Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Bermain Peran Anak Usia Dini


1. Pengertian bermain peran
Hakikatnya ide utama bermain peran ialah untuk menjadi sosok individu
yang diperankannya agar memperoleh pemahaman peran tersebut dan motivasi
yang berkaitan. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Dekdikbud bahwa bermain
peran yaitu memerankan seseorang atau benda di sekitar anak yang memiliki tujuan
berkembangnya daya khayal atau imajinasi dari penghayatan terhadap bahan
pengembangan yang dilaksanakan (Guniarti, 2010).
Menurut Yaumi & Ibrahim, ( 2013) Bermain atau teknik bermain peran
(akting) merupakan unsur penting dalam seni bermain bagi anak usia dini dan para
pemain hasil penataran (Murniviyanti, et al., 2020). Bermain peran adalah ketika
anak mengambil peran orang lain untuk mengeksplorasi motivasi mereka dan
bertindak seperti yang mereka lakukan dalam skenario yang diberikan (Moore,
2009).
Role play atau bermain peran adalah istilah yang menggambarkan berbagai
kegiatan yang ditandai dengan melibatkan peserta dalam tindakan seolah-olah
(Setiawati, 2016). Bermain peran mengintegrasikan emosi dan pikiran dimulai dari
menunjukkan perilaku emosional dan sosial ke peningkatan penggunaan kata-kata
dan representasi simbolik (Wee, et al, 2013). Bermain peran diharapkan
menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian anak tanpa ketergantungan
kepada orang lain. Kemandirian adalah sikap seseorang yang terakumulasi selama
proses perkembangan, dan terus belajar secara mandiri bagaimana menghadapai
menghadapi situasi yang berbeda dilingkungannya (Hayati, 2017). Bermain peran
bisa dijadikan sarana bagi anak usia dini untuk menemukan dan mempelajari
konsep tentang aturan dan scenario permainan drama, nilai-nilai kehidupan, serta
menghadapi dan memecahkan masalah dalam kehidupannya (Agustina, 2020).

Sejalan dengan teori sebelumnya Jannah dan Sukiman menyebutkan


bahwa bermain peran sendiri adalah salah satu jalan untuk mengembangkan
pengendalian diri terhadap keinginanya, bagaimana anak meghadapi serangan yang
datang dari luar terhadap egonya, yang dapat memeberikan anak kekuatan
menghadapi tuntutan-tuntutan dari luar setiap hari (Fatmawati, 2020). Permainan
pura-pura juga dapat diartikan bahwa anak-anak masuk ke dalam karakter dan
memerankan peran atau konteks kehidupan nyata yang memberikan aktivitas sosial
aktif kepada anak (Vlaicu, 2021). Peran-peran yang ada dalam dunia nyata dapat di
hadirkan pada pertunjukan suatu kelas yang disebut dengan bermain peran, untuk
dijadikan bahan refleksi bagi semua anak (Rusydiyah, 2017). Penguasaan bahan
ajar melalui peningkatan imajinasi dan penghayatan anak dalam memerankan status
atau fungsi tertentu yang terkandung dalam kehidupan nyata dan dijadikan bahan
evaluasi (Kolnel, & Zendrato, 2019).

Tidak hanya untuk anak-anak, menurut Lickona dalam Viranda, et al.,


(2019) mengatakan bahwa kegiatan bermain peran dapat dilaksanakan dan dapat
menyenangkan untuk semua umur. Dunia anak usia dini yaitu bermain salah
satunya bermain peran yang berarti suatu kegiatan yang berfokuskan dalam
mendramatisasikan sesuatu baik itu dalam lingkungan keluarga atau sekitarnya
(Yuliani & Sujiono, 2010). Permainan yang menggunakan daya hayal anak dalam
pengalaman yang dilihat dan dirasakan dalam kehidupannya (Nuraeni, 2020).

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa bermain peran, yaitu


mendramatisasikan atau memerankam cara tingkah laku di dalam hubungan sosial
baik seseorang, hewan, ataupun benda, baik mati maupun hidup yang terdapat di
kehidupan nyata dan mempunyai unsur penting dalam seni yang bertujuan untuk
memberikan rangsangan terhadap anak agar lebih percaya diri, dapat
mengekspresikan diri dan memunculkan imajinasinya sehingga dapat dijadikan
bahan evaluasi atau refleksi.
2. Macam-macam bermain peran
Menurut Roestiyah yang dikutip oleh Agustina, (2020) bermain peran
terbagi dalam beberapa macam yaitu:
a) Permainan peran tunggal.

Mayoritas peserta didik bertindak menjadi pengamat terhadap permainan


yang sedang dipertunjukkan dengan tujuan peserta didik dapat membentuk
sikap dan nilai.

b) Bermain peran jamak.

Peserta didik terbagi kedalam beberapa kelompok dengan banyak


anggota yang sama dan disesuaikan dengan banyaknya peran yang
dibutuhkan.

c) Bermain peran ulangan.

Peranan utama suatu drama dapat dilakukan secara bergilirn oleh


peserta didik. Dalam hal ini setiap peserta didik belajar
melakukan,mengamati, dan membandingkan perilaku yang dimainkan
pemeran sebelumnya.

a. Bermain peran mikro


Bermain peran mikro adalah saat anak memegang atau menggerakkan
benda benda yang berukuran kecil untuk menyusun skenario. kemudian memainkan
peran melaui tokoh yang diwakilkan oleh benda-benda berukuran kecil, contoh:
kandang dengan binatang-binatangan dan orang-orangan kecil. Beberapa alat
permainan edukatif simbolik yang biasa digunakan untuk bermain peran mikro
diantaranya : (1) Rumah boneka, (2) Kereta api, (3) Bandar udara (4) Kebun, (5)
Jalan kota, (6) Panggung boneka (7) Boneka jari. (Rahmatunnisa & Halimah, 2018).
b. Bermain peran makro
Bermain peran makro adalah ketika anak bermain menjadi tokoh
menggunakan alat berukuran besar yang digunakan anak untuk menciptakan dan
memainkan peran-peran, contoh memakai baju, menggunakan kotak kardus dibuat
menjadi mobil. Hal tersebut dapat mengembangkan daya pikir dan ke mampuan
imajinasi sehingga anak dapat menuangkan pengalaman inderanya dalam bermain.
(Een, 2015). Selain itu Aisyah menjelaskan, bermain peran makro yaitu anak
bermain menjadi sesorang tokoh dengan menggunakan media yang berukuran
seperti bentuk sesungguhnya kemudian digunakan untuk membuat karya cipta dan
memainkan peran-peran. Contoh ; (1) rumah sakit anak bisa berperan menjadi
dokter, perawat, pasien, pengunjung, apoteker, (2) kantor polisi anak berperan
menjadi penjahat, polisi, pembuat kerusuhan atau kerusakan, pelanggar aturan, (3)
pasar anak bisa memerankan pedaganng, pembeli, (4) kantor pos anak berperan
menjadi pengantar surat, pegawai kantor pos, dan lain sebagainya (Aisyah, 2017).
Bermain makro lazimnya dipakai dikehidupan nyata, dengan memerankan
suatu peran atau pun tokoh yang sesuai dengan profesi yang disukai seperti dokter,
pilot, guru, petani dan pfofesi lainnya. Menurut Latif bermain peran makro adalah
“anak bermain menjadi tokoh dengan menggunakan alat yang berukuran seperti
bentuk sesungguhnya yang digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan
peran” (Ochtoviana, et al., 2020). Sama halnya dengan pemaparan sebelumnya
bermain makro yaitu anak memerankan peran sesungguhnya dan menjadi seseorang
atau sesuatu. Ketika anak memiliki pengalaman sehari- hari dengan bermain makro,
anak banyak belajar tentang keterampilan pra-akademis, seperti: mendengarkan,
tetap dalam tugas, menyelesaikan masalah, dan bekerja sama dengan lainnya
(Madyawati, 2017).

Dari pemaparan bermain peran makro di atas maka terdapat kesimpulan


bahwa bermain peran makro merupakan kegiatan yang memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengembangkan pengertian mereka tentang dunia sekitarnya,
kemampuan bahasa, keterampilan mengambil sudut pandang dan emapati melalui
peran yang mengalirkan knowledge pada anak. Dalam bermain peran diperlukan
adanya strategi untuk mengembangakan kekretivitasan dan seni anak dalam
memerankan suatu peran Mulyani, (2017) mengatakan bahwa strategi dalam
mengembangkan seni anak melalui bermain peran adalah sebaga berikut:

1) Menyediakan alat peraga edukatif yang seseuai


Untuk membantu anak dalam mengembangkan kreativitasnya dalam berperan guru
sebaknya menyediakan alat peraga edukatif sebagai perangsang anak dalam
bermain peran. Misalnya, peralatan makan, memasak, dokter, polsi dan masih
banyak lagi. Menurut kamtni dan tanjung yang dikutip oleh Rahmawati, et al.,
(2010) alat permainan edukatif adalah alat permainan yang secara optimal mampu
merangsang dan menarik minat anak, alat permanan edukatif juga dapat
mengoptmalkan perkembangan anak sesuai dengan usia dan tingkat
perkembangannya.

