Anda di halaman 1dari 17

PEMBELAJARAN PKN DI SD

MODUL 11
KARAKTERISTIK WARGA NEGARA INDONESIA
DALAM KONTEKS INDIVIDU YANG BERBINEKA
TUNGGAL IKA

NAMA KELOMPOK
1. ANIF KHOTIMAH (857739245)
2. EKA SEPTIANA LESTARI (857734292)
3. SUPRIYADI (857736139)
4. RONDHI (857739238)
5. ROFIUL MUNAWAROH (857743539)
Kegiatan Belajar 1
Warga Negara yang Cerdas
A. Konsep Warga Negara
Warga negara atau yang dalam bahasa inggris disebut citizen,
dalam bahasa yunani yakni civics (asal katanya civicus) yang
berarti penduduk sipil (citizen).
Menurut Aristoteles, yang disebut warga negara adalah orang yang
secara aktif ikut mengambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara,
yaitu orang yang bisa berperan sebagai orang yang diperintah, dan
orang yang memerintah.
Selanjutnya, warga negara dibagi kedalam dua golongan, yaitu (a)
yang menguasai atau yang memerintah, (b) yang dikuasai atau yang
diperintah.
Seluruh warga negara adalah orang-orang bebas dan sederajat,
sehingga mereka semua harus siap sedia untuk memerintah dan
diperintah, maka setiap warga negara harus memiliki satu
keutamaan dan kebajikan yang sama. Menurut Aristoteles kebajikan
itu adalah kemampuan untuk menguasai dan dikuasai dengan baik
atau kemampuan untuk memerintah dan diperintah dengan baik.
B. Karakteristik Warga Negara yang Cerdas
Warga negara yang cerdas harus memenuhi sejumlah kompetensi
dan mampu mengaplikasikannya dalam praktik kehidupan sehari-
hari. Kompetensi merupakan sejumlah kemampuan yang
direfleksikan dalam perilaku atau perbuatan sehari-hari.
Ricey mengemukakan ada 6 kompetensi dasar (basic
competencies) warga negara, yaitu:
1. Kemampuan memperoleh informasi dan menggunakan
informasi, manfaatnya antara lain:
a. Memperluas wawasan pemikirannya
b. Mengetahui perkembangan informasi yang terjadi
c. Meningkatkan keterampilan mengambil keputusan
d. Mendorong keterampilan berpikir kritis dan kreatif
2. Menjaga dan Membina ketertiban
Ketertiban dalam masyarakat akan terwujud apabila setiap
warga negaranya memiliki kesadaran yang kuat atas segala
peraturan atau norma-norma yang berlaku serta mampu
mengamalkannya dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Menurut Soerjono Soekanto (1990) terdapat empat indikator
penting untuk mengembangkan kesadaran hukum warga
negara, yaitu:
- Pengetahuan hukum
- Pemahaman hukum
- Sikap hukum
- Perbuatan hukum
3. Membuat keputusan
Dalam konteks ini, warga negara yang cerdas adalah warga
yang mampu mengambil keputusan secara cerdas, dimana
pengambilan keputusan itu tidak didasari sikap yang emosional,
melainkan oleh sikap dan tindakan yang rasional, logis, dan
sistematis.
4. Berkomunikasi
Wujud komunikasi baik lisan maupun tulisan yang diekspresikan
warga negara yang cerdas bukan sekedar informasi yang
hampa makna (meaningless) melainkan berisi pesan-pesan
informasi yang memiliki atau berbobot makna (meaningfull)
4. Menjalin kerja sama
Sikap proporsional yang harus dimiliki dan dilaksanakan oleh
warga negara yang cerdas direfleksikan dalam sikap-sikap
diantaranya (Sumantri, 1999) berikut ini:
a. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan
pribadi atau golongan
b. Saling menolong atau membantu
c. Menjunjung hak asasi manusia yang berakar pada moral
d. Bersikap demokratis yang sehat dan berakar agama
e. Berperilaku saling memberi
f. Berperilaku saling meminjam dengan jujur
5. Melakukan berbagai macam kepentingan secara benar
Warga negara yang cerdas senantiasa menempatkan
kepentingannya dalam konteks kepentingan orang lain, artinya
dalam menggunakan kepentingan tersebut selalu
memperhatikan atau mempertimbangkan keberadaan
kepentingan orang lain.
C. Dimensi-Dimensi Kecerdasan Warga Negara
Warga negara yang cerdas sebagaimana hendak diwujudkan
melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (civic
education) tidak semata-mata memenuhi kualifikasi cerdas secara
intelektual (Intellectual Intellegence) melainkan cerdas secara
emosional (Emotional Intellegence), cerdas spiritual (Spiritual
Intellegence), cerdas secara moral (Moral Intellegence).
