Anda di halaman 1dari 12

INFO ± TEKNIK

Volume 3 No. 1, Desember 2002 (8 - 19)

Analisis Alternatif Produk Baling-Baling


Dengan Pendekatan Rekayasa Nilai

Mastiadi Tamjidillah, Aqli Mursadin 1

Abstrak ± Pengembangan produk menjadi hal yang penting untuk dikaryakan, dengan melakukan
pengembangan produk akan selalu memiliki kemampuan bersaing dan mampu mengantisipasi
perkembangan kebutuhan konsumen, dalam arti kata produk tersebut memiliki fungsi-fungsi yang
berkembang pada konsumen. Produk baling-baling pada mulanya hanya dilihat sebagai fungsi penggerak
saja, tetapi perkembangan konsumen menimbulkan kebutuhan lain, sehingga dikembangkan fungsi-fungsi
lainnya. Pengembangan fungsi tersebut akan menimbulkan alternatif-alternatif produk, selanjutnya
dengan penerapan Rekayasa Nilai (Value engineering) akan didapat alternatif yang mampu memenuhi
fungsi-fungsi tersebut dan menghasilkan suatu nilai (score) yang dapat digunakan sebagai patokan untuk
menenntukan alternatif.
Rekayasa Nilai merupakan pendekatakan yang sistematis dan terorganisir. Studi ini dapat
mengidentifikasikan biaya-biaya yang tidak diperlukan dalam suatu desain, mencoba menampilkan ide-
ide baru yang berkaitan dengan produk yang sedang dikembangkan dan meningkat performansi produk
tersebut dengan cara mencari material baru ataupun teknologi yang dapat digunakan.
Hasil analisa ini merupakan suatu usulan pemilihan cetakan baling-baling kapal secara umum. Dengan
melakukan implementasi studi ini, perlu dijabarkan lebih lanjut oleh para ahli (multi disipliner)
dibidangnya. Hasil akhir perhitungan setelah dibandingkan dengan biayanya didapatkan 8 alternatif
memiliki nilai (Value) yaitu sebesar 1.9665. nilai (Value) tersebut menunjukkan bahwa performasi yang
dimiliki oleh alternatif desain tersebut. Dengan memiliki kemampuan daya saing yang lebih dari alternatif
desain yang lain. Alternatif 8 adalah baling-baling dengan seri desain the N.P.L Standard B Screw Series
dengan Spesifikasi desain antara lain Jumlah Daun (B) = 4 buah ; Diameter Baling-baling (D) = 8,4 Inch ;
Ratio Poros Baling-Baling (dB) = 0,167. Ratio Gerak (Pm) = 0,8 Ratio Ketebalan (W) = 0,045 ; Ratio Area
Dauan (aE) = 0,5 Sudut Sapuan (\R) = 12,0o bahan Baku Alumunium.

Keywords - baling-baling, alternatif, value, score.

perkembangan konsumen menimbulkan


1
PENDAHULUAN kebutuhan lain sehingga perlu dikembangkan
fungsi-fungsi lainnya, seperti fungsi-fungsi
Untuk menciptakan industri yang efesien dan kebutuhan konsumen. Pengembangan fungsi
efektif diperlukan produk akhir yang memiliki tersebut akan menimbulkan alternatif-alternatif
kekuatan untuk menguasai pasar, baik pasar produk, selanjutnya dengan penerapan
dalam negeri maupun pasar luar negeri. Rekayasa Nilai (Value Engineering) akan
Perencanaan dan pengembangan produk didapat alternatif yang mampu memenuhi
menjadi hal yang penting untuk mendapatkan fungsi-fungsi tersebut. Penerapan Rekayasa
produk industri yang handal. Perencanaan dan Nilai (Value Engineering) akan menghasilkan
pengembangan nproduk hendaknya tidak suatu nilai (score) yang dapat dijadikan
hanya merencanakan dan mengembangkan sebagai patokan untuk menentukan alternatif.
produk yang memiliki biaya yang rendah, Dalam penelitian ini akan dibahas salah satu
tetapi juga memiliki kemampuan produk manufacturing yang penting bagi
(performance) yang baik sehingga memiliki masyarakat nelayan yaitu baling-baling
kemampuan daya saing yang tinggi. (propeler) kapal dengan daya motor 20 PK
Produk baling-baling pada mulanya hanya sampai 22 PK. Masyarakat yang lain dimana
dilihat sebagai fungsi penggerak saja, tetapi pendapatan nelayan ini sangat tergantung dari
banyaknya tangkap ikan yang didapat. Untuk
mencapai perairan yang jauh nelayan
1
Staf pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin

8
Mastiadi T., Aqli M., Analisis Alternatif Produk « 9

membutuhkan motor penggerak kapal yang Tahap kreatif


handal dengan motorisasi. Tahap kreatif ini akan dimunculkan
sebanyak mungkin alternatif dan selanjutnya
dilakukan seleksi terhadap alternatif-alternatif
TINJAUAN PUSTAKA yang memiliki potensial untuk dilakukan
penghematan biaya pengembangan alternatif
Baling-baling kapal merupakan salah satu berdasarkan faktor jenis, seri baling-baling,
komponen motor penggerak kapal dimana bahan baku baling-baling, detail geometris
semakin jauh jarak layarnya maka semakin yang meliputi banyaknya daun baling-baling,
banyak baling-baling yang dibutuhkan. Pada ratio tebal daun (Blade thcness ratio), ratio
umumnya baling-baling yang baik adalah poros baling-baling (boss ratio), ratio wilayah
baling-baling yang memiliki kekuatan yang pengembangan daun (developed area ratio)
tinggi sehingga memiliki jarak tempuh yang dan derajat sapuan (fokeangle) dimana
jauh serta desain daun baling-baling yang tipis masing-masing bervariasi menurut jenis
sehingga mampu mengurangi tekanan air dan serinya.
memiliki kemampuan terhadap air laut yang Bahan baku pembuatan baling-baling
bersifat garam. (propeler) dengan Alumunium dan Kuningan.
Desain awal yang saat ini banyak dipasarkan Bahan baku Alumunium memiliki sifat mudah
adlaah baling-baling dengan jenis The di lebur, lebih ringan, relatif murah dan baling-
N.S.M.B (Troos B) standar Screw yang terdiri baling yang dihasilkan tidak dapat diproses
dari 3 daun dengan diameter 9,5 inch ; Ratio dan mudah patah sehingga memiliki jarak
poros baling-baling (dB) = 0,18 ; Ratio gerak tempuh yang rendah. Bahan baku Kuningan
(Pm) = 0,8 ; Ratio ketebalan (W) = 0,050 ; Ratio memiliki sifat lebih kuat, lebih berat, lebih
area daun yang dikembangkan (aE) = 0,65 ; mahan dan baling-baling yang dihasilkan
Sudut sapuan (\R) = 15o menimbulkan getaran dan suara bising yang
keras. Faktor alternatif produk bahan baku ini
Analisa fungsi diperlukan untuk semua alternatif yang ada.
Faktor-faktor alternatif produk detail
Fungsi yang mendukung baling-baling kapal geometris seperti banyaknya daun baling-
yang terbuat dari alumunium dan kuningan baling (Number of Blade), Ratio tebal daun
akan dijabarkan dalam 2 kata terdiri atas kata (Blade Thicnees ratio), Ratio poros baling-
kerja dan kata benda, seperti pada tabel baling (Boss Ratio), Ratio wilayah
berikut: pengembangan daun (Developed Area Ratio),
Ratio gerak baling-baling (Pitch Ratio) dan
Tabel 2.1 Fungsi baling-baling kapal
Derajat sapuan (Rake Angle) untuk tiap jenis
FUNGSI Tingkat seri baling-baling berada.
No Uraian Kata
Kata Kerja Alternatif 1
Benda
1. Daun Menggerakkan Air P Produk design menurut The N.S.M.B (Troost
baling- B) Standar Screw Series dengan jumlah daun
Menyapu Air S
baling (B) = 4 buah ; Diameter baling-baling (D) =
Mengarahkan Air S 240 mm Ratio poros baling-baling (dB) =
2. Poros Memberi Daya P 0,167 ; ratio gerak (Pm) = 1,2 ; Ratio
baling- dorong ketebalan (W) = 0,040 ; Ratio area yang
Mendukung S
baling dikembangkan (aE) = 0,60 ; Sudut sapuan (\ R)
Daun
= 15o, bahan baku Alumunium.
Keterangan : P = Fungsi Primer
S = Fungsi /sekunder Alternatif 2
Produk desin menurut The N.S.M.B (Troost
B) Standard Screw Series dengan jumlah daun
(B) =5 buah ; Diameter baling-baling (D) =
10 INFO TEKNIK, Volume 3 No.1, Desember 2002

240 mm Ratio poros baling-baling (dB) = baling-baling (dB) = 0,167 ; Ratio gerak (Pm)
0,167 ; Ratio gerak (Pm) = 1,2 ; Ratio = 1,0 ; Ratio ketebalan (W) = 0,045 ; Ratio area
ketebalan (W) = 0,040 ; Ratio area yang yang dikembangkan (aB) = 0,60 ; Susut sapuan
dikembangkan (aE) = 0,60 ; Sudut sapuan (\) (\ R) = 150, bahan baku : Kuningan.
= 150, bahan baku : Alimunium.
Alternatif 8
Alternatif 3 Produk design menurut The N.P.L Standard B
Produk design menurut The K.C.B.2 Standard Screw Series dengan jumlah daun (B) = 4 buah
Screw Series dengan jumlah daun (B) = 4 buah ; Diameter baling-baling (D) = 8,4 Inch Ratio
; Diameter baling-baling (D) = 4 buah ; poros baling-baling (dB) = 8,4 Inch Ratio
Diameter baling-baling (D) = 16 Inch Ratio Poroos baling-baling (dB) = 0,167 ;Ratio gerak
poros baling-baling (dB) = 0,2 ; Ratio gerak (Pm) = 1,0 ; Ratio ketebalan (W) = 0,045 ;
(Pm) = 1,0 ; Ratio ketebalan (W) = 0,045 ; Ratio area yang dikembangkan (aB) = 0,80 ;
Ratio area yang dikembangkan (ad) = 0, 60 ; Susut sapuan (\) = 12,50, bahan baku :
sudut sapuan (\ R) = 150, bahan baku : Alumunium.
Alumunium.
Alternatif 9
Alternatif 4 Produk design menurut The N.P.L Standard D
Produk design menurut The N.P.L.C Standard Screw Series dengan jumlah daun (B) = 5 buah
Screw Series dengan jumlah daun (B) = 3 buah ; Diameter baling-baling (D) = 8,4 Inch Ratio
: Diameter baling-baling (D) (dB) = 0,156 ; poros baling-baling (dB) = 0,167 ; Ratio gerak
ratio gerak (Pm) = 1,0 ; Rato ketebalan (W) = (Pm) = 0,85 Inch ; Ratio ketebalan (W) = 0,045
0,050 ; Ratio area yang dikembangkan (a E) = ; Ratio area yang dikembangkan (a E) = 0,50 ;
0,40 ; Sudut sapuan (\ R) = 150, bahan baku Susut sapuan (\R) = 100, bahan baku :
alumunium. Alumunium.

Alternatif 5
Produk design menurut The N.P.L.B.W METODE PENELITIAN
(Bladge Width) Standard Screw Series dengan
jumlah daun (B) = 4 buah ; Diameter baling- Suatu tahapan penelitian merupakan
baling (D) = 10 inch Ratio poros baling-baling rangkaian yang terkait satu dengan yang
(dB) = 0,156 ; Rato gerak (Pm) = 1,0 ; Ratio lainnya, proses-proses tersebut dijabarkan
ketebalan (W) = 0,050 ; Ratio Ratio rata-rata secara sistemis dan ekploratif. Tahapan-
lebar daun (bm) = 0,27 ; Sudut sapuan (\R) = tahapan tersebut mendefinisikan suatu sumber
150, bahan baku : Alumunium. informasi yang akan digunakan dalam
pengambilan keputusan dan penarikan
Alternatif 6 kesimpulan.
Untuk memperoleh keakuratan penelitian,
Produk design menurut The N.P.L.B.S semakin banyak data yang diambil akan
(Bladge Section) Standard Screw Series semakin baik karena nilai statistik yang
dengan jumlah daun (B) = 4 buah ; Diameter didapat semakin mendekati parameter
baling-baling (D) = 10 Inch Ratio poros populasi. Sehingga pengambilan sampel yang
baling-baling (dB) = 0,167 : Ratio area yang sesuai sangat diperlukan sebagai salah satu
dikembangkan (ag) = 0,60 ; Susut sapuan (\R) alternatif untuk kecukupan data. Pengumpulan
= 150, bahan baku : Alumunium. informasi didapatkan melalui studi pustaka
dan observasi ke lapangan yang mendukung
Alternatif 7 proses pengumpulan data.
Produk design menurut The N.P.L.N.S
(Bladge Section) Standard Screw Series
dengan jumlah daun (B) = 4 buah ; Diameter
baling-baling (D) = 10 Inch Ratio poros
Mastiadi T., Aqli M., Analisis Alternatif Produk « 11

HASIL DAN PEMBAHASAN biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum


suatu alternatif dilaksanakan, apabila
pengembangan memerlukan biaya tinggi,
Analisa keuntungan dan kerugian
maka akan diberi nilai mendekati 0,
Penjelasan tentang analisa keuntungan dan sedangkan bila tanpa biaya diberi nilai
kerugian setiap alternatif dengan kriteria- mendekati 10.
kriteria sebagai berikut : 3. Waktu Pelaksanaan. Untuk menilai tingkat
1. Faktor Produksi kecepatan waktu pelaksanaan dari suatu
Faktor-faktor tersebut meliputi kesulitan alternatif. Bila waktu pelaksanaan yang
dalam produksi dan biaya produksi, dimana dibutuhkan sangat lama akan diberi nilai
baling-baling kapal yang baik adalah baling- mendekati 0, sedangkan bila waktu
baling yang memiliki kesulitan produksi dan pelaksanaan yang dibutuhkan sangat
biaya produksi yang rendah. Kesulitan dalam singkat maka akan diberi nilai mendekati
berproduksi merupakan salah satu unsur yang 10.
dianggap biaya produksi tinggi. 4. Kemungkinan Pelaksanaan. Untuk menilai
2. Faktor Penggunaan apakah suatu alternatif memungkinkan
Baling-baling dengan stabilitas yang tinggi untuk dilaksanakan atau tidak.
akan mampu menjaga umur motor kapal dan Kemungkinan pelaksanaan disini
menghindari kebisingan yang akan dilaksanakan adalah tingkat kesulitan atau
mempengaruhi hasil tangkapan. Selain itu kemudahan pelaksanaan. Apabila
fleksibilitas baling-baling terhadap daya motor alternatif mempunyai kemungkinan untuk
akan mendukung nilai baling-baling. dilaksanakan sangat kecil maka akan diberi
3. Faktor kemampuan Produk nilai 0, sedangkan bila waktu pelaksanaan
Kemampuan baling-baling yang terdiri dari yang dibutuhkan sangat singkat maka akan
kemampuan jarak layar dan kutuhan terhadap diberi nilai mendekati 10.
tekanan akan keutuhan terhadap tekanan akan 5. Penghematan. Untuk menilai
mendukung kemampuan baling-baling. kemungkinan penghematan yang dapat
diperoleh dari masing-masing alternatif
Matriks kelayakan bila dibandingkan dengan desain semula.
Pertimbangan yang dilakukan mengenai Untuk alternatif yang kurang memberi
kriteria-kriteria kelayakan berdasarkan pada penghematan diberi nilai mendekati 0,
lima kriteria, dimana pada angka antara 0 ± 10. sedangkan jika alternatif dinilai memberi
Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai penghematan yang besar maka diberi nilai
berikut : mendekati 10.
1. Teknologi dan Penggunaan Untuk menilai Pelaksanaan matrik kelayakan analisa akan
apakah suatu alternatif menggunakan dilakukan oleh beberapa penilai (rsepon) yang
teknologi tinggi atau teknologi yang umum memiliki kualifikasi yang baik, dimana
digunakan. Apabila teknologi yang setidak-tidaknya memiliki latar pendidikan
digunakan masih baru maka akan diberi atau pengalaman yang cukup dibidang
angka mendekati 0, hal ini dikarenakan perkapalan terutama pada design atau produksi
bila semakin tinggi teknologi yang baling-baling.
digunakan maka akan mempersulit proses
produksi karena dibutuhkan waktu untuk
menguasai teknologi tersebut. Sedangkan Matriks evaluasi
bila menggunakan teknologi yang telah Dalam analisa ini alternatif-alternatif terpilih
umum maka akan diberi nilai mendekati akan dinilai dengan jumlah responden yang
10, karena kemungkinan untuk telah dianggap ahli dengan kriteria-kriteria
mewujudkan suatu alternatif akan mudah. sebagai berikut :
2. Biaya Pengembangan. Untuk menilai
apakah suatu alternatif akan mahal atau 1. Jauh Jarak Layar
tanpa biaya bila dikembangkan. Biaya Jauh dekatnya jarak layar menjadi salah satu
pengembangan disini maksudnya adalah kriteria untuk memilih baling-baling kapal
12 INFO TEKNIK, Volume 3 No.1, Desember 2002

Tabel 4.1. Analisa keuntungan dan kerugian


No Alternatif Keuntungan Kerugian
x Jarak layar tinggi x Sulit dalam produksi
1 D. awal x Ketahanan tinggi x Daya produksi
x Stabilitas rendah
x Mudah dalam produksi x Jarak layar cukup jauh
2 1 x Biaya produksi cukup rendah x Ketahanan tinggi
x Stabilitas tinggi
x Mudah dalam produksi x Biaya produksi tinggi
3 2 x Biaya produksi cukup rendah x Ketahanan tinggi
x Stabilitas tinggi
x Mudah dalam produksi x Jarak layar cukup
4 3 x Biaya cukup rendah x Ketahanan cukup
x Stabilitas cukup tinggi
x Mudah dalam produksi x Jarak layar cukup
5 4 x Biaya cukup rendah x Ketahanan cukup
x Stabilitas cukup tinggi
x Stabilitas cukup tinggi x Jarak layar cukup
6 5 x Ketahanan cukup tinggi x Biaya cukup
x Mudah dalam produksi
x Jarak layar cukup tinggi x Ketahanan cukup
7 6 x Stabilitas cukup tinggi x Biaya cukup
x Mudah dalam produksi
x Jarak layar tinggi x Ketahanan cukup
8 7 x Stabilitas cukup tinggi x Biaya cukup
x Mudah da;am produksi
x Jarak layar cukup tinggi x Ketahanan cukup
9 8 x Ketahanan cukup tinggi x Biaya cukup
x Stabilitas cukup tinggi
x Jarak layar cukup x Ketahanan cukup
10 9 x Ketahanan cukup tinggi x Biaya cukup
x Stabilitas cukup tinggi

yang baik, bila dapat melakukan penangkapan Sedangkan keandalan motor dipengaruhi
ikan jauh dari garis pantai maka hasil yang ketidakstabilan akan menimbulkan getaran
didapatkan akan semakin banyak pada poros motor yang akan menyebabkan
tangkapannya, maka semakin jauh jarak kerusakan pada motor kapal, makin stabil
layarnya akan semakin baik baling-baling baling-baling semakin baik baling-baling
kapal. kapal.

2. Stabilisasi 3. Biaya produksi


Stabilisasi baling-baling kapal sangat Biaya produksi yang rendah tanpa
penting karena akan mempengaruhi tingkat mengabaikan kualitas akan membuat baling-
kebisingan akan mempengaruhi tingkat baling kapal dinilia baik, karena biaya
kebisingan dan keandalan dari motor kapal. produksi merupakan unsur penentu nilai.
Tingkat kebisingan akan mempengaruhi hasil Biaya produksi sebagai faktor pembagi,
tangkapan dimana makin bising baling-baling semakin kecil biaya produksi semakin baik
maka semakin rendah hasil tangkapannya. baling-baling kapal.
Mastiadi T., Aqli M., Analisis Alternatif Produk « 13

4. Ketahanan n2 n 62 6
Ketahanan baling-baling meliputi ketahanan (J) 15
2 2
terhadap air dan ketahanan terhadap sifat Kriteria tersebut akan dibandingkan dengan
garam air. Baling-baling kapal memiliki memberi skor perbandingan berpasangan.
ketahanan, dan memiliki nilai tinggi. Hasil perbandingan kepentingan tersebut dapat
diuraikan di bawah ini :
Tabel 4.2. Alternatif-alternatif terpilih

Alternatif Nilai Kelayakan Ranking

1. 1 536 1
2. 2 517 7

3. 3 525 3
4. 4 530 2

5. 5 523 6
6. 6 523 5

7. 7 509 8
8. 8 523 4

9. 9 503 9

5. Kesulitan produksi Pembobotan kriteria


Design dari baling-baling kapal sangat
Kriteria Jauh Layar =
(3) x Kriteria
mempengaruhi tingkat kesulitan produksi bila
Stabilitas
produk memiliki spesifikas yang khusus maka
Kriteria Jauh Layar = (5) x Kriteria
diperlukan teknik produksi yang memadai dan
Biaya produksi
sumber daya manusia yang handal. Material
Kriteria Jauh Layar = (3) x Kriteria
dari baling-baling, juga mempengaruhi tingkat
Ketahanan
kesulitan produksi. Baling-baling mempunyai
Kriteria Jauh Layar = (5) x Kriteria
nilai tinggi bila kesulitan produksi rendah.
Kesulitan
6. Fleksibilitas Terhadap Daya Motor Produksi
Design baling-baling seringkali dapat Kriteria Jauh Layar = (8) x Kriteria
digunakan untuk motor kapal dengan berbagai Flexsibilitas
daya. Bila baling-baling tersebut memiliki Daya Motor
kemampuan maka memiliki nilai tinggi lebih Kriteria stabilitas = (4) x Kriteria Biaya
mampu memenuhi kebutuhan pasar. Produksi
Sebelum melakukan perhitungan terlebih Kriteria stabilitas = (2) x Kriteria
dahulu di analisa bobot dari kriteria-kriteria Ketahanan
yang digunakan pada matrik evaluasi. Kriteria Kriteria stabilitas = (4) x Kriteria
yang diberi bobot dengan menggunakan Kesulitan
metode perbandingan berpasangan Analytic Produksi
Hierarchy Process Entri, proses perbandingan Kriteria stabilitas = (7) x Kriteria
berpasangan untuk 6 elemen perbandingan Flexsibilitas
sebanyak-banyaknya (J) yang dihitung dengan Daya Motor
rumus sebagai berikut : Kriteria Biaya Produksi= (1) x Kriteria
Ketahanan
14 INFO TEKNIK, Volume 3 No.1, Desember 2002

Kriteria Biaya Produksi= (3) x Kriteria apakah data perbandingan berpasangan adalah
Fleksibilitas konstan dengan rumus sebagai berikut :
Daya Motor C1
Kriteria Biaya Produksi= (8) x Kriteria Consistency (CR)
R1
Fleksibilitas
0,0875
Daya Motor 0,0706
Kriteria Ketahanan = (7) x Kriteria 1,24
Fleksibilitas Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Ratio
Daya Motor Konsistensi data perbandingan berpasangan

Tabel 4.3. Matriks perbandingan berpasangan-AHP


Kriteria 1 2 3 4 5 6
1 1 3 5 3 5 8
2 1/3 1 4 2 4 8
3 1/5 ¼ 1 1 3 8
4 1/3 ½ 1 1 3 7
5 1/5 ¼ 1/3 1/3 1 4
6 1/8 1/7 1/8 1/7 ¼ 1

Tabel 4.4. Perbandingan relatif kriteria evaluasi


No Kriteria Perbandingan relatif O
1 Jarak layar 0,4023 6,7511
2 Stabilitas 0,2349 6,8751
3 Biaya produksi 0,1290 6,3332
4 Ketahanan 0,1425 6,3369
5 Kesulitan Produksi 0,0649 6,1704
6 Fleksibilitas daya motor 0,0265 6,1595

Skor perbandingan berpasangan pada kriteria sebesar 0,0706 yang berarti dibawah 10%,
diatas dapat digambarkan pada Tabel 4.3. maka dapat diambila kesimpulan bahwa data
Dari hasil perhitungan running di dapat nilai tersebut adalah konsisten.
lamda (O) dan nilai perbandingan relatif seperti
yang diperlihatkan dalam Tabel 4.4. Perhitungan Performansi
Penilaian pada matriks evaluasi oleh 5
Uji Konsistensi responden untuk setiap alternatif terpilih tiap
kriteria evaluasi data, penilaian matriks
Uji konsistensi dilakukan untuk mengetahui
evaluasi data, penilaian matriks evaluasi dapat
bahwa data yang dipergunakan untuk
dilihat pada tabel berikut :
perbandingan berpasangan, telah diberikan
secara konsisten, dengan melihat hasil running
Tahap Pengembangan
program dapatlah diketahui indek konsistensi
(Consistency Index) untuk 6 elemen Pada tahap pengembangan, akan dilakukan
perbandingan sebesar 1,24, maka dapat analisa biaya dan perhitungan value dengan
dihitung nilai ratio konsistensi (Consistency menggunakan nilai performasi yang diperoleh
Ratio) sebagai parameter untuk menetapkan dari hasil analisa dengan mengunakan matriks
hasil analisa dengan mengunakan matriks
Mastiadi T., Aqli M., Analisis Alternatif Produk « 15

kelayakan untuk tiap alternatif terpilih dan BIAYA VARIABEL


alternatif awal. ± Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja tingkat I
Analisa Biaya = Rp. 8.000,-/orang
Tenaga kerja tingkat II
Biaya adalah salah satu unsur pembentuk
= Rp. 6.500,-/orang
nilai (value) dimana biaya sebagai faktor
Tenaga kerja tingkat III
pembagi, biaya yang akan diperhitungkan
= Rp. 3.500,-/orang
dalam pembahasan adalah biaya minimum dari
Tabel 4.5. Performance desain awal dan alternatif terpilih
Nilai kelayakan
1 2 3 4 5 6
Alternatif Pn
BOBOT TIAP-TIAP KRITERIA
0,4023 0,2349 0,1290 0,1425 0,0649 0,0265
D. awal 127 88 67 134 70 85 106,2857

1 40 73 94 37 117 67 60,0018
2 70 114 88 48 122 77 83,0820

3 45 76 86 46 113 64 62,6291
4 39 43 82 52 103 51 51,8104

5 50 39 89 52 105 38 55,9844
6 42 38 90 80 107 51 57,1242

7 131 109 59 131 60 38 110,2424


8 40 95 65 64 66 51 61,1716

9 36 41 66 84 81 67 50,8842

biaya yang terlibat dalam perhitungan biaya BIAYA MATERIAL


lebih banyak berpengaruh pada perbedaan ± Bahan baku alumunium (susut 20%)
bahan baku komponen baling-baling kapal = Rp. 3.500/Kg
antara lain adalah : ± Bahan baku kuningan
= Rp. 5.500/Kg
KAPASITAS TUNGKU
± Tungku alumunium BIAYA CETAKAN
= Rp. 21.200 unit/bulan ± Cetakan kuningan
± Tungku kuningan ± Cetakan semen (fix)
= Rp. 900 unit/bulan Semen (750 kg) = Rp. 650/kg
Pasir (2.250 kg) = Rp. 100/kg
BIAYA-BIAYA TETAP ± Produk Master (malam/wax) 30 gr
± Tenaga kerja langsung (5 orang x Rp. = Rp. 4.500/kg
400.000,-/bulan)
= Rp. 2.000.000,-/bulan CETAKAN ALUMUNIUM (SUB
± Overhead KONTRAK)
= 750.000/bulan ± Kapasitas 1.000 buah
= Rp. 900.000/unit
16 INFO TEKNIK, Volume 3 No.1, Desember 2002

Perhitungan biaya meliputi komponen biaya P


variabel terdiri atas biaya material, biaya V
C
tenaga kerja langsung dan biaya pembuatan di mana :
cetakan. Biaya material akan tergantung pada V = Nilai (Value)
dimensi baling-baling dan jenis bahan yang P = Performansi
digunakan. Biaya tenaga kerja dan jumlahnya C = Biaya
pada tiap-tiap proses. Sedangkan biaya
pembuatancetakan bergantung pada jenis dan Nilai (Value) merupakan suatu besaran yang
banyaknya bahan baku yang digunakan. tanpa satuan sedang biaya (C) dalam rupiah,
Komponen biaya lainnya adalah biaya tetap maka semestinya performansi (P) juga dalam
yang besarnya sama untuk semua alternatif nilai rupiah. Karena performansi hasil nilai
desain. skor, maka akan dilakukan konversi dari
performansi dalam nilai skor rupiah.
Tabel 4.6 di bawah ini menampilkan hasil Pengkonversian ini dengan melakukan
interpretasi komponen-komponen biaya dan perbandingan performansi desai awal dengan
total biaya untuk tiap-tiap alternatif. mengambil asumsi nilai (Value)

Tabel 4.6. Analisa komponen-komponen biaya


Biaya
Biaya Biaya Biaya
No Alternatif tenaga total
tetap material cetakan
kerja
1. D. awal 3.055 11.902 5.500 5.381 25.828

2. 1 3.055 505 6.300 900 10.750


3. 2 3.055 505 6.720 1.285 11.565

4. 3 3.055 505 6.300 1.125 10.985


5. 4 3.055 505 7.980 1.250 12.790

6. 5 3.055 505 5.040 666 9.266


7. 6 3.055 11.902 7.560 1.600 12.760

8. 7 3.055 505 6.050 3.870 24.877


9. 8 3.055 505 3.360 642 7.562

10. 9 3.055 505 7.560 2.000 13.120

Desain awal adalah sebesar 1 (satu) yang


Perhitungan Nilai (Value) nantinya dapat dipakai sebagai bahan acuan
untuk memilih alternatif terbaik.
Dari perhitungan pada tahap sebelumnya
Pengkonversian diperoleh dengan melakukan
didapat nilai performansi dan biaya produksi
perbandingan performansi alternatif awal
untuk setiap alternatif terpilih dan alternatif
dengan alternatif ke-n yaitu :
awal untuk perbandingan sehingga didapat
suatu nilai (value) sebagai acuan untuk Vo # Vn
memilih alternatif yang baik. Alternatif Po Pn
dengan nilai (Value) yang terbesar adalah #
Co Cn
alternatif yang dipilih.
Perhitungan nilai (Value) akan ditentukan &9¶Q DGDODK VXDWX EHVDUDQ QLODL UXSLDK XQWXN
dengan menggunakan rumus ebagai berikut : performansi sebesar Pn
Mastiadi T., Aqli M., Analisis Alternatif Produk « 17

maka &¶Q # Pn adalah alternatif 2 denga nilai (Value) sebesar


Pn C ' n 1,7464.
dengan Vn
Cn Cn
di mana : Persentase alternatif desain pertama
Vo = Nilai (Value) desain awal Alternatif desain pertama adalah alternatif 8
Vn = Nilai (Value) alternatif produk ke-n merupakan alternatif desain dengan nilai
Po = Performansi desain awal (Value) tertinggi. Alternatif 8 adalah baling-
Pn = Performansi alternatif produk ke-n baling kapal nelayan dengan spesifikasi desain
Co = Biaya desain awal bagian dari seri desain menurut The N.P.L
Cn = Performansi alternatif produk ke-n Standard B. Screw Series dengan jumlah daun
&¶Q = Performansi alternatif produk ke-n (B) = 4 buah ; Diameter baling-baling (D) =
dalam rupiah 8,4 Inch ; Ratio poros baling-baling (dB) =
0,167. Ratio gerak (Pm) = 0,8 Ratio ketebalan
Dengan menggunakan rumus di atas dihitung (W) = 0,045 ; sudut sapuan (\R) = 12,50 bahan
nilai (Value) seperti dalam Tabel 4.7 berikut : baku alumunium.
Tabel 4.7. Perhitungan Nilai (Value)

No Alternatif Pn Cn &¶Q Vn
1 D. awal 106,2857 25.828 25.838 1,0000

2 1 60,0018 10.750 14.586 1,3556


3 2 83,0820 11.565 20.197 1,7464

4 3 62,6291 10.985 15.225 1,3860


5 4 51,8104 12.790 12.595 0,9848

6 5 55,9844 9.266 13.610 1,4688


7 6 57,1242 12.760 13.877 1,0917

8 7 110,2424 24.877 26.800 1,0773


9 8 61,1716 7.562 14.871 1,9665

10 9 50,8842 13.120 12.370 0,9428

Pada alternatif fesain ini bagian daun bertipe


Tahap persentase moderate duty. Baling-baling ini mempunyai
kemampuan layar yang relatif cukup jauh
Setelah melewati tahap analisa maka kita
dengan jetahanan yang cukup kuat terhadap
akan mendapatkan alternatif desain yang
tekanan dan sifat garam dari laut. Selain itu
terbaik berdasarkan pada tingginya nilai
baling-baling ini cukup stabil sehingga tidak
(Value) pada tahap persentase, ini akan di
menimbulkan suara bising yang dapat
presentasikan 2 alternatif desain usulan dengan
mengganggu hasil tangkapan ikan.
maksud memberi keleluasaan pada pengambil
Dilihat dari segi produksi desain ini
keputusan untuk memilih alternatif desain
menyerap biaya yang wajar dibanding dengan
yang terpilih.
alternatif desain yang terbaik kedua dan faktor
Alternatif desain pertama yang diajukan
kesulitan dalam produksi lebih rendah dari
sebagai usulan adalah alternatif 9 dengan nilai
pada alternatif desain terbaik kedua. Alternatif
(Value) sebesar 1,9665 dan alternatif kedua
desain ini memiliki performance sebesar
18 INFO TEKNIK, Volume 3 No.1, Desember 2002

61.172, tetapi biaya yang diserap hanya Fungsi pada poros baling-baling
sebesar Rp. 7.562,00,-/unit sehingga desain x Fungsi memberi daya dorong sebagai
untuk bersaing dengan alternatif desain lain. fungsi Primer.
x Fungsi mendukung daun sebagai fungsi
Presentase alternatif desain kedua Sekunder.
Alternatif desain kedua adalah alternatif 2 Dari hasil pembahasan pada analisa evaluasi
merupakan alternatif-alternatif desain dengan yang berdasar pada kriteria :
nilai (Value) tertinggi kedua. Alternatif 2 1. Jauh jarak layar
adalah baling-baling kapal nelayan dengan 2. stabilitas
spesifikasi desain bagian dari seri desai the 3. Biaya produksi
M.S.M.B (Troost B). Standart screw series 4. Ketahanan
dengan jumlah daun (B) = 5 buah. 5. Kesulitan produksi
Diameter baling-baling (D) = 240 mm. 6. Fleksibilitas terhadap Daya Motor
Kurang lebih 9,5 inch. Ratio poros baling- Hasil akhir perhitungan setelah
baling (dB) = 0,167. Ratio gerak (Pm) = 1,2. dibandingkan dengan biayanya didapat
Ratio ketebalan (W) = 0,040. Ratio area daun alternatif 8 memiliki nilai (Value) yang
yang dikembangkan (aE) = 0,60. Sudut sapuan terbesar yaitu 1,9665. Nilai (Value) tersebut
menunjukkan bahwa performansi yang
(\ R) = 150. Bahan baku alumunium.
Model baling-baling seri Troost B adalah dimiliki oleh alternatif desain tersebut.
baling-baling dengan bagian dalam daun Dengan memiliki kemampuan daya saing yang
lebih dari pada alternatif desain yang lain.
bertipe aerofoil sehingga lebih efisien dalam
kondisi non covotating (tanpa peronggaan) dan Alternatif 8 adalah baling-baling dengan seri
bagian luar dengan tipe segmental flat face desain the N.P.L Standard B Screw series
dimana ujung daun memiliki luas moderat dengan spesifikasi desain antara lain jumlah
(penyesuaian) yang memberikan pertahanan Daun (B) = 4 buah ; Diamter Baling-baling
terhadap peronggan pada luar daun. (D) = 8,4 Inch ; ratio Poros Baling-baling (dB)
Kemampuan jarak layar dan ketahanan = 0,167. Ratio Gerak (Pm) = 0,8. Ratio
baling-baling ini hampir sama dengan ketebalan (W) = 0,045 ; Ratio Area Daun (aB) =
kemampuan yang dimiliki oleh alternatif 0,5 Sudut sapuan (\ R) = 12,50 bahan baku
desain terbaik pertama. Sedang dilihat dari alumunium.
stabilitas baling-baling ini lebih baik dari
alternatif desain pertama. Alternatif desain ini Saran
memiliki performansi yang lebih besar dari Untuk mencari hasil yang maksimal dalam
pada alternatif 8 yaitu sebesar 83.082, tetapi mengimplementasikan studi Rekayasa Nilai,
alternatif desain ini menyerap biaya yang lebih maka perlu dipertimbangkan beberapa hal
besar yaitu Rp. 11.565,00,-/unit sehingga nilai sebagai berikut :
(Value) yang dimiliki lebih rendah. x Untuk menyempurnakan hasil suatu
analisa, perlu dibentuk suatu tim kerja
yang terdiri dari beberapa disiplin ilmu,
KESIMPULAN DAN SARAN agar dapat menghasilkan suatu hasil
analisa yang optimal.
Kesimpulan x Metode Rekayasa Nilai (Value
Engineering) perlu diterapkan lebih awal
Dalam analisa fungsi dari baling-baling dalam menganalisa suatu proyek ataupun
kapal diperoleh hasil fungsi sebagai berikut : desain.
Fungsi pada daun baling-baling
x Hasil analisa ini merupakan suatu usulan
x Fungsi penggerakkan air sebagai fungsi pemilihan cetakan baling-baling kapal
Primer. secara umum. Sehingga melakukan
x Fungsi menyapu air sebagai fungsi implementasi studi ini, perlu dijabarkan
Sekunder. lebih lanut oleh para ahli (multi disipliner)
x Fungsi mengarahkan air sebagai fungsi dibidangnya.
Sekunder.
Mastiadi T., Aqli M., Analisis Alternatif Produk « 19

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrozaq, 2000, Studi rekayasa nilai pada


produk baling-baling, TI ITS,
Surabaya
Clemen, R.T. 1991, Making Hard Decision an
Introduction to Decision Analysis,
PWS-KENT Publisihing Company,
Boston
Heller, E.D., 1987, Analisa Keputusan
Pendekatan Sistem dalam Manajemen
Usaha dan Proyek

Anda mungkin juga menyukai