• Pantauan Penggunaan dan Kualitas Air [GRI 303-1] [GRI 303-2] • Pengelolaan Air Asam Tambang [GRI 306-1]
• Pengelolaan Tanah Dan Batuan Penutup • Reklamasi dan Revegetasi • Rehabilitasi DAS
Kinerja Lingkungan
Komitmen penuh Perseroan terhadap pelestarian lingkungan tercermin dari visi Perseroan yang secara tegas menyebutkan “Menjadi
perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan”. Oleh karena itu, Perseroan senantiasa mengedepankan aspek pelestarian
lingkungan dalam menyelenggarakan kegiatan penambangan. Pelaksanaan kegiatan operasional penambangan berpedoman pada
kaidah teknis yang baik atau “good mining practice” yang dimulai pada tahapan perencanaan yang menginternalisasikan prasyarat
keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan. Hal tersebut telah diatur dalam sistem manajemen yang terintegrasi dan telah
disertifikasi oleh badan sertifikasi independen.
Dengan kesadaran penuh akan dampak kegiatan operasional Perseroan terhadap kondisi alam, Perseroan menempatkan sumber daya
manusia yang peduli dan kompeten. Organisasi ini bertugas sebagai gugus depan dalam memastikan pencapaian visi misi Perseroan
terkait lingkungan dan mengajak seluruh insan Perseroan untuk saling menjaga kelestarian alam.
Green Mining
Green mining telah menjadi komitmen Perseroan dalam menjalankan kegiatan pertambangan yang bertanggung jawab dan
berkelanjutan. Meskipun baru secara resmi dicanangkan pada tahun 2008, Perseroan telah mengedepankan pelestarian lingkungan
dan kepentingan masyarakat sejak kegiatan penambangan di Tanjung Enim dimulai tahun 1919. Seluruh siklus direncanakan dengan
baik mulai dari eksplorasi, land clearing, development, eksploitasi, hingga pasca tambang. Kelestarian alam dan aspirasi masyarakat
menjadi bagian tak terpisahkan dalam menjalankan setiap aktivitas bisnis demi meminimalisasi seluruh risiko dampak sosial dan
lingkungan.
Seluruh aktivitas Perseroan didahului dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Hal itu penting dilakukan untuk mengidentifikasi
dampak lingkungan yang dapat terjadi dan menyusun rencana untuk memantau dan mengelola dampak tersebut. Sesuai dengan sifat
dan skala kegiatan yang akan dilakukan dan ketentuan yang berlaku, terdapat dokumen lingkungan berupa AMDAL dan RKL/RPL untuk
kegiatan yang lebih luas dan dampak lebih signifikan, serta dokumen UKL/UPL untuk kegiatan usaha dengan skala dampak yang lebih
kecil.
Dalam penyusunan analisis ini, Perseroan melakukan konsultasi dengan masyarakat untuk mencari titik temu cara mengelola potensi
dampak lingkungan dan dampak sosial yang dapat timbul dari kegiatan yang akan dilakukan. Pada 2018, terdapat 30 dokumen
lingkungan yang disusun Perseroan dan 2 kali konsultasi dengan masyarakat/public hearing Dokumen Rencana Penutupan Tambang
(RPT) IUP OP Batuan dan IUP UPO. Dokumen lingkungan menjadi acuan minimal pada waktu PTBA menjalankan operasinya.
Akuisisi Lahan
Untuk proses pembebasan lahan, Perseroan menetapkan Prosedur Operasi Standar dalam Tata Laksana Pengadaan No Dok:
BAMSP:PATB:7.2.1:01; No Rev 1. Prosedur ini diatur bahwa musyawarah dengan pemangku kepentingan terkait dilakukan untuk
memperoleh kesepakatan nilai ganti kerugian dan penyelesaian sengketa lahan. Jika musyawarah tidak mencapai kesepakatan, maka
proses ini dilakukan melalui proses hukum dengan mediasi pemerintah.
