Jurnal Reading Kulit
Jurnal Reading Kulit
Pembimbing :
Disusun oleh :
Fadhilah Aisyah
2017730043
II. Abstrak
Psoriasis plakat kronis merupakan penyakit inflamasi kulit yang mempengaruhi 2-3%
populasi. Sekitar sepertiga pasien merupakan kandidat untuk mendapatkan terapi
imunosupresif sistemik seperti obat DMARDs sintetis atau biologis akibat dari
perluasan penyakit, lokalisasi lesi di daerah sensitif atau terlihat dan/atau resistensi
terhadap pengobatan topikal. Terapi ini telah dikaitkan dengan peningkatan risiko
infeksi, termasuk infeksi virus pada saluran pernapasan atas. Psoriasis sering
dikaitkan dengan komorbiditas kardio-metabolik, seperti: obesitas dan diabetes, yang
merupakan faktor risiko prognosis yang buruk pada penyakit pneumonia COVID-19.
Penelitian ini merupakan sebuah naratif review dari berbagai literatur berdasarkan
pencarian secara elektronik dari Basis data PubMed® yang dilakukan dengan tujuan
menyelidiki apakah ada peningkatan risiko infeksi COVID-19 pada pasien psoriasis
yang mendapatkan pengobatan sistemik. Artikel asli, seperti laporan kasus yang
diterbitkan hingga 1 November 2020, disertakan dalam tulisan ini. Hasilnya: tidak
terdapat bukti pasti bahwa pasien dengan psoriasis sedang hingga berat yang
mendapatkan terapi sistemik, termasuk terapi biologis, memiliki risiko lebih tinggi
terinfeksi SARS-CoV-2 dan/atau risiko meningkatnya kasus rawat inap dan kematian
terkait COVID-19 dibandingkan dengan populasi umum. Beberapa kasus melaporan
terjadinya pemulihan penuh dan hasil outcome klinis yang baik pada pasien psoriasis
dengan positif COVID-19 yang sedang mendapatkan terapi psoriasis sintetis atau
biologis. Namun, tetap perlu
perhatian lebih dalam regulasi terapi sistemik pada pasien psoriasis terkait risiko
infeksi COVID-19 dan diperlukan lebih banyak data untuk dapat menarik kesimpulan
yang pasti.
III. Pendahuluan
Pandemi COVID-19 yang merupakan pneumonia viral yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndorme Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) sudah menjadi
fokus serius para dermatologi dan pasien psoriasis yang mendapatkan terapi
immunodilator/immunosupresan. Psoriasis plakat merupakan penyakit inflamasi pada
kulit yang bersifat kronis yang mengenai 2-3% populasi secara umum, dan sekitar
sepertiga pasien merupakan kandidat yang harus mendapatkan terapi sistemik karena
keparahan, perluasan dan atau terkait lokasi lesi pada area sensitif/terlihat. Terapi
sistemik meliputi DMARDs/disease-modifying antirheumatic drug’s baik
sintestis/biologis seperti methotrexate, siklosporin dan inhibitor TNF-α, IL-17, IL-
12/23, dan IL-23 dimana pemberian terapi ini dihubungkan dengan peningkatan risiko
infeksi termasuk infeksi virus pada traktur respiratorius. Terlebih lagi, pasien psoriasis
moderate sampai berat sering kali dipengaruhi oleh komorbid kardio-metabolik
seperti obesitas, diabetes melitus dan hipertensi arterial yang berhubungan dengan
risiko tinggi rawat inap dan prognosis yang fatal pada pneumonia COVID-19.
Tujuan dari naratif review ini ialah untuk menyelidiki/mengetahui apakah ada
peningkatan risiko infeksi COVID-19 atau outcomes berupa infeksi COVID-19 yang
lebih parah pada pasien psoriasis yang mendapatkan terapi sistemik.
V. Hasil
1. Kerentanan terhadap infeksi COVID-19 pada pasien psoriasis dengan
pengobatan immunodilator/immunosupresan
Saat ini apakah psoriasis sendiri dapat menyebabkan kerentanan terhadap
infeksi virus SARS-CoV-2 masih belum diketahui. Sampai tahap ini, belum ada
penelitian yang menyelidiki prevalensi atau insidens infeksi COVID-19
asimptomatik pada pasien psoriasis plakat. Mereka yang menderita psoriasis
kemungkinan terkena SARS-CoV-2 virus sesuai dengan penyebaran pandemi di
mana mereka tinggal. Sebaliknya, penelitian yang berbeda telah menilai kejadian
infeksi SARS-CoV-2 pada pasien psoriasis plakat yang menerima sistemik
pengobatan (Tabel 1).
Sebuah penelitian di Spanyol berdasarkan pendekatan multisenter kohort
prospektif, memperkirakan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam rasio
insiden standar (SIR) untuk infeksi SARS-CoV-2 pada pasien psoriasis yang
diobati dengan terapi sistemik dibandingkan dengan populasi umum (SIR =
1,58;95% CI 0,98- 2,41). Dalam penelitian kohort lain terhadap 1830 pasien dari
Wilayah Veneto (Italia Timur Laut), didapatkan insiden serupa terkait infeksi
COVID-19 pada pasien psoriasis secara biologis dibandingkan dengan populasi
umum (IR = 9,7; 95% CI 3,9-20,1 per 10.000 orang/bulan versus 11.5; 95% CI
11.4-11.7 per 10.000 orang/bulan).
Sebuah penelitian kohort dari dua provinsi di Italia Utara yang melibatkan 246
pasien psoriasis yang menerima obat biologis menemukan bahwa hanya satu pasien
yang diuji dan positif SARS-CoV-2 asimptomatik selama periode pengamatan.
Hanya di penelitian yang lebih kecil dari 139 pasien di daerah Bergamo yang
melaporkan prevalensi infeksi Sars-CoV-2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi umum (3,6% versus 0,7%). Namun, signifikansi penelitian ini
dipertanyakan, mengingat jumlah kasus yang kecil dan fakta bahwa 2 dari 5 kasus
yang dilaporkan tidak diuji untuk COVID-19.
Penelitian kohort skala besar lainnya telah menilai risiko rawat inap,
kebutuhan perawatan intensif dan kematian akibat COVID-19 pada pasien
psoriasis yang diobati dengan terapi sistemik biologis (Tabel 2). Peneliti
menyelidiki risiko rawat inap dan kematian akibat COVID-19 pada pasien dengan
psoriasis plakat kronis yang menerima pengobatan biologis dan penerima
transplantasi ginjal dalam pemeliharaan pengobatan imunosupresif. Tidak ada
rawat inap atau kematian yang didokumentasikan pada 980 pasien dengan psoriasis
yang mendapatkan terapi biologis, dan hanya satu pasien transplantasi ginjal yang
dirawat di rumah sakit di antara 280 pasien yang diobservasi pada bulan Februari
sampai April 2020.
Selanjutnya, penelitian observasional retrospektif multisenter telah meninjau
5206 pasien psoriasis dengan terapi sistemik biologis dari enam provinsi Italia
Utara. Didapatkan tidak ada kasus kematian akibat COVID-19 yang ditemukan
antara Februari-April 2020 (IR = 0;95% CI 0–5,1 dibandingkan dengan 1,6 per
10.000 orang/bulan pada populasi umum), dan hanya empat pasien yang dirawat di
rumah sakit karena pneumonia interstitial COVID-19 (IR = 5,6; 95% CI 1,5-14,3
dibandingkan dengan 5,9 per 10.000 orang/bulan pada populasi umum).
Studi kohort lain dari wilayah Veneto mengkonfirmasi temuan ini. IR rawat
inap dan kematian karena pneumonia terkait COVID-19 didapatkan nilai 6,5 (95%
CI 2,0-15,6) dan 0 (95% CI 1-10,4) per 10.000 orang/bulan, dibandingkan dengan
9,6 (95% CI 9,4-9,7) dan 1,16 (95% CI 1,10-1,21) per 10.000 orang/bulan pada
populasi umum.
Sebuah penelitian single-center case–control dari Lombardy melaporkan
hanya lima kejadian rawat inap dan tidak ada kematian dari 1.193 pasien psoriasis
yang diobati dengan pengobatan biologis dan dosis kecil. Meskipun pasien dengan
pengobatan biologis berada pada risiko rawat inap yang lebih tinggi sehubungan
dengan populasi umum Lombardy, dengan OR 3,59 (95% CI 1,49-8,63), dan tidak
didapatkan adanya peningkatan risiko masuk unit perawatan intensif atau kematian.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang menggunakan obat biologis
berisiko lebih tinggi terkena infeksi SARS-CoV-2 bahkan meskipun tingkat
keparahan COVID-19 mungkin tidak meningkat.
Penelitian serupa dari negara Amerika mengkonfirmasi hasil berikut. Sebuah
penelitian cross-sectional retrospektif di Amerika pada 412 pasien yang menerima
obat imunomodulator sistemik untuk penyakit kulit, termasuk psoriasis, ditemukan
tingkat infeksi dan outcome klinis COVID-19 serupa dengan yang ditemukan pada
populasi umum, hanya dilaporkan lima kasus infeksi dan satu kasus rawat inap.
Para penulis menyimpulkan bahwa risiko infeksi COVID-19 dan risiko outcome
yang buruk sangat kecil dipengaruhi oleh obat-obatan immunomodulator dibidang
dermatologis.
Temuan konsisten lainnya dilaporkan juga oleh penelitian cross-sectional
multicenter di Prancis yang melibatkan 1418 pasien yang menerima pengobatan
sistemik, termasuk metotreksat, siklosporin, acitretin, apremilast dan biologis.
Sebanyak lima (0,35%) pasien menderita COVID-19 yang parah dan
membutuhkan rawat inap, meskipun 60% dari mereka disertai faktor risiko lain
yang memungkinkan infeksi lebih parah.
Data terbaru dan akses terbuka tentang dampak pneumonia COVID-19
pada pasien psoriasis saat ini tersedia di PsoPROTECT (Psoriasis Patient
Registry for Outcomes, Therapy and Epidemiology of Covid-19 infecTion).
PsoPROTECT adalah inisiatif global yang bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor predisposis terkait outcome klinis COVID-19 pada psoriasis dan untuk
mengklasifikasikan pasien yang mungkin berguna sebagai standarisasi apakah
pengobatan sistemik perlu dihentikan, dilanjutkan atau dimulai. Data registrasi
dari PsoPROTECT tampak meyakinkan dan tidak menunjukkan peningkatan
risiko infeksi SARS- CoV-2 atau kondisi COVID-19 yang parah pada pasien
psoriasis, termasuk mereka yang menjalani terapi sistemik.
VII. Kesimpulan
Oleh karena potensi efek negatif dari terapi tidak dapat sepenuhnya
disingkirkan sekira rekomendasi untuk menghentikan terapi sistemik pada pasien
psoriasis yang positif terinfeksi SARS-CoV-2 atau COVID-19 masih layak
dipertimbangkan. Walaupun sampai saat ini tidak ada bukti untuk mendukung
gagasan bahwa pasien yang menerima terapi sistemik harus menghentikan
pengobatannya. Sebaliknya, frekuensi pemantauan dapat ditingkatkan di awal
sebelum memulai terapi sistemik. Untuk lebih memahami dampak infeksi SARS-
CoV-2, perjalanan penyakit pasien psoriasis dengan tes positif COVID-19 harus
diikuti dengan seksama dan dimasukkan ke data registrasi global, seperti
PsoPROTECT. Orang dengan psoriasis yang menjalani terapi sistemik harus
disarankan untuk tetap mengikuti pedoman terkait hygiene/kebersihan dan physical
distancing di era pandemi COVID-19 sesuai anjuran di wilayah tempat tinggal
masing-masing. Mengingat bahwa ini kondisi COVID-19 merupakan situasi yang
baru dan dapat mengalami perubahan dengan cepat, rekomendasi terkait pasien
psoriasis dengan infeksi COVID-19 dapat dimodifikasi seiring bertambahnya
ketersediaan data.