Anda di halaman 1dari 22

Yth,

1. Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya


2. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
3. Para Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah
4. Para Kepala Satuan Kerja di Direktorat Jenderal Cipta Karya

SURAT EDARAN
NOMOR:

TENTANG

PENERAPAN BUILDING INFORMATION MODELLING DI LINGKUNGAN


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

A. Umum
Sehubungan dengan implementasi PUPR 4.0, Direktorat Jenderal Cipta
Karya bermaksud menerapkan Building Information Modelling dalam proses
perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi. Building Information
Modelling (BIM) adalah proses membuat dataset digital yang membentuk
model tiga dimensi dan informasi yang melekat pada model, serta data
Bangunan Gedung dan infrastruktur ke-Cipta Karya-an lainnya secara
bersamaan.
Dalam tahap perencanaan teknis, proses tersebut dikolaborasikan antar
para pihak terkait, sejak proses pengumpulan data primer dan sekunder,
penyusunan konsep desain, pra rancangan desain, pengembangan
rancangan dan rancangan detail desain.
Penerapan BIM bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi dan
meminimalisasi kesalahan dalam perencanaan teknis Bangunan Gedung
dan infrastruktur ke-Cipta Karya-an lainnya secara keseluruhan. Adapun
lingkup pekerjaan yang akan diterapkan BIM mencakup
pembangunan Bangunan Gedung dan infrastruktur ke-Cipta Karya-an
khusus di Direktorat Jenderal Cipta Karya. Untuk mewujudkan
penerapan BIM yang baik dan terarah maka perlu disusun panduan
tahapan penerapan BIM di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya.
B. Dasar Pembentukan
1. Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4247);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2014 tentang
Keinsinyuran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
61);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 251);
4. Undang Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 11,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 6018);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 tentang
Arsitek (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 179);
6. Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 6573);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
107, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6494);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6626);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6626);
10. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 33);
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2019 tentang
Satu Data Indonesia (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 112);
12. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2020 tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 40);
13. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 63);
14. Peraturan Presiden Nomor 120 Tahun 2022 tentang Penugasan Khusus
dalam rangka Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 193);
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
22 Tahun 2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1433);
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang Bangun Melalui
Penyedia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 98);
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
13 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 483);
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 16
Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
di Kementerian PUPR (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 554);
19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 25
Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun 2020 tentang Standar
dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang
Bangun melalui Penyedia (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 554);
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 9
Tahun 2021 tentang Pedoman Penyelenggaraan Konstruksi
Berkelanjutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
306);
21. Buku Standar dan Protokol Building Information Modeling PUPR;
C. Maksud dan Tujuan
Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan
penerapan BIM dalam perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi
Bangunan Gedung dan infrastruktur ke-Cipta Karya-an di lingkungan
Direktorat Jenderal Cipta Karya yang mencakup:
1. pembangunan atau rehabilitasi kantor pemerintahan;
2. pembangunan atau rehabilitasi asrama mahasiswa;
3. pembangunan, rehabilitasi, atau renovasi sarana dan prasarana
pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan tinggi;
4. pembangunan atau rehabilitasi gedung/bangunan umum;
5. pembangunan atau rehabilitasi sarana dan prasarana serta utilitas
umum;
6. pembangunan, rehabilitasi, atau renovasi sarana dan prasarana
olahraga;
7. pembangunan atau rehabilitasi auditorium;
8. pembangunan atau rehabilitasi bangunan gedung fungsi sosial dan
keagamaan;
9. pembangunan atau rehabilitasi istana;
10. rehabilitasi bangunan cagar budaya atau penataan bangunan kawasan
cagar budaya;
11. pembangunan, rehabilitasi, atau renovasi sarana dan prasarana pasar;
12. pembangunan atau rehabilitasi rumah sakit; dan
13. penyelenggaraan kawasan permukiman.
Surat Edaran ini bertujuan untuk:
1. mempercepat penerapan teknologi BIM di lingkup Direktorat Jenderal
Cipta Karya sehingga dapat mendukung pembangunan Bangunan
Gedung dan infrastruktur ke-Cipta Karya-an secara efektif dan efisien;
2. mewujudkan prinsip satu data digital di Direktorat Jenderal Cipta
Karya;
3. mewujudkan transformasi digital di bidang konstruksi bangunan
gedung;
4. dan mewujudkan peningkatan mutu perencanaan pembangunan
Bangunan Gedung dan infrastruktur ke-Cipta Karya-an.
D. Ruang Lingkup
Lingkup Surat Edaran ini meliputi:
1. Definisi;
2. Organisasi pelaksana penerapan BIM;
3. Prinsip-prinsip penerapan BIM;
4. Jenis infrastruktur yang menerapkan BIM;
5. Jenis proyek yang menerapkan BIM;
6. Kebutuhan informasi organisasi;
7. Ketentuan penerapan metode BIM;
8. Platform kolaborasi (Common Data Environment/CDE);
9. Kebutuhan dan tingkat kedalaman informasi;
10. peran dan tanggung jawab;
11. pembiayaan; dan
12. pemantauan dan evaluasi.

