Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Hiperbilirubiin adalah peningkatan kadar bilirubin serum

(hiperbilirubinnemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat

menimbulkan icterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002).Hiperbilirubin adalah

meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal

(Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin inderek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 –

0,4 mg/dl.Jadi, Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadarr bilirubin dalam

darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.Sesungguhnya

hiperbilirubinemia merupakan keadaan normal pada bayi baru lahir selama minggu

pertama, karena belum sempurnaanya metablisme bilirubin bayi. Ditemukan sekitar

25-50% bayi normal dengan keadaan hiperbilirubinemia. Kuning/jaundice pada bayi

baru lahir atau disebut iketerus neonatorum merupakan warna kuning pada kulit dan

bagian putih dari mata (sklera) pada beberapa hari setelah lahir yang disebabkan oleh

penumpukan bilirubin.Gejala ini dapat terjadi antara 25%-50% pada seluruuh bayi

cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada bayi premature. Walaupun kunig pada bayi

baru lahir merupakan keadaan yang relatiif tidak berbahaya, tetapi pada usia inilah

kadar bilirubin tinggi dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap system saraf pusat

bayi.

B. KLASIFIKASI

Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk

penilaian ikterus, Kremer membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian yang

dimulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah sampai tumit,

tumit pergelangan kaki dan bahu perelangan tangan dan kaki serta tangan termasuk

4
telapak kaki dan telapak tangan. Cara pemeriksaannya ialah dengan menekan jari

telunjuk di tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut

dan lain-lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap-tiap nomor di sesuaikan

dengan angka rata-rata dalam gambar.cara ini juga tidak menunjukkan intensitas

ikterus yang tepat ddi dalam plasma bayi baru lahir. Nomor urut menunjukkan arah

meluasnya ikterus.

Tabel. Derajat ikterus pada neonatus menurut Kramer.

Derajatikteru Daerah ikterus Perkiraankadar

s bilirubin

I Kepaladanleher 5,0 mg%

II Sampaibadanatas (di 9,0 mg%

atasumbilikus)

III Sampaibadanbawah (di 11,4 mg/dl

bawahumbilikus)

hinggatungkaiatas (di ataslutut)

IV Sampailengan, tungkaibawahlutut 12,4 mg/dl

5
V Sampaitelapaktangandan kaki 16,0 mg/dl

Ada dua jenis neonatus ikterus menurut proses terjadinya, yakni ikterus

fisiologis dan ikterik patologis

1. Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang

tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang

membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak

menyebabkan suatu mordibitas pada bayi. Ikterus fisiologis adalah iktertus yang

memiliki krakteristik sebagai berikut menurut (Hanifah, 1987) dan (Callhoon,

1996), (Tarigan, 2003) dala (Schwats, 2005) :

a) Timbul pada hari kedua – ketiga.

b) Kadar bilirubin inderk setelah 2x24 jam tidak melewati 15mg% pada neonates

cukup bulan dan 10 mg% pada kurang bulan.

c) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melewati 5mg% perhari.

d) Kadar bilirubin direk kurang dari 1mg%

e) Ikterus hilang pada 10 hari pertama.

f) Tidak mempunyai dasar patologis, tidak terbukti mempunyai hubungan

dengan keadaan patologis tertentu.

2. Ikterus Patologis

Menurut (Taringan, 2003) adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi

bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk

menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditaggulangi dengan baik, atau mempuyai

hubungan dengan keadaan yang patologgis. Brown menetapkkan

6
hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin mebcapai 12mg% pada cukup bulan, dan

15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10mg% dan 15mg

%.Karakteristik Hiperbilirubinemia sebagai berikut menurut (Surasmi, 2003):

a) Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.

b) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5mg% atau > setiap 24 jam

c) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10mg% pada neonates kurang bulan dan

12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.

d) Ikterus disertai proses hemolysis (inkompatibiltas darah, defesinsi enzim G6PD

dan sepsis).

e) Ikterus disertai berat lahir <2000 gr, masa gestasi <36 minggu, asfiksia,

hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia,

hiperosmolalitas darah.

Penggolongan hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi ikterus :

1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama

Penyebabnya ikterus terjadi pad 24 jam menurut besarnya kemungina dapat

disusun sebagai berikut:

a) Inkomptabilitas darag Rh, ABO atau golongan lain.

b) Infeksi Intra Uterin (Virus, Toxoplasma, Siphilis dan kadanf-kadang bakteri)

c) Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.

Pemeriksaan yang dilakukan :

1) Kadar bilirubin serum berkala

2) Darah tepi lengkap

3) Gologan darah ibu dan bayi

4) Test Coombs

7
5) Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakann darah atau biopsy hepar bila

perlu.

2. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesuda lahir.

a) Biasanya ikterus fidiologis, masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah

ABO atau Rh, atau golongan lain, hal ini diduga kalau kenaikan kaddar

bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.

b) Defesiensi enzim G6PD atau enzim eritrosit

c) Polisetimia

d) Hemolisis

Perdarahan tertutup (perdarahan subaponeurosis, perdarahan hepar, sub kapsula

dll).Pemeriksaan yang dilakukan:

1) Pemeriksaan darah tepi

2) Pemeriksaan darah Bilirubn berkala

3) Pemeriksaan skrining enzim G6PD

4) Pemeriksaan lain bila perlu.

3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhhir minggu pertama.

a) Sepsis

b) Dehidrasi dan Asidosis

c) Defisiensi enzim G6PD

d) Pengaruh obat-obatan

e) Sindrom Criggler-Najjar, Sindrom Gilbert

4. Ikterus yang timbul pad akhir minggu pertama dan selanjutnya

a) Karena ikterus obstruktif

b) Hipotiroidisme

c) Breast millk jaundice

8
d) Infeksi

e) Hepatitis Neonatal

f) Galaktosame

Pemeriksaan yang dilakukan:

1) Pemeriksaan Bilirubbiin berkala

2) Pemeriksaa darah tepi

3) Skrinninng enzim G6PD

4) Biakan darah, biakan hepar bila ada indikasi.

3. Kern Ikterus

Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengkatan bilirubin inderk pada ptak

terutama pada korpus striatum, thalamus, nucleus subtalamus, hipokampus,

nucleus merah dan nucleus pada dasar ventrikulus IV.

Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada

neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20mg%) dan

disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin

pada otak. Kern iktrus berbentuk kelainan syaraf simpatis yang terjadi secara

kronik.

Ikterik

berhubungan Penyakit

Iketerik dengan Ikterik ASI Hemolitik

fisiologi menyusui ASI

Penyeba Fungsi hepatik Masukan susu Faktor-faktor Ketidakcocokan

b imatur ditambah yang buruk yang mungkin menyebabkan

peningkatan berhubungan terdapat dalam hemolisis

beban bilirubin dengan ASI yang sejumlah besar


9
dari hemolisis sedikitnya kalori memecahkan SDM hati tidak

SDM yang dikonsumsi bilirubin mampu

oleh bayi menjadi mengkonjugasi

sebelum ASI bentuk lemak dan

terbentuk. yang dapat mengeksresikan

larut, yang kelebihan

direabsorpsi bilirubin dari

dari usus hemolisis.

defekasi

kurang sering.

Awitan Setelah 24 jam Hari kedua- Hari keempat- Selama 24 jam

(bayi premature, ketiga kelima pertama.

lebih lama)

Puncak 72 jam Hari kedua- Hari Bervariasi

ketiga kesepuluh-

kelimabelas

Durasi Menurun pada Dapat tetap

hari ke lima ikterik selama

sampai ketujuh beberapa

minggu

Terapi Fototherapi bila Sering menyusu Penghentian Pasca natal

kadar bilirubin ASI suplemen ASI sementara fototerapi, bila

meningkat kalori fototerapi sampai 24 jam hebat transfuse

terlalu cepat untuk bilirubin untuk tukar prenatal-

10
18-20 mg/dl. menetukan transfusi (janin).

penyebab bila Pencegahan

kadar bilirubin sensitisasi

menurun, ASI (ketidakcocokan

dapat diminum Rh) dari ibu Rh

lagi dapat negative dengan

meliputi RhoGAM.

fototerapi di

rumah dengan

pemberian

ASI tanpa

gangguan.

C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan

2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati

3. Gangguan konjugasi bilirubin

4. Penyakit Hemolitik yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.

Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolysis dapat pula timbul karena adanya

perdarahan tertutup.

5. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas penangkutan, misalnnya

hipoalbuminemia atau kaeran penaruhh obat-obatan tertentu.

11
6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin

yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti infeksi

toxoplasma, sepsis.

7. Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat

disebabkan oleh beberapa faktor.

8. Produksi yang berlebihan

Hal ini melebihi kemampuannya bayi untuk mengeluarkannya, missal pada

hemolisis yang meningkat pada inkomabilitas darah Rh, ABO< golongan darah

lain, defisiensi enzim G6PD, piruvat bkinase, perdarahan tertutup dan sepsis.

9. Gangguan proses “uptake: dan konjugasi hepar

Gangguan ini dapat disebabkan oleh immatuiritas hepar, kurangnya substar untuk

konjugasi bilirubin, gangguan fungsin hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi

atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom Criggler-Najjar)

penyeba lain atau defesiensi proyein Y dalam hepar yang berperan penting dalam

uptake bilirubin ke sel hepar.

10. Gangguan transportasi.

Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar.Ikatan

bilirubin dengan albumin dapat dipengaruhi oleh obat misalmnya salisilat dan

sulfaforazole.Difeiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapat bilirubin

inderk yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.

11. Ganguan dalam eksresi

Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar

hepar.Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi

dalam hepar biasanya akibat infeksi ataun kerusakan heparb oleh penyebab lain .

Faktor risiko terjadinya hiperbilirubin antara lain :

12
Faktor Maternal

- Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American, Yunani)

Orang Asia Timur pada dasarnya memiliki kadar bilirubin leboh tinggi pad kelahiran

dibandiing dengan as kulit putih. Variasi etnik ini telah diketahui dan mutasi genetic

berhubungan dengan hiperbilirbbnemia pada beberapa kelompok etnik Asia. Pada

bayi yang berasal dari ibu (Asia) dan ayah (kulit putih), risikorelatifnya dalah 1,09

(95% CI, 0,91-1,30). Bayi dari ayah (Asia) dann ibu (kulit putih) memiliki risiko

relative 1,26 (95% CI, 1,05-1,552). Factor risiko ikterus yang berat sigitifikan

meningkat pada bayi yang dilahirkan dari kedua orang tuanya berasal dari Ras Asia.

- Inkompatibilitas ABO

Keadaan umur sel darah merah neonatus yang memendek akibat antibody ibunya.

Inkompatibilitas ABO sering ditemukan pada bayi golongan darah A atau B daan ibu

golonngan dara O. kelompok ini memiliki risiko hiperbilirubinemia dikaarenakan

adaanya reaksi imun berdasarkan terjadinya hemolysis.

- Diabetes Militus

Bayi yag dilahirkan dari ibu yang memiliki riwayat DM (infant of diabetic

mother/IDMs) memiliki factor risiko yang meiningkat untuk terjadinya

hiperbilirubinemia. Hal ini dikarenakann terjdiny pembesaaran masa eritrosit,

eritropoesis yang tidak efektif dan imaturitas relaif bilirubin terkonjugasi serta

ekskresi.Masa eritrosit yang lebih besar ditemukan pada IDMs karena memiliki

sumber bilirubin 30% lebihh besar dimana bilirubin tersebut harusdikonjugaasikan

dan eksresikan oleh hati.Konjugasi tidak efektif oleh enzim glucoroniltransferaase

mmenyebabkan meningkatya konsentrasi bilirubin tak terkonjugasi. IDMs memiliki

sumber lain bilirubin karena eritropoesis yang tidak efisien. Precursor eritrosit

13
mengalami sirkulasi tetapi terperangkap dalam lien dan dikeluarkan.Pemecahan

eritrosit ini menymbangkan bilirubin tambahan dalam hati.

- ASI

Ikterus sebagai manifestasi hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberiann

ASI disebabkan oleh peniningkatan bilirubin inderek. Ada 2 jenis ikterus yang

berhubungaan dengan pemeberian ASI, yaitu ikterus yang timbul dini(hari kedua atau

ketiga) dan disebabkan oleh asupan makanan yang kurang karena produksi ASI

maasihh kuurang pada hari pertama dan ikterus yang timbul pada akhir minggu

pertama, bersifat familial disebabkkan oleh zat yang adda didalam ASI.

Faktor Perinatal :

- Trauma lahir

Darah ekstravaskuler dapat meningkatkan bilirubin tak trkonjugasi melalui

mekanisme yang berlebihan akibat pemecahan eritrosit.Bentuk umum dari perdarahan

ekstravaskuler pada neonatus adalah brusising dan sefalhematom.

- Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

Salah satu tanda yang muncul pada infeksi bakteri pada neonatus dan salah satunya

berubngaan dengan infeksi traktus urinarius. Terbentuknya hepatotoxin yag dihsilkan

oleh kuman peenyebab infeksi (basilus gram negative) terutama bakteri E coli yang

dapat meningkatkan fragilitass sel darah merah dan produksi hemolisin. Selainn itu,

demam yang timbul dapat merusak hati dan menghasilkan iikterus.

Faktor Neonatus

- Prematuritas

Hiperbilirubinemia inderek sering dialami oleh neonatus yang dilahhirkan premature,

khususnya yang memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Sebagaian besar sel darah

14
merah miliki usia yang singkat dan terjadi peningkatan enteerohepatik dan defisiensi

hepatic conjugation of bilirubin meupakan kondisi yang fisiologi yang dapat

menyebabkan hiperbilirubinemia pada neonatus. Selain itu, immuturitas hepar dan

saluran gastrointestinal menyebabkkann hiperbilirubin pada neonatus.

- Polisitemia

Meningkatnya hematrokit vena sampai diatass 65%.Hiperbilirubiin terjadi karena

peningkatnya pemecahan eeritrosit. Meningkatnya masa eritrosit berpotensi terjadinya

overload kapasitas metabolism hemoglobin pada neonatus.

D. TANDA DAN GEJALA

1. Kulit berwarna kuning sampai jingga

2. Pasien tampak lemah

3. Nafsu makan berkurang

4. Reflek hisap kurang

5. Urine pekat

6. Perut buncit

7. Pembesaran lien dan hati

8. Gangguan neurologi

9. Feses seperti dempul

10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl

11. Terdapat ikterus pada sclera, kuku/kulit dan membrane mukosa

12. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4

dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisioologi.

15
E. PATOFISIOLOGI

Bilirubin adalah produk penguraian heme dan globin. Sebagian besar (85-

90%) terjadi dari penguraian hemoglobin dan sebagian kecil (10-15%) dari senyawa

lain seperti mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan

hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah.Sel-sel ini kemudian

mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan

memutuskan cincin heme untuk menghasilkan tertapirol bilirubin, yang disekresikan

dalam bentuk yang tidak larut dalam air (bilirubin tak terkonjugasi, inderek).Karena

ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma terikat ke albumin untuk diangkut dalam

medium air.Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati lobules hati, hepotosis

melepas bilirubin dari albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat

bilirubin ke asam glukoronat (bilirubin terkonjugasi, direk) (Sacher, 2004).

Dalam bentuk glukorinda terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke

system empedu untuk dieksresikan.Saat masuk ke dalam usus, bilirubin diuraikan

oleh bakteri kolon menjadi urobilinogen.Urobilinogen dapat diubah menjadi

sterkobilin dan diekskresikan sebagai feses.Sebagai urobilinogen direabsorsi dari usus

melalui jalur enterohepatik dan darah portal membawanya kembali ke hati.

Urobilinogen daur ulang ini umumnya dieksresikan ke dalam empedu untuk kembali

dialirkan ke usus, tetapi sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat

ini dieksresikan sebagai senyawa larut air bersama urin. (Sacher, 2004)

Pada dewasa normal level serum bilirubin <1mg/dl. Ikterus akan muncul pada

dewasa bila serum bilirubin >2mg/dl dan pada bayi yang barun lahir akan muncul

ikterus bila kadarnya >7mg/dl (Cloherty et al 2008).

16
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang

melebihi kemampuan hati normal untuk eksresikannya atau disebabkan oleh

kegagalan hati (karena rusak) untuk mengeksresikan bilirubin yang dihasilkan dalam

jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati, obstruksi saluran eksresi hati juga

akanmenyebabkan hiperbilirubenemia. Pada semua keadaan ini, bilirubin juga akan

menyebabkan hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun di

dalam darah dan jika konsentrasinya mencapai nilai tertentu (sekitar 2-2,5mg/dl),

senyawa ini akan berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian hari menjadi kuning.

Keadaan ini disebut ikterus atau jaundice (Murray et al, 2009).

17
Hemoglobin

Globin Heme

Biliverdin Fe

Bilirubin

Hiperbilirubin

Gangguan Sirkulasi Distruksi eritrosit Produksi


fungsi hati enterohepatik, Hb (gangguan konjugasi bilirubin
dan eritrosit bilirubin/gangguan
abnormal. transport bilirubin)

Ikterus
Tidak ada makanan Neonatus
Toksik bagi Ikterus sklera
didalam usus
jaringan leher & badan
Kecemasan
orang tua
Kurang suplai
Gangguan fototherapy
ASI
Intergritas
Kurang
Kulit
informasi
Menyusui tidak Indikasi
orangtua
efektif fototherapy

Defisit
Pemecahan Sinar dengan Pengetahuan
bilirubin intensitas tinggi

Pengeluaran Perubahan suhu Risiko Tinggi


empedu lingkungan Cedera

Diare Peristaltik Saraf eferon


usus

Pengeluaran Hipotalamus
volume cairan
intake Hipertermi

Hipovolemia

18
F. KOMPLIKASI

Terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengkatan bilirubin inderk pada

otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain;

- Bayi tidak mau menghisap

- Latergi

- Mata berputar-putar

- Gerakann tidak menentu (Involuntary Movments)

- Kejang tonus otot

- Leher kaku

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium (Pemeriksaan Darah)

a) Pemeriksaan bilirubin serum,

Pada bayi premature kadar bilirubin lebih dari 14mg/dl dan bayi cukup bulan

kadar bilirubin 10mg/dl merupakan keadaan yang tidak fisiologis.Pada bayi

cukup bulan, bilirubin mencapai kurangb lebih 6mg/dl antara 2-4 hari setelah

lahir.Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.

b) Hb, HCT, DL

c) Protein serum total.

2. Pemeriksaan radiology

Diperlukan untuk mmelihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma

kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati ataun hepatoma.

3. Ultrasonografi

Digunakan untuk membedakan antara kolestasis intra hepatic dengan ekstra

hepatic

4. USG, untuk mengevaluasi anatommi cabang kantong empedu.

19
5. Radioisotope Scan, dapat digunakan untuk membantu hepatitis dan atresia billion.

H. PENATALAKSANAAN

1. Pengawasn antenatal dengan baik dan pemberian makanan sejak dini (pemberian

ASI)

2. Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa

furokolin.

3. Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada neonatus dan janin.

4. Penobarbital

Penobarbital dapat mengekresi bilirubin daalam hati dan memperbesar konjugasi.

Meningkatkan sintesis hepatic glukoronil transferase yang mana dapat

meningkatkan bilirubin konjugasi dan clereance hepatic pugmen dalam empedu.

Penobarbital tidak bgitu sering digunakan.

5. Antibiotik bila terkait dengan infeksi.

6. Fototerapi

FototerapI dilakuKan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan

berfungsi untuk mnurunkan bilirubin dikulit melalui tinja dan urnne dengan

oksidasi foto pada bilirubin dan billiverdin.

7. Transfusi Tukar

Transfusi tukar dilakukan bila sudh tidak dapat ditangani dengan foto terapi.

8. Terapi obat-obatan

Misalnya obat phenobarbital/luminal untu meningatkan bilirubin di sel hati yang

menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk

mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati.

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

20
a. Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi).

Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot

(kejang/tremor). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan

mengelupas (skin resh), sclera mata kuning (kadang-kadang terjadi kerusakan

pada retina) perubahan warna urine dan feses. Pemeriksaan fisik.

b. Riwayat penyakit

Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau

golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar

obstruksi saluran pencernaan, ibu menderita DM.

c. Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan.

d. Pengkajian psikososial

Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa

bersalah, perpisahan dengan anak.

e. Hasil Laboratorium :

1) Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.

2) Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl.

2. DIAGNOSA

1) Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi

2) Hipovolemia berhubungan dengantidak adekuat intake cairan defikasi sekunder

fototherapi.

3) Resiko cederaberhubungan dengan meningkatnya kadar bilirubin inderek dan

komplikasi efek radiasi.

4) Hipertermia berhubungan denganterpapar lingkungan panas.

5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan persepsi yang salah / kurangnya

informasi.

21
6) Ikterik Neonatus berhubungan dengan peningkatan bilirubin

7) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai ASI.

3. INTERVENSI

No Diagnosa menurut SDKI Faktor Risiko dan Tindakan


(Standar Diagnosis Kondisi Klinis
Keperawatan Indonesia

1. Risiko Ganggua Intergritas Faktor Risiko: Definisi :


Kulit. - Perubahan sirkulasi Mengidentifikasi dan
Kategori: Lingkungan - Perubahan status nutrisi merawat kulit untuk
Subkategori: Keamanan (kelebihan atau menjaga keutuhan,
dan Proteksi. kekurangan) kelembaban dan
Definisi : - Kekurangan/kelebihan mencegah
Berisiko mengalami volume cairan perkembangan
kerusakan intergritas kulit - Penurunan mobilits mikroorganisme.
(dermis, dan/ epidermis) - Terapi radiasi Tindakan :
atau jaringan (membrane - Perubahan pigmentasi 1. Observasi:
mukosa, kornea, fasia, otot, - Kelembaban - Identifikasi penyebab
tendon, tulang, kartilgo, gangguan intergritas
Kondisi Klinis:
kapsul sendi dan atau kulit (misalnya:
ligmen. - Imobilisasi perubahan sirkulasi,
- Gagal jantung status nutrisi,
kongestif peurunan kelembaba,
- Diabetes mellitus suhu lingkungan
- Gagal ginjal. ekstrem, penurunaan
mobilitas).
Keterangan:
2. Terapeutik
Dispesifikasikan menjadi
- Ubah posisi tiap 2
kulit atau jaringaan.
jam jika tirah baring
Kulit hanya terbebas pada - Lakukan pemijatan
dermis dan epidermis, pemijatan pada area
sedaangkan jaringan tonjolan tulang, jika
meliputi tidak hanya kulit

22
tetapi juga mukosa, perlu.
koornea, fasia, otot, - Gunakan produuk
tendon, tulang, kartigo, berbahan petroleum
kapsul sendi dan atau atau minyak pada
ligament. kulit kering,
- Gunakan produk
berbahan ringan
atau alami pada
kulit sensitive
3. Edukasi
- Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya
- Anjurkan
menggunakan
pelembab
- Anjurkan minum
asupan nutrisi

2. Hipovelemia Penyebab: Definisi:


Kategori : perilaku - Kehilangan ciran Mengidentifikasi dan
Subkategori: penyuluhan aktif mengelola penurunan
dan pembelajaran. - Kegagalan volume cairan
Definisi: mekanisme regulasi instravaskuler.
Penurunan volume cairan - Peningkatan Tindakan:
inntravaskuler, interstisial, permeabilitas kapiler 1. Observasi
dan atau intraselular. - Kekurangan intake - Periksa tanda dan
cairan gejala hipovolemia
- Evaporasi - Monitor intake dan
output cairan
Gejala dan Tanda Mayor.
2. Terapeutik
Obyektif: - Hitung kebutuhan
cairan
- Frekuensi nadi
- Berikan posisi
meningkat

23
- Nadi teraba lemah modified
- TD menurun trendelenburg
- Turgor kulit - Berikan asupan
menuurun cairan oral.
- Membrane mukosa 3. Edukasi
kering. - Anjuran
- Volume urine memperbanyak
menurun asupan oral.
- Hematocrit - Anjurkan
mmeningkat menghindari
perubahan posisi
Gejala dan Tanda Minor
mendadak.
Subyektif:
4. Kolaborasi
Merasa lemah, mengeluh - Kolaborasi
haus. pemberian cairan
IV isotonis
Obyektif:
- Pemberian cairan
- Pengisian vena IV hipotonis
menurun - Pemberian cairan
- Status mental berubah koloid
- Suhu tubuh - Pemberian produk
meningkat darah
- Konnsentrasi
meningkat
- Berat badan turun
tiba-tiba.

3. Risiko Cedera berhubungn Faktor Risiko: Definisi:


dengan meeningkatnya Eksternal Mengidentifikasi dan
kadar bilirubin inderek dan - Terpapar pathogen menurunkan risiko
komplikasi efek radiasi. - Terpapar zat kimia mengalami bahaya atau
Definisi: Berisiko toksik kerusakan fisik.
mengalami bahaya atau - Terpapar agen

24
kerusakan fisik yang nosocomial 1. Tindakan:
menyebabkan seseorang - Ketidakamanan - Identifikasi area
tidak lagi sepenuhnya sehat transportasi. lingkungan yang
atau dalam kondisi baik. berpotensi
Internal :
menyebabkan bahaya.
- Ketidaknormalan 2. Terapeutik
profil darah - Pastikan roda tempat
- Perubahan sensasi tidur dalam kondisi
- Peruubahan fungsi terkunci.
kognitif - Diskusikan mengenai
- Hipoksia jaringan terapi fisik yang
- Kegagalan diperlukan.
mekanisme - Gunakan pengaman
pertaahanan tubuh. tempat tidur
- Tingkatkan frekuensi
Kondisi Klinis Terikat:
observasi dan
- Kejang pengwaasan psien
- Gangguan sesuai kebutuhhan.
penglihatan 3. Edukasi
- Gangguan - Jelaskan alasan
pendengaran intervensi pencegahan
- Vertigo cideraa kepada
- Penyaikit parkison keluarga pasien.
- Anjurkan berganti posisi
setiap 2 jam sekali.

4. Hipertermia Penyebab : Definisi:


Kategori : lingungan - Dehidrasi mengidentifikasi dan
Subkategori : keamanan - Terpapar lingkungan mengelola peningkatan
dan proteksi. panas suhu tubuh akibat
Definisi: suhu tubuh - Proses penyakit disfungsi termoregulasi.
meningkat diatas rentang - Penggunaan incubator Tindakan :
normal tubuh (>37,5C) - Peningkatann laju 1. Observasi
metabolism - Identifikasi penyebab

25
Gejala daan Tanda hipertermi
Mayor: - Monitor suhu tubuh
- Monitor kmmplikasi
Obyektif : suhhu tubuh
akibat hipertermi.
diatas nilai normal.
- Monitor haluran urine
Gejala dan Tanda Minor 2. Terapeutik
Obyektif: - Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari
- Kulit merah
- Berikan oksigen jka
- Takikardi
perlu
- Takipneu
3. Edukasi
- Kulit teraba hangat
- Ajarkan tirah baring
- Kejang
4. Kolaborasi
Kondisi klinis terkait: - Kolaborasi pemberiann
cairan dan elektrolit
- Proses infeksi
intravena, jika perlu
- Trauma
- Prematuritas
- Dehidrasi

5. Defisit pengetahuan Penyebab: - Kaji tingkat


Kategori: Perilaku - Kekeliruan mengikuti pengetahuan pasien
Subkategori: Penyuluhan anjuran dan keluarga.
dan Pembelajaran. - Kurang terpapar - Jelaskan patofisiologi
Definisi: informasi dari penyakit dan
Ketiadaan atau kurangnya - Ketidaktahuan bagaimana hal ini
informasi kognitif yang menemukan sumber berhubungan dengan
berkaitan dengan topik informasi. anatomi dan fisiologi
tertentu. dengan cara yang
Gejala dan tanda Mayor
tepat.
Subyektif: menanyakan - Gambarkan tanda
masalah yang dihadapi. dan gejala yang biasa
muncul pada
Obyektif: menunjukan
penyakit dengan cara
perilaku tidak sesuai

26
anjuran, menunjukkan yang tepat.
persepsi yang keliru - Identifikasi
terhadap masalah. kemungkinan
penyebab dengan
Gejala dan tanda Minor:
cara yang tepat.
Obyektif: menunjukkan - Sediakan informasi
perilaku yang berlebihan pada pasien tentang
(apatis, hysteria, agitasi) kondisi dengan cara
yang tepat.
Kondisi klinis terkait:
- Sediakan bagi
Kondisi klinis yang baru keluarga informasi
dihadapi klien, penyakit tentang kemajuan
akut, penyakit kronis. pasien dengan cara
yang tepat
- Diskusikan terapi
atau penanganan.

6. Ikterik neonatus Faktor risiko: - Monitoring ikterik


Kategori: fisiologis - Penurunan berat dan skleer pada bayi
Subkategori: Nutrisi dan badan abnormal >7- - Identifikasi
cairan 8% pada bayi baru kebutuhan cairan
Definisi: berisiko lahir yang menyusu pada bayi
mengalami kulit dan ASI, >15% pada bayi - Monitoring suhu dan
membrane mukosa cukup bulan. tanda vital 4 jam
neonatus menguning - Usia kurang dari 7 sekali
setelah 24 jam kelahiran hari - Lakukan fototherapi
akibat bilirubin tak - Keterlambatan sesuai innstruksi
terkonjugasi masuk ke pengeluaran feses - Monitoring efek
dalam sirkulasi. (mekonium) fototerapi
- Prematuritas (<37 - Anjurkan ibu
minggu) mmenyusui selama
- Pola makan tidak 20-30 menit.
ditetpkan dengan

27
baik.

Kondisi Klinis terkait:

- Neonatus
- Bayi premature.

7. Menyusui tidak efektif Penyebab 1. Lakukan konseling


berhubungan dengan Fisiologis : laktasi.
ketidakadekuatan suplai - Ketidakadekutan - Identifikasi keadaan
ASI. suplai ASI emosional ibu saat
Kategori: Fisiologi - Hambatan pada akan dilakukan
Subkategori: Nutrisi dan neonatus konseling menyusui.
Cairan. (prematuritas, - Identifikasi
Definisi: Kondisi dimana sumbing) keinginan dan tujuan
ibu dan bayi mengalami - Anomali payudara menyusui.
ketidakpuasan atau Ibu - Ajarkan teknik
kesukaran pada proses - Ketidakadekuatan menyusui yang tepat
menyusui. reflek oksitosin sesuai kebutuhan.
- Payudara bengkak 2. Sarankan ibu bayi
untuk memompa asi
Situasional:
untuk mengetahui
- Tidak rawat gabung banyaknya ASI ibu
- Kurang terpapar 3. Kolaborasi
informasi tentang pemberian susu
pentingnya menyusui formula apabila ASI
dan metode menyusui tidak mencukupi.
- Kurangnya dukungan
keluarga
- Factor budaya.

Gejala dan Tanda Mayor:

Subyektif: Kelelahan dan


Kecemasan maternal.

28
Obyektif:

- Bayi tidak mampu


melekat pada
payudara ibu
- ASI tidak
menetes/memancar.
- BAK kurang dari 8
kali dalam 24 jam
- Nyeri dan ataau lecet
terus menerus setelah
minggu kedua.

Gejala dan Tanda Minor


Obyektif:

- Intake bayi tidak


adekuat
- Bayi menghisap
tidak terus
menerus
- Bayi menagis saat
disusui.

Kondisi klinis terkait:

Abses payudara, Mastitis

29

Anda mungkin juga menyukai