Anda di halaman 1dari 14

BBLR

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
PURNAMA SARI
NURI VERAWATI
A. KONSEP DASAR
a) PENGERTIAN
Bayi Berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang saat dilahirkan
memiliki berat badan senilai < 2500 gram tanpa menilai masa gestasi. (Sholeh, 2014).
Pada tahun 1961 oleh World Health Organization (WHO) semua bayi yang telah lahir
dengan berat badan saat lahir kurang dari 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants
atau Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Banyak yang masih beranggapan apabila BBLR hanya terjadi pada bayi prematur
atau bayi tidak cukup bulan. Tapi, BBLR tidak hanya bisa terjadi pada bayi prematur, bisa
juga terjadi pada bayi cukup bulan yang mengalami proses hambatan dalam
pertumbuhannya selama kehamilan (Profil Kesehatan Dasar Indonesia, 2014).
b) KLASIFIKASI
a. BBLR : Berat Badan Lahir Rendah ( berat lahir kurang dari 2500 gram)
b. BBLSR : Berat badan lahir sangat rendah (Berat lahir antara 1000-1500 gram)
c. BBLASR : Berat badan lahir amat sangat rendah (berat lahir kurang 1000 gram)
Bila usia gestasi dipertimbangkan,BBLR terdiri dari
a) BBLR dengan usia gestasi > 37 minggu (Kecil Masa Kehamilan / KMK)
b) BBLR dengan usia gestasi < 37 minggu (Premature/ Neonatus kurang Bulan)
c) BBLR dengan usia gestasi < 37 Minggu (NKB)
d) BBLR dengan usia gestasi > 37 minggu (KMK)

c) PENYEBAB BBLR
a) BBLR dengan gestasi < 37 minggu 70 % berkaitan dengan KPD
 Kondisi Ibu
o Kelainan bentuk uterus
o Kelainan plasenta : Letak rendah
o Penyakit kronik : anemi, DM
o Infeksi : ISK,HIV
o Terpapar rokok,zat addiktif
 Kondisi janin : Kembar, dll
b) BBLR dengan gestasi > 37 minggu
 Variasi normal 10%
 Kelainan kromosom 10%
 Infeksi 5%
 Kelainan uterus 1%
 Defek plasenta / tali pusat 2%
 Penyakit vaskul;ar ibu 3%
 Obat-obat,rokok 5%
 Lain-lain 32%
d) MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis atau biasa disebut gambaran klinis biasanya digunakan untuk
menggambarkan sesuatu kejadian yang sedang terjadi. Manifestasi klinis dari BBLR
dapat dibagi berdasarkan prematuritas dan dismaturitas. Manifestasi klinis dari
premataturitas yaitu :
a) Berat lahir bernilai sekitar < 2.500 gram, panjang badan < 45 cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
b) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c) Kulit tipis dan mengkilap dan lemak subkutan kurang.
d) Tulang rawan telinga yang sangat lunak.
e) Lanugo banyak terutama di daerah punggung.
f) Puting susu belum terbentuk dengan bentuk baik.
g) Pembuluh darah kulit masih banyak terlihat.
h) Labia minora belum bisa menutup pada labia mayora pada bayi jenis
kelamin perempuan, sedangkan pada bayi jenis kelamin laki – laki belum
turunnya testis.
i) Pergerakan kurang, lemah serta tonus otot yang mengalami hipotonik.
j) Menangis dan lemah.
k) Pernapasan kurang teratur.
l) Sering terjadi serangan apnea.
m) Refleks tonik leher masih lemah.
n) Refleks mengisap serta menelan belum mencapai sempurna (Saputra,
2014).
Selain prematuritas juga ada dismaturitas. Manifestasi klinis dari dismaturitas sebagai
berikut :
a) Kulit pucat ada seperti noda
b) Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis
c) Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada
d) Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis
e) Bayi tampak gersk cepat, aktif, dan kuat
f) Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan (Saputra, 2014)

e) MASALAH YANG DIHADAPI BBLR


a) BBLR < 37 Minggu
o Asfiksi
o Gangguan pernafasan
o Thermoregulasi
o System syaraf
o Nuitrisi, metabolisme
o Ginjal,darah, kekebalan
b) BBLR > 37 Minggu
o Asfiksi
o Gangguan pernafasan
o Thermoregulasi
o Polisetemi
o Nutrisi,metabolism
o Kekebalan
f) KOMPLIKASI
a. Sindrom aspirasi meconium
b. Hipoglikemia simptomatik
c. Asfiksia Neonatorum
d. Hiperbilirubin
g) PENATALAKSANAAN BBLR
a. Pemberian Nutrisi
Pada prinsipnya, pemberian nutrisi pada bayi prematur dengan BBLR maupun
pada bayi cukup bulan dengan BBLR sama saja, yakni bertujuan untuk
mengoptimalkan pertumbuhan, perkembangan, metabolisme dan status imunitas
bayi.
Pemberian nutrisi yang baik pada bayi dengan BBLR harus mencakup beberapa
aspek penting, yakni metode pemberian nutrisi, jenis nutrisi yang diberikan, waktu
dan frekuensi pemberian nutrisi, serta jumlah pemberian nutrisi.
b. Metode Pemberian Nutrisi
Metode pemberian nutrisi terbagi menjadi dua yakni melalui jalur enteral
(melalui pipa orogastrik) dan parenteral (Total Parenteral Nutrition / TPN). Metode
pemberian nutrisi enteral lebih direkomendasikan dibandingkan jalur parenteral.
Jalur parenteral memiliki risiko untuk terjadi komplikasi seperti sepsis dan infeksi.
Sehingga, terapi parenteral tidak dijadikan metode utama dalam pemberian
nutrisi, melainkan hanya menjadi terapi tambahan pada beberapa kasus kritis
tertentu.
c. Jenis Nutrisi
Jenis nutrisi terbaik yang dapat diberikan pada bayi BBLR adalah ASI atau
kolostrum. Pilihan kedua adalah ASI yang berasal dari donor dan pilihan ketiga
adalah susu formula. ASI atau ASI donor memberikan banyak manfaat bagi bayi
karena kaya akan sel imun, faktor-faktor imunitas, dan enzim-enzim yang baik
untuk pencernaan bayi.
Bayi yang mendapat ASI juga memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami
Necrotizing Enterocolitis (NEC) dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan susu
formula. Pemberian ASI dapat ditambahkan dengan fortifikasi ASI yang dapat
memenuhi kebutuhan protein bayi. ASI juga merupakan nutrisi yang tepat untuk
bayi prematur.
d. Waktu dan Frekuensi Pemberian Nutrisi
Waktu pemberian nutrisi pada bayi BBLR harus dilakukan sedini mungkin dan
seagresif mungkin pada saat bayi baru lahir, yakni kurang dari 48 jam setelah lahir.
Hal ini dapat mempercepat peningkatan berat badan bayi, mempersingkat lama
rawat inap bayi, dan menurunkan risiko osteopenia dan jaundice. Frekuensi
pemberian nutrisi dilakukan setiap 2-3 kali per jam.
e. Jumlah Pemberian Nutrisi
Jumlah atau volume pemberian nutrisi diberikan sesuai dengan berat badan
bayi. Pada bayi dengan berat badan di bawah 1000 gram dapat dimulai dengan 15-
20 mL/kgBB/hari, sedangkan pada bayi dengan berat badan di atas 1000 gram
dapat dimulai dengan 30 mL/kgBB/hari.
Setelah setiap pemberian nutrisi pastikan untuk melakukan pemeriksaan residu
gastrik, jumlah normal residu pada bayi di bawah 1000 gram sebanyak 2 – 4 mL,
sedangkan pada bayi di atas 1000 gram sebanyak 5 mL. Residu dapat berwarna
kehijauan atau kuning. Residu menandakan toleransi bayi terhadap pemberian
nutrisi dan prediktor NEC.
Apabila toleransi bayi terhadap pemberian nutrisi baik, pemberian dapat
ditingkatkan terus hingga mencapai full enteral feeding yakni 150-180
mL/kgBB/hari, yang biasanya tercapai dalam waktu 2 minggu pada bayi dengan
berat badan di bawah 1000 gram atau 1 minggu pada bayi dengan berat badan di
atas 1000 gram.
Lakukan penimbangan berat badan bayi setiap hari, sedangkan pengukuran
panjang badan dan lingkar kepala dapat dilakukan setiap minggu. Evaluasi
peningkatan berat badan dapat menggunakan kurva pertumbuhan atau growth
chart dari WHO ataupun CDC.
f. Mempertahankan Suhu Normal
Bayi dengan BBLR rentan untuk mengalami kondisi yang disebut dengan
hipotermia (suhu tubuh 32-36,4oC). Ukur suhu tubuh bayi setiap 6-12 jam sekali.
Cara untuk menghangatkan bayi yakni dengan cara sebagai berikut.
 Kontak kulit ke kulit, diterapkan pada semua bayi
 Metode kanguru, diterapkan pada bayi dengan berat badan di bawah 2500
gram
 Menggunakan pemancar panas, diterapkan pada bayi dengan berat badan
1500 gram atau lebih
 Penggunaan inkubator, diterapkan pada bayi dengan berat badan di
bawah 1500 gram

B. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian terhadap faktor
1) Meternal
Usia, riwayat kesehatan masa lalu, sosial, perkembangan dan riwayat
perkembangan.
2) Obstetrik
Periode menstruasi yang lalu, periode menstruasi saat ini, dan kondisi kehamilan
terakhir.
3) Perinatal
a) Anteparal : informasi prenatal.
b) Maternal healthy (DM, jantung dan lain-lain).
4) Inpartum
a) Usia gestasi di atas 42 minggu, di bawah 34 minggu.
b) Lama dan karakteristik persalinan : persalinan pada kala I dan II, KPD.
c) Kondisi ibu : hipo/hipertensi progresif, perdarahan, infeksi.
d) Presentasi fetal : bahu melintang.
e) Keadaan yang mengidentifikasi fetal distress : pulse di bawah 120x/menit,.
f) Penggunaan analgesik. Metode malhirkan : secsio cesarea, forseo, vacum.
b. Sistem penilaian APGAR
Dilakukan pada menit 1 dan menit ke 5 :
1) 10/10 kondisi paling baik.
2) Sebagian bayi baru lahir adalah acrocyanotic, berkisar 8 atau 9.
3) Jika score menit ke 5= 6 atau lebih, membutuhkan penilaian pada menit ke 10.
Hal ini berguna untuk menetapkan score tambahkan setiap 5 menit sampai 10
menit berlalu atau sampai 2 score yang baik 7 atau lebih.

4) Penilaian :
a) 0-2 asfiksia berat, bayi pada risiko tinggi, membutuhkan resusitasi dan evaluasi
kemudian.
b) 3-4 : asfiksia sedang, bayi pada risiko sedang, kemungkinan membutuhkan
resusitasi dan evaluasi kemudian.
c) 5-7 : asfiksia sedang, bayi pada risiko kemungkinan resusitasi intermiten.
d) 8-10 : asfiksia ringan, infant pada minimal risiko, prosedur aktif rutin.

2. Masalah keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubngan dengan peningkatan produksi
sputum
b) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan otot atau kelemahan.
c) Risiko tinggi terhadap ketidakefektifan thermoregulasi berhubungan dengan kontrol
temperatur yang imatur, perubahan lingkungan eksternal.
d) Risiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya pertahanan
imunologi, faktor lingkungan penyakit maternal.
e) Risiko tinggi Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imaturitas,
kurang pengetahuan parental.
f) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kondisi anak

3. Intervensi dan implementasi


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubngan dengan peningkatan produksi
sputum
Tujuan :
Bersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
 RR dalam batas normal (Bayi : 40-60x/menit, Anak: 30-40x/menit)
 tidak ada dispnea, sianosis, ronchi dan suara krek-krek
 BGA normal
Intervensi :
1) Observasi karakteristik pernapasan
R/ takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stress/ adanya proses infeksi. Bersihan jalan napas tidak
efektif dimanifestasikan dengan adanya bunyi napas tambahan.
2) Berikan posisi semi fowler
R/ semifowler akan mempermudah untuk bernapas.
3) Berikan minum hangat sedikit tapi sering
R/ hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah mengeluarkannya.
4) Kolaborasi : pemberian bronchodilator, mukolitik sesuai indikasi.
R/ pemberian obat-obatan pengencer dahak untuk mencairkan dahak sehingga
mudah dikeluarkan dan mempermudah untuk proses evakuasi jalan napas .
b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan otot atau kelemahan.
Tujuan :
Menunjukkan pola napas yang efektif
Kriteria Hasil :
RR normal 40-60x/menit, jalan napas paten, irama napas reguler.
Intervensi:
1) Observasi frekuensi dan pola napas, perhatikan adanya apnea dan perubahan
frekuensi jantung.
R/ membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari
serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi ke 30.
2) Posisikan bayi supinasi (telentang) dengan gulungan popok di bawah bahu untuk
menghasilkan hiperekstensi.
R/ posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan periode apnea,
khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau
hiperkepnea.
3) Kolaborasi :
a) Pantau pemeriksaan laboratorium (GDA, glukosa serum, elektrolit)
R/ Hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia,
dan sepsis dapat memperberat serangan apnea.

b) Lakukan suction sesuai kebutuhan


R/ membersihkan atau menghilangkan mukus yang dapat menyumbat jalan
napas.
c) Berikan oksigen sesuai indikasi
R/ perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkn fungsi
pernapasan.
c. Risiko tinggi terhadap ketidakefektifan thermoregulasi berhubungan dengan kontrol
temperatur yang imatur, perubahan lingkungan eksternal.
Tujuan :
Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 – 37,5 ˚C)
Intervensi :
1) Observasi suhu tubuh pasien secara berkala.
R/ Hipotermia membuat bayi cenderung pada stress dingin dan penurunan
sensitivitas untuk meningkatkan kadar CO 2 (hiperkapnea) atau penurunan kadar
O2 (hipoksia).
2) Tempatkan bayi pada penghangat inkubator.
R/ dengan adanya penghangat inkubator dapat membantu agar bayi tidak
mengalami hipotermia.
3) Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah, pertahankan kepala bayi tetap
tertutup.
R/ Mencegah kehilangan cairan melalui evaporasi.
4) Kolaborasi :
a) Pemberian D10 dan ekspander volume secara intra vena jika diperlukan.
R/ Pemberian dextrose perlu untuk memperbaiki hipoglikemia, hipotensi
karena vasodilatasi perifer mungkin memerlukan tindakan pada bayi yang
mengalami stress panas, hipertermia dapat menyebabkan peningkatan
dehidrasi 3-4 kali lipat.

b) Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi (fenobarbital, natrium


bikarbonat)
R/ membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan SSP yang
disebabkan oleh hipotermia, serta memperbaiki asidosis yang dapat terjadi
pada hipotermia dan hipertermia.
d. Risiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya pertahanan
imunologi, faktor lingkungan penyakit maternal.
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
leukosit normal, tali pusat tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1) Lakukan prosedur cuci tangan dengan benar, ajarkan kepada orang tua bayi.
R/ mencuci tangan adalah prosedur yang sangat penting untuk mencegah
kontaminasi.
2) Observasi tanda-tanda infeksi, misalnya : suhu, letargi atau perubahan perilaku.
R/ bermanfaat dalam mendiagnosa pasien.
3) Lakukan perawatan tali pusat sesuai standart rumah sakit.
R/ untuk mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat.
4) Berikan ASI untuk pemberian makan bila tersedia.
R/ ASI mengandung Ig A, makrofag, limfosit dan netropil yang memberikan
beberap perlindungan dari infeksi.
5) Kolaborasi : Berikan antibiotika sesuai indikasi
R/ membantu mengatasi infeksi pernapasan atau sepsis.

e. Risiko tinggi Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan imaturitas,
kurang pengetahuan parental.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi.
Kriteria hasil :
Mempertahankan berat badan dan menunjukkan peningkatan berat badan 20-30
gram/hari
Intervensi :
1) Timbang berat badan bayi saat menerima di ruang perawatan dan setelah itu
lakukan setiap hari.
R/ untuk menetapkan kebutuhan kalori dan cairan berdasarkan berat badan dasar
yang sesuai / normal.
2) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen, adanya tangisan
lemah, yang diam bila dirangsang oral yang diberikan dan perilaku menghisap.
R/ Indikator yang menunjukkan neonatus lapar.
3) Lakukan pemberian makan oral awal dengan sesuai dengan kebutuhan.
R/ Pemberian makanan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori.
4) Kolaborasi : Berikan glukosa dengan segera secara oral maupun intravena bila
kadar dektrosa kurang dari 45 mg/dl.
R/ bayi mungkin memerlukan suplemen glukosa untuk meningkatkan kadar
serum.
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kondisi anak
Tujuan:
Orang tua mengerti dan memahami kondisi anak
Kriteria hasil :
Orang tua dapat merawat dan mengetahui kondisi anak
Intervesi:
a) Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga tentang
kondisi yang sedang dihadapi
b) Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon yang panjang lebar
dan identifikasi faktor yang paling mencemaskan orang tua dan keluarga
c) Identifikasi koping yang biasanya digunakan dan tingkat keberhasilannya dalam
menghadapi keadaan
d) Memenuhi kebutuhan dasar bayi dan kemudian melibatkan ibu secara
bertahap
4. Evaluasi
a) Bersihan jalan nafas efektif
b) Pola nafas efektif
c) Suhu tubuh dalam rentang normal
d) Tidak terjadi infeksi
e) Kebutuhan bayi terpenuhi
f) Orang tua mengerti dan memahami kondisi anak
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai