aktif ikut
mengambil bagian dlam kegiatan hidup bernegara, yaitu orang yang bisa
berperan sebagai orang yang diperintah, dan orang yang bisa berperan
sebagai yang memerintah.
Warga negara dibagi menjadi 2 golongan;
1. Yang menguasai / yang memerintah
-Warga negara yang menguasai haruslah memiliki kebajikan dan
keutamaan yakni sifat kebaikan dan kearifan.
- Ada jangka waktu/ tidak berlaku selamanya.
2. Yang di kuasai/ yang diperintah.
Kebijakan dan kearifan tidak diperlukan.
Aristoteles menegaskan bahwa yang harus dimiliki oleh seluruh warga
negara yang baik adalah kemampuan untuk menguasai dan dikuasai
dengan baik atau kemampuan untuk memerintah dan diperintah dengan
baik.
Menurut Tuner warag negara adlah anggota dari sekelompok manusia
yang hidup atau tinggal di wilayah hukum tertentu.
B. Karakteristik Warga Negara yang Cerdas
Warga negara yang cerdas yaitu warga negara yang mesti memenuhi
sejumlah kompetensi serta mampu mengaplikasikan dalam praktik
kehidupan sehari-hari.
Menurut ahli yang bernama Ricey, ada 6 kompetensi dasar warga
negara:
1. Kemampuan memperoleh informasi dan menggunakan informasi.
Warga negara cerdas di tuntut untuk mengetahui berbagai informasi
yang berkenaan berbagai hal baik dan menggunakan informasi
secara efektif.
2. Membina ketertiban.
Warga negara yang cerdas adalah warga negara yang mampu
menjaga dan membina ketertiban dalm kehidupan masyarakat yang
terwujud apabila warga negara meiliki kesadaran yang kuat segala
aturan dan norma-norma.
Menurut Soekanto(1990) ada 4 indikator untuk mengembangkan
kesadaran hukum warga negara :
1. Pengetahuan Hukum
2. Pemahaman Hukum
3. Sikap Hukum
4. Perbuatan Hukum.
3. Membuat keputusan .
Warga negara yang cerdas adalah warga negara yang mampu
mengambil keputusan secara cerdas, di mana pengambilan
keputusan itu tidak di dasari sikap yang emosional ,melainkan oleh
sikap dan tindakan yang rasional , sistematis dan logis.
4. Berkomunikasi.
Warga negara yang cerdas mampu berkomunikasi baik lisan
maupun tulisan yang berisikan pesan-pesan informasi yang
memiliki/berbobot makna.
Cara-cara perwujudan komunikasi efektif warga negara yang
cerdas:
a. Menyampaikan ide-ide kritis pada pemerintah baik dalam
mengusulkan program tertentu dlam memecahkan masalah.
b. Ikut serta mengkomunikasikan berbagai program pemerintah
sesuai dengan kemampuan masing-masing.
c. Menggunakan/ memanfaatkan saluran-saluran komunikasi yang
benar dlam menyampaikan berbagai tuntutan, harapan,
keinginan, maupun apresiasi terhadap pemerintah.
d. Mengembangkan etika komunikasi baik sesama warga negara
maupun denagn negara dan pemerintahannya.
5. Menjalin kerjasama.
Warga negara yang cerdas menyadari bahawa kebaradaan/eksistensi
nya tidak dapat di lepaskan dengan keberadaan anggota masyarakat
dengan anggota masyarakat lain.
Menurut Wispe (1972) perilaku proposional yakni perilaku yang
merupakan antitesis dari perilaku menyerang, perilaku proposionla
seperti simpati,mendahulukan kepentingan orang lain, sikpa
dermawan,bekerjasama.
6. Melakukan berbagai macam kepentingan secara benar.
Warga negara yang cerdas senantiasa menempatkan kepentingannya
dlam konteks kepentingan orang lain, artinya dalam menggunakan
kepentingan tersebut selalu memeperhatikan/mempertimbangkan
keberadaan kepentingan orang lain.

