Muhammad Ery Airlangga Pratama Putra - 1810513310010
Muhammad Ery Airlangga Pratama Putra - 1810513310010
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................2
DAFTAR TABEL..................................................Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN...................................................................................................3
Perumusan Masalah............................................Error! Bookmark not defined.
Tujuan Penelitian................................................Error! Bookmark not defined.
Manfaat...............................................................Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6
Jagung (Zea mays L.).........................................................................................12
Konsep Evaluasi dan Kesesuaian Lahan............................................................13
Parameter Kesesuaian Lahan..............................................................................14
Rejim Temperatur...........................................................................................14
Reaksi Tanah (pH)..........................................................................................15
Tekstur Tanah.................................................................................................16
Drainase Tanah...............................................................................................16
Kapasitas Tukar Kation (KTK)......................................................................17
Bahaya Erosi...................................................................................................17
Kedalaman Efektif..........................................................................................18
Klasifikasi Kesesuaian Lahan..............................................................................9
BAHAN DAN METODE......................................................................................19
Bahan dan Alat...................................................................................................19
Bahan..............................................................................................................19
Alat.................................................................................................................19
Metode Penelitian...............................................................................................19
Pelaksanaan Penelitian.......................................................................................21
Tempat dan Waktu..........................................................................................21
Pelaksanaan.....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi, jagung dan jeruk di
kecamatan Kencong, Jombang dan Umbulsari.
2. Mengetahui faktor-faktor pembatas yang terdapat pada lahan di kecamatan
Kencong, Jombang dan Umbulsari untuk budidaya tanaman padi, jagung, dan
jeruk.
1.3 Manfaat
1. Agar dapat meningkatkan produksi tanaman padi, jagung, dan jeruk di kecamatan
Kencong, Jombang dan Umbulsari dengan mengetahui faktor- faktor pembatas
lahannya.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki
lahan tersebut dengan memberikan rekomendasi pengelolaan lahan yang tepat.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki
lahan tersebut dengan memberikan rekomendasi pengelolaan lahan yang tepat
guna meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar.
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas lahan adalah sifat-sifat pengenal atau yang bersifat kompleks dari
sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaan yang berpengaruh
terhadap kesesuaiannya bagi penggunaan tertentu dan biasanya terdiri atas satu
atau lebih karakteristik lahan. Kualitas lahan ada yang bisa diestimasi atau diukur
secara langsung di lapangan, tetapi pada umunya ditetapkan berdasarkan
karakteristik lahan (FAO, 1976).
Kualitas lahan merupakan karakteristik lahan yang mempunyai pengaruh
langsung terhadap persyaratan dasar dari penggunaan lahan dan di harapkan dapat
mempengaruhi kesesuaian lahan dengan tidak bergantung pada kualitas lahan
yang lain. Menurut Beek (1978), Kualitas Lahan (KL) terdiri atas:
a. Kualitas lahan ekologi (mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan)
misalnya ketersediaan air, ketersediaan hara, ketersediaan oksigen, bahaya
banjir, suhu dan lama musim tanam.
b. Kualitas lahan pengelolaan (mempengaruhi pengelolaan usaha pertanian)
misalnya kemungkinan untuk mekanisasi, lokasi dalam hubungannya
dengan pasar dan lain-lain.
c. Kualitas lahan konservasi (mempengaruhi degradasi lahan), misalnya
bahaya erosi, salinitas, alkalinisasi, pemadatan tanah dan lain-lain.
d. Kualitas lahan perbaikan (kemungkinan untuk memperbaiki), misalnya
sifat dapat diairi, tanggapan terhadap pemupukan dan lain-lain.
Kualitas lahan yang dipilih sebagai berikut: temperature, ketersediaan air,
ketersediaan oksigen, media perakaran, bahan kasar, gambut, retensi hara,
toksisitas, salinitas, bahaya sulfidic, bahaya erosi, bahaya banjir, dan penyiapan
lahan
Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi.
