JURNAL SKRIPSI Dyta
JURNAL SKRIPSI Dyta
ABSTRAK
ix
ABSTRACT
The corona virus can cause minor respiratory system disorders, severe lung infections, and
death. One of the drugs used to treat COVID-19 is antimalarial and the one commonly used is
hydroxychloroquine. This drug has been the focus of global scientific, media and political attention
due to the lack of randomized clinical trials supporting its efficacy. The drug already has an
established clinical safety profile, but its efficacy and safety for the treatment or prevention of
COVID- 19 remains to be determined. The purpose of this study was to determine the effectiveness
of the use of hydroxychloroquine as an off-label drug in the treatment of COVID-19 using the
narrative review article method. The method used in writing this thesis uses a narrative study
approach. The results of the literature review in this study explain that the effectiveness of using
hydroxychloroquine as an off-label drug in the treatment of COVID-19 is not effective in treating
COVID-19 side effects on the heart are very serious and have the potential to cause death. The
conclusion in this study is that the use of hydroxychloroquine drugs should be stopped in countries
around the world as a treatment for COVID-19.
Seluruh negara di dunia melakukan izinnya oleh Food and Drug Administration
penelitian terkait obat yang dapat digunakan (FDA). Adanya bukti baru dari uji klinis
untuk mengatasi COVID-19. Salah satu obat menunjukkan bahwa obat hidroksiklokuin
yang digunakan untuk mengatasi COVID-19 tidak lagi bisa dipercaya untuk menghasilkan
adalah hidroksiklorokuin. Maret 2020, FDA efek anti-virus. Dalam situs resminya, FDA
telah mengizinkan penggunaan obat mencabut izin penggunaan darurat klorokuin
hidroksiklorokuin dalam kondisi darurat fosfat dan hidroksiklorokuin sulfat untuk
untuk beberapa kasus serius seperti COVID- digunakan untuk merawat pasien rawat inap
19. Dari hasil artikel yang dikaji tertentu dengan COVID-19 ketika uji klinis
menunjukkan bahwa pemanfaatan tidak tersedia, atau dinilai tidak layak dalam
hidroksiklokuin dalam pengobatan pasien uji klinis. FDA menetapkan bahwa
COVID-19 memiliki efektivitas yang lemah. hidroksiklorokuin tidak efektif dalam
(51,54) Penggunaan hidroklorokuin secara mengobati COVID-19 untuk penggunaan
tunggal diketahui tidak memberikan dampak resmi.
penurunan mortalitas pada pasien COVID-19
yang dirawat inap di rumah sakit. (55,58) DI Indonesia pada akhir Oktober
Disisi lain, efek samping yang berbahaya 2020, Badan POM telah menerima laporan
untuk pengobatan pada pasien COVID-19 keamanan penggunaan hidroksiklorokuin dan
dengan kondisi penyakit tertentu terutama klorokuin dari hasil penelitian observasional
penyakit kardiovaskular. selama 4 bulan di 7 (tujuh) rumah sakit di
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan dari
FDA memperingatkan penggunaan 213 kasus yang mendapatkan
hidroksiklorokuin untuk COVID-19 di luar hidroksiklorokuin atau klorokuin diketahui
pengaturan rumah sakit atau uji klinis berisiko 28.2% terjadi gangguan ritme jantung berupa
untuk masalah irama jantung. Pengujian di perpanjangan interval QT. Berdasarkan hasil
seluruh dunia tentang obat ini untuk studi klinik global dan data penelitian di
sementara berhenti ketika sebuah penelitian Indonesia serta menimbang risiko yang lebih
yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah The besar daripada manfaat kedua obat ini, maka
Lancet mengklaim bahwa obat itu berpotensi dalam rangka kehati-hatian, Badan POM RI
meningkatkan kematian dan masalah jantung mencabut persetujuan penggunaan darurat
pada beberapa pasien. Hasil penelitian ini (Emergency Use Authorization/EUA)
mendorong Organisasi Kesehatan Dunia atau hidroksiklorokuin dan klorokuin untuk
World Health Organization (WHO) dan pengobatan COVID-19.
lainnya untuk menghentikan uji coba
hidroksiklorokuin karena masalah keamanan Sebelumnya, United States Food and
Drug Administration (US-FDA) telah
Penggunaan obat antimalaria mencabut EUA untuk klorokuin dan
hidroksiklorokuin secara darurat sebagai hidroksiklorokuin. Disusul oleh World Health
pengobatan pasien COVID-19 telah ditarik Organization (WHO) yang menghentikan uji
klinik (Solidarity Trial) hidroksiklorokuin untuk pengobatan sesuai dengan indikasi yang
karena dinilai memiliki risiko lebih besar disetujui pada izin edarnya. Namun obat yang
daripada manfaatnya. Dengan demikian, obat mengandung klorokuin dicabut izin edarnya
yang mengandung hidroksiklorokuin dan karena tidak digunakan untuk indikasi lain. (69)
klorokuin agar tidak digunakan lagi dalam
pengobatan COVID-19 di Indonesia. Izin edar
obat yang mengandung hidroksiklorokuin
dengan indikasi selain pengobatan COVID-19
masih tetap berlaku dan dapat digunakan
(Lanjutan
)
(Lanjutan
)
Chowdhu Inggris Tinjauan Journal Munculnya Saat ini ada tujuh uji
ry et al Sistematis Society for SARS-CoV-2 klinis yang
Cepat dari Academic telah diselesaikan dan 29
(2020)
Uji Klinis Emergency menghadirkan uji klinis terdaftar
Medicine dokter dengan yang berfokus pada
dilema terapeutik hidroksiklorokuin
yang sulit. atau klorokuin
sebagai jalan
terapeutik untuk
COVID-19. Dari
jumlah tersebut, lima
dari tujuh uji coba
telah menunjukkan
hasil yang
menguntungkan
untuk pasien yang
menggunakan
clorokuin atau
hidroksiklorokuin
dan dua dari tujuh
tidak menunjukkan
perubahan
dibandingkan
dengan kontrol.
Namun, ketujuh uji
coba tersebut
membawa berbagai
tingkat bias dan
desain penelitian
yang buruk. (59)
Cortegian Inggris Tinjauan Journal of Untuk menilai Tiga puluh dua studi
i et al sistematik Critical kemanjuran dan dimasukkan (6 RCT,
(2020) Care 59 keamanan 26 tidak acak,
(2020) 176– klorokuin/ 29.192 peserta). Dua
190 hidroksiklorokuin RCT memiliki risiko
untuk pengobatan tinggi, dua 'beberapa
atau profilaksis kekhawatiran' dan
COVID-19 pada dua risiko bias
manusia dewasa. rendah (Rob2).
tudi bias risiko
rendah dan sedang
menunjukkan bahwa
pengobatan COVID-
(Lanjutan 19 yang dirawat di
) rumah sakit dengan
klorokuin / HCQ
mungkin tidak
mengurangi risiko
kematian,
dibandingkan
dengan perawatan
standar.
Profilaksis pasca
pajanan mungkin
tidak mengurangi
tingkat infeksi tetapi
kualitas buktinya
rendah. Data
berkualitas tinggi
tentang kemanjuran /
keamanan sangat
dibutuhkan. (60)
Rashmi Inggris Titik akhir Journal Untuk meringkas Pada dosis yang
R. Shah kemanjuran Pharmacy bukti terkini digunakan, kedua
MD yang and tentang keamanan obat tersebut, yang
(2020) relevan Terapiutic dan kemanjuran diberikan sendiri
secara klinis kedua agen ini atau dengan
dan efek dan untuk azitromisin, tidak
sampingnya memberikan efektif untuk infeksi
pada perspektif tentang COVID-19. Pilihan
interval QT. mengapa rejimen dosis
repurposing (biasanya
mereka sampai subterapeutik),
sekarang gagal. sebagian dipengaruhi
oleh "QT-fobia,"
sangat bervariasi dan
tampak anekdot
tanpa bukti klinis
pendukung yang
dapat diandalkan
secara farmakologis.
Sebagian besar
pasien yang
menerima rejimen
klorokuin /
hidroksiklorokuin /
azitromisin
mengembangkan
perpanjangan
interval QTc, banyak
dengan interval QTc
absolut melebihi
ambang batas
potensial proaritmia,
tetapi sangat sedikit
yang berkembang
(Lanjutan menjadi proaritmia.
) (61)
Berdasarkan hasil model PBPK, dosis loading 400 mg dua kali sehari hidroksiklorokuin
sulfate yang diberikan secara oral, diikuti dengan dosis pemeliharaan 200 mg yang diberikan dua
kali sehari selama 4 hari direkomendasikan untuk infeksi SARS-CoV-2, karena telah mencapai 3
kali potensi klorokuin fosfat bila diberikan 500 mg dua kali sehari 5 hari sebelumnya.
Dosis pada hidroksiklorokuin dapat menyebabkan berbagai efek samping, Potensi efek
samping ini mengkhawatirkan dalam kasus COVID-19 karena berbagai alasan. Pertama, kita tidak
tahu berapa dosis atau lamanya pengobatannya. Kemudian banyak pasien COVID-19 sudah
memiliki kondisi kesehatan yang mendasari, sehingga dosis hidriksiklorokuin yang lebih tinggi bisa
berakibat fatal. Namun, ada puluhan uji klinis yang sedang berlangsung tentang kemanjuran
Pada awal bulan januari 2021 obat hidroksiklorokuin resmi ditarik dari pengobatan darurat
pada pasien COVID-19, dengan dosis yang diberikan kepada pasien dapat menyebabkan