C. Dimensi-dimensi Kecerdasan Warga negara


Warga negara yang cerdas sangat di perlukan bagi kelangsungan hidup
bangsa dan negara.
Terdiri dari 3 :
1. Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan Intelektual di representasikan dengan berpikir rasional,
namun mengabaikan nilai-nilai moral, nilai-nilai agama dan nilai-
nilai kemanusiaan.
2. Kecerdasan Emosional
Kemampuan untuk senantiasa melandasi sikap dan perilaku dengan
nilai moral yang baik.
3. Kecerdasan Spiritual
Berkenaan penanaman , pemahaman, serta pengalaman nilai-nlai
agama dalam kehidupan bermasyarakat.
Potensi dasar mental warga negara :
a. Minat (Sense of Interest)
Keinginan atau kehendak terhadap sesuatu untuk diwujudkan
dalan kehidupannya.
b. Dorongan Ingin tahu (Sense of Curiousty)
Rasa ingin tahu terhadap sesuatu/objek yang ada dalam
kehidupan.
c. Dorongan Ingin Membuktikan Kenyataan (Sense of Reality)
Rasa ingin tahu terhadap sesuatu objek yang yang didorong oleh
keinginan untuk membuktikan kenyataan yang terjadi.
d. Dorongan Ingin Menyelidiki ( Sense of Inquiry)
Dorongan ingin menyelidiki manakal ingin mengetahui sesuatu
objek lebih utuh.
e. Dorongan Ingin Menemukan Sendiri ( Sense of Discovery )
Berkeinginan untuk menemukan sesuatu sebagai sebuah
kebanggaan yang dapat kita raih.
2. Warga Negara yang Partisipatif

A. Partisipasi
Setiap warga negara dituntut untuk berpartisispasi /terlibat dalam
bebagai kegiatan yang dilakukan bangsa dan negara.
Menurut Koentjaraningrat(1994) ada 3 bentuk pertisipasi:
a. Berbentuk tenaga
b. Berbentuk pikiran
c. Benbentuk materi (benda).
Menurut Wasistiono(2003) , ada 3 unsur warga negara berpartisipasi
dalam kegiatan berbangsa, benegara dan berpemerintahan :
a. Ada rasa kesukarelaan (tanpa paksaan)
b. Ada keterlibatan secara emosional
c. Memperoleh manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari
keterlibatannya.

B. Partisipasi Politik
-Menurut Huntington dan Nelson (1990) yaitu warga negara preman
yang bertujuan mempengarauhi pengambilan keputusan oleh
pemerintah. Keterlibatan warga negara dalam kehidupan sistem politik
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing warga negara.
-Menurut Rush dan Althoff (1993) yaitu berpartisipasi politik dalam
bentuk hierarki/berjenjang, yang di mulai dari yang rendah sampai
yang tinggi, yaitu voting, aktif dan diskusi politik, terlibat dlam rapat
umum, demontrasi, menjadi anggota pasif suatu organisasi politik,
keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik, mencari jabatan
politik,dan menduduki jabatan politik/administratif.
- Contoh perwujudan /manifestasi partisipasi politik :
1) Mengkritisi secara Arif terhadap Kebijakan Pemerintah.
2) Aktif dalam Partai Politik
3) Aktif dlam Kegiatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
4) Diskusi Politik.

- Sikap yang harus dihindari dalam berpartipasi politik :


a. Apatisme
Tidak punya minat/tidak punya perhatian terhadap orang
lain,situasi,gejala-gejala pada uumumnya.
b. Sinisme
Perasaan yang menghayati tindakan dan motif orang lain
dengan rasa kecurigaan.
c. Alienasi
Perasaan keterasingan seseorang dari politik dan
pemerintrahan masyarakat dan kecenderungan berpikir
mengenai pemerintahan dan politik bangsa .
d. Anomie
Perasaan kehilangan nilai dan ketiadaan arah.

C. Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial warga negara akan dilakukan dengan baik apabila
didukung oleh kepekaan sosial yakni kondisi seseorang/individu warga
negara yang mudah dan cepat bereaksi terhadap masalah-masalah
sosial kemasyarakatan.

D. Partisipasi Ekonomi
Partisipasi dalam bidang ekonomi yang dilakukan setiap warga negara
dapat mendorong/memacu pertumbuhan ekonomi yang mapan.

E. Partisipasi Budaya
Warga negara berperan aktif untuk menjaga dan melestarikan budaya
bangsa.

Menurut Branson (1994) unsur warga negara yang bermutu yang


bertanggung jawab :
1. Penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu.
2. Pengembangan intelektual dan partisipatoris.
3. Pengembangan karakter/sikap mental tertentu.
4. Komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip fundamental
demokrasi konstitusional.

Anda mungkin juga menyukai