Dalam beberapa Pustaka menunjukkan bahwa penggunaan karakteristik lahan
untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi (Ritung et al, 2011). Sebagai gambaran
Tabel 1 menunjukkan variasi dari karakteristik lahan yang digunakan sebagai
parameter dalam evaluasi kesesuaian lahan oleh beberapa sumber (staf PPT, 1983;
Bunting, 1981; Sys et al., 1993; CSR/FAO, 1983; dan Driessen, 1971)
Tabel 2.1. Karakteristik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam evaluasi
lahan
Staf PPT Bunting Sys et al. CSR/FAO Driessen
(1983) (1981) (1993) (1983) (1971)
Tipe Hujan Periode Temperatur Temperatur
(Oldeman et pertumbuh rerata (°C) rerata (°C) Lereng
al.) an tanaman atau elevasi atau elevasi
Temperatur
e rerata
pada Curah hujan Curah hujan
Kelas Drainase Mikrorelief
periode (mm) (mm)
pertumbuh
an
Sebaran besar Curah Lamanya
Lamanya masa
butir (lapisan hujan masa kering Keadaan batu
kering (bulan)
atas) tahunan (bulan)
Kedalaman Kelas Kelembaban Kelembaba
Kelas drainase
efektif drainase udara udara
Ketebalan Tekstur Kelas Regim
Kelas Drainase
gambut tanah drainase kelembaban
Dekomposisi
Kedalaman Tekstur/ Salinitas/
gambut/jenis Tekstur
perakaran Struktur alkalinitas
gambut
Reaksi Kedalaman Kejenuhan
KTK Bahan kasar
tanah (pH) tanah basa
Kejenuhan Salinitas/ Kedalaman Kedalaman Reaksi tanah
basa DHL tanah tanah (pH)
Pengambil
an hara
Reaksi tanah Ketebalan
(N,P,K) KTK liat Kadar pirit
(pH) gambut
oleh
tanaman
Pengurasan
hara Kejenuhan Kematangan Kadar bahan
C-organik
(N,P,K) basa gambut organik
dari tanah
Reaksi tanah Tebal bahan
P-tersedia KTK liat
(pH) organic
Kejenuhan
Salinitas/DHL C-Organik Tekstur
basa
Struktur,
Kedalaman Reaksi tanah
Aluminium porositas, dan
pirit (pH)
tingkatan
Lereng (%)
Salinitas/DHL C-Organik Macam liat
microrelief
Bahan
Erosi Alkalinitas Aluminium induk/cadanga
n mineral
Kerusakan Salinitas/ Kedalaman
Lereng
karena banjir DHL efektif
Batu dan
kerikil
penghambat Genangan Alkalinitas
pengolahan
tanah
Pori air Batuan di
Kadar pirit
tersedia permukaan
Penghambat
pertumbuhan
CaCO3 Lereng
karena
kekurangan air
Kesuburan
Gypsum Bahaya erosi
tanah
Permeabilitas Jumlah basa
Genangan
lapisan atas total
Batuan di
permukaan
Singkapan
batuan
Tabel 2.2 Karakteristik dan kualitas lahan menurut (CSR/FAO Staf, 1983)
Kualitas lahan Ciri lahan/ Karakteristik
1 Regim Temp (t) 1 Temperatur rata-rata tahunan (°C)
1 Bl Kering (<75 mm)
2 Ketersediaan air (w)
2 CH tahunan rata-rata (mm)
3 Kondisi perakaran (r) 1 Kelas drainase tanah
2 Tekstur tanah bagian permukaan
3 Kedalaman perakaran (cm)
Daya menahan unsur hara 1 KTK me/100 gr Tanah (subsoil)
4
(n) 2 PH (lapisan permukaan)
1 N Total
5 Ketersediaan unsur hara (n) 2 P2O5 tersedia
3 K2O tersedia
6 Keracunan (x) 1 Salinitas mmhos (lap bawah)
1 Kemiringan lereng (%)
2 Batuan di permukaan
7 Medan (s)
Batuan yang muncul dipermukaan
3
(rock out crop)
Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan
pemetaan sumberdaya lahan mempunyai karakteristik-karakteristik yang dapat
dirinci dan diuraikan sebagai karakteristik lahan, baik berupa karakterisktik tanah
maupun fisik lingkungannya. Data tersebut digunakan untuk keperluan
interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu, serta keperluan lainnya
seperti penilaian tingkat bahaya erosi, dsb (Ritung et al, 2011).
Karakeristik lahan yang digunakan dalam evaluasi dapat bersifat tunggal
maupun bersifat lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lain.
Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau membandingkan
lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh
kualitas lahan ketersediaan air ditentukan oleh bulan kering dan curah
hujan/tahun, tetap air yang tersedia untuk tanaman juga tergantung pada kualitas
lahan lain, seperti media perakaran (tekstur dan kedalaman efektif) (Ritung et al,
2011).
Kesesuaian lahan dibagi menjadi dua yaitu kesesuaian lahan kualitatif dan
kesesuaian lahan kuantitatif. Keduanya dinilai secara actual dan potensial.
Kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang hanya didasarkan pada
pengamatan kondisi fisik dilahan, tanpa memperhitungkan secara tepat produksim
masukan, dan keuntungan yang dapat diperoleh. Sedangkan kesesuaian lahan
kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang tidak hanya didasarkan pada kondisi fisik
lahan, melainkan juga mempertimbangkan aspek ekonomi, dan cost-benefit
(Ritung et al, 2011).
Pada prinsipnya klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara
memadukan antara kebutuhan tanaman atau persyaratan tumbuh tanaman dengan
karakteristik lahan. Oleh karena itu, klasifikasi ini sering juga disebut species
matching. Klas kesesuaian lahan terbagi menjadi empat tingkat, yaitu sangat
sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N). Sub Klas pada
klasifikasi kesesuaian lahan ini juga mencerminkan jenis penghambat. Ada tujuh
jenih penghambat yang dikenal, yaitu e (erosi), w (drainase), s (tanah), a
(kemasaman), g (kelerengan), sd (kedalaman tanah) dan c (iklim)
(Siswanto,2006).
Kesesuaian lahan actual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat
biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahn tersebut diberikan masukan-
masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa
karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian
lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang
dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau
lahan pertanian yang diproduktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih
memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan
tanaman yang lebih sesuai (Ritung et al, 2007).
Evaluasi lahan dapat diartikan menjadi suatu proses penilaian sumber daya
lahan dengan tujuan tertentu, dimana menggunakan proses pendekatan atau
metode yang sudah teruji. Dari hasil evaluasi lahan nantinya akan memperoleh
suatu informasi dalam penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Pelaksanaan
evaluasi lahan dapat dilakukan secara manual ataupun secara komputerisasi.
Secara komputerisasi, penilaian dan pengolahan data dalam jumlah besar dapat
dilakukan dengan cepat, dimana ketepatan penilaiannya sangat ditentukan oleh
kualitas data yang tersedia serta ketepatan asumsi-asumsi yang digunakan (Ritung
et al, 2011).
Untuk evaluasi lahan sendiri bertujuan untuk mengetahui potensi atau nilai
dari suatu areal untuk penggunaan tertentu. Evaluasi tidak terbatas hanya pada
penilaian karakteristik lingkungan, tetapi juga mencakup analisis-analisis
ekonomi, konsekuensi social, dan dampak lingkungan. Sehingga proyek evaluasi
lahan haruslah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
didalamnya, salah satunya bagaimanakah pengelolaan lahan sekarang dan apa
yang akan terjadi bila tindakan pengelolaan sekarang tetap atau tidak berubah
(Sitorus, 1985).
Salah satu usaha mengevaluasi lahan yakni dengan melakukan klasifikasi
kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu. Metode klasifikasi lahan ini berbeda-
beda, tergantung dari jenis penggunaan lahan yang telah direncanakan. Salah satu
sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang banyak digunakan adalah sistem USDA.
