Anda di halaman 1dari 2

Nama : Virgine Ayu Bidari

Nim : 2222190051

Kelas : 5B

UAS SEMIOTIKA
1. Istilah semiologi yang dikemukakan Saussure berasal dari manuskrip tahun 1894.
Dalam manuskrip tersebut, Saussure berpendapat bahwa mungkin saja semiotika
dapat digunakan untuk memahami suatu bidang ilmu mengenai tanda-tanda yang
menjadi bagian dari sebuah kehidupan sosial. Lalu, linguistik adalah salah satu
cabang dari ilmu umum kebahasaan. Semiologi dan linguistik memiliki hubungan
yaitu hukum-hukum yang nantinya masuk dalam ilmu semiologi akan menjadi huku-
hukum yang berlaku dalam linguistik pula. Dengan begitu, penempatan lignuistik
pada bidang pengetahuan manusia memiliki posisi yang jelas. Sehingga Saussure
membuat “linguistik” sebagai penyempurnaan dari “semiologi” yang pada masanya
belum jelas.

2. Menurut Pierce, semiotik adalah sesuatu yang bersifat formal. Ia menambahkan,


semiotik merupakan doktrin tanda yang terkait erat dengan logika. Lalu, Pierce
memegang pendapat Jhon Locke yang menyatakan bahwa logika secara umum
hanyalah nama lain dari semiotika. Sehingga didapat kesimpulan yakni hal tersebut
diketahui sebagai sebuah doktrin tanda yang formal.

3. Jakobson mengatakan bahwa bahasa adalah sistem semiotik murni yaitu studi tentang
tanda. Artinya setiap pembelajaran bahasa yang dilakukan dan dipelajari, sudah pasti
hal itu juga masuk dalam studi semiotik murni atau studi tentang tanda. Dalam bentuk
apapun dan dalam hal apapun (selagi masih berkenaan dengan kebahasaan).

4. Dalam pandangan Kristeva, yang dipelajari dalam semiotika adalah hukum yang
“mengatur” atau “jika diinginkan”, kendala utama yang dapat mempengaruhi apapun
mengenai praktik sosial akan terletak pada sebuah kenyataan yang menyatakan bahwa
hal itu “mendandakan” dan bahwa semiotika diartikulasikan sebagai “bahasa”.
Dengan begitu Kristeva dapat menjadikan bahasa sebagai analogi.

5. Signifikasi merupakan sebuah proses berelasinya signifier (penanda) dan signified


(petanda). Jadi, dapat dijelaskan bahwa proses signifikasi terjadi ketika penanda dan
petanda mencapai relasi dengan persentase 100%. Meski begitu, pemaknaan suatu
kata dengan “akurat” tidak dapat memastikan terjadinya sebuah signifikasi. Dengan
begitu keakuratan suatu kata itu sesungguhnya tidak ada. Namun, signifikan yang
sering dimaksud sebenarnya bukan mengenai “keakuratan” melainkan lebih mengarah
pada “kuat” (seperti “kuatnya” sebuah filosofi, dan lain-lain).
6. Makna tanda tidak pernah bebas karena menurut rumusan Saussure, tanda dibangun
dari relasi antara signifier dan signified. Makna bukan suatu bentuk yang intrinsik.
Wujud makna hadir atas kelahiran atau penciptaan. Makna tidak akan muncul dengan
sendirinya. Maka dari itu, makna membutuhkan relasi yang mengawali untuk
memulai penanda dan petanda melahirkan makna itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai