Anda di halaman 1dari 41

PENERAPAN PENGGUNAAN Al2 (SO4)3

TERHADAP PEWARNAAN KAIN PADA MATERI KOLOID UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA
DI SMA SWASTA MULIA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh
Yantonius Tafonao
71190517004
Program Studi Pendidikan Kimia
Jenjang Strat-1(S1)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN
2023
ABSTRAK
PENERAPAN PENGGUNAAN Al2(SO4)3
TERHADAP PEWARNAAN KAIN PADA MATERI KOLOID UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA
DI SMA SWASTA MULIA MEDAN

YANTONIUS TAFONA’O
Email : yantonius29@gmail.com
Penelitian ini adalah penelitian perlakuan demostrasi yang dilakukan di SMA
Swasta Mulia Medan yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
kognitif siswa melalui demostrasi penggunaan Al 2(SO4)3 terhadap pewarnaan kain
pada materi koloid. Metode pada penelitian ini one group design yakni penelitian
hanya dilakukan pada satu kelas. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi lapangan, wawancara, pritest dan posttest serta angket respon. Hasil
penelitian ini diperoleh nilai rata-rata pretest sebelum perlakuan sebesar 53.68%
sedangkan sesudah perlakuan memiliki peningkatan dengan nilai rata-rata posttest
sebesar 81,04% dengan indek N-Gain pretest dan posttest 0,5 dangan kategori
sedang dan presentase 58%. Berdasarkan hasil penelitian ini penerapan
penggunaan Al2(SO4)3 terhadap pewarnaan kain efektif dapat meningkat hasil
belajar kognitif siswa.
Kata Kunci : Demonstrasi Al2(SO4)3, Hasil belajar
ABSTRACT
APPLICATION OF USING Al2 (SO4)3
ON FABRIC DYEING ON COLOID MATERIALS FOR
IMPROVING STUDENT COGNITIVE LEARNING OUTCOME
IN MULIA MEDAN PRIVATE HIGH SCHOOL

YANTONIUS TAFONA’O
Email : yantonius29@gmail.com
This research is a demonstration treatment study conducted at Mulia Private High School
in Medan which aims to determine the increase in students' cognitive learning outcomes
through demonstrations of the use of Al2(SO4)3 on fabric coloring in colloidal materials.
The method in this study was one group design, namely the research was only carried out
in one class. Data collection techniques used field observations, interviews, pritest and
posttest as well as response questionnaires. The results of this study obtained an average
pretest before treatment of 53.68% while after treatment it had an increase with a posttest
average value of 81.04% with an N-Gain pretest and posttest index of 0.5 in the medium
category and a percentage of 58%. Based on the results of this study the application of the
use of Al2(SO4)3 to dyeing cloth can effectively increase students' cognitive learning
outcomes.
Keywords : Demonstration Al2(SO4)3, Learning Outcomes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari struktur materi dan

perubahan-perubahan yang dialami materi dalam proses alamiah maupun

dalam eksperimen yang direncanakan. Ilmu kimia adalah ilmu yang

mempelajari komposisi, susunan, struktur, perubahan/reaksi suatu zat atau

materi dan energi yang menyertainya (Mutiah dkk, 2021:1). Sedangkan

menurut (Anselmus Boy Baunsele dkk, 2020:5) menjelaskan bahwa ilmu

kimia merupakan salah satu pelajaran IPA yang kurang dipahami oleh peserta

didik, ini di karena materi kimia masih berupa konsep yang teoritis.

Salah satu materi kimia yang masih berupa konsep adalah koloid.

Koloid adalah sistem dispersi atau campuran heterogen yang terdiri dari

partikel-partikel kecil yang terdispersi dalam medium pendispersi. Dalam

mempelajari koloid masih banyak peserta didik yang masih kesulitan. Seperti

yang dikemukakan oleh (Lia Pradilasari, dkk 2019) menjelaskan bahwa materi

koloid dianggap sebagai materi menghafal, sehingga siswa kurang tertarik dan

kesulitan untuk mempelajarinya serta penyajiannya disampaikan dengan

metode ceramah yang menyebabkan pembelajaran terasa monoton dan

membosankan. Seharusnya pembelajaran materi koloid dikaitkan dengan

contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

1
2

Materi koloid banyak sekali dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari

misalnya di dalam industri seperti penyaringan debu pabrik dengan alat

cottrel, pemutihan gula dan pengolahan karet dari lateks. Sistem koloid ini

sangat berpengaruh didalam kehidupan sehari-hari seperti pada fenomena

alam misalnya pada penghamburan sinar oleh kabut berupa efek tyndal, dan

proses penjernihan air dengan menggunakan Aluminium sulfat [Al 2 (SO4)3].

Pemanfaatan aluminium sulfat [Al2 (SO4)3] atau yang sering dikenal

dengan tawas di dalam kehidupan sehari seperti yang dijelaskan oleh (Nelius

Harefa Dkk, 2019:65) bahwa tawas atau aluminium sulfat [Al 2 (SO4)3]

dimanfaatkan sebagai pembersih air dengan cara menggumpalkan kotoran-

kotoran pada air sehingga air menjadi jernih. Sementara itu dijelaskan bahwa

aluminium sulfat [Al2 (SO4)3] dipakai dalam berbagai industri sebagai bahan

baku utama dan sebagai bahan baku pembantu, yaitu digunakan sebagai bahan

untuk mengentalkan bubur kayu dalam proses pembuatan kertas (Ani

Purwanti, 2017:53).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru SMA Swasta

Mulia Medan, dimana masih banyak peserta didik dengan hasil belajar kimia

masih dibawah KKM, dengan data nilai ketuntasan 15 dari 25 siswa. Untuk itu

hasil belajar kimia siswa tidak terlepas dari cara guru mengelolah

pembelajaran, baik dalam memilih atau menentukan model dan metode

pembelajaran.

