Anda di halaman 1dari 5

WEB OF CAUSATION

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Dosen Pembimbing: Ns. Nur Eni, S.Kep.,M.Kep.,Sp.A

Disusun Oleh:
Nurul Khikmah
NPM. 18220100036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
BBLR
(BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
PENGERTIAN KOMPLIKASI
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 2500gram tanpa 1. Gangguan pernapasan
memandang usia gestasi. KLASIFIKASI BBLR a. Sindroma gangguan pernapasan
Menurut harapan hidup:
b. Asfiksia
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1.500-
2,500 gram. c. Aspirasi mekonium
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir d. Retrolental fibroplasia
INSIDEN 1.000-1.500 gram. 2. Gangguan metabolik
Epidemiologi BBLR di Indonesia menurut data 3. Bayi dengan berat badan ekstrim rendah (BBLER), a. Hipotermi
Riskesdas tahun 2018 sebanyak 6,2% berat lahir < 1000 gram. b. Hipoglikemia
Menurut masa gestasinya: c. Masalah pemberian ASI
1. Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat 3. Gangguan imunitas
derajat prematuritas di golongkan menjadi 3 a. Gangguan imunologik
kelompok: b. Ikterus
a. Bayi sangat prematur (extremely prematur ): 24-
ETIOLOGI 4. Gangguan sistem peredaran darah
30 minggu.
1. Prematur : 50 % yang diketahui diantaranya: b. Bayi prematur sedang (moderately prematur ) : a. Masalah perdarahan
a. Kehamilan ganda 31-36 minggu. b. Anemia
b. Hidramnion c. Borderline Premature : 37-38 minggu. Bayi ini c. Gangguan jantung
c. Perdarahan antepartum bersifat premature dan mature. d. Gangguan pada otak
d. Penyakit pada wanita hamil induksi atau 2. Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) 5. Gangguan cairan elektrolit
persalinan prematur. terdapat banyak istilah untuk menunjukkan bahwa a. Gangguan eliminasi
2. SGA / KMK bayi KMK dapat menderita gangguan pertumbuhan di b. Distensi abdomen
a. Kongenital dalam uterus (intra uterine growth retardation / c. Gangguan pencernaan
b. Infeksi IUGR). d. Gangguan elektrolit
c. Gangguan aliran darah ke janin.

v v
PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
MANIFESTASI KLINIS 1. Pemeriksaan diagnostic
PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Berat kurang dari 2.500 gram  Leukosit
b. Panjang kurang dari 45 cm  Hematokrit (Ht) 1. Mempertahankan suhu badan bayi
c. Lingkar dada <30 cm dan lingkar kepala <33 cm  Hemoglobin (Hb) 2. Pengaturan dan pengawasan intake
d. Umur kehamilan <37 minggu  Bilirubin nutrisi (ASI)
e. Kulit tipis, transparan, rambut lanuago banyak, lemak  Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI. 3. Pencegahan infeksi
berkurang  Pemeriksaan Analisa gas darah. 4. Penimbangan berat badan
f. Otot hipotonik lemah dan pernafasan tidak teratur dapat 2. Pemeriksaan Penunjang 5. Pemberian oksigen
terd=jadi apnea  Pemeriksaan gula darah 6. Pengawasan jalan nafas
g. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut fleksi  Pemeriksaan darah rutin 7. Tali pusat dalam keadaan bersih
h. Pernafasan 40-50 kali permenit dan nadi 100-140x /mnt  Pemeriksaan Ballard Scor
SDKI Resiko Termoregulasi tidak
efektif b.d Suplai lemak subkutan PATOFISIOLOGI SDKI Pola nafas tidak efektif
tidak memadai. b.d Imaturits neurologis.
SLKI Termoregulasi Neonatus SLKI Pola nafas membaik
membaik dengan KH: Prematuritas, dengan KH:
1. Dasar kuku sianosis menurun dismaturitas,
2. Suhu tubuh meningkat
1. Dispneu dan penggunaan otot
SGA/KMK bantu nafas menurun
3. Pengisian kapiler meningkat
4. Ventilasi meningkat 2. Pemanjangan fase ekspirasi
SIKI Regulasi termoregulasi dan pernafasan cuping
Gangguan sirkulasi
Observasi: hidung menurun
uretoplasenta
1. Monitor suhu bayi sampai stabil 3. Frekuensi nafas dan
(36,5 C- 37,5 C) setiap 2 jam kedalaman nafas membaik
2. Monitor frekuensi pernafasan dan Insufisiensi plasenta SIKI Pemantauan Respirasi
nadi Observasi:
3. Monitor warna dan suhu kulit & 1. Monitor frekuensi, irama,
tanda-tanda hivopolemia Suplai nutrient dan O2 kedalaman, upaya nafas dan
Teraupetik:
tidak adekuat pola nafas
1. Pasang alat pembantu suhu
kontinu, jika perlu 2. Monitor kemampuan batuk
2. Tingkatkan asupan cairan dan Gangguan pertumbuhan efektif
nutrisi yang adekuat intraurine 3. Monitor adanya prosukesi
3. Gunakan topi bayi setelah lahir sputum & adanya sumbatan
untuk mencegah kehilangan panas jalan nafas
4. Pertahankan kelembababn BBLR 4. Palpasi kesimetrian ekspansi
incubator 50% untuk mengurangi paru dan auskultasi bunyi
kehilangan panas karena proses nafas
evaporasi
Kurangnya jaringan Imatur organ Imaturitas paru 5. Monitor saturasi oksigen &
5. Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan lemak di bawah kulit pencernaan nilai AGD
6. Hangatkan terlebih dahulu bahan- dan struktur kulit Teraupetik
bahan yang akan kontak dengan imatur Refleks isap, telan dan Alveoli sulit 1. Atur interval pemantauan
bayi mengembang respirasi sesuai kondisi
7. Hindari meletakkan bayi didaerah batuk belum sempurna pasien
terbuka Resiko Termoregulasi 2. Dokumentasikan hasil
Edukasi Tidak efektif (D.0149) Pola Nafas Tidak pemantauan
Intake menurun Efektif (D.0005)
1. Jelaskan cara pencegahan Edukasi
hipotermi karena terpapar udanga 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
dingin pemantauan (pada orang tua
2. Demonstrasikan teknik perawatan Defisit Nutrisi Intake protein bayi)
metode kanguru (PMK) untuk bayi menurun
BBLR 2. Informasikan hasil
Kolaborasi pemantauan
Kolaborasi pemberian antipiretik
Kurangnya imunoglobin

SDKI (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan SDKI (D.0142) Resiko infeksi b.d Malnutrisi
menelan makanan SLKI (L.03031) Status nutrisi bayi membaik dengan
Kurangnya
SLKI (L.03031) Status nutrisi bayi membaik dengan KH: KH:
imunnoglobin 1. Berat badan meningkat
1. BB & panjang badan meningkat
2. Panjang badan meningkat
2. Kulit kering & membrane mukosa kuning menururn 3. Kulit kuning menurun
3. Prematuritas & pucat menurun 4. Prematuritas menurun
Pertahanan imunologis
4. Kesulitan makan menurun 5. Pucat menurun
5. Lapisan lemak membaik kurang 6. Kesulitan makan menelan menurun
SIKI (I.03123) Pemantauan nutrisi 7. Lapisan lemak membaik
Observasi: SIKI (I.14539) Pencegahan infeksi
Resiko Infeksi Observasi:
1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi (missal gangguan Monitor tanda dan gejala infeksi local dan iskemik
menelan) Teraupetik:
2. Identifikasi perubahan berat badan, kelainan pada kulit &rambut 1. Batasi jumlah pengunjung
3. Identifikasi kemampuan menelan 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
4. Identifikasi kelainan eliminasi (diare, eliminasi yang tidak teratur) pasien dan lingkungan pasien
5. Monitor warna konjungtiva & hasil laboratorium 3. Pertahankan teknik aseptic
Edukasi
Teraupetik: Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1. Timbang berat badan & hitung perubahan BB 1. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar (pada
2. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien orang tua bayi)
3. Dokumentasian hasil pemantauan Kolaborasi:
Edukasi: Kolaborasi pemberian imunisasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan pada orang tua pasien

SUMBER
Arief, N. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta: AR Group.
Maryunani, A. (2009). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: TIM.
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc Edisi Revisi Jilid. Pjogjakarta: Mediaction.
https://www.scribd.com/document/519406456/WOC-BBLR (di akses tanggal 22 februari 2023)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi 1. Jakarta.
Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1. Jakarta.
Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1. Jakarta.
Persatuan perawat Indinesia

Anda mungkin juga menyukai