Anda di halaman 1dari 7

Dokter Muda THT-KL Periode Desember 2022 – Januari 2023 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session

FAKTOR RISIKO COVID-19

Oleh :

Muhammad Rayhandi Naufal 1610312039


Atika Putri Hariandi 2140312168

Preseptor :
dr. Dolly Irfandy, Sp. THT-KL (K), FICS

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA & LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2023

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2023


Dokter Muda THT-KL Periode Desember 2022 – Januari 2023 1
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session

FAKTOR RISIKO COVID-19


Muhammad Rayhandi Naufal1 Atika Putri Hariandi1

Afiliasi Penulis: 1. Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

PENDAHULUAN lateralis inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala


Latar Belakang mayor dan, 3) tepi anterior kartilago septum.3
Pada tahun 2019, dunia dihebohkan dengan
munculnya wabah pneumonia yang tidak diketahui
penyebab pastinya. Wabah ini pertama kali ditemukan
di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada 7 Januari
2020 para peneliti berhasil mengidentifikasi penyebab
pneumonia ini yakni jenis novel coronavirus. Secara
resmi, WHO menamakan penyakit ini Covid-19 (Corona
Virus Disease 2019) dan nama virus tersebut adalah
SARS-CoV-2 (Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2). Penyebaran virus ini semakin
meningkat dan telah menyebar hampir ke seluruh Gambar 1. Anatomi Hidung bagian Luar
Negara di dunia sehingga pada tanggal 11 Maret 2020,
WHO mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi.1,2 Bagian hidung dalam terdiri dari struktur yang
Penelitian sebelumnya mengenai covid-19 membentang dari os. internum di sebelah anterior
menunjukkan bahwa tiga kelompok yang rentan hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga
terhadap komplikasi covid-19. Kelompok tersebut yaitu hidung dari nasofaring. Kavum nasi terbagi oleh
anak kecil, orang berusia diatas 65 tahun, dan wanita septum, dinding lateral yang terdapat konka superior,
yang sedang hamil.1 konka media, dan konka inferior. Celah antara konka
inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus
Tujuan Penulisan inferior, berikutnya celah antara konka media dan
Tujuan penulisan Clinical Science Session ini inferior disebut meatus media dan sebelah atas konka
adalah untuk memahami definisi, epidemiologi, etiologi, media disebut meatus superior.3
klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
diagnosis banding, tatalaksana, komplikasi, dan
prognosis dari covid-19.

Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan Clinical Science Session ini
diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai covid-19.

TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Hidung
Hidung terdiri dari hidung bagian luar dan rongga
hidung atau kavum nasi. Bentuk hidung luar seperti
piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah:
pangkal hidung (bridge), batang hidung (dorsum nasi), Gambar 2. Anatomi Hidung bagian Dalam
puncak hidung (hip), ala nasi, kolumela, dan lubang
hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh Fisiologi Hidung
kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh Fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal
kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang adalah 1) fungsi respirasi untuk mengatur kondisi
berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang udara, penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang
hidung.3 dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik
Kerangka tulang terdiri dari : 1) tulang hidung (os lokal; 2) fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa
nasal), 2) prosesus frontalis, 3) prosesus nasalis os olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung
frontalis; sedangkan kerangka tulang rawan terdiri atas stimulus penghidu; 3) fungsi fonetik yang berguna untuk
beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagain resonansi suara, membantu proses bicara dan
paling bawah hidung, yaitu 1) sepasang kartilago mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi
nasalis lateralis superior, 2) sepasang kartilago nasalis tulang; 4) fungsi statik dan mekanik untuk meringankan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2023


Dokter Muda THT-KL Periode Desember 2022 – Januari 2023 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung penyebab tingginya transmisi viral dan keparahan
panas; 5) refleks nasal.3 penyakit ini dibandingkan dengan SARS-CoV.8
Infeksi terjadi ketika partikel virus terhirup,
I. COVID-19 memasuki saluran napas, dan berikatan dengan
Definisi reseptor yang berada pada permukaan sel host. Seperti
Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) virus corona lainnya, SARS-CoV-2 berikatan dengan
merupakan penyakit virus yang sangat menular yang angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2). Ketika S1
disebabkan oleh Severe acute respiratory syndrome berikatan dengan reseptor ACE2 pada sel host, protein
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang telah memiliki efek S akan terbuka, memperlihatkan S2. Protein S akan
bencana pada demografi dunia yang mengakibatkan mengalami perubahan struktur yang kemudian akan
lebih dari 3,8 juta kematian di seluruh dunia.4 berujung kepada fusi dari membran virus dan sel host.8
ACE2 banyak diekspresikan pada permukaan
Epidemiologi epitel alveoli paru dan sel-sel pada usus halus, dan
Kasus pertama penyakit virus pernapasan yang dipercaya berkontribusi sebagai tempat masuknya
dominan ini pertama kali dilaporkan di Wuhan, Provinsi SARS-CoV-2. Selain lokasi-lokasi ini, ACE2 banyak
Hubei, Cina, pada akhir Desember 2019, SARS-CoV-2 diekspresikan di jaringan-jaringan lain, termasuk
dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dalam kurun jantung, ginjal, dan sel endotel dari arteri dan vena.
waktu yang singkat, sehingga Organisasi Kesehatan Kehadiran ACE2 pada jaringan ini berkontribusi dalam
Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi manifestasi ekstrapulmoner, seperti diare, kerusakan
global pada 11 Maret 2020.4 ginjal, kerusakan jantung, dan kerusakan endotel
Di Indonesia, dua kasus COVID-19 pertama kali vaskular dengan gagal organ multisistem. Anak-anak
diidentifikasi pada awal Maret 2020 dan hingga 1 memiliki ekspresi ACE2 yang lebih rendah, yang dapat
Agustus 2020 sebanyak 109.936 kasus terkonfirmasi menjelaskan rendahnya infeksi COVID-19 pada anak
positif dengan 5.193 kematian. Angka case fatality rate yang lebih muda dibandingkan dengan yang berusia
(CFR) COVID-19 mencapai 4,72%.5 Di Sumatera lebih tua.8
Barat, per tanggal 8 Februari 2022 terdapat 90.466
kasus positif dengan 2.155 kematian (2,38%).6 Tatalaksana
Sejauh ini, pilihan terapi yang tersedia untuk
Patogenesis COVID-19 adalah obat antivirus, antibodi monoklonal,
Virus corona adalah virus RNA rantai tunggal anti-SARS-CoV-2, obat anti-inflamasi, dan agen
yang dapat menginfeksi variasi spesies host yang luas. imunomodulator. Obat-obatan ini adalah obat yang
Secara garis besar, virus corona terbagi menjadi tersedia dalam Emergency Use Authorization (EUA)
empat; α, β, γ, dan δ berdasarkan struktur genomiknya. yang dikeluarkan oleh Food and Drug Administration
Virus corona α dan β hanya menginfeksi mamalia. (FDA) atau dalam evaluasi dalam manajemen COVID-
SARS-CoV, MERS-CoV, dan SARS-CoV-2 tergolong 19. Pemilihan terapi didasarkan dari keparahan
ke dalam virus corona β.7 penyakit atau faktor risiko spesifik.9
Siklus kehidupan virus di dalam host terdiri dari 5 COVID-19 memiliki 2 fase, fase awal dimana
tahapan: perlekatan, penetrasi, biosintesis, maturasi, SARS-CoV-2 mengalami replikasi yang cepat sebelum
dan pelepasan. Ketika virus berikatan dengan reseptor atau segera setelah onset dari gejala. Medikasi
pada host (perlekatan), virus akan masuk ke dalam sel antivirus dan terapi berbasis antibodi lebih efektif pada
melalui endositosis atau fusi membran (penetrasi). fase ini. Fase berikutnya dipengaruhi oleh keadaan
Ketika isi virus dilepaskan ke dalam sel host, RNA virus hiperinflamasi yang disebabkan oleh pelepasan sitokin
akan memasuki nukleus untuk replikasi. mRNA virus dan aktivasi sistem koagulasi yang menyebabkan
akan digunakan untuk memproduksi protein virus keadaan protrombotik. Obat-obatan anti-inflamasi
(biosintesis). Kemudian, partikel virus yang baru akan seperti kortikosteroid, terapi imunomodulator, atau
dibentuk (maturasi) dan dilepaskan.7 kombinasi dari terapi-terapi ini dapat digunakan dalam
Virus corona terdiri atas empat protein struktural; melawan fase hiperinflamasi ini dibandingkan dengan
spike (S), membrane (M), envelop (E), dan penggunaan terapi antivirus.10
nucleocapsid (N). Spike protein, atau protein S, Terapi antiviral pada COVID-19 termasuk:
menonjol pada permukaan virus. Protein S terdiri dari 2 molnupiravir, paxlovid, remdesivir hydroxychloroquine
sub unit fungsional; sub unit S1 bertugas untuk dan chloroquine, lopinavir/ritonavir, ivermectin. Anti-
perlekatan dengan reseptor sel host dan sub unit S2 SARS-CoV-2 Neutralizing Antibody Products juga
bertugas untuk fusi membran virus dan sel host. dapat diberikan sebagai terapi. Penderita yang sedang
Angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) diidentifikasi dalam pemulihan dari COVID-19 akan membentuk
sebagai reseptor fungsional untuk SARS-CoV-2.7 antibodi yang menetralkan SARS-CoV-2. Namun,
Sebuah studi menemukan bahwa SARS-CoV-2 berapa lama antibodi ini dapat bertahan masih belum
berikatan 10 hingga 20 kali lebih kuat dengan ACE2 diketahui. Fungsi dan peran dari agen ini dalam
dibandingkan virus corona lainnya. Kemampuan untuk manajemen COVID-19 masih dipelajari dalam uji coba
berikatan yang lebih kuat inil dipercaya sebagai klinis yang masih berlangsung. Agen imunomodulator
yang dapat diberikan pada kasus COVID-19 dapat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2023


