AGENDA I
Wawasan Kebangsaan dan Nilai Bela Negara
Analisis Isu Kontemporer
Kesiapan Bela Negara
AGENDA II
Berorientasi pelayanan
Akuntabel
Kompeten
Harmonis
Loyal
Adaptif
Kolaboratif
AGENDA III
Smart ASN
Manajemen ASN
Bela negara
Bela Negara merupakan sebuah implementasi dari teori kontrak sosial atau
teori perjanjian sosial tentang terbentuknya negara. Dalam pandangan para
penganut kontrak teori sosial dinyatakan bahwa negara terbentuk karena keinginan
warga negara atau masyarakat untuk melindungi hak dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat agar supaya terjalin hubungan yang harmonis, damai, dan
tentram. Setiap warga negara memiliki kepentingan masing-masing, setiap kepentingan
pasti berpotensi menimbulkan konflik kepentingan di tengah masyarakat.
Konsep bela negara masa kini adalah cara terbaik menghadapi ancaman secara
rinci, dan apabila perlu dijelaskan pula lingkungan strategis dan konteks politik
yang menjadi latar belakang ancaman itu, dan bagaimana ancaman bisa masuk
dengan mudah ke tubuh bangsa dan negara Indonesia. Sebab apabila ancaman itu
telah berhasil diidentifikasi, maka negara akan dengan cepat, tanggap, dan senyap
dalam melakukan pengawasan dan tindakan, serta antisipasi.
Konsep bela negara modern itu sendiri bukanlah sebuah konsep baru yang
berseberangan dengan pakem yang sudah dibuat, namun di dalam konsep itu didefinisikan
kembali apa itu bela negara masa kini dan bagaimana menghadapi ancaman per ancaman
secara rinci, dan apabila perlu dijelaskan pula lingkungan strategis dan konteks politik
yang menjadi latar belakang ancaman itu, dan bagaimana ancaman bisa masuk
dengan mudah ke tubuh bangsa dan negara Indonesia. Sebab apabila ancaman itu telah
berhasil diidentifikasi, maka negara akan dengan cepat, tanggap, dan senyap dalam
melakukan pengawasan dan tindakan, serta antisipasi.
MODUL II
I.
A. Perubahan Lingkungan Strategis
Perubahan global (globalisasi) yang terjadi dewasa ini, memaksa semua bangsa
(Negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus perubahan tersebut akan
menghilang dan akan meninggalkan semua yang tidak mau berubah. Perubahan global
ditandai dengan hancurnya batas (border) suatu bangsa, dengan membangun pemahaman
dunia ini satu tidak dipisahkan oleh batas Negara. Hal yang menjadi pemicunya adalah
berkembang pesatnya teknologi informasi global, dimana setiap informasi dari satu penjuru
dunia dapat diketahui dalam waktu yang tidak lama berselang oleh orang di penjuru dunia
lainnya.
2. Narkoba
a. Pengertian, Penggolongan dan Sejarah Narkoba
Narkotika mengandung arti obat-obatan jenis narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya. Sehingga dengan menggunakan istilah narkotika berarti telah
meliputi narkotika,psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
Perang Candu I Pada Tahun 1839 – 1842 Dan Perang Candu I Pada Tahun 1856 –
1860.
Inggris dan Perancis (Eropa) melancarkan perang candu ke China, dengan
membanjiri candu (opium). Perang nirmiliter ini ditandai dengan penyelundupan
Candu ke China. Membanjirnya. Candu ke China berdampak melemahnya rakyat
China yang juga berdampak pada Kekuatan Militer China.
Narkoba jenis morphin sudah dipakai untuk keperluan perang saudara di
Amerika Serikat, Morphin digunakan militer untuk obat penghilang rasa sakit
apabila terdapat serdadu / tentara yang terluka akibat terkena peluru senjata api.
4. Money Laundring
a. Pengertian
pencucian uang adalah suatu perbuatan kejahatan yang melibatkan upaya untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan dari
hasil tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah
berasal dari aktivitas yang sah.
b. Sejarah Pencucian Uang
Sejak tahun 1980-an praktik pencucian uang sebagai suatu tindak kejahatan telah
menjadi pusat perhatian dunia barat, seperti negara-negara maju yang tergabung
dalam G-8, terutama dalam konteks kejahatan peredaran obat-obat terlarang
(narkotika dan psikotropika).
c. Tindak Pidana Pencucian Uang
Sesuai dengan Pasal 2 UU No. 8 Tahun 2010, tindak pidana yang menjadi
pemicu (disebut sebagai “tindak pidana asal”) terjadinya pencucian uang meliputi:
(a) korupsi; (b) penyuapan; (c) narkotika; (d) psikotropika; (e) penyelundupan
tenaga kerja; (f) penyelundupan imigran; (g) di bidang perbankan; (h) di bidang
pasar modal; (i) di bidang perasuransian; (j) kepabeanan; (k) cukai; (l)
perdagangan orang; (m) perdagangan senjata gelap; (n) terorisme; (o) penculikan;
(p) pencurian; (q) penggelapan; (r) penipuan; (s) pemalsuan uang; (t) perjudian;
(u) prostitusi; (v) di bidang perpajakan; (w) di bidang kehutanan; (x) di bidang
lingkungan hidup; (y) di bidang kelautan dan perikanan; atau (z) tindak pidana
lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih.
5. Proxy War
a. Sejarah
Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan saat
ini yang dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan aktor negara maupun
aktor non negara. Kepentingan nasional negara negara besar dalam rangka
struggle for power dan power of influence mempengaruhi hubungan
internasional. Proxy war memiliki motif dan menggunakan pendekatan hard
power dan soft power dalam mencapai tujuannya.
b. Proxy War Modern
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono Reksodiprojo
menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua
negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam
peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan. Perang Proksi
merupakan bagian dari modus perang asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan
perang konvensional. Perang asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh
besaran kekuatan tempur atau luasan daerah pertempuran. Perang proxy
memanfaatkan
perselisihan eksternal atau pihak ketiga untuk menyerang kepentingan atau
kepemilikan teritorial lawannya.
Analisis untuk memahami isu tersebut secara utuh dan kemudian dengan
enggunakan kemampuan berpikir konseptual dicarikan alternatif jalan keluar
pemecahan isu.
- Mind Mapping
- Fishbone Diagram
- Analisis SWOT
i. Menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin.
j. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.
Agar bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita
harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni,
serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri
bangsa Indonesia.
Inti dari suatu kesehatan mental adalah sistem kendali diri yang bagus. Itu
sebabnya, salah satu cara mendapatkan kendali diri yang baik adalah dengan
memelihara kesehatan otak (healthy brain) lebih dari sekadar kenormalan otak
(normal brain).
2. Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental
Etika adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan
seorang secara sadar untuk mentaati ketentuan dan norma kehidupan melalui tutur,
sikap, dan perilaku yang baik serta bermanfaat yang berlaku dalam suatu golongan,
kelompok, dan masyarakat serta pada institusi formal maupun informal (Erawanto,
2013)
Etiket adalah bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan
tata krama, sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama
manusia dengan cara yang baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan
menimbulkan moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
komunikasi, hubungan baik, dan saling memahami antara satu dengan yang lain.
Moral’ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
4. Kearifan Lokal
BERORIENTASI PELAYANAN
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Sebagaimana kita ketahui dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, pegawai ASN bertugas untuk:
1. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
2. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
B. Berorientasi Pelayanan
Penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan memenuhi
tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan
publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan
layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien
masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Aparatur Sipil Negara sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan
senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan
tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan
yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan
pelayanan yang prima.
Pelayanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah dapat
terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang
diberikan dapat melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari
hari kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing something
better and better).
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era
digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan
business as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola,
dan cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi
pelayanan publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah
dalam memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi pelayanan publik.
Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang mempengaruhi
tumbuh dan berkembangnya inovasi pelayanan publik, diantaranya komitmen dari
pimpinan, adanya budaya inovasi, dan dukungan regulasi. Adanya kolaborasi antara
pemerintah, partisipasi masyarakat, dan stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai
strategi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.
MODUL II
AKUNTABEL
4. Tingkatan Akuntabilitas
a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas
Akuntabilitas dan Integritas adalah dua konsep yang diakui oleh banyak pihak menjadi
andasan dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam
memberikan layanan kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa
sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya
Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi.
Bangsa besar adalah bangsa yang meneladani integritas para tokoh bangsanya.
setidaknya, mereka membuktikan bahwa negeri ini pernah memiliki pemimpin-
pemimpin yang amanah, jujur, sederhana, dan sangat bertanggung jawab. Mereka
adalahfakta bahwa bangsa kita tidaklah memiliki budaya korupsi sejak lama. Dari
mereka, kitabisa optimistis, menjadi pribadi berintegritas dan amanah bukanlah
kemustahilan bagi kita.
3. Mekanisme Akuntabilitas
Contoh :
b. Non-Keuangan
Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau orang
lain.
Contoh:
Dalam konteks nilai barang dan uang, ataupun konteks pegawai/pejabat negara,
gratifikasi bisa dikategorikan sebagai gratifikasi netral dan ilegal, sehingga harus
memutuskan, dilaporkan atau tidak dilaporkan. Ketika harus dilaporkan, menurut Pasal
12C UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
Anda punya waktu hingga 30 hari sejak menerimanya. Namun dalam konteks
pola pikir, gratifikasi kerap memberikan dampak sangat buruk, yang tidak
terpikirkan, oleh Kita sebagai pemberi atau penerima.
d.. Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif
dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan.
Isu etika menjadi sangat vital dalam administrasi publik dalam penyelenggaraan
pelayanan sebagai inti dari administrasi publik. Diskresi administrasi menjadi
starting point bagi masalah moral atau etika dalam dunia administrasi publik Rohr
(1989: 60 dalam Keban 2008: 166). Sayangnya etika pelayanan publik di Indonesia
belum begitu diperhatikan. Buruknya etika para aparatur pemerintah Indonesia
dapat terlihat dari masih banyaknya keluhan oleh masyarakat. Laporan
Ombudsman Tahun 2020 terkait kasus dugaan maladministrasi mengilustrasikan
hal tersebut.
Data dari Komisi Pemberantasn Korupsi Bulan Juni 2021, perkara Tindak Pidana
Korupsi masih banyak dilakukan oleh unsur Swasta (343 kasus), Anggota DPR dan
DPRD (282 kasus), Eselon I, II, III, dan IV (243 kasus), lain- lain (174 kasus), dan
Walikota/Bupati dan Wakilnya (135 kasus). Dari keseluruhan kasus, 80% adalah
kasus suap, gratifikasi, dan PBJ. Aulich (2011) mengatakan, terkait pemberantasan
korupsi, peran negara dalam menciptakan sistem antikorupsi dapat dilakukan
melalui peraturanperundangan, legislasi, dan perumusan kode etik ataupun
panduan perilaku. Indonesia tidak kekurangan regulasi yang mengatur itu semua,
Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Admnistrasi Pemerintahan, Surat
Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasinomor
20 Tahun 2021, bahkan Undan-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak
Pidana Korupsi.
MODUL III
KOMPETEN
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu
dunia yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty).
Demikian halnya situasinya saling berkaitan dan saling mempengaruhi (complexity)
serta ambiguitas (ambiguity) (Millar, Groth, & Mahon, 2018). Faktor VUCA menuntut
ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis pada kombinasi kemampuan teknikal
dan generik, dimana setiap ASN dapat beradaptasi dengan dinamika perubahan
lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan. Dalam hal ini, berdasarkan bagian isu
pembahasan pertemuan Asean Civil Service Cooperation on Civil Service Matters
(ACCSM) tahun 2018 di Singapura, diingatkan tentang adanya kecenderungan
pekerjaan merubah dari padat pekerja (labor intensive) kepada padat pengetahuan
(knowledge intensive).
Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru di atas,
perlunya pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan
nasional dan aparatur. Demikian halnya untuk mendukung pemutakhiran keahlian
ASN yang lebih dinamis, diperlukan pendekatan pengembangan yang lebih adaptif
dan mudah diakses secara lebih luas oleh seluruh elemen ASN.
2. Disrupsi Teknologi
Disrupsi teknologi dimaknai sebagai sebuah perubahan fundamental akibat
perkembangan sistem teknologi digital, yang mana teknologi digital atau robot mulai
menggantikan dan mengubah peran serta pekerjaan manusia. Kehadiran teknologi
digital membawa berbagai perubahan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, juga
perubahan pada sistem yang ada di Indonesia dan seluruh dunia.
3. Kebijakan Pembangunan Nasional
Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter ASN penting
diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah.
Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9 (sembilan) Misi
Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu:
7. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada setiap
warga;
8. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya;
9. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
C. Pengembangan Kompetensi
1. Konsepsi Kompetensi
Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Hak Pengembangan Kompetensi
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang
spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur,
dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3)
Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya,
perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang
harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja
sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau.
Nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai
270.203.917 jiwa pada tahun 2020, Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar
keempat di dunia. Indonesia juga dikenal karena kekayaan sumber daya alam, hayati,
suku bangsadan budaya nya. Kekayaan sumber daya alam berupa mineral dan
tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan diseluruh Indonesia.
"Di bawah lambang tertulis dengan huruf latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa-
Kuno, yang berbunyi: BHINNEKA TUNGGAL IKA." Nampak jelas bahwa para
pendiri bangsa sangat peduli dan penuh kesadaran bahwa bangsa Indonesia merupakan
perkumpulan bangsa yang berbeda dan hanya rasa persatuan, toleransi, dan rasa saling
menghargai yang dapat membuat tegaknya NKRI.
Sejarah kejayaan bangsa dan kelamnya masa penjajahan karena terpecah belah telah
membuktikan hal tersebut.
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak
diskriminasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap
profesional dan berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar
keuntungan pribadi atau instansinya belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan
maksud memperdayakan masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang
lebih baik. Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi,transparan, akuntabel,
dan memuaskan publik.
Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat mengatasi
permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Itulah sebabnya mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang
harmonis dalam lingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat
diperlukan.
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu
tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan
bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada
pelanggan.
LOYAL
A. Konsep Loyal
Bagi seorang ASN, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak
terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan
bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
Untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap organisasi,
hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
2. Meningkatkan Kesejahteraan
ADAPTIF
A. Mengapa Adaptif
1. Perubahan Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional yang kompleks dan
terus berubah adalah tantangan tidak mudah bagi praktek-praktek administrasi publik,
proses-proses kebijakan publik dan penyelenggaraan pemerintahan ke depan. Dalam
kondisi di mana perubahan adalah sesuatu yang konstan, dengan nilai sosial ekonomi
masyarakat yang terus bergerak, disertai dengan literasi publik yang juga meningkat,
maka cara sektor publik dalam menyelenggarakan fungsinya juga memerlukan
kemampuan adaptasi yang memadai. Perubahan lingkungan strategis ini menjadi
sesuatu yang tidak terhindarkan. Tidak ada satu pun negara ataupun pemerintahan yang
kebal akan perubahan ini, pun demikian dengan Indonesia.
Suatu negara dihadapkan pada situasi berkompetisi dengan negara lainnya dalam
pencapaian kinerjanya. Walaupun karakteristik kompetisi antar negara berbeda dengan
kompetisi yang terjadi di sektor bisnis. Sehingga negara pun dituntut untuk memiliki
kapasitas dan daya saing yang memadai dalam berkompetisi agar dapat menjadi yang
terbaik. Dengan demikian, kompetisi menjadi salah satu karakteristik penting dari
perubahan lingkungan strategis, yang mendorong dan memaksa negara untuk
berperilaku seperti dunia usaha, bersaing untuk menghasilkan kinerja terbaik.
Seluruh bentuk kompetisi di atas akan memaksa dan mendorong pemerintah baik
di tingkat nasional maupun daerah dengan motor birokrasinya untuk terus bersaing dan
beradaptasi dalam menghadapi setiap perubahan lingkungan yang terjadi. Adaptasi
menjadi kata kunci bagi negara untuk dapat menjadi kompetitif.
3. Komitmen Mutu
Penekanan pada mutu kerja juga secara makna juga tertuang dalam peran
Pegawai ASN sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12 UU No. 5 Tahun 2014 tentang
ASN, yaitu “sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.”
Dalam hubungan itu, maka efektivitas, efisiensi, inovasi dan mutu menjadi kata
kunci bagi ASN agar berkomitmen dalam memberikan pelayanan yang terbaik.
Konsekuensi penting dari komitmen mutu ini adalah bahwa ASN harus memastikan
pelayanan publik terselenggara sebaik mungkin dengan cara apapun, sekalipun harus
melakukan perubahan, penyesuaian atau “adaptasi” tentunya.
4. Perkembangan Teknonogi
B. Memahami Adaptif
1. Kreativitas dan Inovasi
2. Organisasi Adaptif
Budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter
adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai
tujuannya.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility,
Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi
uncertainty dengan understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity
dengan agility.
Selain berlaku pada lembaga/organisasi, perilaku adaptif juga berlaku dan dituntut terjadi
pada individu. Individu atau sumber daya manusia (SDM) yang adaptif dan terampil kian
dibutuhkan dunia kerja ataupun industri yang juga semakin kompetitif. Karenanya,
memiliki soft skill dan kualifikasi mumpuni pada spesifikasi bidang tertentu, serta
mampu mentransformasikan teknologi menjadi produk nyata dengan nilai ekonomi
tinggi menjadi syarat SDM unggul tersebut.
Visi Indonesia Emas 2045 adalah sebuah gagasan dan harapan bahwa negara Indonesia
dapat menjadi negara yang berdaulat, maju, adil, dan makmur saat memperingati 100
tahun kemerdekaannya. Visi tersebut disusun dan disampaikan kepada publik pada
tnggal 9 Mei 2019 oleh Presiden Joko Widodo. Usia 100 tahun merupakan sebuah
perjalanan panjang dalam proses pembangunan sebuah bangsa dan negara. Seluruh
rakyat Indonesia pasti berharap bahwa negara Indonesia kelak menjadi negara yang
maju dan mampu menjadi lokomotif peradaban dunia.
Pengguna aplikasi ini juga akan mendapatkan notifikasi jika berada di keramaian atau
berada di zona merah, yaitu area atau kelurahan yang sudah terdata bahwa ada orang
yang terinfeksi COVID-19 positif atau ada Pasien Dalam Pengawasan.
Hasil tracing ini akan memudahkan pemerintah untuk mengidentifikasi siapa saja yang
perlu mendapat penanganan lebih lanjut agar penghentian penyebaran COVID-19 dapat
dilakukan. Sehingga, semakin banyak partisipasi masyarakat yang menggunakan
aplikasi ini, akan semakin membantu pemerintah dalam melakukan tracing dan
tracking.
3. Kasus Ponsel Blackbarry dan Nokia
Merk ponsel Blackberry pernah merajai pasar ponsel di era 2000 an, sebagai produk
high-end. Penggunanya memiliki kesan dan kepuasan yang sangat tinggi, karena
spesifikasi dan teknologi yang ditawarkan sangat bagus pada masanya.
Saat ini Blackberry sudah tidak lagi diproduksi dan tidak bermain di segmen pasar
tradisionalnya. Selain muncul banyak pesaing dari merk lain, termasuk naiknya
ppularitas layanan pesan instan baru seperti whatsapp yang lebih menarik pengguna
untuk beralih dari BBM.
Di sisi lain, Nokia adalah contoh organisasi yang tidak adaptif. Dalam Bahasa
organisasi, perusahaan ini mengalami learning disability atau ketidakmampuan belajar.
Mereka berpikir bahwa perusahaan yang sudah leading selama ini tidak mungkin kalah.
Perusahaan terlena oleh kesuksesan masa lalu, sehingga gagal membaca perkembangan
yang terjadi pada lingkungan atau konsumennya. Secara sederhana Nokia mengalami
sindrom success causes failure: kesuksesan menjadi penyebab kegagalan.
Kedua kasus Blackberry dan Nokia menjadi pelajaran penting mengenai bagaimana
organisasi membutuhkan perubahan dan adaptasi terhadap lingkungannya. Kesalahan
dalam membaca perubahan lingkungan dan kesalahan dalam merespon perubahan
tersebut akan membawa akibat fatal bagi kelangsungan bisnis perusahaan. Kesuksesan
masa lalu hanya menjadi milestone yang pada akhirnya harus dijadikan lecutan untuk
mencari dan menciptakan kesuksesan berikutnya. Tidak ada kesuksesan organisasi yang
bertahan dengan pendekatan status quo.
MODUL VII
KOLABORATIF
A. Konsep Kolaboratif
1. Definisi Kolaboratif
2. Kolaborasi Pemerintahan
a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika
terjadi kesalahan);
Astari dkk (2019) melakukan penelitian dengan hasil menunjukkan bahwa ada
beberapa faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah.
Penelitian tersebut merupakan studi kasus kolaborasi antar organisasi pemerintah dalam
penertiban moda transportasi di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kolaborasi mengalami beberapa hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena
perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar hukum kolaborasi
juga tidak jelas.
SMART ASN
A. Literasi Digital
1. Percepatan Transformasi Digital
- Pada tahun 2017, peringkat ICT Development Index Indonesia berada di posisi
7 dari 11 negara di Asia Tenggara. Meskipun demikian, Indonesia mencatat
kenaikan skor yang cukup tinggi (+0,47) dalam waktu 1 tahun.
- Laporan ini belum diperbarui di tahun 2018-2019 karena data kurang memadai.
- Survei ini dilakukan untuk mengukur tingkat literasi digital dengan menggunakan
kerangka “A Global Framework of Reference on Digital Literacy Skills”
(UNESCO, 2018).
Terdiri dari Identifikasi target user dan total serviceable Market. 31,83 juta angkatan
bekerja dan 38,37 angkatan tidak bekerja. Tingkat penetrasi Indonesia sebesar 73,7%
dan masyarakat Indonesia yang masih belum mendapatkan internet sebesar 26,3%.
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture,
digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai
metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.
● Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
berinternet (netiquette)
MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
1. Kedudukan ASN
Aparatur Sipil Negara (ASN) berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari
pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain untuk
menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin
keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian,
pikiran, dan tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya.
2. Peran ASN
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat
oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat
luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang
professional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap
warganegara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan
pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut untuk professional dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN senantiasa dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi
martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada
kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa
dalam penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas
persatuan dan kesatuan. ASN harus senantiasa mengutamakan dan mementingkan
persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara di atas
segalanya).
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut
2) cuti;
4) perlindungan; dan
5) pengembangan kompetensi
2) cuti;
3) perlindungan; dan
4) pengembangan kompetensi
1) jaminan kesehatan;
4) bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual.
Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban
pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN; dan
Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan
penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers
mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk
meningkatkan kinerja.
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang
diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak
kehilangan status sebagai PNS.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga
kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN.
Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi
Pemerintah Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.
Upaya administratif terdiri dari keberatan dan banding administrative.