Setiap warga negara mempunyai potensi dasar mental yang dapat
dikembangkan, yang menurut Nursid Sumaatmadja (1998), meliputi
(1) minat, (2) Dorongan ingin tahu, (3) Dorongan ingin
membuktikan kenyataan, (4) Dorongan ingin menyelidiki, (5)
Dorongan ingin menemukan sendiri.
Dari kelima potensi dasar tersebut, maka potensi minat (sense of
interest) merupakan kunci untuk menumbuhkembangkan potensi-
potensi yang lainnya. Jika minat atau keinginan pada diri manusia
tidak ada atau kurang memadai, maka akan mempengaruhi
terhadap rendahnya potensi yang lainnya. Begitu pula sebaliknya.
Kegiatan Belajar 2
Warga Negara yang Partisipatif
A. Pengertian Partisipasi
Partisipasi lazimnya dimaknai sebagai keterlibatan atau
keikutsertaan warga negara dalam berbagai kegiatan kehidupan
bangsa dan negara.
Partisipasi yang terbaik adalah partisipasi yang bersifat otonom,
yakni partisipasi atau keterlibatan warga negara atau masyarakat
yang dilandasi oleh kesadaran dan kemauan diri.
Menurut Koetjaraningrat (1994), ada 3 bentuk partisipasi, yaitu (1)
berbentuk tenaga, (2) berbentuk pikiran, dan (3) berbentuk
materi/benda.
Menurut Wasistiono (2003), ada 3 unsur yang harus dipenuhi untuk
dapat dikatakan warga negara berpartisipasi dalam kegiatan
berbangsa dan bernegara, dan berpemerintahan (1) ada
kesukarelaan/tanpa paksaan, (2) ada keterlibatan secara
emosional, (3) memperoleh manfaat secara langsung maupun tidak
langsung dari keterlibatannya.
B. Partisipasi Politik
Rush dan Althoff (1993) mendefinisikan partisipasi politik sebagai
keterlibatan atau keikutsertaan individu warga negara dalam sistem
politik.
Hunnington dan Nelson (1990) mengartikan partisipasi dalam
konteks politik yang selanjutnya dikonsepsikan partisipasi politik,
yaitu kegiatan waga negara preman (private citizen) yang
bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa partisipasi politik adalah keterlibatan warga negara dalam
kehidupan sistem politik, yang mana disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki masing-masing warga negara.
Contoh perwujudan atau manifestasi partisipasi politik:
1. Mengkritisi secara arif terhadap kebijakan pemerintah
2. Aktif dalam partai politik
3. Aktif dalam kegiatan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
4. Diskusi politik
Sikap yang harus dihindari dalam partisipasi politik:
- Apatisme, secara sederhana dapat diartikan sebagai tidak
punya minat atau tidak punya perhatian terhadap orang lain.
- Sinisme, perasaan yang menghayati tindakan dan motif orang
lain dengan rasa kecurigaan. Atau kecurigaan buruk dari sifat
manusia.
- Alienasi, perasaan keterasingan seseorang dari politik dan
pemerintahan masyarakat.
- Anomie, perasaan kehilangan nilai dan ketiadaan arah.
C. Partisipasi Sosial
Partisipasi sosial warga negara erat hubungannya dengan kegiatan
atau aktivitas warga negara sebagai anggota masyarakat untuk
terlibat atau ikut serta dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Partisipasi sosial warga negara akan dilakukan dengan baik
manakala didukung oleh kepekaan sosial (social sensivity), yakni
kondisi seseorang/individu warga negara yang mudah dan cepat
bereaksi terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
D. Partisipasi dalam Bidang Ekonomi
Partisipasi ekonomi berkaitan dengan keikutsertaan atau
keterlibatan warga negara dalam pembangunan ekonomi
masyarakat dan bangsa. Partisipasi dalam bidang ekonomi yang
dilakukan setiap warga negara dapat mendorong atau memacu
pertumbuhan serta perkembangan ekonomi yang mapan.
E. Partisipasi dalam Bidang Budaya
Contoh sikap dan perilaku yang mencerminkan partisipasi dalam
bidang budaya, yaitu:
1. Menghilangkan etnosentrisme dan chauvinisme;
2. Mencintai budaya lokal dan nasional;
3. Melakukan berbagai inovasi kreatif, untuk menyokong
pengembangan budaya daerah.
Kegiatan Belajar 3
Warga Negara yang Bertanggung Jawab
A. Pengertian Tanggung Jawab
Ridwan Halim (1988) mendefinisikan tanggung jawab sebagai suatu
akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu
merupakan hak maupun kewajiban ataupun kekuasaan.
Purbacaraka (1988) berpendapat bahwa tanggung jawab bersumber
atau lahir atas penggunaan fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap
orang untuk menggunakan hak atau/dan melaksanakan kewajibannya.
Aristoteles mengatakan bahwa warga negara yang bertanggung jawab
adalah warga negara yang baik, sedangkan warga negara yang baik
ialah warga negara yang memiliki keutamaan (excellence) atau
kebajikan (virtue) selaku warga negara.
B. Tanggung Jawab Warga Negara terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Dapat diwujudkan dengan beribadah sesuai dengan keyakinan
masing-masing yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku yang
dipancari keimanan dan ketakwaan terhadap-Nya seperti dalam
berhubungan atau berinteraksi sesama warga negara dalam kehidupan
bermasyarakat.
C. Tanggung Jawab Warga Negara terhadap Masyarakat
Sebagai anggota masyarakat, setiap individu mempunyai tanggung
jawab, antara lain diwujudkan dengan sikap dan perilaku sebagai
berikut:
1. Memelihara ketertiban dan keamanan hidup bermasyarakat
2. Menjaga dan memelihara rasa persatuan dan kesatuan
masyarakat
3. Meningkatkan rasa solidaritas sosial sebagai sesama anggota
masyarakat
4. Menghapuskan bentuk-bentuk tindakan diskriminatif dalam
kehidupan di masyarakat untuk menghindari disintegrasi
masyarakat, bangsa, dan negara.
D. Tanggung Jawab Warga Negara terhadap Lingkungan
Contoh sikap dan perilaku sebagai bentuk tanggung jawab terhadap
lingkungan:
1. Memelihara kebersihan lingkungan
2. Tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan
3. Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan
E. Tanggung Jawab Warga Negara terhadap Bangsa dan Negara
Dapat dilaksanakan dengan cara mengaktualisasikan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara sebagaimana dituangkan
dalam landasan konstitusional negara kita yakni UUD 1945.
Contoh bentuk-bentuk sikap dan perilaku warga negara yang
mencerminkan perwujudan tanggung jawab terhadap negara dan
bangsa, yaitu:
1. Memahami dan mengamalkan ideologi nasional kita, pancasila
2. Menjaga dan memelihara nama baik bangsa dan negara
dimata dunia internasional
3. Mejaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan menghindari
sikap dan perilaku yang diskriminatif
4. Membina solidaritas sosial sebagai sesama warga negara
Indonesia
5. Meningkatkan wawasan kebangsaan agar senantiasa terbina
rasa kebangsaan, paham kebangsaan, dan semangat
kebangsaan pada setiap diri warga negara.
Kegiatan Belajar 4
Warga Negara yang Religius dan Penuh Toleransi
A. Manusia sebagai Makhluk Religius
Manusia adalah homo religius, artinya makhluk yang beragama,
makhluk yang mempunyai keyakinan akan kekuasaan Tuhan Yang
Maha Esa yang menguasai alam jagad raya beserta seluruh makhluk
lainnya di dunia ini. Agama merupakan “problem of ultimate concern”
yakni masalah yang mengenai kepentingan mutlak setiap orang.
B. Pengertian Warga Negara Religius
Warga negara religius adalah warga negara yang senantiasa
memahami serta mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran agama yang
dipeluk dan diyakininya dalam konteks kehidupan sehari-hari, baik di
lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara.
Nilai-nilai keimanan dan ketakwaan harus senantiasa tercermin
dalam sikap maupun perilaku yang ditampilkan oleh setiap warga
negara, baik dalam hal (1) berhubungan dengan Tuhan, (2)
berhubungan dengan sesama warga negara, (3) berhubungan
dengan lingkungannya, (4) berhubungan dengan pemerintah
negaranya.
C. Pentingnya Suatu Toleransi
Dalam kamus Webter’s New American Dictionary, toleransi diartikan
liberty toward the opinions of others, patience with others, yakni memberi
kebebasan atau membiarkan pendapat orang lain dan berlaku sabar atau
lapang dada menghadapi orang lain.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), toleransi diartikan
sebagai sikap menegang, dalam arti menghargai, membiarkan,
membolehkan pendirian, pendapat, kepercayaan, kelakuan yang lain dari
yang dimiliki oleh seseorang atau yang bertentangan dengan pendirian
orang.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa toleransi
adalah sikap lapang dada terhadap prinsip atau pendirian orang, tanpa
mengorbankan prinsip dan pendirian sendiri.
Secara umum toleransi dibagi menjadi dua jenis, yaitu (1) toleransi
agama, (2) toleransi sosial.
Perwujudan sikap toleran dapat dimanifestasikan sebagai berikut:
1. Bergaul/berinteraksi dengan semua warga masyarakat dengan baik
2. Tidak melakukan tindakan provokatif
3. Tidak mencampuradukkan ajaran agama yang satu dengan yang lain.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
PERTANYAAN

Anda mungkin juga menyukai