Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan makanan setengah jadi adalah bahan makanan olahan yang
harus diolah kembali sebelum dikonsumsi manusia. Bahan setengah jadi
mengalami satu atau lebih proses pengolahan. Keuntungan bahan diolah
menjadi setengah jadi, yaitu : masa simpan lebih panjang, meningkatkan nilai
ekonomi dan nilai gizi, memudahkan dalam proses penanganan selama
penyimpanan, memperbanyak alternatif dan variasi dalam penggunaan/
pengolahan selanjutnya.
Banyak bahan makanan yang dapat diolah menjadi makanan setengan
jadi, salah satunya adalah serealia yang di olah menjadi mie. Mie yang
merupakan produk olahan setengah jadi yang terbuat dari bahan dasar gandum
(tepung terigu).
Dalam ilmu pangan, mie dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu
mie segar atau mie mentah, mie basah, mie kering dan mie instant. Mie segar
atau mie mentah adalah mie yang tidak mengalami proses tambahan setelah
pemotongan dan mengandung kadar air sekitar 35 %, umumnya digunakan
untuk bahan baku mie ayam. Mie basah adalah jenis mie yang mengalami
proses perebusan setelah tahap pemotongan dan mengandung kadar air 52%.
Mie kering adalah mie segar yang telah dikeringkan hingga kadar airnya
mencapai 8-10%. Sedangkan mie instant adalah mie yang dihasilkan dari
proses penggorengan setelah diperoleh mie segar. Kadar air mie instant
umumnya 5- 8%, sehingga memiliki daya simpan yang lama.
Kualitas mie yang dihasilkan banyak dipengaruhi oleh berbagai hal,
salah satunya adalah quality control atau pengendalian mutu mie. Dimana
diketahui bahwa pengendalian mutu pada proses pembuatan mie instant
memerlukan penanganan yang sangat kompleks. Agar dapat dihasilkan produk
mie instant yang berkualitas baik. Peningkatan kualitas produk tidak lepas dari
pengandalian dan pengawasan agar dihasilkan produk yang sesuai standar
mutu.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan mie ?
1.2.2 Apa saja bahan pembuatan mie instant ?
1.2.3 Bagaiamana mekanisme teknik pengolahan pada mie instant ?
1.2.4 Bagaiamana perubahan akibat perlakuan dalam proses pengolahan mie
instant ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai sebagai dari terselesainya makalah ini
adalah :
1.3.1 Mengetahui definisi dari mie
1.3.2 Mengetahui bahan dari pembuatan mie instant
1.3.3 Mengetahui mekanisme teknik pengolahan pada mie instant
1.3.4 Mengetahui perubahan akibat perlakuan dalam proses pengolahan mie
instant

1.4 Manfaat
1.4.1 Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengambil
manfaat yaitu memiliki referensi mengenai bagaimana proses
pengolahan pangan setengah jadi pada mie instant serta teknik
pengolahan pada mie instant
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Mie adalah salah satu bentuk makanan pokok yang cukup diminati oleh
masyarakat Indonesia sebagai contoh mie kering dan mie instant yang sering
dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di
wilayah perkotaan, yang mempunyai jadwal atau aktifitas yang padat. Mereka
memilih mie kering dan mie instant karena dapat dijadikan makanan alternatif
pengganti nasi (Astawan, 2008).
Mie merupakan bahan pangan yang cukup potensial, selain harganya
relatif murah dan praktis mengolahnya, mie juga mempunyai kandungan gizi yang
cukup baik. Di dalam 100 gr mie kering terkandung 338 Kal, protein 7.6 g, lemak
11.8 g, karbohidrat 50.0 g, mineral 1.7 mg dan kalsium 49 mg. Dilihat dari
kandungan gizinya, mie rendah akan kandungan kalorinya sehingga cocok untuk
orang yang sedang menjalani diet rendah kalori (Anonim, 2010).
Salah satu produk industri hasil pertanian adalah mie. Mie merupakan
salah satu produk olahan yang terbuat dari bahan dasar gandum (tepung terigu)
dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lainnya yang diizinkan. Dalam ilmu
pangan, mie dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu mie segar atau mie
mentah, mie basah, mie kering dan mie instant. Mie segar atau mie mentah adalah
mie yang tidak mengalami proses tambahan setelah pemotongan dan mengandung
kadar air sekitar 35 %, umumnya digunakan untuk bahan baku mie ayam. Mie
basah adalah jenis mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap
pemotongan dan mengandung kadar air 52%. Mie kering adalah mie segar yang
telah dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 8- 10%. Sedangkan mie instant
adalah mie yang dihasilkan dari proses penggorengan setelah diperoleh mie segar.
Kadar air mie instant umumnya 5- 8%, sehingga memiliki daya simpan yang lama
(Anonim, 2010).
Dalam Standar Nasional (SNI) nomor 01- 3351- 1994, mie instant
didefinisikan sebagai produk makanan kering yang terbuat dari tepung terigu
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan
makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie dan siap dihidangkan setelah
dimasak atau diseduh dengan air mendidih selama 3- 4 menit. Ada 3 (tiga)
golongan mie berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) :
1. Mie basah
Produk makanan basah yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan,
berbentuk khas mie.
2. Mie kering
Produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa
penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan,
berbentu khas mie.
3. Mie instant
Mie instant dibuat dari adonan terigu sebagai bahan utama dengan atau tanpa
penambahan bahan lainnya. Mie instan dicirikan dengan adanya penambahan
bumbu dan memerlukan proses rehidrasi untuk siap dikonsumsi.
Tabel Syarat mutu mie instan menurut SNI (2009).
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan - Normal/dapat diterima
1.1 Tekstur - Normal/dapat diterima
1.2 Aroma - Normal/dapat diterima
1.3 Rasa - Normal/dapat diterima
1.4 Warna - Tidak boleh ada
2 Benda asing %bb Min, 90
3 Keutuhan %bb Maks, 10,0
4 Kadar air %bb Maks 14,5
4.1 Proses penggorengan %bb Min, 8,0
4.2 Proses pengeringan
5 Kadar Protein
5.1 Mi dari terigu
5.2 Mi bukan dari terigu %bb Min, 4,0
6 Bilangan asam Mg KOH/g minyak Maks, 20
7 Cemaran Logam
7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks, 20
7.2 Raksa (Hg) mg/kg Maks, 0,05
8 Arsen (As) mg/kg Maks, 0,5
9 Cemaran mikroba koloni/g Maks, 1.0 x 106
9.1 Angka lempengan total APM/g <3
E.coli koloni/g Negatif per 25 g
9.2 Salmonela Maks, 1.0 x 106
9.3 Kapang
9.4

2.2 Bahan Pembuatan pada Mie Instant


2.2.1 Bahan Utama
Tepung dapat berasal dari bahan nabati misalnya tepung terigu dari
gandum, tapioka dari singkong, maizena dari jagung atau hewani misalnya tepung
tulang hewan dan tepung ikan. Tepung terigu mengandung banyak zat pati, yaitu
karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga mengandung
protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam menentukan kekenyalan
makanan yang terbuat dari bahan terigu. Tepung terigu mengandung banyak zat
pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air (Anonim, 2010).
Tepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie. Tepung terigu diperoleh
dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Tepung terigu berfungsi
membentuk struktur mie, sumber protein dan karbohidrat.
Kandungan protein utama tepung terigu yang berperan dalam pembuatan
mie adalah gluten. Gluten dapat dibentuk dari gliadin (prolamin dalam gandum)
dan glutenin. Protein dalam tepung terigu untuk pembuatan mie harus dalam
jumlah yang cukup tinggi supaya mie menjadi elastis dan tidak rapuh sewaktu
proses produksinya. Bahan-bahan lain yang digunakan antara lain air, garam,
bahan pengembang, zat warna, bumbu dan telur (Anonim, 2010). Bahan-bahan
penolong yang digunakan dalam proses pembuatan mie instan adalah air yang
berfungsi sebagai media pencampur dan pelarut garam. Garam berperan dalam
memberi rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas
mie, serta mengikat air. Bahan utama dalam pembuatan mie adalah tepung terigu,
tetapi pada kenyataannya dalam pembuatan mie juga digunakan tepung
pensubstitusi sebagai pengganti tepung terigu, sehingga penggunaan tepung terigu
bisa dikurangi. Tepung pensubstitusi yang biasa ditambahkan adalah tepung
tapioka, tepung singkong dan tepung beras.
2.2.2 Bahan Tambahan
a. Tapioka
Tepung tapioka adalah pati yang diperoleh dari ekstrak ubi kayu melalui
proses pemarutan, pemerasan, penyaringan, pengendapan pati, dan pengeringan.
Penggunaan tepung terigu untuk kalangan industri pengolahan mie di Indonesia
sangatlah besar. Oleh karena itu, pemanfaatan tepung tapioka sebagai
pensubstitusi diharapkan dapat mengurangi penggunaan tepung terigu sehingga
dapat memberi keuntungan yang cukup besar. Tepung tapioka dapat digunakan
sebagai bahan alternatif agar mie tetap kenyal, dan tidak lengkat saat dicetak. Dari
segi hargapun tepung tapioka lebih murah dibanding dengan tepung terigu (Made
Astawan, 1999).
b. Garam
Garam berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mie,
meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mie serta mengikat air. Garam dapat
menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga pasta tidak bersifat
lengket dan tidak mengembang secara berlebihan. (Winarno, 1997).
c. Air
Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karbohidrat,
melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. Pati dan gluten akan
mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH
antara 6 – 9, hal ini disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan naiknya pH.
Makin banyak air yang diserap, mie menjadi tidak mudah patah. Jumlah air yang
optimum membentuk pasta yang baik. (Anonim, 2010).
d. Minyak Goreng
Minyak dapat digunakan sebagai medium penggorengan bahan. Dalam
penggorengan, minyak berfungsi sebagai medium penghantar panas, menambah
rasa gurih dan kalori dalam bahan. Minyak yang telah rusak mengakibatkan
penurunan nilai gizi, merusak tekstur dan flavor dari bahan yang digoreng.
Kerusakan minyak selama penggorengan akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi
bahan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses oksidasi dan polimerisasi
akan menghasilkan produk yang kurang menarik dan cita rasa yang tidak enak.
Hasil oksidasi lemak dalam bahan pangan tidak hanya mengakibatkan rasa dan
bau yang tidak enak, tetapi juga dapat menurunkan nilai gizi karena kerusakan
vitamin (karoten dan tokoferol) dan asam lemak essensial dalam lemak (Ketaren,
1986).
e. Putih Telur
Putih telur akan menghasilkan suatu lapisan yang tipis dan kuat pada
permukaan mie. Lapisan tersebut cukup efektif untuk mencegah penyerapan
minyak sewaktu digoreng dan kekeruhan saus mie sewaktu pemasakan. Lesitin
pada kuning telur merupakan pengemulsi yang baik, dapat mempercepat hidrasi
air pada terigu, dan bersifat mengembangkan adonan.
f. Bahan Pembantu
1). Bumbu dan pelengkap
Bumbu yang digunakan antara lain adalah MSG atau vetsin. Titik kritisnya
adalah pada media mikrobial, yaitu media yang digunakan untuk
mengembangbiakkan mikroorganisme yang berfungsi memfermentasi
bahan baku vetsin. Sedangkan bahan pelengkap mie instan adalah bahan-
bahan penggurih yaitu HVP dan yeast extract. HVP atau hidrolized
vegetable protein merupakan jenis protein yang dihidrolisasi dengan asam
klorida ataupun dengan enzim. Sumber enzim inilah yang harus kita
pertanyakan apakah berasal dari hewan, tumbuhan atau mikroorganisme.
Kalau hewan tentu harus jelas hewan apa dan bagaimana
penyembelihannya. Sedangkan yeast extract yang menjadi titik kritis
adalah asam amino yang berasal dari hewan.
2). Bahan penambah rasa
Bahan penambah rasa atau flavor selalu digunakan dalam pembuatan mie
instan. Bahan inilah yang akan memberi rasa mie, apakah ayam bawang,
ayam panggang, kari ayam, soto ayam, baso, barbequ, dan sebagainya.
Titik kritis flavor terletak pada sumber flavor. Kalau sumber flavor dari
hewan, tentu harus jelas jenis dan cara penyembelihannya. Begitupun
flavor yang berasal dari rambut atau bagian lain dari tubuh manusia,
statusnya adalah haram.
3). Minyak sayur
Minyak sayur menjadi bermasalah bila sumbernya berasal dari hewan atau
dicampur dengan lemak hewan.
4). Solid Ingredient
Solid ingredient adalah bahan-bahan pelengkap yang dapat berupa sosis,
suwiran ayam, bawang goreng, cabe kering, dan sebagainya. Titik
kritisnya tentu pada sumber hewani yang digunakan.
5). Kecap dan sambal
Kecap dan sambal pun harus kita cermati lho. Kecap dapat menggunakan
flavor, MSG, kaldu tulang untuk menambah kelezatannya.

2.3 Mekanisme Teknik Pengolahan pada Mie Instant


Bahan baku utama dalam pembuatan mie adalah tepung terigu. Bahan
lainnya terdiri dari air dan garam-garam seperti NaCl, Natrium karbonat, Kalium
karbonat atau Natrium tripoliphosfat. Air merupakan komponen penting dalam
pembentukan gluten, selain itu juga berfungsi sebagai media dalam pencampuran
garam dan pengikatan karbohidrat sehingga membentuk adonan yang baik. Garam
dapur berfungsi untuh memberi rasa, memperkuat tekstur mie dan meningkatkan
elastisitas serta mengurangi kelengketan adonan. Natrium karbonat, kalium
karbonat, dan garam fosfat dikenal sebagai alkali, berperan dalam pembentukan
gluten, meningkatkan elastisitas dan ekstensibilitas serta menghaluskan tekstur.
Natrium tripolifosfat digunakan sebagai bahan pengikat air, agar air dalam adonan
tidak mudah menguap sehingga permukaan adonan tidak cepat mengering dan
mengeras. Pembuatan mie meliputi tahap-tahap pencampuran, pengistirahatan,
pembentukan lembaran dan pemotongan atau pencetakan. Untuk memperoleh
produk yang awet dan mudah dihidangkan (instant) maka setelah pengukusan
dilakukan penggorengan. Pencampuran bertujuan untuk pembentukan gluten dan
distribusi bahan – bahan agar homogen. Sebelum pembentukan lembaran adonan
biasanya diistirahatkan untuk memberi kesempatan penyebaran air dan
pembentukan gluten. Pengistirahatan adonan mie yang lama dari gandum keras
akan menurunkan kekerasan mie. Pembentukan lembaran dengan roll pengepress
menyebabkan pembentukan serat – serat gluten yang halus dan ekstensibel.
a) Pencampuran Adonan
Telur terigu dicampur dengan air dengan cara pengadukan dengan alat
atau pengulenan, tujuannya untuk menghidrasi tepung dengan air, dan membuat
campuran merata dengan baik. Membuat adonan mie pada prinsipnya untuk
membentuk gluten dengan cara meremas – remas. Untuk mendapatkan adonan
yang baik banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah : jumlah
air yang ditambahkan waktu dan suhu pengadukan. Air akan menyebabkan serat –
serat glutein mengembang, karena glutein menyerap air. Dengan peremasan, serat
– serat glutein ditarik, disusun berselang dan terbungkus dalam pati.
Dengan demikian, terbentuklah adonan yang lunak, halus serta elastis.
Jumlah air yang ditambahkan, tergantung jenis terigunya biasanya berkisar antara
28 – 38 persen. Lebih dari 38 persen akan menyebabkan adonan menjadi becek.
Sebaliknya bila terlalu sedikit air adonan akan rapuh. Waktu pengadukan berkisar
antara 2 – 10 menit, dengan suhu adonan yang baik antara 25 – 45oC. Jika suhu
lebih rendah dari 25oC adonan menjadi keras, rapuh dan kasar. Sedangkan jika
lebih tinggi dari 45oC, kegiatan enzim meningkat dan hal itu akan merangsang
perombakan gluten dengan akibat turunnya densitas mie, sebaliknya akan
meningkatkan kelengketan.
b) Pengistirahatan Adonan
Sebelum adonan dibentuk menjadi lembaran, diperlukan waktu untuk
memberi kesempatan adonan untuk beristirahat sejenak. Tujuannya adalah untuk
menyeragamkan penyebaran air dan mengembangkan gluten, terutama bila pHnya
kurang dari 7.0. Pengistirahatan adonan mie yang lama dari gandum keras akan
menurunkan kekerasan mie setelah direbus.
c) Pembentukan Lembaran Adonan dan Pemotongan
Dalam proses pembentukan lembaran, adonan dimasukkan ke dalam roll-
press, dengan tujuan untuk menghaluskan serat-serat gluten. Dalam roll-press
serat-serat gluten yang tidak beraturan segera ditarik memanjang dan searah oleh
tekanan antara dua roller. Tekanan roller diatur sedemikian rupa sehingga mula-
mula ringan (clearance 4.0 mm) sampai kuat (clearance
1.3 mm), dengan reduksi clearance rata-rata sebanyak 15 persen. Pada saat adonan
mencapai roller terakhir adonan yang pada awalnya memiliki ketebalan 1.0 cm
dan roll pertama, direntangkan sampai mencapai lembaran adonan yang sangat
tipis (1.0 mm) yang siap untuk mengalami proses pengirisan memanjang (slitting),
sehingga menjadi tali berbentuk senar yang memiliki lebar 1.0 – 1.5 mm yang
kemudian diikuti dengan proses pemotongan, dengan panjang mie sekitar 50 cm.
d) Membuat Mie Keriting
Mie mentah tersebut kemudian dimasukkan ke dalam suatu alat konveyor
khusus pembuat mie berkeriting dengan cara penggunaan kecepatan yang berbeda
sebelum dan sesudah proses pemotongan. Conveyor tersebut melakukan gerak
gelombang dengan kecepatan berbeda – beda.. Dengan membuat mie keriting,
senar-senar mie dicegah agar tidak menjadi lengket satu dengan yang lain,
khususnya kelak bila dilakukan proses pengukusan. Pada akhir dari conveyor
bergelombang tersebut tiga buah pisau roda berputar memotong lapisan mie
tersebut menjadi 4 barisan yang rapi dengan lebar yang sama.
e) Pengukusan
Mie diangkut oleh convenyor secara perlahan-lahan melalui terowongan
(tunnel) yang penuh dengan uap air. Mie tersebut berada di dalam terowongan
tersebut selama 80 – 90 detik dengan menggunakan uap dengan tekanan 2.8
kg/cm2 gauge. Setelah ke luar dari terowongan pengukus tersebut mie nampak
kuning pucat, dan bersifat setengah matang.
f) Pengeringan dan Pemotongan
Setelah mie melewati pemasakan awal, mie dikeringkan dengan kipas
penguapan dengan tujuan supaya agak kering, baru kemudian dipotong – potong
dengan mesin pemotong dengan panjang 12 cm, agar supaya memiliki bobot 80
gr. Pada saat-saat tertentu potongan mie dikontrol, dengan menimbangkan secara
manual untuk mengecek beratnya. Panjang akhir dari mie sesudah dipak rata-rata
11 cm dengan lebar 9.5 cm.
g) Penggorengan
Proses penggorengan dilakukan secara kontinu dan uniform.
Penggorengan dilakukan dalam suatu konveyor. Konveyor penggorengan terdiri
dari beberapa seri kantong empat segi, yang dirancang sedemikian rupa sehingga
mampu menerima secara kontinu 4 atau 8 potong mie setiap saat yang kemudian
dalam minyak nabati panas. Suhu minyak dari ujung awal ke ujung akhir dibuat
meningkat secara bertahap yaitu dari suhu 140oC dan berakhir pada suhu 160oC.
Seluruh proses penggorengan selesai dalam waktu kurang dari 2.0 menit. Dengan
teknik penggorengan cepat tersebut, terjadinya kegosongan dapat dihindarkan.
Proses pemanasan dalam minyak mampu menguapkan air dan mengakibatkan mie
instan berstruktur porous. Pada umumnya satu unit penggoreng, hanya memiliki
kapasitas kecepatan menggoreng 150 bungkus per menit.
h) Pendinginan
Pendinginan (cooling) adalah proses pengangkutan mie panas setelah
penggorengan ke dalam ruang pendingin mie dengan blower. Tujuan dari proses
pendinginan mie ini adalah untuk mendinginkan mie panas yang keluar dari
proses penggorengan hingga diperoleh suhu mendekati suhu kamar sebelum
dikemas dengan etiket.
i) Pengemasan
Dan yang terakhir dilakukan pengemasan (packaging), ini dalah proses
pembungkusan mie, saos dan minyak saos dengan menggunakan etiket sesuai
standar yang ditetapkan. Tujuan pengemasan mie adalah untuk melindungi mie
dari kemungkinan- kemungkinan rusak sehingga mie tidak mengalami penurunan
kualitas sampai di tangan konsumen.

2.4 Perubahan Akibat Perlakuan dalam Proses Pengolahan


Menyangkut aspek warna, Hoseney (1994) menyatakan bahwa konsumen
umumnya menyukai warna putih. Namun demikian hampir seluruh mie instan
komersial di Indonesia berwarna kuning. Untuk membentuk warna kuning, dalam
pembuatan adonan dapat digunakan larutan Brine (Baik et al., 1994). Larutan
Brine merupakan larutan dengan komposisi 5,18% natrium klorida; 0,26%
natrium karboonat, dan 0,26% kalium karbonat. Larutan ini bersifat alkali, dan
oleh karenanya memicu pigmen flavonoid untuk muncul berwarna kuning.
Dari segi rasa, mie instan memiliki keunggulan dibandingkan jenis mie
yang lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh kemampuannya dalam menyerap
minyak hingga 20% selama pengorengan. Selain aspek kepraktisannya, faktor rasa
juga berpengaruh pada terjadinya perubahan peran mie instan dalam menu
makanan di Indonesia dari sejenis makanan kecil menjadi makanan alternatif
pengganti nasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Bahan makanan yang dapat diolah menjadi makanan setengan jadi,


salah satunya adalah serealia yang di olah menjadi mie. Mie yang
merupakan produk olahan setengah jadi yang terbuat dari bahan dasar
gandum (tepung terigu).
2. Mie digolongkan menjadi tiga, yaitu : mie basah, mie kering, mie
instant.
3. Bahan utama pembuatan mie adalah tepung berasal dari bahan nabati
misalnya tepung terigu dari gandum, tapioka dari singkong, maizena
dari jagung.
4. Adapun bahan tambahan : tepung tapioca, garam, air, putih telur.
Kemudian bahan pembantu adalah bumbu dan pelengkap, bahan
penambah rasa, minyak sayur, solid ingredient, kecap dan sambal.
5. Mekanisme teknik pengolahan mie, yaitu : pencampuran adonan,
pengistirahatkan adonan, pembentukan lembaran adonan dan
pemotongan, membuat mie keriting, pengukusan, pengeringan dan
pemotongan, penggorengan, pendinginan, pengemasan.
6. Dari segi rasa, mie instan memiliki keunggulan dibandingkan jenis mie
yang lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh kemampuannya dalam
menyerap minyak hingga 20% selama pengorengan

3.2 Saran – saran


perkembangan pangan berbentuk mie saat ini di Indonesia telah
berkembang, baik menggunakan bahan baku terigu dan juga bahan baku non
terigu. Dalam upaya menghambat laju impor terigu maka pengembangan mie
berbahan baku non terigu perlu terus didorong dengan berbagai kelengkapan
teknologinya. Meski dalam skala kecil bentuk makanan mie berbahan non terigu
sudah banyak dikenal maka keadaan ini dapat terus dikembangkan. Dalam rangka
ketahanan pangan maka bentuk mie berbahan non terigu ini menjadi prospek yang
sangat potensial. Kegiatan ditingkat riset maupun operasionalnya ditingkat
komersial perlu dilanjutkan dan dikembangkan secara terus menerus sehingga
pangan berbentuk mie tersebut lebih memasyarakat terutama bentuk mie berbahan
non terigu.
LAMPIRAN

Jenis – Jenis Mie

Mie Basah Mie Kering Mie


Instant

Proses Pengolahan Pada Mie Instant

Pencampuran Pembentukan Mie


Pematangan Mie

(Mixing) (Roll Press)


(Steaming)
Pengemasan Pendinginan
Penggorengan

(Packing) (Cooling Box) (Frying)


DAFTAR PUSTAKA

Sera, Agnescia. 2012. Pengolahan Pangan Setengah Jadi pada Serealia.


http://www. slideshare.net/AgnesciaSera/pengolahan-setengah-jadi-serealia?
next_slideshow=1
Anonim, 2013. Mie Instant.
https://kelompoktikimia2010.wordpress.com/2013/06/29/mie-instan/
Koswara, Ir. Sutrisno. 2013. Teknologi Pengolahan Mie.
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/Teknologi-
Pengolahan-Mie-teori-dan-praktek.pdf
Anonim. 2010. Perkembangan Teknologi Pengolahan Mie.
https://setyo14edu.wordpress. com/perkembangan-teknologi-pengolahan-
mie/

Anda mungkin juga menyukai