Anda di halaman 1dari 1

Meskipun angka kejadian stunting di Indonesia pada tahun 2023 telah mengalami

penurunan, stunting masih menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Pada tahun 2024,
pemerintah menargetkan angka stunting turun di 14%. Sehingga diharapkan seluruh lapisan
masyarakat terlibat dalam pemenuhan target ini.
Stunting sebenarnya tidak hanya tentang kurangnya tinggi badan anak, tetapi juga
tentang kemungkinan penyakit kronis penyerta dan keterlambatan proses belajar anak. Ada
beberapa faktor risiko terjadinya stunting, termasuk yang paling utama adalah Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) pada anak. Seorang bayi yang lahir dengan BBLR memiliki potensi
lebih tinggi mengalami stunting dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan
normal.
BBLR dapat dicegah dengan memperhatikan status gizi dan infeksi ibu hamil. Infeksi
pada ibu hamil besar kemungkinan akan terbawa kepada bayi sehingga terjadi infeksi yang
berkepanjangan. Salah satu upaya pencegahan infeksi adalah pemeriksaan urine ibu hamil
dan balita sebagai langkah awal/skrining kemungkinan adanya infeksi. Dengan harapan jika
terdeteksi lebih awal, maka dapat ditangani lebih cepat dan tepat.
Melihat masih tingginya kejadian infeksi terutama pada ibu hamil dan balita, maka dari
itu dilakukanlah kegiatan Pengabdian Masyarakat Fakultas Vokasi yang berjudul
“Pendampingan Pemeriksaan Profil Urinalisis Ibu Hamil Dan Balita Serta Penyuluhan
Kesehatan Sebagai Upaya Skrining Potensi Terjadinya Kejadian Stunting Dan Bayi Berat
Lahir Rendah Di Rusun Penjaringan Kecamatan Rungkut Surabaya” Kegiatan ini dilakukan
oleh tim dosen dan mahasiswa program studi DIII Teknologi Laboratorium Medis di
kelurahan Penjaringan Sari, Surabaya.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang diketuai oleh ibu Amalia Ajrina, S.Si, M.Si ini
diawali dengan pendataan jumlah ibu hamil dan balita di kelurahan tersebut. Setelah itu,
kegiatan dilanjutkan dengan sampling urine ibu hamil dan balita sesuai dengan jumlah yang
sudah didata sebelumnya. Urine yang telah terkumpul langsung diperiksa dan dianalisis oleh
tim sehingga didapatkan beberapa parameter urinalisis seperti protein urine, nitrit, keton,
leukosit, pH, dan lainnya.
“Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan mengingat pentingnya mengetahui
kemungkinan terjadinya infeksi pada ibu hamil dan balita sedini mungkin. Karena gejala
infeksi ini terkadang mirip dengan penyakit lain sehingga sulit dikenali sehingga mayoritas
orang tidak menyadari dengan cepat. Pentingnya pemeriksaan urine adalah sampling dapat
dilakukan dengan mudah, minim rasa sakit, dan nyaman serta hasil analisis yang relatif lebih
cepat karena menggunakan alat POCT. Selain itu, dari hasil analisis urine tersebut dapat
“diramal” adanya potensi atau kejadian infeksi pada pasien.”, ujar Amalia Ajrina, S.Si, M.Si
yang diamini oleh anggota lainnya yaitu ibu Ratna Wahyuni, S.Si, M.Si, Ph.D dan bapak
Taufiqurrahman Sidqi, S.Si, M.Si.

Anda mungkin juga menyukai