Dokter Muda THT-KL Periode Desember 2022 – Januari 2023 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

berupa: kortikosteroid, interferon-β-1a (IFN- β-1a), obesitas. Selain itu, ACE2 pada adiposa juga dapat
antagonis interleukin (IL)-1, dan beberapa pilihan berperan dalam penyebaran COVID-19 ke jaringan
lainnya. Terapi oksigenasi dan manajemen ventilasi lainnya, namun studi lebih lanjut masih dibutuhkan
pada COVID-19 dapat berupa terapi oksigen dalam menginvestigasi kemungkinan ini.12
konvensional hingga intubasi endotrakeal.4
Usia
Prognosis Pada sebuah studi, didapatkan bahwa usia
Prognosis dari COVID-19 sangat bergantung merupakan faktor risiko yang penting dalam penyakit
pada banyak faktor, yaitu usia, tampilan klinis, kondisi COVID-19. Didapatkan bahwa dengan pertambahan
yang sudah ada sebelumnya, tatalaksana dini, dan usia, maka semakin meningkat pula risiko terjadinya
respon terhadap pengobatan. WHO memperkirakan kematian pada penderita COVID-19. Perubahan yang
angka fatalitas global untuk COVID-19 adalah 2,2%. berhubungan dengan usia yang dapat dilihat pada
Namun, angka fatalitas ini dipengaruhi faktor-faktor pasien dengan usia lanjut adalah penurunan kapasitas
seperti usia, penyakit yang diderita pasien, dan paru dan atrofi otot yang dapat mengarah kepada
keparahan penyakit. Hasil dari sebuah studi yang penurunan fisiologis seperti penurunan udara paru,
melibatkan 4000 pasien dengan penyakit berat dan kebebasan jalan napas, dan fungsi perlindungan.
disertai COVID-19 melaporkan angka kematian 90 hari Perubahan sistem imun sesuai usia tua juga
sebesar 31%, dengan angka kematian lebih banyak merupakan hal utama yang dicurigai sebagai penyebab
pada pasien usia tua, diabetes, obesitas, dan sindrom rentannya usia tua terhadap infeksi penyakit. Terlebih
gagal napas akut yang berat.11 lagi, penyakit komorbid lebih umum terdapat pada
pasien usia tua.13
II. Faktor Risiko Studi-studi sebelumnya mengatakan bahwa anak
Overweight dan remaja (<18 tahun) menunjukkan gejala klinis dan
Obesitas merupakan masalah besar dalam hasil yang berbeda dengan dewasa pada COVID-19.
kesehatan karena berhubungan dengan banyak Anak-anak lebih jarang membutuhkan perawatan rawat
penyakit kronis seperti DM tipe 2, penyakit jantung, inap dan gejala umumnya lebih ringan, dengan risiko
stroke, dan beberapa jenis kanker. Obesitas terinfeksi lebih rendah dan angka kematian yang lebih
menurunkan kualitas hidup dan merupakan salah satu rendah. Hampir sama dengan pasien pediatri, orang-
dari penyebab yang mengarah kepada kematian, di orang berusia dibawah 40 tahun juga memiliki angka
dunia. Studi telah menunjukkan bahwa obesitas terinfeksi yang rendah dan angka kematian yang
melemahkan sistem imun dan oleh sebab itu, rendah. Namun, data terbaru menunjukkan adanya
mengakibatkan host menjadi lebih rentan terkena peningkatan infeksi baru pada orang-orang dengan
penyakit infeksi, termasuk COVID-19.12 rentang umur ini, dan alasan kenapa dapat terjadi
Beberapa studi mandiri telah menunjukkan bahwa masih belum dapat dijelaskan secara rinci. Peningkatan
subjek yang obesitas dengan COVID-19 memiliki risiko kasus infeksi ini juga diikuti dengan peningkatan angka
yang lebih tinggi dalam keparahan penyakit, rawat inap, kematian.13
dan meningkatnya kemungkinan meninggal dunia. Dilaporkan bahwa angka kematian pada pasien
Pada pandemi H1N1 tahun 2009, pasien dengan COVID-19 mulai meningkat secara signifikan pada usia
obesitas yang berat lebih sering membutuhkan rawat diatas 40 tahun, dan pasien dengan usia antara 40-80
inap, ICU, dan lebih rentan kepada kematian akibat tahun adalah kategori yang paling terpengaruh dengan
penyakit tersebut.12 penyakit komorbid yang sudah ada. Pasien dengan
Data telah menunjukkan bahwa obesitas memiliki usia diatas 80 tahun memiliki angka kematian yang
dampak negatif pada sistem imun host, sehingga lebih sangat tinggi. Pada sebuah penelitian, didapatkan
rentan terhadap penyakit infeksi. Adiposa yang berlebih pasien berusia diatas 80 tahun jarang menunjukkan
dihubungkan dengan perubahan signifikan pada gejala yang umum terjadi, seperti demam dan batuk,
komposisi sel imun pada jaringan adiposa, yang namun penurunan status mental sering terlihat pada
mengganggu keseimbangan antara sel imun pro- pasien dengan kategori usia ini. Usia tua dapat
inflamasi dan anti-inflamasi dan dapat berujung kepada menyebabkan diagnosis menjadi lebih kompleks,
inflamasi kronis. Inflamasi kronis ini dapat diperparah dimana pasien usia tua umumnya memiliki manifestasi
oleh inflamasi akut yang muncul akibat COVID-19, atipikal.13
berujung kepada keparahan penyakit yang lebih berat Pada sebuah penelitian, didapatkan bahwa usia
dan hasil klinis yang lebih buruk. Di lain sisi, deposit mempengaruhi kejadian komplikasi pada COVID-19.
lemak yang berlebihan dapat mengganggu jaringan Kejadian komplikasi ini umumnya semakin meningkat
limfatik di sekitarnya dan berujung kepada menurunnya prevalensinya seiring bertambahnya usia. Perbedaan
kemampuan aktivasi dan perkembangan sel imun. prevalensi kejadian komplikasi ekstrapulmoner yang
Selain itu, perubahan metabolik yang berhubungan berbeda-beda sesuai dengan kategori usia
dengan obesitas seperti resistensi insulin dan leptin menunjukkan bahwa usia merupakan faktor yang
dapat memberikan pengaruh buruk pada fungsi sel berpengaruh pada penyakit ini.13
imun. Perubahan-perubahan inilah yang dapat
mengganggu sistem imun pada pasien dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2023


Dokter Muda THT-KL Periode Desember 2022 – Januari 2023 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Jenis Kelamin memiiliki cakupan yang luas mulai dari tanpa gejala
Pada penyakit COVID-19, pria dan wanita hingga syok septik dan disfungsi multi-organ.4
memiliki kerentanan yang sama untuk terinfeksi, namun Manifestasi klinis THT paling sering pada pasien
jumlah kematian pria dibandingkan dengan wanita covid-19 adalah nyeri tenggorokan dan hilang
adalah 2,4:1. Telah dilaporkan bahwa laki-laki lebih penciuman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
cenderung memiliki kondisi yang lebih serius dibanding pada 2020, terdapat 11,3% pasien dengan gejala nyeri
perempuan dari segi klasifikasi klinis dan keparahan. tengorok dari 1773 pasien yang terkonfirmasi positif.16
Dari sini, dapat kita lihat bahwa jenis kelamin Nyeri merupakan salah satu dari tanda inflamasi.
merupakan faktor yang berpengaruh dalam keparahan Faringitis merupakan kondisi dimana terjadi inflamasi
dan angka kematian pada pasien.14 pada mukosa orofaring. Sekitar 50-80% faringitis
Pada sebuah studi, dilakukan analisis ulang dari disebabkan oleh infeksi virus dengan berbagai jenis
data yang didapatkan pada awal tahun 2003, mengenai patogen virus (rhinovirus, influenza, adenovirus,
SARS-CoV. Hal ini dilakukan karena SARS-CoV-2 dan coronavirus, dan parainfluenza).17
SARS-CoV menyerang melalui reseptor yang sama, SARS-CoV-2 dan virus influenza dapat mengenai
yaitu ACE2. Dilaporkan bahwa tingginya ekspresi saluran pernapasan dan menunjukkan gejala yang
reseptor ACE2 pada organ spesifik berkorelasi dengan serupa. Tubuh dapat melepaskan mediator inflamasi
gagal organ spesifik. Dapat dilihat bahwa level ACE2 (misalnya, prostaglandin dan bradikinin) di saluran
yang bersirkulasi lebih tinggi pada pria dibanding napas sebagai respons terhadap infeksi SARS-CoV- 2,
wanita, dan tinggi pada pasien dengan diabetes dan sehingga mempengaruhi saraf sensorik di mukosa
penyakit kardiovaskuler.14 tenggorokan dan menyebabkan nyeri tenggorokan. 18
Anosmia merupakan hilangnya kemampuan
Riwayat Bepergian menghidu. Selain anosmia, ada beberapa jenis
Studi telah memperlihatkan bahwa penutupan gangguan penghidu seperti agnosi,hiposmia, dan
perbatasan dapat menurunkan angka kejadian COVID- disosmia. Patogenesis anosmia karena infeksi virus
19 pada suatu komunitas, angka masuknya penyakit, SARS-CoV-2 adalah melalui jalur sentral dan perifer.
angka penyebaran, dan angka progresi outbreak. Hal Patogenesis anosmia jalur perifer diakibatkan dari virus
ini dapat lebih ditingkatkan lagi dengan beberapa faktor, yang mengenai membran sel epitel, virus melakukan
terutama apabila prosedur penutupan perbatasan replikasi dan menyebabkan terjadinya inflamasi di
dilakukan sedari dini. Ketika transmisi pada komunitas saluran napas dan rongga hidung. Kerupakan epitel
sudah terjadi, penutupan perbatasan ini perlu dilakukan olfaktori menyebabkan reseptor rusak, sehingga
bersamaan dengan tindakan yang bertujuan untuk menurunkan sensor terhadap bau yang msuk ke
menurunkan angka transmisi. Jika transmisi sudah rongga hidung. Anosmia terjadi jika inflamasi terjadi
terjadi pada komunitas, maka kebijakan seperti luas di dendrit silia, sedangkan hiposmia terjadi apabisa
lockdown, menjaga jarak, dan menggunakan masker inflamasi tidak luas. Apabila gangguan melalui sentral,
akan lebih efektif dalam mengurangi angka kejadian. 15 virus akan menginvasi reseptor olfaktorius pada neuro-
Kebijakan karantina untuk pendatang dapat epitelnya dan meluas ke bulbus olfaktorius serta
menurunkan angka kejadian, efektivitasnya sangat medula oblongata pada batang otak sehingga
bergantung pada kepatuhan dan akan semakin menyebabkan gagal napas akut.19
meningkat jika diwajibkan. Namun, lockdown akan lebih Gejala hilang pengecapan atau ageusia juga
efektif dibandingkan karantina pendatang dalam dapat ditemukan pada pasien covid-19. Pola
mengurangi angka kejadian. Karantina akan lebih menghilangnya rasa biasanya dimulai dari rasa manis
efektif apabila dilanjutkan dengan pemeriksaan pasca dan asin, lalu dilanjutkan dengan hilangnya rasa pahit
karantina. Skrining pada saat keberangkatan dan/atau dan pedas.20
kedatangan kurang efektif dalam menemukan sebagian Patofisiologi munculnya ageusia masih belum
besar kasus. Efektivitas dari skrining dapat meningkat terlalu jelas. Namun, terdapat kemungkinan adanya
dengan meningkatkan sensitivitas dari tes skrining, interaksi antara protein spike (S) dengan reseptor ACE-
melakukan skrining pada pendatang asimtomatik, dan 2 pada mukosa nasal, melalui protease transaminase
skrining saat akan keluar dari daerah asal. Efektivitas protease serine 2 (TMPRSS2). Epitel saluran napas
dari skrining ini juga memperlihatkan peningkatan dan sel-sel penyokong olfaktori merupakan dua jenis
ketika dibarengi dengan peningkatan kewaspadaan sel yang memiliki konsentrasi tertinggi reseptor ACE-2,
dari pendatang akan gejalanya dan anjuran untuk sehingga menjadi tempat virus untuk bereplikasi. Letak
melakukan laporan mandiri. Skrining pada bandara antara sel-sel epitel pernapasan sebagai tempat
masih kurang efektif jika dibandingkan dengan reservoir utama, sel penyokong olfaktori (tempat
penutupan perbatasan dalam mengurangi penyebaran reservoir tambahan), dengan bulbus olfaktorius akan
dalam komunitas.15 mempercepat onset paparan terhadap penurunan
penghidu. Hal ini berpengaruh terhadap indra perasa
III. Diagnosis akibat hilangnya kontribusi penghidu terhadap persepsi
Manifestasi Klinis rasa pada manusia. Banyak penelitian dengan
Masa inkubasi covid-19 adalah 1-14 hari, paling hiposmia maupun anosmia juga mengeluhkan ageusia.
sering 4-5 hari. Gambaran klinis paien Covid-19 Berdasarkan penjelasan sebelumnya, ageusia

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2023


Dokter Muda THT-KL Periode Desember 2022 – Januari 2023 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

kemungkinan besar merupakan pengaruh sekunder COVID-19 sebelumnya tetapi juga menunjukkan
dari disfungsi olfaktorius.21 perlindungan kekebalan tubuh terhadap infeksi ulang.
Hidung tersumbat merupakan salah satu gejala Secara keseluruhan, tes rapid antibodi atau tes Rapid
THT yang cukup sering ditemukan pada pasien COVID- COVID-19 dapat menunjukkan hasil yang cepat dalam
19. Sebuah penelitian di India menemukan 8.7% dari waktu 5 - 15 menit dengan kemungkinan negatif palsu
2000 pasien COVID-19 menderita gejala hidung sebesar 15%.24
tersumbat.22 Sebuah systematic review melaporkan Terdapat beberapa penilaian labor yang dapat
gejala hidung tersumbat pada 3.4% dari 1773 pasien dilakukan pada COVID-19. Hitung darah lengkap dapat
COVID-19.16 dilakukan untuk menilai fungsi ginjal dan hepar.
Manifestasi klinis lainnya yaitu demam. Proses Pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan marker
demam mencakup tahapan berikut; adanya subtansi inflamasi dapat dipertimbangkan, namun kepentingan
dari luar tubuh, pirogen-eksogen, dan terjadi siklus pemeriksaan ini dalam menentukan prognosis COVID-
demam. Pirogen eksogen merupakan substansi dari 19 masih belum jelas.4
luar tubuh yang dapat menginduksi demam. Pirogen Pemeriksaan rontgen toraks memiliki sensitivitas
eksogen menginduksi sel host (terutama makrofag) rendah dalam mengidentifikasi perubahan dini pada
untuk memproduksi dan melepaskan pirogen endogen paru; tampilan radiografi dapat terlihat normal dalam
seperti interleukin-1 (IL-1), yang memiliki fungsi sebagai tahap awal penyakit. Dalam tahap yang lebih lanjut,
respon imun. Pirogen endogen kemudian hasil rontgen toraks umumnya menunjukkan gambaran
ditransmisikan ke pusat termoregulasi di hipotalamus, alveoli “ground glass” opak bilateral, yang biasanya
khususnya organum vasculosum of the lamina akan berujung kepada gambaran opak keseluruhan
terminalis (OVLT), di mana mereka menginduksi dari paru. Dapat juga terlihat gambaran efusi pleura
sintesis prostaglandin (PGE2). PGE2 meningkatkan set pada rontgen.4
point termostatik untuk memulai respons demam. Pusat CT-Scan memiliki sensitivitas tinggi terlebih lagi
termoregulasi hipotalamus menginduksi tubuh untuk CT resolusi tinggi (HRCT), sehingga dapat dijadikan
menggigil dan vasokonstriksi. Induksi demam pilihan dalam mengevaluasi pneumonia pada COVID-
menghambat perkembangan patogen seperti bakteri, 19. Beberapa temuan dan pola radiologi non-spesifik
peningkatan efek bakterisida dari neutrofil, dan juga dapat ditemukan pada CT-Scan dada. Temuan
perubahan fisiologis lainnya. Demam memiliki peran dan pola non-spesifik ini juga dapat ditemukan pada
adaptif dan protektif untuk kelangsungan hidup host infeksi paru lainnya, seperti influenza A (H1N1), CMV,
selama terjadinya infeksi.23 SARS, MERS, streptococcus, dan klamidia. Temuan
yang paling umum pada COVID-19 adalah multifokal
Pemeriksaan Penunjang “ground or ground glass” bilateral yang dihubungkan
Tes diagnostik yang dapat dilakukan pada dengan area penggabungan dengan penyebaran tidak
COVID-19 adalah tes molekuler, tes lab, rontgen, dan sempurna, lebih banyak pada perifer/subpleural, dan
CT-Scan.4 Real-Time, Reverse Transcriptase keterlibatan lobus bawah bagian posterior.4
Polymerase Chain Reaction test, atau singkatnya tes
RT-PCR adalah tes diagnostik untuk deteksi COVID- DAFTAR PUSTAKA
19. Tes RT-PCR positif pada pasien dengan 1. Uddin, Imran. A brief Introduction to Covid-19.
gejala/tanda virus di THT dan paru dengan atau tanpa Journal of Medicine and Healthcare.2020(2)126
keterlibatan organ lain menunjukkan adanya COVID-19 2. Guan W, Ni Z, Hu Y, Liang W, Ou C, He J, et al.
aktif. Namun, RT-PCR positif pada orang tanpa gejala Clinical characteristics of coronavirus disease
menunjukkan tiga kondisi termasuk; COVID-19 2019 in China. N Engl J Med. 2020;382(18):1708–
subklinis, COVID-19 pra-gejala dalam masa inkubasi, 20.
dan status karier. Hasil negatif palsu juga dapat terlihat 3. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti
dalam; fase akhir COVID-19 tidak aktif, fase sangat RD. Buku Ajar Telinga, Hidung, dan Tenggorokan
awal COVID-19 dimana replikasi virus belum dimulai, Edisi ketujuh FK UI. Vol. 53, THT UI. 2020.
kasus COVID-19 di mana sampel diambil dari situs 4. Cascella M, Rajnik M, Aleem A, et al. Features,
yang tidak mengandung virus atau sampel dikumpulkan Evaluation, and Treatment of Coronavirus
dengan kesalahan.24 Pada RT-PCR, dapat kita (COVID-19). StatPearls. Treasure Island (FL):
dapatkan nilai cycle threshold (ct-value), yaitu jumlah StatPearls Publishing. 2022. Link:
siklus yang dibutuhkan oleh RNA virus untuk https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554776/
teramplifikasi ke level yang terdeteksi, sebuah nilai ?report=reader.
yang dapat digunakan untuk memperkirakan viral load 5. Syam, Ari F., et al. "Manifestasi Klinis dan
dari suatu virus.25 Berdasarkan data statistik yang ada, Diagnosis Covid-19." eJournal Kedokteran
didapatkan bahwa nilai ct-value yang tinggi (diatas 30) Indonesia, vol. 8, no. 3, Dec. 2020
menunjukkan penurunan tingkat infektivitas dari virus.26 6. BPBD SUMBAR. Data Pantauan Covid-19
Tes antibodi IgM COVID-19 yang positif Provinsi Sumatera Barat. Link:
menunjukkan COVID-19 yang aktif dan COVID-19 yang https://corona.sumbarprov.go.id/
baru saja membaik, sedangkan tes antibodi IgG 7. Yuki K, Fujiogi M, Koutsogiannaki S. COVID-19
COVID-19 yang positif tidak hanya menunjukkan pathophysiology: A review. Clin Immunol.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2023


