METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan dalam Penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
B. Variabel dan Definisi Operasional
C. Subyek Penelitian
1) Sampel
Sampel penelitian adalah staf dari UPT Puskesmas Susut II
2) Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan seluruh unit yang ada UPT Puskesmas Susut II
3) Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
D. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian menggunakan kuisioner yang menggunakan aplikasi
dari google form yang sudah dibuat.
E. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan table
silang.
BAB IV
A. Demografi Responden
Dari hasil survey jumlah responden jenis profesi yakni terdiri dokter umum 4
orang, bidan 11 orang, apoteker 1 orang, asisten apoteker 1 orang, analis laboratorium
1 orang, perawat 8 orang, tenaga penyuluh kesehatan 2 orang. Berdasarkan data
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Profesi
11
2
1 1 1
Profesi
Berdasarkan lama bekerja di puskesmas dibagi kedalam kurang dari 5 tahun dan
lebih dari 5 tahun bekerja dengan gambaran sebagai berikut.
Lama Bekerja
16
12
presentase
1. Keterbukaan Komunikasi
Jawaban
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon Total
Negatif Positif Sampel
1 Karyawan di unit kami bebas 0 1 27 28
berbicara jika melihat sesuatu
yang dapat berdampak negatif 0% 3,6% 96,4% 100%
pada pelayanan pasien
2 Karyawan di unit kami merasa 4 6 18 28
bebas untuk mempertanyakan
keputusan atau tindakan yang 14,3% 21,4% 64,3% 100%
diambil oleh atasannya
3 Karyawan di unit kami takut 20 5 3 28
bertanya jika terjadi hal yang
kelihatannya tidak benar 74,1 % 17,9 % 10,7 % 100%
Pada aspek keterbukaan informasi rerata responden memiliki respon positif dengan hasil
78,3 %. Berdasarkan hasil survey, dapat dijelaskan bahwa staff bebas mengungkapkan
pendapat, bebas bertanya tentang keputusan atau tindakanyan akan diambil, namun
kemungkinan masih merasa takut untuk bertanya ketika mengetahui ada yang tidak tepat
dalam pelayanan pasien. Hal ini menggambarkan staf melakukan komunikasi terbuka dalam
melaksanakan pelayanan kepada pasien.
Jawaban
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon Total
Negatif Positif Sampel
1 Karyawan di unit kami mendapat 0 7 21 28
umpan balik mengenai perubahan
yang dilaksanakan atas dasar 0 25% 71,4% 100
hasil
laporan insiden
2 Karyawan di unit kami mendapat 1 4 23 28
informasi mengenai insiden yang
terjadi di unit ini 3,6% 14,3% 82,1% 100%
Pada aspek umpan balik dan komunikasi tentang kesehatan rerata responden memiliki
respon positif dengan hasil 78,3 %. Berdasarkan hasil survey, umpan balik dan komunikasi
terhadap kesalahan merupakan hal yang terpenting setelah dilakukannya pelaporan insiden
keselamatan pasien. Salah satu dari prinsip inti dalam pelaporan kejadian adalah pelaporan
hanya bisa memberi manfaat apabila direspon secara konstruktif. Paling tidak terdapat umpan
balik dari analisis temuan. Umpan balik dari organisasi dan rekan satu tim merupakan bentuk
dari pembelajaran organisasi. Salah satu bentuk hambatan dalam sistem pelaporan kejadian
diantaranya adalah kurangnya umpan balik dari laporan kejadian. Adanya umpan balik dari
kejadian yang dilaporkan diharapkan dapat memberi tindakan perbaikan pada sistem
keselamatan pasien yang telah berjalan.
Jawaban
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon Total
Negatif Positif Sampel
1 Bila terjadi kesalahan tetapi 3 11 14 28
sempat diketahui dan dikoreksi
sebelum berdampak pada pasien, 10,7% 39,3% 50% 100
seberapa sering hal ini
dilaporkan?
2 Bila terjadi kesalahan, tetapi tidak 5 13 10 28
berpotensi mencederai pasien,
seberapa sering hal ini 17,9 46,6 35,7 100
dilaporkan?
3 Bila terjadi kesalahan yang dapat 5 12 11 28
mencederai pasien tetapi ternyata
tidak terjadi cedera, seberapa 17,9 42,9 39,2 100
sering hal ini
dilaporkan?
Pada aspek umpan balik dan komunikasi tentang kesehatan rerata responden memiliki respon
positif dengan hasil 42,4 %. Berdasarkan hasil survey, Hambatan yang terjadi adalah pada
pelaporan diantaranya perasaan takut akan disalahkan, perasaan kegagalan, takut akan
hukuman, kebingungan dalam bentuk pelaporan, kurang kepercayaan dari organisasi, kurang
menyadari keuntungan dari pelaporan.
Staf akan membuat pelaporan jika merasa aman apabila pembuat laporan tidak akan
menerima hukuman.
Jawaban
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon Total
Negatif Positif Sampel
1 Karyawan di unit kami sering 21 5 2 28
merasa bahwa kesalahan yang
mereka lakukan digunakan 75 17,9 7,1 100
untuk menyalahkan mereka
2 Bila unit kami melaporkan suatu 19 7 2 28
insiden, yang dibicarakan adalah
pelakunya bukan masalahnya 67,9 25 7,1 100
Pada aspek respon tidak menghukum terhadap terjadinya eror rerata responden memiliki
respon positif dengan hasil 60,9%. Berdasarkan hasil survey, responden memiliki
kecenderungan untuk takut disalahkan, perasaan kegagalan, takut akan hukuman,
kebingungan dalam bentuk pelaporan, kurang kepercayaan dari organisasi, kurang menyadari
keuntungan dari pelaporan.
5. Pembelajaran organisasi-perbaikan terus menerus
Jawaban
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon Total
Negatif Positif Sampel
1 Di unit kami, kesalahan yang 1 3 24 28
terjadi digunakan untuk membuat
perubahan kearah yang positif 3,6 10,7 85,7 100
Pada aspek pembelajaran organisasi rerata responden memiliki respon positif dengan hasil
85%. Berdasarkan hasil survey, responden memiliki kecenderungan untuk organisasi belajar
dari pengalaman sebelumnya dan mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi faktor
risiko terjadinya insiden sehingga dapat mengurangi atau mencegah insiden yan terjadi.
Hambatan atau kendala dalam pelaporan telah diidentifikasi sehingga proses pelaporan
insiden menjadi lebih mudah.
6. Persepsi keselamatan secara umum
Jawaban
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon Total
Negatif Positif Sampel
1 Unit kami tidak pernah 4 2 22 28
mengobarkan keselamtan pasien
untuk menyelesaikan 14,3 7,1 78,6 100
pekerjaan yang lebih banyak
2 Prosedur dan system di unit kami 2 6 20 28
sudah baik dalam mencegah
terjadinya eror 7,1 21,4 71,4 100
Pada aspek pembelajaran organisasi rerata responden memiliki respon positif dengan hasil
66,5%. Berdasarkan hasil survey, Persepsi adalah proses menginterpretasikan sensasi
sehingga membuat sensasi tersebut memiliki arti. Persepsi merupakan proses pengamatan
seseorang yang berasal dari komponen kondisi yang dipengaruhi oleh faktor pengalaman,
proses belajar, wawasan dan pengetahuan. Faktor yang mempengaruhi persepsi dapat berasal
dari pihak yang membentuk persepsi, dalam obyek atau target yang dipersepsikan atau dalam
konteks situasi dimana persepsi tersebut dibuat. Sesuai hasil survey diatas
komponenkomponen tersebut mempengaruhi dalam keselamatan pasien diantaranya
mencakup analisis risiko, pelaporan insiden dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, dan umpan balik dari insiden. Hal tersebut menggambarkan bahwa staf memiliki
persepsi positif cukup sedang terhadap keselamatan pasien.
7. Staffing
Jawaban
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon Total
Negatif Positif Sampel
1 Unit kami memiliki cukup staf 3 7 18 28
untuk menangani beban kerja
yang berlebih 10,7 25 64,3 100
Pada aspek staffing rerata responden memiliki respon positif dengan hasil 67%. Berdasarkan
hasil survey bahwa dimensi Staffing dapat diartikan Budaya keselamatan pasien dalam
kategori sedang, Hal ini kemungkinan disebabkan karena sumber daya manusia di rumah
sakit sebagai tenaga profesional pelaksana langsung pelayanan belum memenuhi kecukupan
baik kuantitas dan kualitas. Namun pelayanan tetap harus dilaksanakan secara optimal.
8. Ekspektasi dan kegiatan supervisor/manager yang
mendukung keselamatan
Jawaban
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon Total
Negatif Positif Sampel
1 Manajer/supervisor di unit kami 3 7 18 28
memberi pujian jika melihat
pekerjaan diselesaikan sesuai 10,7 25 64,3 100
prosedur keselamatan pasien
yang berlaku
2 Manajer/supervisor dengan serius 0 6 22 28
mempertimbangkan masukan staf
untuk meningkatkan keselamatan 0 21,4 78,6 100
pasien
Pada aspek staffing rerata responden memiliki respon positif dengan hasil 77%. Pada
dimensi ini kepala unit yang memiliki wewenang dalam mengatur dan mengendalikan
kegiatan anggota dalam meyakinkan pelayanan yang aman bagi pasien. Hal tersebut dapat
disebabkan para manajer sebagai lini pertama memiliki peran kritis dalam mendukung
budaya keselamatan pasien dengan kepemimpinan efektif dalam menciptakan lingkungan
yang positif bagi keselamatan pasien.
Berdasarkan hasil survey, manajer telah memberikan dukungannya terhadap keselamatan
pasien dibuktikan dengan beberapa poin dalam kuesioner yang mendapat respon positif yang
tinggi diantaranya manajer dapat mendengar dan mepertimbangkan saran dari bawahannya
untuk meningkatkan keselamatan pasien. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari
kepemimpinan efektif dalam menciptakan lingkungan yang positif bagi keselamatan pasien.
9. Teamwork dalam unit
Jawaban
No Aspek yang ditanyakan Respon Netral Respon Total
Negatif Positif Sampel
1 Karyawan di unit kami saling 0 1 27 28
mendukung
0 3,6 96,4 100
Pada aspek kerjasama rerata responden memiliki respon positif dengan hasil 85%. Pada
dimensi kerja sama dalam unit dapat diartikan bahwa budaya keselamatan pada dimensi kerja
sama dalam unit diketegorikan budaya kuat. Penurunan tersebut kemungkinan disebabkan
karena banyak anggota unit yang merupakan anggota baru dan harus melakukan penyesuaian
dengan rekan kerjanya, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan dalam kekompakan
dalam unit. Kerjasama dalam unit menunjukkan sejauh mana anggota suatu divisi kompak
dan bekerja sama dalam tim. Kerja sama didefinisikan sebagai kumpulan individu dengan
keahlian spesifik yang bekerja sama dan berinteraksi untuk mencapai tujuan Bersama.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Hasil dari survey budaya keselamatan pasien pada UPT Puskesmas Susut II adalah sebagai
berikut:
Tabel 1 hasil survey Budaya Keselamatan Pasien
Dimensi Budaya Keselamatan Pasien Hasil survey
1. Keterbukaan Komunikasi Respon positif 78%
2. Umpan Balik dan Komunikasi Respon positif 78%
Tentang Kesehatan
3. Frekuensi Laporan Kejadian respon positif 42,4 %
4. Respon Tidak menghukum respon positif 60,9%..
terhadap terjadinya error
5. Pembelajaran organisasi- respon positif 85%
perbaikan terus menerus
6. Persepsi keselamatan secara respon positif 66,5%.
umum
7. Staffing respon positif 67%
8. Ekspektasi dan kegiatan respon positif 77%.
supervisor/manager yang
mendukung keselamatan
9. Teamwork dalam unit respon positif 85%
Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa beberapa dimensi budaya keselematan pasien
memerlukan peningkatan yaitu pada dimensi frekuensi laporan kejadian, persepsi
keselamatan secara umum dan staffing.
B. Saran:
Disarankan bagi UPT Puskesmas Susut II mempertahankan, mengembangkan program-
program keselamatan pasien yang telah berjalan dan memelihara budaya keselamatan pasien
yang telah berjalan serta melaksanakan evaluasi secara berkelanjutan terhadap penerapan
budaya keselamatan pasien secara menyeluruh dengan didukung oleh kebijakan dan
mengaktualisasikan program keselamatan pasien yang terancang secara sistematis di semua
instalasi atau bidang secara berkesinambungan agar berjalan efektif dan efisien. Saran-saran
yang membangun dan dapat diterapkan dan dilaksanakan sebaiknya segera dapat
ditindaklanjuti.
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
1 – 5 tahun 16 – 20 tahun
1 – 5 tahun 16 – 20 tahun
20 – 39 jam 80 – 99 jam
1. Keterbukaan Komunikasi
Di bagian anda bekerja ketika terjadi suatu kesalahan, seberapa seringkah kasus itu
dilaporkan
1. Pihak puskesmas
mengembangkan budaya kerja
yang selalu mempromosikan
keselamatan pasien
3. Strategi manajemen a
menempatkan keselamatan pasien
yang paling utama
6. Pembelajaran Berkelanjutan
C
A B D E
Dapat
Sempurna Baik Sedang Buruk
Diterima
Keterangan
8. Stafing
1. Keterbukaan Komunikasi
2. Kami diinformasikan 1 2 3 4 5
tentang hal-hal mengenai
kesalahan yang terjadi
1. Pihak puskesmas 1 2 3 4 5
mengembangkan budaya
kerja yang selalu
mempromosikan
keselamatan pasien
6. Pembelajaran Berkelanjutan
Dapat Sangat
Sempurna Baik Buruk
diterima buruk
Skor 5 Skor 4 Skor 2
Skor 3 Skor 1
8. Stafing
4. Terkadang kami 1 2 3 4 5
menggunakan staf pegawai
tambahan demi
keselamatan pasien
5. Bagian di puskesmas 1 2 3 4 5
bekerjasama untuk pela
terbaik bagi pasien