2) Membaca sebuah buku cerita

Dengan membacakan sebuah buku cerita guru bIsa memanfaatkan kesukaan peserta
didik dengan dunia dongeng untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan sejak dini,
sepertI kejujuran, kedisiplinan, keberanian, ketulusan, persahabatan, kasih sayang,
rasa tanggung jawab dan lan sebagainya.

3) Mencotohkan permainan simulasi

Tidak semua peserta didik dengan mudah memainkan perannya baik itu sendiri atau
dengan temannya, ada beberapa peserta didik yang pemalu, penakut dan
sebagainya. Hal demikian lah yang harus jadi perhatian guru bahwa tidak bisa
memaksa anak untuk langsung memainkan perannya, dikarenakan permainan
drama atau berpura-pura harus benar-benar spontan tanpa ada ntervensi dari pihak
manapun. Dengan guru memberikan contoh atau kut andil dalam sebuah cerita yang
sedang peserta didik perankan, pertama-tama guru bisa ikut berperan dalam cerita
tersebut lalu mengajak peserta didik yang pemalu, penakut dan sebagainya sampai
akhirnya peserta didik tersebut beradaptasi dengan teman dan perannya barulah
guru menarik diri dari perannya.

4) Kunjungan wisata

Peserta didik menjadikan pengalaman sebelumnya untuk menerapkan


kreativitasnya dalam berman drama, oleh karena itu anak harus mempunyai banyak
pengalaman salah satunya dengan kunjungan wisata. Bukan berati berkunjung ke
tampat wisata atau wahana permainan selalu akan tetapi kunjungan wisata kali ini
lebih menekankan pada tempat tempat yang relevan dengan pran sang anak seper
tempat pemadam kebakaran, pasar tradisional, rumah sakit dan lain sebagainya
dimana tempat tersebut akan memberikan pengalaman yang sejakan dengan peran
yang akan di mainkan oleh peserta didik.
3. Prinsip dan langkah-langkah bermain peran
a. Prinsip bermain peran
Prinsip dasar bermain peran adalah bagaimana komunikasi simbolik yang
dialami oleh masing-masing anak dapat terjaga selama memerankannya. Untuk
mempraktikan pembelajaran dengan bermain peran, maka terdapat prinsip-prinsip
yang harus dimiliki oleh setiap pemeran, yaitu:
(1) Setiap pemeran bertanggung jawab pada atas apa yang dilakukan oleh
kelompok permainan.
(2) Saling menyadari bahawa setiap pemeran mempunyai
kelopompoknya masing-masing..
(3) Setiap kelompok bermain memiliki tujuan yang sama.
(4) Setia anggkota kelompok diberikan tanggung jawab dan tugas.
(5) Setiap kelompok mendapatkan evaluasi untuk diperbaiki
(6) Adanya pembagian kepemimpinan dan diperlukan adanya
keterampilan ketika proses pembelajaran permainan berlangsung.
(7) Permintaan pertanggung jawaban oleh setiap anggota kelompok dari
tugas peran yang telah dimainkannya.
b. Langkah- langkah metode bermain peran
Setiap kegiata belajar mengajar diharapkan berjalan dengan lancar begitu
pula dengan bermain peran untuk anak usia dini, guru harus menempuh berbagai
langkah agar permainan tersebut tidak mengalami kekakuan. Langkah- langkah
tersebut haruslah diperhatikan dalam setiap pelaksanaan bermain peran sehingga
tujuan pembelajaran berjalan dengan semaksimal mungkin.
Dalam bukunya Yuliani Nuraini dan Bambang Sujiono yang dikutip oleh
Fatmawati, (2020) mengemukakan langkah- langkah bermain peran diantaranya
sebagai berikut:
1) Guru mengumpulkan anak untuk memberikan informasi
mengenai aturan dalam permainan.
2) Guru menyampaikan media yang akan digunakan oleh pemain
untuk bermain peran.
3) Guru memberi pengarahan sebelum bermain dan mengabsen
jumlah anak.
4) Guru memberikan tugas kepada anak sesuai dengan peran yang
akan dimainkan, agar anak tidak berebut saat bermain peran.
5) Ketika bermain peran guru diawasi dan didampingi oleh guru.
6) Guru berdiskusi dengan anak untuk mengulas kembali nilai-nilai
dan pesan yang diperoleh dari kegiatan bermain peran untuk
diteladani peserta didik.
Langkah-langkah yang telah di sampaikan tersebut dapat memudahkan guru
dalam mengkondisikan kegiatan belajar mengajar.
4. Kelebihan dan kekurangan bermain peran untuk anak usia dini
a. Kelebihan bermain peran untuk anak usia dini
Keuntungan dari metode bermain peran adalah melibatkan semua anak,
memberi mereka kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam
bekerja sama. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:
1) Menarik perhatian anak
2) Anak bertingkah laku seperti orang lain, agar dapat merasakan perasaan
orang lain, mengakui pendapat orang lain, saling pengertian, toleransi,
kedermawanan.
3) Kerjasama yang terjalain antar pemain dapat dikembangkan dan
dipertahankan sebaik mungkin.
4) Berpikir dan bertindak secara kreatif.
5) Memecahkan masalah secara realistis karena anak dapat
mengalaminya.
6) Anak-anak memiliki kebiasaan menerima dan berbagi tanggung jawab
dengan orang lain.
7) Merangsang semangat belajar anak.
8) Bermain peran juga dapat mengembangkan rasa persatuan dan
kerjasama di antara anak
9) Anak bebas mengambil keputusan dan berekspresi sepenuhnya.
10) Dapat memberikan kesan yang kuat dalam ingatan anak.
11) Sangat menyenangkan bagi anak-anak, memungkinkan ruang kelas
menjadi dinamis dan penuh antusiasme.
Kelebihan metode dari kegiatan bermain peran harus guru manfaatkan
sebaik dan semaksimal mungkin dan harus mempunyai strategi dalam mengatasi
kekurangan metode tersebut. Sudjana berpendapat kelebihan bermain peran yaitu :
(a) Anak akan merasa pembelajaran mereka adalah miliknya karena mereka
memiliki banyak kesempatan untuk berpartisipasi, (b) Anak sangat termotivasi
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, (c) Mengembangkan demokrasi belajar
untuk berdiskusi dari satu sama lain, (d) Dapat menambah wawasan bagi pendidik,
karena hal-hal yang dialami dan disampaikan anak mungkin belum pernah dialami
oleh pendidik sebelumnya, (e) Anak belajar menghafal dan memahami mainan
(membantu mereka mengingat), (f) Anak dilatih untuk kreatif dan proaktif, (g)
Mempromosikan kerjasama antar aktor, (h) Bahkan bakat yang masih terpendam
pada anak dapat dikembangkan untuk mengungkapkan kemampuan artistiknya
yang dikata lain meningkatkan nilai seni anak, (i) Anak terbiasa menerima dan
berbagi tanggung jawab dengan orang lain (Sudjana, 2001).
Selain itu lebih banyak keuntungan untuk memainkan salah satu peran
yaitu: (a) Anak secara aktif terlibat dalam pembelajaran yang mereka bangun untuk
diri mereka sendiri. (b) Anak mendapatkan umpan balik yang cepat/langsung.
dibandingkan dengan Memungkinkan siswa untuk melatih keterampilan
komunikasi mereka. (c) Minat dan semangat anak sangat menarik. (d)
Memungkinkan guru untuk mengajar dalam skala besar dengan mengeluarkan yang
terbaik dari beberapa anak sekaligus. (e) Membantu anak berpikir kritis dan analitis.
(f) Buat situasi eksperimental kehidupan nyata dengan model lingkungan
kehidupan nyata.
Metode bermain peran juga masih memiliki kelebihan lainnya yang
dikemukakan oleh Suparman dan dikutip oleh Halida (2011), yaitu: (1) Bermain
peran adalah suatu bentuk kreativitas bagi setiap anak yang meningkatkan daya
imajinasinya, (2) Dengan bermain peran, anak menemukan bahwa merancang
sesuatu yang baru sangat menyenangkan sehingga mereka dapat mentransfer minat
kreatif mereka ke situasi di luar dunia bermain peran. Selain itu beberapa kelebihan
bermain peran antara lain:
(a) Mengajarkan setiap anak untuk memahami perasaan orang lain.
Bermain peran menuntut setiap anak untuk memainkan peran tertentu,
memungkinkan mereka untuk memahami dan memahami perasaan
orang lain dengan menanggapi segala sesuatu di lingkungan sosial
mereka. Dalam memainkan peran seorang tokoh, anak harus kreatif dan
menunjukkan sikap dan perilaku yang baik dari tokoh yang diperankan.
(b) Mengajarkan pembagian tanggungjawab dan merealisasikannya
dikehidupan anak. Pada setiap kegiatan bermain peran, ada pembagian
dari masing-masing lingkup pekerjaan atau adegan tertentu yang harus
diperankan. Agar permainan berjalan dengan menyenangkan dan asyik
untuk itu anak harus bertanggung jawab dan melaksanakan peran atau
adegan tertentu dengan baik.
(c) Mengajarkan anak untuk menghargai pendapat orang lain ada berbagai
peran yang perlu dimainkan secara berkelompok, agar permainan
menjadi sukses, anak harus toleran dan saling menghormati di antara
teman-temannya
(d) Mengajarkan anak bagaiamana cara mengambil keputusan dalam
kelompok karena, kegiatan bermain peran ini dalam pelaksanaannya
memang sangat diperukan keberanian anak dalam memilih peran atau
mengambil keputusan dalam setiap peran yang ingin diambil.
(Prehatanti, 2020).
Dari beberapa tahapan di atas maka terdapat kesimpulkan bahwa bermain
peran mempunyai beberapa kelebihan yang bisa membuat peserta didik maupun
guru lebih tertarik dalam kegiatan belajar mengajar, seperti memberikan inovasi
yang lebih unik kepada guru dalam meningkatan cara atau metode guru dalam
menyampaikan materi kepada peserta didik, juga memberikan kesan yang berbeda
terhadap, karena bermain peran meberikan kesempatan lebih banyak kepada peserta
didik sehingga imajinasinya, kerjasamanya, rasa sosial, nilai-nilai seni, tanggung
jawabnya, juga membantu ingatan peserta didik dalam menghafal berbagai mainan
dan yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik akan lebih terlihat dan
meningkat.
b. Kekurangan bermain peran untuk anak usia dini
Berikut kekurangan-kekurangan penggunaan metode bermain peran:
1) Metode bermain peran dipeerlukan waktu yang relatif panjang atau
banyak.
2) Harus memiliki kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak
guru maupun anak, dan ini tidak semua guru memilikinya.
3) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
4) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain .
5) Apabila pelaksanaan bermain peran mengalami kegagalan, bukan
saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan
pengajaran tidak tercapai (Suharto, 2013).
Kegiatan bermain peran berpengaruh positif terhadap perkembangan anak.
Namun, disamping kelebihannya, metode bermain peran juga memiliki
kekurangan, sedangkan kekurangan dalam metode bermain peran yang
dikemukakan Suparman dalam Halida (2011) mengatakan bahwa perencanaan
yang matang dapat meminimalisir kekurangan-kekurangan yang terdapat pada
metode bermain peran. Guru memiliki peran penting dalam metode bermain peran.
Adapun kelemahan metode role play sebagai berikut: a) Kita harus membangun
imajinasi yang sama antara guru dan anak. b). Sulit untuk menghadirkan unsur-
unsur situasi penting sebagaimana adanya, seperti kebisingan pasar yang ramai, air
terjun, kebisingan kemacetan lalu lintas, dan tidak adanya alat bantu, misalnya,
sebagai rekaman sulih suara. c). Skenario yang biasanya pendek.
Sama halnya dengan kekurangan-kekurangan yang telah di kemukakan
tersebut dalam bukunya Rahmat menjelaskan berbagai macam kekurangan saat
pelaksanaan bermain yaitu:
(a) Diperlukan sarana dan prasana yang memadai dan banyak, guna
menunjang pelaksanaan kegiatan bermain peran ini terlaksana dengan
baik, contoh semisal melaksanakan bermain peran dengan tema
pedagang maka diperlukan beberapa alat-alat dan bahan terkait dengan
tema yang sedang dilakukan.
(b)Membutuhkan waktu yang banyak.
(c) Kurang perhatian guru dalam pelaksanaan bermain peran banyak sekali
guru yang memilih untuk melaksanakan kegiatan belajar mengjar hanya
mengandalkan lembar kerja anak tidak mau repot dalam pembelajaran,
untuk itu masih perlu semangat dan kreativitas guru untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.
(d)Pengkondisian kelas dan anak dalam pelaksanaan bermain peran sangat
diperlukan, pengkondisian kelas sesuai dengan peran yang akan di
mainkan disain yang diperlukan harus sesuai. Kendala yang sering
dihadapi guru dalam mengkondisikan anak didik perlu adanya kerjasama
dengan guru-guru lainnya untuk saling membantu agar pembelajaran
berjalan dengan baik. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
perlu adanya kerjasama yang baik antara pendidik untuk menciptakan
pembelajaran bermain peran yang menyenangkan bagi anak. guna
mencapai seluruh aspek perkembangan bagi anak (Rahmat, 2019).
Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulan bahwa kekurangan atau
kelemahan dalam bermain peran bisa membengaruhi berbagai aspek perkembangan
peserta didik karena salah satu kekurangan dalam bermain peran yaitu terdapat pada
guru yang lebih memilih pembelajaran seperti biasa atau hanya mengandalkan
lembar kerja yang bisa mengakibatkan kreativitas, nilai seni, kerja sama peserta
didik, rasa sosial, dan imajinasi peserta didik tidak berkembang.
B. Perkembangan Seni Anak Usia Dini
1. Pengertian perkembangan seni anak usia dini
Seni adalah suatu yang menghasilkan kesenangan atau merupakan kegiatan
sadar manusia untuk menyampaikan perasaan yang telah dihayati kepada orang lain
atau benda. Selain itu seni merupakan hasil atau proses kerja dan gagasan manusia
yang melibatkan kemampuan terampil, kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati dan
pikiran untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan keindahan,
keselarasan, bernilai seni dan lainnya (Kasta, 2019).
Rader mengungkapkan bahwa, seni merupakan fitrah manusia yang
dianugerahkan Allah SWT untuk suatu kegiatan yang melibatkan kemampuan
kreatif dalam mengungkapkan keindahan, menjadi salah satu unsur kebudayaan,
kebenaran dan kebaikan. Seni sebagai proses kreatif adalah ungkapan (expression)
dari suasana hati, perasaan dan jiwa. Suatu ungkapan yang mempunyai arti dalam
seni adalah ungkapan artistik yang berasal dari kualitas ‘citra jiwa atau intisari’
terdalam dari perasaan (Rizali, 2012). Bagi anak, seni adalah awal eksistensi dirinya
sebagai makhluk yang berbudaya, sejak dlahirkan anak telah diperkenalkan kepada
seni sebagai suatu yang mendasar oleh orang tua (Mulyani, 2017).
Seperti halnya bermain bebas, anak-anak harus memiliki kebebasan untuk
bereksplorasi dan bereksperimen dalam seni, baik seni tari, musik, drama atau seni
visual. Selain itu, karena bayi, balita, dan anak kecil semuanya berada dalam
periode perkembangan yang berbeda, seni memberikan setiap tahap kesempatan
untuk memajukan pengembangan holistik dan pembelajaran seni mereka sambil
juga mendorong individualitas mereka. Pendidikan seni harus mendorong
perkembangan holistik dalam budaya yang peka dan lingkungan eksploratif,
memberikan dukungan terbimbing jika diperlukan sambil juga menemukan dan
membina apa yang ditemukan peserta didik secara estetika menyenangkan.
Berpartisipasi dalam seni memainkan peran penting dalam cara seorang anak
memahami lingkungan mereka, dunia mereka, dan akhirnya, diri mereka sendiri
(Ray, 2019)
Seni untuk anak usia dini berfungsi sebagai media untuk mengungkapan
perasaan, ide, gagasan dan pikiran anak. Karyanya sebagai alat bermain imajinasi,
mengutarakan ide dan juga sebagai media komunikasi. Kemampuan seni pada anak
ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui berbagai kegiatan dan rangsangan
secara terus menerus (Citrowo & Mayar, 2019). Oleh karena itu Surajiyo,(2015)
mengungkapkan beberapa uraian mengenai sifat dasar seni sebagai berikut:
a. Memiliki kreatif dari seni.
Seni merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang selalu menciptakan
realitas baru, sesuatu apa pun (lukisan, pahatan, lagu, tarian, musik, pementasan
teater, puisi, dan sebagainya) yang sebelumnya belum ada atau belum pernah
muncul dalam gagasan seseorang.
b. Memliki individualitas sendiri.
Karya seni yang diciptakan oleh seorang seniman merupakan karya yang
berciri personal, subjektif, dan individual. Dalam perkembangannya, seni dapat
pula merupakan karya bersama atau kolaborasi yang merefleksikan gagasan
bersama. Sifat individual seniman tecermin dalam karya seninya melalui gaya
pengekspresian yang khas.
c. memiliki nilai ekspresi atau perasaan.
Dalam menilai suatu karya seni, diperlukan kriteria atau ukuran perasaan
estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya ke dalam karya seninya,
kemudian penikmat seni (apresiator) menghayati, memahami, dan mengapresiasi
karya tersebut dengan perasaannya.
d. keabadian
Seni hidup sepanjang masa. Karya seni yang dihasilkan oleh seorang
seniman dan diapresiasi oleh masyarakat tidak mungkin ditarik kembali atau
terhapuskan oleh waktu.
e. semesta atau universal
Seni berkembang di seluruh dunia dan sepanjang waktu. Seni tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Sejak zaman prasejarah hingga zaman
modern ini, orang terus membuat karya seni dengan beragai macam fungsi dan
wujudnya yang disesuaikan dengan perkembangan masyarakatnya. (Kasta, 2019).
Seni merupakan hal yang mendasar dalam kehidupan anak-anak, dengan
seni anak dapat mengaktualisasikan ide yang ada dalam pikirannya,
mengembangkan kreatvitas, juga membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dalam pembelajaran seni anak usia dini, semata-mata tidak untuk menjadikan anak
seorang yang ahl seni, namun bagaimana seni dapat dirempatkan sebagai media
atau sarana dalam membantu tyumbuh kembang anak (Mulyani, 2017).
Sejalan dengan pemaran teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan seni anak usia seni adalah proses kerja dan gagasan manusia yang
melibatkan kemampuan fisik motorik halus dan motorik kasar, terampil, kreatif,
kepekaan indera, kepekaan hati dan pikir untuk menghasilkan suatu karya yang
memiliki kesan keindahan yang bernilai seni.
2. Tujuan pembelajaran seni untuk anak
Sama halnya dengan pembelajaran yang lain pun seni mempunyai tujuan
untuk meningkatkan perkembangan anak diantaranya Tridjata & Pekerti,
(2016) menyebutkan beberapa tujuan dari pembelajaran seni yaitu:
a) Mengembangkan sensitivitas persepsi indriawi pada anak melalui
pengalaman yang kreatif sesuai karakter dan jenjang perkembangan pada
pendidikan.
b) Memberikan stimulus pada anak pada pertumbuhan ide-ide yang imajinatif
dan dapat menemukan berbagai penemuan atau gagasan yang kreatif
dalam memecahkan masalah.
c) Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan kesenian dengan disiplin
ilmu lain .
d) Dapat mengembangkan kemampuan untuk berapresiasi seni dalam
konteks sejarah dan dapat menghargai berbagai macam budaya lokal juga
global, sebagai sarana pembentukan saling toleransi dan demokratis dalam
masyarakat.
Adapun pendapat (Rizali, 2012) Tujuan pembelajaran seni adalah
a) Membantu anak mengekspresikan diri, melalui seni dapat meningkatkan
kreatifitas anak dengan mewujudkan imajinasinya dalam seni.
b) Melatih anak untuk mencintai keindahan, kerapian dan keteraturan.
c) Memberi kesempatan anak untuk mengenal berbagai benda, warna, bentuk, dan
tekstur secara kreatif dalam karya seni.
d) Dapat melatih otot –otot halus seperti otot-otot jari tangan dan melatih
koordinasi antara tangan dan mata.
Pendidikan Seni pada anak berfokus pada :
1) Belajar melalui bermain
Pada anak usia dini belajar melalui bermain merupakan pengalaman yang
bermakna dan sangat menyenangkan bagi anak.
2) Belajar melalui observasi
Anak akan belajar melalui mengamati hal yang baru dan menarik, anak akan
mengingat karena rasa peka anak sangat tinggi, melalui buku, televisi, video,
gambar, bentuk-bentuk konkret.
3) Belajar melalui eksplorasi
Anak usia dini tidak bisa diam diri untuk melihat hal yang baru, mencoba,
bereksperimen dan mengotak atik misalnya mobil-mobilan, boneka, sepeda,
hal-hal yang bisa berbunyi.
4) Belajar melalui imitasi
Anak akan meniru hal-hal yang ada disekitar anak, dari model yang mereka
lihat dan menjadikan anak asyik, senang, maka anak bertahap menirunya akan
sempurna jika terlatih.
(Hughes, 2010) berpendapat bahwa Pendidikan Usia Dini amat tidak efektif
atau kurang sempurna tanpa adanya musik, rupa, gerak dan drama. Secara umum
pendidikan seni anak memiliki 4 fungsi utama yaitu:
a) Fungsi Ekspresi
Anak usia dini atau TK mendapatkan kesempatan untuk menyatakan
pikiran dan perasaan secara bebas diungkapkan dalam bentuk bunyi,
rupa, gerak, dan bahasa atau dapat dikombinasikan sesuai anak
mengeksplorasi ungkapannya.
b) Fungsi Komunikasi
Anak dapat menyampaikan pesan melalui bunyi, rupa, gerak, dan bahasa.
Melalui seni memperkenalkan bahasa simbol pada anak.
c) Fungsi Pengembangan Bakat
Anak dilahirkan sudah mempunyai kemampuan tersendiri, missal
bernyanyi, menggambar, dan ketika sudah pada saatnya anak akan
dibantu mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam jenjang
pendidikan.
d) Fungsi Kreativitas
Sebagian besar anak suka bereksplorasi dengan lingkungan sekitarnya,
imajinasi anak mulai terasah ketika mendapatkan benda-benda yang
menarik. Kreatif tidak hanya menciptakan dari yang tidak ada menjadi
ada, tetapi mengubah yang telah ada menjadi model baru yang lama
dengan melakukan improvisasi.
Berdasarkan pendapat `yang dikemukan diatas bahwa fungsi pembelajaran
seni adalah pembelajaran yang berpusat pada anak, melalui bermain pembelajaran
seni dapat dieksplorasikan, anak secara ekspresi mengungkapkan hal yang baru,
anak menjadi kreatif, fungsi yang lain seni bagi anak sebagai ungkapan Bahasa
visual sebagai alat komunikasi. Orang lain dapat mengetahui tentang perasaan,
emosi, pengalaman anak yang baru dari hasil karya seni yang diciptakan.
3. Indikator pencapaian dan stimulasi perkembangan seni anak usia dini
Stimulus perkembangan seni untuk anak usia dini bisa ditemukan dengan
mengetahui indikator yang harus dicapai anak yaitu; anak (1) Anak bernyanyi
sesuai irama, (2) Anak menggambar dengan berbagai media baik secara bebas atau
dengan media yang sudah disediakan, (3) Dapat menggunakan media sesuai
kegunaanya, (4) Mengekspresikan gerakan baik mengikuti irama musik atau sesuai
imajinasinya, (5) Bermain peran dengan menunjukan perasaanya dan imajinasinya,
(6) Membuat karya seni (Kemendikbud, 2014).Lebih jelas lagi dapat dilihat pada
tabel berikiut:
Tabel 2. 1
Indikator Pencepaian Perkembangan Seni Anak Usia Dini Uisa 5-6 tahun
(Kemendikbud, 2014).

Usia anak Kompetensi dasar Indikator Pencapaian


Anak Usia Anak mampu 1. Anak bersenandung atau bernyanyi
5-6 tahun menikmati sambil mengerjakan sesuatu
berbagai alunan 2. Memainkan alat musik/instrumen/benda
lagu atau suara bersama teman
Menyanyikan lagu dengan sikap yang benar
Menggunakan berbagai macam alat musik
Tertarik dengan tradisional maupun alat musik lain untuk
kegiatan seni menirukan suatu irama atau lagu tertentu
Bermain drama sederhana
Menggambar berbagai macam bentuk yang
beragam
Usia anak Kompetensi dasar Indikator Pencapaian
Melukis dengan berbagai cara dan objek
Membuat karya seperti bentuk
sesungguhnya dengan berbagai bahan
(kertas, plastisin, balok, dll)

` Pada anak usia dini orang tua haruslah mengutamakan perkembangan


anak karena menjadi faktor penting dalam perkembangannya, anak pada usia dini
belum dapat mandiri dalam belajar. Mereka perlu diberikan banyak stimulasi,
dibimbing, dan diarahkan sehingga pada akhirnya mereka dapat mengarahkan
perkembangannya secara optimal (Akbar, 2017)

Tahapan perkembangan anak menjadi efektif jika orang tua dan pengasuh
memperhatikan dan memberikan kebutuhan anak sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Stimulasi yaitu suatu usaha memberikan sesuatu agar
menghasilkan apa yang diharapkan terhadap apa yang telah diberikan stimulasi.
Stimulasi perkembangan pada anak usia dini dilakukan dalam lingkup keluarga dan
dalam lingkup pendidikan formal. Lebih lanjut lagi stimulasi pada anak usia dini
sangat penting dilakukan karena perkembangan anak usia dini tidak bisa diulang
lagi. Stimulasi yang diberikan pada anak uisa dini dimasa sekarang akan berdampak
pada kualitas anak dimasa depan (Damayanti, et al., 2020).

Lingkungan belajar dan interaksi orang dewasa merupakan salah satu


stmulus dalam menngkatkan perkembangan seni anak usia dini, bekerja paling baik
ketika dibagikan di antara pendidik anak usia dini, orang tua, dan pengasuh,
spesialis pendidikan seni dan seniman yang berlatih, dan prosesnya harus terhubung
dengan sumber daya masyarakat. Anak-anak membutuhkan orang dewasa yang
tertarik untuk mendengarkan rencana mereka, menanggapi ide-ide mereka, dan
menawarkan bantuan dan dukungan untuk eksplorasi mereka. Kesesuaian proses
dan konten pembelajaran didasarkan pada tingkat perkembangan anak. Anak dapat
berpartisipasi dalam kegiatan artistik dengan perkembangan materi sehari-hari yang
sesuai, waktu yang cukup, ruang yang memadai, dan kesempatan untuk dilakukan
oleh orang dewasa yang berpengetahuan. (Maryland, 2013).

Anda mungkin juga menyukai