D.1. Definisi
Dalam Surat Edaran ini yang dimaksud:
1. Bangunan gedung adalah Bangunan Gedung adalah wujud fisik
hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan
latau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial,
budaya, maupun kegiatan khusus;
2. Building Information Modelling (BIM) adalah representasi digital
dari karakter fisik dan karakter fungsional pada suatu bangunan,
dimana didalamnya terkandung semua informasi mengenai
elemen-elemen bangunan tersebut yang digunakan sebagai basis
pengambilan keputusan dalam proses perencanaan, pelaksanaan
konstruksi dan masa operasi bangunan serta masa pembongkaran
dan pembangunan kembali yang membentuk aset digital yang
merupakan suatu kembaran dari kondisi fisik sesungguhnya
(digital twin);
3. Informasi digital adalah satu atau sekumpulan data elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik
(electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf,
tanda, angka, kode akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya;
4. Aset adalah sesuatu yang mempunyai nilai baik secara
potensi maupun secara aktual bagi sebuah organisasi;
5. Aset Digital adalah informasi digital yang mempunyai nilai baik
secara potensi maupun secara aktual bagi sebuah organisasi
yang dapat dikelola oleh sistem pemrosesan data untuk
menunjang kebutuhan informasi secara cepat;
6. Siklus Aset Digital adalah siklus pembuatan aset digital mulai dari
tahap perencanaan (Survei, Investigasi, Desain/SID), pengadaan
lahan (Land Acquisition/LA), pelaksanaan konstruksi
(Construction/C), operasi dan pemeliharaan (Operation and
Maintenance/OM) (SIDLACOM), termasuk proses pengadaan
(procurement) di dalamnya, serta pembongkaran dan
pembangunan kembali;
7. Tahap perencanaan (Survey, Investigasi, Desain/SID) dapat
dilakukan kembali pada pekerjaan pembongkaran sebagian
(demolisi parsial) dan atau pembangunan kembali;
8. Kebutuhan Informasi Organisasi (Organization Information
Requirement/OIR) adalah kebutuhan informasi pengguna jasa
pada siklus aset untuk mendukung sistem manajemen aset dalam
mencapai sasaran dan tujuan organisasi;
9. Platform kolaborasi (Common Data Environment / CDE) adalah
platform digital yang menjadi pusat sumber informasi dan
pertukaran informasi yang digunakan untuk mengumpulkan,
mengolah dan menyebarkan informasi digital untuk seluruh tim
proyek (yaitu semua informasi proyek baik yang dibuat di
lingkungan BIM maupun di format data konvensional) serta dapat
memfasilitasi kolaborasi antara anggota tim proyek dan membantu
menghindari duplikasi dan kesalahan;
10. Aplikasi BIM adalah perangkat lunak (software) yang dapat
digunakan untuk menghasilkan dan/atau memanfaatkan model
gambar tiga dimensi (3D model) sebagai dasar pembuatan
informasi pada setiap tahapan pembangunan fisik yang memenuhi
prinsip penerapan BIM;
11. Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang
menggunakan layanan Jasa Konstruksi yang dapat berupa
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pembuat
Komitmen;
12. Penyedia jasa adalah Penyedia Jasa Konstruksi yang selanjutnya
disebut Penyedia adalah pelaku usaha yang menyediakan Jasa
Konstruksi berdasarkan Kontrak;
13. Konsultan Manajemen Konstruksi adalah pelaku usaha yang
menyediakan layanan usaha manajemen konstruksi berdasarkan
Kontrak.
14. Tim Kerja Penyedia Jasa (Delivery Team) adalah Tim yang dibentuk
oleh penyedia jasa dalam melaksanakan kegiatan pembuatan
informasi BIM, sekurang – kurangnya terdapat pembuat model
BIM (BIM Modeler) dan Manajer BIM (BIM Manager);
15. Pembuat model BIM (BIM Modeler) adalah seseorang atau tim
penyedia jasa yang memiliki keterampilan mengoperasikan
perangkat lunak (software) atau aplikasi BIM yang dibuktikan
dengan pengalaman atau sertifikat keahlian;
16. Manajer BIM (BIM Manager) adalah seseorang yang disiapkan oleh
penyedia jasa untuk mengatur dan membuat keputusan terhadap
implementasi BIM dalam memenuhi kebutuhan informasi
pengguna jasa pada sebuah proyek atau organisasi penyedia jasa;
17. Walidata adalah pengelola / administrator data di Direktorat
Jenderal Cipta Karya, yaitu Unit Kerja Teknis yang bersangkutan;
18. Platform Kolaborasi Unit Kerja (CDE Unker) adalah platform
kolaborasi (CDE) yang digunakan di internal Direktorat Jenderal
Cipta Karya yang dikelola oleh Tim Pelaksana BIM tiap unit kerja
dengan penyeragaman struktur pembagian ruang penyimpanan
(folder) di dalam CDE untuk seluruh platform kolaborasi (CDE) di
tiap unit organisasi, dimana dimungkinkan akses informasi lintas
unit organisasi;
19. Platform Kolaborasi Proyek (CDE Proyek) adalah platform
kolaborasi (CDE) yang dipakai di tiap paket proyek pekerjaan,
yang dapat disediakan oleh pengguna jasa melalui platform
kolaborasi unor (CDE Unor) atau dapat disediakan oleh penyedia
jasa melalui platform kolaborasi masing-masing penyedia jasa
(CDE Penyedia);
20. Rencana Implementasi BIM (BIM Execution Plan/BEP) adalah
dokumen rencana implementasi BIM yang dibuat oleh penyedia
jasa yang merupakan rencana penyedia jasa dalam memenuhi
kebutuhan informasi pengguna jasa sesuai dijabarkan dalam
dokumen KAK;
21. Jasa Konstruksi adalah layanan Jasa Konsultansi Konstruksi
dan/atau Pekerjaan Konstruksi;
22. Jasa Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau
sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan,
perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan
konstruksi suatu bangunan;
23. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan
yang meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan,
pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu bangunan;
24. Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design
and Build) adalah pekerjaan yang berhubungan dengan
pembangunan suatu bangunan, yang penyedia jasanya memiliki
satu kesatuan tanggung jawab perancangan dan pelaksanaan
konstruksi;
25. Proyek Strategis Nasional (PSN) adalah proyek yang dilaksanakan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau badan usaha yang
memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah;
26. Tingkatan kedalaman pengembangan informasi (Level of
Development/LOD) adalah merupakan gambaran karakteristik
elemen dalam model bangunan, yang menggambarkan tingkat
kedalaman detail informasi grafis yang dibangun secara bertahap
pada tiap tahap pekerjaan dari tahap persiapan sampai dengan
konstruksi;
27. Internet untuk Segala (Internet of Things/IoT) adalah sebuah
konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat dari
konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus,
dengan kemampuan seperti berbagi data, kendali jarak jauh
(remote control) dan sebagainya, termasuk juga pada benda di
dunia nyata;
28. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (Pre Construction Meeting /
PCM) adalah pertemuan awal yang dilaksanakan paling lambat 7
hari setelah terbitnya surat perintah mulai kerja (SPMK) yang
diikuti oleh penyedia dan pengguna jasa terkait pelaksanaan
pekerjaan;
29. BIM Level 1 adalah penggunaan teknologi BIM yang tidak
menerapkan fungsi kolaborasi melalui platform kolaborasi (CDE);
30. BIM Level 2 adalah penggunaaan teknologi BIM yang sudah
menerapkan fungsi kolaborasi melalui platform kolaborasi (CDE);
31. Perjanjian Kerahasiaan (Non-disclosure Agreement) adalah suatu
hukum kontrak atau perjanjian antara setidaknya dua pihak
untuk menjaga kerahasiaan informasi dan atau material tertentu
yang dibagi akses informasinya antara dua pihak tersebut namun
tidak diijinkan adanya akses informasi ke pihak ketiga.

D.2. Organisasi Pelaksana Penerapan BIM


Penerapan BIM dilaksanakan pada tahap perencanaan teknis,
konstruksi, dan pemeliharaan Bangunan Gedung dan Infrastruktur
ke-Cipta Karya-an di Direktorat Jenderal Cipta Karya pada unit kerja:
1. Direktorat Bina Penataan Bangunan;
2. Direktorat Penataan Kawasan Permukiman;
3. Direktorat Prasarana Strategis; dan
4. Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan.

D.3. Prinsip-prinsip Penerapan BIM


Penerapan BIM harus didasari prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Informatif
Informasi yang dihasilkan harus dapat disajikan secara cepat,
akurat, dan menjawab kebutuhan informasi organisasi
(organization information requirement /OIR).
2. Kolaboratif
Penerapan teknologi BIM mewujudkan peningkatan proses kerja
sama antara pengguna jasa dan penyedia jasa sehingga dapat
meminimalkan tingkat kesalahan, kesalahpahaman, dan
pekerjaan ulang (reworks).
3. Koordinasi
Penggunaan teknologi BIM harus dapat meningkatkan pola
komunikasi antara pengguna jasa dan penyedia jasa seperti dalam
proses persetujuan dokumen dan pertukaran informasi lainnya.
4. Integrasi Data
Implementasi BIM mendukung kebijakan tata kelola data
pemerintah untuk menghasilkan data yang akurat, mutakhir,
terpadu, dan dapat dipertanggungjawabkan, serta mudah diakses
dan dibagi pakaikan (shared) antar instansi pemerintah pusat
dan instansi pemerintah daerah melalui pemenuhan Standar
Data, Metadata, Interoperabilitas Data, serta menggunakan Kode
Referensi dan Data Induk.
5. Menyeluruh
Penerapan BIM secara luas dan lengkap untuk seluruh tahapan
pekerjaan konstruksi, mulai dari tahap perencanaan teknis dan
tahap pelaksanaan (construction), termasuk proses pengadaan
(procurement) didalamnya, serta dapat digunakan pada tahap
pembongkaran dan pembangunan kembali,dengan tingkat
kedalaman informasi (level of development/LOD) pada
setiap tahapan disesuaikan dengan jenis proyek pekerjaan sesuai
dengan kebutuhan masing-masing unit organisasi pelaksana.
6. Interoperabilitas
Sistem yang digunakan dalam kolaborasi menggunakan aplikasi
dan format file keluaran yang umum yang dapat terhubung
dengan mudah dengan aplikasi lain antara sistem yang satu
dengan yang lain tanpa batasan software atau aplikasi tertentu,
namun harus tetap mendukung pembentukan informasi yang
dibutuhkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya yang kompatibel
dengan aplikasi yang digunakan oleh walidata masing - masing
unit kerja.
7. Transparan dan Otentik
Informasi yang tersimpan di dalam platform kolaborasi (CDE)
harus dapat diverifikasi dan divalidasi serta dapat diperiksa
(audit).
8. Keberlanjutan
Model informasi yang dihasilkan digunakan secara berkelanjutan
sejak tahap perencanaan teknis dan tahap pelaksanaan
konstruksi (Construction), beserta proses pengadaan (procurement)
di dalamnya, termasuk saat renovasi bangunan, masa
pembongkaran bangunan dan pekerjaan konstruksi bangunan
baru di kemudian hari.
9. Kemudahan Pemakaian (User Friendly)
Pedoman, standar, dan sistem yang digunakan dalam
penerapan BIM dan kolaborasi harus mudah digunakan dan
mudah dipahami.
10. Andal (Reliable)
Penerapan BIM dilakukan dengan ketentuan yang seragam dalam
setiap proyek pekerjaan agar hasil penerapan BIM dapat dijamin
tercapainya standar minimum kualitas yang seragam.

D.4. Jenis Infrastruktur yang menerapkan BIM


Jenis infrastruktur yang harus menerapkan BIM mencakup:
1. pembangunan atau rehabilitasi kantor pemerintahan;
2. pembangunan atau rehabilitasi asrama mahasiswa;
3. pembangunan, rehabilitasi, atau renovasi sarana dan prasarana
pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan tinggi;
4. pembangunan atau rehabilitasi gedung/bangunan umum;
5. pembangunan atau rehabilitasi sarana dan prasarana serta
utilitas umum;
6. pembangunan, rehabilitasi, atau renovasi sarana dan prasarana
olahraga;
7. pembangunan atau rehabilitasi auditorium;
8. pembangunan atau rehabilitasi bangunan gedung fungsi sosial
dan keagamaan;
9. pembangunan atau rehabilitasi istana;
10. rehabilitasi bangunan cagar budaya atau penataan bangunan
kawasan cagar budaya;
11. pembangunan, rehabilitasi, atau renovasi sarana dan prasarana
pasar;
12. pembangunan atau rehabilitasi rumah sakit; dan
13. penyelenggaraan kawasan permukiman.

D.5. Jenis Proyek yang Menerapkan BIM


Proyek pekerjaan konstruksi di bidang Cipta Karya harus menerapkan
BIM antara lain:
1. Pekerjaan konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (design
and build), meliputi pekerjaan kompleks dan pekerjaan mendesak,
dengan kriteria dan ketentuan sesuai diatur dalam Peraturan
Menteri PUPR Nomor 1 Tahun 2020 dan Peraturan Menteri PUPR
Nomor 25 Tahun 2020, dan/atau;
2. Pekerjaan konstruksi yang bernilai di atas Rp.100.000.000.000,00
(Seratus Milyar Rupiah), dan/atau;
3. Proyek Strategis Nasional (PSN), dan/atau;
4. Pekerjaan konstruksi bangunan gedung tidak sederhana dengan
kriteria luas di atas 2000 m2 (dua ribu meter persegi) dan di atas
2 (dua) lantai, dan/atau;
5. Pekerjaan konstruksi Bangunan Gedung Negara dengan klasifikasi
khusus, dengan kriteria dan ketentuan sesuai diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 dan Peraturan
Menteri PUPR Nomor 22 Tahun 2018, dan/atau;
6. Metode pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung dengan kriteria
dan ketentuan sesuai diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
16 Tahun 2021, antara lain:
i. Pelaksanaan konstruksi bangunan padat teknologi, dengan
kriteria pekerjaan:
a. bangunan bertingkat menengah dan tinggi;
b. teknologi tidak sederhana dan risiko tinggi;
c. bahan bangunan non standar;
d. memerlukan peralatan mekanik dan elektrik;
e. wajib menggunakan BIM paling sedikit sampai dimensi
kelima; dan
f. dilakukan oleh penyedia jasa paling sedikit klasifikasi
menengah dengan melibatkan quantity surveyor dan
manajemen konstruksi.
ii. Pelaksanaan konstruksi bangunan padat modal, dengan
kriteria pekerjaan:
a. bangunan pencakar langit dan super tinggi.
b. teknologi dan risiko tinggi;
c. bahan bangunan khusus;
d. memerlukan peralatan khusus dan canggih;
e. wajib menggunakan BIM sampai dimensi kedelapan;
dan
f. dilakukan oleh penyedia jasa klasifikasi besar dengan
melibatkan quantity surveyor, manajemen proyek dan
manajemen konstruksi.
D.6. Kebutuhan Informasi Organisasi
Ketentuan informasi yang dibutuhkan pada setiap tahapan
perencanaan teknis dan tahapan pelaksanaan konstruksi sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
2021, Peraturan Menteri PUPR Nomor 22 Tahun 2018, dan Peraturan
Menteri PUPR Nomor 1 Tahun 2020. Informasi tersebut merupakan
kebutuhan informasi yang dapat dikelola dengan baik sehingga
menjadi aset digital yang mudah diakses dan mudah dipergunakan
kembali.
Informasi perkembangan program kerja masing – masing Unit Kerja
dapat diakses secara mutakhir oleh Direktur Jenderal Cipta Karya dan
jajaran Pimpinan Tinggi Pratama.
D.7. Ketentuan Penerapan Metode BIM
Penerapan Metode BIM diatur dengan ketentuan:
1. Tim Pelaksana BIM di tiap unit kerja dibentuk dengan struktur
organisasi tim yang disesuaikan dengan kebutuhan masing -
masing unit kerja;
2. Tim Pelaksana BIM bersama Walidata Direktorat Jenderal Cipta
Karya berkoordinasi dengan Walidata PUPR (Pusdatin) dalam
menyiapkan ruang penyimpanan di dalam sistem Pusat Data
untuk :
i. Pemantauan dan evaluasi;
ii. Pengumpulan Informasi digital tahap perencanaan teknis
dan tahap pelaksanaan konstruksi.
3. Pengguna Jasa berkoordinasi dengan Tim Pelaksana BIM tiap unit
kerja dalam proses pengadaan jasa konstruksi untuk
mendapatkan akses ke dalam platform kolaborasi unit kerja (CDE
Unker) dan dalam proses menyusun rekomendasi penyiapan
Rencana Pelaksanaan BIM (BIM Execution Plan / BEP) yang
merupakan bagian dari dokumen KAK;
4. Pemilihan penyedia jasa dapat dilakukan dengan prakualifikasi
atau pascakualifikasi, dengan ketentuan sesuai diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 dan Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2021;
5. Bilamana tahapan pemilihan menggunakan metode prakualifikasi,
dokumen BEP disiapkan dalam dua tahapan:
i. BEP tahapan prakualifikasi yang sekurang – kurangnya
berisi informasi secara umum mengenai kemampuan
penyedia jasa, seperti platform teknologi yang akan dipakai,
lisensi yang dimiliki, kompetensi SDM yang dimiliki dan
daftar pengalaman pekerjaan dalam memenuhi kebutuhan
informasi dari pengguna jasa (owner). Dokumen ini disebut
dengan dokumen BEP prakualifikasi;
ii. BEP tahapan pascakualifikasi yakni dokumen BEP dibuat
lebih detail yang sekurang – kurangnya berisi informasi
secara umum yang lebih mendetail mengenai kemampuan
penyedia jasa, seperti platform teknologi yang akan dipakai,
lisensi yang dimiliki, daftar pengalaman pekerjaan, rencana
implementasi BIM seperti workflow, platform kolaborasi
(CDE) yang akan dipakai dan rencana matrik peran dan
tanggung jawab (responsibility matrix). Dokumen ini disebut
dengan dokumen BEP Pascakualifikasi.
6. Bilamana tahapan pemilihan hanya menggunakan metode
pascakualifikasi dan/atau penunjukan langsung, maka BEP yang
disediakan oleh penyedia jasa adalah BEP Pascakualifikasi;
7. Pengguna Jasa bertanggung jawab terhadap penyampaian
informasi digital yang dihasilkan selama proses pengadaan
berlangsung yang tersimpan di dalam pusat data;
8. Setelah tahap pemilihan penyedia jasa selesai, penyedia jasa yang
telah ditetapkan sebagai pemenang melakukan penyusunan lebih
detail terhadap matrik peran dan tanggung jawab (responsibility
matrix) yang mengacu pada dokumen BEP pascakualifikasi dan
akan menjadi kesepakatan yang mengikat setelah disepakati
dalam Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (Pre Construction
Meeting / PCM);
9. Informasi digital yang dihasilkan dalam setiap siklus aset
disimpan dalam Platform Kolaborasi (CDE) yang meliputi:
i. Tahap Perencanaan Konstruksi meliputi: Tahap
Penandatanganan Kontrak dan Tahap Pasca
Penandatanganan Kontrak disimpan dalam ruang
penyimpanan platform kolaborasi (CDE) dengan nama Folder
“04_Fase_Perencanaan_Teknis” diikuti dengan sub folder
“01_Kontraktual” dan “02_Produk”;
ii. Tahap Pelaksanaan Konstruksi (Construction) dibagi menjadi
dua tahap; tahap penandatangan kontrak dan tahap pasca
penandatanganan kontrak yang disimpan dalam ruang
penyimpanan platform kolaborasi (CDE) dengan nama Folder
“06_Fase_Pelaksanaan” diikuti dengan sub-folder
“01_Kontraktual”, “02_Produk”, “03_Pengadaan” dan
“04_Laporan”;
10. Untuk pekerjaan konstruksi terintegrasi (Design and Build),
penamaan ruang penyimpanan (folder) dalam CDE sama dengan
pekerjaan non konstruksi terintegrasi (non design and build);
11. Perlu dibuat suatu kesepakatan antara pengguna jasa dan
penyedia jasa tentang alur komunikasi, aliran data, format data
dan batasan tenggat waktu (deadline) terkait metode verifikasi dan
persetujuan (approval) dokumen di dalam platform CDE;
12. Proses verifikasi dan persetujuan (approval) di dalam platform
kolaborasi (CDE) diakui dan dianggap sah sebagai bentuk serah
terima informasi secara resmi;
13. Informasi yang dihasilkan penyedia jasa pada tahap perencanaan
teknis adalah berupa informasi grafis dari aplikasi BIM sesuai
dengan ketentuan kedalaman informasi (poin D.9) yang memuat
informasi non-grafis sekurang – kurangnya berupa karakteristik
fisik elemen bangunan dan spesifikasi seperti nama elemen model,
dimensi, lokasi, jenis dan mutu material serta terdapat
dokumentasi kondisi aktual lapangan, analisa kelayakan
pembangunan, deteksi bentrok (clash detection), tinjauan desain
(design review), visualisasi, analisa struktur (structural analysis),
analisa energi (energy analysis), evaluasi keberlanjutan
(sustainability Evaluation), manajemen ruang (space management),
analisa mekanikal (mechanical analysis), analisa pencahayaan
(lighting analysis);
14. Informasi yang dihasilkan penyedia jasa pada tahapan
pelaksanaan konstruksi adalah berupa perencanaan lokasi (site
planning), analisa lokasi (site analysis), estimasi biaya (cost
estimation), estimasi waktu (time estimation), dengan
memanfaatkan informasi yang telah dihasilkan pada tahapan
perencanaan teknis;
15. Pengguna Jasa harus selalu melaporkan perkembangan pekerjaan
jasa konstruksi sejak tahap persiapan sampai dengan serah terima
pekerjaan;
16. Informasi yang telah dibangun pada tahapan perencanaan dan
pelaksanaan konstruksi dapat digunakan kembali untuk
keperluan pemanfaatan bangunan (Operation and Maintenance)
yang dapat dikelola dan diintegrasikan dengan platform teknologi
yang memanfaatkan Internet of Things (IoT) dengan memberikan
hak akses kepada penerima manfaat ke dalam CDE Unker.

D.8. Platform Kolaborasi (Common Data Environment/CDE)


Platform Kolaborasi (Common Data Environment/CDE) diatur dengan
ketentuan:
1. Standar protokol ini disusun dalam penerapan BIM Level 2 dengan
maksud untuk meningkatkan kolaborasi antara pengguna jasa
dan penyedia jasa melalui Platform Kolaborasi (Common Data
Environment/CDE);
2. Platform kolaborasi proyek (CDE Proyek) dapat disediakan oleh
pengguna jasa atau oleh penyedia jasa sesuai kesepakatan;
3. Apabila akan digunakan platform kolaborasi proyek (CDE Proyek)
yang disediakan oleh pengguna jasa, maka penyedia jasa diberikan
akses yang terbatas sesuai tingkat kebutuhannya;
4. Apabila platform kolaborasi proyek (CDE Proyek) yang akan
digunakan disediakan oleh penyedia jasa (CDE Penyedia), maka
segala bentuk informasi yang tersimpan di dalam Folder
Diterbitkan (Published) harus disimpan juga di dalam platform
kolaborasi (CDE) milik pengguna jasa yaitu di platform kolaborasi
unor (CDE Unor) dan penyedia jasa harus memberikan akses bagi
pengguna jasa dan Tim Pelaksana BIM Unor ke platform
kolaborasi penyedia jasa (CDE Penyedia) selama masa
pelaksanaan kontrak pekerjaan sampai dengan jangka waktu
tertentu setelah proyek berakhir sesuai kesepakatan;
5. Pada Platform Kolaborasi (Common Data Environment / CDE) di
dalam Folder Pasca Penandatanganan Kontrak terdapat sub-folder
yang memiliki struktur penyimpanan file (folder) dengan susunan
hirarki yang bertahap, untuk menjamin keseragaman
penyimpanan file dan menjamin penerapannya di kondisi
perangkat keras yang berbeda, yang terdiri atas folder dengan
nama:
i. Folder “Dalam Proses” (Work In Progress)
ii. Folder “Dibagikan” (Shared)
iii. Folder “Diterbitkan” (Published)
iv. Folder “Diarsipkan” (Archived)
6. Folder “Dalam Proses” (work in progress) adalah tempat informasi
yang sedang dibangun oleh suatu tim kerja, dimana informasi
yang ada di dalam folder ini tidak dapat dilihat atau diakses tim
lain selain tim pemilik folder;
7. Platform kolaborasi (CDE) harus mempunyai kemampuan atau
fitur untuk melakukan proses Check/Review/Approve, yakni
suatu proses untuk mengevaluasi, verifikasi dan validasi informasi
terhadap kesesuaian dengan persyaratan atau terhadap potensi
bentrok (clash) sebelum informasi tersebut dimasukan ke dalam
folder dibagikan (shared);
8. Folder “Dibagikan” (shared), adalah tempat informasi yang sudah
disetujui dan bisa dibagikan dengan tim yang lain untuk diadakan
konsolidasi informasi antar disiplin pekerjaan, misal antara desain
struktur dengan arsitektur ataupun dengan desain mekanikal dan
elektrikal. Di dalam folder shared ini jika terdapat proses
perbaikan, maka harus dikonfirmasikan dengan Tim Pelaksana
BIM sebagai penanggung jawab informasi dalam folder tersebut.
Pada folder “Dibagikan” (shared) juga terdapat proses verifikasi
yang dilakukan setelah proses review, sehingga apabila sudah
memenuhi persyaratan maka informasi tersebut bisa dimasukan
ke dalam folder “Diterbitkan” (published);
9. Folder “Diterbitkan” (published), adalah tempat informasi yang
dapat digunakan untuk keperluan pembangunan (Model Informasi
Proyek) atau digunakan untuk keperluan manajemen Aset (Model
Informasi Aset). Pendetailan informasi untuk kegiatan
pembangunan nantinya bersumber dari informasi yang ada di
dalam folder ini. Siklus informasi ini (poin 5-8) dapat berulang
kembali pada saat pembuatan detail informasi di dalam kegiatan
proyek;
10. Folder “Diarsipkan” (archived) adalah tempat tersimpannya
informasi akhir, meliputi semua informasi termasuk jejak digital
(history) pertukaran data, review dan approval selama masa
pembangunan, dimana suatu saat dapat dibuka kembali untuk
keperluan pemeriksaan (audit);
11. Besar ukuran dokumen atau file yang dapat digunakan dalam
platform kolaborasi (CDE) disesuaikan dengan kesepakatan antara
pengguna dan penyedia jasa sesuai kebutuhan dan jenis proyek
pekerjaan.

