1: Pada suatu masa, kita pernah bersama, berbagi canda
tawa, bersama dalam duka lara. Memori telah terpatri, terbingkai dengan rapi, di satu sudut hati, tak pernah berkawan sepi…
2: … tak pernah lagi dirasa, sejak dirinya hadir di dunia, sepi
tak lagi bermakna, kini hidup penuh suka…
3: … disambut gempita oleh seluruh bangsa, sang pembawa
asa. Sebagai simbol kepahlawanan, wujud nyata dari sebuah harapan…
4: … terdiri dari kumpulan angan, yang menyatu menjadi
keinginan. Keinginan yang melambung tinggi, hingga masuk merasuki mimpi…
3: … seorang anak bangsa dari pedalaman, menganyam cita
akan kemajuan. Tak peduli akan gunjingan, hanya sanggup melihat tujuan, berjuang mewujudkan harapan…
4: … telah membuat bertahan, dari segala badai cobaan.
Cobaan tak lagi dihiraukan, mengingat bayang-bayang senyuman… 2: … yang terkembang malu, lirikan mata menjadi sipu, sapa hangat meski ragu…
3: … tak dikenal, yang ada hanyalah keyakinan…
1: … terbantahkan. Menjadi saksi kesetiaan bulan. hanya
doa yang bisa dipanjatkan, agar rasa ini tersampaikan. Namun apalah daya, diri tak miliki kuasa, karena diri hanyalah papa, punya rasa tanpa upaya…
3: … -kan yang terbaik bagi atas nama ibu pertiwi, tanpa
ragu berkorban diri. Inilah bukti akan sebuah pengorbanan, yang tak butuhkan imbalan, walau tua datang tak lama…
2: … debaran ini mulai terasa, sebagai suatu penerang jiwa,
tiap kali melihat wajahnya, yang pancarkan sejuta pesona, hingga hati mulai terbiasa…
4: … akan luka, dan berteman dengan duka. Senyum telah
terkembang, bukan untuk disimpan, melainkan biarkan tetap terbang, membawa sebagian kebahagiaan…
3: … rakyatlah yang paling utama. Bagaimana
mengetahuinya? Tanya saja pada yang sedang berkuasa. Simbol mayoritas, kumpulan harap yang meretas, wujudkan angka berbilang, acuhkan suara yang hilang…
4: … sudah, lepaslah, terbang tak tentu arah, tak lagi bisa
dijamah. Hilang semua kepercayaan, lepas semua harapan, terbang segala impian, tak lagi jadi tujuan…