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar kimia, seperti

yang dikemukakan oleh (lk Lia Pradilasari 2019) Materi kimia terdiri atas

2
3

perpaduan perhitungan dan bersifat konsep sehingga kimia dianggap sulit dan

membosankan untuk dipelajari. Sedangkan menurut (Asni Dkk 2020:2)

menjelaskan bahwa peserta didik seringkali mengalami kesulitan pada materi

kimia yang bersifat konseptual maupun hitungan, partisipasi siswa dalam

pembelajaran rendah, hal tersebut menunjukan bahwa siswa kurang aktif

dalam pembelajaran, sehingga menyebabkan hasil pembelajaran kimia rendah.

Adapun upaya dalam pembelajaran koloid yaitu dengan melibatkan

siswa serta memberikan contoh nyata ke siswa pada proses belajar mengajar.

Contoh pembelajaran nyata yang melibatkan peserta didik yaitu penerapan

demonstrasi. (Siska Murti Dkk 2014:7) menjelaskan bahwa demonstrasi yang

dikaitkan pada materi pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar kognitif

siswa khususnya pada materi koloid. Menurut (Ana Wijaya 2021:10)

menjelaskan bahwa penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran kimia

pada materi koloid dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil yang diperoleh dari

penelitian ini menunjukan bahwa efektivitas penerapan metode demonstrasi,

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dimana sebelum melakukan

penelitian pada siklus I memiliki skor nilai rata-rata 6,20 dan pada siklus II

mengalami peningkatan menjadi 83,00. Dimana dari rata-rata skor tersebut

menunjukan bahwa penerapan demonstrasi sangat efektif untuk meningkatkan

hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas yang telah diuraikan, maka penulis

berkeinginan untuk meneliti tentang “Penerapan Penggunaan Al2 (SO4)3

Terhadap Pewarnaan Kain Pada Materi koloid Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Kognitif Siswa”.


4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka

masalah-masalah yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Sebagian besar materi koloid tidak mengaitkan dengan contoh nyata

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada materi koloid

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka

batasan masalah dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajar materi

koloid lebih kepada mengaitkan materi dengan contoh nyata langsung yang

dilakukan peserta didik supaya peserta didik menjadi lebih aktif dan

memahami materi koloid sehingga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif

siswa. Contoh nyata yang dimaksud adalah Penerapan Penggunaan Al 2 (SO4)3

Terhadap Pewarna Kain Pada Materi Koloid.


5

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah yang diuraikan diatas dapat di kemukakan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penggunaan Al2 (SO4)3 terhadap pewarnaan kain pada

materi koloid?

2. Apakah penerapan penggunaan Al2(SO4)3 dengan menggunakan

pewarnaan kain pada materi koloid dapat meningkatkan hasil belajar

kognitif siswa?

3. Bagaimana respon siswa pada penerapan penggunaan Al 2 (SO4)3 terhadap

pewarnaan kain di materi koloid?

E. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui proses penggunaan Al2 (SO4)3 terhadap pewarnaan kain

di pada materi koloid?

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada materi

koloid melalui penggunaan Al2 (SO4)3 terhadap pewarnaan kain?

3. Untuk mengetahui respon siswa pada penerapan penggunaan Al 2 (SO4)3

terhadap pewarnaan kain di materi koloid?


6

F. Manfaat Penelitian

Dengan melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi lembaga, penelitian ini dapat digunakan sebagai :

a. Dapat dijadikan sebagai material untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan

peserta didik.

b. Dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi guru untuk

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi koloid.

c. Dapat digunakan sebagai acuan penelitian lain.

2. Bagi para guru, penelitian ini dapat digunakan

a. Sebagai upaya pemicu untuk meningkatkan hasil belajar kimia siswa

pada kegiatan penerapan penggunaan Al 2(SO4)3 terhadap pewarnaan

kain

b. Dijadikan sebagai bahan informasi yang aktual dengan keberhasilan

belajar diperlukan strategi pembelajaran.


BAB II

KAJIAN TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL

DAN PERUMUSAN MASALAH

A. Kajian Teoritis

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar siswa merupakan prestasi yang dicapai siswa

secara akademis melalui ujian dan tugas, keaktifan bertanya dan

menjawab pertanyaan yang mendukung perolehan hasil belajar

tersebut (Agnes Listiani, 2020). Hasil belajar siswa diperoleh pada

akhir proses pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan

kemampuan siswa menyerap ataupun memahami pembelajaran yang

telah disampaikan.

Menurut Bloom menyatakan hasil belajar diklasifikasikan

menjadi tiga aspek yaitu; aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek

psikomotorik

1) Aspek Kognitif

Menurut bloom terdiri dari enam kawasan yaitu pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Penilaian pada

aspek kognitif merupakan pengukuran hasil belajar siswa yang

berkaitan dengan memperoleh pengetahuan, pengalaman penerapan

dan penalaran. Menurut (Desi Gita Lestari 2020) menyatakan bahwa

7
8

hasil belajar kognitif merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa

terhadap mata pelajaran yang ditempuhnya atau penguasaan siswa

terhadap sesuatu dalam kegiatan pembelajaran berupa pengetahuan

maupun teori. Bentuk penilaian yang digunakan dalam penelitian ini

dilakukan dengan berupa pre-test dan post-test

2) Aspek Afektif

Aspek Afektif dikategorikan menjadi lima yaitu penerimaan,

penanggapan, penilaian, pengorganisasian dan karakterisasi. Penilaian

pada aspek afektif digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang

berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap.

3) Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor dikategorikan menjadi empat tingkatan yaitu

: kesiapan, meniru, menyesuaikan dan menciptakan. Pembelajaran

yang terarah pada kawasan psikomotor menuntut perkembangan

peserta didik dalam bidang tertentu.

Untuk itu bisa disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu

tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi yang

telah disampaikan yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar

peserta didik dapat dilihat dengan memberikan tes ujian harian ataupun

mingguan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu terdiri dari faktor

internal, faktor eksternal, dan faktor instrumental. Faktor internal

meliputi, faktor fisiologis, faktor psikologis, sedangkan faktor internal


9

meliputi faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil belajar.

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial

seperti sekolah dan masyarakat. Faktor instrumental yaitu dapat

berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran

yang telah direncanakan. Faktor instrumental ini berupa kurikulum,

sarana dan guru.

2. Tawas atau Aluminum Sulfat Al2 (SO4)3.

Tawas merupakan nama lain dari aluminium sulfat yang memiliki

rumus kimia [Al2 (SO4)3] Tawas dapat digunakan untuk penjernihan air,
.

melalui proses penggumpalan (koagulasi flokulasi) padatan-padatan

terlarut maupun suspense di dalam air, sehingga dapat digunakan untuk

pembersihan air sumur, sebagai bahan kosmetik, zat warna tertentu dan zat

penyamak kulit (Silvia Ningsih, 2022:2).

Tawas atau Aluminium sulfat merupakan bahan koagulan yang

banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh di

pasaran serta mudah menyimpanya (Nurul Fitri, 2017:15). Aluminium

sulfat banyak digunakan secara luas seperti dalam industri kimia, dalam

proses penjernihan air bersih, pengolahan air limbah dan juga digunakan

dalam pembuatan kertas untuk meningkatkan ketahanan dan penyerapan

tinta.

Aluminium sulfat [Al2(SO4)3] atau yang lebih dikenal dengan

tawas merupakan salah satu bahan kimia yang sangat diperlukan dalam

industri seperti industri kertas, industri kuli, industri batik, industri tekstil,

industri kosmetik, dan industri bahan pemadam api (Nurul Fitri, 2017:17).
10

Oleh karena itu aluminium sulfat [Al2 (SO4)3] atau yang sering disebut

dengan tawas sangatlah penting di dalam kehidupan sehari-hari.

a. Proses pembuatan Aluminum Sulfat Al2(SO4)3

Aluminium Sulfat Al2(SO4)3 merupakan salah satu senyawa

ionik yang terdiri dari ion aluminium (Al 3+) dan ion sulfat (SO4-).

Senyawa Al2(SO4)3 dapat dibuat dengan mereaksikan aluminium

hidroksida (Al(OH)3) dengan asam sulfat (H2SO4) atau dengan melalui

proses pengendapan ion-ion aluminium dan sulfat. Pada dasarnya

sintesis tawas menggunakan prinsip kristalisasi. Langkah pertama

adalah melarutkan padatan larutan, kemudian larutan dipanaskan

sampai mendidih kemudian larutan disaring dengan penyaring Buchner

dalam keadaan panas, kemudian filtrat didinginkan sampai terbentuk

endapan, selanjutnya endapan dikeringkan.

b. Sifat fisik dan kimia aluminium sulfat

Menurut (Amanda Desviani, 2012) beberapa sifat dari

tawas\aluminium sulfat sebagai berikut:

1) Terbentuk bongkaran atau bubuk berwarna putih

2) Memiliki kelarutan dalam air 700 gram/liter

3) Konsentrasi larutan 50-100 gram/liter (5-10 %)

4) Tidak mudah terbakar

5) Larut dalam air

6) Larutannya berbahaya bagi paru-paru, mata dan kulit.


11

3. Koloid

Istilah koloid pertama diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861)

berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan Kristal

tetapi sukar mengalami difusi.

Koloid berasal dari kata “korea”, yang artinya “lem”. Pada

umumnya koloid mempunyai ukuran partikel antara 1 nm-100 nm. Oleh

karena ukuran partikelnya relatif kecil, sistem koloid tidak dapat diamati

oleh (mata telanjang) tetapi masih bisa diamati dengan menggunakan

mikroskop ultra. Contoh: sabun, susu, jelly, mentega, selai, santan, dan

mayones.

koloid adalah jenis campuran heterogen yang terbentuk karena

adanya dispersi suatu zat ke dalam zat lain. Di Dalam koloid terdapat fase

terdispersi dan medium pendispersi. Fase terdispersi disebut sebagai zat

yang mengalami penyebaran secara merata dalam suatu zat lain,

sedangkan medium pendispersi zat yang menyebabkan penyebaran secara

merata.

Daftar Tabel 2.1 Perbedaan sifat Suspensi, Koloid, dan Larutan

Perbedaan Suspense Koloid Larutan

Ukuran partikel < 100 nm 1-100 nm < 1 nm

Penampilan fisis Keruh Keruh-jernih Jernih

Partikel dispersi Partikel terdispersi Partikel terdispersi


dapat diamati hanya dapat diamati tidak dapat diamati
dengan mata langsung dengan dengan mikroskop
telanjang. mikroskop ultra ultra

Jumlah Fase Dua fase Dua fase Satu fase

Kestabilan (jika Mudah terpisah Sukar terpisah Tidak terpisah


didiamkan) (mengendap) (relatif stabil) (stabil)
12

Cara pemisahan Filtrasi (disaring) Tidak bisa di saring Tidak bisa disaring

Koloid terbagi atas beberapa jenis antara lain :

1) Koloid yang fase terdispersinya padat disebut sol. Ada tiga jenis sol

yaitu sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol

gas (padat dalam gas).

