Khutbah Idul Adha Jamasba 1444 H - Ust Dr. H Nur Kholis, M.ag
Khutbah Idul Adha Jamasba 1444 H - Ust Dr. H Nur Kholis, M.ag
ْ َ ُ َ ْ ََ ً ََْ َ ّ ً َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َّ ْ َ ْ
وأﺷﻬﺪ ان، ﺎس وأﻣﻨﺎ ِ اﺬﻟي ﺟﻌﻞ اﺒﻟﻴﺖ ﻣﺜﺎﺑﺔ لِﻠﻨ ِ ﷲ ِ اﺤﻟﻤﺪ
َالﺮﺸ�ْﻌﺔ َّ َ َ ْ َ ْ َّ َ َ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ َّ َ َ
ِ ِ ﺮﺷ�ﻚ ﻪﻟ ﺟﻌﻞ ﺣﺞ اﺒﻟﻴﺖ ِﻣﻦ ِ ﻵ ِإﻪﻟ ِإﻻ اﷲ وﺣﺪه ﻻ
ْ ُ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َ َّ َ َ ً ْ ُ
� َ رﻛﻨﺎ وﺮﺻف وﺟﻮﻫﻨﺎ ِاﻰﻟ ﻗِﺒﻠ ِﺘ ِﻪ ﻓﺎﻜن ذالِﻚ ِﻣﻦ ﻧِﻌﻤ ِﺔ اﻟﻌﻈ
ْ َ ْ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ ُ ْ ُ َ َ ُ ُ ْ َ ً َّ َ ُ َّ َ ُ َ ْ َ َ
ﺖ اﻟﻌ ِﺘﻴ ِﻖ ِ وأﺷﻬﺪ أن �ﻤﺪا �ﺒﺪه ورﺳﻮﻪﻟ ﺧ� ﻣﻦ ﻃﺎف ﺑِﺎﺒﻟﻴ
َ َ ّ َ ُ َ ّ َ َ ّ ُ َ ّ َ ْ ْ ّ َ َ ْ ً َ
َ َ َ
ِ ِ الﻠﻬﻢ ﺻ ِﻞ ﻰﻠﻋ �ﻤ ٍﺪ وﻰﻠﻋ، �ذا ِﻛﺮا أﺳﻤﺂء ر�ِ ِﻪ اﺤﻟﺴ
آﻪﻟ َ ُ َ ً
َ َ َ ْ َْ َ َ َ
ُاﻨﻟَﺎس ّ َ�ﻴَﺂ ا َ ُّ� َﻬﺎ: أ َّﻣﺎ َ� ْﻌ ُﺪ، ﺎﻣ ِﺔ ﻰﻟ ﻳﻮمِ اﻟ ِﻘﻴ
ْ
َ َوأﺻﺤﺎﺑ ِﻪ وأﺗﺒﺎ ِﻋ ِﻪ ِا َ َ ْ
ِ
ْ ُ
َ�ِ اﺘﻟ ْﻘ َﻮى َو َّ الﺰا ِدَّ � َ ْ ﻲﺴ ﺑﺘَ ْﻘ َﻮى اﷲ ﻓَﺈ َّن َﺧ ْ َ َ ْ ُ ْ ْ
ِ ِ ِ ِ أو ِﺻﻴ�ﻢ و�ﻔ
َ ْ ْ ْ َ َّ ُ ْ ُ َ ْ
ﻧِﻌﻤﺔ اﻟﻌﺪ ِة ِﻴﻟﻮمِ ال ِﻤﻴﻌﺎ ِد
2
tidak pernah lalai dan bosan untuk terus-menerus
mencurahkan nikmatNya kepada kita. Semua
kedurhakaan kita tidak menghalangi Dia yang
Mahaperkasa untuk tetap menyelimuti kita dengan
kasih sayangNya. Dan hari ini, Allah masih
mengizinkan kita untuk sekali lagi bersujud
kepadaNya, untuk sekali lagi bertakbir dan bertahlil
mengagungkan namaNya, dan untuk sekali lagi
bertaubat kepadaNya.
Kita tidak pernah tahu, hadirin sekalian, boleh
jadi inilah sujud terakhir kita padaNya di dunia ini.
Inilah takbir dan tahlil terakhir kita untukNya. Dan
inilah taubat kita untuk terakhir kalinya kepadaNya.
3
Allah Ta’ala berfirman:
ُ َ َ َ َّ َ َ َ ْ ٌَ َ َ ٌَ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َْ
اﺬﻟﻳﻦ ﻣﻌﻪ
ِ ﻗﺪ ﺎﻛﻧﺖ ﻟ�ﻢ أﺳﻮة ﺣﺴﻨﺔ ِﻲﻓ ِإﺑﺮا ِﻫﻴﻢ و
“Sungguh bagi kalian terdapat teladan yang baik
dalam (diri) Ibrahim dan orang-orang yang
bersamanya…” (al-Mumtahanah: 4)
Sosok Ibrahim ‘alaihissalam adalah teladan
pengorbanan yang tulus. Nabi Ibrahim mengajarkan
kepada kita bahwa seorang mukmin harus
sepenuhnya hidup untuk sebuah obsesi dan cita-cita
yang tinggi. Bahwa obsesi dan cita-cita seorang
mukmin tidak akan pernah terhenti hingga ia
menjejakkan kakinya di dalam Surga Allah. Obsesi
dan cita-cita itulah yang membuatnya rela melakukan
pengorbanan demi pengorbanan di kehidupan dunia
yang terlalu singkat ini.
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengajarkan kepada
kita bahwa obsesi dan cita-cita hidup kita sepenuhnya
harus selalu diukur dengan keridhaan dan kecintaan
Allah Azza wa Jalla. Apa yang diridhai dan dicintai
oleh Allah dan RasulNya, maka itulah obsesi dan cita-
cita kita. Jika tidak, maka obsesi dan cita-cita itu harus
segera kita hapus dan buang jauh-jauh dari
kehidupan kita. Karena obsesi dan cita-cita yang tidak
diridhai oleh Allah Ta’ala hanya akan membawa
4
kehidupan kita dalam serial malapetaka dan
kehancuran yang tidak ada habisnya.
Maka demi obsesi dan cita-cita tertingginya akan
Surga, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melintasi gurun
sahara yang kering, di bawah cengkraman terik
matahari dan pelukan malam-malam yang dingin.
Dan ia tidak sendiri dalam perjalanan itu. Istri dan
bayi mungilnya ikut serta “menikmati” perjalanan
penuh obsesi itu. Obsesi akan Surga Allah.
Bayangkanlah, hadirin sekalian, betapa tidak
mudahnya perjalanan itu! Tapi inilah caranya untuk
membuktikan kepada Allah Azza wa Jalla bahwa
mereka sungguh-sungguh dengan obsesi tentang
Surga itu. Dan kita semua tentu mengetahui bahwa
pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarga kecilnya itu
tidak berhenti sampai di situ.
Pertanyaan pentingnya untuk kita semua adalah:
Sudahkah obsesi dan cita-cita hidup kita sepenuhnya
untuk Allah? Jika jawabannya adalah iya, maka
seberapa besar sudah pengorbanan yang kita
tunjukkan kepadaNya untuk itu? Bersyukurlah jika
tahun ini kita ikut menyembelih hewan kurban, tapi
untuk obsesi sehebat Surga, tentu harus lebih dari itu!
Dalam konteks pengorbanan ini pula, maka kita
teringat kepada kisah heroik Keluarga Yasir di awal
5
Islam, saat mereka melewati penyiksaan demi
penyiksaan atas komitmen keislaman mereka, lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghibur
mereka dengan mengatakan:
ُ َّ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َّ َ َ َ َ ًْ َ
ﻓ ِﺈن مﻮ ِﻋﺪ�ﻢ اﺠﻟﻨﺔ، ﺎﺮﺳ
ٍ ِ ﺻﺮﺒا ﻳﺎ آل ﻳ
“Bersabarlah, wahai Keluarga Yasir! Karena
sesungguhnya janji pertemuan kalian adalah Surga.”
6
fenomena gunung es. Sedikit yang terungkap, dan
lebih banyak lagi yang tidak terungkap. Kita juga
tentu mengikuti fenomena tawuran antar pelajar dan
mahasiswa yang seringkali disebabkan oleh hal-hal
remeh yang tidak masuk di akal.
Dengan semua fenomena kebobrokan kaum muda
Indonesia itu, kita kemudian dikejutkan dengan klaim
sebuah media televisi bahwa lembaga-lembaga Rohis
adik-adik kita di SMA adalah sarang pengkaderan
teroris. Stasiun televisi itu lupa bahwa Rohis adalah
benteng utama pembinaan moral anak-anak kita.
Kenyataan dan fakta ini tentu saja membuat kita
bertanya: Mengapa itu semua terjadi?
Dalam konteks perjuangan Nabi Ibrahim, kita
dapat mengatakan bahwa banyak generasi tua dan
generasi muda telah kehilangan obsesi dan cita-cita
hidup yang sesungguhnya. Banyak orang berjalan
dalam obsesi-obsesi semunya.
Mereka semua mungkin tahu bahwa korupsi,
berzina dan melakukan kezhaliman itu dosa. Tapi
lemahnya obsesi dan cita-cita akhirat, membuat
mereka takluk tak berdaya pada godaan dunia yang
menghancurkan masa depan akhirat mereka.
7
Karena obsesi semacam ini pula, banyak orang tua
yang lupa bahwa anak-anak mempunyai kebutuhan
yang jauh lebih besar daripada uang dan materi.
Mereka membutuhkan belaian cinta dan bimbingan
penuh kasih sayang dari orang tua mereka.
8
Inilah sifat dan karakter dasar yang harus
dimiliki oleh setiap orang tua: lemah lembut,
pengasih dan yang tidak kalah pentingnya: selalu
kembali dan bersandar kepada Allah yang Mahakuat.
Coba renungkan doa yang dipanjatkan Ibrahim
karena kecintaannya kepada keluarga dan anak-
anaknya:
ْ َ َّ َ َ ْ ُ ْ َ ً َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ِّ َ ُ َ ْ َ َ ْ َ
و ِ�ذ ﻗﺎل ِإﺑﺮا ِﻫﻴﻢ رب اﺟﻌﻞ ﻫﺬا اﺒﻟ� آ َ ِﻣﻨﺎ واﺟﻨﺒ ِ� و� ِ� أن
َْ ََُْ
َاﻷ ْﺻﻨَﺎم �ﻌﺒﺪ
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa: ‘Wahai Tuhanku,
jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan
jauhkanlah aku serta keturunanku dari menyembah
berhala…” (Ibrahim: 35)
َ ُ ْ َّ َ َ َ َ َّ َ َّ ِّ ُ ْ َ َ َّ َ ُ ْ َ ْ ِّ َ
رب اﺟﻌﻠ ِ� ﻣ ِﻘﻴﻢ الﺼﻼ ِة و ِﻣﻦ ذر� ِﻲﺘ ر�ﻨﺎ و�ﻘﺒﻞ دﺎﻋ ِء
“Wahai Tuhanku, jadikanlah aku sebagai orang yang
menegakkan shalat, beserta keturunanku. Duhai
Tuhan kami, terimalah doaku…” (Ibrahim: 40)
10
Kepada mereka yang mendapatkan amanah
untuk memimpin dan mengatur negeri ini, mulai dari
level nasional hingga level lokal…Kepada aparatur
peradilan dan keamanan…Tunaikanlah amanah
mengatur negeri ini dengan penuh rasa takut kepada
Allah. Jangan pernah berlaku zhalim sedikit pun,
karena itu –kata Rasulullah- akan menjadi kegelapan
yang berlapis-lapis pada hari kiamat. Renungkanlah
selalu firman Allah Ta’ala ini:
َ ُ َّ ُ َ ْ َ َّ َ ً َ َ َّ َّ َ َ ْ َ َ َ
ٍْﻮن إ َّ� َﻤﺎ ﻳُ َﺆ ِّﺧ ُﺮ ُﻫ ْﻢ ﻴﻟَﻮم
ِ ِ وﻻ ﺤﺗﺴﻦﺒ ا� ﺎﻏ ِﻓﻼ �ﻤﺎ �ﻌﻤﻞ اﻟﻈﺎلِﻤ
َْ
ُاﻷﺑْ َﺼﺎر ُ َ َْ
�ﺸﺨﺺ ِ�ﻴ ِﻪ
“Dan jangan pernah sekalipun engkau menyangka
Allah akan lalai dengan apa yang dilakukan oleh
orang-orang zhalim. Sungguh Allah hanya mengulur
mereka hingga hari di mana pandangan mata mereka
terbelalak.” (Ibrahim: 42)
Kepada rekan-rekan generasi muda, jangan
pernah terlena dengan tubuh yang masih kuat, mata
yang masih tajam, kulit yang mesih kencang dan usia
yang belum tua. Semua itu sama sekali bukan jaminan
bahwa perjalanan Anda di dunia masih lama. Sebab
tua dan muda memiliki kedudukan yang sama di
hadapan kematian. Gunakanlah tubuh yang kuat dan
11
usia muda ini untuk bekerja meraih kesuksesan dunia
dan akhirat Anda.
Kepada para muslimah yang mulia, kaum wanita
adalah pilar utama bangunan suatu masyarakat. Dan
kaum wanita hanya bisa menjadi pilar utama itu jika
mereka tetap berada dalam fitrah kewanitaan mereka
sesuai yang digariskan Allah dan RasulNya. Dan hari
ini, Indonesia yang tertatih-tatih ini menanti
kehadiran Anda, para wanita sejati, yang membelai
dan mendidik anak-anaknya dengan cinta, yang
belajar setinggi-tingginya agar dapat menjadi ibu
yang cerdas dan bijak bagi anak-anaknya, bukan
untuk yang lainnya…
Kepada para penanggung jawab dan pelaksana
media informasi, pesan kami hanya satu: tulis dan
sampaikan apa saja yang ingin Anda sampaikan, tapi
ingatlah bahwa setiap kata dan ucapan itu akan Anda
pertanggungjawabkan di hadapan Allah Azza wa Jalla.
Tak satu pun kata yang tertulis atau terucapkan yang
akan luput dari pengadilan Allah kelak. Karenanya
berhati-hatilah dengan pena dan ucapan Anda.
12
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
walillahilhamd!
Akhirnya, di ujung khutbah ini, marilah kita
tundukkan hati dan jiwa serta seluruh tubuh ini
kepada Allah, untuk berdoa dengan penuh keikhlasan
padanya.
13
Seharusnya kami jauhi laranganMu, tapi kami lebih
sering mengikuti hawa nafsu kami…
Duhai Allah yang Maha pengampun, tidak ada
yang mampu mengampuni dan menutupi semua dosa
kami selain Engkau. Engkaulah Penguasa segalanya.
Ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa yang
berserakan di sepanjang hidup kami…Ampuni
kelalaian kami mengingatMu…Ya Allah, jika Engkau
tak lagi berkenan mengampuni kami, maka entah ke
mana lagi kaki ini melangkah mencari pengampunan
itu…
Duhai Allah yang Maha melihat, yang Maha
mendengar…hari ini, untuk kesekian kalinya kami
menundukkan jiwa kami dan mengakui betapa
seringnya kami durhaka kepada kedua orang tua
kami. Tidak jarang kami membantah dan berbicara
tidak pantas kepada mereka…Betapa seringnya kami
mengabaikan keperluan mereka…Kami seringkali lupa
bahwa mereka-lah pintu kami memasuki Surga-Mu, ya
Allah.
Duhai Allah yang Maha luas ampunanNya,
ampunilah semua kedurhakaan dan kelalaian kami
kepada mereka…liputilah kedua orang tua kami
dengan ampunan dan rahmatMu…terangi alam kubur
mereka yang telah tiada dan berikan kekuatan
14
beramal shaleh kepada mereka yang masih hidup…Ya
Allah, izinkan kami untuk berbakti sebaik mungkin
kepada mereka hingga kehidupan kami berakhir di
dunia ini…
15
Mu. Ampuni jikalau kami begitu sombong kepada-Mu,
ampuni amal-amal kami yang amat jarang ini: shalat
kami yang hampir tiada khusyu’, ampuni shadaqah
kami yang amat kikir, ya Allah. Ampuni kezaliman
kami kepada orang tua kami. Engkau Yang Maha
Mengetahui luka dihatinya. Ampuni jikalau orang tua
kami menyesal melahirkan kami. Ampuni ya Allah,
jikalau kami sering melukai dan melalaikannya.
Ampuni jika ada orang yang terhina dan tersesat
karena lisan kami, ampuni andaikata ada harta
haram, makanan haram yang melekat pada tubuh
kami ya Allah. Hapuskan semuanya ya AllahYa Allah,
Tuhan yang Maha mendengar dan Maha
melihat…karuniakanlah kepada kami pemimpin-
pemimpin yang tidak pernah takut kecuali kepadaMu.
Berikan hidayah kepada mereka untuk selalu
beribadah dan menegakkan ketetapanMu.
Karuniakanlah kepada kami para pemimpin yang
memimpin kami dengan cinta, yang tulus memimpin
untuk kebaikan kami di dunia dan akhirat…
Ya Allah, Zat Yang Maha Mengabulkan doa
kabulkanlah doa kami, penuhilah permintaan kami.
Kami adalalah hamba-Mu yang lemah, harapan kami
hanya kepadaMu, Engkau Maha Mendengar,
16
Engkaulah Penguasa satu-satunya Yang Haq,
Engkaulah sebaik-baik Pemberi yang diharap.
َ َّ َ َ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ ً
ر�ﻨﺎ ﻻ ﺗ ِﺰغ ﻗﻠﻮ�ﻨﺎ �ﻌﺪ ِإذ ﻫﺪﻳتﻨﺎ وﻫﺐ ﻨﻟﺎ ِﻣﻦ ﺪﻟﻧﻚ رﻤﺣﺔ
ُ َّ َ َ ْ َ ْ َ َّ
ِإﻧﻚ أﻧﺖ الﻮﻫﺎب ،
َ ّ َ َ َ َ ًَ َ َ َ َ َ ُّ ْ َ َ َ َ ً َر َّ�ﻨَﺎ آﺗﻨَ
ﺎر ،ِ اﻨﻟ اب ﺬ ﻋ ﺎﻨ ﻗ
ِ و ﺔ ﻨ ﺴ ﺣ ة ﺮ
ِ ِاﻵﺧ �ِ و ﺔ ﻨﺴ ﺣ ﺎ ﻴ � اﺪﻟ ﻲﻓ ﺎ
ِ ِ
لﻤ ْﺮ َﺳﻠ ْ�َ ﻰﻠﻋ ا ْ ُ
ُ ْ َ َ َ ّ َ َ ّ ْ َّ َ َّ َ ُ ْ َ َ َ َ ٌ َ َ
ﺳﺒﺤﺎن ر�ِﻚ ر ِب اﻟ ِﻌﺰ ِة �ﻤﺎ ﻳ ِﺼﻔﻮن وﺳﻼم
ِ
َ ّ ُ َ َ َّ َ َ َ َ ّ َ ُ َ َ ّ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ ُ ْ َ َْ
ﷲ ر ِب اﻟﻌﺎل ِﻤ� ،وﺻ� اﷲ وﺳﻠﻢ ﻰﻠﻋ ﻧ ِب ِﻴﻨﺎ �ﻤ ٍﺪ واﺤﻟﻤﺪ ِ
ﻤﺟﻌ ْ�َ ﺤﺒﻪ أَ ْ َ َ َ ْ َ ََ
ِ آﻪﻟ وﺻ ِ ِ وﻰﻠﻋ ِ ِ
.
17