Anda di halaman 1dari 25

MODUL 1

KEBIJAKAN DAN PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT


PERENCANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM
TEKNOLOGI BIM
BAB 1 - PENDAHULUAN

KOMPETENSI DASAR

INDIKATOR
KEBERHASILAN

MATERI POKOK DAN


SUB MATERI POKOK
PENDAHULUAN

Kompetensi Dasar Inidikator Keberhasilan


Setelah mengikuti pembelajaran mata
diklat ini peserta diharapkan dapat Setelah mengikuti pembelajaran
memahami Kebijakan dan Peraturan mata diklat ini peserta mampu
Perundangan terkait Penyelenggaraan memahami:
Konstruksi serta Pedoman terkait • Kebijakan dan Peraturan
Sistem Teknologi BIM. Perundangan terkait
Penyelenggaraan Konstruksi
• Pedoman terkait Sistem Teknologi
BIM.
PENDAHULUAN
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
1. Kebijakan dan Peraturan Perundangan terkait Penyelenggaraan Konstruksi
• Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
• Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
• Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
• Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 Tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 28 Tahun 2000
Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
• Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi dan
Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas PP No. 29 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
• Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
• Peraturan Menteri PUPR No.31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri PUPR
No.07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2017 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design And Build)
2. Pedoman terkait Sistem Teknologi BIM:
• Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi (Tim BIM PUPR dan Institut BIM Indonesia)
• Panduan BIM Singapura (versi 2.0)
• Panduan BIM Singapura untuk Pelaku Usaha Jasa Konstruksi (BIM Essensial Guide)
BAB 2 - PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI
P E R AT U R A N P E R U N D A N G A N T E R K A I T P E N Y E L E N G G A R A A N K O N S T R U K S I

UU JASA KONSTRUKSI NO. 2/2017


Beberapa substansi penting dalam UU Jasa Konstruksi yang baru adalah:
1. Adanya pembagian peran berupa tanggung jawab dan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan jasa konstruksi;
2. Menjamin terciptanya penyelenggaraan tertib usaha jasa konstruksi yang adil, sehat dan terbuka melalui
pola persaingan yang sehat;
3. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi melalui kemitraan dan
sistem informasi, sebagai bagian dari pengawasan penyelenggaraan jasa konstruksi;
4. Lingkup pengaturan yang diperluas tidak hanya mengatur usaha jasa konstruksi melainkan mengatur rantai
pasok sebagai pendukung jasa konstruksi dan usaha penyediaan bangunan;
5. Adanya aspek perlindungan hukum terhadap upaya yang menghambat penyelenggaraan jasa konstruksi
agar tidak mengganggu proses pembangunan. Perlindungan ini termasuk perlindungan bagi pengguna dan
penyedia jasa dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi. Pada RUU tentang Jasa Konstruksi yang baru
tidak terdapat klausul kegagalan pekerjaan konstruksi hanya ada klasul kegagalan bangunan. Hal ini
sebagai perlindungan antara pengguna dan penyedia jasa saat melaksanakan pekerjaan konstruksi;
6. Perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia dalam bekerja di bidang jasa konstruksi, termasuk pengaturan
badan usaha asing yang bekerja di Indonesia, juga penetapan standar remunerasi minimal untuk tenaga
kerja;
7. Adanya jaring pengaman terhadap investasi yang akan masuk di bidang jasa konstruksi;
8. Mewujudkan jaminan mutu penyelenggaraan jasa konstruksi yang sejalan dengan nilai-nilai keamanan,
keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4). 6
P E R AT U R A N P E R U N D A N G A N T E R K A I T P E N Y E L E N G G A R A A N K O N S T R U K S I
UU No. 11 /2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Undang-Undang ini disusun karena perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi yang
demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai
bidang yang secara langsung telah memengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru.
Dengan demikian penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi harus terus dikembangkan
yang berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan perekonomian nasional untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencegah penyalahgunaannya maka pemerintah
perlu mendukung pengembangan Teknologi Informasi melalui infrastruktur hukum dan
pengaturannya sehingga pemanfaatan Teknologi Informasi dilakukan secara aman.
Ketentuan Umum Pasal 1 (Definisi)
Asas dan Tujuan Pasal 3 (Asas), Pasal 4 (Tujuan)
Informasi, Dokumen, dan Ttd Elektronik Pasal 5, Pasal 8 , Pasal 11 , Pasal 12
Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik dan Pasal 13, Pasal 15 (tanggung jawab operasi), Pasal 16 (persyaratan
Sistem Elektronik operasi).
Transaksi Elektronik Pasal 17 (Transaksi), Pasal 18 (e-Kontrak), Pasal 19 (kesepakatan).
Nama Domain, Hak Kekayaan Intelektual Pasal 23
dan Perlindungan Hak Pribadi
Perbuatan yang Dilarang Pasal 27, Pasal 30 , Pasal 31 , Pasal 32, Pasal 34
Penyelesaian Sengketa Pasal 38, Pasal 39
Peran Pemerintah dan Peran Masyarakat Pasal 40 (Pemerintah), Pasal 41 (Masyarakat ) 7
P E R AT U R A N P E R U N D A N G A N T E R K A I T P E N Y E L E N G G A R A A N K O N S T R U K S I
PP No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
• Peraturan Pemerintah ini mengatur kewajiban penyelenggara sistem elektronik pada umumnya
dan penyelenggara sistem elektronik untuk pelayanan publik, yang meliputi perangkat keras,
perangkat lunak, tenaga ahli, tata kelola, dan pengamanannya. Khusus untuk penyelenggara
sistem elektronik bagi pelayanan publik, antara lain diwajibkan untuk menempatkan pusat data
dan pusat pemulihan bencana di wilayah indonesia, wajib memperoleh Sertifikasi Kelaikan Sistem
Elektronik dari Menteri, dan wajib terdaftar pada kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika.
• Pasal-pasal yang berkaitan dengan BIM menyangkut transaksi elektronik diantaranya sebagai
berikut:
Ketentuan Umum Pasal 1
Penyelenggaraan Sistem Elektronik Pasal 3, Pasal 4, Pasal 6 dan Pasal 7
Penyelenggara Agen Elektronik Pasal 34, Pasal 35, Pasal 38 dan Pasal 39
Penyelenggaraan Transaksi Elektronik Pasal 40, Pasal 41, Pasal 43, Pasal 47 dan Pasal 48
Tanda Tangan Elektronik Pasal 52
Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik Pasal 59
Lembaga Sertifikasi Keandalan Pasal 65
8
Pengelolaan Nama Domain Pasal 73, Pasal 75, Pasal 76 dan Pasal 74
P E R AT U R A N P E R U N D A N G A N T E R K A I T P E N Y E L E N G G A R A A N K O N S T R U K S I

Permen PUPR No.31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri PUPR
No.07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi

• Diantaranya mencakup pembiayaan pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi dalam
penyelenggaraan jasa konstruksi yang bersumber dari anggaran pembangunan pemerintah
(pusat/daerah).
• Penyisipan dan pengubahan ketentuan pelaksanaan pengadaan barang/jasa diantaranya:
• penyisipan mengenai tanggung jawab hasil desain dari konsultan perencana sekurang-kurangnya
sampai produk desain tersebut selesai dilaksanakan pembangunannya, sepanjang lingkup dan/atau
kondisi lingkungan masih sesuai dengan kriteria desain awal, termasuk pengenaan sanksi apabila
hasil desain tidak dapat dilaksanakan.
• Penambahan mengenai tata cara pengumuman pelaksanaan pemilihan Penyedia Jasa secara luas
kepada masyarakat sebelum Rencana Umum Pengadaan (RUP) oleh kelompok Kerja ULP
• Pengubahan ketentuan penggunaan surat jaminan pekerjaan konstruksi.
• Pengubahan ketentuan pemilihan Pekerjaan Konstruksi, dimana khusus untuk Pekerjaan Konstruksi
bersifat kompleks, dan/atau diyakini jumlah penyedianya terbatas, pemilihan penyedia Pekerjaan
Konstruksi dilakukan melalui metode Pelelangan Terbatas dengan prakualifikasi, contohnya dengan
menggunakan metode evaluasi sistem gugur ambang batas, maka persyaratan/kriteria evaluasi
teknis yang akan dicantumkan di dalam dokumen pengadaan harus ditetapkan terlebih dahulu
9 oleh
P E R AT U R A N P E R U N D A N G A N T E R K A I T P E N Y E L E N G G A R A A N K O N S T R U K S I
PermenPU No.12/PRT/M/2017 Tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build)
• Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) adalah seluruh pekerjaan yang
berhubungan dengan pembangunan suatu bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya, dimana pekerjaan
perancangan terintegrasi dengan pelaksanaan konstruksi.
• Kerja Sama Operasi untuk Pekerjaan Konstruksi Rancang dan Bangun (KSO) adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih badan usaha penyedia layanan pekerjaan konstruksi dengan penyedia layanan jasa konsultansi perencanaan
konstruksi dimana masing-masing sepakat untuk melakukan suatu usaha bersama dengan menggunakan aset dan/atau
hak usaha yang dimiliki dan secara bersama menanggung risiko usaha tersebut.
• Kriteria Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun berupa: pekerjaan kompleks (memerlukan teknologi
tinggi, mempunyai risiko tinggi, peralatan yang didesain khusus; dan/atau pekerjaan yang bernilai di atas seratus miliar
rupiah) dengan dana dari APBN; serta pekerjaan tertentu yaitu pekerjaan yang mendesak untuk segera dimanfaatkan
dengan sumber dana APBN.
• Disyaratkan dilakukan oleh konsultan manajemen konstruksi yang bertanggung jawab membantu PPK dan Pokja ULP
dalam penjaminan mutu pelaksanaan pekerjaan mulai dari tahapan perencanaan, pengadaan, pelaksanaan konstruksi
sampai dengan serah terima akhir pekerjaan.
• Dokumen pengadaan paling sedikit diantaranya mencakup dokumen rancangan awal meliputi: data peta geologi teknis
lokasi pekerjaan; referensi data penyelidikan tanah/geoteknik untuk lokasi terdekat dengan pekerjaan; penetapan
lingkup pekerjaan secara jelas dan terinci, kriteria desain, standar/code pekerjaan yang berkaitan, dan standar mutu,
serta ketentuan teknis pengguna jasa lainnya; identifikasi dan alokasi risiko proyek; identifikasi dan kebutuhan lahan;
dan gambar dasar, gambar skematik, gambar potongan, gambar tipikal dan gambar lainnya yang mendukung lingkup
pekerjaan. 10
BAB 3 - PEDOMAN TERKAIT SISTEM
TEKNOLOGI BIM
PEDOMAN TERKAIT SISTEM TEKNOLOGI BIM
PANDUAN ADOPSI BIM UNTUK
ORGANISASI Kepemimpinan
(TIM BIM PUPR DAN INSTITUT BIM INDONESIA,
2018)

Hasil Perencanaan

Langkah
LANGKAH ADOPSI BIM, DALAM
PANDUAN BIM UNTUK Adopsi
ORGANISASI (TIM BIM PUPR
DAN INSTITUT BIM INDONESIA, Keterlibatan BIM dalam Informasi

Organisasi
Stakeholder
2018)

SDM dan
Proses
Kapabilitas
PANDUAN ADOPSI BIM UNTUK ORGANISASI: Kepemimpinan
Pada lingkup proyek, usulan organisasi yang bertugas melaksanakan BIM dapat dilihat pada tabel
berikut.

Sumber: Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi, Tim BIM PUPR, 2018
PANDUAN ADOPSI BIM UNTUK ORGANISASI: Perencanaan

Hal yang menjadi keluaran aspek perencanaan adalah sebagai berikut:


 Visi BIM
 Tujuan BIM, dimana pada setiap Tujuan dan Sasaran harus ada indikasi bagaimana
Achievement diukur dalam suatu rentang waktu tertentu.
 Tema penting, diperlukan agar adopsi BIM dalam suatu organisasi menjadi lebih fokus.
Contoh fokus misalnya pembelajaran (learning focus) atau inovasi untuk penciptaan nilai
baru
 Manajemen Perubahan/Change Management, membantu organisasi bermigrasi dari kondisi
eksisting sekarang ke kondisi di masa datang dengan sedikit “disrupsi” dan “resistensi”.
Manajemen perubahan ditetapkan menurut jangka waktu tertentu, misal penciptaan iklim
perubahan (3-6 bulan), membangun momentum perubahan (6-12 bulan); implementasi dan
keberlanjutan proyek (12-24 bulan).
 Sumber Daya BIM, mencakup daftar software dan hardware yang diperlukan sesuai
fungsinya serta sistem pengelolaan dokumen utnuk mengelola aset-aset BIM.
PANDUAN ADOPSI BIM UNTUK ORGANISASI: Informasi
Informasi pada tahap adopsi BIM terkait dengan:

merupakan definisi dari “apa” dan “bagaimana” mengembangkan


Standar BIM model-model BIM pada setiap tahap proyek untuk memenuhi standar
yang telah ditetapkan.