Sistem ini mengenal tiga kategori yaitu klas, subklas dan unit berdasarkan atas
kemampuan lahan tersebut untuk produksi pertanian secara umum tanpa
menimbulkan kerusakan dalam jangka Panjang (Hardjowigeno, 1987).
Rejim Temperatur
Temperature (suhu) udara merupakan tingkat (derajat) panas dan dingin
udara. Disetiap tempat temperature udara tidak selalu sama. Beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi tinggi dan rendahnya temperatur udara disuatu daerah,
yaitu : (1) arah datangnya sinar matahari, dimana semakin tegak sudut datang
matahari akan membuat energi panas yang diterima akan semakin besar, (2)
kecerahan cuaca, semakin cerah cuaca akan membuat energi yang sampai ke
permukaan bumi akan semakin banyak, (3) durasi penyinaran matahari (4) posisi
lintang, (5) ketinggian tempat, jika suatu daerah yang dekat dengan pantai maka
suhu udara didaerah tersebut akan semakin panas dan sebaliknya semakin dekat
dengan daerah penggunungan makan semakin dingin pula suhu udara. Hal
tersebut sesuai dengan teori Braak, dimana semakin kita naik 100 m, maka suhu
udara akan turun 0,61°C. Berikut rumus Braak :
Tx = 26,3°C – (0,01 X elevasi dalam meter X 0,6°C)
Dengan :
Tx : suhu udara pada ketinggian tempat (°C)
26,5°C : suhu udara rata-rata tahunan dipermukaan air laut
0,6°C : gradien suhu setiap kenaikan 100 m
(Sugiharyanto,2007).
Indonesia terletak tepat digaris katulistiwa, yang mana sinar matahari
didapatkan secara maksimal dan merata sepanjang tahunnya. Rata-rata suhu udara
di Indonesia setiap tahunnya adalah 27°C, untuk daratan rata-rata 28°C dan laut
sebesar 26,3°C. Semua diukur di atas permukaan air laut. Untuk setiap kenaikan
100 meter pada suhu normal akan mengalami penurunan sebesar 0,6°C, tetapi
untuk udara kering suhu udara dapat turun hingga 1°C setiap kenaikan 100
meternya (Purwantara,2011).
Suprapto (2001), dalam penelitiannya menyatakan bahwa tanaman jagung
dapat tumbuh baik dengan temperatur optimum 23°C - 27°C.
Tekstur Tanah
Tekstur merupakan perbandingan relative dari butir-butir pasir, debu dan
klei, yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm. Dalam pendapatnya
Hillel (1982) menanbahkan bahwa, tekstur tanah berhubungan erat dengan
pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas
permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah memadat
(compressibility) dan lain-lain. Berbagai Lembaga penelitian atau institusi
mempunyai kreteria sendiri untuk pembagian fraksi partikel tanah.
Tekstur menunjukkan sifat halus dan kasarnya butiran-butiran tanah.
Lebih khusus lagi, tekstur ditentukan oleh perbandingan antara kandungan pasir,
debu, dan klei yang terdapat dalam tanah. Dalam pengukuran tekstur tanah, kerikil
dan partikel yang lebih besar tidak diperhitungkan karena materi ini tidak
mengambil peranan penting dalam penentuan tekstur tanah (Hanafiah, 2005).
Drainase Tanah
Drainase tanah menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau
keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenih air (Ritung, et al.,
2007). Selaras dengan hal tersebut, Hardjowigeno (2007), menambahkan bahwa
kelas drainase ditentukan di lapangan dengan melihat adanya gejala-gejala
pengaruh air dalam penampang tanah yang dapat dilihat dengan mengamati warna
tanah. Apabila tanah memiliki warna pucat atau kelabu kebiruan dapat
diindikasikan bahwa tanah tersebut masuk kedalam kelas drainase buruk.
Sedangkan tanah yang berwarna merah atau cokelat, menunjukkan bahwa tidak
ada air yang menggenang pada tanah tersebut sehingga tanah dapat dikategorikan
kedalam tanah yang memiliki drainase baik.
Suprapto (2001), mengatakan bahwa untuk tanaman jagung yang di tanam
pada tanah berat dengan kondisi drainase yang buruk perlu dibuat saluran drainase
yang cukup dekat letaknya dengan tanaman, karena tanaman jagung tidak tahan
terhadap genangan air dan dapat membuat akar tanaman jagung membusuk
apabila tidak dibuatkan sistem drainase yang baik.
Bahaya Erosi
Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah atau sedimen karena tekanan yang
ditimbulkan oleh Gerakan angin tau air pada permukaan tanah atau dasar perairan
(Poerbandono et al., 2006). Pada lingkungan DAS, laju erosi dikendalikan oleh
kecepatan aliran air dan sifat sedimen. Faktor eksternal yang menimbulkan erosi
adalah curah hujan dan aliran air pada lereng DAS. Curah hujan yang tinggi dan
lereng DAS yang miring merupakan faktor utama yang membangkitkan erosi.
Tingkat Bahaya Erosi (TBE) adalah perkiraan jumlah tanah yang hilang
maksimum yang akan terjadi pada suatu lahan, bila pnegelolaan tanaman dan
tindakan konservasi tanah tidak mengalami perubahan. Analisis TBE secara
kuantitatif dapat menggunakan formula yang dirumuskan oleh Wischmeier dan
Smith (1978) berupa rumus Universal Soil Loss Equation (USLE).
Wischemeier dan Smith (1962) dalam (Hardjowigeno, 2007)
mengemukanan rumus pendugaan erosi (universal Soil Loss Equation) yang
berlaku untuk tanah-tanah di Amerika Serikat. Walaupun demikian rumus ini
banyak pula digunakan di negara lain, salah satunya di Indonesia. Saat ini telah
ada perbaikan terhadap rumus USLE yang di kenal dengan rumus RUSLE
(Revised universal Soil Loss Equatiton), tetapi dikarenakan memerlukan banyak
data yang sulit didapat maka rumus USLE masih tetap digunakan. Rumus USLE
tersebut adalah sebagai berikut: A=R-K-L-S-C-P
Dimana, A = Jumlah tanah yang hilang rata-rata setiap tahun (ton/ha/tahun)
R = Indeks daya erosi curah hujan (erosivitas hujan)
K = Indeks kepekaan tanah terhadap erosi (erodibilitas tanah)
LS = Faktor Panjang (L) dan curamnya (S) lereng
C = Faktor tanaman (vegetasi)
P = Faktor usaha-usaha pencegahan erosi
Lereng mempengaruhi erosi dalam kaitannya dengan kecuraman dan
panjang lereng. Lahan dengan kemiringan lereng yang curam (30-45%) akan
memiliki pengaruh gaya berat (gravity) yang lebih besar dibandingkan lahan
dengan kemiringan lereng agak curam (15-30%) dan landau (8-15%). Hal ini
disebabkan gaya berat semakin besar dengan semakin mirignya permukaan tanah
dari bidang horizontal. Gaya berat ini merupakan syarat mutlak terjadinya proses
pengikisan (detachment), pengangkutan (transportation), dan pengendapan
(sedimentation) (Wiradisastra, 1999).
Menurut Suprapto (2001), pada tanah dengan kelerengan kurang dari 8 %
masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan melintang searah kemiringan
tanah, dengan maksud mencegah erosi tanah apabila terjadi hujan.
Kedalaman Efektif
Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman dimana perakaran tanaman
masih bisa masuk kedalam tanah. Kedalaman tersebut umumnya dibatasi oleh
suatu lapisan penghambat, misalnya batu keras (bedrock), padas atau lapisan lain
yang mengganggu atau menghambat perkembangan perakaran, diukur dalam
(cm). Kedalaman tanah sampai pada lapisan kedap air akan menentukan aliran
laju air permukaan karena berpengaruh terhadap banyaknya air yang dapat diserap
oleh tanah. Dengan kata lain berkurangnya aliran permukaan akan mengurangi
pengikisan tanah dan secara langsung akan berpengaruh terhadap nilai erosi tanah
(Hardjowigeno, 2007).
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tanah. Tanah yang digunakan adalah tanah yang diambil dari areal
pertambangan PT MITRA AGRO SEJAHTERA
Bahan-bahan kimia. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis
sifat kimia dan fisika tanah sesuai dengan parameter yang diamati.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bor tanah. Bor tanah digunakan untuk mengambil sampel tanah terganggu.
Ring sampel. Ring sampel digunakan untuk mengambil sampel tanah tidak
terganggu.
Abney level. Digunakan untuk mengukur kelerengan lahan.
Meteran. Digunakan untuk mengukur Panjang lereng.
GPS. Digunakan untuk menyimpan koordinat lokasi pengambilan sampel.
Peralatan lapangan. Digunakan sebagai alat bantu kegiatan lapangan,
seperti spidol, kantong plastic, linggis, dan lain-lain.
Alat-alat laboratorium. Digunakan untuk kegiatan Analisa sampel di
laboratorium, seperti ayakan tanah, neraca analitik, pipet dan lain-lain.
Alat tulis. Alat tulis digunakan untuk mencatat data hasil pengamatan
dilapangan maupun di laboratorium.
Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi :
1. Survey pendahuluan di lokasi yang akan diteliti.
2. Persiapan alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian
3. Penentuan daerah pengambilan contoh tanah dari hasil overlap empat
peta dasar
b. Tahap Pelaksanaan di Lapangan
Tahap pelaksanaan di Lapangan meliputi :
1. Pengambilan contoh tanah pada setiap titik pengambilan sampel yang
sudah ditentukan dengan menggunakan bor tanah pada kedalaman 0-30
dan untuk di analisis di Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Lambung Mangkurat.
2. Mengamati kondisi biofisik daerah yang diambil contoh tanahnya.
3. Melakukan pengukuran kelerengan dilokasi pengambilan titik sampel dan
sekitarnya.
Tahap Penyelesaian
1. Menganalisis sifat fisik dan kimia dari contoh tanah yang telah di ambil
dari masing-masing titik pengambilan sampel di laboratorium
2. Menganalisis data yang diperoleh kemudian dideskripsikan dalam hasil
dan pembahasan.
3. Penentuan kelas kesesuaian lahan dengan teknik penyesuian (matching)
antara karakteristik tanah dan kualitas lahan dengan kriteria kesesuaian
lahan berdasarkan “Petunjuk Teknik (JUKNIS) Evaluasi Lahan untuk
Komoditas Pertanian” (2011).
v
PETA PETA PETA PETA
JENIS TANAH PENGGUNAAN LAHAN IKLIM KELERENGAN
PROSES OVERLAY
PETA SPT
Keterangan :
Bennema and Meester, T.D 1980. The role of soil erosion and land degradation in
the process of land evaluation. First draft. Rio de Janeiro. 54 pp.
Hanafiah dan Ali Keimas. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grofindo Persada.
Jakarta.
Hillel, D. 1982. Introduction to Soil Rhysics. Academic Press., Inc. San Diego,
California.
Swadaya.
Poerbandono, A., Basar, A. B., Harto., dan Rallyanti, P. 2006. Evaluasi Perubahan
Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan
Spasial. J. Infrastuktur dan Lingkungan Binaan, II (2) :-
Ritung et, al. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian.
BBSDLP, BPPP, Bogor. 166 hal.
Ritung, S., Wahyunto, Agus. F., Hidayat, H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian
Lahan dengan Contoh Peta Arahan Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh
Barat. Balai penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF),
Bogor, Indonesia.
Sheoran, V., A.S. Sheoran, and P. Poonia. 2010. Soil reclamation of abandoned
mine land by revegetation: A review. International Journal of Soil,
Sediment and Water, Vol. 3 [2010], Iss. 2, Art. 13 ISSN: 1940-3259.
Produced by The Berkeley Electronic Press
Suprapto, H.S. & Rasyid Marzuki, H.A. (2002). Bertanam Jagung. Penebar
Swadaya. Jakarta.