D.9. Kebutuhan dan tingkat kedalaman informasi


Tingkat kedalaman pengembangan informasi grafis (Level of
Development/LOD) setiap tahap pekerjaan mengacu pada standar BIM
Forum Level of Development (LOD) Specification Edisi April 2019,
dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. LOD 100 (desain konseptual): adalah mengembangkan model
bangunan 3D untuk merepresentasikan informasi secara basic.
Dengan demikian, hanya pembuatan model konseptual yang
dimungkinkan dalam tahap ini dan parameter yang dihasilkan
seperti area, tinggi, volume, lokasi dan orientasi. Produk LOD 100
dapat digunakan sebagai lampiran basic desain pada proyek
design and build dan kegiatan pra-feasibility study;
2. LOD 200 (desain skematik): adalah kegiatan pembuatan 3D model
dengan perkiraan jumlah, ukuran, bentuk, lokasi dan orientasi,
dan terdapat tambahan informasi non-geometris ke dalam elemen
model. Produk LOD 200 dapat digunakan sebagai lampiran pada
kegiatan feasibility study;
3. LOD 300 (desain detail): Pemodelan yang akurat dan menjadi shop
drawing dimana elemen 3D Model ditentukan dengan rakitan
tertentu, jumlah, ukuran, bentuk, lokasi, dan orientasi yang tepat.
Selain itu dapat disertakan informasi non-geometris ke elemen
model. Kegiatan ini dilakukan pada tahap pembuatan Detail
engineering Design (DED);
4. LOD 350 (dokumentasi konstruksi): Ini mencakup detail model dan
elemen yang merepresentasikan bagaimana elemen bangunan
berinteraksi dengan berbagai sistem dan elemen bangunan
lainnya. Hal ini dapat ditambahkan informasi grafik dan definisi
tertulis. Kegiatan ini dilakukan pada tahap pembuatan Detail
engineering Design (DED);
5. LOD 400 (fabrikasi dan perakitan): kegiatan pemodelan 3D elemen
sebagai rakitan spesifik, dengan fabrikasi lengkap, perakitan, dan
informasi detail selain kuantitas, ukuran, bentuk, lokasi, dan
orientasi yang tepat. Selain itu, informasi non-geometris ke elemen
model juga dapat dilampirkan. Kegiatan ini dilakukan pada tahap
pelaksanaan kegiatan konstruksi;
6. LOD 500 (As Built): pembuatan Elemen 3D model sebagai rakitan
yang dibangun untuk pemeliharaan dan pengoperasian. Terlebih
lagi aktual dan akurat dalam ukuran, bentuk, lokasi, kuantitas,
dan orientasi, informasi non-geometris.
D.10. Peran dan Tanggungjawab
1. Peran dan tanggungjawab pengguna jasa:
i. Pengguna jasa harus menyeleksi kemampuan dan kapasitas
calon penyedia jasa dalam menyediakan kebutuhan informasi
yang tertuang dalam dokumen Rencana Pelaksanaan BIM
(BIM Execution Plan/BEP);
ii. Pengguna jasa dapat menunjuk instansi independen dalam
menyeleksi calon penyedia jasa;
iii. Proses seleksi dapat dilakukan secara bertahap, seperti
diadakannya tahapan prakualifikasi;
iv. Kriteria penilaian meliputi:
a. Komitmen terhadap penyelesaian tugas dalam
membangun kebutuhan informasi;
b. Kemampuan calon penyedia jasa dalam bekerja secara
kolaborasi dan pengalaman dalam membangun
kebutuhan informasi dalam sistem penyimpanan data;
c. Mempunyai pengalaman dan akses ke platform
teknologi yang dapat membangun kebutuhan
informasi;
d. Mempunyai kapasitas dan kompetensi sumber daya
manusia (SDM) yang cukup dan berpengalaman dan
dapat dibuktikan dengan sertifikat keahlian.
v. Pengguna jasa bertanggungjawab untuk mengarahkan dan
memberikan persetujuan terhadap informasi yang dibangun
pada setiap tahapan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan
informasi yang dipersyaratkan dalam dokumen kebutuhan
informasi proyek.
2. Peran dan tanggung jawab Tim Pelaksana BIM:
i. Melakukan kegiatan perencanaan dan pengawasan
implementasi BIM di masing-masing Unit Kerja;
ii. Menentukan jenis informasi yang akan dihasilkan pada
masing – masing fase sesuai dengan jenis proyek;
iii. Membuat form BEP yang akan diisi oleh calon penyedia jasa
sebagai salah satu dokumen isian pada kegiatan tender;
iv. Melakukan evaluasi dan penilaian serta rekomendasi terhadap
kualitas implementasi BIM para calon penyedia jasa yang
telah dituangkan di BEP kepada panitia pengadaan barang
dan jasa;
v. Merancang dan Menyiapkan platform aplikasi digital untuk
facility management dengan memanfaatkan data – data yang
dibangun pada tahap perencanaan teknis dan tahap
pelaksanaan konstruksi;
vi. Merencanakan klasifikasi jenis dan metadata informasi yang
terkandung didalam elemen 3D model (3D Model) aset yang
harus dipenuhi penyedia jasa yang di tuangkan dalam Form
BEP;
vii. Mengumpulkan dan mengklasifikasi informasi dalam pusat
data sebagai bank data aset digital;
viii. Menyampaikan laporan hasil penerapan BIM secara berkala
kepada masing – masing pimpinan unit kerjanya dengan
ditembuskan kepada Direktur Jenderal Cipta Karya.
3. Peran dan tanggungjawab penyedia jasa:
a. Penyedia jasa menyediakan tim kerja penyedia jasa (delivery
team) yang menguasai tingkat kompetensi yang dibutuhkan
terkait penerapan BIM di setiap tahap pekerjaan sesuai yang
disyaratkan dalam perjanjian;
b. Mampu menghasilkan informasi sesuai dengan kebutuhan
informasi dalam dokumen kebutuhan informasi pengguna
jasa;
c. Menggunakan referensi sesuai dengan standar yang
ditetapkan;
d. Mematuhi bagian-bagian dari keamanan data yang terkait
dengan informasi sensitif dan instruksi yang diberikan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) atau konsultan Manajemen
Konstruksi (MK) atau konsultan Pengawas;
e. Mematuhi kebutuhan keamanan, kebijakan, proses dan
prosedur yang berkaitan dengan hak dan kewajiban anggota
tim proyek dari penyedia jasa berdasarkan perjanjian yang
telah ditentukan oleh pengguna jasa;
f. Penyedia jasa menyediakan kebutuhan lisensi Platform
Kolaborasi (CDE) yang merupakan bagian yang diatur dalam
kontrak jika yang disepakati menggunakan Platform
Kolaborasi (CDE) Proyek.
E. Pembiayaan
Penggunaan Metode BIM dapat mengurangi waktu perencanaan sehingga
pengurangan biaya personil (tenaga ahli) dialihkan menjadi biaya jasa
pemodelan BIM berdasarkan satuan tertentu seperti volume, luasan,
maupun lump sum, sehingga secara total biaya perencanaan dengan metode
BIM akan relatif sama dengan biaya perencanaan dengan metode
konvensional. Penggunaan peralatan BIM seperti perangkat keras
(Hardware) dan perangkat lunak pemodelan (Software
Authoring/Analyzing) tidak dibebankan kepada pengguna jasa dan sudah
merupakan sudah satu kesatuan dari biaya jasa pemodelan BIM.
F. Pemantauan dan Evaluasi.
1. Pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap:
a. Proses penerapan BIM pada tahap perencanaan dan tahap
pelaksanaan konstruksi, meliputi proses pembentukan informasi,
pendistribusian informasi, verifikasi, validasi dan persetujuan
data;
b. Hasil penerapan BIM pada proyek konstruksi, meliputi semua
informasi dan data yang membentuk aset digital proyek yang
tersimpan di dalam platform kolaborasi (CDE).
2. Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh Tim Pelaksana BIM di masing -
masing unit kerja;
3. Pemantauan dan evaluasi menggunakan daftar simak yang disusun
berdasarkan standar protokol penerapan BIM (terlampir);
4. Hasil pemantauan dan evaluasi dilaporkan secara berkala kepada
pimpinan unit kerja;
5. Seluruh proses implementasi BIM dapat diperiksa (audit) dengan
mekanisme audit sesuai ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku.
G. Lampiran
Ketentuan lebih lanjut mengenai Penerapan BIM dalam proses
perencanaan teknis dan perencanaan konstruksi bangunan gedung dan
infrastruktur ke-Cipta Karya-an lainnya di Direktorat Jenderal Cipta Karya
tercantum dalam:
1. Lampiran I : Formulir Kerangka Acuan Kerja (KAK) BIM;
2. Lampiran II : Common Data Environment (CDE);
3. Lampiran III : Sistem Klasifikasi BIM
Lampiran I s.d Lampiran III merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran ini.
H. Penutup
Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Demikian atas
perhatian Saudara disampaikan terimakasih.
Tembusan :
1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
2. Sekretaris Jenderal, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
3. Inspektur Jenderal, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
4. Direktur Jenderal Bina Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal: Desember 2022
DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA,

Ir. DIANA KUSUMASTUTI, MT.


NIP 196707171996032002

Anda mungkin juga menyukai