Pedoman k3 PKM - Compress
Pedoman k3 PKM - Compress
PALEMBANG
DAFTAR ISI
Kata sambutan
Kata Pengantar
Daftar Isi
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Landasan Hukum
F. Pengertian
VI.PENUTUP
A. Lampiran evaluasi pelaksanaan K3 di Puskesmas
B. Ceklis manajemen K3 di Puskesmas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Deklarasi Alma Alta Tahun 1978 mengakui akan pentingnya petugas kesehatan
untuk memelihara kesehatan di lenkungan kerjanya. Petugas puskesmas di
kebanyakan negara berkembang tidak terlatih dalam hal pencegahan dan
pengendalian sederhana terhadap berbagai masalah kesehatan kerja.
Mengingat potensi bahaya yang tinggi bagi petugas puskemas maka Pedoman
Kesehatan dan keselamatan kerja ini dapat dijadikan acuan terhadap
perlindungan kesehatan petugas kesehatan .
Salah satu teknik pengelolaan resiko penularan penyakit di puskesmas adalah
dengan penerapan standar precaution.
B. Tujuan
Tujuan Umum : Menciptakan lingkungan kerja yang aman ,sehat dan produktif
untuk petugas puskesmas, pasien, pengunjung/pengantar pasien,masyarakat
dan lingkungan sekitar pasien.
Khusus
a. Terbentuknya kelompok kerja atau tim sebagai penanggung jawab
kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas.
b. Teridentifikasinya potensi bahaya/resiko dan cara pengendaliannya.
c. Tersusunnya rencana kerja keselamatan dan kesehatan kerja di
Puskesmas.
d. Terlaksanaya kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas.
e. Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan keselamatan dan
kesehatan kerja di Puskesmas.
C. Sasaran
Sasaran pedoman ini adalah petugas puskesmas dan pengguna jasa
puskesmas.
D. Ruang Lingkup
1. Pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah kesehatan yang
ditimbulkannya.
f. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas.
2. Standard Precaution di Puskesmas
3. Indikator keberhasilan
E. Landasan Hukum
1. UU no 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU no 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan
3. UU no 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
4. UU no no 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
5. Peraturan Pemerintah no 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan limbah
berbahaya
6. Permenkes no 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
7. Permenkes no 43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
F. Pengertian
1. Bahaya adalah suatu potensi yang dapat menimbulkan
kerugian ,gangguan kesehatan,cidera,kerusakan properti dan lingkungan
atau kerugian dalam produksi.
2. Kesehatan kerja adalah suatu layanan untuk peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan (fisik,mental dan sosial ) yang setinggi-
tingginya bagi pekerja di semua jabatan,pencegahan,penyimpangan
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan dari resiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan,penempatan dan pemeliharaan
pekerjaan dalam suatu lingkungan kerja yang adaptasi antara pekerjaan
dan manusia dengan jabatannya
3. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa dengan unsur
unsur tidak terduga dan ruda paksa ,kecacatan dan kematian disamping
menimbulkan kerugian dan atau kerusakan properti
4. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya memberikan jaminan
kesehatan,keselamatan dan peningkatan derajat kesehatan
pekerja ,dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja ,promosi kesehatan,pengobatan dan rehabilitasi.
5. Manajemen resiko adalah proses pengendalian resiko secara
berkelanjutan mulai dari identifikasi ,penilaian resiko ,penetapan program
pengendalian,pelaksanaan program pengendalian,monitoring dan evaluasi
resiko.
6. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten
7. Penyakit akibat kerja adalah setiappenyakit diakibatkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja.
8. Penilaian resiko adalah proses perkiraan kemungkinan terjadinya suatu
kejadian yang tidak diinginkan dan besarnya akibat dalam jangka waktu
tertentu
9. Resiko adalah kesempatan untuk terjadinya cedera kerugian dari suatu
bahaya,atau kombinasi dari kemungkinan dan akibat.
10. Resiko kesehatan adalah besarnya kemungkinan yang dimiliki oleh suatu
bahan,proses atau kondisi untuk menimbulkan kesakitan ,gangguan
kesehatan,dan penyakit akibat kerja yang dipengaruhi oleh magnitude of
hazard (konsentrasi dan dosis)efek rating (tingkat dampak,fatality,very
serious,serious,moderate.low,trivial)probabilitas,frekwensi pajanan,durasi
pajanan.
11. Standar operasional prosedur adalah penetapan standar pelaksanaan
pekerjaan baik secara resmi maupun tidak resmi oleh manajemen tentang
tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan pekerjaan sebagai acuan
dalam bekerja.
12. Standar precaution yaitu pengurangan terjadinya penyakit infeksi yang
disebabkan oleh penularan kontak langsung terhadap bahan infeksius
maupun alat yang tidak steril atau mengandung bahan infeksius.
BAB II
PENGENALAN POTENSI BAHAYA DI PUSKESMAS DAN MASALAH YANG
DITIMBULKANNYA
A. Potensi Bahaya
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragam
terhadap kesehatan, terdapat disemua tempat baik didalam maupun diluar
gedung yang dapat timbul dari lingkungan tempat kerja, proses kerja, cara
kerja, alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di puskesmas dan masalah yang
ditimbulkannya adalah agar petugas puskesmas dapat melakukan
pengendalian resiko dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah
yang ditimbulkan akibat pekerjaan.
men
ghila
ngka
n
penggantian
rekayasa
administrasi
A. Tahap Perencanaan
1. Sosialisasi K3 di puskesmas
2. Membuat komitmen dan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja di
Puskesmas.Komitmen adalah kesepakatan seluruh pegawai
puskesmas untuk menjalankan K3 di puskesmas dilakukan secara
tertulis dan ditandatangani oleh seluruh petugas.
3. Pembentukan tim K3; ditetapkan dengan surat keputusan kepala
puskesmas
4. Perencanaan K3’
a. Mapping potensi masalah di puskesmas
b. Membuat perencanaan (RPK) dan renstra dalam satu tahun dan
lima tahun
B. Tahap Pelaksanaan
1. Menyusun SOP, rambu, petunjuk K3
2. Pembudayaan SOP K3
3. Penyediaan sarana dan prasarana K3 (APD, APAR, vaksin dll)
4. Pelayanan kesehatan kerja dan tanggap darurat
5. Pengelolaan alat (penyediaan, pemeliharaan dan lain-lain)
6. Pengelolaan limbah
7. Peningkatan kemampuan sumber daya (pelatihan pencegahan infeksi,
cuci tangan benar, pemadaman kebakaran, desinfeksi)
8. Pengendalian resiko dengan upaya;
i. Promotif;
a. Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kepada seluruh
petugas
b. Memasang leaflet, brosur budaya kesehatan dan keselamatan
kerja.
c. Melaksanakan latihan fisik, bimbingan rohani, rekreasi
ii. Preventif
a. Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun,
APD, mengganti alat berbahaya, pengaturan shift kerja
b. Vaksinasi hepatitis
c. Penatalaksanaan limbah puskesmas
Alat pelindung diri seperti kacamatan, apron, masker, sepatu bergantung pada
jenis pekerjaan atau tingkat paparan dengan darah dan cairan tubuh lain saat
melakukan tindakan.
D. Penatalaksanaan peralatan
Bertujuan untuk menjamin peralatan dalam kondisi steril. Semua alat,bahan dan
obat yang dimasukkan ke dalam jaringan yang steril harus dalam keadaan steril.
Proses penetalaksanaan peralatan melalui 4 tahap:
1. Dekontaminasi:
Merupakan proses merendam peralatan pada larutan khlorin 0,5 %
selama 10 menit segera setelah melakukan tindakan. Alat yang
didekontaminasi adalah peralatan operasi/tindakan, jarum/semprot yang
akan dipakai ulang, sarung tangan, kontener tempat penyimpanan
peralatan
2. Pencucian:
Merupakan langkah pencucian dan penyikatan peralatan dengan sabun
dan deterjen sebelum dilakukan sterilisasi atau DTT. Proses pencucian
harus dapat menghilangkan darah, cairan tubuh dan jaringan lain.
3. Sterilisasi atau DTT:
Sterilisasi bertujuan menghilangkan seluruh mikroorganisme dan
direkomendasikan pada alat yang berkontak langsung dengan darah atau
jaringan bawah kulit.
Dilakukan dengan: Uap panas bertekanan tinggi, panas kering, atau
menggunakan bahan kimia.
DTT alternatif jika sterilisasi tidak dapat dilaksanakan. DTT tidak
membunuh semua kuman.DTT dilakukan dengan merebus, menggunakan
bahan kimia, atau menggunakan uap panas.
4. Penyimpanan:
Penyimpanan alat yang sudah disterilisasi. Cara menyimpan adalah:
a) Peralatan dibungkus:
Peralatan dibungkus bertujuan untuk tetap menjamin sterilisasi alat.
Umur sterilisasi alat sangat bergantung pada packing, handling,
Jumlah petugas yang menangani packing, kebersihan,
kelembaban,dan suhu penyimpanan.
b) Peralatan tidak dibungkus;
Peralatan harus digunakan setelah proses sterilisasi.
INPUT
LAMPIRAN
INSTRUMEN EVALUASI INTERNAL PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS
Nama Puskesmas :
Kecamatan :
Kabupaten :
Propinsi :
Alamat :
Pelaksana Evaluasi :
1...................................................................Jabatan.....................................................
2...................................................................Jabatan.....................................................
3...................................................................Jabatan.....................................................
4...................................................................Jabatan.....................................................
PERENCANAAN
Lampiran
No Kegiatan Ada Tidak Ket
SK Dok
1. Komitmen dan Kebijakan
2. Pembentukan tim K3
3. Perencanaan K3
PELAKSANAAN K3 DI PUSKESMAS
Lampiran
No Kegiatan Ada Tidak Ket
SK Dok
1. Penyusunan SOP,tanda bahaya,Petunjuk K3
2. Pembudayaan K3
3. Penyediaan kebutuhan dan sarana K3
4. Pelayanan Kesehatan Kerja:
a. MCU
b. Emergency plan
c. Mapping bahaya
d. Penyiapan sarana tanggap darurat
5. Pengelolaan dan pemeliharaan alat puskesmas
a. Alat sterilisasi
b. Alat medis
c. Alat K3
d. Kalibrasi alat
6. Pengelolaan Limbah;
a. Limbah padat
b. Limbah cair
c. Limbah gas
d. Limbah medis
e. Limbah non medis.
7. Peningkatan kapasitas SDM
a. Pelatihan K3 eksternal
b. Pelatihan K3 internal
c. Sosialisasi K3
d. Sosialisasi pencegahan Infeksi
8. Penyediaan sarana dan dukungan K3
a. APAR
b. APD
c. Sterilisasi
d. Anti septik
e. Vaksin
9. Monitoring dan pemantauan K3 di puskesmas
10. Penilaian resiko K3 di Puskesmas
(sesuai mapping)
11. Pengendalian resiko kesehatan :
a. Promotif
b. Preventif
c. Kuratif
d. Rehabilitatif
CHECKLIST MANAJEMEN K3
PUSKESMAS DUA PULUH TIGA ILIR
TAHUN 2022
1 Komitmen
2 Kebijakan
4 SK Dinas Kesehatan
B. Tahap Pelaksanaan
a. Umum
b. b. Khusus
4 Penilaian resiko K3
5 Pengendalian resiko K3
a. Secara umum
Menghilangkan bahaya
Subsitusi/mengganti
Rekayasa teknik
b. Administrasi
Kebijakan /aturan
1. Promotif
Pemenuhan gizi
PHBS Kerja
Pelatihan K3
Olahraga
Rekreasi bersama
Konseling
2. Preventif
Sarung tangan
Masker
Topi
Kacamata
Apron
Sepatu bot
b) Imunisasi / Vaksin
Covid 19
c) Penatalaksanaan Limbah
- Limbah Domestik
- Limbah Infeksius
- Limbah Patologis
- Limbah Farmasi
- Limbah Kimia
Pemeriksaan prakerja
Pemeriksaan berkala
3. Kuratif
Penatalaksanaan tertusuk jarum bekas/benda
tajam
Penatalaksanaan kecelakaan kerja
Rujukan kasus
4. Rehabilitatif
1 Puskesmas Keliling
2 Kunjungan rumah:
PHN (Perkesmas)
Gizi
UKS
Surveilans
3 UKBM
Posyandu
Pos UKK
Pos Lansia
C. Pengawasan :
Pencatatan PAK
Inspeksi
Pengujian
3 Audit K3
Audit Internal
Audit Eksternal