Anda di halaman 1dari 20

PDGK4201/MODUL 11

KARAKTERISTIK WARGA
KELOMPOK 9
NEGARA INDONESIA DALAM
KONTEKS INDIVIDU YANG M. AGUNG NUGRAHA
BERBENIKA TUNGGAL IKA • 856996275

UMMI HIDAYATI
• 856944009

RENDRA LAKSONO
• 856943917
Pembahasan Materi

• Warga negara yang cerdas.


1

• Warga negara yang partisipatif.


2

• Warga negara yang bertanggung jawab.


3

• Warga negara yang religius dan penuh toleransi.


4
Kegiatan Belajar 1

Warga Negara yang Cerdas


A. KONSEP WARGA NEGARA
Menurut aristoteles, yang disebut warga negara adalah
orang yng secara aktif ikut mengambil bagian dalam hidup
bernegara, yaitu orang yang bisa berperan sebagai yang
memerintah. Jadi, tegasnya, warga negara harus sanggup
memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara (Rapaar, 1993).
Ahli lain yaitu, Tuner (1990) menegaskan bahwa warga
negara adalah anggota dari suatu kelompok yang hidup dalam
aturan-aturan pemerintah.

Warga negara dibagi ke dalam dua golongan, yaiatu:


a) Yang menguasai atau yang memerintah,
b) Yang dikuasai atau yang diperintah.
B. KARAKTERISTIK WARGA NEGARA YANG CERDAS

Seorang ahli yang bernama Ricey menyatakan, ada enam


kompetensi dasar (basic competencies) warga negara, yaitu:

1) Kemampuan memperoleh informasi dan menggunakan informasi,


2) Membina ketertiban,
3) Membuat keputusan,
4) Berkomunikasi,
5) Menjalin kerja sama, dan
6) Melakukan berbagai macam kepentingan secara benar.
C. DIMENSI-DIMENSI KECERDASAN WARGA NEGARA

Warga negara yang cerdas secara utuh meliputi dimensi-dimensi


sebagai berikut:

1. Cerdas secara intelektual

2. Cerdas secara emosional

3. Cerdas spiritual

4. Cerdas secara moral


Waga negara yang cerdas merupakan warga negara yang
mampu memberdayakan segala potensi yang dimilikinya serta
diaktualisasikan dalam kehidupan riil.

• Menurut Stewart (1994), pemberdayaan adalah suatu daya kualitas


internal kepribadian individu atau organisasi dalam mewujudkan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
• Menurut Nursid sumaatmaja (1998), setiap warga negara mempunyai
potensi dasar mental yang dapat dikembangkan, meliputi:
1) Minat
2) Dorongan ingin tahu
3) Dorongan ingin membuktikan kenyataan
4) Dorongan ingin menyelidiki
5) Dorongan ingin menemukan sendiri
Kegiatan Belajar 2

WARGA NEGARA YANG PARTISIPATIF

A. PENGERTIAN PARTISIPASI
Partisipasi lazimnya dimaknai sebagai keterlibatan atau
keikutsertaan warga negara dalam berbagai kegiatan kehidupan
bangsa atau negara.

Ada 3 bentuk partisipasi menurut Koentjaraningrat (1994), yaitu:

Berbentuk
pikiran

Berbentuk Berbentuk
tenaga materi
B. PARTISIPASI POLITIK

Menurut Rush dan Althoff (1993), menyatakan partipasi


politik sebagai keterlibatan atau keikutsertaan individu warga negara
dalam sistem politik.
Sedangkan Hutington dan Nelson (1990), mengartikan
partisipasi dalam konteks politik, yaitu kegiatan warga negara
preman (private citizens) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan
keputusan oleh pemerintah.
jadi, dapat disimpulkan partisipasi politik adalah keterlibatan
warga negara dalam kehidupan sistem politik, yang mana
disesuaikan dengan kemampuan yng dimiliki masing-masing negara.
• Partisipasi politik secara teoretis dapat di bedakan ke dalam 2 bagian,
yaitu:

1) Partisipasi politik yang konvensional


2) Partisipasi politik yang non-konvesional

• Beberapa contoh perwujudan atau manifestasi partisipasi politik.

1) Mengkritisi secara aktif terhadap kebijakan pemerintah


2) Aktif dalam partai politik
3) Aktif dalam kegiatan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
4) Diskusi politik
C. PARTISIPASI SOSIAL

Partisipasi sosial dapat diartikan sebagai kegiatan atau


aktivitas warga negara sebagai anggota masyarakat untuk terlibat
dalam kegiatan sosial masyarakat.

D. PARTISIPASI DALAM BIDANG EKONOMI

Partisipasi ekonomi adalah keikutsertaan atau keterlibatan


warga negara dalam pembangunan ekonomi masyarakat dan bangsa.
E. PARTISIPASI DALAM BIDANG BUDAYA

Tujuan ini dapat dicapai manakala warga negara berperan


serta dan terlibat secara aktif untuk menjaga dan melestarikan budaya
bangsa itu sendiri.
Margaret Branson (1994) berpendapat, ada beberapa unsur untuk
mencapai warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab, yaitu:

1) Penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu.


2) Pengembangan intelektual dan partisipatoris.
3) Pengembangan karakter atau sikap mental tertentu.
4) Komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip fundamental
demokrasi konstitusional.
Kegiatan Belajar 3

WARGA NEGARA YANG BERTANGGUNG JAWAB

A. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB

Dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab itu erat kaitannya


dengan hak dan kewajiban serta kekuasaan, sebab pelaksanaan
kewajiban dan kekuasaan serta penggunaan hak yang dimiliki dan
melekat dalam diri setiap warga negara harus di sertai dengan
tanggung jawab.
• Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam menggunakan haknya:
1) Aspek kekuatan
2) Aspek perlindungan hukum (proteksi hukum)
3) Aspek pembatasan hukum (restriksi hukum)

• Aspek-aspek yang perlu di perhatikan dalam melaksanakan kewajiban:


1) Aspek kemungkinan dalam arti kelogisan
2) Aspek perlindungan hukum yang melegalisir atau mensahkan kependudukan
3) Aspek pembatasan hukum
4) Aspek pengecualian hukum
B. TANGGUNG JAWAB WARGA NEGARA TERHADAP TUHAN YANG
MAHA ESA

Berdasarkan landasan sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan


Yang Maha Esa, dan UUD 1945 Pasal 29 ayat (1) dan (2). Setiap warga
negara indonesia harus senantiasa melandasi sikap dan prilakunya dengan
nilai-nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

C. TANGGUNG JAWAB WARGA NEGARA TERHADAP MASYARAKAT


Menurut Krech, Cruchfield dan Ballacey, memang benar
kenyataannya bahwa kehidupan manusia sejak ia dilahirkan, dibesarkan,
dan bahkan ketika ia meninggal sekalipun, ia memerlukan bantuan anggota
masyarakat lainnya. Jadi dapat dikatakan bahwa individu sebagai anggota
masyarakat senantiasa hidup dalam konteks masyarakat.
D. TANGUNG JAWAB WARGA NEGARA TERHADAP LINGKUNGAN

Sumaatmadja (1998) mengatakan manusia dan alam, ada


dalam konteks keruangan yang saling mempengaruhi. Antara lain
dapat diwujudkan dengan sikap dan perilaku sebagai berikut.

1) Memelihara kebersihan lingkungan


2) Tidak mengeksploitasi secara berlebihan
3) Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan
E. TANGGUNG JAWAB WARGA NEGARA TERHADAP BANGSA DAN NEGARA
Tanggung jawab warga negara terhadap bangsa dan negaranya
dilaksanakan dengan cara mengaktualisasikan hak dan kewajibannya sebagai
warga negara sebagaimana dituangkan dalam landasan konstitusional negara
kita, yakni UUD 1945.

Bentuk-bentuk sikap dan prilaku tanggung jawab terhadap bangsa dan


negara:
1) Memahami dan mengamalkan ideologi nasional kita.
2) Menjaga dan memelihara nama baik bangsa dan negara.
3) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
4) Membina solidaritas sosial sebagai sesama waega negara indonesia.
5) Meningkatkan wawasan kebangsaan pada setiap diri warga negara.
Kegiatan Belajar 4

WARGA NEGARA YANG RELEGIUS DAN PENUH TOLERANSI

A. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK RELIGIUS

Berdasarkan landasan ideal negara kita Pancasila dengan tegas


menyebutkan bahwa negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, ini
berarti semua warga negara indonesia meyakini dengan benar
kekuasaan dan keesaan Tuhan, pencipta dan pengurus penjuru alam
beserta isinya.

B. PENGERTIAN WARGA NEGARA RELIGIUS

Warga negara religius adalah warga negara yang senantiasa


memahami serta mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran agama yang di
peluk dan diyakininya dalam konteks kehidupan sehari-hari, baik di
lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara.
• Nilai-nilai keimanan dan ketakwaan dalam sikap dan prilaku, yaitu:

1) Berhubungan dengan Tuhan,


2) Berhubungan dengan sesama warga negara,
3) Berhubungan dengan lingkungan,
4) Berhubungan dengan pemerintah negara.

C. PENTINGNYA SUATU TOLERANSI

Toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip atau


pendirian orang, tanpa mengorbankan prinsip dan pendirian sendiri.
• Secara umum, toleransi dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:

1) Toleransi agama
2) Toleransi sosial

• Perwujudan toleran dapat dimanifestasikan sebagai berikut.

1) Bergaul atau berinteraksi dengan sesama warga masyarakat.


2) Tidak melakukan tindakan yang memprovokasi.
3) Tidak mencampurkan ajaran-ajaran agama yang satu dengan yang
lainya.

Anda mungkin juga menyukai