Dalam seluruh proses, Perseroan berupaya untuk meminimalkan konflik dan memitigasi risiko pelanggaran hak asasi manusia melalui
kerja sama dengan pihak independen untuk memantau dan melaporkan jika terdapat indikasi pelanggaran. Melalui pemantau
independen ini, anggota masyarakat dapat melaporkan apabila terjadi pelanggaran dalam proses pembebasan lahan untuk
ditindaklanjuti oleh Satuan Kerja Pengelola Aset, Layanan Umum, Balitas dan Pengadaan Tanah. Seluruh upaya ini membuahkan hasil
berupa tidak terjadinya konflik pelanggaran hukum maupun hak asasi manusia terkait dengan pembebasan lahan. Seluruh proses pun
dijalankan dengan damai, disaksikan oleh pemangku kepentingan dan didokumentasikan secara resmi.
Perencanaan Penambangan
Green Mining Perseroan dimulai dengan perencanaan tambang yang seksama, yang memperhitungkan kelestarian lingkungan sejak
awal. Perencanaan tambang memiliki tujuan akhir menata pasca-tambang, bukan sekedar memperoleh batubara sebesar-besarnya.
Untuk mencapai visi “Perusahaan Energi Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan”, Perseroan menetapkan 10 program pengelolaan
lingkungan yang menjadi acuan pada perencanaan setiap tahapan penambangan, yaitu:
1. Menyiapkan rencana reklamasi yang definitif, meliputi Dokumen Rencana Lingkungan Tahunan dan 5 Tahunan, Dokumen Jaminan
Reklamasi, Dokumen Rencana Penutupan Tambang.
2. Membangun dan merawat secara terkendali sarana pengendalian erosi di semua lokasi kegiatan penambangan, baik yang sudah
final maupun yang ada.
3. Merancang dan mengkonstruksi topografi pascatambang yang non erosif.
4. Menata kemiringan lereng dan menghijaukan semua daerah yang telah final dari kegiatan tambang.
5. Mengembangkan dan memanfaatkan spesies tanaman lokal dan tanaman produktif lainnya.
6. Mengoptimasikan luas daerah penimbunan yang tersedia.
7. Meminimalkan luas bukaan lahan terbuka untuk operasi penambangan.
8. Pengendalian dampak negatif terhadap kualitas air, kualitas udara, kualitas tanah, limbah padat dan cair, serta limbah B3.
9. Reklamasi lahan pasca tambang yang bernilai ekonomis (Tahura Enim, Hutan Kota, dan Hutan Pendidikan).
10. Melaksanakan litbang lingkungan untuk mencari metode pengelolaan lingkungan yang efisien dan efektif.
11. Menyiapkan dana pengelolaan lingkungan yang proporsional sampai akhir tambang dalam bentuk Jaminan Reklamasi dan
Provisi Lingkungan (Rp2.168/ton).
Dengan berpatokan ‘Menambang adalah bagian dari rencana Penutupan Tambang’, maka Perseroan menjadikan pascatambang
sebagai bagian terintegrasi dari perencanaan penambangan. Untuk keperluan perencanaan ini, Perseroan telah memiliki rencana
reklamasi yang menyeluruh meliputi Dokumen Rencana Lingkungan Tahunan dan 5 Tahunan, Dokumen Jaminan Reklamasi, Dokumen
Rencana Penutupan Tambang. Dokumen ini merupakan dokumen perusahaan yang wajib dibuat berdasarkan regulasi yang berlaku.
Sebagai perusahaan pertambangan batu bara yang memanfaatkan sumber daya alam, tentunya PTBA memiliki tanggung jawab yang
lebih besar atas kelestarian alam. Dengan demikian PTBA berkomitmen tinggi untuk melaksanakan praktik penambangan yang baik
yakni melalui metode selective mining. Metode ini merupakan sebuah metode yang melakukan survei atau peninjauan lahan terlebih
dahulu secara matang dengan perhitungan geologi tertentu untuk menentukan lahan yang akan digunakan memiliki cadangan
ekonomis sehingga dapat meminimalkan penggunaan lahan yang diganggu. Selain itu, selective mining juga meminimalkan konsumsi
emisi karena tidak dilakukan pembukaan lahan yang luas. Selanjutnya setelah menentukan lahan yang tepat, perusahaan melakukan
metode backfilling yakni mengambil dan menyimpan lapisan tanah paling atas dari lahan yang baru dibuka atau tanah pucuk dan
menyimpannya di tempat penimbunan tersendiri (stok tanah pucuk). Pada tahun 2020, total pengambilan tanah pucuk mencapai
1.110.266 bcm.
Untuk memastikan dan meningkatkan pemahaman karyawan akan isu-isu lingkungan dan praktik penambangan yang baik,
Perusahaan berupaya melakukan komunikasi dan pelatihan kepada para karyawan. Selama tahun 2020, telah dilaksanakan beberapa
pelatihan terkait CSR dan topik yang berkaitan dengan lingkungan, sebagai berikut:
Konservasi Material
Dalam melakukan kegiatan produksi pertambangan, Perseroan tidak melakukan pengolahan pada batubara yang dihasilkan sehingga
tidak menggunakan material bahan baku lain maupun bahan penolong untuk menghasilkan produk selain batubara itu sendiri.
Batubara dari penambangan sebagian besar dikirim ke pengguna melalui kereta dan angkutan laut. Material yang dikonsumsi
Perseroan umumnya adalah bahan-bahan pendukung kegiatan operasional pertambangan, pelabuhan batubara, dan kegiatan kantor
dan domestik.
Konservasi Energi
Sebagai pedoman pelaksanaan efisiensi energi, Perseroan telah menetapkan Kebijakan Sumber Daya Efisiensi Energi Listrik dan BBM.
Terkait hal ini, Perseroan memiliki Manager Energi yang telah tersertifikasi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)/LSP-HAKE, yang
didukung organisasi dan sumber daya manusia yang kompeten dalam melaksanakan kebijakan tersebut. Perseroan juga telah memiliki
rencana strategis dengan sasaran dan jadwal yang jelas sebagai dasar pelaksanaan efisiensi energi, dan dilakukan pemantauan
dalam pelaksanaannya dengan melakukan audit energi secara internal dan eksternal.
Untuk mengurangi ketergantungan Perseroan pada listrik dari jaringan PLN, Perseroan mulai mengoperasikan listrik dengan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang Tanjung Enim berkapasitas 3x10 MW. Operasi pembangkit Mulut Tambang ini, selain mengurangi
konsumsi listrik dari jaringan, juga mengurangi beban penggunaan listrik bagi publik.
Di Tahun 2018 PTBA UPTE berhasil mengimplementasikan Program Elektrifikasi dengan pemanfaatan 7 (tujuh) unit Shovel Electric dan 40
(empat puluh) unit Hybrid Dump Truck dengan capaian nilai penghematan energi sebesar 218.255,59 GJoule yang berarti juga terjadi
penurunan Emisi Gas Rumah Kaca sebesar 9.782,58 Ton CO2e.
Perseroan berkomitmen untuk menggunakan air secara bijak dan menjaga keberlangsungan sumbernya. Oleh karena itu Perseroan
meminimalisasi/tidak mengambil air dari sumber tanah. Komitmen ini sangat penting karena dengan tidak mengambil air dari sumber
tanah, Perseroan turut berkontribusi menjaga lingkungan dengan tidak menurunkan tinggi muka air, tidak mengurangi volume air yang
tersedia dan tidak mengubah kemampuan fungsi ekosistem.
Air Asam Tambang (AAT) adalah fenomena alamiah, dimana batuan yang mengandung belerang (batuan yang bersifat asam)
teroksidasi pada udara terbuka, dan jika terkena air aka menjadi air yang bersifat asam. PTBA memliki konsepsi pengelolaan air
tambang yang holistik, diawali dengan penyelidikan geokimia batuan melalui pemodelan sehingga memudahkan dalam karakterisasi
batuan dengan kategori PAF (Potencial Acid Forming) dan NAF (Non Acid Forming). Penanganan material PAF & NAF dilakukan secara
sistematis di area timbunan, sehingga dapat dipastikan potensi terbentuknya air asam yang disebabkan oksidasi PAF tidak terjadi. Hal
tersebut merupakan upaya mitigasi/ pencegahan pembentukan air asam tambang di area timbunan. Perseroan memiliki prosedur
spesifik, yang mengatur pembuangan Batuan yang Bersifat Asam dan Air Asam Tambang. Tujuan pengelolaan keduanya adalah agar
air yang keluar dari kawasan penambangan memenuhi kualitas baku mutu lingkungan hidup.
Tanah pucuk diambil seluruhnya dengan hati-hati dengan alat berat dan ditimbun di lokasi penimbunan tanah pucuk (top soil bank).
Tanah pucuk di lokasi penimbunan dipelihara dari erosi dan kerusakan dengan penanaman cover crop. Di areal reklamasi yang telah
selesai dibentuk dengan penataan lahan. Tanah pucuk tadi dihamparkan kembali setelah 50 cm. Dengan demikian lahan reklamasi tadi
siap ditanami untuk proses revegetasi dan rehabilitasi. Selain itu terdapat juga batuan penutup yang merupakan lapisan tanah antara
tanah pucuk dan lapisan batubara yang dipindahkan dari lokasi penambangan untuk ditimbun di luar lubang tambang dan ke dalam
lubang tambang di areal yang sudah sudah selesai ditambang. Tanah penutup yang diperkirakan bersifat asam (potentially acid
formation) diperlakukan secara khusus sesuai Prosedur Operasi Standar Perseroan. Tanah penutup jenis ini ditimbun di areal yang
khusus dipersiapkan dan dilakukan pengapuran sehingga tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Rehabilitasi DAS
Perseroan memberikan nilai tambah pada kegiatan reklamasi dan revegetasi dengan melakukan rehabilitasi dan penghijauan Daerah
Aliran Sungai pada areal seluas 3.660 ha. Areal ini merupakan bagian dari hulu Sungai Musi. Aliran sungai ini merupakan tumpuan
masyarakat yang tinggal di sekitar sungai untuk mendukung kehidupan dan irigasi pertanian. Sungai Musi adalah sungai terpanjang di
Pulau Sumatera, airnya bersumber dari Sembilan sungai sehingga mendapat sebutan Batanghari Sembilan, Palembang. Tiga sungai
yang bermuara di Sungai Musi, yaitu Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Ogan, berada di kawasan rehabilitasi DAS yang
dilaksanakan oleh Perseroan.
Rehabilitasi DAS yang dilaksanakan Perseroan merupakan amanat Kementerian Kehutanan sebagai bagian dari Izin Pinjam Pakai
Kawasan Hutan (IPPKH) untuk melakukan rehabilitasi Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat. Untuk ini,
Perseroan telah mendapatkan izin lokasi Rehabilitasi DAS yang ditetapkan melalui SK Menteri Kehutanan Nomor SK.2625/Menhut-
V/RHL/2012 tanggal 14 Mei 2012 tentang Penetapan Lokasi Penanaman dalam Rangka Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai Atas Nama PT
Bukit Asam (Persero) Tbk.
Lahan bekas tambang yang telah selesai direklamasi dan Pada Hutan Pendidikan telah dilakukan pengambilan sumber
revegetasi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, selain benih untuk pembibitan dan revegetasi dari lokasi Bank Benih di
untuk hutan tanaman. Pada lahan bekas tambang yang dalam kawasan Hutan Pendidikan.
berdekatan dengan Tanjung Enim, Perseroan membangun Hutan
Kota seluas 50 ha. Hutan Kota ini dibangun untuk memenuhi dua
tujuan hutan kota, yaitu Tipe Rekreasi dan Tipe Pelestarian Plasma
Nutfah. Fasilitas yang dibangun di Hutan Kota Tanjung Enim ini
adalah sarana wisata water park dan hutan rekreasi, dan
sebagian lainnya untuk hutan buatan. Hutan Pendidikan
merupakan inisiatif Perseroan untuk bentuk pemanfaatan lahan
bekas tambang yang telah direklamasi. Luas hutan pendidikan ini
mencakup total 100 ha di lahan bekas Tambang Air Laya, 60 ha
terletak di areal timbunan Endikat, dan 40 ha terletak di areal
timbunan MTS.
Pasca Tambang
Perseroan berkomitmen untuk mengembangkan areal yang Sudah selesai ditambang untuk dikelola secara bertanggung jawab melalui
kegiatan reklamasi, revegetasi dan pasca tambang. Perseroan melakukan amanat ini sesuai dengan peraturan perundangan dan
mengikutsertakan pemangku kepentingan dalam pelaksanaannya. Tujuan pasca tambang adalah menciptakan manfaat dari lahan
bekas tambang untuk berbagai tujuan bagi pemangku kepentingan Perseroan.
Sawahlunto adalah salah satu lahan bekas tambang yang kini berkembang menjadi satu-satunya kawasan wisata pertambangan di
Indonesia. Pencapaian ini merupakan buah kerja keras Pemerintah Daerah dan bagian dari pelaksanaan tanggung jawab Perseroan
untuk mengelola pasca tambang.
Kota ini semakin banyak dikunjungi wisatawan untuk melihat peninggalan-peninggalan aktivitas penambangan batubara, termasuk
kantor-kantor dan aset Perseroan yang dibangun pada masa Hindia Belanda. Sawahlunto bahkan kini menjadi tuan rumah berbagai
festival internasional tahunan seperti Tour de Singkarak (2012) dan Sumatera International Music Festival (2013) yang dihadiri tamu dari
mancanegara.
Sejalan dengan rencana Kota Sawahlunto, lahan bekas tambang seluas 92 ha dibangun oleh Perseroan menjadi fasilitas wisata bagi
masyarakat. Di dalamnya dibangun Taman Satwa Kandi, Wisata Danau Kandi dan Danau Tanah Hitam, Arena Pacuan Kuda, Arena Balap
Motor, Istal Kuda dan Peternakan Sapi. Pada areal ini, lahan pasca tambang PTBA UPO dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.
Seluruh areal pasca tambang PTBA UPO telah diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah Sawahlunto sejak 2008.Sejalan dengan
rencana Kota Sawahlunto, lahan bekas tambang seluas 92 ha dibangun oleh Perseroan menjadi fasilitas wisata bagi masyarakat. Di
dalamnya dibangun Taman Satwa Kandi, Wisata Danau Kandi dan Danau Tanah Hitam, Arena Pacuan Kuda, Arena Balap Motor, Istal
Kuda dan Peternakan Sapi. Pada areal ini, lahan pasca tambang PTBA UPO dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Seluruh
areal pasca tambang PTBA UPO telah diserahterimakan kepada Pemerintah Daerah Sawahlunto sejak 2008.
Sawahlunto ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO dengan nama "Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto".
Penetapan Sawahlunto menjadi situs warisan dunia ini ditetapkan pada Sabtu, 6 Juli 2019. Ini merupakan buah manis dari upaya yang
ditempuh PT Bukit Asam Tbk bersama pemerintah dan Dirjen Kebudayaan.
Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) Perikanan Sepupu Jaya
Benefit yang didapatkan oleh SIBA Perikanan diantaranya sebagai penyedia bahan baku usaha katering binaan, rumah makan, penjual
pecel lele, usaha pemancingan, jasa transportasi, dan pemasok benih ikan tanpa ada ketergantungan dengan Perusahaan.
Kelompok Sepupu Jaya juga dijadikan tempat sharing knowledge kelompok lain dan kolam percontohan Kabupaten Muara Enim. Seiring
dengan berjalannya waktu, SIBA Perikanan melakukan replikasi program melalui transfer knowledge kepada 4 kelompok (Pokdan
Mandala, Kolam Kadir, Tanjung Buhuk dan Kampung Transmigrasi-Muara Enim) dengan total peternak > 20 orang.
Adapun beberapa pencapaian yang didapat oleh SIBA Perikanan antara lain :
• Sebagai lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat
• Mendapatkan kepercayaan sebagai instruktur pelatihan perikanan dan Penyuluh Perikanan Swadaya (PPS ) dari Dinas Perikanan
Kabupaten Muara Enim
• Lokasi studi banding / benchmarking perikanan skala nasional
• Mendapatkan penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Kementerian Kelautan dan Perikanan serta Terbaik I Budidaya Perikanan Tingkat
Provinsi Sumatera Selatan