Anda di halaman 1dari 16

CONTOH

PENYUSUNAN MODEL MATEMATIS

Sri Rahayoe
Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Gadjah Mada
3.3. BAN BOCOR
Suatu ban (ban mobil dan sebagainya) yang volumnya V =
40L berisi udara yang tekanannya mula-mula P0 = 3,5 atm. Suhu
lingkungan tetap T = 27˚C = 300K. Tekanan udara luar Pu = 1 atm.
Pada ban tersebut terdapat lubang kecil sehingga terjadi
kebocoran udara keluar. Laju kebocoran udara (F, mol/jam)
tergantung selisih tekanan dalam ban (P, atm) dan tekanan
udara luar dengan persamaan berikut:

F = k (P – Pu) (3.17)

dengan k adalah tetapan yang nilainya 0,2 mol/jam/atm. Oleh


karena tekanan dalam ban berkurang akibat kebocoran udara
maka nilai F juga berubah. Udara dianggap berperilaku seperti
gas ideal. Berikut cara memperkirakan udara dalam ban pada
berbagai waktu (t, jam).
Analisis:
Skema proses kebocoran udara dari ban tersebut ditunjukkan
pada Gambar 3.3. Misalnya pada saat t, tekanan udara dalam
ban P, dan jumlah udara dalam ban n mol.

n, P, T
Pu

Gambar 3.3. Skema ban bocor


Jika nilai F tetap maka jumlah udara keluar dalam waktu ∆t adalah:
∆G = F ∆t (3.18)

Oleh karena nilai F berubah maka ditinjau interval waktu dt


sangat kecil (dt → 0), dari t sampai t + dt. Oleh karena dt sangat
kecil maka perubahan F pada interval tersebut akan sangat kecil
sehingga persamaan (3.18) bisa dipakai. Misalnya jumlah mol udara
keluar selama waktu dt adalah dG maka:
dG = F dt (3.19)
Oleh karena jumlah mol udara pada proses ini kekal maka:
𝐵𝑒𝑟𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑜𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑎𝑛 = 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑏𝑎𝑛
𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑑𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑑𝑡

-dn = dG (3.20)
Kombinasi persamaan (3.18) dan (3.19) menghasilkan:
-dn = Fdt (3.21)

Substitusi persamaan (3.17) ke persamaan (3.21) menghasilkan:


-dn = k (P – Pu) dt (3.22)

Oleh karena udara berperilaku seperti gas ideal (Smith et al.,


2005; Prausnitz et al., 1998) maka diperoleh persamaan:
PV = nRT (3.23)

dengan P = tekanan, V = volum, n = jumlah mol, T = suhu mutlak,


dan R = tetapan gas = 0,082 L.atm/mol/K. Selanjutnya manipulasi
persamaan (3.23) menghasilkan:
!"
𝑛= (3.24)
#$
Dengan substitusi persamaan (3.24) ke persamaan
(3.22) diperoleh:
!"
−𝑑 #$
= 𝑘 𝑃 − 𝑃% 𝑑𝑡. (3.25 a)

Oleh karena nilai V, T, dan R dianggap tetap maka


dikeluarkan dari diferensiasi dan diperoleh:
"
− 𝑑𝑃 = 𝑘 𝑃 − 𝑃% 𝑑𝑡 (3.25)
#$
&! (#$
=− 𝑑𝑡 (3.26)
!'!! "
Persamaan (3.26) adalah model matematis dari
peristiwa ini. Selanjutnya integrasi persamaan (3.26)
menghasilkan:
!)! &! (#$ *)*
∫!)! !'! = − " ∫*)+ 𝑑𝑡 (3.27)
" !
!)! (#$ *)*
ln 𝑃 − 𝑃% *!)! = − " 𝑡 **)+
"
(#$
ln 𝑃 − 𝑃% − ln 𝑃+ − 𝑃% = − 𝑡
"
!'! (#$
𝑙𝑛 ! '!! = − " 𝑡
" !
!'!! (#$
= 𝑒𝑥𝑝 − 𝑡
!" '!! "
(#$
𝑃 = 𝑃% + 𝑃+ − 𝑃% exp − " 𝑡
!"! #! %&' )")
´ ∫!"! !$!"
=− ∫ 𝑑𝑡
( )"*
!
(#$
Nilai adalah:
"
𝑚𝑜𝑙 𝐿 𝑎𝑡𝑚
𝑘𝑅𝑇 0,2 0,082 300𝐾
𝑗𝑎𝑚 𝑎𝑡𝑚 𝑚𝑜𝑙 𝐾
= = 0,123 𝑗𝑎𝑚',
𝑉 40 𝐿

Diperoleh:
P = 1 + 2,5 exp (- 0,123 t)

(#$
Oleh karena satuan adalah jam-1 maka satuan t
"
adalah jam. Hasil perhitungan dengan persamaan
(3.29)disajikan pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.4.
Tabel 3.1. Tekanan udara ban pada berbagai waktu

t, jam P, atm

0 3,5

2 2,95

4 2,53

6 2,2

8 1,93

10 1,73

12 1,57
3,5
3
2,5

P, atm 2
1,5
1
0 2 4 6 8 10 12
t, jam
Gambar 3.4. Tekanan udara ban pada berbagai waktu

Gambar 3.4 menunjukkan bahwa tekanan ban mula-mula


turun dengan cepat, lalu makin melambat. Tentunya jika waktu
sangat lama, tekanan dalam ban akan sama dengan tekanan
udara luar (terlihat pula pada persamaan (3.12)).
BAB 4
FENOMENA DENGAN VARIABEL
POSISI
Pada bab ini dibahas mengenai contoh-
contoh analisis kuantitatif untuk fenomena
dengan variabel posisi (position-dependent),
dalam hal ini perhitungan massa air dalam
suatu padatan yang kandungan airnya tidak
seragam. Sebagai contoh dipilih padatan
berbentuk slab (lempengan) dan padatan
berbentuk bola.
4.1. PADATAN BERBENTUK SLAB
Suatu padatan berbentuk slab (lempengan), yang
luasnya A = 900 cm2, tebal L = 0,4 cm, mengandung air
dengan kadar tidak seragam (Gambar 4.1).

Gambar 4.1. Slab tebal L = 0,4 cm pada posisi x = 0 sampai x


= 0,4
Kadar air (C, g/cm3) pada berbagai posisi (x, cm) mengikuti
persamaan:
C = - 10 x2 + 4x (4.1)
Berikut cara mencari massa air total yang ada dalam slab
tersebut.

Analisis :
Massa air dalam padatan basah volum V kadar air C adalah:
m = VC (4.2)

Namun, persamaan (4.2) hanya berlaku jika kadar air (C)


seragam. Oleh karena nilai C tidak seragam maka
persamaantidak bisa dipakai untuk seluruh slab.
Untuk mengatasi masalah tersebut, ditinjau bagian slab
sangat tipis, tebal dx (dx → 0) yang terletak antara x sampai x +
dx. Oleh karena dx → 0 maka perubahan kadar air pada interval
tersebut sangat kecil sehinga C mendekati tetap. Akibatnya
persamaan (4.2) bisa dipakai untuk bagian kecil tersebut
(elemen volum). Volum bagian tersebut diberi simbol dV.
Misalnya massa air pada bagian kecil tersebut dm maka:
dm = C dV (4.3)

Volum bagian terkecil tersebut dihitung sebagai:


dV = Adx (4.4)

Kombinasi persamaan (4.3) dan (4.4) menghasilkan:


dm = C A dx (4.5)
Kombinasi persamaan (4.1) dan (4.5) menghasilkan:
dm = A (-10 x2 + 4x)dx (4.6)
Persamaan (4.6) adalah model matematis yang dicari. Selanjutnya
penyelesaian dengan integrasi menghasilkan massa air total dalam
slab.
()( +)*,-
∫()* 𝑑𝑚 = 𝐴 ∫+)* −10𝑥 . + 4𝑥
/* 0
𝑚 = 900 − 𝑥 + 2𝑥 . @+)*,-
+)*
0
/*
𝑚 = 900 − 0,4 0 + 2 0,4 .
0
*,1-
𝑚 = 900 − + 0,32
0
𝑚 = 96 𝑔
Selanjutnya kadar air rerata dalam slab (C) dapat dihitung sebagai
massa air total dibagi volum total.
𝑚 96 𝑔
𝐶 = = = 0,267 I 0
𝐴𝐿 (900)(0,4) 𝑐𝑚

Anda mungkin juga menyukai