Quality
berperan sangat penting dalam menjamin keluaran yang dihasilkan
Assurance BIM sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
bertujuan untuk memverifikasi semua deliverables yang sesuai dengan
Quality Control standar proyek. Manajer BIM dan Tim harus memverifikasi semua
deliverable yang diterima sesuai dengan dokumen BEP dan kontrak (jika
BIM ada).

Manajemen
terkait dengan standar pengelolaan informasi BIM pada proyek yang
informasi BIM dikerjakan.
PANDUAN ADOPSI BIM UNTUK ORGANISASI: Proses
Berikut disajikan panduan (outline) mengenai apa saja deliverable yang harus dikeluarkan dalam
setiap tahapan pelaksanaan BIM pada setiap proyek.

Sumber: BIM Essential Guide for Structural Consultant, BCA Singapore, 2013

Contoh tahapan dan keluaran menurut disiplin struktural


PANDUAN ADOPSI BIM UNTUK ORGANISASI: SDM dan
Kapabilitas
Pengembangan kapasitas (capacity building) adalah hal paling penting dalam program adopsi
BIM. Hal ini terkait pemetaan kompetensi sumber daya manusianya dan melaksanakan
rangkaian training sesuai rencana adopsi dan implementasi BIM.

• adalah cetak biru SDM dalam sebuah organisasi yang


memperlihatkan jenis ketrampilan (skill set) yang harus
Peta Kompetensi
dikembangkan untuk memenuhi target tujuan dan sasaran
program adopsi dan implementasi BIM

• Jenis proses pembelajaran BIM dapat berupa:


 Kursus dan pelatihan formal BIM dengan target keterampilan
(skill) yang diinginkan.
Rencana dan Peta
 Mentoring dimana staf yang sudah dilatih sebelumnya,
Jalan Pelatihan
membimbing staf yang lain.
(Training)
 Forum dimana isu-isu teknis dan lessons learned disampaikan
dan dibagi diantara rekan.
 Dokumentasi berupa manual dan kumpulan good practices.
PANDUAN ADOPSI BIM UNTUK ORGANISASI: Keterlibatan
Stakeholder
BIM Execution Plan (BEP) adalah dokumen pegangan yang disetujui oleh pemilik proyek untuk
memandu Tim Proyek mencapai tujuan dan sasaran, termasuk deliverable BIM dalam rentang
waktu pelaksanaan proyek.

Dalam dokumen BEP, umumnya berisi hal-hal berikut:

 Informasi Proyek
 Anggota Pelaksana Proyek
 Tujuan Proyek dan Penggunaan BIM di Setiap Tahapan Proyek
 Deliverable BIM di Setiap Tahapan Proyek
 Pembuat Model (Model Author) dan Pengguna Model (User) untuk Setiap Deliverable BIM
 Elemen-elemen Model, Tingkat Kelengkapan Informasi (Level of Development/LOD) dan
atribut untuk setiap Deliverable BIM
 Proses pembuatan model BIM, pemeliharaan dan kolaborasinya
 Protokol atau prosedur distribusi informasi, format submisi
 Sarana dan prasarana,software yang digunakan.
PANDUAN ADOPSI BIM UNTUK ORGANISASI: Hasil
Daftar jenis Key Performance Indicators (KPI) yang digunakan untuk memonitor hasil adopsi BIM adalah
sebagai berikut:
Tingkat Kapabilitas
TingkatProyek Tingkat Organisasi
Karyawan
 % proyek yang  Kepemimpinan,  % karyawan yang
dilaksanakan perencanaan dan hasil ditraining BIM
menggunakan BIM  Proses dan informasi  % karyawan yang
 % pihak-pihak luar yang  SDM dan kapabilitas bersertifikat BIM
terlibat  Keterlibatan stakeholder  Tingkat ketrampilan BIM
 Tahapan proyek yang dan customer (BEP planning, authoring,
menggunakan BIM  Cara baru atau metode analysis, collaboration,
 Jumlah layanan baru dalam pelaksanaan  dst)
tambahan yang pekerjaan  % jenis keterampilan BIM
ditawarkan yang diaplikasikan dalam
 Tingkat akurasi dari proyek
deliverable BIM (tingkat • % karyawan yang
error) o % waktu tunda detraining sebagai:
(delay) dan penambahan manajer BIM, coordinator
biaya BIM, pemodel BIM
PEDOMAN TERKAIT SISTEM TEKNOLOGI BIM
SINGAPORE BIM GUIDE 2.0 (BCA
SINGAPORE, 2013)
1. BIM DELIVERABLES ('what')
•- Elemen BIM
- Atribut Elemen BIM
- BIM Objective & Responsibility Matrix
- Kompensasi
- Layanan Nilai Tambah

2. BIM PROCESS: MODELLING & KOLABORASI ('how')


•- Pemodelan pada Masing-Masing Disiplin Individual
- Koordinasi Model Lintas Disiplin
- Produksi Model dan Dokumentasi
- Keamanan Data
- Quality Assurance dan Quality Control
- Workflow Proyek Design-Built
- Workflow Proyek Design-Bid-Built

3. BIM PROFESSIONAL ('who')


Sumber: Singapore BIM Guide 2.0
PEDOMAN TERKAIT SISTEM TEKNOLOGI BIM
PANDUAN BIM SINGAPURA UNTUK PELAKU USAHA JASA KONSTRUKSI
(KONSULTAN SIPIL DAN STRUKTURAL)
Konsultan

1. BIM DELIVERABLES

Sumber: BIM Essential Guide for Civil and Structural Consultant, 2013
PEDOMAN TERKAIT SISTEM TEKNOLOGI BIM
PANDUAN BIM SINGAPURA UNTUK PELAKU USAHA JASA (KONTRAKTOR)

BIM DELIVERABLES

Kontraktor

Sumber: BIM Essential Guide for Contactor, 2013


2. BIM PROSES TERKAIT PROSEDUR MODELLING DAN
KOLABORASI
Model dibuat oleh masing-masing Author

Proses BIM pada umumnya


Koordinasi model antara model yang dibuat Author dan User
mencakup pembuatan model,
koordinasi model dan pertukaran
data yang mengikutsertakan tim
model author (penulis/pembuat)
dan user (pengguna). Pada titik
tertentu, model dapat dibekukan
dan diperlihatkan pada pengguna.

Model dibekukan dan dirilis


3. BIM PROFESIONAL
BIM manager harus menjamin bahwa semua pihak bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan
berbagai konflik melalui cara yang paling efisien. Peran BIM Manager tidak termasuk pada
pengambilan keputusan dalam solusi desain, engineering dan konstruksi, maupun proses
organisasi bagi tiap-tiap disiplin.

KOORDINATOR BIM UNTUK KOORDINATOR BIM UNTUK


BIM PROJECT MANAGER
KONSULTAN KONTRAKTOR

• Bertanggungjawab dalam • Bertanggungjawab pada • Bertanggungjawab pada


memfasilitasi pengertian dan tahap desain dan konstruksi: tahap konstruksi:
implementasi dari: • Menciptakan desain model • Berkoordinasi dengan desain
• BIM Execution Plan BIM dan dokumentasinya konsultan dan subkontraktor
• Tujuan BIM dan • Mendefinisikan penggunaan • Mempelajari dokumen tender
Penggunaannya disiplin BIM secara spesifik • Mereview model desain,
• Responsibility Matrix termasuk analisisnya model fabrikasi, dan gambar
• BIM Deliverables • Berkoordinasi dengan BIM • Menggunakan BIM untuk
• Delivery Schedule modeller, konsultan desain, berkoordinasi, membuat
dan cost consultant tahapan, constructability dan
• Koordinasi BIM
• Berkoordinasi dengan cost study, serta field use
kontraktor dan subkontraktor • Menciptakan model konstruksi
• Memastikan Modelling Quality dan as built model
Control • Memastikan Modelling Quality
Control

Peran dan Tanggungjawab Para Pihak dalam BIM


TERIMA KASIH
Sampai jumpa di Modul selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai