Anda di halaman 1dari 13

MASUKAN PPIBI Terkait RUU Kesehatan

TANGGAL 17 MARET 2023

NO SEMULA MENJADI
1. Pasal 18 Pasal 18
(1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan meliputi: (1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan meliputi:
a. Upaya Kesehatan Perseorangan; a. Upaya Kesehatan Perseorangan;
b. Upaya Kesehatan Masyarakat; b. Upaya Kesehatan Masyarakat;
c. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat; c. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat;
d. Kesehatan reproduksi; d. Kesehatan reproduksi;
e. keluarga berencana; e. keluarga berencana;
f. Kesehatan ibu, bayi dan anak, remaja, dan lanjut usia; f. Kesehatan ibu, bayi dan anak, remaja, dan lanjut usia;
g. Kesehatan penyandang disabilitas; g. Kesehatan penyandang disabilitas;
h. mutu gizi; h. Pelayanan kebidanan
i. pelayanan darah; i. mutu gizi;
j. Kesehatan gigi dan mulut; j. pelayanan darah;
k. transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, terapi berbasis k. Kesehatan gigi dan mulut;
sel punca dan sel, implan Obat dan/atau Alat Kesehatan, dan l. transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, terapi berbasis sel
bedah plastik rekonstruksi dan estetika; punca dan sel, implan Obat dan/atau Alat Kesehatan, dan bedah
plastik rekonstruksi dan estetika;
2. Pasal 23 Pasal 23
(1) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana (1) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 huruf a dimaksud dalam Pasal 22 huruf a
diselenggarakan sebagai proses awal Pelayanan diselenggarakan sebagai proses awal
Kesehatan perseorangan secara komprehensif. Pelayanan Kesehatan perorangan secara
(2) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana komprehensif.
dimaksud pada ayat (1) termasuk pelayanan (2) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana
skrining dan imunisasi penyakit dalam ranah dimaksud pada ayat (1) termasuk pelayanan
Kesehatan perseorangan, pemantauan tumbuh skrining dan imunisasi penyakit dalam ranah
kembang, diagnostik dini, kuratif, dan rehabilitatif Kesehatan perorangan, pemantauan tumbuh
yang didukung dengan kegiatan Pelayanan kembang, diagnostik dini, kuratif, dan
Kesehatan rujukan. rehabilitatif yang didukung dengan kegiatan
(3) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana Pelayanan Kesehatan rujukan.
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh (3) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana
Tenaga medis dan/atau Tenaga Kesehatan dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
sesuai dengan kompetensi dan kewenangan Tenaga medis dan/atau Tenaga Kesehatan
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat sesuai dengan kompetensi dan kewenangan
pertama. pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
(4) Pelayanan Kesehatan primer diselenggarakan pertama.
berdasarkan kebijakan Pelayanan Kesehatan (4) Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama.
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dengan Sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3)
memperhatikan masukan dari Pemerintah adalah Puskesmas, Klinik, dan Tempat Praktik
Daerah dan/atau masyarakat. Tenaga Kesehatan, diantaranya Tempat Praktik
(5) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana Mandiri Dokter, Tempat Praktik Mandiri Dokter
dimaksud pada ayat (1) didanai oleh Gigi, Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB),
perseorangan penerima Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Perawat, Tempat
atau melalui penjaminan kesehatan dalam Praktik Mandiri Fisioterapi dan Tempat Praktik
sistem jaminan sosial nasional dan/atau asuransi Mandiri Tenaga Kesehatan Lainnya.
komersial. (5) Pelayanan Kesehatan primer diselenggarakan
berdasarkan kebijakan Pelayanan Kesehatan
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dengan
memperhatikan masukan dari Pemerintah
Daerah dan/atau masyarakat.
(6) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) didanai oleh
perorangan penerima Pelayanan Kesehatan
atau melalui penjaminan kesehatan dalam
sistem jaminan sosial nasional dan/atau
asuransi komersial.

Paragraf 4
Pelayanan Kebidanan
Pasal 58
Pelayanan Kebidanan merupakan pelayanan yang
diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil,
masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, masa
antara, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra
sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan,
serta pelayanan keluarga berencana secara
berkesinambungan dalam menjalankan peran strategis
bidan untuk mempersiapkan generasi unggul yang
berfokus pada upaya pencegahan dan promosi
kesehatan, pertolongan persalinan normal
berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan
perempuan.

Paragraf 5
Kesehatan Lanjut Usia
Pasal 59
3. Pasal 178 Pasal 178
(1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan (1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan masyarakat tingkat
masyarakat tingkat pertama dan Upaya pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan tingkat pertama
Kesehatan Perseorangan tingkat pertama oleh oleh Puskesmas dilakukan melalui pengoordinasian Sumber Daya
Puskesmas dilakukan melalui pengoordinasian Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.
Sumber Daya Kesehatan di wilayah kerja (2) Puskesmas melakukan pembinaan terhadap Fasilitas
Puskesmas. Pelayanan Kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya serta
(2) Puskesmas melakukan pembinaan terhadap mengintegrasikan program Puskesmas dengan kegiatan
Kesehatan oleh masyarakat.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama
di wilayah kerjanya serta mengintegrasikan
Termasuk penempatan bidan di desa sebagai bentuk penguatan
program Puskesmas dengan kegiatan Kesehatan
upaya kesehatan di masyarakat dalam rangka transformasi
oleh masyarakat. kesehatan dengan pendekatan mendekatkan akses mencapai
Universal Health Coverage.
4. Pasal 182 Pasal 182
(1) Struktur Organisasi Rumah Sakit paling sedikit (1) Struktur Organisasi Rumah Sakit paling sedikit
terdiri atas: Kepala atau Direktur Rumah Sakit, terdiri atas: Kepala atau Direktur Rumah Sakit,
unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur
unsur penunjang medis dan nonmedis, komite kebidanan, unsur penunjang medis dan nonmedis,
medis/komite kesehatan, unsur riset, operasional komite medis/komite kesehatan, unsur riset,
dan teknologi informasi, pemasaran, serta operasional dan teknologi informasi, pemasaran,
administrasi umum dan keuangan. serta administrasi umum dan keuangan.

5. Pasal 185 Pasal 185


b. memberi Pelayanan Kesehatan yang aman, b. memberi Pelayanan Kesehatan yang aman,
bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan Pasien sesuai mengutamakan kepentingan Pasien sesuai
dengan standar pelayanan Rumah Sakit; dengan standar pelayanan Rumah Sakit antara
lain standar prosedur operasional , standar
pelayanan medis , standar asuhan keperawatan
dan standar asuhan kebidanan;
6. Pasal 193 Pasal 193
(8) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam (8) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam
kelompok tenaga kebidanan sebagaimana kelompok tenaga kebidanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf c terdiri atas bidan dimaksud pada ayat (5) huruf c terdiri atas bidan
vokasi dan bidan profesi. vokasi, bidan profesi dan bidan advance / spesialis

7. Pasal 194 Pasal 194


(1) Dalam memenuhi perkembangan ilmu (1) Dalam memenuhi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang Kesehatan pengetahuan dan teknologi di bidang Kesehatan
serta kebutuhan Pelayanan Kesehatan, Menteri serta kebutuhan Pelayanan Kesehatan, Menteri
dapat menetapkan: dapat menetapkan:
a. jenis Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan, a. jenis Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan, atau
atau Tenaga Kesehatan Tradisional baru Tenaga Kesehatan Tradisional baru dalam
dalam setiap kelompok sebagaimana setiap kelompok sebagaimana dimaksud dalam
dimaksud dalam Pasal 183; dan Pasal 193; dan
b. kelompok Tenaga Medis, Tenaga b. kelompok Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan,
Kesehatan, atau Tenaga Kesehatan atau Tenaga Kesehatan Tradisional baru.
Tradisional baru.
8. Pasal 195 Pasal 195
Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 193 ayat (1) huruf b harus memiliki kualifikasi Pasal 193 ayat (1) huruf b harus memiliki kualifikasi
pendidikan paling rendah diploma. pendidikan paling rendah diploma tiga

9. Pasal 208 Pasal 208


(2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada (2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan oleh institusi ayat (1) diselenggarakan oleh institusi
pendidikan Tenaga Medis atau Tenaga pendidikan Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan bekerja sama dengan Kolegium. Kesehatan bekerja sama dengan Kolegium dan
(6)Mahasiswa Pendidikan vokasi dan Pendidikan Organisasi Profesi.
profesi Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan
yang tidak lulus uji kompetensi sebagaimana (6) Mahasiswa Pendidikan vokasi dan Pendidikan
dimaksud pada ayat (5) dapat mengikuti uji profesi Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang
kompetensi ulang yang diselenggarakan oleh tidak lulus uji kompetensi sebagaimana dimaksud
Kolegium dengan pembiayaan dari Pemerintah pada ayat (5) dapat mengikuti uji kompetensi ulang
Pusat. yang diselenggarakan oleh Kolegium dan
(4) Pencapaian standar kompetensi Tenaga organisasi profesi dengan pembiayaan dari
Medis atau Tenaga Kesehatan sebagaimana Pemerintah Pusat.
dimaksud pada ayat (3) diberikan dalam bentuk (4) Pencapaian standar kompetensi Tenaga Medis
sertifikat kompetensi dari Kolegium yang atau Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud
diterbitkan oleh Pemerintah Pusat. pada ayat (3) diberikan dalam bentuk sertifikat
kompetensi atau sertifikat profesi dari Kolegium
yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

10. Pasal 209 Pasal 209


(3) Bantuan pendanaan pendidikan (3) Bantuan pendanaan pendidikan sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. pendanaan afirmasi Tenaga Medis dan a. pendanaan afirmasi Tenaga Medis dan Tenaga
Tenaga Kesehatan; Kesehatan;
b. bantuan pendidikan spesialis-subspesialis; b. bantuan pendidikan spesialis-subspesialis;
c. pendanaan sebagian (partial funding); dan c. pendanaan sebagian (partial funding);
d. bantuan pendanaan pendidikan lainnya. d. Bantuan Pendidikan tenaga kesehatan non-
ASN; dan
e. bantuan pendanaan pendidikan lainnya.

11. Pasal 213 Pasal 213


9. Ketentuan ayat (1) Pasal 43 diubah, sehingga 9. Ketentuan ayat (1) Pasal 43 diubah, sehingga Pasal 43 berbunyi
Pasal 43 berbunyi sebagai berikut: sebagai berikut:
Pasal 43 Pasal 43
(2) Sertifikat profesi sebagaimana dimaksud (2) Sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi diterbitkan oleh Perguruan Tinggi atau Institusi Penyelenggara
atau Institusi Penyelenggara Pendidikan Profesi Pendidikan Profesi Tertentu dan Organisasi Profesi.
Tertentu
Bagaimana dengan sertifikat kompetensi untuk
pendidikan vokasi
12. Pasal 214 Pasal 214
Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
dalam rangka pemenuhan Tenaga Kesehatan dalam rangka pemenuhan Tenaga Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 196. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 197.

13. Pasal 233 Pasal 233


(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga
negara asing lulusan luar negeri yang negara asing lulusan luar negeri yang
melaksanakan praktik di Indonesia harus melaksanakan praktik alih teknologi di Indonesia
mengikuti evaluasi kompetensi. harus mengikuti evaluasi kompetensi.
14. Pasal 236 Pasal 236
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
warga negara asing dapat melakukan warga negara asing dapat melakukan
praktik pada Fasilitas Pelayanan praktik pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di Indonesia dalam rangka Kesehatan di Indonesia dalam rangka
investasi atau noninvestasi, dengan investasi atau noninvestasi, dengan
ketentuan: ketentuan:
a. terdapat permintaan dari pengguna a. terdapat permintaan dari pengguna
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
warga negara asing; warga negara asing;
b. dalam rangka alih teknologi dan ilmu b. dalam rangka alih teknologi dan ilmu
pengetahuan; dan pengetahuan; dan
c. untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan c. untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan
dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu) dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu)
tahun berikutnya. tahun berikutnya.

(3) Ketentuan mengenai Tenaga Medis (3) Ketentuan mengenai Tenaga Medis dan
dan Tenaga Kesehatan warga negara Tenaga Kesehatan warga negara asing yang
asing yang melakukan praktik pada melakukan praktik alih teknologi pada Fasilitas
Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam rangka
Indonesia dalam rangka investasi atau investasi atau noninvestasi sebagaimana
noninvestasi sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah.

15. Pasal 237 Pasal 237


(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga (1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga
negara asing lulusan luar negeri yang telah negara asing lulusan luar negeri yang telah lulus
lulus proses evaluasi kompetensi dan akan proses evaluasi kompetensi dan akan melakukan
melakukan praktik di Indonesia wajib memiliki praktik dalam rangka alih teknologi di Indonesia
STR sementara dan SIP. wajib memiliki STR sementara dan SIP.
16. Pasal 242 Pasal 242
(2) Upaya menjaga dan meningkatkan mutu (2) Upaya menjaga dan meningkatkan mutu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh: diselenggarakan oleh:
a. Menteri; a. Menteri;
b. organisasi profesi; dan b. organisasi profesi; dan
c. lembaga pelatihan lain yang diakreditasi oleh c. lembaga pelatihan lain yang diakreditasi
organisasi profesi. secara substansi teknis keprofesian oleh
organisasi profesi.
17. Pasal 244 Pasal 244
Dalam rangka menjaga dan meningkatkan Dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu
mutu Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 240 dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 240 dan
Pasal 241, kepala daerah dan pimpinan Pasal 241 Pasal 242, kepala daerah dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertanggung pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
jawab atas pemberian kesempatan yang sama bertanggung jawab atas pemberian kesempatan
kepada Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang sama kepada Tenaga Medis dan Tenaga
dengan mempertimbangkan penilaian kinerja Kesehatan dengan mempertimbangkan penilaian
dan perilaku. kinerja dan perilaku.

Memastikan bahwa tenaga medis dan tenaga


kesehatan mendapatkan peningkatan mutu dan
pengembangan profesi (dalam konteks
perencanaan, pembiayaan, dll)
18. Pasal 245 Pasal 245
(5) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (5) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi
ulang setiap 5 (lima) tahun. ulang setiap 5 (lima) tahun.

(6) Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana


dimaksud pada ayat (5) meliputi:
a. memiliki STR lama;
b. memiliki surat keterangan sehat fisik dan
mental;
c. pemenuhan kecukupan satuan kredit
profesi, yang di tetapkan oleh organisasi
profesi.

19. Pasal 247 Pasal 247


Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
Registrasi, penonaktifan, dan pengaktifan Registrasi, Registrasi Ulang, penonaktifan, dan
kembali STR Tenaga Medis dan Tenaga pengaktifan kembali STR Tenaga Medis dan
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
245 dan Pasal 246 diatur dengan Peraturan Pasal 245 dan Pasal 246 diatur dengan
Pemerintah. Peraturan Pemerintah.
20. Pasal 249 Pasal 249
(4) Persyaratan perpanjangan SIP sebagaimana (4) Persyaratan perpanjangan SIP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) meliputi: dimaksud pada ayat (3) meliputi:
a. STR; a. SIP lama yang akan diperpanjang
b. tempat praktik; b. STR;
c. rekomendasi organisasi profesi; dan c. tempat praktik;
d. pemenuhan kecukupan satuan kredit profesi. d. rekomendasi organisasi profesi; dan
e. pemenuhan kecukupan satuan kredit profesi.
21. Pasal 268 Pasal 268
(1) Susunan organisasi Konsil Tenaga Kesehatan (1) Susunan organisasi Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia terdiri atas: Indonesia terdiri atas:
a. 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang a. 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang wakil
wakil ketua, masing-masing merangkap ketua, masing-masing merangkap sebagai
sebagai anggota; dan anggota; dan
b. anggota. b. anggota.

22. Pasal 274 Pasal 274


Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), konsil setiap kelompok Tenaga pada ayat (1), konsil setiap kelompok Tenaga
Kesehatan mempunyai fungsi: Kesehatan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan,
a. menerbitkan STR Tenaga Kesehatan atas nama dan pembinaan tenaga kesehatan dalam menjalankan
Menteri; praktiknya untuk meningkatkan mutu pelayanan
b. mencabut STR Tenaga Kesehatan dengan kesehatan, meliputi:
persetujuan Menteri; a. Menyusun standar kompetensi tenaga kesehatan,
c. melakukan pengelolaan STR; standar kompetensi kerja tenaga Kesehatan dan
d. melakukan penonaktifan dan pengaktifan kembali standar praktik tenaga Kesehatan
STR; b. melakukan pengelolaan STR;
e. melakukan pembinaan di bidang teknis c. menerbitkan STR Tenaga Kesehatan atas nama
keprofesian; Menteri;
f. menyusun standar kompetensi; d. mencabut STR Tenaga Kesehatan dengan
g. melakukan pendataan tempat praktik Tenaga persetujuan Menteri;
Kesehatan berdasarkan SIP; dan e. melakukan penonaktifan dan pengaktifan kembali
h. melakukan pendataan pelaksanaan penjagaan STR;
dan peningkatan mutu Tenaga Kesehatan. f. melakukan pembinaan di bidang teknis keprofesian;
g. melakukan monitoring evaluasi penyelenggaraan
praktik tenaga kesehatan; dan
h. melakukan pendataan pelaksanaan penjagaan dan
peningkatan mutu praktik tenaga kesehatan.

23. Pasal 292 Pasal 292


Mengakomodir klausul terkait praktik mandiri bidan
24. Pasal 294 Pasal 294
Fasilitas pelayanan kesehatan gawat darurat Fasilitas pelayanan kesehatan gawat darurat
dilarang meminta uang muka dan dilarang mendahulukan upaya penyelamatan pasien
mendahulukan segala urusan administratif dilarang meminta uang muka dan dilarang
sehingga menyebabkan tertundanya pelayanan mendahulukan segala urusan administratif
kesehatan. sehingga menyebabkan tertundanya pelayanan
kesehatan.
25. Pasal 313 Pasal 313
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
merupakan Rumah Sakit membentuk komite merupakan Rumah Sakit membentuk komite
medis, komite keperawatan, atau komite Tenaga medis, komite keperawatan, komite kebidanan,
Kesehatan lain sesuai kebutuhan untuk atau komite Tenaga Kesehatan lain sesuai
menjaga dan meningkatkan mutu pemberian kebutuhan untuk menjaga dan meningkatkan
Pelayanan Kesehatan. mutu pemberian Pelayanan Kesehatan.

Dalam mendukung pengawasan penerapan standar


profesi di RS perlu ada Komite Medis, Komite
Keperawatan, Komite Kebidanan dan Komite Tenaga
Kesehatan Lainnya - Tenaga Bidan merupakan nakes
dengan jumlar terbesar di RS setelah perawat
26. Pasal 314 Pasal 314
(2) Setiap kelompok Tenaga Medis dan Tenaga (2) Setiap jenis Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan hanya dapat membentuk 1 (satu) Kesehatan hanya dapat membentuk 1 (satu)
Organisasi Profesi Organisasi Profesi
(3) Organisasi Profesi sebagaimana (3) Organisasi Profesi sebagaimana dimaksud
dimaksud pada ayat (2) membentuk pada ayat (2) dapat membentuk
perhimpunan ilmu. perhimpunan ilmu/kolegium.
27. Pasal 315 Pasal 315
(1) Kolegium dibentuk oleh perhimpunan ilmu yang berperan (1) Kolegium dibentuk oleh perhimpunan ilmu Organisasi Profesi
sebagai pengarah, pembina, dan penentu kebijakan pendidikan yang berperan sebagai pengarah, pembina, dan penentu
tenaga medis atau tenaga kesehatan. kebijakan pendidikan tenaga medis atau tenaga kesehatan.
(3) Pengurus Kolegium terdiri atas: (3) Pengurus Kolegium terdiri atas:
a. guru besar dari setiap cabang disiplin ilmu; a. guru besar atau pakar dari setiap cabang disiplin ilmu;
b. kepala departemen/bagian ilmu yang bersangkutan pada b. kepala departemen/bagian ilmu yang bersangkutan pada
institusi pendidikan; institusi pendidikan;
28. Pasal 363 Pasal 363
(2) Setiap orang yang melanggar ketentuan larangan (2) Setiap orang yang melanggar ketentuan larangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif
administratif oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
sesuai dengan kewenangannya berupa pengenaan denda kewenangannya berupa pengenaan denda sanksi administratif
administratif sampai dengan pencabutan izin. sampai dengan pencabutan izin.
29. BAB XX BAB XX
KETENTUAN PENUTUP KETENTUAN PENUTUP
Pasal 474 Pasal 474
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku: Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984
1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Indonesia Nomor 3237); Nomor 3237);
b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431); Nomor 4431);
c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
d. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit d. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
e. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan e. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor Jiwa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5571); dan 5571); dan
f. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga f. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5607); Nomor 5607);
g. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan g. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 307,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612); Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612);
h. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan h. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6236); dan Nomor 6236); dan
i. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan i. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 56, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6325), Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6325),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Anda mungkin juga menyukai