Anda di halaman 1dari 24

KESEHATAN

KOMUNITAS
PESANTREN
Disusun Oleh :

1. Muhammad Fardy Udaya (4112021228)


2. Safikoh (1102017206)
3. Yuyun Khairunnisa (4112021072)
4. Fitria Athayya Desvianti (4112021114)
PENDAHULUAN
● Pesantren → sebuah komplek tempat bermukimnya para
santri yang terpisah dari kehidupan dan aktivitas
masyarakat luar.

● Ratusan santri dari berbagai daerah dengan latar belakang


sosial budaya dan perilaku yang berbeda akan
mengakibatkan berbagai masalah salah satunya masalah
kesehatan.

● Gangguan kesehatan sering muncul diderita santri di pesantren → skabies, batuk, sesak nafas,
influenza dan ISPA yg merupakan dampak dari sanitasi pesantren yang kurang sehat

● Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren) → bentuk program pemberdayaan masyarakat


bidang kesehatan di lingkungan pondok pesantren
01
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
PESANTREN
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan
keagamaan Islam yang berbasis masyarakat baik
sebagai satuan pendidikan dan/atau sebagai wadah
penyelenggara pendidikan. Unsur-unsur pondok
pesantren terdiri atas kiai, ustad atau sebutan lain yang
sejenis, santri, pondok atau asrama, dan masjid atau
musala serta penyelenggaraan pengajian kitab kuning
PERMASALAHAN
KESEHATAN PESANTREN
PERMASALAHAN PERILAKU PEMELIHARAAN KESEHATAN DIRI SANTRI

● Masalah perilaku pemeliharaan kesehatan diri santri yang dimaksud ialah tindakan santri dalam
menjaga kesehatan dan melindungi diri dari penyakit yang meliputi menjaga kebersihan diri,
beristirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, serta berolahraga
● Sebuah penelitian yang melaporkan masalah personal hygiene santri ialah penelitian dari Sofiana
(2017) yang menyatakan bahwa sebanyak 91,7% responden menderita penyakit skabies
● Permasalahan kesehatan diri santri lainnya adalah buruknya pola tidur santri sebagaimana
penelitian oleh Rahmadani (2017) yang menunjukkan bahwa sebanyak 71,1% mengalami pola
tidur buruk.
● Konsumsi yang umum disediakan pesantren adalah makanan sederhana berupa makanan dengan
menu masakan dari bahan tahu tempe, serta sayuran
● Mayoritas santri di pondok pesantren juga memiliki pola aktivitas fisik yang kurang baik
PERMASALAHAN SISTEM KESEHATAN PESANTREN

● Umumnya apabila ada santri yang merasa sakit ia berusaha mengobati dirinya sendiri. Apabila
dirasa penyakitnya ringan saja yang mungkin akibat kelelahan maka santri melakukan
pengobatan hanya dengan tidur-tiduran saja di kamar.
● Adapula yang menghadapinya dengan membeli obat sendiri di koperasi pondok pesantren atau
di apotek. Kemudian, jika ternyata masih sakit juga setelah, maka santri dibawa ke poskestren.
● Adapun penyakit-penyakit yang sering ditemukan di pondok pesantren antara lain gudikan
(Skabies), Hepatitis, Demam Berdarah, Batuk pilek (ISPA), Diare, Sakit Mata (Konjungtivitis),
Infestasi Tuma (Pedikulosis Kapitis), dll.
LINGKUNGAN
PESANTREN
SEHAT
Bangunan Sehat

Kamar Santri
● Syarat kepadatan hunian kamar santri pada pondok pesantren yang termasuk dalam kriteria
hunian tinggi yakni luas ruangan/kamar 8 m2 dihuni maksimal oleh 2 orang
● Temperatur udara di dalam ruangan lebih rendah kurang-lebih 4°C daripada temperatur di luar
ruangan. Temperatur kamar santri yang paling nyaman dan cukup segar ialah pada suhu 22—30°
C.
● Pencahayaan alami yakni mengandalkan masuknya sinar matahari ke dalam ruangan sangat
dianjurkan pada siang hari.
Kamar Mandi
● Bilik diberi atap dan langit-langit/plafon yang
● Luas lantai minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m).
bebas dari material asbes.
● Lantai kamar mandi terbuat dari bahan yang
● Lubang aliran udara/penghawaan kamar mandi
kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang, dan
harus berhubungan langsung dengan udara luar.
mudah dibersihkan.
● Letak toilet/jamban/kakus/WC dan kamar mandi
● Kemiringan ke arah lubang tempat pembuangan
tidak boleh berhubungan langsung dengan
air bersih lebih kurang 1%.
tempat pengelolaan makanan (dapur dan ruang
● Pintu dengan ukuran lebar 0,6—0,8 m dan tinggi
makan).
minimal 1,8 m.
● Perbandingan jumlah santri dengan jumlah toilet
● Kolam/bak mandi atau wadah/bak penampung
dan kamar mandi adalah 15:1.
air dilengkapi gayung.
● Apabila jumlah santri 15 orang maka harus
tersedia satu jamban dan kamar mandi.
Jamban Sehat

● Tidak mencemari air ● Aman digunakan dan tidak menimbulkan

● Jamban yang sudah penuh, segera disedot gangguan bagi pemakainya

untuk dikuras. ● Mudah dibersihkan serta lantai jamban rata

● Bebas dari serangga dan miring ke arah saluran lubang jamban.

● Tidak menimbulkan bau dan nyaman ● Tidak menimbulkan pandangan yang kurang

digunakan. sopan yakni jamban harus beratap, berdinding


dan berpintu.
Ruang Ibadah

● Level terendah adalah permukaan tanah atau lingkungan sekitar, kemudian level selanjutnya taman dan
halaman. Maksimal ketinggian 20 cm.
● Tersedianya beberapa kran untuk santri mencuci kaki sebelum memasuki ruang ibadah. Letak kran ini
harus mudah diakses. Fasilitas pencuci kaki juga harus tersedia pada area yang menghubungkan toilet
dan ruang ibadah.
● Tempat wudu dapat diletakkan di sisi kanan atau kiri ruang ibadah. Tidak terlalu jauh dengan ruang
ibadah untuk memudahkan akses dan terjaga kebersihan dan kesuciannya
● Sirkulasi cahaya dan udara harus diperhatikan untuk menjaga agar ruang ibadah tidak gelap dan tidak
lembab.
Dapur
4. Penerangan
1. Lantai: a) Penerangan untuk ruangan dapur 200 lux; dan
a) Terbuat dari bahan yang kedap air, mudah dibersihkan dan tahan
b) Semua penerangan harus bebas silau dan tidak
korosif;
b) Luas lantai 35—40% dari luas ruang makan; menimbulkan bayangan.
c) Sudut antara dinding dengan lantai harus melengkung; dan 5. Ventilasi:
d) Selalu dalam keadaan bersih.
a) Ventilasi harus cukup; dan
2. Dinding: b) Dilengkapi dengan pengeluaran udara panas maupun
a) Permukaan dalam dinding harus rata, tidak menyerap air, mudah baubauan (exhauser) yang dipasang setinggi 2 meter dari
dibersihkan; dan
lantai.
b)Dinding yang selalu terkena percikan air atau minyak diberi
pelapis dengan porselen. 6. Pembuangan asap:
a) Dapur harus dilengkapi dengan pengumpul asap dan
3. Atap dan langit-langit/plafon:
a) Terbuat dari bahan yang kedap air dan tidak bocor; cerobong asap; dan
b) Pengumpul asap dilengkapi dengan grease filter dan
penyedot asap;
Ruang Belajar Air Bersih

persyaratan sebuah ruang belajar/kelas, yaitu: a. Syarat fisik → Tidak Berbau, Tidak Berwarna, Tidak
Berasa, Terasa Segar
a. Kapasitas maksimum 1 ruang 32 peserta
didik/santri; b. Syarat kimiawi → pH 6,5—9,2, Tidak boleh ada zat
kimia berbahaya, mengandung unsur kimiawi yang
b. Rasio minimum luas ruang → 2 m2 per dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (F, Ca, Na, Cu,
peserta didik/santri; dll).
c. Lebar minimum ruang belajar/kelas → 5 m c. Tidak adanya bakteri atau virus dalam air yang dapat
d. Memiliki fasilitas yang memungkinkan menyebabkan penyakit.
pencahayaan yang memadai untuk d. Tidak adanya zat radiasi
membaca buku;
e. ketersediaan air bersih → minimal 60 liter per hari
e. Memiliki pintu yang memadai
untuk 1 santri.
f. Tersedia kursi dan meja yang memadai
f. Sumber air → air atmosfer, air permukaan, air tanah
Makanan dan
Pengelolaan Sampah
Minuman
kriteria pengelolaan sampah:
6 (enam) prinsip higiene sanitasi makanan dan
1. disediakan tempat sampah beserta tutupnya yang minuman yaitu:
diletakkan di luar ruangan
1. Sumber bahan makanan
2. Tersedia pemisahan sampah sesuai dengan jenis dan sifat
sampah. 2. Pengangkutan bahan makanan
3. Penyimpanan bahan makanan.
3. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat
4. Pengolahan bahan makanan.
4. Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3
bagian telah terisi penuh 5. Penyajian makanan.
6. Penyimpanan makanan yang telah diolah
5. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS)
dan harus dikosongkan sekurang kurangnya 3 x 24 jam

6. Tempat sampah harus dibersihkan dengan cara dicuci dan


disikat sekali seminggu.
PENCEGAHAN
DAN
PENANGANAN
AWAL
PENYAKIT
Scabies

Skabies adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh infeksi tungau Sarcoptes scabei var hominis
(Sarcoptes sp.) → lingkungan yang padat penduduk, kebersihan kurang
Gejala klinis akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei adalah timbulnya ruam pada kulit dan rasa gatal
(pruritus) terutama pada malam hari → Gejala gatal (pruritus) akan timbul lebih dari 3 minggu setelah
infestasi tungau ke dalam kulit

● Dalam upaya pencegahan penularan skabies dari penderita ke santri lain maka setiap santri yang tinggal dan
kontak langsung bersama santri yang menderita skabies harus diobati meskipun tidak timbul gejala gatal-gatal.
● Baju, sprei, sarung bantal, selimut, handuk, dan kain lainnya yang sebelumnya digunakan oleh penderita
disarankan dicuci dengan air panas dan dijemur dibawah sinar matahari langsung untuk membunuh tungau yang
menempel sehingga tidak menjadi sumber penularan.
● Penanganan santri yang mengalami skabies dapat dilakukan dengan mengoleskan salep Scabimite (Permetrin 5%)
ke bagian tubuh yang umum menjadi predileksi infestasi tungau.
ISPA
ISPA merupakan penyakit infeksi virus atau bakteri akut yang melibatkan salah satu atau lebih dari organ saluran pernapasan
mencakup: tonsilitis (amandel), sinusitis, rhinitis, laringitis, faringitis.
Secara umum gejala ISPA meliputi demam, badan pegal (myalgia), batuk, dan sering juga nyeri tenggorokan, coryza (pilek),
sesak napas, mengi, dan kesulitan bernapas. Apabila tidak terdapat komplikasi gejalanya akan berkurang dalam 3-5 hari.

UPAYA PESANTREN UPAYA SANTRI

● PHBS
● Mengatur kepadatan (tidak overload) ● Membuka jendela secara rutin
● Menyediakan tempat untuk berjemur ● Berjemur secara rutin
● Memastikan adanya lubang ventilasi ● Minum air putih yang banyak
yang baik pada tiap kamar ● Makan makanan yang bergizi
● Istirahat yang cukup → imunitas
Diare

Pencegahan diare :
● Diare → BAB cair >3x dalam sehari
1. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
● Gejala diare → BAB cair dan sering, kram perut, perut secara benar
kembung, dehidrasi dan kelemahan.
2. Pengolahan makanan dan minuman
yang sehat
Tatalaksana: 3. Penggunaan air bersih secara benar
● Mencegah terjadinya dehidrasi → Memberikan 4. Pengelolaan air limbah dan kotoran
cairan pengganti yang baik
● Menjaga keadekuatan masukan makanan

● Penggunaan Obat → Attapulgite, Loperamid,


Difenoksilat, Kaolin, Pektin, Tannin albuminat,
Aluminium silikat, dan Diosmectite.
Kutu Rambut

● Pedikulosis kapitis adalah infeksi kulit kepala atau rambut yang disebabkan oleh parasit Pediculus humanus
var.capitis
● Penularan pedikulosis dapat melalui kontak langsung dengan penderita, maupun kontak tidak langsung melalui
benda-benda seperti sisir, bantal, dan topi.
● Pedikulosis → masalah sosial → menurunkan kepercayaan diri, menurunkan kualitas tidur dan menganggu
belajar
● Prevalensi anak perempuan yang mengalami pedikulosis kapitis ditemukan lebih banyak dari pada anak
laki-laki.
● Upaya : meningkatkan pengetahuan terkait pedikulosis → mencegah adanya transmisi atau penularan
● Cara pencegahannya seperti menjaga kebersihan rambut, tidak boleh tidur bersama dalam satu tempat tidur
dan pinjam meminjam barang yang dikenakan di kepala seperti topi, kerudung, peci, bando, kuncir rambut, dan
lain-lain.
KEBIJAKAN
PEMERINTAH
Post Kesehatan Eco-Pesantren
Pesantren

● Bentuk upaya kesehatan bersumber daya ● Merupakan model pendidikan lingkungan hidup di
masyarakat di lingkungan pondok pesantren. lingkungan pondok pesantren

● prinsip → dari, oleh, dan untuk warga pondok ● Program dan kegiatan → berupa kemaslahatan,
pesantren. kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran,
keadilan, dan kelestarian lingkungan hidup, program
● Pelayanan yang dilakukan oleh Poskestren
dan kegiatan tersebut merujuk pada ajaran al-Quran,
bersifat promotif (peningkatan) dan preventif
al-Sunnah, dan nilai-nilai yang ada dalam kitab-kitab
(pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif
salaf
(pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan).

● Dibina oleh puskesmas setempat


KESIMPULAN
Perilaku kesederhanaan di pesantren apabila tidak
diimbangi dengan pengetahuan dan penerapan hidup
sehat maka akan menyebabkan timbulnya masalah
kesehatan di pesantren diantaranya perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) yang kurang baik → scabies,
ISPA, diare, kutu rambut → Dibentuk Pos Kesehatan
Pesantren (Poskestren) → salah satu bentuk upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat di lingkungan
pondok pesantren. Manfaat Poskestren bagi
pesantren antara lain tersedianya layanan dan akses
kesehatan dasar; penyebaran informasi kesehatan;
pengembangan dan perluasan kerja sama pondok
pesantren dengan instansi terkait; terpeliharanya
sarana sanitasi lingkungan.
Thank you!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai