Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN TUTORIAL PADA AN.

F DENGAN DIAGNOSA BBLR


DI RUANG MELATI RSUD XXX

Preceptor : Fitri Dian Kurniati, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok II A
Mutawaqqil : 24.20.1429
Nandiar Susanti : 24.20.1431
Sofia : 24.20.1431
Uli Debora Purba : 24.20.1432
Ida Gustiawati : 24.20.1433

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2021
LAPORAN KASUS TUTORIAL

KASUS
Seorang bayi laki-laki lahir dengan BB 1750 gram dan PB 42 cm. Apgar score 6-8
dengan air ketuban jernih. Bayi lahir spontan pada tanggal 28 Januari 2021. HPL ibu tanggal
26 Maret 2021. Ibu mengatakan rutin melakukan pemerikaan kandungan di bidan. Bayi
mendapatkan terapi infus sesuai kebutuhan cairan karena refleks hisapnya lemah. Bayi juga
menangis tidak kuat. ASI ibu belum keluar lancar, baru tersedia 2cc tiap 4 jam melalui OGT.
Bayi mendapatkan terapi injeksi ampicilin 2 x 125 mg dan gentamicin 12,5 mg. Bayi dirawat
di inkubator, suhu 36.1- 37 ,3 °C nadi 123 -140 x / menit, retraksi dada derajat 1 dan terdapat
sianosis. Bayi menggunakan alat bantu nafas CPAP dan PEEP. Ibu merasa sangat cemas
karena belum keluar ASI yang banyak dan anaknya dirawat di inkubator. Ibu sering datang
menengok bayinya tapi takut menyentuh bayinya.
Nama Pasien : An. F No.RM : XXX
Usia :- Dx.Medis :
A. Problem
1. Data Subyektif
a. Ibu mengatakan rutin melakukan pemeriksaan kandungan di bidan
b. Ibu merasa sangat cemas karena belum keluar asi yang banyak.
c. Anak nya di rawat di inkubator
d. Ibu sering datang menengok bayinya tapi takut menyentuh bayinya
2. Data Obyektif
a. BB 1750 gram, PB 42 cm
b. Apgar score 6-8
c. Air ketuban jernih
d. HPL ibu 26 Maret 2021, lahir spontan 28 januari 2021
e. Bayi menangis tidak kuat
f. Asi ibu belum keluar lancar, baru tersedia 2 cc tiap 4 jam melalui OGT
g. Bayi mendapat terapi injeksi Ampicillin 2x125 mg, Bentacimin 12,5 mg
h. Bayi di rawat di incubator, suhu 36,1-37,3 ͦ c
i. Nadi 123-140x/menit
j. Retraksi dada derajat 1
k. Terdapat sianosis
l. Bayi menggunakan alat bantu nafas CPAP dan PEEP
B. Hypothesis
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas ditandai dengan :
DO :
- Retraksi dada derajat 1
- Terdapat sianosis
- Bayi menggunakan alat bantu nafas CPAP dan PEEP
2. Ketidakefektifan pola menyusui bayi berhubungan dengan hipersensitifitas
oral:
DS :.
- Ibu merasa cemas karena belum keluar asi yang banyak.
DO :
- Asi keluar tidak lancar, baru tersedia 2 cc tiap jam melalui OGT
- Apgar score 6-8
3. Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan:
DS :
- Ibu sangat cemas karena asi belum keluar banyak dan anaknya dirawat
di inkubator
- Ibu sering datang menengok bayinya tapi takut menyentuh bayinya
DO :
- Bayi dirawat di inkubator
- Asi ibu belum keluar lancar baru tersedia 2 cc tiap 4 jam melalui OGT
- Terdapat sianosis
- Bayi menggunakan alat bantu nafas CPAP dan PEEP
4. Resiko infeksi berhubungan dengan imunologis tidak adekuat ditandai dengan:
DS :
- Ibu sering datang menengok bayinya tapi takut menyentuh bayinya
DO :
- Bayi mendapat terapi injeksi Ampicillin 2x125 mg, Bentacimin 12,5
mg
- Bayi di rawat di inkubator, suhu 36,1-37,3 ͦ c
C. Mecanisme
Prematuritas Dismaturitas

Retardasi pertumbuhan
Faktor ibu : umur (20 th), Faktor placenta : penyakit Faktor janin: kelainan intra uterin
paritas, ras infertilitas, vaskuler, kehamilan ganda kromosom, malformasi,
riwayat kehamilan tak baik, TORCH, kehamilan
Rahim abnormal

Bayi lahir premature BB < 2500 gram


(BBLR/BBLSR)

Permukaan tubuh Prematuritas


relatif lebih luas

Fungsi organ-organ
Kehilangan panas belum baik

Resiko infeksi
Resiko
ketidakseimbangan
- Pertumbuhan dinding dada
Reflek menelan belum belum sempurna
sempurna - Vaskuler paru imatur

Ketidakseimbangan nutrisi Ketidakefetifan pola nafas


kurang dari kebutuhan tubuh
D. More Info
1. BB : 1750 gram
2. PB : 42 cm
3. Terapi Injeksi: Ampicilin 2 x 125 mg dan Gentamicin 12,5 mg
4. Retraksi dada derajat 1
5. Terdapat sianosis

E. Don’t Know
1. Apa yang dimaksud BBLR?
Menurut Lestari (2016), BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang atau sama dengan 2500 gram. Sedangkan bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 1500 gram termasuk bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah. Dari pengertian di atas, maka BBLR dibagi menjadi dua
golongan yaitu:
1) Prematuritas murni kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan masa
kehamilan/gestasi (neonatus kurang bulan – sesuai masa kehamilan)
2) Dismatur, BB kurang dari seharusnya untuk masa gestasi/kehamilan akibat
bayi mengalami retardasi intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa pertumbuhan. Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term dan
postterm yang terbadi dalam :
a. Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK)
b. Neonatus Cukup Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NCB-KMK)
c. Neonatus Lebih Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NLB-KMK).
2. Bagaimana klasifikasi BBLR ?
Menurut Rukmono (2013) Klasifikasi BBLR dibagi menjadi 2 yaitu:
Klasifikasi menurut Berat Lahir yaitu:
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat 1500 – 2499 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000 – 1499
gram.
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLR) dengan berat lahir < 1000 gram.
Klasifikasi BBLR Menurut Masa Kehamilan yaitu:
a. Prematuritas Murni atau Sesuai Masa Kehamilan /SMK
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan
berat badan sesuai dengan masa kehamilan. Kepala relatif lebih besar dari
badannya, kulit tipis transparan, lemak subkutan kurang, tangisnya lemah
dan jarang.
b. Dismaturitas atau Kurang Masa Kehamilan / KMK
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasinya. Hal tersebut menunjukkan bayi mengalami
gangguan pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk
masa kehamilannya.
3. Apa saja etiologi dari BBLR ?
Menurut Lestari (2016), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya BBLR yaitu sebagai berikut:
a) Faktor ibu, seperti riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan
antepartum, malnutrisi, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronis
lainnya, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak
dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi dan penderita diabetes
mellitus berat.
b) Faktor janin, seperti cacat bawaan, kehamilan ganda (gemeli) dan
ketuban pecah dini/KPD.
c) Keadaan sosial ekonomi yang rendah sehingga akses terhadap
kecukupan dan kualitas nutrisi menjadi menurun.
d) Kebiasaan misalnya konsumsi makanan dengan nilai nutrisi yang
buruk karna berpantang makan tertentu.
e) Idiopatik yaitu kondisi medis yang belum dapat terungkap jelas
penyebabnya.
4. Bagaimana tanda dan gejala BBLR ?
Menurut NANDA (2015), tanda dan gejala BBLR yaitu:
1) Sebelum bayi lahir
a) Pada anamneses sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus dan kelahiran mati.
b) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya agak sudah lanjut.
c) Pertambahan BB ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang
seharusnya.
d) Sering dijumpai kehamilan oligradramnion gravidarum atau
perdarahan anterpartum.
e) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
2) Setelah bayi lahir
a) Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c) Bayi dengan small for date sama dengan bayi dengan retradasi
pertumbuhan intrauterine
d) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
5. Bagaimana Patofisiologi bisa terjadinya BBLR ?
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan syarat
untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara umum bayi
berat badan lahir rendah ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan atau prematur dan disebabkan karena dismaturitas. Biasanya hal
ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi
janin, plasenta yang menyebabkan suplai makanan ibu ke bayi berkurang.
Faktor lainnya yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor
genetik atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum
alkohol,dan sebagainya (Mochtar, 2012).
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi
prematur cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus
diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Berkaitan denganhal itu, maka
menghadapi bayi prematur harus memperhatikan masalah masalah sebagai
berikut :
a) Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)
Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas
dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena
pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang
sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas
permukaan tubuh relatif lebih besar dibandingkan dengan berat badan
sehingga mudah kehilangan panas (Maryunani, Puspita 2013).
b) Gangguan pernafasan
Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara spontan dan
teratur beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini menyebabkan terjadinya
hipoksia yang diikuti dengan asidosis respiratorik. Apabila proses
berlanjut maka metabolisme sel dalam suasana anaerob akan menyebabkan
asidosis metabolik yang selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler.
Menurunnya atau terhentinyadenyut jantung menyebabkan iskemia.
Iskemia setelah mengalami asfiksia selama 5 menit menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah kecil dimana akan mengakibatkan
kerusakan-kerusakan menetap (Maryunani, Puspita 2014)
c) Sistem imunologi
Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat lahirrendah
terhadap infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi Ig G serum pada
bayi sama dengan bayi matur. Imunoglobulin G ibuditransfer secara aktif
melalui plasenta ke janin pada trimester terakhir. Konsentrasi Ig G yang
rendah mencerminkan fungsi plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan
janin intra uterin yang buruk dan meningkatkan risiko infeksi post natal.
Oleh karena itu bayi dengan berat lahir rendah berpotensi mengalami
infeksi lebih banyak dibandingkan bayi matur (Maryunani, Puspita 2014).
6. Pemeriksaan diagnostik apa saja yang bisa dilakukan untuk mengetahui
penyebab dari BBLR ?
Pemeriksaan diagnostik menurut NANDA (2015) yaitu:
a. Pada hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ) terdapat jumlah
sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3,
b. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan)
d. Nilai bilirubun normal total adalah : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan,
8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Eloktrolit harus dipantau ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
f. Pemeriksaan AGD
7. Apa saja komplikasi BBLR jika tidak segera ditangani ?
Menurut Momeni, 2017 komplikasi BBLR pada bayi prematur yaitu :
1) Asfiksia
Asfiksia disebabkan karena kurangnya surfaktan (ratio lesitin atau
sfingomielin < 2, Pertumbuhan dan pengembangan yang belum sempurna,
otot pernafasan yang masih lemah, dan tulang iga yang mudah
melengkung atau pliable thorax.
2) Masalah pemberian ASI
Hal tersebut dikarenakan ukuran tubuh BBLR yang kecil, kurang
energi, lemah, lambungnya kecil, dan tidak dapat menghisap dengan kuat.
Komplikasi BBLR pada bayi dismatur :
1) Sindrom aprirasi mekonium
Keadaan hipoksia intrauterineakan mengakibatkan janin mengadakan
“gasping” dalam uterus. Selain itu, mekonuim akan dilepaskan ke dalam
likour amnion seperti yang sering terjadi pada “subacute fetal distress”.
Akibatnya, cairan yang mengandung mekonuiim yang lengket itu masuk
ke dalam paru janin karena inhalasi. Pada saat lahir bayi akan menderita
gangguan pernafasan yang sangat menyerupai sindrom gangguan
pernafasan idiopatik
2) Penyakit membrane hialin
Hal ini karena surfaktan paru belum cukup sehingga alveoli selalu
kolaps.Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara residu
dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggal
pada pernafasan berikutnya.Akibat hal iniakan tampak dispnu yang berat,
retraksi egigastrium, sianosis, dan pada paru terjadi atelektasis dan
akhirnya terjadi aksudasi fibrin dan lain-lain serta terbentuk membrane
hialin.
8. Bagaimana penatalaksaan medis pada BBLR?
Penatalaksanaan Medis menurut lestari (2016) yaitu :
1) Pengaturan suhu Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang
cukup hangat dan istirahat, konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam
able le maka suhunya untuk bayi dengan berat badan 2 kg adalah 35C dan
untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 34C. Bila tidak ada able
le, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan
botolbotol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu
petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam able le hanya dipakaikan popok
untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit,
pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini
mungkin.
2) Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi able le adalah sedikit
demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini
berupa glukosa, ASI atau Pendamping ASI atau mengurangi resiko
hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik
dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut. Umumnya bayi
dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama dengan
pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap
dengan menelan. Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan
glukosa 5 % yang steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2-
4 ml untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk
bayi dengan berat lebih dari 1500 gram. Apabila dengan pemberian
makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran, pemberian ASI/PASI
dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.
3) Mencegah infeksi
Bayi able le mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya
tubuh bayi terhadap infeksi kurang able le able le belum terbentuk dan
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Prosedur
pencegahan infeksi adalah mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun
dan air mengalir selama 2 menit sebelum masuk ke ruang rawat bayi;
mencuci tangan dengan zat anti septic/sabun sebelum dan sesudah
memegang seorang bayi; mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan
semua benda yang berhubungan dengan bayi; membatasi jumlah bayi
dalam satu ruangan; melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke
ruang rawat bayi (Lestari, 2016).

F. Learning Issue
1. Memahami pengertian, etiologi, manifestasi, patofisiologi, komplikasi dan
penatalaksanaan dari BBLR pada pasien.
2. Mengetahui masalah – masalah dan intervensi keperawatan yang berhubungan
dengan pasien BBLR.
G. Problem Solving

No.
Rencana Keperawatan
Diagnogsa Keperawatan
Nursing Outcome Nursing Intervention
1. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 Jam Monitoring Pernafasan (3350)
berhubungan dengan imaturitas diharapkan masalah dapat teratasi dengan 1. Pantau secara ketat pasien yang beresiko
ditandai dengan : kriteria hasil : tinggi mengalami gangguan respirasi
DO : Status pernafasan (0415) (seperti pasien dengan terapi opioit, bayi
- Retraksi dada derajat 1 1. Penggunaan otot bantu nafas dari baru lahir, pasien dengan ventilasi
- Terdapat sianosis (2) berat menjadi (3) cukup mekanik, pasien dengan luka bakar di
- Bayi menggunakan alat bantu 2. Retraksi dinding dada dari (1) wajah dan dada, gangguan
nafas CPAP dan PEEP sangat berat menjadi (3) cukup. neuromuscular).
3. Sianosis (1) sangat berat menjadi 2. Monitor kecepatan, irama, kedalaman
(3) cukup. dan kesulitan bernafas
3. Cata pergerakan dada, catat

2. Ketidakefektifan pola menyusui Setelah dilakukan tindakan 3 x 4 Jam Pengurangan Kecemasan (5820)
bayi berhubungan dengan diharapkan status nutrisi bayi dapat teratasi 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
hipersensitifitas oral : dengan kriteria hasil : meyakinkan
DS :. Status nutrisi bayi (1020) 2. Berikan informasi faktual terkait
- Ibu merasa cemas karena 1. Intake nutrisi dari (1) tidak adekuat diagnosis, perawatan dan prognosis
belum keluar asi yang banyak. menjadi (3) cukup adekuat. 3. Dengarkan klien
DO : 2. Intake cairan lewat mulut dari (1) 4. Puji atau kuatkan perilaku baik secara
- Asi keluar tidak lancar, baru tidak adekuat menjadi (3) cukup tepat
tersedia 2 cc tiap jam melalui adekuat. 5. Identifikasi pada saat terjadi perubahan
OGT 3. Perbandingan berat atau tinggi dari tingkat kecemasan
- Apgar score 6-8 (1) tidak adekuat menjadi (3) 6. Intruksikan klien untuk menggunakan
cukup adekuat teknik reklaksasi
4. Intake makanan lewat selang dari 7. Kaji untuk tanda verbal dan nonverbal
(2) sedikit adekuat menjadi (4) kecemasan.
sebagian adekuat.

3. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 Jam Teknik menenangkan (5880)
stressor ditandai dengan: diharapkan masalah dapat teratasi dengan 1. Pertahankan sikap yang tenang dan hati-hati
DS : kriteria hasil : 2. Kurangi stimuli yang menciptakan perasaan
- Ibu sangat cemas karena asi Tingkat rasa takut (1210) takut maupun cemas
belum keluar banyak dan 1. Distress dari cukup berat (2) 3. Berada di sisi klien
anaknya dirawat di inkubator menjadi sedang (3) 4. Yakinkan keselamatan dan keamanan klien
- Ibu sering datang menengok 2. Kekurangan kepercayaan diri dari 5. Identifikasi orang-orang terdekat klien yang
bayinya tapi takut menyentuh cukup berat (2) menjadi ringan (4) bisa membantu klien
bayinya 3. Kekhawatiran berlebihan tentang 6. Berikan waktu dan tempat untuk menyendiri
DO : peristiwa kehudupan dari berat (1) jika diperlukan
- Bayi dirawat di incubator menjadi sedang (3) 7. Duduk dan bicara dengan klien
- Asi ibu belum keluar lancar 4. Verbalisasi rasa takut dari cukup 8. Tawarkan usapan pada punggung jika
baru tersedia 2 cc tiap 4 jam berat (2) menjadi ringan (4) diperlukan
melalui OGT 5. Ketakutan cukup berat (2) menjadi 9. Intruksikan klien untuk menggunakan
- Terdapat sianosis ringan (4) metode untuk mengurangi kecemasan
- Bayi menggunakan alat bantu misalnya dengan teknik bernapas dalam
nafas CPAP dan PEEP

4. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 Jam Kontrol Infeksi (6540)
dengan imunologis tidak adekuat diharapkan masalah dapat teratasi dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
ditandai dengan : kriteria hasil : dan local
DS : Status Imunitas (0702) 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Ibu sering datang menengok 1. Fungsi respirasi dari sangat 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
bayinya tapi takut menyentuh terganggu (1) menjadi cukup tindakan keperawatan
bayinya terganggu (3) 4. Gunakan baju, sarung tangan, sebagai
DO : 2. Suhu tubuh dari banyak alat pelindung
- Bayi mendapat terapi injeksi terganggu (2) menjadi cukup 5. Pertahankan lingkungan aseptic selama
Ampicillin 2x125 mg, terganggu (3) pemasangan alat
Bentacimin 12,5 mg 3. Skrining untuk infeksi saat ini 6. Gunakan sabun anti mikroba untuk
- Bayi di rawat di inkubator, dari banyak terganggu (2) mencuci tangan
suhu 36,1-37,3 ͦ c menjadi cukup terganggu (3) 7. Pertahankan teknik isolasi
8. Dorong masukan nutrisi yang cukup
9. Dorong masukan cairan
10. Ajarkan keluarga tanda dan gejala infeksi
11. Ajarkan keluarga cara menghindari
infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, T. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika


Maryunani, A. 2013. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Jakarta :Trans
Info Media.
Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC,
Momeni, et al, 2017.Prevalence and Risk Factors of Low Birth Weight in the Southeast of
Iran, International Journal of Preventive Medicine 2017;8:1.
http://www.ncbi.nlm.gov.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta : EGC
Rukmono, P .2013. Neonatologi Praktis. Bandar Lampung : AURA

Anda mungkin juga menyukai