Anda di halaman 1dari 60

RESUME MOOC PPPK

( Tanggal 25 Juli 2022 – 12 Agustus 2022 )

AGENDA I
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Bela Negara
Analisis Isu Kontemporer
Kesiapan Bela Negara

AGENDA II
Berorientasi pelayanan
Akuntabel
Kompeten
Harmonis
Loyal
Adaptif
Kolaboratif

AGENDA III
Smart ASN
Manajemen ASN

NAMA : SITI FATMAWATI, S.Ag


NIP : 197505032022212006
UNIT KERJA : MIN 10 CIAMIS
AGENDA I
MODUL I
WAWASAN KEBANGSAAAN DAN NILAI – NILAI BELA NEGARA

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam


rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri
bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system)
yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal
Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik
dalam arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila
ini dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Artinya, setiap
materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama
dari penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-
norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma
hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem penyelengagaran negara pada
umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek
kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut
UUD 1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945)
merupakan hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia. Atas dasar itu, penyelenggaraan negara
harus dilakukan untuk disesuaikan dengan arah dan kebijakan penyelenggaraan negara
yang berlandaskan Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan
UUD 1945, merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar
belakangi, kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakan dasar
dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang akan atau mungkin dibuat. Norma-
norma dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi Republik Indonesia dalam
penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur pada Pembukaan
UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4) alinea.
Empat Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara yang terdiri dari : Bendera
Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda Pancasila, dan
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan identitas Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Keempat simbol tersebut menjadi cerminan kedaulatan negara di dalam tata
pergaulan dengan negara-negara lain dan menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi
negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan
demikian, bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia bukan
hanya sekadar merupakan pengakuan atas Indonesia sebagai bangsa dan negara,
melainkan menjadi simbol atau lambang negara yang dihormati dan dibanggakan warga
negara Indonesia.
Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi
kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang beragam sebagai
bangsa besar dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia bahkan
cenderung berkembang menjadi bahasa perhubungan luas. Penggunaannya oleh bangsa
lain yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu menjadi kebanggaan
bangsa Indonesia.
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara,
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
Secara ontologis bela Negara merupakan tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan
warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif, secara epistemologis fakta-
fakta sejarah membuktikan bahwa bela Negara terbukti mampu menjaga kedaulatan
negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sementara secara aksiologis bela Negara diharapkan dapat menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.

Bela negara

Bela Negara merupakan sebuah implementasi dari teori kontrak sosial atau
teori perjanjian sosial tentang terbentuknya negara. Dalam pandangan para
penganut kontrak teori sosial dinyatakan bahwa negara terbentuk karena keinginan
warga negara atau masyarakat untuk melindungi hak dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat agar supaya terjalin hubungan yang harmonis, damai, dan
tentram. Setiap warga negara memiliki kepentingan masing-masing, setiap kepentingan
pasti berpotensi menimbulkan konflik kepentingan di tengah masyarakat.
Konsep bela negara masa kini adalah cara terbaik menghadapi ancaman secara
rinci, dan apabila perlu dijelaskan pula lingkungan strategis dan konteks politik
yang menjadi latar belakang ancaman itu, dan bagaimana ancaman bisa masuk
dengan mudah ke tubuh bangsa dan negara Indonesia. Sebab apabila ancaman itu
telah berhasil diidentifikasi, maka negara akan dengan cepat, tanggap, dan senyap
dalam melakukan pengawasan dan tindakan, serta antisipasi.

Nilai Dasar Bela Negara


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela
Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-
4 Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Bela Negara dilaksanakan atas dasar kesadaran
warga Negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang ditumbuhkembangkan melalui
usaha Bela Negara.
Bela negara merupakan sebuah implementasi dari teori kontrak sosial atau teori
perjanjian sosial tentang terbentuknya negara. Dalam pandangan para penganut
kontrak teori sosial dinyatakan bahwa negara terbentuk karena keinginan warga negara atau
masyarakat untuk melindungi hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat agar
supaya terjalin hubungan yang harmonis, damai, dan tentram. Setiap warga negara
memiliki kepentingan masing-masing, setiap kepentingan pasti berpotensi menimbulkan
konflik kepentingan di tengah masyarakat. Negara dihadirkan oleh kesepakatan atau
perjanjian antara warga negara di tengah masyarakat untuk melindungi hak dan
kewajiban warga negara serta untuk menjamin tidak adanya konflik kepentingan antar
individu di tengah masyarakat (Agus Subagyo, Hal. 2, 2015).
Negara membutuhkan warga negara, sedangkan warga negara membutuhkan negara,
sehingga saling membutuhkan, saling melengkapi, dan saling mengisi (komplementer).
Negara akan kuat apabila warga negaranya bersatu padu dan kompak membela negara.
Sedangkan warga negara akan merasa aman, nyaman, damai, dan sejahtera apabila
negara kuat, karena ada jaminan yang melindungi warga negara dari negara yang kuat.
Negara harus dibela, apabila memang negara tersebut amanah dalam menjalankan
pemerintahannya. Tidak ada alasan bagi warga negara untuk menghindar dari kewajiban
membela negara. Untuk itu, warga negara harus patuh, taat, loyal, dan tunduk pada
setiap regulasi yang dibuat oleh negara dalam upaya meningkatkan kesadaran bela Negara.

Konsep bela negara modern itu sendiri bukanlah sebuah konsep baru yang
berseberangan dengan pakem yang sudah dibuat, namun di dalam konsep itu didefinisikan
kembali apa itu bela negara masa kini dan bagaimana menghadapi ancaman per ancaman
secara rinci, dan apabila perlu dijelaskan pula lingkungan strategis dan konteks politik
yang menjadi latar belakang ancaman itu, dan bagaimana ancaman bisa masuk
dengan mudah ke tubuh bangsa dan negara Indonesia. Sebab apabila ancaman itu telah
berhasil diidentifikasi, maka negara akan dengan cepat, tanggap, dan senyap dalam
melakukan pengawasan dan tindakan, serta antisipasi.
MODUL II

ANALISIS ISU KONTEMPORER

I.
A. Perubahan Lingkungan Strategis
Perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa semua bangsa
(Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut akan
menghilang dan akan meninggalkan semua yang tidak mau berubah. Perubahan global
ditandai dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan membangun pemahaman
dunia ini satu tidak dipisahkan oleh batas Negara. Hal yang menjadi pemicunya adalah
berkembang pesatnya teknologi informasi global, dimana setiap informasi dari satu penjuru
dunia dapat diketahui dalam waktu yang tidak lama berselang oleh orang di penjuru dunia
lainnya.

B. Modal Insani dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis


1. Modal Intelektual
Modal intelektual adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan
mengelola perubahan organisasi melalui pengembangan SDMnya.
2. Modal Emosional
Yaitu kemampuan untuk memahami emosi orang lain dari tindakannya yang tampak
(kemampuan berempati) secara akurat;, dan Relationship Management yaitu
kemampuan orang untuk berinteraksi secara positif pada orang lain.
3. Modal Sosial
Modal sosial adalah jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi
pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka.
4. Modal Ketabahan
Ketabahan adalah modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan sebuah organisasi birokrasi.
5. Modal Etika / Moral
Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-prinsip universal
kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan, dan tindakan kita atau dengan
kata lain adalah kemampuan membedakan benar dan salah.
6. Modal Kesehatan
Kesehatan adalah bagian dari modal manusia agar dia bisa bekerja dan berpikir
secara produktif. Tolok ukur kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur
kekuatan fisik adalah; tenaga (power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle
strength), kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility), koordinasi
(coordination), dan keseimbangan (balance).

C. Isu – isi Strategis Kontemporer


1. Korupsi
Korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara
(perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
a. Sejarah Korupsi Dunia
Di Mesir, Babilonia, Ibrani, India, Yunani dan Romawi Kuno korupsi adalah
masalah serius.
Pada zaman kekaisaran Romawi Hammurabi dari Babilonia yang naik tahta
sekitar tahun 1200 SM telah memerintahkan seorang Gubernur provinsi untuk
menyelidiki perkara penyuapan.
Seorang raja Assiria (sekitar tahun 200 sebelum Masehi) bahkan tercatat pernah
menjatuhkan pidana kepada seorang hakim yang menerima uang suap.
Han Su karya Pan Ku menceritakan bahwa pada awal berdirinya dinasti Han (206
SM) masyarakat menghadapi kesulitan pangan, sehingga menyebabkan setengah
dari jumlah penduduk meninggal dunia.
b. Sejarah Korupsi Indonesia
History of Java karya Rafles (1816) menyebutkan karakter orang jawa sangat
"nrimo" atau pasrah pada keadaan, namun memiliki keinginan untuk dihargai
orang lain, tidak terus terang, menyembunyikan persoalan dan oportunis.
Bangsawan Jawa gemar menumpuk harta dan memelihara abdi dalem hanya
untuk kepuasan, selalu bersikap manis untuk menarik simpati raja atau sultan,
perilaku tersebut menjadi embrio lahirnya generasi opurtunis yang pada akhirnya
juga memiliki potensi jiwa yang korup.
c. Dampak Korupsi
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat. Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang sosial budaya, ekonomi
serta psikologi masyarakat. Negara yang sangat kaya, banyak sumber kekayaan
alamnya, namun jika penguasanya korup dimana sumber kekayaan yang dijual
kepada pihak asing, harga-harga barang pokok semakin membumbung tinggi
bahkan terkadang langka diperedaran atau di pasaran karena ditimbun dan
dimonopoli.
d. Membangun Sikap Anti Korupsi
1). Bersikap jujur
2). Menghindari perilaku yang merugikan kepentingan orang banyak
3). Menghindari konflik kepentingan dalam hubungan kerja, hubungan bisnis
maupun hubungan bertetangga;
4). Melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi korban perbuatan
korupsi

2. Narkoba
a. Pengertian, Penggolongan dan Sejarah Narkoba
Narkotika mengandung arti obat-obatan jenis narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya. Sehingga dengan menggunakan istilah narkotika berarti telah
meliputi narkotika,psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.

1) Golongan I hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan


dan tidak untuk terapi serta sangat berpotensi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh ekstasi, LSD;

2) Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan


serta berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh amfetamin,
shabu, metilfenidat atau ritalin;
3) Golongan III berkhasiat pengobatan dan pelayanan keseha serta berpotensi
sedang mengakibatkan ketergantungan. Contoh pentobarbital,
flunitrazepam;
4) Golongan IV berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan untuk
pelayanan kesehatan serta berpotensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh diazepam, bromazepam, fenobarbital,
klonazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam.

Perang Candu I Pada Tahun 1839 – 1842 Dan Perang Candu I Pada Tahun 1856 –
1860.
Inggris dan Perancis (Eropa) melancarkan perang candu ke China, dengan
membanjiri candu (opium). Perang nirmiliter ini ditandai dengan penyelundupan
Candu ke China. Membanjirnya. Candu ke China berdampak melemahnya rakyat
China yang juga berdampak pada Kekuatan Militer China.
Narkoba jenis morphin sudah dipakai untuk keperluan perang saudara di
Amerika Serikat, Morphin digunakan militer untuk obat penghilang rasa sakit
apabila terdapat serdadu / tentara yang terluka akibat terkena peluru senjata api.

Indonesia Atau Nusantara


Orang-orang di pulau Jawa ditengarai sudah menggunakan opium. Pada
abad ke-17 terjadi perang antara pedagang Inggris dan VOC untuk
memperebutkan pasar Opium di Pulau Jawa. Pada tahun 1677 VOC
memenangkan persaingan ini dan berhasil memaksa Raja Mataram, Amangkurat
II untuk menandatangani perjanjian yng sangat menentukan, yaitu: “Raja Mataram
memberikan hak monopoli kepada Kompeni untuk memperdagangkan opium di
wilayah kerajaannya”.
b. Tindak Pidaaana Narkoba
Tindak Pidana Narkotika adalah kejahatan induk atau kejahatan permulaan
dan tidak berdiri sendiri, artinya Kejahatan narkotika biasanya diikuti dengan
kejahatan lainnya atau mempunyai kejahatan turunan. Kejahatan narkotika bisa
terkait dengan kejahatan Terorisme, Kejahatan Pencucian Uang, Kejahatan
Korupsi atau Gratifikasi, Kejahatan Perbankan, Permasalahan Imigran Gelap atau
Kejahatan Penyelupan Manusia (People Smuggling) atau bahkan terkait dengan
Pemberontak atau gerakan memisahkan dari suatu negara berdaulat (Gerakan
Separatisme) serta sebagai alat untuk melemahkan bahkan memusnahkan suatu
negara yang dikenal dengan Perang Candu.
c. Membangun Krsadaran Anti Narkoba
Situasi dan kondisi yang terus berkembang, global, regional, dan nasional
yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika,
psikotropika, dan prekursor narkotika merupakan masalah besar yang dihadapi
seluruh bangsa di dunia, terutama negara miskin. Masing-masing negara telah
berusaha menjawab Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan tersebut
dengan berbagai pendekatan, metode, dan cara sesuai dengan situasi dan kondisi
serta sitem dan cara pemerintah

3. Terorisme dan Radikalisme


a. Terorisme
Penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil/non kombatan untuk mencapai
tujuan politik, dalam skala lebih kecil dari pada perang.
Terorisme merupakan kejahatan luar biasa yang menjadi musuh dunia karena
nyawa manusia menjadi korban, menganggu stabilitas keamanan,
menghancurkan tatanan ekonomi dan pembangunan, sehingga terorisme
berdampak negatif terhadap masyarakat.
b. Radikal / Radikalisme
Radikal adalah proses mengadopsi sebuah sistem kepercayaan ekstrim,
termasuk kesediaan untuk menggunakan, mendukung, atau memfasilitasi
kekerasan, sebagai metode untuk menuju kepada perubahan sosial.
Penyebutan istilah radikalisme dalam tinjauan sosio-historis pada awalnya
dipergunakan dalam kajian sosial budaya, politik dan agama. Namun dalam
perkembangan selanjutnya istilah tersebut dikaitkan dengan hal yang lebih luas,
tidak hanya terbatas pada aspek persoalan politik maupun agama saja. Istilah
radikalisme merupakan konsep yang akrab dalam kajian keilmuan sosial, politik,
dan sejarah. Istilah radikalisme digunakan untuk menjelaskan fenomena sosial
dalam suatu masyarakat atau negara.

4. Money Laundring
a. Pengertian
pencucian uang adalah suatu perbuatan kejahatan yang melibatkan upaya untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan dari
hasil tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah
berasal dari aktivitas yang sah.
b. Sejarah Pencucian Uang
Sejak tahun 1980-an praktik pencucian uang sebagai suatu tindak kejahatan telah
menjadi pusat perhatian dunia barat, seperti negara-negara maju yang tergabung
dalam G-8, terutama dalam konteks kejahatan peredaran obat-obat terlarang
(narkotika dan psikotropika).
c. Tindak Pidana Pencucian Uang
Sesuai dengan Pasal 2 UU No. 8 Tahun 2010, tindak pidana yang menjadi
pemicu (disebut sebagai “tindak pidana asal”) terjadinya pencucian uang meliputi:
(a) korupsi; (b) penyuapan; (c) narkotika; (d) psikotropika; (e) penyelundupan
tenaga kerja; (f) penyelundupan imigran; (g) di bidang perbankan; (h) di bidang
pasar modal; (i) di bidang perasuransian; (j) kepabeanan; (k) cukai; (l)
perdagangan orang; (m) perdagangan senjata gelap; (n) terorisme; (o) penculikan;
(p) pencurian; (q) penggelapan; (r) penipuan; (s) pemalsuan uang; (t) perjudian;
(u) prostitusi; (v) di bidang perpajakan; (w) di bidang kehutanan; (x) di bidang
lingkungan hidup; (y) di bidang kelautan dan perikanan; atau (z) tindak pidana
lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih.

5. Proxy War
a. Sejarah
Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan saat
ini yang dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan aktor negara maupun
aktor non negara. Kepentingan nasional negara negara besar dalam rangka
struggle for power dan power of influence mempengaruhi hubungan
internasional. Proxy war memiliki motif dan menggunakan pendekatan hard
power dan soft power dalam mencapai tujuannya.
b. Proxy War Modern
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono Reksodiprojo
menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua
negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam
peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan. Perang Proksi
merupakan bagian dari modus perang asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan
perang konvensional. Perang asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh
besaran kekuatan tempur atau luasan daerah pertempuran. Perang proxy
memanfaatkan
perselisihan eksternal atau pihak ketiga untuk menyerang kepentingan atau
kepemilikan teritorial lawannya.

c. Membangun Kesadaran Anti Proxy War


1) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan Bela Negara, bangsa ini akan
memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dapat diatasi karena
setiap komponen bangsa akan mengutamakan semangat gotong royong cinta
tanah air memperbesar persamaan dan memperkecil perbedaan demi
persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai NKRI .
2) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan Bela Negara yang dijiwai nilai
spiritual Ketuhanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka bangsa
Indonesia menyadari dan meyakini kebhinekaan sebagai keniscayaan kodrat
Ilahi untuk saling menghormati dalam keberagaman serta rela berkorban
demi keberlangsungan NKRI dalam memecahkan masalah-masalah politik,
ekonomi, sosial, dan budaya dll yang timbul dalam gerak masyarakat yang
semakin maju.
3) Dengan berpedoman pada pandangan hidup Pancasila bangsa Indonesia akan
membangun dirinya menuju kehidupan yang dicita-citakan bangsa, untuk
terus mengasah kewaspadaan dini akan bahaya proxi war yang mengancam
semua aspek kehidupan (Ipoleksosbudhangama) menuju masyarakat adil
dan makmur.
4) Meyakini bahwa Ideologi Pancasila dapat mempersatukan bangsa
Indonesia serta memberi petunjuk dalam masyarakat yang beraneka ragam
sifatnya yang akan menjamin keberlangsungan hidup bangsa Indonesia.

6. Kejahatan Mass Comunication


a. Pengantar
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang (Bittner, 1977).
b. Bentuk Kejahatan Mass Comunication
1) White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih)
2) Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban)
3) Organized Crime (Kejahatan Terorganisir)
4) Corporate Crime (Kejahatan Korporasi)
7. Teknik Analisis Isu
a. Memahami Isu Kritikal

Isu kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan masalah-


asalah sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan adanya
kesadaran publik akan isu tersebut.

b. Teknik – teknik Analisis Isu


1) Teknik Tapisan Isu

Analisis untuk memahami isu tersebut secara utuh dan kemudian dengan
enggunakan kemampuan berpikir konseptual dicarikan alternatif jalan keluar
pemecahan isu.

2) Teknik Analisis Isu

- Mind Mapping

Mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan


menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk
kesan.

- Fishbone Diagram

Mirip dengan mind mapping, pendekatan fishbone diagram juga berupaya


memahami persoalan dengan memetakan isu berdasarkan cabang-cabang
terkait.

- Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu metoda analisis yang digunakan untuk


menentukan dan mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan
yang telah disusun, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c. Analisis Kesenjangan

Adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau yang


diharapkan. Metode ini merupakan alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan
pada kesenjangan kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah
ditargetkan sebelumnya, misalnya yang sudah tercantum pada rencana bisnis
atau rencana tahunan pada masing-masing fungsi perusahaan. Analisis
kesenjangan juga mengidentifikasi tindakan-tindakan apa saja yang diperlukan
untuk mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang diharapkan pada
masa datang. Selain itu, analisis ini memperkirakan waktu, biaya, dan
sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan perusahaan yang
diharapkan.
Penggunaan Alat-alat bantu di atas merupakan bukti bahwa Anda sebagai calon
PNS telah menunjukan kemampuan melakukan scaning environment, problem
solving dan berpikir analisis dalam mengusulkan saran untuk pengambilan
keputusan pimpinan atau keputusan organisasi yang didukung oleh data atau
fakta yang relevan dan dapat dipertanggung jawabkan.
MODUL III

KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

A. Kerangka Kesiapsiagaan Bela Negara


1. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara
“Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki
oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi
kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara
ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh
kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan
Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjaminkelangsungan hidup berbangsa dan bernegara”.

2. Kesiapsiagaan Bela Negara dalam Latsar CPNS

Bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS untuk


memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam
pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya meliputi pengaturan tata
tempat, tata upacara (termasuk kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata
upacara sipil dan kegiatan apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku
di Indonesia sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

3. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara


a. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
b. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan.
c.. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
d. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri.
e. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok
dalam materi Team Building.
f. Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu.

g. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama.


h. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan.

i. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.

j. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

B. Kemampuan Awal Bela Negara

Agar bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita
harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni,
serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri
bangsa Indonesia.

1. Kesehatan Jasmani dan Mental

Kesehatan jasmani dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk menunaikan


tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang dengan kesehatan
jasmani yang kurang tidak mampu untuk melaksanakan atau menjalaninya.

Inti dari suatu kesehatan mental adalah sistem kendali diri yang bagus. Itu
sebabnya, salah satu cara mendapatkan kendali diri yang baik adalah dengan
memelihara kesehatan otak (healthy brain) lebih dari sekadar kenormalan otak
(normal brain).
2. Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental

Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk


melakuksanakan tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien.

Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi


mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai
tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik
tuntutan dalam diri sendiri maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri
dengan lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat.
3. Etika, Etiket dan Moral

Etika adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan
seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma kehidupan melalui tutur,
sikap, dan perilaku yang baik serta bermanfaat yang berlaku dalam suatu golongan,
kelompok, dan masyarakat serta pada institusi formal maupun informal (Erawanto,
2013)

Etiket adalah bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan
tata krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama
manusia dengan cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan
menimbulkan moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
komunikasi, hubungan baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain.
Moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

4. Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh


manusia di tempat ia hidup dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh
kebaikan. Kearifan Lokal dapat berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan
perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk menjalani hidup di berbagai
bidang kehidupan manusia. Kemudian Kearifan Lokal pun dapat berupa karya
terbarukan yang dihasilkan dari pelajaran warga setempat terhadap bangsa lain di
luar daerahnya.
AGENDA II
MODUL I

BERORIENTASI PELAYANAN

A. Konsep Pelayanan Publik

Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.

Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU


Pelayanan Publik, yaitu:
1. kepentingan umum;
2. kepastian hukum;
3. kesamaan hak;
4. keseimbangan hak dan kewajiban;
5. keprofesionalan;
6. partisipatif;
7. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
8. keterbukaan;
9. akuntabilitas;
10. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
11. ketepatan waktu; dan
12. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Untuk menjalankan fungsi tersebut, pegawai ASN bertugas :


1. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
3. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
1. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
2. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;

3. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Berorientasi Pelayanan
Penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan
publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan
layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien
masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Aparatur Sipil Negara sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan
senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan
tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan
yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan
pelayanan yang prima.
Pelayanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah dapat
terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang
diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari
hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing something
better and better).
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era
digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan
business as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola,
dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi
pelayanan publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah
dalam memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi pelayanan publik.
Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang mempengaruhi
tumbuh dan berkembangnya inovasi pelayanan publik, diantaranya komitmen dari
pimpinan, adanya budaya inovasi, dan dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara
pemerintah, partisipasi masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai
strategi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.
MODUL II
AKUNTABEL

A. Potret Layanan Publik Negeri Ini


1. Potret Layanan Publik Indonesia
Layanan publik di negeri ini kerap dimanfaatkan oleh ‘oknum’ pemberi layanan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok. Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’
digunakan oleh banyak ‘oknum’ untuk memberikan layanan spesial bagi mereka yang
memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari biasanya. Sayangnya, konsep ini sering
bercampur dengan konsep sedekah dari sisi penerima layanan yang sebenarnya tidak
tepat. Waktu berlalu, semua pihak sepakat, menjadi kebiasaan, dan dipahami oleh hampir
semua pihak selama puluhan tahun. Sehinga, di masyarakat muncul peribahasa baru,
sebuah sarkasme, ‘kalau bisa dipersulit, buat apa dipermudah’. Terminologi ‘oknum’
sering dijadikan kambing hitam dalam buruknya layanan publik, namun, definisi
‘oknum’ itu seharunya bila hanya dilakukan oleh segelintir personil saja, bila dilakukan
oleh semua, berarti ada yang salah dengan layanan publik di negeri ini.
2. Tantangan Layanan Publik
Tugas berat Anda sebagai ASN adalah ikut menjaga bahkan ikut berpartisipasi dalam
proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut. Karena, bisa jadi, secara
aturan dan payung hukum sudah memadai, namun, secara pola pikir dan mental, harus
diakui, masih butuh usaha keras dan komitment yang ekstra kuat.
3. Keutamaan Mental Melayani
Employer Branding yang termaktub dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021, “Bangga Melayani Bangsa”,
menjadi udara segar perbaikan dan peningkatan layanan publik. Namun, Mental dan Pola Pikir
berada di domain pribadi, individual. Bila dilakukan oleh semua unsur ASN, akan memberikan
dampak sistemik. Ketika perilaku koruptif yang negatif bisa memberikan dampak sistemik
seperti sekarang ini, sebaliknya, mental dan pola pikir positif pun harus bisa memberikan
dampak serupa.
B. Konsep Akuntabilitas
1. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada


seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN Akuntabilitas
adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya
sebaga pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada
publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).

2. Aspek – aspek Akuntabilitas


a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented). Hasil
yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil dan inovatif.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
d. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3. Pentingnya Akuntabilitas

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:

a. .Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);

b. .untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);

c. .untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

4. Tingkatan Akuntabilitas

a. Akuntabilitas Personal

b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok

d. Akuntabilitas Organisasi

e. Akuntabilitas

C. Panduan Perilaku Akuntabel


1. Akuntabilitas dan Integritas

Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi
andasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam
memberikan layanan kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa
sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya
Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi.

2. Integritas dan Anti Korupsi

Bangsa besar adalah bangsa yang meneladani integritas para tokoh bangsanya.
setidaknya, mereka membuktikan bahwa negeri ini pernah memiliki pemimpin-
pemimpin yang amanah, jujur, sederhana, dan sangat bertanggung jawab. Mereka
adalahfakta bahwa bangsa kita tidaklah memiliki budaya korupsi sejak lama. Dari
mereka, kitabisa optimistis, menjadi pribadi berintegritas dan amanah bukanlah
kemustahilan bagi kita.

3. Mekanisme Akuntabilitas

Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka


ekanisme kuntabilitas harus mengandung dimensi:

a. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality).


b. Akuntabilitas proses (process accountability).
c. Akuntabilitas program (program accountability).
d. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
4. Konflik Kepentingan
a. Keuangan
Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana, peralatan atau sumber daya
aparatur) untuk keuntungan pribadi.

Contoh :

1) Menggunakan peralatan lembaga/unit/divisi/bagian untuk memproduksi barang


yang akan digunakan atau dijual secara pribadi;
2) menggunakan peralatan lembaga/unit/divisi/bagian untuk memproduksi barang
yang akan digunakan atau dijual secara pribadi;
3) menerima hadiah atau pembayaran mencapai sesuatu yang diinginkan;
4) menerima dana untuk penyediaan informasi pelatihan dan / atau catatan untuk
suatu kepentingan;
5) menerima hadiah pemasok atau materi promosi tanpa otoritas yang tepat

b. Non-Keuangan

Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau orang
lain.

Contoh:

1) Berpartisipasi sebagai anggota panel seleksi tanpa menggunakan koneksi,


asosiasi atau keterlibatan dengan calon
2) Menyediakan layanan atau sumber daya untuk klub, kelompok asosiasi atau
organisasi keagamaan tanpa biaya
3) Penggunaan posisi yang tidak tepat untuk memasarkan atau mempromosikan
nilai-nilai atau keyakinan pribadi
5. Pengelolaan Gratifikasi yang Akuntabel

Dalam konteks nilai barang dan uang, ataupun konteks pegawai/pejabat negara,
gratifikasi bisa dikategorikan sebagai gratifikasi netral dan ilegal, sehingga harus
memutuskan, dilaporkan atau tidak dilaporkan. Ketika harus dilaporkan, menurut Pasal
12C UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Anda punya waktu hingga 30 hari sejak menerimanya. Namun dalam konteks
pola pikir, gratifikasi kerap memberikan dampak sangat buruk, yang tidak
terpikirkan, oleh Kita sebagai pemberi atau penerima.

6. Membangun Pola Pikir Anti Korupsi


Pentingnya akuntabilitas dan integritas menurut Matsiliza (2013) adalah nilai yang
wajib dimiliki oleh setiap unsur pelayan publik, dalam konteks modul ini adalah PNS.
Namun, secara spesifik, Matsiliza menekankan bahwa nilai integritas adalah nilai yang
dapat mengikat setiap unsur pelayan publik secara moral dalam membentengi institusi,
dalam hal ini lembaga ataupun negara, dari tindakan pelanggaran etik dan koruptif yang
berpotensi merusak kepercayaan masyarakat.

7. Apa yang Diharapkan dari Seorang ASN


a. ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode
etik yang berlaku untuk perilaku mereka;
b. ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat;
c. Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif;
d. ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh
kesopanan, kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk kepentingan
mereka, hak-hak, keamanan dan kesejahteraan;
e. PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera, memberikan
pertimbangan untuk semua informasi yang tersedia, undang-undang dan kebijakan
dan prosedur institusi tersebut;
f. ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu, memberikan masukan
informasi dan kebijakan.

D. Akuntabel Dalam Konteks Organisasi Pemerintahan


1. Transparansi dan Akses Informasi

Seperti bunyi Pasal 3 UU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi

Publik, tercantum beberapa tujuan, sebagai berikut:

a. Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan


publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik,
serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.

b. Mendorong partisipasi masyaraka dalam proses pengambilan kebijakan publik.


c. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan
pengelolaan Badan Publik yang baik.

d.. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif
dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan.

e. Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang


banyak.

f. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.;

g. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik


untuk menghasilkan layanan informasi.

2. Praktek Kecurangan dan Prilaku Korup

Isu etika menjadi sangat vital dalam administrasi publik dalam penyelenggaraan
pelayanan sebagai inti dari administrasi publik. Diskresi administrasi menjadi
starting point bagi masalah moral atau etika dalam dunia administrasi publik Rohr
(1989: 60 dalam Keban 2008: 166). Sayangnya etika pelayanan publik di Indonesia
belum begitu diperhatikan. Buruknya etika para aparatur pemerintah Indonesia
dapat terlihat dari masih banyaknya keluhan oleh masyarakat. Laporan
Ombudsman Tahun 2020 terkait kasus dugaan maladministrasi mengilustrasikan
hal tersebut.

3. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara

Fasilitas publik dilarang pengunaannya untuk kepentingan pribadi, sebagai contoh


motor atau mobil dinas yang tidak boleh digunakan kepentingan pribadi. Hal-hal
tersebut biasanya sudah diatur secara resmi oleh berbagai aturan dan prosedur yang
dikeluarkan pemerintah/instansi. Setiap PNS harus memastikan bahwa:

a. Penggunaannya diaturan sesuai dengan prosedur yang berlaku


b. Penggunaannya dilaklukan secara bertanggung- jawab dan efisien
c. Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggungjawab.
4. Penyimpanan, Penggunaan dan Informasi Pemerintah

Mulgan (1997) mengidentifikasikan bahwa proses suatu organisasi akuntabel


karena adanya kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan informasi dan data
yang dibutuhkan oleh masyarakat atau pembuat kebijakan atau pengguna informasi
dan data pemerintah lainnya. Informasi dan data yang disimpan dan dikumpulkan
serta dilaporkan tersebut harus relevant (relevan), reliable (dapat dipercaya),
understandable (dapat dimengerti), serta comparable (dapat diperbandingkan),
sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya oleh pengambil keputusan dan
dapat menunjukkan akuntabilitas publik.

5. Membangun Budaya Anti Korupsi di Organisasi Pemerintahan

Data dari Komisi Pemberantasn Korupsi Bulan Juni 2021, perkara Tindak Pidana
Korupsi masih banyak dilakukan oleh unsur Swasta (343 kasus), Anggota DPR dan
DPRD (282 kasus), Eselon I, II, III, dan IV (243 kasus), lain- lain (174 kasus), dan
Walikota/Bupati dan Wakilnya (135 kasus). Dari keseluruhan kasus, 80% adalah
kasus suap, gratifikasi, dan PBJ. Aulich (2011) mengatakan, terkait pemberantasan
korupsi, peran negara dalam menciptakan sistem antikorupsi dapat dilakukan
melalui peraturanperundangan, legislasi, dan perumusan kode etik ataupun
panduan perilaku. Indonesia tidak kekurangan regulasi yang mengatur itu semua,
Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Admnistrasi Pemerintahan, Surat
Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasinomor
20 Tahun 2021, bahkan Undan-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak
Pidana Korupsi.
MODUL III

KOMPETEN

A. Tantangan Lingkungan Strategis


1. Dunia VUCA

Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu
dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty).
Demikian halnya situasinya saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity)
serta ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon, 2018). Faktor VUCA menuntut
ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis pada kombinasi kemampuan teknikal
dan generik, dimana setiap ASN dapat beradaptasi dengan dinamika perubahan
lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan. Dalam hal ini, berdasarkan bagian isu
pembahasan pertemuan Asean Civil Service Cooperation on Civil Service Matters
(ACCSM) tahun 2018 di Singapura, diingatkan tentang adanya kecenderungan
pekerjaan merubah dari padat pekerja (labor intensive) kepada padat pengetahuan
(knowledge intensive).

Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru di atas,
perlunya pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan
nasional dan aparatur. Demikian halnya untuk mendukung pemutakhiran keahlian
ASN yang lebih dinamis, diperlukan pendekatan pengembangan yang lebih adaptif
dan mudah diakses secara lebih luas oleh seluruh elemen ASN.
2. Disrupsi Teknologi
Disrupsi teknologi dimaknai sebagai sebuah perubahan fundamental akibat
perkembangan sistem teknologi digital, yang mana teknologi digital atau robot mulai
menggantikan dan mengubah peran serta pekerjaan manusia. Kehadiran teknologi
digital membawa berbagai perubahan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, juga
perubahan pada sistem yang ada di Indonesia dan seluruh dunia.
3. Kebijakan Pembangunan Nasional
Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter ASN penting
diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah.
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9 (sembilan) Misi
Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu:

1. peningkatan kualitas manusia Indonesia;

2. struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;


3. pembangunan yang merata dan berkeadilan;
4. mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;

5. kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;

6. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;

7. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada setiap
warga;
8. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya;
9. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.

B. Kebijakan Pembangunan Aparatur


1. Merit Sistem
Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan
ASN harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk
tidak boleh ada perlakuan yang diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan
atau aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.
2. Pembangunan Aparatur RPJMN 2020-2024
Pembangunan Apartur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas
dunia (world class bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu
pelayanan publik yang semakin berkualitas dan tata kelola yang semakin efektif dan
efisien.
3. Karakter ASN
Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi:
integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing,
hospitality, networking, dan entrepreneurship.

C. Pengembangan Kompetensi
1. Konsepsi Kompetensi
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Hak Pengembangan Kompetensi
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya,
perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja
sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.

3. Pendekatan Pengembangan Kompetensi

Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik


untuk kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural. Salah satu kebijakan
penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN
adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Dalam menentukan pendekatan pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta


nine box pengembangan, dimana kebutuhan pengembangan pegawai, sesuai dengan
hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.
D. Perilaku Kompeten
1. Berkinerja dan Berakhlak
a. Setiap ASN sebagai profesional sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.
b. Selain ciri tersebut ASN terikat dengan etika profesi sebagai pelayan publik.
c. Perilaku etika profesional secara operasional tunduk pada perilaku BerAkhlak.
2. Learn, Unlearn, dan Relearn
Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah hal- hal yang benar-benar
baru, dan lakukan secara terus- menerus. Unlearn, nah, tahap kedua lupakan/tinggalkan
apa yang telah diketahui berupa pengetahuan dan atau kehalian. relearn, kita benar-
benar menerima fakta baru. Ingat, proses membuka perspektif terjadi dalam unlearn.

3. Meningkatkan Kompetensi diri


- Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
adalah keniscayaan.
- Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut
juga sebagai teori “net-centric”, merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
- Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis
online network.
- Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja
atau tempat lain.
- Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri
sendiri dalam interaksi dengan pegawai dalam organisasi dan atau luar organisasi.
4. Membantu Orang Lain Belaajar
- Sosialisasi dan Percakapan di ruang istirahat atau di kafetaria kantor termasuk
morning tea/coffee sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
- Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” atau forum terbuka (Knowledge Fairs and Open Forums).
- Mengambil dan mengembangkan pengetahuan yang terkandung dalam
dokumen kerja seperti laporan, presentasi, artikel, dan sebagainya dan
memasukkannya ke dalam repositori di mana ia dapat dengan mudah disimpan dan
diambil (Knowledge Repositories).
- Aktif untuk akses dan transfer Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer),
dalam bentuk pengembangan jejaring ahli (expert network), pendokumentasian
pengalamannya/pengetahuannya, dan mencatat pengetahuan bersumber dari refleksi
pengalaman (lessons learned).
5. Melaksanakan Tugas Terbaik
- Pengetahuan menjadi karya: sejalan dengan kecenderungan setiap
organisasi, baik instansi pemerintah maupun swasta, bersifat dinamis, hidup dan
berkembang melalui berbagai perubahan lingkungan dan karya manusia.
- Pentingnya berkarya terbaik dalam pekerjaan selayaknya tidak dilepaskan dengan
apa yang menjadi terpenting dalam hidup seseorang.
MODUL IV
HARMONIS

A. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia


1. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau.
Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai
270.203.917 jiwa pada tahun 2020, Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar
keempat di dunia. Indonesia juga dikenal karena kekayaan sumber daya alam, hayati,
suku bangsadan budaya nya. Kekayaan sumber daya alam berupa mineral dan
tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan diseluruh Indonesia.

2. Pentingnya Membangun Rasa Nasionalisme dan Persatuan Kebangsaan

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 1951 tentang


Lambang Negara, Bhinneka Tunggal Ika ditulis dengan huruf latin dalam bahasa Jawa
Kuno tepat di bawah lambang negara. Sebagaimana bunyi Pasal 5 sebagai berikut:

"Di bawah lambang tertulis dengan huruf latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa-
Kuno, yang berbunyi: BHINNEKA TUNGGAL IKA." Nampak jelas bahwa para
pendiri bangsa sangat peduli dan penuh kesadaran bahwa bangsa Indonesia merupakan
perkumpulan bangsa yang berbeda dan hanya rasa persatuan, toleransi, dan rasa saling
menghargai yang dapat membuat tegaknya NKRI.

Sejarah kejayaan bangsa dan kelamnya masa penjajahan karena terpecah belah telah
membuktikan hal tersebut.

3. Konsep dan Teori Nasionalisme Kebangsaan


- Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan
rasionalisasi seperti di contohkan dalam Negara Birokratis, ekonomi industry, dan
konsep sekuler tentang otonomi manusia.
- Aliran Primordialis dengan tokohnya Clifford Geertz (1963) melihat bahwa
bangsa merupakan sebuah pemberian historis, yang terus adir dalam sejarah
manusia dan memperlihatkan kekuatan inheren pada masa lalu dan generasi masa
kini.
- Perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian Hastings (1997) melihat bahwa
bangsa bisa ditemukan di pelbagai zaman sebelum periode modern. Dengan
demikian, dalam perspektif primordialis dan perspektif modernis, bangsa modern
bukanlah sesuatu yang baru, karena dia muncul sebagai kelanjutan dari periode
sebelumnya.
- Aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya John Amstrong (1982) dan
Anthony Smith (1986)‘ aliran ini mencoba menggabung ketiga pendekatan tersebut
diatas. Aliran etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-18,
merupakan sebuah spesies baru dari kelompok etnis yang pembentukannya harus
dimengerti dalam jangka panjang.
4. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman bagi ASN
- Konflik antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain.
Perbedaan suku seringkali juga memiliki perbedaan adat istiadat, budaya, sistem
kekerabatan, norma sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru terhadap
perbedaan ini dapat menimbulkan konflik dalam masyarakat.
- Konflik antaragama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki keyakinan
atau agama berbeda. Konflik ini bisa terjadi antara agama yang satu dengan agama
yang lain, atau antara kelompok dalam agama tertentu.
- Konflik antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain.
Pertentangan ini dapat disebabkan sikap rasialis yaitu memperlakukan orang
berbeda-beda berdasarkan ras.
- Konflik antargolongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat atau
golongan dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat
dibedakan atas dasar pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.
5. Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa

Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak
diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap
profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar
keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan
maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang
lebih baik. Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi,transparan, akuntabel,
dan memuaskan publik.
Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat mengatasi
permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Itulah sebabnya mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang
harmonis dalam lingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat
diperlukan.

B. Mewujudkan Suasana Harmonis dalam Lingkungan Bekerja dan Memberikan Layanan


dalam Mewujudkan Suasana Harmonis.
1. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN.

Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu
tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan
bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada
pelanggan.

2. Etika Publik ASN dalam mewujudkan Suasana dan Budaya Harmonis

Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan


baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan
kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.

3. Peran ASN dalam mewujudkan Suasana dan Budaya Harmonis

Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki pengetahuan


tentang historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses
perjuangan dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam
gerakan gerakan separatism dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahaan
dan menjadi ancaman bagi persatuan bangsa.
MODUL V

LOYAL

A. Konsep Loyal

Bagi seorang ASN, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak
terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk


mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:

1. Taat pada Peraturan.

2. Bekerja dengan Integritas

3. Tanggung Jawab pada Organisasi

4. Kemauan untuk Bekerja Sama.

5. Rasa Memiliki yang Tinggi


6. Hubungan Antar Pribadi

7. Kesukaan Terhadap Pekerjaan

8. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan

9. Menjadi teladan bagi Pegawai lain

B. Panduan Perilaku Loyal

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:

1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah

2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta

3. Menjaga rahasia jabatan dan negara


C. Loyal dalam Konteks Organisasi Pemerintah

Untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap organisasi,
hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:

1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki

2. Meningkatkan Kesejahteraan

3. Memenuhi Kebutuhan Rohani

4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir

5. Melakukan Evaluasi secara Berkala


MODUL VI

ADAPTIF

A. Mengapa Adaptif
1. Perubahan Lingkungan Strategis

Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional yang kompleks dan
terus berubah adalah tantangan tidak mudah bagi praktek-praktek administrasi publik,
proses-proses kebijakan publik dan penyelenggaraan pemerintahan ke depan. Dalam
kondisi di mana perubahan adalah sesuatu yang konstan, dengan nilai sosial ekonomi
masyarakat yang terus bergerak, disertai dengan literasi publik yang juga meningkat,
maka cara sektor publik dalam menyelenggarakan fungsinya juga memerlukan
kemampuan adaptasi yang memadai. Perubahan lingkungan strategis ini menjadi
sesuatu yang tidak terhindarkan. Tidak ada satu pun negara ataupun pemerintahan yang
kebal akan perubahan ini, pun demikian dengan Indonesia.

2. Kompetisi di Sektor Publik

Suatu negara dihadapkan pada situasi berkompetisi dengan negara lainnya dalam
pencapaian kinerjanya. Walaupun karakteristik kompetisi antar negara berbeda dengan
kompetisi yang terjadi di sektor bisnis. Sehingga negara pun dituntut untuk memiliki
kapasitas dan daya saing yang memadai dalam berkompetisi agar dapat menjadi yang
terbaik. Dengan demikian, kompetisi menjadi salah satu karakteristik penting dari
perubahan lingkungan strategis, yang mendorong dan memaksa negara untuk
berperilaku seperti dunia usaha, bersaing untuk menghasilkan kinerja terbaik.

Seluruh bentuk kompetisi di atas akan memaksa dan mendorong pemerintah baik
di tingkat nasional maupun daerah dengan motor birokrasinya untuk terus bersaing dan
beradaptasi dalam menghadapi setiap perubahan lingkungan yang terjadi. Adaptasi
menjadi kata kunci bagi negara untuk dapat menjadi kompetitif.

3. Komitmen Mutu

Penekanan pada mutu kerja juga secara makna juga tertuang dalam peran
Pegawai ASN sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12 UU No. 5 Tahun 2014 tentang
ASN, yaitu “sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.”

Dalam hubungan itu, maka efektivitas, efisiensi, inovasi dan mutu menjadi kata
kunci bagi ASN agar berkomitmen dalam memberikan pelayanan yang terbaik.
Konsekuensi penting dari komitmen mutu ini adalah bahwa ASN harus memastikan
pelayanan publik terselenggara sebaik mungkin dengan cara apapun, sekalipun harus
melakukan perubahan, penyesuaian atau “adaptasi” tentunya.

4. Perkembangan Teknonogi

Pelayanan publik berbasis digital menjadi salah satu tuntutan perkembangan


teknologi dan juga kebutuhan kemudahan bagi warga dalam mengakses dan
mendapatkannya. Digitalisasi pelayanan menjadi keharusan bagi pemerintah untuk
menyesuaikan dengan peningkatan literasi digital masyarakat.

Dalam rangka memahami perkembangan aspirasi dan kebutuhan masyarakat


terkini, pemerintah juga dapat memanfaatkan serta menganalisis big data, sehingga
dapat lebih mudah membaca dinamikanya. Bahkan tingkat kepercayaan publik pun
dapat dianalisis dari big data. Analisis big data tidak lagi menjadi kebutuhan marketing
saja, tetapi melebar lebih luas pada kebutuhan untuk melihat respon masyarakat
terhadap layanan pemerintah.

5. Tantangan Praktek Administrasi Publik

Praktek administrasi publik sebagai pengejawantahan fungsi pelayanan publik


oleh negara dan pemerintah selalu berhadapan dengan tantangan yang terus berubah
dari waktu ke waktu. Tantangan ini menjadi faktor yang memaksa pemerintah untuk
melakukan adaptasi dalam menjalankan fungsinya.

Dalam kasus yang berlaku di negara Amerika Serikat, tantangan bagi


administrasi publik menurut Gerton dan Mitchell (2019) dirumuskan sebagai berikut:

1. Melindungi dan Memajukan Demokrasi


a. Melindungi Integritas Pemilihan dan Meningkatkan Partisipasi Pemilih
b. Memodernisasi dan Menghidupkan Kembali Pelayanan Publik
c. Mengembangkan Pendekatan Baru untuk Tata Kelola dan Keterlibatan Publik
d. Memajukan Kepentingan Nasional dalam Konteks Global yang Berubah
e. Memperkuat Pembangunan Sosial dan Ekonomi
2. Menumbuhkan Keadilan Sosial
a. Hubungkan Individu ke Pekerjaan yang Bermakna
b. Membangun Komunitas Tangguh
c. Memajukan Kesehatan Fiskal Jangka Panjang Bangsa
3. Memastikan Kelestarian Lingkungan
a. Penatalayanan Sumber Daya Alam dan Mengatasi Perubahan Iklim
b. Ciptakan Sistem Air Modern untuk Penggunaan yang Aman dan Berkelanjutan
4. Mengelola Perubahan Teknologi
a. Memastikan Keamanan Data dan Hak Privasi Individu
b. Menjadikan Pemerintah yang siap AI

B. Memahami Adaptif
1. Kreativitas dan Inovasi

Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan


individu di dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk
mempertahankan keberlangsungan hidupnya.

Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang


ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan
mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir
kreatif.

2. Organisasi Adaptif

Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan


organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam
organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat
kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya.
3. Adaptif sebagai Nilai dan Budaya ASN

Budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter
adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai
tujuannya.

C. Panduan Perilaku Adaptif

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi
uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity
dengan agility.

1. Perilaku Adaptif Lembaga / Organisasi

Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon


perubahan lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel.
Budaya organisasi merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga
efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan
dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi.

2. Perilaku Adaptif Individual

Selain berlaku pada lembaga/organisasi, perilaku adaptif juga berlaku dan dituntut terjadi
pada individu. Individu atau sumber daya manusia (SDM) yang adaptif dan terampil kian
dibutuhkan dunia kerja ataupun industri yang juga semakin kompetitif. Karenanya,
memiliki soft skill dan kualifikasi mumpuni pada spesifikasi bidang tertentu, serta
mampu mentransformasikan teknologi menjadi produk nyata dengan nilai ekonomi
tinggi menjadi syarat SDM unggul tersebut.

3. Panduan Membangun Organisasi Adaptif


Membangun organisasi adaptif menjadi sebuah keharusan bagi instansi pemerintah
agar dapat menghasilkan kinerja terbaik dalam memberikan pelayanan publik.
Organisasi adaptif baik di sektor publik maupun bisnis dapat dibangun dengan
beberapa preskripsi yang kurang lebih sama, yaitu antara lain:

1. Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri


2. Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan
3. Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat Berlatih Berpikir Adaptif
D. Adaptif dalam Konteks Organisasi Pemerintah

1. Pemerintah yang Adaptif

Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu,


organisasi, dan lembaga di berbagai tingkat organisasi (Folke et al, 2005). Bentuk
pemerintahan ini juga menyediakan pendekatan kolaboratif fleksibel berbasis
pembelajaran untuk mengelola ekosistem yang disebut sebagai "pengelolaan bersama
adaptif". Sistem sosial-ekologis selama periode perubahan mendadak/krisis dan
menyelidiki sumber sosial pembaruan reorganisasi.
2. Pemerintah dalam Pusaran Perubahan yang Dinamis
Tata kelola yang dinamis mencapai relevansi saat ini dan masa depan dan efektivitas
melalui kebijakan yang terus beradaptasi dengan perubahan di lingkungan. Adaptasi
kebijakan tidak hanya pasif reaksi terhadap tekanan eksternal tetapi pendekatan proaktif
terhadap inovasi, kontekstualisasi, dan eksekusi. Inovasi kebijakan berarti baru dan ide-
ide segar dicoba dan dimasukkan ke dalam kebijakan sehingga hasil yang lebih baik dan
berbeda dapat dicapai. Ide-ide ini adalah dirancang secara kontekstual ke dalam
kebijakan sehingga warga negara akan menghargai dan menanggapi mereka dengan baik.
Namun ini bukan hanya tentang ide-ide baru dan desain kontekstual tetapi juga eksekusi
kebijakan yang membuat dinamis pemerintahan menjadi kenyataan (Neo & Chen, 2007:
13).
3. Pemerintah sebagai Organisasi yang Tangguh
Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat
organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan
budaya.
D. Studi Kasus Adaptif
1. Visi Indonesia 2045

Visi Indonesia Emas 2045 adalah sebuah gagasan dan harapan bahwa negara Indonesia
dapat menjadi negara yang berdaulat, maju, adil, dan makmur saat memperingati 100
tahun kemerdekaannya. Visi tersebut disusun dan disampaikan kepada publik pada
tnggal 9 Mei 2019 oleh Presiden Joko Widodo. Usia 100 tahun merupakan sebuah
perjalanan panjang dalam proses pembangunan sebuah bangsa dan negara. Seluruh
rakyat Indonesia pasti berharap bahwa negara Indonesia kelak menjadi negara yang
maju dan mampu menjadi lokomotif peradaban dunia.

2. Applikasi Peduli Lindungi

PeduliLindungi adalah aplikasi yang dikembangkan untuk membantu instansi


pemerintah terkait dalam melakukan pelacakan untuk menghentikan penyebaran
Coronavirus Disease (COVID-19).

Aplikasi ini mengandalkan partisipasi masyarakat untuk saling membagikan data


lokasinya saat bepergian agar penelusuran riwayat kontak dengan penderita COVID-19
dapat dilakukan.

Pengguna aplikasi ini juga akan mendapatkan notifikasi jika berada di keramaian atau
berada di zona merah, yaitu area atau kelurahan yang sudah terdata bahwa ada orang
yang terinfeksi COVID-19 positif atau ada Pasien Dalam Pengawasan.

Pada saat masyarakat mengunduh PeduliLindungi, sistem akan meminta persetujuan


pengguna untuk mengaktifkan data lokasi. Dengan kondisi lokasi aktif, maka secara
berkala aplikasi akan melakukan identifikasi lokasi pengguna serta memberikan
informasi terkait keramaian dan zonasi penyebaran COVID-19.

Hasil tracing ini akan memudahkan pemerintah untuk mengidentifikasi siapa saja yang
perlu mendapat penanganan lebih lanjut agar penghentian penyebaran COVID-19 dapat
dilakukan. Sehingga, semakin banyak partisipasi masyarakat yang menggunakan
aplikasi ini, akan semakin membantu pemerintah dalam melakukan tracing dan
tracking.
3. Kasus Ponsel Blackbarry dan Nokia

Merk ponsel Blackberry pernah merajai pasar ponsel di era 2000 an, sebagai produk
high-end. Penggunanya memiliki kesan dan kepuasan yang sangat tinggi, karena
spesifikasi dan teknologi yang ditawarkan sangat bagus pada masanya.

Saat ini Blackberry sudah tidak lagi diproduksi dan tidak bermain di segmen pasar
tradisionalnya. Selain muncul banyak pesaing dari merk lain, termasuk naiknya
ppularitas layanan pesan instan baru seperti whatsapp yang lebih menarik pengguna
untuk beralih dari BBM.

Perusahaan Blackberry mundur dari pasar, karena mengetahui bahwa masyarakat


pengguna handphone lebih menyukai telepon seluler yang berbasis android dan iOS.
Konsumen perlahan mulai meninggalkan Blackberry, karena merk lain menawarkan
lebih banyak fitur dan kemudahan. Perusahan ponsel seyogyanya menghasilkan produk
yang memenuhi kebutuhan konsumen yang ternyata sangat dinamis. Sekarang
Blackberry fokus di segmen pasar korporat, di mana pesaingnya belum banyak, dan kini
berhasil menjaga kesinambungan bisnisnya.

Di sisi lain, Nokia adalah contoh organisasi yang tidak adaptif. Dalam Bahasa
organisasi, perusahaan ini mengalami learning disability atau ketidakmampuan belajar.
Mereka berpikir bahwa perusahaan yang sudah leading selama ini tidak mungkin kalah.
Perusahaan terlena oleh kesuksesan masa lalu, sehingga gagal membaca perkembangan
yang terjadi pada lingkungan atau konsumennya. Secara sederhana Nokia mengalami
sindrom success causes failure: kesuksesan menjadi penyebab kegagalan.

Kedua kasus Blackberry dan Nokia menjadi pelajaran penting mengenai bagaimana
organisasi membutuhkan perubahan dan adaptasi terhadap lingkungannya. Kesalahan
dalam membaca perubahan lingkungan dan kesalahan dalam merespon perubahan
tersebut akan membawa akibat fatal bagi kelangsungan bisnis perusahaan. Kesuksesan
masa lalu hanya menjadi milestone yang pada akhirnya harus dijadikan lecutan untuk
mencari dan menciptakan kesuksesan berikutnya. Tidak ada kesuksesan organisasi yang
bertahan dengan pendekatan status quo.
MODUL VII

KOLABORATIF

A. Konsep Kolaboratif
1. Definisi Kolaboratif

Lindeke and Sieckert (2005) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah:

Collaboration is a complex process, which demands planned, intentional knowledge


sharing that becomes the responsibility of all parties (Lindeke and Sieckert, 2005).

2. Kolaborasi Pemerintahan

Ansell dan Gash A (2007:559), menyatakan kolaborasi pemerintahan mencakup


kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.

3. Whole of Gouverment :Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan

WoG merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan


sekat-sekat sektoral yang selama ini terbangun dalam model NPM. Bentuk
pendekatannya bisa dilakukan dalam pelembagaan formal atau pendekatan informal.

B. Praktik dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah.


1. Panduan Perilaku Kolaboratif

a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;

b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan


upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;

c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika
terjadi kesalahan);

d. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas)


Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;

e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;

f. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan


g. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan
yang diberikan.

2. Kolaboratif dalam konteks Organisasi Pemerintah

Astari dkk (2019) melakukan penelitian dengan hasil menunjukkan bahwa ada
beberapa faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah.
Penelitian tersebut merupakan studi kasus kolaborasi antar organisasi pemerintah dalam
penertiban moda transportasi di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kolaborasi mengalami beberapa hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena
perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi
juga tidak jelas.

3. Beberapa Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah.

Berdasarkan Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah, agar tercipta sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian berkewajiban membuat norma,
standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi Daerah dalam
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah dan menjadi
pedoman bagi kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan.
AGENDA III
MODUL I

SMART ASN

A. Literasi Digital
1. Percepatan Transformasi Digital

Transformasi digital menurut Vial (2019), memberikan lebih banyak informasi,


komputasi, komunikasi, dan konektivitas yang memungkinkan berbagai bentuk
kolaborasi baru di dalam jaringan dengan aktor yang terdiversifikasi. Realitas baru ini
menawarkan potensi luar biasa untuk inovasi dan kinerja dalam organisasi.

2. Pengertian Literasi Digital

Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,


memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan
yang layak, dan kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut
sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.

3. Peta Jalan Literasi Digital

Indikator Penyusunan Peta Jalan Literasi Digital

a. International Telecommunication Union (ICT Development Index)

- ICT Development Index (IDI) menggunakan pendekatan 3 kategori (ICT Access,


ICT Skills, ICT Use) dan 11 kriteria indikator

- Pada tahun 2017, peringkat ICT Development Index Indonesia berada di posisi
7 dari 11 negara di Asia Tenggara. Meskipun demikian, Indonesia mencatat
kenaikan skor yang cukup tinggi (+0,47) dalam waktu 1 tahun.

- Laporan ini belum diperbarui di tahun 2018-2019 karena data kurang memadai.

b. Institute of International Management Development (IMD Digital competitiveness


Ranking)

- IMD Digital Competitiveness menggunakan 3 kategori (Technology,


Knowledge, Future Readiness) dengan 9 sub-faktor dan 52 kriteria
indikator.

- Peringkat Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun sebelumnya, namun


masih lebih rendahdibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara
seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia.

- Pada tahun 2020, peringkat Indonesia ada di peringkat 56 dari 63 negara

c. Status Literasi Digital Indonesia Survei di 34 Provinsi (Katadata Insight Center)

- Survei ini dilakukan untuk mengukur tingkat literasi digital dengan menggunakan
kerangka “A Global Framework of Reference on Digital Literacy Skills”
(UNESCO, 2018).

- Melalui survei ini, responden diminta untuk mengisi 28 pertanyaan yang


disusunmenjadi 7 pilar, 4 sub-indeks menjadi sebuah Indeks Literasi Digital

4. Lingkup Literasi Digital

Terdiri dari Identifikasi target user dan total serviceable Market. 31,83 juta angkatan
bekerja dan 38,37 angkatan tidak bekerja. Tingkat penetrasi Indonesia sebesar 73,7%
dan masyarakat Indonesia yang masih belum mendapatkan internet sebesar 26,3%.

5. Implementasi Literasi Digital

Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture,
digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai
metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.

B. Pilar Literasi Digital


1. Etika Bermedia Digital

Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:

● Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
berinternet (netiquette)

● Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung


hoax dan tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
● Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang
sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku

● Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital


yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Budaya Bermedia Digital

Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


● Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan
kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
● Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan
nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
● Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam
berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
● Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung,
mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.

3. Aman Bermedia Digital


Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:
● Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint)
Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata sandi)
● Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang
terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
● Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan menyadari
adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
● Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital
serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi.
C. Implrmentasi Literasi Digital dalam Implikasinya
Saat ini dunia digital telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai fasilitas dan
aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk mencari informasi bahkan
solusi dari permasalahan kita sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat
Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini
melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit
setiap harinya. Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat
Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk belajar
dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi
Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling
melindungi hak digital setiap warga negara.
MODUL 2

MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga


diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.

A. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN

1. Kedudukan ASN

Aparatur Sipil Negara (ASN) berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.

ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain untuk
menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin
keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian,
pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya.

2. Peran ASN

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat
oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat
luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang
professional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap
warganegara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan
pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut untuk professional dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN senantiasa dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi
martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada
kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa
dalam penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas
persatuan dan kesatuan. ASN harus senantiasa mengutamakan dan mementingkan
persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara di atas
segalanya).

3. Hak dan Kewajiban ASN

Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut

PNS berhak memperoleh:

1) gaji, tunjangan, dan fasilitas;

2) cuti;

3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;

4) perlindungan; dan

5) pengembangan kompetensi

Sedangkan PPPK berhak memperoleh:

1) gaji dan tunjangan;

2) cuti;

3) perlindungan; dan

4) pengembangan kompetensi

Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN


disebutkan bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga
wajib memberikan perlindungan berupa:

1) jaminan kesehatan;

2) jaminan kecelakaan kerja;

3) jaminan kematian; dan

4) bantuan hukum.

Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual.
Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban
pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:

1) setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah
yang sah;

2) menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;

3) melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang


berwenang

4) menaati ketentuan peraturan perundang-undangan

5) melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran,


kesadaran, dan tanggung jawab

6) menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan


tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan

7) menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia


jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

8) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia.
d. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN

Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:

1) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;

2) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;

3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;

4) melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan

5) melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang


Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;

6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;

7) menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif,


dan efisien;

8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;

9) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak


lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;

10) tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan,


dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain;

11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN; dan

12) melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai disiplin


Pegawai ASN.
2. Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN

Sistem merit adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang menggambarkan


diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam pengelolaan ASN
yakni pada pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk melaksanakan
pekerjaanya (kompetensi dan kinerja).

Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan


dan sasaran organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas,
obyektivitas dan juga keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk
menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi
dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya
dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan pegaway yang
tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.

Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan
penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers
mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk
meningkatkan kinerja.

3. Mekanisme Pengelolaan ASN

Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK

Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,


pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian
kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan
pensisun dan hari tua, dan perlindungan

Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian


kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian
penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan.

Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,


kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerahdilakukan
secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS denganmemperhatikan syarat
kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak
jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang
mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan
Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan
yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2
(dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan
Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun.

Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian


memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan
pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang
disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri.

Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang
diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak
kehilangan status sebagai PNS.

Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga
kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN.
Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi
Pemerintah Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.
Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administrative.

Anda mungkin juga menyukai