2) Koloid yang fase terdispersinya cair disebut emulsi. Ada tiga jenis

emulsi yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam

cair), dan emulsi gas (cair dalam gas)

3) Koloid yang fase terdispersinya gas buih. Hanya ada dua jenis buih

yaitu buih padat dan cair. Campuran antara gas dengan gas selalu

bersifat homogen, sihingga merupakan larutan, bukan termasuk

kedalam koloid.

Tabel 2.2 Jenis-jenis koloid

Fase Medium Nama Jenis Contoh


Terdispersi Pendispersi Koloid

Padat Sol padat Gelas berwarna


Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega
Gas Busa padat Batu apung, karet busa kerupuk

Padat Sol, gel Cat, jelli, sol belerang, sol emas.


Cair Cair Emulsi Susu, emulsi, mayones, santan
Gas Busa Buih sabun, krim kocok

Padat Gas Aerosol padat Asa, debu di udara


Cair Aerosol cair Awan kabut
13

a. Sifat-sifat koloid

1) Efek Tyndal

Efek tyndall merupakan penghamburan seberkas sinar (cahaya)

oleh partikel-partikel koloid. Efek Tyndall terjadi jika suatu larutan

terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka

larutan tersebut tidak menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem

koloid cahaya akan dihamburkan. Hal ini terjadi karena koloid

partikel-partikel yang relatif besar untuk menghamburkan sinar

tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, Efek Tyndall dapat kita amati

antara lain:

a) Berkas sinar matahari melalui celah

b) Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut

c) Sorot lampu proyektor dalam gedung

d) Bioskop yang berasap dan berdebu.

2) Gerak Brown

Gerak Brown ini terjadi akibat adanya tumbukan dari molekul-

molekul pendispersi terhadap partikel terdispersi, sehingga partikel

pendispersi akan terlontar. Lontaran tersebut akan mengakibatkan

partikel terdispersi menumbuk partikel terdispersi yang lain dan akibat

dari hal tersebutpartikel yang bertumbuk akan terlontar. Peristiwa ini

terjadi terus-menerus diakibatkan karena ukuran partikel terdispersi

relatif besar dibanding dengan medium pendispersinya.


14

3) Adsorpsi

Adsorpsi merupakan suatu peristiwa penyerapan partikel ion

atau senyawa lain pada partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya

permukaan suatu partikel. Jika partikel-partikel sol padat ditempatkan

dalam zat cair atau gas, maka partikel-partikel zat cair atau gas tersebut

akan terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut, peristiwa ini

disebut adsorpsi. Sedangkan absorpsi merupakan suatu peristiwa

menyerap semua partikel ke dalam sol padat tersebut.

Di Dalam partikel koloid mempunyai kemampuan untuk

menyerap ion atau memiliki muatan listrik pada permukaannya. Oleh

sebab itu, partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada

permukaan disebut adsorpsi, penyerapan ke bawah permukaan disebut

absorbsi. Apabila partikel koloid mengadsorpsi ion yang bermuatan

positif, maka otomatis koloid itu bermuatan positif, dan begitu juga

sebaliknya.

4) Koagulasi

Koagulasi biasanya disebut dengan penggumpalan partikel

koloid dan membentuk endapan. Koagulasi dapat terjadi secara fisik

seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia

penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

Peristiwa koagulasi pada koloid ini disebabkan oleh peristiwa mekanis

atau peristiwa kimia. Misalnya pada pemanasan atau pendinginan,

contoh:
15

a) Darah merupakan sol butir-butir darah merah dalam plasma darah,

bila dipanaskan akan menggumpal

b) Agar-agar menggumpal apabila didinginkan

c) Elektroforesis

Peristiwa dari elektroforesis merupakan peristiwa mengalirkan

partikel-partikel koloid menuju elektroda, bergeraknya partikel ke

dalam satu elektroda menunjukkan bahwa partikel-partikel koloid

bermuatan listrik.

5) Koloid pelindung

Koloid pelindung adalah sistem koloid yang ditambahkan pada

koloid lain, sehingga dihasilkan koloid yang stabil. Misalnya : pada

pembuatan es krim, agar dihasilkan es-krim yang lembut, perlu

ditambahkan gelatin sebagai koloid pelindung.

6) Liofil dan Liofob

Berdasarkan interaksi antar daya Tarik-menarik partikel

terdispersi dan medium pendispersinya. Sol dibedakan menjadi sol

liofil dan liofob. Sol Liofil adalah sol yang fase terdispersinya suka

menarik medium pendispersinya, yang disebabkan gaya Tarik antara

partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersinya yang kuat.

Contoh, gelatin dalam air, dan putih telur dalam air. Sol Liofob adalah

sol yang fase terdispersi tidak suka menarik medium pendispersinya.

Contoh : belerang dalam air, sulfida dalam air, dan As 2S3 dalam air.

Biasanya sol liofil disebut sol hidrofil dan sol liofob disebut sol
16

hidrofob. Perbedaan sol liofil dengan sol liofob dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 2.3 Perbedaan sol Liofil dengan Sol Liofob

Sol Liofil Sol Liofob

Stabil Kurang Stabil


Gerak Brown kurang jelas Gerak Brown sangat jelas
Efek Tyndall lemah Efek Tyndall kuat
Reversible Tidak reversible
Umumnya dibuat dengan cara Umumnya dibuat dengan
disperse kondensasi
Fase terdispersi menyerap Mengabsorbsi ion
molekul
Tidak mudah digumpalkan oleh Mudah digumpalkan oleh
elektrolit elektrolit.

a. Pembuatan Sistem Koloid

Sistem koloid dapat dibuat secara langsung dengan cara

mendispersikan suatu zat ke dalam medium pendispersi. Selain itu,

dapat dibuat dengan mengubah suspensi menjadi koloid atau dengan

mengubah larutan menjadi koloid. Jika dilihat dari pengubahan ukuran

partikel zat terdispersi, cara pembuatan koloid dibedakan menjadi dua

yaitu dengan cara dispersi dan kondensasi.

Cara dispersi dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel

koloid, sedangkan cara kondensasi dilakukan dengan memperbesar

ukuran partikel. Biasanya pembuatan koloid dengan metode praktis

yang tergolong dispersi antara lain: cara mekanik, homogenisasi,

peptisasi dan dengan cara busur listrik bredig. Sedangkan cara

kondensasi dilakukan dengan cara kimia antara lain: dengan cara

pertukaran ion, reaksi redoks, dan dengan cara reaksi hidrolisis.


17

b. Koloid dalam kehidupan sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari baik kegunaan koloid baik langsung

maupun tidak langsung. Beberapa kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-

hari sebagai berikut:

1) Industri kosmetika

Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream, dan

deodorant berbentuk koloid dan umumnya sebagai emulsi

2) Industri tekstil

Pada pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya

serapnya terhadap zat warna koloid karena memiliki daya serap

yang tinggi sehingga dapat melekat pada tekstil

3) Industri sabun dan deterjen

Sabun dan deterjen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi

antara kotoran minyak dengan air

4) Kelestarian lingkungan

Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh

pabrik-pabrik, digunakan suatu alat yang disebut cottrell. Alat ini

berfungsi untuk menyerap partikel-partikel koloid yang terdapat

dalam gas buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik

(mulyadi, dkk 2017).

B. Kerangka Konseptual

Hasil belajar peserta didik tidak terlepas dari cara guru menyampaikan

pembelajaran. Kecenderungan guru mengajar dengan metode ceramah dimana

guru hanya menjelaskan teori-teori tanpa melibatkan siswa untuk demonstrasi

langsung dengan menerapkan teori tersebut dengan kehidupan sehari-hari


18

akhirnya siswa cenderung bosan sehingga menyebabkan hasil belajar peserta

didik yang rendah. Adapun masalah yang lain muncul siswa tidak dapat

mengerti makna dan manfaat dari apa yang telah dipelajari sebab siswa hanya

paham dengan konsep akan tetapi tidak mampu menerapkannya dalam

kehidupan sehari.

Dalam pembelajaran materi koloid berupa demonstrasi penggunaan Al 2

(SO4)3 terhadap pewarnaan kain. Efektif untuk mempengaruhi hasil belajar

peserta didik, dimana penerapan penggunaan Al2 (SO4)3 terhadap pewarna

kain merupakan aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari dari fase adsorbsi

dan absorbsi.Dalam demonstrasi ini peserta didik tidak langsung menghafal

konsep-konsep kimia khususnya pada materi koloid, tetapi peserta didik

memahami konsep tersebut sambil melakukan demonstrasi sehingga siswa

lebih paham dengan materi yang disampaikan. Sehingga hasil belajar siswa

meningkat.

C. Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban untuk sementara tentang suatu permasalahan

yang membutuhkan pengujian untuk mengetahui apakah rumus tersebut

diterima atau tidak. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho : pembelajaran dengan menggunakan eksperimen Al 2(SO4)3

terhadap pewarnaan kain. Tidak ada peningkatan terhadap hasil

belajar kognitif siswa khususnya pada materi koloid.


19

Ha : Pembelajaran dengan menggunakan eksperimen Al 2(SO4)3

terhadap pewarnaan kain. Ada peningkatan terhadap hasil belajar

kognitif siswa khususnya pada materi koloid.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swasta Mulia MEDAN yang

berlokasi di Jl. Kenanga sari No.33 medan Penelitian ini dilaksanakan di

kelas XII MIA.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap pada bulan

februari sampai bulan juni 2022/2023.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan dari kumpulan elemen yang

memiliki sejumlah karakteristik umum, yang terdiri dari bidang-bidang

untuk diteliti (Amirullah, SE.,MM 2015:1). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa XI MIA.

2. Sampel penelitian

Sampel merupakan suatu sub kelompok dari populasi yang dipilih

untuk digunakan dalam penelitian (Amirullah, SE.,MM 2021). Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan satu kelas saja

dari seluruh siswa XII SMK Negeri 3 Medan.

19
20

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2018). Variabel yang

digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel bebas

(independent variable) dan variabel terikat (dependent variables)

1. Independent Variables (bebas)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat) (Muh Fitrah, 2018). Variabel independen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan penggunaan Al 2(SO4)3

terhadap pewarnaan kain pada materi koloid.

2. Dependent Variables (terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2018).

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil

belajar kognitif siswa.

D. Desain dan Model Penelitian

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen.

Penelitian eksperimen merupakan suatu metode penelitian yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan, terhadap yang lain dalam bentuk yang

dikendalikan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-

eksperimen (non-designs) yang merupakan eksperimen yang dilakukan

dengan sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut


21

berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat (dependen). Bentuk desain

yang digunakan adalah pre-test dan post-test one group design yang

merupakan didalam penelitian ini hanya menggunakan satu kelas eksperimen

saja tanpa adanya kelas pembanding ataupun kelas kontrol.

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen digunakan untuk

mengetahui hasil dari penerapan penggunaan aluminium sulfat (Al 2(SO4)3)

pada mata pelajaran koloid. Dengan design yang digunakan adalah one group

design yakni penelitian hanya dilakukan pada satu sampel penelitian yang

merupakan kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan pre-test dan post-

test. Desain dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X O2

Sumber : (Sugiyono, 2018)

Keterangan

O1 : Tes Awal

O2 : Tes Akhi

Hal pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menetapkan

kelas yang dijadikan kesan eksperimen. Kemudian sebelum melakukan

perlakuan, kelas eksperimen terlebih dahulu diberikan pretest, baru dilanjutkan

dengan memberikan perlakuan. Kemudian hal yang dilakukan adalah


22

memberikan post-test, dan hasilnya dibandingkan dengan pre-test, sehingga

diperoleh selisih antara pre-test dan post-test.

Penelitian ini membandingkan variabel terikat antara sebelum dan sesudah

perlakuan. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa,

sementara variabel bebas yaitu penerapan penggunaan Al2(SO4)3 terhadap pewarnaan

kain pada materi koloid. Hubungan dua variabel tersebut dapat dilihat pada skema

sebagai berikut :

SKEMA

Variabel bebas variabel terikat

X Y

Keterangan

X= Penerapan penggunaan Al2(SO4)3 terhadap pewarnaan kain pada


materi koloid.

Y= Hasil belajar kognitif siswa.

Sumber : (Sugiyono, 2018).


23

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk

mengumpulkan data guna untuk menjawab pertanyaan penelitian yang

diajukan di dalam penelitian. Adapun langkah-langkah sebagai berikut:

Awal Penelitian

Revisi Studi
Studi Literatur
Literatur

Penelitian

Kelas Demonstrasi

Pemberian Pretest

Perlakuan Demonstrasi

Pemberian Postest

Pemberian Angket Respon

Analisis data dan


pembahasan

Simpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Prosedur penelitian


24

F. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu pada waktu peneliti

menggunakan metode pengumpulan data (Arikunto, 2013). Instrumen dan

teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data melalui

pengamatan di lapangan. Menurut (Sugiyono, 2018) observasi merupakan

teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan

dengan teknik yang lain. Observasi dilakukan bertujuan untuk

mengobservasi lokasi penelitian, baik kondisi fisik maupun non fisik di

lingkungan penelitian secara langsung atau turun kelapangan langsung.

b. Lembar wawancara

Lembar wawancara merupakan salah satu instrumen penelitian

yang kerap dipakai untuk mendeteksi kondisi siswa. Wawancara

merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian. Dalam penelitian ini lembar wawancara yang digunakan

terbagi menjadi dua yaitu:

1) Lembar wawancara guru yang dilakukan dalam penelitian ini

digunakan sebagai teknik pengumpul data untuk mengetahui kondisi

siswa serta melihat hasil belajar siswa selama ini

2) Lembar wawancara siswa yang digunakan dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kondisi cara mengajar guru.


25

c. Lembar respon siswa (angket respon)

Angket respon merupakan instrumen penelitian yang berisi

serangkaian pertanyaan untuk mengumpulkan data ataupun informasi yang

harus dijawab oleh responden secara bebas sesuai dengan pendapatnya

(Siti Hadijah, 2018). Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa

angket respon siswa terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Tujuannya untuk melihat pengaruh dari proses pembelajaran terhadap

perlakuan yang diberikan oleh peneliti pada saat melaksanakan proses

belajar mengajar.

d. Lembar Tes

Tes merupakan alat yang digunakan mengumpulkan data untuk

mengukur hasil belajar kognitif peserta didik. Dalam penelitian ini

instrumen yang digunakan adalah pretest-posttest (sugiyono 2018).

1) Pretest merupakan suatu kegiatan tes yang diberikan kepada peserta

didik sebelum diberikan perlakuan untuk mengukur kemampuan

pemahaman konsep sebelum peserta didik memperoleh informasi

pengetahuan awal.

2) Posttest merupakan kebalikan dari pretest, yaitu suatu kegiatan

evaluasi yang diberikan kepada peserta didik setelah diberikan

perlakuan.

2. Teknik pengumpulan data

a. Observasi lapangan

Observasi merupakan teknik atau cara untuk mengumpulkan

data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang


26

sedang berlangsung (Aida Fitria 2017:36). Dalam penelitian ini

observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu guru mata pelajaran kimia

dan siswa.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan yaitu wawancara yang semi

terstruktur dengan menggunakan lembar wawancara yang terdiri dari

lembar wawancara guru dan lembar wawancara siswa. Dalam

pengumpulan data ini dilakukan secara langsung oleh responden yaitu

guru kimia SMA Swasta Mulia Medan.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis data respon siswa (skala likert)

Respon siswa digunakan untuk mengukur pendapat peserta didik

terhadap ketertarikan, perasaan senang, kemudian pelajaran dan cara guru

mengajar serta pendekatan guru yang mengajar. Data respon siswa

diperoleh dari angket yang dibagikan kepada siswa setelah proses

pembelajaran berlangsung untuk mengetahui respon, dalam memahami

pelajaran yang berlangsung dengan menggunakan strategi pembelajaran

berupa eksperimen. Persentase respon siswa dihitung dengan

menggunakan skala likert rumus sebagai berikut :

𝐹
𝑃= × 100%
𝑁

Keterangan

P : Persentase respon siswa


F : Proporsi Siswa yang memilih
N : Jumlah Siswa (responden).
27

Adapun kriteria hasil persentase tanggapan siswa sebagai berikut :

Tabel 3.2 persentase data respon siswa

Persentase pencapaian % Keterangan

0-10 Tidak tertarik

11-40 Sedikit tertarik

41-60 Cukup tertarik

61-90 Tertarik

91-100 Sangat tertarik

Sumber (Hake 1999).

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa (N-Gain)

Nilai dari pretest-posttest hasil belajar kognitif siswa dapat

dihitung dengan menggunakan N-gain, untuk mengetahui tingkat

perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Uji N-

gain merupakan ukuran dalam melaporkan hasil skor peningkatan hasil

belajar peserta didik dalam penelitian ini. Rumus perhitungan N-Gain

sebagai berikut :

𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡% − 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 %
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛
100 − 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡%
28

Keterangan

Pretest % : rata-rata tes awal rentang 0-100

Postes % : rata-rata hasil tes akhir tentang 0-100

Kriteria keberhasilan uji N-Gain dapat ditentukan dengan indikator

sebagai berikut :

Tabel 3.3 Kategori N-Gain

Nilai N-Gain Kategori

N-Gain < 0,7 Tinggi

O,3≤ g ≤ 0,7 Sedang

G < 0,3 Rendah

Tabel 2.4 Kategori tafsiran efektifitas N-Gain


Persentase (%) Tafsiran

> 40 Tidak Efektif


40-50 Kurang Efektif
56-78 Efektif
>76 Sangat Efektif

Sumber : Hake, 1999


29

3. SPSS (statistical program for social science)

SPSS merupakan paket program aplikasi komputer

untuk menganalisis data. (Nurul Astuty Yensy 2020:4) Menjelaskan

bahwa spss digunakan sebagai uji t, kriteria pengujian yaitu jika p-value

(nilai sig pada output SPSS) <0,05 (taraf nyata), terdapat perbedaan hasil

belajar siswa setelah atau sesudah demonstrasi. Sedangkan jika nilai p-

value ≥0,05, maka tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik

sebelum dan sesudah demonstrasi. SPSS digunakan dalam penelitian

untuk menghitung peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik sebelum

dan sesudah perlakuan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Mulia Medan Tahun Ajaran

2022/2023 di kelas XI-MIA. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

peningkatan hasil belajar kognitif serta respon siswa pada penerapan

penggunaan Al2 (SO4)3 terhadap pewarnaan kain pada materi koloid.

1. Hasil belajar

Hasil belajar dalam penelitian ini telah diperoleh dan dianalisis

secara statistik dengan bantuan SPSS (statistical program for social

science). Pada penelitian ini diperoleh hasil belajar rata-rata pretest dan

posttest yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.1 rata-rata nilai pretest dan postest


Rata-rata Nilai Rata-rata

Pretest 53,68
Posttest 81,40

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai bahwa pretest

yang merupakan nilai sebelum dilakukannya perlakuan dengan memiliki

nilai rata-rata 53,68 dan nilai posttest merupakan nilai setelah diberikan

perlakuan sebesar 81,40. Untuk itu data diatas dapat dianalisis dengan

tujuan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis data

yang digunakan adalah uji N-Gain.

a. Hasil Uji N-Gain

Uji N-Gain dilakukan untuk melihat adanya peningkatan nilai

pretest ke posttest dengan rumus sebagai berikut:

29
30

𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡% − 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 %
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛
100 − 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡%

Kriteria keberhasilan uji N-Gain dapat ditentukan dengan indikator sebagai

berikut:

Kategori tafsiran efektifitas N-Gain

Tabel 4.2 Tafsiran efektifitas N-Gain


Persentase (%) Tafsiran

> 40 Tidak Efektif

40-50 Kurang Efektif

56-78 Efektif

>76 Sangat Efektif

Uji N-Gain ini bertujuan untuk melihat adanya peningkatan pretest

ke posttest. Pengujian ini menggunakan rumus N-Gain dengan bantuan

SPSS (statistical program for social science). Berikut adalah tabel data

hasil belajar siswa pretest, posttest dan hasil N-Gain skor serta persentase

hasil N-Gain Skor.

Tabel 4.3 Hasil uji N-Gain menggunakan SPSS

Descriptive Statistics SPSS


N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretest 25 40.00 68.00 53.6800 8.72601

Posttest 25 70.00 90.00 81.0400 5.09477


N-Gain Skor 25 .40 .80 0.5832 .11209
Persentase % 25 40.48 80.00 58.3384 11.16806
Valid N (listwise) 25

Berdasarkan tabel diatas, menunjukan bahwa diperoleh hasil

belajar siswa dengan nilai rata-rata pretest sebesar 53,68 dan nilai rata
31

posttest sebesar 81,04. Berdasarkan tabel diatas dengan menggunakan

bantuan (SPSS), maka nilai N-Gain sebesar 0,5 dengan berdasarkan

kategori N-Gain memiliki keberhasilan sedang. Sedangkan persentase

memiliki peningkatan sebesar 58%, berdasarkan tafsiran ditabel 4.

Perlakuan demonstrasi ini Efektif untuk digunakan.

2. Respon Siswa

Angket respon siswa digunakan untuk melihat ketertarikan siswa pada

metode pembelajaran demonstrasi pada materi koloid. Adapun data hasil angket

respon siswa yang dianalisis menggunakan Excel sebagai berikut:

Tabel 4.5 Hasil Angket Respon

Analisis Data Angket Respon


Riswa
60
40 52
20 36
9 13 3 12 0 0 0 0
0
sangat tertarik tertarik kurang tertarik tidak tertarik sangat tidak
tertarik

Series1 Series2

Tabel 4.6 Persentase Angket Respon


kategori Persentase (%)
Sangat Tertarik(ST) 36%
Tertarik (T) 52%
Kurang Tertarik (KT) 12%
Tidak Tertarik (TT) 0%
Sangat Tidak Tertarik (STT) 0%

Hasil angket respon yang diperoleh menunjukan jumlah persentase

sangat tertarik 36% sebanyak 9 responden, tertarik 52% sebanyak 13 responden,


32

kurang tertarik 12% sebanyak 3 responden, tidak tertarik 0% dan sangat tidak

tertarik 0%. Dari data diatas menunjukan siswa tertarik dengan metode

pembelajaran demonstrasi.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret hingga agustus 2023 di kelas

XI-MIA SMA Swasta Mulia Medan. Penelitian ini hanya menggunakan satu kelas

(one design group). Penelitian ini untuk melihat peningkatan hasil belajar sebelum

dan sesudah perlakuan dengan menggunakan pretest dan posttest. Pretest diberikan

kepada siswa sebelum perlakuan untuk melihat kemampuan awal peserta didik

mengenai materi koloid. Setelah itu posttest diberikan setelah perlakuan untuk

memperoleh hasil belajar. Perlakuan yang dimaksud adalah proses pewarnaan kain

menggunakan Al2(SO4)3 untuk didemonstrasikan di kelas XI-MIA.

Perlakuan demonstrasi Al2(SO4)3 Terhadap pewarnaan kain adalah salah satu

contoh nyata manfaat peranan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari. Sistem

koloid yang dimanfaatkan pada Al2(SO4)3 Terhadap pewarnaan kain merupakan

sebagai agen flokulasi dimana Al 2(SO4)3 digunakan untuk membentuk flok atau

gumpalan partikel-partikel koloid yang terdispersi dalam larutan pewarna. Hal ini

membantu dalam proses pengendapan partikel koloid dalam larutan, sehingga

pewarna dapat efektif melekat pada serat kain.

Pengendapan yang terjadi pada pewarnaan kain menggunakan sifat koloid

adsorbsi dan absorbsi. Adsorpsi berperan pada saat partikel-partikel pewarna melekat

pada permukaan serat kain melalui gaya tarik dan interaksi permukaan, sementara

pada absorbsi berperan dalam menyerap pewarna dalam serat kain serta memastikan

pewarna melekat pada serat kain secara merata.

Dari kegiatan yang dilakukan, saat proses pembelajaran demonstrasi di Kelas

XI-MIA memberikan pengaruh yang signifikan terhadap siswa. Dimana saat kegiatan
33

pembelajaran berlangsung banyak siswa yang antusias terhadap perlakuan

demonstrasi Al2(SO4)3 terhadap pewarnaan kain. Dimana saat pembelajaran

berlangsung dengan demonstrasi menjadikan siswa lebih aktif serta lebih giat untuk

belajar sebab siswa belajar sambil melakukan demonstrasi langsung. Sehingga

perlakuan ini berhasil membuat siswa tertarik serta dapat meningkatkan hasil belajar

khusus nya pada pelajaran kimia pada materi koloid. Ini bisa dilihat dari hasil belajar

yang diperoleh sebelum dan sesudah perlakuan.

1. Hasil belajar

Berdasarkan perhitungan yang telah diperoleh dalam penelitian ini,

sebelum perlakuan nilai rata-rata pretest sebesar 53.68% setelah perlakuan nilai

rata-rata posttest sebesar 81,04%. Dengan N-Gain skor pretest dan posttest

mengalami peningkatan sebesar 0,5 dengan kategori sedang. Berdasarkan

analisis data tersebut dapat dinyatakan bahwa pembelajaran yang disertai dengan

perlakuan demonstrasi mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa. Meskipun

hanya dalam kategori sedang dengan persentase 58% berdasarkan tafsiran

efektifitas N-Gain Skor metode pembelajaran ini efektif diterapkan kepada siswa.

Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa perlakuan demonstrasi

menggunakan Al2(SO4)3 Terhadap pewarnaan kain dapat meningkatkan hasil

belajar kognitif siswa dimana sebelum perlakuan demonstrasi memiliki nilai rata-

rata sebesar 53.68% dan setelah perlakuan demonstrasi dilakukan meningkat

sebesar 81,04%. Dengan perhitungan N-Gain skor memiliki peningkatan 0,5 ini

termasuk dalam kategori sedang. Dengan persentase N-Gain Skor 58%,

berdasarkan Efektifitas N-Gain skor perlakuan ini efektif meningkatkan hasil

belajar siswa.
34

2. Respon Siswa

Berdasarkan perhitungan analisis data Angket respon siswa dengan

bantuan Excel persentase sangat tertarik 36% sebanyak 9 responden, tertarik 52%

sebanyak 13 responden, kurang tertarik 12% sebanyak 3 responden, tidak tertarik

0% dan sangat tidak tertarik 0%. Data respon siswa diatas menunjukan

ketertarikan peserta didik dengan kategori (tertarik) pada metode pembelajaran

demonstrasi. Sehingga bisa dikatakan bahwa pembelajaran yang disertai dengan

demonstrasi dimana siswa belajar sambil melakukan demonstrasi menjadi metode

pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran pada materi koloid dengan menggunakan perlakuan

Al2(SO4)3 terhadap pewarnaan kain menjadikan siswa tidak jenuh dalam

belajar kerana mendapatkan pengetahuan baru melalui demonstrasi.

2. Berdasarkan N-Gain Skor menunjukan peningkatan hasil belajar kognitif

siswa setelah perlakuan demonstrasi sebesar 58% dengan indeks 0,5

dengan kriteria kategori sedang.

3. Berdasarkan data analisis Angket respon siswa banyak siswa yang tertarik

dengan perlakuan demonstrasi dengan data Sangat tertarik 36% sebanyak

9 responden, tertarik 52% sebanyak 13 responden, kurang tertarik 12%

sebanyak 3 responden, tidak tertarik 0% dan sangat tidak tertarik 0%.

35
36

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliiti menyarankan:

1. Penggunaan pembelajaran perlakuan demonstrasi tidak memberikan hasil

yang signifikan. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi dengan model

pembelajaran lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang

signifikan

2. Metode pembelajaran perlakuan demonstrasi pada bidang studi kimia

dapat digunakan variasi menjadi metode pembelajaran untuk upaya

meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

3. Untuk penelitian lanjutan, perlakuan demonstrasi Al2so4 perlu dilakukan

penelitian lanjutan untuk materi pokok yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai