Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK

REFERAT FK UMS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi


Dokter Kepanitraan Klinik Stase Farmasi Klinik

PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA


TERAPI COVID-19

PENYUSUN:

Anida Septi R., S. Ked J510215079


Fitri Pranita Milyarona, S. Ked J510215093

PEMBIMBING:

Apt. Tri Suryandari, S. Farm

KEPANITRAAN KLINIK FARMASI KLINIK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
AGUSTUS 2021
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
REFERAT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Penggunaan Kortikosteroid pada Terapi Covid-19


Penyusun : Anida Septi R., S. Ked J510215079
Fitri Pranita Milyarona, S. Ked J510215093

Pembimbing : Apt. Tri Suryandari, S. Farm

Surakarta, 31 Agustus 2021


Menyetujui
Pembimbing

Apt. Tri Suryandari, S. Farm

Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp. PD

ii
PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA TERAPI COVID-19

Anida Septi Ramelina*, Fitri Pranita Milyarona*, Apt. Tri Suryandari, S. Farm**
*Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Stase Farmasi Klinik, RSUD IR. Soekarno Sukoharjo

ABSTRAK
Corona virus disease 2019 (Covid-19) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus SARS-
CoV-2 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada bulan Desember 2019. Virus ini menyebar
ke seluruh dunia dengan sangat cepat dan melumpuhkan ekonomi dan kesehatan pada berbagai
negara. Oleh karena itu, perkembangan penemuan obat baru dan penggunaan obat lama yang aman
menjadi opsi untuk terapi dan pencegahan Covid-19. Belum terdapat terapi yang efektif terhadap
virus ini. Remdesivir merupakan terapi yang paling menjanjikan dan merupakan satu – satunya obat
yang disetujui FDA sebagai terapi pengobatan Covid-19. Studi terbatas terkait penggunaan obat
antiviral, seperti lopinavir/ ritonavir, oseltamivir sebagai terapi Covid-19. Adanya efek samping yang
membahayakan pada klorokuin dan hidroklorokuin, sehingga penggunaannya tidak
direkomendasikan. Penggunaan kortekosteroid direkomendasikan pada pasien dengan gejala Covid-
19 parah dengan ventilator dan dengan alat bantu oksigen. Keputusan penggunaan obat pada Covid-
19 dalam kondisi pandemi sebaiknya berdasarkan pertimbangan dan kehati-hatian benefit dan risiko
terhadap pasien.

Kata Kunci: Covid-19, Kortikosteroid, Dexamethason, Metylprednisolon.

ABSTRACT
Corona virus disease 2019 (Covid-19) is an infectious disease caused by the SARS-CoV-2 virus which
was first discovered in Wuhan, China in December 2019. This virus spreads throughout the world
very quickly and paralyzes the economy and health in various countries. Therefore, the development
of new drug discoveries and the use of safe old drugs are options for the therapy and prevention of
Covid-19. There is no effective therapy against this virus. Remdesivir is the most promising therapy
and is the only drug approved by the FDA to treat Covid-19. Limited studies related to the use of
antiviral drugs, such as lopivinavir/ ritonavir, oseltamivir as Covid-19 therapy. There are harmful
side effects to chloroquine and hydrochloroquine, so the use of these drugs are not recommended.
The use of cortecosteroids is recommended in patients with severe Covid-19 symptoms on a ventilator
and on oxygen assisted devices. The decision to use drugs in Covid-19 in a pandemic condition should
be based on careful consideration of the benefit and risk for the patient.