Dokter Muda THT-KL Periode Desember 2022 – Januari 2023 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2020;215:108427. 5;5(3).
8. Hernandez ARA, Esquer GZ, Marcelin JR, 23. El-Radhi AS. Pathogenesis of Fever. Clin Man
Vijayvargiya P. COVID-19 Pathogenesis and Fever Child. 2019;53. [diakses Januari 2023]
Clinical Manifestations. Infect Dis Clin North Am. 24. Abari IS, Khazaeli S. COVID-19 versus Allergic
2022;36(2):231-249. Rinitis. Adv Infect Dis. 2020;10(03):168–74
9. Coopersmith CM, Antonelli M, Bauer SR, 25. Penney J, Jung A, Koethe B, Doron S. Cycle
Deutschman CS, Evans LE, Ferrer R, et al. The threshold values and SARS-CoV-2: Relationship
Surviving Sepsis Campaign: Research Priorities to demographic characteristics and disease
for Coronavirus Disease 2019 in Critical Illness. severity. J Med Virol. 2022;94(8):3978-81.
Crit Care Med. 2021;49(4):598-622. 26. Platten M, Hoffmann D, Grosser R, Wisplinghoff F,
10. Gandhi RT, Lynch JB, Del Rio C. Mild or Moderate Wisplinghoff H, Wiesmüller G, et al. SARS-CoV-2,
Covid-19. N Engl J Med. 2020;383(18):1757- CT-Values, and Infectivity-Conclusions to Be
1766. Drawn from Side Observations. Viruses.
11. COVID-ICU Group on behalf of the REVA Network 2021;13(8):1459.
and the COVID-ICU Investigators. Clinical
characteristics and day-90 outcomes of 4244
critically ill adults with COVID-19: a prospective
cohort study. Intensive Care Med. 2021;47(1):60-
73
12. Mohammad S, Aziz R, Al MS, Malik SS, Haji E,
Khan AH, et al. Obesity and COVID-19: what
makes obese host so vulnerable? Immun Ageing.
2021;18(1):1.
13. Zhang H, Wu Y, He Y, Liu X, Liu M, Tang Y, et al.
Age-Related Risk Factors and Complications of
Patients With COVID-19: A Population-Based
Retrospective Study. Front Med (Lausanne).
2022;8:757459.
14. Jin JM, Bai P, He W, Wu F, Liu XF, Han DM, et al.
Gender Differences in Patients With COVID-19:
Focus on Severity and Mortality. Front Public
Health. 2020;8:152.
15. Bou-Karroum L, Khabsa J, Jabbour M, Hilal N,
Haidar Z, Abi Khalil P, et al. Public health effects
of travel-related policies on the COVID-19
pandemic: A mixed-methods systematic review. J
Infect. 2021;83(4):413-423.
16. MW E-A, S E, YA F. ENT manifestation in COVID-
19 patients. Auris Nasus Larynx [Internet]. 2020
Aug 1;47(4):559–64. [diakses Januari 2023]
17. Wolford RW, Goyal A, Syed SYB, Schaefer TJ.
Pharyngitis. Netter’s Infect Dis [Internet]. 2021
May 7 [diakses Januari 2023];177–82. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK51
9550/
18. LM W, X S, XQ W. Pain Symptoms in Patients with
Coronavirus Disease (COVID- 19): A Literature
Review. J Pain Res. 2021 [diakses Januari
2023];14:147– 59. Link:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33531833/
19. Sutrisno, Romdhoni AC, et al. Manifestasi Klinis
Multiorgan Covid-19. 2021.
20. Chaurasia P, Kuchhal V, Ahmad S, Rawat P. ENT
manifestations in Covid-19 positive patients. Int J
Heal Clin Res. 2020;3(10):187–91.
21. Ibekwe TS, Fasunla AJ, Orimadegun AE.
Systematic Review and Meta-analysis of Smell
and Taste Disorders in COVID-19. 2020;4(3).
22. Patil KI. Otorhinolaryngological Manifestations in
COVID-19 Patients. Sch J Otolaryngol. 2020 Oct

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2023

Anda mungkin juga menyukai