Kegiatan Belajar 1
1. Warga negara dalam Bahasa Inggris disebut Citizen. Dalam Bahasa Yunani disebut Civic yang
berarti penduduk sipil (Citizen) yang melakukan polis atau negara kota (City State).
2. Polis adalah suatu organisasi yang berperan dalam memberikan kehidupan yang lebih baik
bagi warga negaranya.
3. Menurut Aristoteles, warga negara adalah orang yang secara aktif ikut mengambil bagian
dari kehidupan bernegara, yaitu orang yang bisa berperan sebagai orang yang memerintah.
Orang yang diperintah dan yang memerintah sewaktu-waktu akan bisa bertukar peran
karena pada dasarnya orang-orang bebas dan sederajat. Jadi, warga negara harus sanggup
memainkan peranannya yang sangat penting dalam kehidupan bernegara.
4. Warga negara dibagi dala 2 golongan: a. yang menguasai atau yang memerintah, b. yang
dikuasai/diperintah.
5. Warga negara yang memerintah harus memiliki sifat kearifan dan kebaikan.
6. Warga negara yang dikuasai atau yang diperintah, kebijaksanaan dan kearifan tidak berlaku.
Namun yang memerintah dan diperintah pasti akan bertukar peran.
7. Menurut Aristoteles, kebajikan adalah yang harus dimiliki warga negara yang baik ialah yang
mampu untuk menguasai dan dikuasai dengan baik atau kemampuan untuk memerintah
dan diperhatikan dengan baik.
8. Menurut Turner (1990), dalam buku “Civica: Citizen in Action”, warga negara adalah anggota
dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di wilayah hukum tertentu. Hukum dibuat
dan disusun dan diselenggarakan oleh orang-orang yang memerintah dengan tujuan
mengatur kelompok masyarakat.
9. Orang yang mengatur masyarakat disebut pemerintah (government).
10. Menurut Turner, warga negara adalah anggota dari suatu kelompok yang hidup dalam
aturan-aturan pemerintah.
Kegiatan Belajar 2
A. Pengertian Partisipasi
1. Partisipasi dimaknai sebagai keterlibatan atau keikutsertaan warga negara dalam berbagai
kegiatan kehidupan bangsa dan negara.
2. Partisipasi yang diberikan bervariasi bentuknya, seperti partisipasi secara fisik dan non-fisik.
Partisipasi yang terbaik adalah yang bersifat otonom, yaitu partisipasi atau keterlibatan
warga negara atau masyarakat yang dilandasi oleh kesadaran dan kemauan sendiri.
3. Ada 3 bentuk partisipasi menurut Koentjaraningrat (1994), yaitu:
4. Berbentuk tenaga, warga negara terlibat atau ikut serta dalam berbagai kegiatan melalui
tenaga yang dimilikinya karenanya bentuk partisipasi ini disebut sebagai partisipasi secara
fisik. Contoh: ikut serta dalam kegiatan kerja bakti atau gotong royong.
5. Berbentuk pikiran, dilakukan melalui sumbagan ide, gagasan, atau pemikiran yang
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi bersama dan untuk kebaikan bersama.
Contoh: menyampaikan saran atau masukan kepada pemerintah baik secara lisan maupun
tulisan melalui media tertentu (koran, majalah, televisi, maupun radio) yang disampaikan
dengan cara yang baik dan konstruktif.
6. Partisipasi bentuk materi, berhubungan dengan benda atau materi tertentu sebagai
perwujudan dalam keikutsertaan warga negara tersebut. Contoh: memberikan sumbangan
atau bantuan untuk dana kemanusiaan bagi korban bencana alam.
7. Warga negara yang baik adalah warga negara yang berpartisipasi dalam segala hal. Jika tidak
berpartisipasi, maka kehidupan demokrasi akan terhambat dalam perkembangannya.
8. Ada 3 unsur yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan warga negara berpartisipasi dalam
kegiatan berbangsa, bernegara, berpemerintahan (Wasistiono, 2003), yaitu: 1) Ada
kesukarelaan (tanpa paksaan), 2) ada keterlibatan secara emosional, 3) Memperoleh
manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari keterlibatannya.
9. Warga negara yang partisipatif adalah warga negara yang senantiasa melibatkan diri atau
ikut serta dalam berbagai kegiatan dalam konteks kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya maupun keamanan. Lingkup
partisipasi itu meliputi partisipasi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan keamanan.
B. Partisipasi Politik
1. Rush dan Althoff (1993), partisipasi politik sebagai keterlibatan atau keikutsertaan individu
warga negara dalam sistem politik.
2. Menurut Hutington dan Nelson (1990), kegiatan warga preman (private citizen) yang
bertujuan mempengaruhi pengembilan keputusan oleh pemerintah.
3. Huntington dan Nelson menekankan 3 hal arti dari partisipasi politik, yaitu:
4. Pertama, partisipasi mencakup kegiatan-kegiatan politik yang objektif, kecuali subjektif.
5. Kedua, yang dimaksud warga negara preman adalah warga negara sebagai perorangan-
perorangan dalam berhadapan dengan masalah politik.
6. Ketiga, kegiatan dalam partisipasi itu difokuskan untuk mempengaruhi pengambilan
keputusan pemerintah.
7. Rush and Althoff (1993), menguraikan luasnya partisipasi politik, dalam bentuk hierarki atau
berjenjang yang dimulai dari yang rendah sampai ke yang tinggi. Yakni, voting, aktif, dan
diskusi politik, terlibat dalam rapat umum, demonstrasi, menjadi anggota pasif suatu
organisasi semua politik, keanggotaan aktif suatu organisasi politik, keanggotaan pasif suatu
organisasi politik, keanggotaan aktif organisasi politik, mencari jabatan politik, dan terakhir
menduduki jabatan politik atau administratif.
8. Partisipasi politik secara teoritis dibedakan menjadi 2, a. partisipasi politik konvensional,
kegiatan partisipasi politik yang normal dalam negara demokrasi modern, b. Partisipasi
politik non-konvensional, bentuk partisipasi politik yang pada umumnya dianggap illegal
karena didalamnya penuh dengan kekerasan dan bersifat revolusioner.
9. Contoh Perwujudan Manifesti Politik yaitu: 1) Mengkritisi secara Arif terhadap Kebijakan
Pemerintah. Sesuai dengan UU No. 9 Tahun 1998, tentang kemerdekaan menyampaikan
pendapat di muka umum. 2) Aktif dalam Partai Politik, 3) Aktif dalam kegiatan lembaga
swadaya masyarakat (LSM), merupakan anggota non-pemerintah, 4) Diskusi Politik, agar
partisipasi ini dilaksanakan dengan baik maka ada beberapa sikap yang masih dihindari: a.
apatisme (tidak punya minat/perhatian terhadap orang lain), b. Sinisme (mencurigai
seseorang berlebihan), c. Alienasi (perasaan keterasingan seseorang dari politik dan
pemerintahan masyarakat, sekumpulan aturan yang tidak adil), d. Anomie (perasaan
kehilangan nilai dan ketiadaan arah.
C. Partisipasi Sosial
1. Kegiatan atau aktivitas warga negara sebagai anggota masyarakat untuk terlibat/ikut serta
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
2. Partisipasi sosial warga negara akan dilakukan dengan baik jika didukung oleh kepekaan
sosial (social sensitivity), yakni kondisi seseorang atau individu warga negara yang mudah
dan cepat bereaksi terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan.
3. Kepekaan sosial yang mapan (establish), pada diri setiap warga negara akan mendorong
terwujudnya warga negara partisipatif khususnya pasrtisipasi dalam kehidupan sosial dan
kemasyarakatan.
4. Partisipasi sosial dapat diwujudkan dengan cara: 1) membantu anggota masyarakat yang
membutuhkan baik bantuan moril maupun materil sesuai dengan kemampuan yang dimiliki,
2) Turut serta membantu jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
masyarakat, 3) Tidak menjadi beban masyarakat melainkan menjadi motor penggerak
masyarakat kearah perubahan yang lebih baik, 4) Berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti
atau gorong yang dilakukan oleh masyarakat, 5) turut menjaga keamanan, kenyamanan, dan
ketertiban dalam kehidupan masyarakat, misalnya mengikuti siskamling atau memberikan
sumbangan kepada siskamling, 6) Menjaga persatuan, kesatuan, dan keutuhan masyarakat
dengan cara mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan
tertentu.
Kegiatan Belajar 3
Modul 12
Kegiaran Belajar 1
1. Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu kajian yang berada dalam UUD Sistem
Pendidikan No. 20 Tahun 2003 dan program studi yang fungsinya sebagai pendidikan hukum,
pendidikan politik dan pendidikan kewarganegaraan.
2. Penilaian mempunyai kedudukan yang strategis untuk mengetahui sampai sejauh mana
seseorang dapat mencapai Indikator yang diharapkannya.
3. Penilaian juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, dalam
pengumpulan data guru dapat melihat kelemahan anak didik terhadap materi dan evaluasi
dalam mengajar.
4. Evaluasi dan penilaian memiliki perbedaan dan persamaan, persamaannya mempunyai
pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, perbedaannya adalah penilaian dilakukan
dalam konteks yang sempit.
5. Istilah penilaian diartikan sebagai sebagai kegiatan menilai objek seperti baik buru, efektif-tidak
efektif, dll.
6. Penilaian yang dilakukan guru bertujuan untuk, 1) membantu mengklarifikasi tujuan
pembelajaran, 2)mengonfirmasikan kelebihan dan kekurangan peserta didik dalam belajar, 3)
menginformasikan peserta didik bagaimana meningkatkan proses belajarnya, 4) bahan informasi
esensial kepada orang tua dan masyarakat mengenai efektivitas program sekolah.
Kegiatan Belajar 2
1. Tes Tertulis
- Penilaian ini dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang bersifat kompleks. Dalam
mengerjakannya anak merasa tenang dan yakin karena berbeda dengan PG.
2. Tes Perbuatan, penilaian perbuatan, adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara
efektif dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang
bentuk-bentuk perilaku yang muncul pada diri siswa. Alat yang digunakan adalah lembar
pengamatan.
3. Tes Lisan, digunakan untuk menilai hasil belajar dalam bentuk mengemukakan ide-ide dan
pendapat-pendapat secara lisan.
4. Penilaian Non-Tes, dipergunakan guru untuk melakukan penilaian objektif dan adil. Guru perlu
mmemiliki keterampilan dalam non-tes. Teknik alat non-tes:
5. Observasi, teknik ini baik menilai hasil belajar psikomotor, missal dalam praktek keterampilan,
diskusi, bermain, atletik.
6. Kuesioner, digunakan untuk menilai hal-hal yang bersifat umum di kalangan peserta didik.
Antara lain: minat-minat, identitas pendidik, sosial-ekonomi orang tuanya, dll.
7. Wawancara, pertanyaan dijawab langsung oleh siswa yang bersangkutan sehingga ada timbal
balik.
8. Daftar cek, daftar aktivitas sifat-sifat, masalah-masalah dan jenis kesukaan.
9. Skala Pilihan, sifatnya hamper sama dengan daftar cek. Skala pilihan dapat digunakan untuk
observasi, wawancara, angket, mengukur sikap, kebiasaan/minat.
10. Studi Kasus, untuk mempelajari peserta didik yang memiliki masalah yang ekstrim.
11. Portofolio, penilaian yang bertujuan mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam
mengkontruksi dan merefleksi suatu pekerjaan sehingga tugas tersebut dapat guru nilai.
Kegiatan Belajar 3
Kegiatan Belajar 4
Penggunaan Model Alat Penilaian PKn SD/MI Berbasis Portofolio
1. Portofolio berasal dari bahasa Inggris “portofolio”, yang berarti hasil kumpulan hasil karya siswa
yang menyajikan kemajuan, pencapaian dan prestasi, masing-masing siswa.
2. Menurut Azis Wahab (1999:2), portofolio penilaian sebagai sebuah laporan proses belajar siswa,
kumpulan hasil kerja siswa tentang capaiannya.
3. Hasil kerja siswa disebut artefak, artefak dihasilkan dari pengalaman belajar atau proses
pembelajaran siswa.
4. Konteks asesmen berdasarkan portofolio:
5. Tujuan: hakikat hasil belajar, focus bukti, rentang waktu, hakikat bukti.
6. Peran penilaian: pemantapan kembali penanaman nilai, penilaian jati diri, penilaian formal,
momentum dan media umpan balik.
7. Tujuan penilaian portofolio: menghargai perkembangan siswa, menghargai prestasi terbaik,
mendokumentasikan kegiatan belajar, merefleksikan kemampuan mengambil resiko,
meningkatkan efektivitas belajar, bertukar informasi dengan orang tua/wali murid, membina
dan mempercepar pertumbuhan, meningkatkan kemampuan merefleksikan diri, membantu
siswa dalam merumuskan tujuan.