Keywords: Covid-19, Corticosteroid, Dexamethasone, Metylprednisolone

3
Corona virus disease 2019 (Covid-19) memodulasi respon inflamasi, mengurangi
merupakan penyakit infeksi virus jenis baru yang kejadian kegagalan dan mempersingkat waktu
disebabkan oleh Severe Acute Respiratory pengobatan untuk stabilitas klinis. Baru-baru ini,
Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2). Virus Villar et al (2020) telah melaporkan bahwa
ini pertama kali muncul di Wuhan, Cina pada pemberian awal deksametason dapat mengurangi
bulan Desember 2019. Infeksi Covid-19 sangat durasi pemberian ventilasi mekanis dan
cepat menyebar diseluruh dunia dan mengurangi mortalitas secara keseluruhan untuk
menyebabkan pandemi global (Gandhi et al., pasien dengan ARDS sedang hingga berat
2020). Menurut WHO, per tanggal 6 Januari melalui uji klinis terkontrol secara acak.
2021, tercatat 85.091.012 kasus Covid-19 di Meskipun pengobatan kortikosteroid
seluruh dunia dengan kematian sebanyak untuk infeksi virus sangat kontroversial,
1.861.005 jiwa. Di Indonesia, pada hari yang kortikosteroid telah banyak digunakan sebagai
sama tercatat 788.402 kasus dengan kematian terapi adjuvant untuk pneumonia virus epidemik
sebanyak 23.296 jiwa (Komisi Penanganan selama wabah virus influenza, coronavirus
Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional sindrom pernafasan akut yang parah (SARS-
(KPCPEN), 2020). CoV) dan coronavirus sindrom pernapasan
Seperti penyakit infeksi virus pada Timur Tengah (MERSCoV) (Russel, et al 2020).
umumnya, penyakit ini dapat sembuh dengan Russel dkk. berpikir bahwa bukti klinis belum
sendirinya (self-limiting disease). Namun pada ditentukan untuk mendukung pengobatan
20% pasien bergejala dapat terjadi pemburukan kortikosteroid untuk cedera paru-paru COVID-
manifestasi, seperti pneumonia, sindrom akut 19 berdasarkan pengalaman terapi kortikosteroid
respiratori distress (ARDS), disfungsi selama influenza pneumonia, SARS dan MERS
multiorgan, hiperkoagulasi dan hiperinflamasi dari penelitian yang diterbitkan sebelumnya.
(Del Rio et al., 2020). Individu dengan COVID- Seorang peneliti dari Tiongkok memiliki
19 yang parah dengan cepat berkembang menjadi perspektif yang berbeda terkait terapi covid-19,
gagal pernapasan akut, edema paru, dan sindrom mereka merekomendasikan pemberian
gangguan pernapasan akut (ARDS) dengan kortikosteroid jangka pendek dengan dosis
pelepasan ekstensif sitokin proinflamasi pada rendah hingga sedang secara hati-hati untuk
tahap awal. Akibatnya, antivirus dan anti- pasien yang sakit kritis dengan COVID-19,
inflamasi telah menjadi perhatian untuk terapi berdasarkan pengalaman para ahli. Tujuan dari
SARS-Cov-2. studi ini adalah untuk meninjau beberapa literatur
Uji klinis acak sebelumnya telah terkait efektivitas penggunaan kortikosteroid
menunjukkan bahwa kortikosteroid ajuvan dapat pada terapi pasien COVID-19. Kami berusaha
4
untuk mengeksplorasi mekanisme kortikosteroid NCBI, Web of Science, Google Scholar dan
pada COVID-19, sehingga penggunaan Cochrane Library dari tanggal 29-30 Agustus
kortikosteroid lebih masuk akal dalam 2021. Ketentuan judul subjek adalah sebagai
pengelolaan pasien COVID-19 di masa depan. berikut: ' kortikosteroid ' atau ' glukokortikoid '
atau ' steroid ' atau ' deksametason ' atau '
SARS-CoV-2: Virologi dan Target Obat
metilprednisolon ' atau ' hidrokortison ' atau '
SARS-CoV-2 merupakan keluarga
prednisolon ' dan di dalam' SARS-Cov-2 ' atau '
Coronaviridae dalam ordo Nidovirales,
nCov-2019 ' atau ' COVID-19 '. Ketentuan lain
berukuran sangat kecil (diameter 65–125 nm),
meliputi: jurnal dierbitkan pada tahun 2020-2021
mengandung RNA untai tunggal sebagai bahan
dan berbahasa inggris. Referensi studi yang
nukleat dan memiliki selubung (Shereen et al.,
terlibat juga dicari. Dua peneliti secara
2020). Siklus hidup SARS-CoV-2 dimulai saat
independen mengekstrak informasi dan data yang
protein S berikatan dengan reseptor seluler
berguna dari studi asli. Ketidaksepakatan
Angiotensin Converting Enzyme - 2 (ACE-2) di
diselesaikan dengan diskusi. Sebagai hasil dari
dalam sel inang. Setelah pengikatan reseptor,
pengolahan data dan analisis konversi, beberapa
partikel virus menggunakan reseptor sel dan
hasil mungkin sedikit berbeda dari artikel asli
endosom untuk memasuki sel. Transmembrane
yang diterbitkan.
serine protease, TMPRSS2 memfasilitasi
Artikel dalam literature review ini
masukkan virus melalui protein S. Protein S juga
menggunakan desain penelitian observasional
memfasilitasi fusi membran selubung virus
analitik dan studi pustaka. Data diambil dari
melalui jalur endosom. Selanjutnya, RNA
Jurnal penelitian. Artikel dalam literature review
dilepaskan SARS-CoV-2 masuk ke dalam sel
ini dianalisis, diekstraksi dan disintesis kemudian
inang. Genome RNA diterjemahkan menjadi
dirangkum hasilnya berkaitan dengan efektivitas
kompleks replikasi - transkriptase, kemudian
penggunaak kortikosteroid pada pasien COVID-
virus mensintesis RNA melalui RNA-dependent
19. Dari hasil analisis diharapkan akan
RNA polymerase, dan pada akhirnya menjadi
ditemukan sebuah kesimpulan yang dapat
protein virus yang relevan. Struktural Protein dan
dijadikan dasar mengenai efektivitas penggunaan
genom RNA dirakit menjadi virion, dan
kortikosteroid pada Covid-19. Berikut
dilepaskan dari sel (Chen et al., 2020; Guo et al.,
merupakan intisari yang diambil dari penelitian:
2020)).
nama peneliti, tahun publikasi, judul penelitian,
Metode Penelitian jumlah sampel, hasil dan kesimpulan penelitian.
Dua penulis secara independen dan Intisari yang diambil kemudian dimasukkan ke
komprehensif mencari database melalui PubMed,

5
dalam sebuah tabel agar hasil ekstraksi mudah kontroversial. Gambaran patologis utama
dibaca dan mudah dianalisis. pneumonia COVID-19 adalah reaksi inflamasi
yang disertai dengan kerusakan saluran napas
Hasil Penelitian
dalam dan alveolus. Hipotesis yang
Dalam pencarian artikel, penulis
dikembangkan saat ini menyatakan bahwa
melakukan pencarian dengan menggunakan kata
cedera paru tidak terkait dengan cedera
kunci yang telah disusun. Setelah dilakukan
langsung yang disebabkan oleh virus, tetapi
seleksi dihasilkan 4 artikel, kemudian artikel
invasi COVID-19 yang memicu respons imun
terebut dianalisis.
dan inflamasi yang mengarah pada aktivasi sel
Didapatkan 4 jenis artikel yang dianalisa
imun (makrofag, limfosit T dan B, granulosit,
beragam, metode penelitian yang dipakai yaitu
dan monosit) untuk melepaskan banyak sitokin
observasional analitik untuk mengumpulkan
pro dan anti inflamasi, termasuk TNF-alfa, IL-
data. Tempat penelitian artikel ini di tempat
1, dan IL-6, dan secara nyata meningkatkan
berbeda antara lain, jurnal pertama di Columbia,
kadar penanda inflamasi, seperti protein C-
jurnal kedua di United Kingdom, jurnal ketiga di
reaktif protein dan laju sedimentasi.
Tiongkok, dan jurnal keempat dilakukan di Italy.
Otopsi lebih lanjut mengungkapkan
cedera alveolar difus bilateral dengan eksudat
PEMBAHASAN
musinosa berserat dan infiltrasi inflamasi
Sejak meluasnya infeksi baru SARS- mononuklear interstisial yang didominasi oleh
CoV-2, tidak ada pengobatan antivirus yang limfosit, yang sangat mirip dengan infeksi
efektif yang telah dikembangkan. Pasien SARS-CoV dan MERS-CoV. Temuan ini
COVID-19 sebagian besar dirawat dengan menunjukkan bahwa infeksi COVID-19
terapi simtomatik. Dalam praktik klinis, biasanya disertai dengan peningkatan respons
kortikosteroid banyak digunakan dalam imun dan inflamasi dan tingginya konsentrasi
pengobatan simtomatik pneumonia virus yang faktor imun dikaitkan dengan tingkat keparahan
parah. Namun, apakah pasien COVID-19 harus penyakit.
diobati dengan kortikosteroid masih sangat

6
Tabel 1. Hasil Penyaringan Penelitian

Peneliti/Tahun Judul Jumlah Sampel Metode Hasil Penelitian


Miguel Alejandro Dexamethasone Vs  111 pasien Ambispective Pengobatan Pneumonia
Pinzon1*, Santiago Methylprednisolone Covid-19 parah cohort study Covid-19 berat dengan
Ortiz 2, Héctor High Dose for menerima DXM metilprednisolon dosis tinggi
Holgu´ı́n3, Juan Covid-19 6mg selama tiga hari diikuti
Felipe Betancur4, Pneumonia  105 pasien prednison oral selama 14 hari
Doris Cardona Covid-19 menurunkan gejala secara
Arango5, Carolina menerima MTP signifikan, dibandingkan
Arias6, Bernardo7, dosis tinggi dengan deksametason 6 mg
Daniel Jaramillo8 (25  Total terdapat selama 7-10 hari dalam
Mei 2021), Columbia 216 pneumonia kaitannya dengan waktu
Covid-19 yang pemulihan, rujukan ke ICU,
dibuktikan dengan CRP, D-dimer dan LDH.
pemeriksaan ct-
scan thorak yang
memberikan
gambaran GGA
dan tekanan
alveolar / fraksi
oksigen inspirasi
(PaFi) < 300.

Peter Horby, FRCP, Dexamethasone In 2104 pasien Uji coba label Pada pasien yang dirawat di
Wei Shen Lim, Hospitalized menerima terapi terbuka rumah sakit dengan Covid-19,
FRCP, Jonathan R. Patients With DXM. Sementara terkontrol. penggunaan deksametason
Emberson, Ph.D., Covid-19 4321 pasien Peneliti secara menghasilkan angka
Marion Mafham, menerima terapi acak memberikan mortalitas 28 hari yang lebih
MD, Jennifer L. Bell, biasa. pasien terapi rendah di antara mereka yang
DXM oral atau iv menerima ventilasi mekanis
M.Sc., Louise
(6 mg sekali invasif atau oksigen saja
Linsell, D.Phil.,
sehari) yang
Natalie Staplin, diberikan hingga
Ph.D., 10 hari
dibandingkan
Published: 25
pasien covid-19
February 2021,
yang menerima
Volume: 384(8) perawatan biasa
saja
Zheng Liu, Fang Shi, Clinical Efficacy of Terdapat 2 sample Studi Kohort Dibandingkan dengan
Jun-Xia Liu, Jia-Qi Corticosteroids in yaitu pasien yang kelompok yang diobati dengan
Liu, Jing Li, Qian the Early Stages of diobati dengan kortikosteroid non-awal
Wang, Hui Wang, Deterioration in terapi (40,6%), pasien yang
Chang-Lan Gao, COVID-19 kortikosteroid dini menerima terapi kortikosteroid
Jian-Min Li, Dong- Pneumonia (sebelum atau dini (30,3%) memiliki
Fang Zhao (12 Juli dalam 48 jam mortalitas ICU yang lebih
2021), Tiongkok pertama masuk rendah secara signifikan.
ICU) dan pasien
yang tidak
menerima terapi
kortikosteroid dini
atau tidak
7
mendapat terapi
kortikosteroid
sama sekali.
Nicola Veronese, Use of  Terdapat 542 Studi literatur Dalam jurnal ini terdapat 4
Jacopo Demurtas, Corticosteroids in peserta dari China studi penelitian mengenai
Lin Yang, Roberto Coronavirus yang penggunaan kortikosteroid
Tonelli, Mario Disease 2019 P terkonfirmasi dalam pengobatan kondisi
Barbagallo, Pierluigi neumonia: A Positif Covid-19 virus yang baru ini menyebar
Lopalco, Erik Systematic Review melalui secara global. Secara
Lagolio, Stefano of the Literature pemeriksaan RT keseluruhan, dua penelitian
Celotto, Damiano PCR melaporkan temuan negatif
Pizzo, Liye Zou, Tenggorokan mengenai obat-obatan ini, satu
Mark A. Tully, Petre Sampel Usap. melaporkan tidak ada
Cristian Ilie, Mike  Pasien hubungan yang signifikan
Trott, Guillermo F. terkonfirmasi antara kortikosteroid dan hasil
López-Sánchez and Positif Coivd-19 klinis, dan satu menyimpulkan
Lee Smith (24 April dengan radang bahwa metilprednisolon
2020), Italy paru paru dikaitkan dengan penurunan
 Pasien kematian yang signifikan pada
terkonfirmasi pasien dengan pneumonia
positif Covid-19 COVID-19 yang
dengan mengembangkan ARDS.
penyembuha
 Pasien
terkonfirmasi
positif Covid
dengan usia
antara 44tahun-
56tahun

Pasien dengan COVID-19 yang parah mengurangi risiko kematian. Namun, pada
dapat mengembangkan respons inflamasi wabah infeksi corona virus baru sebelumnya
sistemik yang dapat menyebabkan cedera paru- (yaitu, sindrom pernapasan Timur Tengah
paru dan disfungsi organ multisistem. Telah [MERS] dan sindrom pernapasan akut parah
diusulkan bahwa efek anti inflamasi kuat dari [SARS]), terapi kortikosteroid dikaitkan
kortikosteroid dapat mencegah atau dengan pembersihan virus yang tertunda.
mengurangi efek merusak ini. Hasil klinis yang Pada pneumonia berat yang
menguntungkan dan merugikan telah disebabkan oleh virus influenza, terapi
dilaporkan dengan penggunaan kortikosteroid kortikosteroid tampaknya menghasilkan hasil
(kebanyakan prednison atau metilprednisolon) klinis yang lebih buruk, termasuk infeksi
pada pasien dengan infeksi paru. Pada pasien bakteri sekunder dan kematian. Kortikosteroid
dengan pneumonia dan hipoksemia juga telah dipelajari pada pasien sakit kritis
Pneumocystis jirovecii, terapi prednison

8
dengan sindrom gangguan pernapasan akut dan mencegah perkembangan badai sitokin.
(ARDS) dengan hasil yang bertentangan. Kortikosteroid, seperti hidrokortison dan
Penggunaan kortikosteroid pada pasien deksametason, memiliki efek antiinflamasi,
dengan ARDS dievaluasi dalam tujuh uji coba antifibrotik, dan vasokonstriksi, yang telah
terkontrol secara acak yang mencakup total 851 dicoba oleh intensif selama beberapa dekade
pasien. Sebuah meta-analisis dari hasil uji coba untuk meningkatkan hasil rawat inap pasien
ini menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan dengan sindrom gangguan pernapasan akut.
plasebo, terapi kortikosteroid mengurangi Fokus saat ini telah diarahkan pada
risiko semua penyebab kematian (rasio risiko komplikasi yang terkait dengan Covid-19 yakni
0,75; 95% CI, 0,59 0,95) dan durasi mekanik ARDS dan Badai Sitokin, keduanya ditandai
ventilator (perbedaan rata-rata -4,93 hari; 95% dengan peningkatan tumor necrosis factor-
CI, -7,81 hingga -2,06 hari). alpha (TNF alpha), interleukin (IL) 1B, IL-2 IL-
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) 6, IL-8, IL-10, dan interferon y (IFN y) yang
adalah penyakit virus menular yang disebabkan menghasilkan respon autoinflamasi, disregulasi
oleh virus corona yang baru ditemukan, yaitu jaringan parah dan peradangan sistemik, dan
severe acute respiratory syndrome coronavirus- akhirnya kematian. Oleh karena itu,
2 (SARS-CoV-2). COVID-19 sangat menular kortikosteroid telah digunakan, obat-obatan
dan dapat menyebabkan penyakit penyerta dengan aksi anti-inflamasi yang kuat.
yang fatal, khususnya sindrom gangguan Kortikosteroid dapat digunakan untuk
pernapasan akut (ARDS). Telah dicatat bahwa menekan badai sitokin dan telah digunakan
peningkatan berbagai sitokin proinflamasi pada beberapa pasien. Dalam percobaan baru-
hadir dalam proporsi pasien yang terinfeksi baru ini, efektivitas deksametason dievaluasi,
SARS-CoV-2, menunjukkan kemungkinan dan penurunan mortalitas 28 hari pada pasien
adanya badai sitokin. Selain itu, pasien yang yang membutuhkan terapi oksigen atau
memerlukan perawatan di unit perawatan ventilasi mekanis ditunjukkan pada pasien yang
intensif (ICU) menunjukkan konsentrasi sitokin diberikan terapi deksamethasone.
tertentu yang lebih tinggi dibandingkan dengan Bagaimana dexamethasone bekerja pada
mereka yang tidak memerlukan perawatan di tubuh? Obat ini bekerja untuk meredam sistem
ICU, menunjukkan bahwa tingkat sitokin imun tubuh. Infeksi virus corona memicu
proinflamasi berhubungan dengan keparahan inflamasi saat tubuh mencoba melawan virus.
penyakit. Oleh karena itu, penting untuk Inflamasi adalah peradangan efek dari
mengembangkan strategi pengobatan yang mekanisme tubuh dalam melindungi diri dari
efektif untuk mengendalikan penyebaran virus infeksi mikroorganisme asing, seperti virus,
9
bakteri, dan jamur. Namun, terkadang sistem setelah pengacakan (rasio tingkat penyesuaian
imun bekerja berlebihan dan reaksi dapat usia, 0,83; interval kepercayaan 95% [CI], 0,75
berbahaya - reaksi yang semestinya dirancang menjadi 0,93; P28 hari. Perbedaan proporsional
untuk menyerang infeksi, pada berakhirnya dan absolut antara kelompok dalam mortalitas
juga menyerang selsel tubuh. Dexamethasone sangat bervariasi sesuai dengan tingkat
bekerja untuk meredam efek ini. ventilator yang diterima pasien pada saat
Dari penelitian (Miguel et al, 2021) 111 pengacakan. Pada kelompok deksametason,
pasien menerima deksametason (DXM) dan insiden kematian lebih rendah daripada
105 menerima metilprednisolon (MTP). Pasien kelompok perawatan biasa di antara pasien
dalam kelompok DXM berkembang menjadi yang menerima ventilasi mekanis invasif
ARDS parah dalam proporsi yang lebih tinggi (29,3% vs 41,4%; rasio tingkat, 0,64; 95% CI,
(26,1% vs 17,1% dibandingkan kelompok 0,51-0,81) dan di antara mereka yang menerima
MTP). Setelah menyelesaikan 4 hari oksigen tanpa ventilasi mekanis invasif (23,3%
pengobatan dengan kortikosteroid parenteral, vs 26,2%; rasio tingkat, 0,82; 95% CI, 0,72-
penanda laboratorium keparahan menurun 0,94) tetapi tidak di antara mereka yang tidak
secara signifikan pada kelompok yang menerima dukungan pernapasan secara acak
menerima MTP, CRP 2,85 (2,3-3,8) vs 7,2 (5,4- (17,8 % vs. 14,0%; rasio tingkat, 1,19; 95% CI,
9,8), (nilai-p < 0,0001), D-Dimer 691 (612-847) 0,92 hingga 1,55).
VS 1083 (740-1565) (nilai p=0,04) dan LDH Selama epidemi SARS-CoV tahun 2003,
273 vs 355 (nilai-p=0,01). kortikosteroid sistemik terapeutik diberikan
Setelah memulai kortikosteroid, transfer pada pasien yang terinfeksi dan
ke unit perawatan intensif (4,8% vs 14,4%) dan mengembangkan penyakit pernapasan parah.
mortalitas (9,5% vs 17,1%) lebih rendah pada Dalam penelitian meta-analisis penggunaan
kelompok yang menerima MTP. Waktu kortikosteroid pada pasien dengan SARS,
pemulihan lebih pendek pada pasien yang hanya empat penelitian yang memberikan data
diobati dengan MTP, tiga hari vs DXM 6 hari. konklusif, semuanya menunjukkan angka
Sedangkan menurut penelitian Peter et al kematian yang lebih tinggi. Satu tinjauan
(2021), Sebanyak 2104 pasien mendapatkan sistematis dan meta-analisis baru-baru ini
terapi deksametason dan 4321 mendapatkan mengidentifikasi sepuluh studi observasional
terapi biasa. Secara keseluruhan, 482 pasien yang menyelidiki pemberian kortikosteroid
(22,9%) pada kelompok terapi deksametason pada 6.458 pasien yang terkena flu. Tinjauan
dan 1110 pasien (25,7%) pada kelompok tersebut mengidentifikasi peningkatan
perawatan biasa meninggal dalam 28 hari
10
mortalitas pada pasien yang diberi Secara klinis, beberapa dokter menggunakan
kortikosteroid. glukokortikoid dosis rendah hingga sedang.
Dalam jurnal penelitian Zheng et al Dosis yang diberikan tergantung pada
(2021) terdapat 4 studi penelitian mengenai peningkatan cepat situs pencitraan dan
penggunaan kortikosteroid dalam pengobatan perluasan cakupan konsolidasi, dan indikator
kondisi virus yang baru ini menyebar secara oksigenasi yang semakin memburuk.
global. Secara keseluruhan, dua penelitian Dalam penelitian studi kohort, penelitian
melaporkan temuan negatif mengenai obat- ini menganggap 48 jam masuk ICU sebagai
obatan ini, satu melaporkan tidak ada hubungan titik kritis penggunaan glukokortikoid. Mereka
yang signifikan antara kortikosteroid dan hasil membandingkan hasil klinis pasien yang
klinis, dan satu menyimpulkan bahwa diobati dengan terapi kortikosteroid dini
metilprednisolon dikaitkan dengan penurunan (sebelum atau dalam 48 jam pertama masuk
kematian yang signifikan pada pasien dengan ICU) dan pasien yang tidak menerima terapi
pneumonia COVID-19 yang berkembang kortikosteroid dini atau tidak mendapat terapi
ARDS. kortikosteroid sama sekali. Dibandingkan
Tinjauan ini telah merangkum bukti dengan kelompok yang diobati dengan
kortikosteroid saat ini pada hasil klinis pada kortikosteroid non-awal (40,6%), pasien yang
COVID-19 untuk memberi tahu dokter dan menerima terapi kortikosteroid dini (30,3%)
pembuat kebijakan tentang keadaan literatur memiliki mortalitas ICU yang lebih rendah
saat ini. Yang penting, satu penelitian yang secara signifikan.
diidentifikasi dalam ulasan ini pada pasien
dengan ARDS karena infeksi COVID-19 Kesimpulan
menunjukkan bahwa metilprednisolon secara Sebagai kesimpulan, kami telah
signifikan menurunkan risiko kematian (Nicola memeriksa waktu dan dosis penggunaan
et al, 2020). kortikosteroid yang optimal selama proses
Glukokortikoid pada Pasien COVID-19 memburuknya pneumonia COVID-19.
Manifestasi patologis COVID-19 sebagian Meskipun kontroversi mengenai pengobatan
besar adalah kerusakan alveolar difus dan kortikosteroid pada COVID-19 masih ada,
eksudasi mukus fibrosa dengan lesi inflamasi banyak ahli percaya bahwa penggunaan
yang parah. Dengan demikian, spesialis kortikosteroid masuk akal untuk pasien
perawatan kritis menyarankan bahwa COVID-19 yang sakit parah yang belum
pengobatan glukokortikoid diperlukan untuk mengembangkan ARDS. Keputusan
mengurangi atau mencegah terjadinya ARDS. pengobatan kortikosteroid awal harus
11
didasarkan pada penilaian perjalanan klinis dan Kandita, dkk. 2016. Faktor Risiko Demensia
penilaian respon pengobatan. Alzheimer. MAJORITY, vol. 5(4):1-5.
M. Alexander, E.B. Larson, Patient education:
Daftar Pustaka Dementia (including Alzheimer disease)
Ashendorf, L., Jefferson, A., O'Connor, M., (Beyond the Basics}, 2018.
Chaisson, C., Green, R., & Stern, R. https://www.uptodate.com/contents/dem
(2019). Trail Making Test Errors in entia-including-alzheimer-disease
Normal Aging, Mild Cognitive beyond-the-basics.
Impairment, and Dementia. Elsevier of Mayo Clinic. 2017. Diseases and Conditions.
Clinical Neuropsychologiy, 23, 129-137. Dementia.
A.S. Castro, I.A. Echeverria, C.M. Bonilla. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
2017. Molecular Pathogenesis of 2015. Panduan Praktik Klinik Diagnosis
Alzheimer’s Disease. An Update, ann dan Penatalaksanaan Dementia.
Neurosci, 24(1),46-54. Sadock BJ, Sadock VA. Delirium, dementia,
Baskys A, Anthony C. 2017. Vascular dan gangguan amnestik serta gangguan
dementia: Pharmacological Treatment kognitif dan gangguan mental lainnya
Approaches and Perspectives. Clinical karena kondisi medis umum. Dalam:
Intervention in Aging USA Kaplan, Sadock, Editors. Buku ajar
2007:2(3).ppt:327-35. psikiatri klinis edisi ke-2. Jakarta: EGC;
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik 2014. hlm. 57-65.
Departemen Kesehatan. Pedoman Silvia et al. 2017. Dementia: What Pharmacists
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Need To Know. RPC Journal,
Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. vol.150(2): 118-125.
1993.
Effendi, A. D. (2014). Hubungan Antara
Aktifitas Fisik dan Kejadian Dementia
Pada Lansia di UPT Pelayanan Soaial
Lanjut Usia Jember. Skripsi.Jember.FK
Universitas Jember.
F.M. Elahi, B.L. Miller, A. 2017.
Clinicopathological Approach To The
Diagnosis of Dementia, Neurol, 13.

12
13

Anda mungkin juga menyukai